• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT (BKM) DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (Studi di Kantor Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Sukun, Kota Malang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT (BKM) DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (Studi di Kantor Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Sukun, Kota Malang)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT (BKM)

DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

(Studi di Kantor Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Sukun, Kota Malang)

Kurnia Wijayanti, Sjamsiar Sjamsudin, Mochamad Rozikin

Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang E-mail: kaurin_rb@yahoo.com

Abstract: The Performance of Village Apparatus in the Service of Demographic Administration (Study at the Village Office Merjosari Subdistrict Lowokwaru City of Malang). Poverty in Indonesia is need to solve immediately. The runner of PNPM is BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat/Society Epowerment Department). This type of research used is a descriptive study with qualitative. Concluded, BKM effort in Tanjungrejo Village such as Institution Brace by human resources development by training, link cooperation building with internal and eksternal part in Tanjungrejo Village, effort as mediator and facilitator by accompanying people for empowerment. Empowerment support factor of BKM Tanjungrejo is having professional coordinator, the good cooperation with other society institution and high support from society. Resistor factor is member’s personal activity so the duty is not optimally run, and many stump on loan payment. Good cooperation between BKM member become one of the indicator in the goal. The goal is to alleviate poverty in Tanjungrejo Village.

Keywords: empowerment, role, training, independent, Tanjungrejo Village

Abstrak: Upaya Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) dalam Pemberdayaan Masyarakat (Studi di Kantor Kelurahan Tanjungrejo Kecamatan Sukun Kota Malang).

Kemiskinan yang terjadi di Indonesia sangat mendesak untuk ditangani. Salah satu cara untuk mengentaskan kemiskinan adalah dengan pemberdayaan masyarakat. Lembaga yang menjalankan program PNPM adalah BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat). Jenis penelitiannya yaitu penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Kesimpulannya adalah upaya Badan Keswadayaan masyarakat (BKM ) di Kelurahan Tanjungrejo diantaranya sebagai penguat kelembagaan dengan pengembangan sumber daya manusia berupa pelatihan-pelatihan yang telah diberikan, upaya membangun jaringan kerjasama dengan pihak internal dan eksternal Kelurahan Tanjungrejo, upaya sebagai mediator dan fasilitator mendampingi masyarakat untuk menjadi lebih berdaya. Faktor pendukung yaitu mempunyai koordinator yang cukup profesional, kerja sama yang baik dengan lembaga kemasyarakatan yang lain dan adanya dukungan masyarakat yang tinggi. Faktor penghambat yaitu kesibukan-kesibukan pribadi anggota sehingga kurang optimal dalam menjalankan tugasnya dan banyaknya warga yang menunggak dalam pembayaran pinjaman bergulir. Adanya kerja sama yang baik antara pengurus BKM dan warga menjadi salah indikator tercapainya tujuan yang diinginkan, yaitu mengentaskan kemiskinan di Kelurahan Tanjungrejo Kata kunci: pemberdayaan, peran, pelatihan, keswadayaan, Kelurahan Tanjungrejo

Pendahuluan

Upaya Pemerintah dalam mengurangi tingkat kemiskinan salah satunya melalui pemberdayaan masyarakat. Lembaga pemerintah yang menangani masalah pemberdayaan masyarakat adalah Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM). Menurut Kusumo (2004), BKM pada prinsipnya adalah wadah sinergis masyarakat bagi orang-orang yang peduli terhadap permasalahan kemiskinan di komuni-tasnya. Dalam melaksanakan misi pemberdayaan masyarakat, BKM menumbuhkembangkan ke-lompok-kelompok swadaya masyarakat sebagai

media belajar masyarakat untuk memecahkan masalah kemiskinan secara mandiri. Fungsi BKM adalah sebagai wadah sinergi berbagai upaya penanggulangan kemiskinan dan pember-dayaan masyarakat. Badan ini memfasilitasi kebutuhan dari kelompok-kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang ada atau masyarakat miskin pada umumnya untuk dapat terus tumbuh, berkembang jaringan usahanya dan meningkat-kan perekonomiannya.

