• Tidak ada hasil yang ditemukan

WRAP UP SKENARIO 2 BLOK MEDIKOLEGAL MAYAT PEREMPUAN DIKAMAR KOS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "WRAP UP SKENARIO 2 BLOK MEDIKOLEGAL MAYAT PEREMPUAN DIKAMAR KOS"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

WRAP UP SKENARIO 2

BLOK MEDIKOLEGAL

“MAYAT PEREMPUAN DIKAMAR KOS”

KELOMPOK A-01

KETUA : RIZKY AGUSTIAN HADI (1102011238)

SEKRETARIS: RATIH LAURA SABRINA (1102012227)

ANGGOTA : IMADUDDIN BASKORO HADINEGORO (1102011123)

DENTY SARASWATI (1102012056)

KHALIDA HANDAYACITA (1102012140)

RIZKI FITRIANTO (1102012251)

CHAIRUNNISSA (1102012045)

BAIQ NADIA SYAUQI (1102012040)

NAURAH HADDAD (1102012190)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

JAKARTA

(2)

SKENARIO 2

MAYAT PEREMPUAN DI KAMAR KOS

Mayat seorang perempuan diduga berusia 23 tahun ditemukan meninggal di kamar kos0kosannya di daerah salemba. Korban ditemukan setengah telanjang dengan tangan diikat dan mulut di sumpal. Mayat dalam keadaan mulai membusuk,berbau, ditemukan belatung pada bagian lubang hidungnya,kulit mulai mengelupas dan tampak pembuluh darah mulai melebar pada bagian dada dan leher. Diperkirakan kejadian sekitar 3 hari yang lalu.

Polisi menduga korban diperkosa sebelum dibunuh. Tim identifikasi mengambil sidik jari korban dn mengambil swab vagina untuk memastikan adanha sperma pelaku.

(3)

Pertanyaan :

1. Bagaimana cara mengidentifikasi korban ?

2. Mengapa pada mayat tampak kulit yang mengelupas ? 3. Apakah penyebab dari kematian korban ?

4. Bagaimana menentukan lama kematian korban ?

5. Mengapa dapat ditemukannya belatung pada hidung korban ?

6. Bagaimana polisi dapat menduga korban sebagai korban pemerkosaan ? 7. Mengapa pembuluh darah korban melebar pada bagian dada dan leher ? 8. Berapalamakah sperma dapat berhanan dan diidentifikasi?

9. Bagaimana cara menentukan cirri-ciri korban pemerkosaan yang dilskukan sebelum atau sesudah meninggal?

Jawaban :

1. Vagina swab ditemukannya sperma, anal swab dan visum.

2. Karena jaringan ikat bawah kulit mati menyebabkan kulit elastisitas kulit berkurang menyebabkan kulit terkelupas.

3. Di sumpalnya mulut korban yang dapat menghambat jalan nafas dan menyebabkan henti jantung pada korban.

4. Kekakuan mayat dan suhu.

5. Mayat yang telat membusuk akan menarik lalat , lalat yang hinggap setelah 8-24jam di tubuh korban akan meninggalkan larva kemudian akan menjadi belatung.

6. Karena pada saat ditemukan korban dalam keadaan setengah telanjang, dan terdapat pelebaran pembuluh darah pada bagian leher dan dada.

7. Karna terjadinya cekikan, jeratan, dan henti nafas sehingga menyebabkan pembuluh darah melebar.

8. Sperma dapat bertahan pada orang hidup 3 hari, sedangkan pada orang yang telah meninggal 1 minggu.

(4)

Hipotesa :

Ditemukan mayat perempuan dengan keadaan setengah telanjang,tangan diikat dan tubuh terlentang di tempat tidur, terlihat pembuluh darah melebar dan kulit mengelupas akan dilakukan pemeriksaan visum hasil visum sementara korban di perkosan sebelum di bunuh.

(5)

SASARAN BELAJAR :

LI.1. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PERUBAHAN-PERUBAHAN SETELAH KEMATIAN

LI.2. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN INVESTIGASI PADA KASUS PEMERKOSAAN

LI.3. MEMAHAMI DAN MENGETAHUI SANKI HUKUM PELAKU PEMERKOSAAN PEMBUNUHAN MENURUT PANDANGN ISLAM

(6)

LI.1.MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PERUBAHAN-PERUBAHAN SETELAH KEMATIAN

Kematian manusia berdasarkan dua dimensi yaitu kematian seluler (seluler death) akibat ketiadaan oksigen dan kematian manusia sebagai individu (somatic death). Kematian individu dapat didefinisikan secara sederhana sebagai terhentinya kehidupan secara permanen (permanent cessation of life) atau dapat diperjelas lagi menjadi berhentinya secara permanen fungsi berbagai organ vital yaitu paru-paru, jantung dan otak sebagai kesatuan yang utuh yang ditandai oleh berhentinya konsumsi oksigen. Sebagai akibat berhentinya konsumsi oksigen ke seluruh jaringan tubuh maka sel-sel sebagai elemen terkecil pembentuk manusia akan mengalami kematian, dimulai dari sel- sel paling rendah daya tahannya terhadap ketiadaan oksigen.

Mati suri adalah penurunan fungsi organ vital sampai taraf minimal untuk mempertahankan kehidupan, sehingga tanda-tanda kliniknya seperti sudah mati yang sifatnya reversibel. Sedangkan mati somatik adalah keadaan dimana ketika fungsi ketiga organ vital sistem saraf pusat, sistem kardiovaskuler, dan sistem pernafasan berhenti secara menetap.

Mati serebral adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang irreversible kecuali batang otak dan serebelum, kedua sistem lain masih berfungsi dengan bantuan alat. Sedangkan mati batang otak adalah kerusakan seluruh isi neuronal intrakranial yang ireversibel, termasuk batang otak dan serebelum.

Kriteria diagnostik penentuan kematian:

1. Hilangnya semua respon terhadap sekitarnya (respon terhadap komando atau perintah, dansebagainya)

2. Tidak ada gerakan otot serta postur, dengan catatan pasien tidak sedang berada dibawah pengaruh obat-obatan curare.

3. Tidak ada reflek pupil 4. Tidak ada reflek kornea

1. Tidak ada respon motorik dari saraf kranial terhadap rangsangan

2. Tidak ada reflek menelan atau batuk ketika tuba endotracheal didorong ke dalam 3. Tidak ada reflek vestibulo-okularis terhadap rangsangan air es yang dimasukkan ke

dalam lubang telinga

4. Tidak ada napas spontan ketika respirator dilepas untuk waktu yang cukup lama walaupun pCO2 sudah melampaui wilayah ambang rangsangan napas (50 torr)

(7)

Tes klinik ini baru boleh dilakukan paling cepat 6 jam setelah onset koma serta apneu dan harus diulangi lagi paling cepat sesudah 2 jam dari tes yang pertama. Sedangkan tes konfirmasi dengan EEG dan angiografi hanya dilakukan jika tes klinik memberikan hasil yang meragukan atau jika ada kekhawatiran akan adanya tuntutan di kemudian hari.

a) Tanda dan Patofisiologi Tanda kematian tidak pasti

1. Berhentinya sistem pernafasan dan sistem sirkulasi.

Secara teoritis, diagnosis kematian sudah dapat ditegakkan jika jantung dan paru berhenti selama 10 menit, namun dalam prakteknya seringkali terjadi kesalahan diagnosis sehingga perlu dilakukan pemeriksaan dengan cara mengamati selama waktu tertentu. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan mendengarkannya melalui stetoscope pada daerah precordial dan larynx dimana denyut jantung dan suara nafas dapat dengan mudah terdengar.

Kadang-kadang jantung tidak segera berhenti berdenyut setelah nafas terhenti, selain disebabkan ketahanan hidup sel tanpa oksigen yang berbeda-beda dapat juga disebabkan depresi pusat sirkulasi darah yang tidak adekwat, denyut nadi yang menghilang merupakan indikasi bahwa pada otak terjadi hipoksia. Sebagai contoh pada kasus judicial hanging dimana jantung masih berdenyut selama 15 menit walaupun korban sudah diturunkan dari tiang gantungan.

2. Kulit yang pucat

Kulit muka menjadi pucat ,ini terjadi sebagai akibat berhentinya sirkulasi darah sehingga darah yang berada di kapiler dan venula dibawah kulit muka akan mengalir ke bagian yang lebih rendah sehingga warna kulit muka tampak menjadi lebih pucat. Akan tetapi ini bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya. Kadang-kadang kematian dihubungkan dengan spasme agonal sehingga wajah tampak kebiruan. Pada mayat yang mati akibat kekurangan oksigen atau keracunan zat-zat tertentu (misalnya karbon monoksida) warna semula dari raut muka akan bertahan lama dan tidak cepat menjadi pucat

3. Relaksasi otot

Pada saat kematian sampai beberapa saat sesudah kematian , otot-otot polos akan mengalami relaksasi sebagai akibat dari hilangnya tonus. Relaksasi pada stadium ini disebut relaksasi primer. Akibatnya rahang turun kebawah yang menyebabkan mulut terbuka, dada menjadi kolap dan bila tidak ada penyangga anggota gerakpun akan jatuh kebawah. Relaksasi dari

(8)

otot-otot wajah menyebabkan kulit menimbul sehingga orang mati tampak lebih muda dari umur sebenarnya, sedangkan relaksasi pada otot polos akan mengakibatkan iris dan sfincter ani akan mengalami dilatasi. Oleh karena itu bila menemukan anus yang mengalami dilatasi harus hati-hati menyimpulkan sebagai akibat hubungan seksual perani/anus corong.

4. Perubahan pada mata

Perubahan pada mata meliputi hilangnya reflek kornea dan reflek cahaya yang menyebabkan kornea menjadi tidak sensitif dan reaksi pupil yang negatif.

Knight mengatakan hilangnya reflek cahaya pada kornea ini disebabkan karena kegagalan kelenjar lakrimal untuk membasahi bola mata. Kekeruhan pada kornea akan timbul beberapa jam setelah kematian tergantung dari posisi kelopak mata. Akan tetapi Marshall mengatakan kornea akan tetap menjadi keruh tanpa dipengaruhi apakah kelopak mata terbuka atau tertutup. Walaupun sering ditemui kelopak mata tertutup secara tidak komplit, ini terjadi oleh karena kekakuan otot-otot kelopak mata. Kekeruhan pada lapisan dalam kornea ini tidak dapat dihilangkan atau diubah kembali walaupun digunakan air untuk membasahinya.

Bila kelopak mata tetap terbuka sclera yang ada disekitar kornea akan mengalami kekeringan dan berubah menjadi kuning dalam beberapa jam yang kemudian berubah menjadi coklat kehitaman. Area yang berubah warna ini berbentuk trianguler dengan basis pada perifer kornea dan puncaknya di epikantus. Area ini disebut’taches noires de la sclerotiques’ yang pertama kali digambarkan oleh Somner pada tahun 1833.

Knight mengatakan iris masih bereaksi dengan stimulasi kimia sampai 4 jam sesudah kematian somatik, tetapi reflek cahaya segera hilang bersamaandengan iskemik pada batang otak. Pupil biasanya pada posisi mid midriasis yang disebabkan oleh karena relaksasi dari muskulus pupilaris walaupun ada sebagian ahli yang menganggap ini sebagai proses rigor mortis. Diameter pupil sering dihubungkan dengan sebab kematian seperti lesi di otak atau intoksikasi obat seperti keracunan morphin dimana sewaktu hidup pupil menunjukan kontraksi. Akan tetapi Price (1963) memeriksa mata dari 1000 mayat dan menyimpulkan bahwa keadaan pupil tidak berhubungan dengan sebab kematian, dan kematian menyebabkan pupil menjadi dilatasi atau cadaveric position .

Setelah kematian tekanan intra okuler akan turun, tekanan intra okuler yang turun ini mudah menyebabkan kelainan bentuk pupil sehingga pupil kehilangan bentuk sirkuler setelah mati dan ukurannya pun menjadi tidak sama,pupil dapat berkontraksi dengan diameter 2 mm atau berdilatasi sampai 9 mm dengan rata-rata 4-5 mm oleh karena pupil mempunyai sifat tidak tergantung dengan pupil lainnya maka sering terdapat perbedaan sampai 3 mm.

(9)

Nicati (1894) telah melakukan pengukuran terhadap tekanan bola mata posmortem dimana tekanan normal pada bola mata pada waktu hidup adalah 14g -25g akan tetapi begitu sirkulasi terhenti maka penurunan tekanan bola mata menjadi sangat rendah (tidak sampai mencapai 12g) dan dalam waktu 30 menit akan berkurang menjadi 3g yang kemudian menjadi nol setelah 2 jam kematian. Penurunan tekanan bola mata ini pernah dicoba untuk menentukan perkiraan saat kematian.