Hampir di semua wilayah di Indonesia sudah terdapat Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM). Salah satu daerah yang telah berhasil

(2)

menerapkan BKM adalah kota Pekalongan, seperti yang terdapat dalam artikel “Kemiskinan Kota Pekalongan Jadi Sorotan Dunia”. Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Kota Pekalongan telah berhasil menurunkan angka kemiskinan. Walikota Pekalongan Basyir yang didampingi Kepala Bappeda, Ir Faisal menegaskan bahwa resep keberhasilan Kota Pekalongan dalam menekan angka kemiskinan adalah dengan melibatkan peran serta seluruh masyarakat, seperti aparat kelurahan, Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM), Lembaga Kesejahteraan Masyarakat (LKM) dan PKK. Dari majalah Pekalongan Kota dijelaskan bahwa “Dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat maka tidak akan terjadi upaya saling jegal karena mereka sudah berada dalam satu tim,” tandasnya. Inti dari semua itu menurut Basyir adalah koordinasi ditingkat bawah.

Adanya kerjasama yang melibatkan seluruh peran serta masyarakat seperti aparat Kelurahan, BKM, LKM, dan PKK. Maka selanjutnya akan mampu menurunkan angka kemiskinan yang cukup signifikan. Masih banyak dijumpai keluarga miskin pada awalnya di Kota Pekalongan. Akan tetapi setelah adanya pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah desa berupa BKM, akhirnya kemiskinan di Kota Pekalongan menjadi berkurang. Inilah salah satu kota yang berhasil menerapkan program BKM. Pada tahun 2007 angka kemiskinan mengalami penurunan sebesar 27,9% dibanding tahun 2005. Tahun 2005 tercatat warga miskin sebanyak 31.461 Kepala Keluarga. Akan tetapi pada tahun 2007 turun menjadi 22.683. Hal ini tidak terlepas dari program penanggulangan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat. Penjelasan ini dikutip dari artikel TNP2K.

Kota Malang merupakan daerah yang mengalami kemajuan pesat dalam hal pembangunan, namun disisi lain program pengentasan kemiskinan Kota Malang masih belum begitu signifikan menurunkan angka kemiskinan. Hal itu terlihat dari data BPS melalui Tim Nasional Percepatan Penanggula-ngan Kemiskinan (TNP2K) yang menyebutkan bahwa penerima raskin (beras miskin) dari RTS (Rumah Tangga Sasaran) tahun 2011 sebanyak 26.732. Jumlah penerimaan itu lalu mengalami penurunan menjadi 20.359 pada tahun 2012 dan angka kemiskinan di Kota Malang pada tahun 2010 sebesar 5,90%. Walaupun tingkat kemiski-nan sudah mulai menurun, namun masih belum menunjukkan hasil yang signifikan.

Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Sukun Kota Malang merupakan salah satu daerah yang menerapkan program BKM. Pemberdayaan masyarakat melalui BKM Tanjungrejo sudah

dimulai sejak tahun 2007. Penduduk miskin di Kelurahan Tanjungrejo menempati urutan teratas dengan jumlah penduduk miskin terbanyak di Kota Malang dari data BPS menyebutkan bahwa RTS (Rumah Tangga Sasaran) 2008 sebanyak 1.865 dan mengalami penurunan sebanyak 18,12% menjadi 1.527 RTS (Rumah Tangga Sasaran) 2011. Walaupun tingkat kemiskinan sudah mulai menurun namun masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Selain itu sejak berdirinya BKM Tanjungrejo, Sukun belum memberikan dampak yang signifikan bagi penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Tanjungrejo. Berdasarkan pengamatan sementara masih terdapat banyak warga yang miskin, banyak anak putus sekolah, dan tuna wisma. Hal ini menunjukkan bahwa angka kemiskinan di Kelurahan Tanjungrejo Sukun masih belum sepenuhnya menurun, jika dikaitkan dengan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Kota Pekalongan yang telah berhasil menurunkan angka kemiskinan. Kota Malang seharusnya bisa seperti Kota Pekalongan dalam upaya memberdayakan masyarakat lokal, sehingga akan mampu menurunkan angka kemiskinan dengan signifikan.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan masalah: Bagaimanakah upaya pemberdayaan masyarakat oleh Badan Keswadayaan Masya-rakat (BKM) di Kelurahan Tanjungrejo. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh BKM di Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Sukun, Kota Malang.

Tujuan Penelitian untuk mengetahui, mendeskripsikan dan menganalisis upaya-upaya yang telah dilakukan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) dalam pemberdayaan masya-rakat di Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Mengetahui, mendeskrip-sikan dan menganalisis faktor-faktor pendukung dan penghambat pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pelaku pembangunan di masyarakat, terutama pemerintah Kota Malang mengenai peran Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM), terhadap pembangunan di masyarakat yang tepat sasaran.

Tinjauan Pustaka A. Pembangunan

1. Pengertian pembangunan

Menurut Suryono (2010, h.01), pemba-ngunan berasal dari kata bangun yang berarti sadar, bangkit, dan berarti. Dalam kata kerja

(3)

bangun juga berarti membuat, mendirikan atau membina. Sehingga bisa dikatakan pembangunan meliputi bentuk, kehidupan, dan perilaku. Kata pembangunan telah menjadi bahasa dunia, keinginan bangsa-bangsa mengejar, bahkan memburu masa depan yang lebih baik menurut kondisi dan cara masing-masing.

Soetomo (2011, h.27), perubahan ke arah progres adalah pembangunan. Pembangunan masyarakat merupakan suatu realitas sosial pada fenomena yang selalu muncul dalam kehidupan masyarakat.

Menurut Suryono (2010, h.66), pembangu-nan berarti upaya yang terus menerus dilakukan dengan tujuan menempatkan manusia pada posisi dan peranannya secara wajar yakni sebagai subyek dan obyek pembangunan untuk mampu mengembangkan dan memberdayakan dirinya, sehingga keluar dapat berhubungan secara serasi, selaras dan dinamis sedangkan ke dalam mampu menciptakan keseimbangan.

2. Administrasi pembangunan

Pengertian administrasi pembangunan menurut Nugroho (2012) mencakup dua pengertian yaitu:

1. Administrasi yaitu keseluruhan proses pelaksanaan keputusan-keputusan yang telah diambil dan diselenggarakan oleh dua orang/lebih untuk mencapai tujuan yg ditentukan sebelumnya

2. Pembangunan yaitu rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh suatu negara bangsa menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa.

3. Konsep Pembangunan

Menurut Suryono (2010, h.53-54) peta konsepsi pembangunan secara ensiklopedik dapat digambarkan dalam tabel berikut ini:

Konsep Pendekatan Orientasi

Pertumbuhan Ekonomi

Negara-negara dunia Rekonstruksi Pemulihan ekonomi Negara yang terlibat perang dunia II

Modernisasi Iptek Negara

dunia ketiga Westernisasi Kebudayaan dan iptek Negara dunia ketiga Perubahan social Sosial Negara dunia ketiga Pembebasan Ekonomi-politik Amerika latin Pembaharuan Iptek kemudian sosial,politik Negara dunia ketiga Pembangunan bangsa Politik Negara baru merdeka Pembangunan nasional Politik Negara baru merdeka Pengembangan Politik Indonesia

Pembinaan Politik Indonesia

Pembangunan Campuaran Negara dunia ketiga

4. Konsep Peran

Menurut Wikipedia (2012) yang dimaksud dengan teori peran adalah sebuah sudut pandang dalam sosiologi dan psikokologi sosial yang menganggap sebagian besar aktivitas harian diperankan oleh kategori-kategori yang ditetapkan secara sosial.