Kervokian (1961) berusaha menerangkan perubahan-perubahan yang terjadi pada retina 15 jam pertama setelah kematian dimana kornea dapat dipertahankan dalam keadaan baik dengan menggunakan air atau larutan garam fisiologis yang kemudian dilakukan pemeriksaan dengan optalmoskop. Pemeriksaan ini tidaklah mudah, ternyata pemeriksaan retina pada mayat jauh lebih sulit bila dibandingkan dengan orang hidup. Dan perubahan warna yang terjadi pada retina dicoba dihubungkan dengan perkiraan saat kematian. Dengan berhentinya aliran darah maka pembuluh darah retina akan mengalami perubahan yang disebut segmentasi atau ‘trucking’ dan ini terjadidalam 15 menit pertama setelah kematian. Pada pemeriksaan dalam 2 jam pertama setelah kematian, dapat dilihat retina tampak pucat dan daerah sekitar fundus tampak kuning, demikian pula daerah sekitar makula. Sekitar 6 jam batas fundus menjadi tidak jelas, dan tampak gambaran segmentasi pada pembuluh darah, dengan latar belakang yang berwarna kelabu kekuningan. Gambaran ini mencapai seluruh perifer retina sekitar 7-10 jam. Setelah 12 jam diskus hanya dapat dilihat sebagai titik yang terlokalisasi dengan sisa-sisa pembuluh darah yang bersegmentasi hingga pada akhirnya diskus dan pembuluh darah retina menghilang yang ada hanya makula yang berwarna coklat gelap. Beberapa pengamat menggambarkan perubahan dini posmortem yang terjadi pada retina mempunyai arti yang kecil untuk dihubungkan dengan perkiraan saat mati. Sedangkan Tomlin ( 1967) beranggapan bahwa segmentasi pada retina lebih berindikasi pada kematian serebral daripada penghentian sirkulasi.

Wroblewski dan Ellis (1970) mempelajari perubahan mata pada 300 mayat dimana tidak hanya perubahan yang terjadi pada retina tetapi juga perubahan yang terjadi pada kornea juga dicatat. Mereka telah memeriksa 204 fundus dari subjek dan 115 diantaranya terdapat segmentasi atau ‘trucking’ pada satu atau kedua mata setelah satu jam posmortem dan negatif pada 89 lainnya. Bagian yang paling sulit pada pemeriksaan ini adalah kekeruhan kornea yang terjadi dalam 75% pasien dalam 2 jam setelah kematian. Akhirnya mereka menyimpulkan bahwa segmentasi merupakan perubahan posmortem yang alami daripada menghubungkannya dengan perkiraan saat kematian.

(10)

Tanda Kematian Pasti 1. Lebam Mayat

Lebam Mayat disebut juga Post Mortem Lividity, Post Mortem Suggilation, Hypostasis, Livor Mortis, Stainning. Lebam mayat terbentuk bila terjadi kegagalan sirkulasi darah dalam mempertahankan tekanan hidrostatik yang menggerakan darah mencapai capillary bed dimana pembuluh–pembuluh darah kecil afferent dan efferent saling berhubungan. Maka secara bertahap darah yang mengalami stagnasi di dalam pembuluh vena besar dan cabang-cabangnya akan dipengaruhi gravitasi dan mengalir ke bawah, ke tempat– tempat yang terendah yang dapat dicapai. Dikatakan bahwagravitasi lebih banyak mempengaruhi sel darah merah tetapi plasma akhirnya juga mengalir ke bagian terendah yang memberikan kontribusi pada pembentukan gelembung–gelembung di kulit pada awal proses pembusukan.

Adanya eritrosit di daerah yang lebih rendah akan terlihat di kulit sebagai perubahan warna biru kemerahan. Oleh karena pengumpulan darah terjadi secara pasif maka tempat–tempat di mana mendapat tekanan lokal akan menyebabkan tertekannya pembuluh darah di daerah tersebut sehingga meniadakan terjadinya lebam mayat yang mengakibatkan kulit di daerah tersebut berwarna lebih pucat.

Lebam mayat ini biasanya timbul setengah jam sampai dua jam setelah kematian, Dimana setelah terbentuk hypostasis yang menetap dalam waktu 10–12 jam ternyata akan memberikan lebam mayat pada sisi yang berlawanan setelah dilakukan reposisi pada tubuh dari pronasi ke supinasi (interpostmorchange).

Lebam mayat ini biasanya berkembang secara bertahap dan dimulai dengan timbulnya bercak-bercak yang berwarna keunguan dalam waktu kurang dari setengah jam sesudah kematian dimana bercak-bercak ini intensitasnya menjadi meningkat dan kemudian bergabung menjadi satu dalam beberapa jam kemudian, dimana fenomena ini menjadi komplet dalam waktu kurang lebih 8–12 jam, pada waktu ini dapat dikatakan lebam mayat terjadi secara menetap. Menetapnya lebam mayat ini disebabkan oleh karena terjadinya perembesan darah kedalam jaringan sekitar akibat rusaknya pembuluh darah akibat tertimbunnya sel–sel darah dalam jumlah yang banyak, adanya proses hemolisa sel-sel darah dan kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah. Dengan demikian penekanan pada daerah lebam yang dilakukan setelah 8-12 jam tidak akan menghilang. Hilangnya lebam pada penekanan dengan ibu jari dapat memberi indikasi bahwa suatu lebam belum terfiksasi secara sempurna. Setelah empat jam, kapiler-kapiler akan mengalami kerusakan dan butir-butir darah merah juga akan rusak. Pigmen-pigmen dari pecahan darah merah akan keluar dari

(11)

kapiler yang rusak dan mewarnai jaringan di sekitarnya sehingga menyebabkan warna lebam mayat akan menetap serta tidak hilang jika ditekan dengan ujung jari atau jika posisi mayat dibalik. Jika pembalikan posisi dilakukan setelah 12 jam dari kematiannya maka lebam mayat baru tidak akan timbul pada posisi terendah, karena darah sudah mengalami koagulasi.

Fenomena lebam mayat yang menetap ini sifatnya lebih bersifat relatif. Perubahan lebam ini lebih mudah terjadi pada 6 jam pertama sesudah kematian, bilatelah terbentuk lebam primer kemudian dilakukan perubahan posisi maka akan terjadi lebam sekunder pada posisi yang berlawanan. Distribusi dari lebam mayat yang ganda ini adalah penting untuk menunjukan telah terjadi manipulasi posisi pada tubuh. Akan tetapi waktu yang pasti untuk terjadinya pergeseran lebam ini adalah tidak pasti, Polson mengatakan “ untuk menunjukan tubuh sudah diubah dalam waktu 8 sampai 12 jam”, sedangkan Camps memberi patokan kurang lebih 10 jam.