B. Pemberdayaan Masyarakat

1. Definisi Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Suhendra (2006, h.75) pember-dayaan masyarakat dapat diartikan bahwa masyarakat diberi kuasa agar mampu berkuasa atas kehidupannya. Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep yang menekankan pada pembangunan ekonomi pada mulanya yang dikembangkan berdasarkan nilai-nilai masya-rakat. Konsep ini menekankan pada peran serta masyarakat. Suyanto (2005, h.169) mendefi-nisikan pemberdayaan yang pada hakikatnya merupakan sebuah konsep yang fokusnya adalah kekuasaan. Pemberdayaan masyarakat marginal merupakan upaya untuk memandirikan masya-rakat, lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki

2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Suharto (2005, h.60) tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan masyarakat khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan, baik karena kondisi internal misalnya persepsi mereka sendiri maupun kondisi eksternal misalnya ditindas oleh struktur sosial yang tidak adil.

Menurut Suhartini (2005, h.7) tujuan kegiatan pemberdayaan masyarakat miskin perkotaan sebagai berikut:

(4)

a. Meningkatkan kualitas lingkungan pemu-kiman melalui suatu upaya penanganan terpadu, baik dari aspek fisik, sarana dan prasarana, maupun kondisi sosial ekonomi masyarakatnya.

b. Pemberdayaan masyarakat untuk menum-buhkan inisiatif, kreativitas dan jiwa kemandirian dalam pelaksanaan kegiatan peningkatan kesejahteraan di lingkungan tempat tinggalnya.

Meningkatkan kemampuan usaha dalam rangka pengembangan sumber pendapatan yang dapat menunjang perekonomian warga.

3. Prinsip Dasar Pemberdayaan Masyarakat

Fahrudin (2011, h.17-18) menyimpulkan prinsip dan asumsi pemberdayaan antara lain:

a. Empowerment adalah proses kolaboratif. b. Proses empowerment melihat sistem klien

sebagi peranan penting.

c. Klien harus menerima diri mereka sendiri untuk mampu mempengaruhi perubahan. d. Tingkat kesadaran dan pengetahuan

mengenai kegiatan untuk melakukan perubahan merupakan masalah utama dalam empowerment.

e. Proses empowerment adalah proses yang dinamis, sinergi selalu berubah dan berevolusi, karena masalah selalu mempunyai banyak cara pemecahan.

4. Upaya dan Strategi Pemberdayaan

Masyarakat

Fahrudin (2011, h.18-19) mengungkapkan bahwa secara garis besar, strategi dan teknik empowerment dilihat dari tiga bentuk intervensi yaitu mikro, mezzo dan makro. Intervensi mikro ditujukan kepada individu dan keluarga. Intervensi mezzo ditujukan kepada kelompok kecil. Intervensi makro ditujukan kepada organisasi dan masyarakat.

5. Dimensi dan indikator pemberdayaan

Indikator masyarakat berdaya menurut Suhendra (2006, h.86) adalah:

1. Mempunyai kemampuan menyiapkan dan menggunakan pranata dan sumber-sumber yang ada di masyarakat.

2. Dapat berjalannya “ bottom up planning” 3. Kemampuan dan aktivitas ekonomi

4. Kemampuan menyiapkan hari depan keluarga

5. Kemampuan menyampaikan pendapat dan aspirasi tanpa ada tekanan.

6. Pendekatan pemberdayaan

Ada lima pendekatan menurut James Yen yang dikutip Suhendra (2006, h.87-88) yaitu:

1. Pergi ke mereka, tinggal diantara mereka, bekerja dengan mereka

2. Buat rencana bersama mereka, mulai dari yang mereka tahu, membangun dari yang mereka miliki

3. Mengajar dengan memberi contoh, belajar melalui mengerjakan

4. Bukan sekedar tambal sulam, tapi kegiatan terpadu dan bersistem

5. Bukan membantu dengan memberi tetapi memerdekakan

7. Stakeholder Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu usaha untuk membuat masyarakat menjadi mandiri. Sebagai program pembangunan yang sangat signifikan, pemberdayaan masyarakat menjadi penting untuk segera diimplementasikan ke dalam masyrarakat. Di Indonesia sudah diterapkan program pemberdayaan sejak beberapa tahun yang lalu, yaitu berupa BKM (Badan keswadayaan Masyarakat). Stakeholder BKM yaitu pemerintah selanjutnya ke pe-merintah desa dan ke masyarakat langsung.