Akan tetapi pada kematian wajarpun darah dapat menjadi permanent incoagulable oleh karena adanya aktifitas fibrinolisin yang dilepas kedalam aliran darah selama proses kematian. Sumber dari fibrinolisin ini tidak diketahui tetapi kemungkinan berasal dari endothelium pembuluh darah, dan permukaan serosa dari pleura. Aktifitas fibrinolisin ini nyata sekali pada kapiler-kapiler yang berisi darah. Darah selalu ditemukan cair dalam venule dan kapiler, dan ini yang bertanggung jawab terhadap lebam mayat.

Akumulasi darah pada daerah yang tidak tertekan akan menyebabkan pengendapan darah pada pembuluh darah kecil yang dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah kecil tersebut dan berkembang menjadi petechie (tardieu`s spot) dan purpura yang kadang-kadang berwarna gelap yang mempunyai diameter dari satu sampai beberapa milimeter, biasanya memerlukan waktu 18 sampai 24 jam untuk terbentuknya dan sering diartikan bahwa pembusukan sudah mulai terjadi. Fenomena ini sering terjadi pada asphyxia atau kematian yang terjadinya lambat.

Perubahan warna lainnya dapat mencakup:

 Cherry pink atau merah bata (cherry red) terdapat pada keracunan oleh carbonmonoksida atau hydrocyanic acid.

 Coklat kebiruan atau coklat kehitaman terdapat pada keracunan kalium chlorate, potassium bichromate atau nitrobenzen, aniline, dan lain – lain.

 Coklat tua terdapat pada keracunan fosfor.

 Tubuh mayat yang sudah didinginkan atau tenggelam maka lebam akan berada didekat tempat yang bersuhu rendah, akan menunjukkan bercak pink muda kemungkinan terjadi karena adanya retensi dari oxyhemoglobin pada jaringan.

(12)

 Keracunan sianida akan memberikan warna lebam merah terang, karena kadar oksi hemoglobin (HbO2) yang tinggi.

2. Kaku Mayat (Rigor Mortis)

Kaku mayat atau rigor mortis adalah kekakuan yang terjadi pada otot yang kadang-kadang disertai dengan sedikit pemendekan serabut otot, yang terjadi setelah periode pelemasan/ relaksasi primer. Hal ini disebabkan karena terjadinya perubahan kimiawi pada protein yang terdapat pada serabut-serabut otot. Menurut Szen-Gyorgyi di dalam pembentukan kaku mayat peranan ATP adalah sangat penting. Seperti diketahui bahwa serabut otot dibentuk oleh dua jenis protein, yaitu aktin dan myosin, dimana kedua jenis protein ini bersama dengan ATP membentuk suatu masa yang lentur dan dapat berkontraksi. Bila kadar ATP menurun, maka akan terjadi pada perubahan pada akto-miosin, diamana sifat lentur dan kemampuan untuk berkontraksi menghilang sehingga otot yang bersangkutan akan menjadi kaku dan tidak dapat berkontraksi.

Kaku mayat mulai terdapat sekitar 2 jam post mortem dan mencapai puncaknya setelah 10-12 jam pos mortem, keadaan ini akan menetap selama 24 jam dan setelah 24 jam kaku mayat mulai menghilang sesuai dengan urutan terjadinya, yaitu dimulai dari otot-otot wajah, leher, lengan, dada, perut, dan tungkai.

Adanya kejanggalan dari postur pada mayat dimana kaku mayat telah terbentuk dengan posisi sewaktu mayat ditemukan, dapat menjadi petunjuk bahwa pada tubuh korban telah dipindahkan setelah mati. Ini mungkin dimaksudkan untuk menutupi sebab kematian atau cara kematian yang sebenarnya.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi kaku mayat : a) Kondisi otot

 Persediaan glikogen, cepat lambat kaku mayat tergantung persediaan glikogen otot. Pada kondisi tubuh sehat sebelum meninggal, kaku mayat akan lambat dan lama, juga pada orang yang sebelum mati banyak makan karbohidrat, maka kaku mayat akan lambat.

 Gizi, pada mayat dengan kondisi gizi jelek saat mati, kaku mayat akan cepat terjadi.

 Kegiatan Otot, pada orang yang melakukan kegiatan otot sebelum meninggal maka kaku mayat akan terjadi lebih cepat.

(13)

b) Usia

 Pada orang tua dan anak-anak lebih cepat dan tidak berlangsung lama.

 Pada bayi premature tidak terjadi kaku mayat, kaku mayat terjadi pada bayi cukup bulan.

c) Keadaan Lingkungan

 Keadaan kering lebih lambat dari pada panas dan lembab

 Pada mayat dalam air dingin, kaku mayat akan cepat terjadi dan berlangsung lama.

 Pada udara suhu tinggi, kaku mayat terjadi lebih cepat dan singkat, tetapi pada suhu rendah kaku mayat lebih lambat dan lama.

 Kaku mayat tidak terjadi pada suhu dibawah 10oC, kekakuan yang terjadi pembekuan atau cold stiffening.

d) Cara Kematian

 Pada mayat dengan penyakit kronis dan kurus, kuku mayat lebih cepat terjadi dan berlangsung tidak lama.

 Pada mati mendadak, kaku mayat terjadi lebih lambat dan berlangsung lebih lama. Waktu terjadinya rigor mortis (kaku mayat)

 Kurang dari 3 – 4 jam post mortem : belum terjadi rigor mortis

 Lebih dari 3 – 4 jam post mortem : mulai terjadi rigor mortis

 Rigor mortis maksimal terjadi 12 jam setelah kematian

 Rigor mortis dipertahankan selama 12 jam

 Rigor mortis menghilang 24 – 36 jam post mortem

Terdapat kekakuan pada pada mayat yang menyerupai kaku mayat :

Cadaveric spasme (instantaneous rigor), adalah bentuk kekakuan otot yang terjadi pada saat kematian dan menetap. Cadaveric spasme sesungguhnya merupakan kaku mayat yang timbul dengan intensitas sangat kuat tanpa didahului oleh relaksasi primer. Penyebabnya adalah akibat habisnya cadangan glikogen dan ATP yang bersifat setempat pada saat mati klinis karena kelelahan atau emosi yang hebat sesaat sebelum meninggal. Kepentingan medikolegalnya adalah menunjukkan sikap terakhir masa hidupnya. Misalnya, tangan yang menggenggam erat benda yang diraihnya pada kasus tenggelam, tangan yang menggenggam pada kasus bunuh diri.