C. Badan Keswadayaan Masyarakat 1. Pengertian BKM

Soetomo (2012, h.172). BKM sebagai institusi lokal yang dibentuk melalui program PNPM di desain sebagai institusi sukarela. Dengan demikian, proses dan pembentukannya tidak banyak campur tangan pemerintah. Dibanding dengan program pemerintah yang lain, program ini lebih kental dengan nuansa pendekatan.

2. Tujuan BKM

Dalam buku pedoman teknis tinjauan partisipatif, PNPM perkotaan (2007, h.02) BKM dibentuk sebagai lembaga pimpinan kolektif sebagai motor penggerak penumbuhan kembali capital social seperti antara lain solidaritas, kesatuan, gotong royong dan sebagainya. Dalam upaya menanggulangi kemiskinan secara mandiri dan berkelanjutan dalam menjalankan peran tersebut, BKM mengorganisasikan warga untuk merumuskan program jangka menengah tiga tahun dan rencana tahunan penanggulangan kemiskinan.

3. Peran dan Fungsi BKM

Fungsi BKM menurut Soetomo (2012, h.172) ada dua yaitu:

1. Fungsi ke dalam yaitu sebagai media partisipasi masyarakat dalam keseluruhan proses pembangunan sejak perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

(5)

2. Fungsi ke luar yaitu sebagai representasi masyarakat lokal dalam menjalin hubungan kerjasama dengan para stakeholder.

4. Proses Pembentukan BKM

BKM beranggotakan warga komunitas yang diakui komitmennya, seperti perwakilan warga RT/RW, perwakilan organisasi sosial kemasyarakatan, kelompok perempuan (PKK), tokoh masyarakat atau tokoh agama. unsur aparatur daerah misalnya LKMD, dapat berpartisipasi dalam BKM dalam kapasitas pribadi. Pimpinan BKM harus dipilih dari dan oleh anggotanya.

5. Prinsip Dasar BKM

Tim P2KP (2007, h.1) menjelaskan mengenai prinsip–prinsip P2KP yaitu mencip-takan peluang-peluang ataupun mekanisme-mekanisme agar nilai-nilai luhur yang sudah ada di warga dapat muncul dipermukaan, sehingga: pimpinan yang dipilih, pengambilan keputusan serta perbuatan/karya yang akan dilakukan oleh warga akan dilakukan sesuai dengan keya-kinannya pada nilai-nilai luhur yang bersifat universal, baik nilai-nilai kemanusiaan maupun nilai-nilai kemasyarakatan.

Metode Penelitian

Basrowi dan Suwandi, (2008, h.20) menje-laskan mengenai penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif yakni penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang kenyataan melalui proses berpikir in-dukatif. Melalui penelitian kualitatif peneliti dapat mengenali subyek, merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.

Fokus penelitian ini adalah upaya pemberdayaan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) di Kelurahan Tanjungrejo, Sukun, Kota Malang diantaranya: 1) Penguat kelembagaan, 2) Upaya membangun jaringan kerjasama, 3) Upaya sebagai mediator dan fasilitator, 4) Upaya penyediaan modal, sarana dan prasarana.

Lokasi penelitian yaitu pada Kelurahan Tanjungrejo Kecamatan Sukun Kota Malang. Teknik pengumpulan data yaitu: observasi, wawancara, dokumentasi. Sumber data diperoleh dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan melalui wawan-cara, observasi dan dokumentasi. Instrumen penelitian ada peneliti sendiri, pedoman wawancara dan catatan lapangan

Pembahasan

a. Penguat Kelembagaan BKM

Pada saat ini kemampuan dari pengurus-pengurus BKM Tanjungrejo sudah dapat

di-katakan baik beberapa upaya tersebut telah dilakukan oleh BKM Tanjungrejo. Hal ini dapat dilihat dari:

1. Sistem pencatatan keuangan, transaksi-transaksi, pembukuan yang sudah rapi. Hal ini dapat dilihat pada neraca saldo yang dibuat setiap bulan.