(14)

Heat stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein otot oleh panas. Otot-otot berwarna merah muda, kaku, tepi rapuh (mudah robek). Keadaan ini dapat dijumpai pada korban mati terbakar. Pada saat stiffening serabut-serabut ototnya memendek sehingga menimbulkan fleksi leher, siku, paha, dan lutut, membentuk sikap petinju (pugilistic attitude). Perubahan sikap ini tidak memberikan arti tertentu bagi sikap semasa hidup, intravitalitas, penyebab atau cara kematian.

Cold stiffening, yaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan dingin (dibawah 3,5oC atau 40oF), sehingga terjadi pembekuan cairan tubuh, termasuk cairan sendi, pemadatan jaringan lemak subkutan dan otot, bila cairan sendi yang membeku menyebabkan sendi tidak dapat digerakan. Bila sendi di bengkokkan secara paksa maka akan terdengar suara es pecah. Dan mayat yang kaku ini akan menjadi lemas kembali bila diletakkan ditempat yang hangat, kemudian rigor mortis akan terjadi dalam waktu yang sangat singkat.

3. Pembusukan Atau Decompositio

Pembusukan mayat nama lainnya dekomposisi dan putrefection. Pembusukan adalah proses degradasi jaringan pada tubuh mayat yang terjadi sebagai akibat proses autolisis dan aktivitas mikroorganisme, terutama Clostridium welchii.

Autolisis adalah perlunakan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam keadaan steril melalui proses kimia yang disebabkan oleh enzim-enzim intraseluler, sehingga organ-organ yang kaya dengan enzim-enzim akan mengalami proses autolisis lebih cepat daripada organ-organ yang tidak memiliki enzim, dengan demikian pankreas akan mengalami autolisis lebih cepat dari pada jantung. Proses autolisis ini tidak dipengaruhi oleh mikroorganisme oleh karena itu pada mayat yang steril misalnya mayat bayi dalam kandungan proses autolisis ini tetap terjadi. Proses auotolisis terjadi sebagai akibat dari pengaruh enzim yang dilepaskan pasca mati. Mula-mula yang terkena adalah nukleoprotein yang terdapat pada kromatin dan sesudah itu sitoplasmanya, kemudian dinding sel akan mengalami kehancuran sebagai akibatnya jaringan akan menjadi lunak dan mencair.

Pada mayat yang dibekukan pelepasan enzim akan terhambat oleh pengaruh suhu yang rendah maka proses autolisis ini akan dihambat demikian juga pada suhu tinggi enzim-enzim yang terdapat pada sel akan mengalami kerusakan sehingga proses ini akan terhambat. Setelah seseorang meninggal, maka semua sistem pertahanan tubuh akan hilang, bakteri yang secara normal dihambat oleh jaringan tubuh akan segera masuk ke jaringan tubuh melalui

(15)

pembuluh darah, dimana darah merupakan media yang terbaik bagi bakteri untuk berkembang biak. Bakteri ini menyebabkan hemolisa, pencairan bekuan darah yang terjadi sebelum dan sesudah mati, pencairan trombus atau emboli, perusakan jaringan-jaringan dan pembentukan gas pembusukan. Bakteri yang sering menyebabkan destruktif ini sebagian besar berasal dari usus dan yang paling utama adalah Cl. welchii. Bakteri ini berkembang biak dengan cepat sekali menuju ke jaringan ikat dinding perut yang menyebabkan perubahan warna. Perubahan warna ini terjadi oleh karena reaksi antara H2S (gas pembusukan yang terjadi dalam usus besar) dengan Hb menjadi Sulf-Meth-Hb. Tanda pertama pembusukan baru dapat dilihat kira-kira 24 jam - 48 jam pasca mati berupa warna kehijauan pada dinding abdomen bagian bawah, lebih sering pada fosa iliaka kanan dimana isinya lebih cair, mengandung lebih banyak bakteri dan letaknya yang lebih superfisial. Perubahan warna ini secara bertahap akan meluas keseluruh dinding abdomen sampai ke dada dan bau busukpun mulai tercium. Perubahan warna ini juga dapat dilihat pada permukaan organ dalam seperti hepar, dimana hepar merupakan organ yang langsung kontak dengan kolon transversum. Pada saat Cl.welchii mulai tumbuh pada satu organ parenchim, maka sitoplasma dari organ sel itu akan mengalami disintegrasi dan nukleusnya akan dirusak sehingga sel menjadi lisis atau rhexis. Kemudian sel-sel menjadi lepas sehingga jaringan kehilangan strukturnya.

Bakteri ini kemudian masuk kedalam pembuluh darah dan berkembang biak didalamnya yang menyebabkan hemolisa yang kemudian mewarnai dinding pembuluh darah dan jaringan sekitarnya. Bakteri ini memproduksi gas-gas pembusukan yang mengisi pembuluh darah yang menyebabkan pelebaran pembuluh darah superfisial tanpa merusak dinding pembuluh darahnya sehingga pembuluh darah beserta cabang-cabangnya tampak lebih jelas seperti pohon gundul (arborescent pattern atau arborescent mark) yang sering disebut marbling. Bakteripembusukan ini banyak terdapat dalam intestinal dan paru, maka gambaran marbling ini jelas terlihat pada bahu,dada bagian atas, abdomen bagian bawah dan paha.

Secara mikroskopis bakteri dapat dilihat menggumpal pada rongga-rongga jaringan dimana bakteri tersebut banyak memproduksi gelembung gas. Ukuran gelembung gas yang tadinya kecil dapat cepat membesar menyerupai honey combed appearance. Lesi ini dapat dilihat pertama kali pada hati . Kemudian permukaan lapisan atas epidermis dapat dengan mudah dilepaskan dengan jaringan yang ada dibawahnya dan ini disebut ‘skin slippage’. Skin slippage ini menyebabkan identifikasi melalui sidik jari sulit dilakukan. Pembentukan gas yang terjadi antara epidermis dan dermis mengakibatkan timbulnya bula-bula yang bening, fragil, yang dapat berisi cairan coklat kemerahan yang berbau busuk. Cairan ini

(16)

kadang-menyerupai pendulum yang berukuran 5 – 7,5 cm dan bila pecah meninggalkan daerah yang berminyak, berkilat dan berwarna kemerahan, ini disebabkan oleh karena pecahnya sel-sel lemak subkutan sehingga cairan lemak keluar ke lapisan dermis oleh karena tekanan gas pembusukan dari dalam. Selain itu epitel kulit, kuku, rambut kepala, aksila dan pubis mudah dicabut dan dilepaskan oleh karena adanya desintegrasi pada akar rambut.

Selama terjadi pembentukan gas-gas pembusukan, gelembung-gelembung udara mengisi hampir seluruh jaringan subkutan. Gas yang terdapat di dalam jaringan dinding tubuh akan menyebabkan terabanya krepitasi udara. Gas ini menyebabkan pembengkakan tubuh yang menyeluruh, dan tubuh berada dalam sikap pugilistic attitude.

Scrotum dan penis dapat membesar dan membengkak, leher dan muka dapat menggembung, bibir menonjol seperti “frog-like-fashion”, Kedua bola mata keluar, lidah terjulur diantara dua gigi, ini menyebabkan mayat sulit dikenali kembali oleh keluarganya. Pembengkakan yang terjadi pada seluruh tubuh mengakibatkan berat badan mayat yang tadinya 57 - 63 kg sebelum mati menjadi 95 - 114 kg sesudah mati.

Tekanan yang meningkat didalam rongga dada oleh karena gas pembusukan yang terjadi didalam cavum abdominal menyebabkan pengeluaran udara dan cairan pembusukan yang berasal dari trakea dan bronkus terdorongkeluar, bersama-sama dengan cairan darah yang keluar melalui mulut dan hidung. Cairan pembusukan dapat ditemukan di dalam rongga dada, ini harus dibedakan dengan hematotorak dan biasanya cairan pembusukan ini tidak lebih dari 200 cc.

Pengeluaran urine dan feses dapat terjadi oleh karena tekanan intra abdominal yang meningkat. Pada wanita uterus dapat menjadi prolaps dan fetus dapat lahir dari uterus yang pregnan. Pada anak-anak adanya gas pembusukan dalam tengkorak dan otak menyebabkan sutura-sutura kepala menjadi mudah terlepas.

Organ-organ dalam mempunyai kecepatan pembusukan yang berbeda-beda. Jaringan intestinal,medula adrenal dan pancreas akan mengalami autolisis dalam beberapa jam setelah kematian. Organ-organ dalam lain seperti hati, ginjal dan limpa merupakan organ yang cepat mengalami pembusukan. Perubahan warna pada dinding lambung terutama di fundus dapat dilihat dalam 24 jam pertama setelah kematian. Difusi cairan dari kandung empedu kejaringan sekitarnya menyebabkan perubahan warna pada jaringan sekitarnya menjadi coklat kehijauan. Pada hati dapat dilihat gambaran honey combs appearance, limpa menjadi sangat lunak dan mudah robek, dan otak menjadi lunak.

Pembusukan lanjut dari organ dalam ini adalah pembentukan granula- granula milliary atau ‘milliary plaques’ yang berukuran kecil dengan diameter 1-3 mm yang terdapat pada

(17)

permukaan serosa yang terletak pada endotelial dari tubuh seperti pleura, peritoneum, pericardium dan endocardium.

Golongan organ berdasarkan kecepatan pembusukannya, yaitu:

1. Early : Organ dalam yang cepat membusuk antara lain jaringan intestinal, medula adrenal, pankreas, otak, lien, usus, uterus gravid, uterus post partum, dan darah 2. Moderate : Organ dalam yang lambat membusuk antara lain paru-paru, jantung,

ginjal, diafragma, lambung, otot polos dan otot lurik.

3. Late : Uterus non gravid dan prostat merupakan organ yang lebih tahan terhadap pembusukan karena memiliki struktur yang berbeda dengan jaringan yang lain yaitu jaringan fibrousa.

Pada orang yang mengalami obesitas, lemak-lemak tubuh terutama perirenal, omentum dan mesenterium dapat mencair menjadi cairan kuning yangtransluscent yang mengisi rongga badan diantara organ yang dapat menyebabkan autopsi lebih sulit dilakukan. Disamping bakteri pembusukan insekta juga memegang peranan penting dalam proses pembusukan sesudah mati. Beberapa jam setelah kematian lalat akan hinggap di badan dan meletakkan telur-telurnya pada lubang-lubang mata, hidung, mulut dan telinga. Biasanya jarang pada daerah genitoanal. Bila ada luka ditubuh mayat lalat lebih sering meletakkan telur-telurnya pada luka tersebut, sehingga bila ada telur atau larva lalat didaerah genitoanal ini maka dapat dicurigai adanya kekerasan seksual sebelum kematian. Telur-telur lalat ini akan berubah menjadi larva dalam waktu 24 jam. Larva ini mengeluarkan enzim proteolitik yang dapat mempercepat penghancuran jaringan pada tubuh. Larva lalat dapat kita temukan pada mayat kira-kira 36-48 jam pasca kematian. Berguna untuk memperkirakan saat kematian dan penyebab kematian karena keracunan. Saat kematian dapat kita perkirakan dengan cara mengukur panjang larva lalat. Penyebab kematian karena racun dapat kita ketahui dengan cara mengidentifikasi racun dalam larva lalat.

Insekta tidak hanya penting dalam proses pembusukan tetapi meraka juga memberi informasi penting yang berhubungan dengan kematian. Insekta dapat dipergunakan untuk memperkirakan saat kematian, memberi petunjuk bahwa tubuh mayat telah dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lainnya, memberi tanda pada badan bagian mana yang mengalami trauma, dan dapat dipergunakan dalam pemeriksaan toksikologi bila jaringan untuk specimen standart juga sudah mengalami pembusukan.

(18)

Aktifitas pembusukan sangat optimal pada temperatur berkisar antara 70°- 100°F (21,1-37,8°C) aktifitas ini dihambat bila suhu berada dibawah 50°F(10°C) atau pada suhu diatas 100°F (lebih dari 37,8°C). Bila mayat diletakkan pada suhu hangat dan lembab maka proses pembusukan akan berlangsung lebih cepat. Sebaliknya bila mayat diletakkan pada suhu dingin maka proses pembusukan akan berlangsung lebih lambat. Pada mayat yang gemuk proses pembusukan berlangsung lebih cepat dari pada mayat yang kurus. Pembusukan berlangsung lebih cepat karena kelebihan lemak akan menghambat hilangnya panas tubuh dan pada mayat yang gemuk memiliki darah yang lebih banyak, yang merupakan media yang baik untuk perkembangbiakkan organisme pembusukan.

Pada bayi yang baru lahir hilangnya panas tubuh yang cepat menghambat pertumbuhan bakteri disamping pada tubuh bayi yang baru lahir memang terdapat sedikit bakteri sehingga proses pembusukan berlangsung lebih lambat. Proses pembusukan juga dapat dipercepat dengan adanya septikemia yang terjadi sebelum kematian seperti peritonitis fekalis, aborsi septik, dan infeksi paru. Disini gas pembusukan dapat terjadi walaupun kulit masih terasa hangat.