2. BKM Tanjungrejo mampu menganalisis permasalahan yang terdapat pada lingkungan Tanjungrejo. BKM Tanjung-rejo sudah mampu melihat kebutuhan dan peluang yang ada. BKM Tanjungrejo mampu merumuskan strategi yang akan digunakan sesuai dengan permasalahan dan kebutuhannya, pembuatan peren-canaan program-program sudah berjalan dengan baik sesuai kebutuhan masya-rakat. Hal ini dapat dilihat pada lampiran mengenai skala prioritas pembangunan, matriks prioritas pembangunan, pem-buatan daftar permasalahan dan tentang prioritas masalah kelurahan.

3. Pengelolaan dana PNPM untuk Kelurahan Tanjungrejo yang selalu diupayakan un-tuk dapat berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat adanya peningkatan dana bergulir.

b. Upaya Pembangunan Jaringan Kerjasama

Dalam menjalankan kelembagaan, BKM Tanjungrejo melakukan kerjasama dengan pihak internal dan eksternal Kelurahan. Hal ini sangat membantu BKM dalam menjalankan program-nya karena hal ini akan sangat membantu dan akan mendorong BKM lebih mudah mencapai tujuan yang telah direncanakan yaitu pengen-tasan kemiskinan.

BKM Tanjungrejo menyadari sepenuhnya bahwa melaksanakan pembangunan baik fisik maupun non fisik di Kelurahan Tanjungrejo diperlukan upaya serius dari waktu ke waktu dan dilakukan bersama-sama oleh seluruh elemen masyarakat. Harapannya dapat melahirkan konsep dan strategi yang bagus dan dapat diterima oleh semua masyarakat. Kesemua itu dilakukan BKM Kelurahan Tanjungrejo melalui proses sosialisasi yang luas dan berkelanjutan. Komunikasi itu dapat dilakukan melalui media pertemuan rutin warga di setiap RT/RW/PKK /KTI/Jamaah tahlil/Pengajian dan lain-lain. Nantinya program yang disosialisasikan oleh BKM dalam setiap pertemuan-pertemuan tersebut dapat dilakukan secara mandiri dan partisipatif khususnya dalam mengatasi kemis-kinan di Kelurahan Tanjungrejo.

(6)

c. Upaya Sebagai Mediator dan Fasilitator

Sebagai moderator dan fasilitator BKM Tanjungrejo menjadikan lembaga sebagai se-orang pemandu atau guru bagi masyarakat untuk mendukung, mendampingi masyarakat dalam upaya pengembangan masyarakat dan mele-paskan masyarakat dari kantong-kantong ke-miskinan. BKM Tanjungrejo sudah mampu menciptakan suasana yang kondusif bagi masyarakat Tanjungrejo. Oleh karena itu, dalam proses pemberdayaan ini masyarakat berani mengemukakan pendapatnya. BKM Tanjungrejo sebagai fasilitator guna menangani kemiskinan di Kelurahan Tanjungrejo pun memposisikan diri sebagai narasumber masyarakat karena tugas dari BKM disini bukan hanya melepaskan masya-rakat dari kemiskinan. BKM juga harus dapat membuat masyarakat tersebut berdaya pula agar mereka tidak jatuh kembali dalam kantong kemiskinan.

d. Upaya Penyediaan Modal, Sarana dan Prasarana

Penyediaan modal yang diberikan pemerin-tah melalui dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) kepada BKM Tanjungrejo diberikan hampir tiap tahun. Data terakhir yang diperoleh dari lapangan, pada tahun 2010 terdapat dana modal Rp 20.000.000,00. Pada tahun 2011

terdapat modal sebesar Rp. 80.000.000,00. Pada tahun 2012 dan 2013 tidak ada dana modal.