Secara garis besar terdapat 17 tanda pembusukan pada jenazah, yaitu : 1. Wajah membengkak.

2. Bibir membengkak. 3. Mata menonjol. 4. Lidah terjulur.

5. Lubang hidung keluar darah. 6. Lubang mulut keluar darah.

7. Lubang lainnya keluar isinya seperti feses (usus), isi lambung, dan partus (gravid).

8. Badan gembung.

9. Bulla atau kulit ari terkelupas.

10. Aborescent pattern / morbling yaitu vena superfisialis kulit berwarna kehijauan. 11. Pembuluh darah bawah kulit melebar.

12. Dinding perut pecah.

13. Skrotum atau vulva membengkak. 14. Kuku terlepas.

15. Rambut terlepas.

16. Organ dalam membusuk. 17. Larva lalat.

(19)

Pembusukan dipengaruhi oleh beberapa faktor interinsik diatas, selain itu juga dipengaruhioleh faktor ekstrinsik antara lain kelembaban udara dan medium di mana mayat berada. Semakin lembab udara di sekeliling mayat maka pembusukan lebih cepat berlangsung, sedangkan pembusukan pada medium udara lebih cepat dibandingkan medium air dan pembusukan pada medium air lebih cepat dibandingkan pada medium tanah.

Pada keadaan tertentu tanda-tanda pembusukan tersebut tidak dijumpai, namun yang ditemui adalah modifikasi pembusukan.

4. Mumifikasi

Mumifikasi dapat terjadi karena proses dehidrasi jaringan yang cukup cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat menghentikan pembusukan. Proses mumufikasi terjadi bila keadaan disekitar mayat kering, kelembaban rendah, suhunya tinggi dan tidak ada kontaminasi dengan bakteri. Terjadinya beberapa bulan sesudah mati dengan tanda-tanda sebagai berikut mayat menjadi kecil, kering, mengkerut atau melisut, warna coklat kehitaman, kulit melekat erat dengan tulang di bawahnya, tidak berbau, dan keadaan anatominya masih utuh.

5. Saponifikasi

Saponifikasi dapat terjadi pada mayat yang berada di dalamsuasana hangat, lembab atau basah. Terjadi karena proses hidrolisis dari lemak menjadi asam lemak. Selanjutnya asam lemak yang tak jenuh akan mengalami dehidrogenisasi menjadi asam lemak jenuh dan kemudian bereaksi dengan alkali menjadi sabun yang tak larut. Terbentuk pertama kali pada lemak superfisial bentuk bercak, di pipi, di payudara, bokong bagian tubuh atau ekstremitas. Terjadinya saponikasi memerlukan waktu beberapa bulan dan dapat terjadi pada setiap jaringan tubuh yang berlemak dengan tanda-tanda berwarna keputihan dan berbau tengik seperti minyak kelapa.

6. Penurunan suhu tubuh mayat/algor mortis

Pada saat sel masih hidup ia akan selalu menghasilkan kalor dan energi. Kalor dan energi ini terbentuk melalui proses pembakaran sumber energi seperti glukosa, lemak, dan protein. Sumber energi utama yang digunakan adalah glukosa. Satu molekul glukosa dapat menghasilkan energi sebanyak 36 ATP yang nantinya digunakan sebagai sumber energi dalam berbagai hal seperti transport ion, kontraksi otot dan lain-lain. Energi sebanyak 36 ATP hanya

(20)

menyusun sekitar 38% dari total energi yang dihasilkan dari satu molekul glukosa Sisanya sebesar 62% energi yang dihasilkan inilah yang dilepaskan sebagai kalor atau panas.

Pada beberapa jam pertama, penurunan suhu terjadi sangat lambat dengan bentuk sigmoid. Hal ini disebabkan ada 2 faktor, yaitu :

1. Masih adanya sisa metabolisme dalam tubuh mayat, yakni karena masih adanya proses glikogenolisis dari cadangan glikogen yang disimpan di otot dan hepar (gambar II.2). 2. Perbedaan koefisien hantar sehingga butuh waktu mencapai tangga suhu.

Pada jam-jam pertama penurunannya sangat lambat tetapi sesudah itu penurunan menjadi lebih cepat dan pada akhirnya menjadi lebih lambat kembali. Jika dirata-rata maka penurunan suhu tersebut antara 0,9 sampai 1 derajat celcius atau sekitar 1,5 derajat Fahrenheit setiap jam, dengan catatan penurunan suhu dimulai dari 37 derajat Celcius atau 98,4 derajat Fahrenheit sehingga dengan dapat dirumuskan cara untuk memperkirakan berapa jam mayat telah mati dengan rumus (98,4oF - suhu

rectal oF) : 1,5oF. Pengukuran dilakukan per rectal dengan menggunakan thermometer kimia (long

chemical thermometer).

Terdapat dua hal yang mempengaruhi cepatnya penurunan suhu mayat ini yakni: 1. Faktor internal

a. Suhu tubuh saat mati

Sebab kematian, misalnya perdarahan otak dan septikemia, mati dengan suhu tubuh tinggi. Suhu tubuh yang tinggi pada saat mati ini akan mengakibatkan penurunan suhu tubuh menjadi lebih cepat. Sedangkan, pada hypothermia tingkat penurunannya menjadi sebaliknya.

b. Keadaan tubuh mayat

Konstitusi tubuh pada anak dan orang tua makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat. Pada mayat yang tubuhnya kurus, tingkat penurunannya menjadi lebih cepat.

2. Faktor Eksternal a. Suhu medium

Semakin besar selisih suhu antara medium dengan mayat maka semakin cepat terjadinya penurunan suhu. Hal ini dikarenakan kalor yang ada di tubuh mayat dilepaskan lebih cepat ke medium yang lebih dingin.

(21)

b. Keadaan udara di sekitarnya

Pada udara yang lembab, tingkat penurunan suhu menjadi lebih besar. Hal ini disebabkan karena udara yang lembab merupakan konduktor yang baik. Selain itu, Aliran udara juga makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat

c. Jenis medium

Pada medium air, tingkat penurunan suhu menjadi lebih cepat sebab air merupakan konduktor panas yang baik sehingga mampu menyerap banyak panas dari tubuh mayat. d. Pakaian mayat

Semakin tipis pakaian yang dipakai maka penurunan suhu mayat semakin cepat. Hal ini dikarenakan kontak antara tubuh mayat dengan suhu medium atau lingkungan lebih mudah.