Sarana prasarana yang ada di BKM Tanjungrejo merupakan hasil dari pengelolaan dana BLM yang diberikan oleh pemerintah untuk melaksanakan program PNPM. Penyediaan sara-na dan prasarasara-na diperoleh dari jasa atau keuntungan dana bergulir kepada masyarakat. Dana dari prosentase keuntungan tersebut selanjutnya diwujudkan dalam bentuk inventaris BKM. Kelengkapan inventaris BKM yang dimi-liki BKM Tanjungrejo saat ini sudah tergolong cukup baik dan lengkap.

Kesimpulan

Kemampuan dari pengurus BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) yang ada di Kelurahan Tanjungrejo dalam upaya mengen-taskan kemiskinan sudah cukup baik. Banyak upaya telah dilakukan. Mereka bekerja sama dengan semua elemen di masyarakat melalui media serta pertemuan rutin warga. BKM Tanjungrejo juga berupaya untuk memposisikan diri sebagai narasumber yang baik bagi masyarakat. Penyediaan modal yang diberikan oleh pemerintah melalui dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) juga hampir tiap tahun diberikan. Dana itu kemudian dikelola untuk penyediaan sarana prasarana yang memadai.

Daftar Pustaka

Dinas Komunikasi dan Informasi (2012) Kota Pekalongan Jadi Sorotan Dunia. Pekalongan, Jawa Timur. [Internet] Available from: < http://www.pekalongankota.go.id/> [Accessed: 4 Oktober 2012]. TNP2K. (2012) Kebijakan Percepatan. [Internet] Available from: < http://tnp2k.go.id/> [Accessed: 13

Oktober 2012].

Fahrudin, Adi. (2011) Pemberdayaan, Partisipasi dan Penguatan Kapasitas Masyarakat. Bandung, Humanoria.

Nugroho, Rino A. (2012) Pengantar Administrasi Pembangunan. [Internet] Available from: <http://rinoan.staff.uns.ac.id/files/2009/02/pengantar.pdf> [Accessed: 13 Oktober 2012].

Soetomo (2011) Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Suhartini (2005) Model-Model Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta, Pustaka Pesantren. Suharto, Edi. (2009) Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia. Bandung, Alfabeta. Suryono, Agus. (2010) Dimensi–Dimensi Prima Teori Pembangunan. Malang, UB Press. Suhendra (2006) Peranan Birokrasi Dalam Pemberdayaan Masyarakat. Bandung, Alfabeta. Suwandi, dan Basrowi. (2008) Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta, Rineka Cipta.

PNPM Mandiri Perkotaan (2007) Pedoman Teknis Tinjauan Partisipatif. Jakarta, Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya.

Referensi

Dokumen terkait

Problem Based Learning dapat meningkatkan keterampilan mengajar guru dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa aspek kognitif, afektif dan psikomotorik kelas IV SDN

Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenasi posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo anggaran lebih, arus kas, hasil operasi, dan perubahan

Tentu saja tidak dengan cara memaksa maupun menuntut, namun lebih pada berbagai arahan dan dukungan yang membuat anak merasa nyaman berkegiatan..

Dengan demikian, hasil observasi kelompok eksperimen yang aktif dalam pembelajaran, hasil prestasi belajar yang juga lebih tinggi dari kelompok eksperimen,

Berdasarkan hal tersebut terdapat lima tipe identitas kolektif, yaitu (1) identitas kolektif juru kampanye terdiri dari identitas aktivis lingkungan, identitas Greenpeace

Dalam konteks gerakan sosial, pembentukan karakter atau identitas merupakan bagian dari collective action frame (Gamson dikutip Yanto, 2002) menghasilkan

Sedangkan pada siklus II rata-rata nilai post- test siswa 88,72 dengan presentase keberhasilan sebesar 95,12% yaitu dari 41 siswa terdapat 2 siswa yang belum

Revised Bloom’s Taxonomy ( RBT) dapat digunakan untuk mengklasifikasijenispemikiran yang terlibatdalam proses kognitif siswa.Salah satu cara untuk menyajikan soal