LI.2.MEMAHAMI DAN MENJELASKAN INVESTIGASI PADA KASUS PEMERKOSAAN

Kronologis Pemeriksaan Kasus Kejahatan Seksual: A. Informed consent

B. Anamnesa Pasien : Umum :

 Umur, tempat/tanggal lahir, status perkawinan, siklus haid

 Penyakit kelamin/penyakit kandungan/penyakit lain

 Apa pernah bersetubuh

 Kapan persetubuhan terakhir

 Apakah memakai kondom Khusus:

 Waktu kejadian, tanggal, jam, tempat kejadian

 Apakah korban melawan

 Apakah korban pingsan

 Apa ada penetrasi dan ejakulasi

 Apa setelah kejadian korban mencuci, mandi, atau ganti pakaian C. Memeriksa pakaian

 Robekan

(22)

 Bercak darah

 Air mani

 Lumpur

 Rapi atau tidak D. Memeriksa tubuh korban

Umum :

 Penampilan

 Keadaan emosional

 Tanda bekas hilang kesadaran

 Tanda needle mark

 Tanda kekerasan

 Tanda perkembangan alat kelamin sekunder, pupil, reflex cahaya, TB, BB, TD, keadaan jantung, paru, abdomen

 Adakah trace evidence pada tubuh korban Khusus :

 Rambut kemaluan yang saling melekat karena air mani mengering  gunting

 Bercak air mani  kerok/swab

 Vulva  tanda kekerasan

 Introitus vagina

 Selaput dara  tentukan orifisium  perawan = 2,5cm ; persetubuhan = 9cm

 Frenulum labiorum pudenda

 Vagina dan cervix E. Pemeriksaan Laboratorium

 Tes Penyaring cairan mani  Tes fosfatase asam, visual/taktil, UV

 Tes Penentu cairan mani  Berberio, Florence, Puranen

 Tes Penentu spermatozoa  Sediaan langsung, Malascheet Green, Baechii

 Tes toksikologi (urin,darah)

 Tes kehamilan

(23)

Pemeriksaan laboratoriun pada kasus kejahatan seksual Pemeriksaan cairan mani

Semen merupakan cairan agak kental, berwarna putih kekuningan, keruh dan berbau khas. Dapat mengandung/ tidak mengandung spermatozoa (pada azospermia). Mengandung spermatozoa, sel-sel epitel, dan sel-sel lain yang tersuspensi dalam cairan yang disebut plasma seminal yang mengandung spermin dan beberapa enzim seperti fosfatase asam. Karena kekhasan kandungan zat ini, zat ini dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu cairan atau bercak adalah sperma atua bukan.

Bahan yang diambil dari tubuh korban:

Cairan mani dalam vagina untuk membuktikan adanya persetubuhan. Swab dilakukan dengan bantuan spekulum. Dengan cotton but dilakukan swab pada forniks posterior vagina dan permukaan mulut rahim.

Penentuan ada/ tidaknya spermatozoa Tanpa pewarnaan

 Untuk melihat apakah ada spermatozoa yang masih bergerak

 Umumnya, dalam 2-3 jam setelah persetubuhan masih dapat ditemukan spermatozoa yang bergerak dalam vagina. Haid akan memperpanjang sampai 3-4 jam

 Cara pemeriksaan: satu tetes lendir vagina diletakan pada kaca obyek, dilihat dengan pembesaran 500 x serta kondensor diturunkan. Perhatikan gerakan sperma.

Spermatozoa dapat ditemukan 3-6 hari pasca persetubuhan Dengan pewarnaan

 Dibuat sediaan apus dan difiksasi dengan melewatkan gelas sediaan apus tersebut pada nyala api. Pulas dengan HE, methy lene blue atau malachite green

(24)

 Warnai dengan larutan malachite green 1% selama 10-15 menit, lalu cuci dengan air mengalir dan setelah itu lakukakn counterstain dengan Eosin Yellowish 1% selama 1 menit, terakir cuci lagi dengan air

 Terlihat gambaran sperma: kepala (merah), leher( merah muda), ekor (hijau)

Penentuan cairan mani (kimiawi) Reaksi fosfatase asam

 Mendeteksi adanya enzim Fosfatase asam dalam bercak/ cairan

 Merupakan reaksi penyaring ada/ tidaknya mani, sehingga kharus dikonfirmasi ulang lagi dengan menggunakan tes penentu

 Cara pemeriksaan : Bahan yang dicurigai ditempelkan pada kertas saringang telah terlebih dahulu dibasahi dengan akuades selama beberapa menit. Kemudian kertas saring diangkat dan disemprotkan dengan reagens.

(+)  timbul warna ungu dalam waktu ± 30 detik

(+) palsu dapat ditemukan pada feses, air teh, kontraseptik, sari buah dan tumbuh-tumbuhan. Reaksi Berberio

 Dasar reaksi: menentukan adanya spermin dalam semen

 Merupakan reaksi penentu ada/ tidaknya mani

 Reagen yang digunakan larutan asam pikrat jenuh

(+)  kristal spermin pikrat yang kekuning-kuningan berbentuk jarum dengan ujung tumpul, kadang-kadang terdapat garis refraksi yang terletak longitudinal

Reaksi florence

 Dasar reaksi adalah untuk menentukan ada/ tidaknya kholin.

 Cara pemeriksaan: Ekstrak diletakan pada kaca obyek, biarkan mengering, tutup dengan kaca penutup. Reagen dialirkan dengan pipet dibawah kaca penutup. (+)  kristal kholin-periodida berwarna cokelat, berbentuk jarum dengan ujung sering terbelah.

(+) palsu  ekstrak jaringan berbagai organ (putih telur, ekstrak seranggga) akan memberikan warna serupa.

(25)

Pemeriksaan bercak mani pada pakaian Visual

Bercak manu berbatas tegas, dan lebih gelap dari sekitarnya, bercak yang sudah agak tua berwarna agak kekuning-kuningan. Pada bahan tekstil yang tidak menyerap, bercak yang segar akan menunjukkan permukaan mengkilap dan translusen, kemudian akan mengering.

 Dengan bantuan sinar Ultraviolet bercak semen akan menunjukkan warna putih  Dengan bantuan lampu wood: dapat ditemukan bercak putih pada kulit/ tubuh  Taktil

 Bercak mani terasa memberi kesan kaku seperti kanji Pewarnaan baecchi

 Untuk mengetahui adanya spermatozoa pada bercak kain

 Dengan jarum diambil 1-2 helai benang, leyakkan pada gelas obyek dan diuraikan sampai serabut-serabut saling terpisah. Tutup dengan gelas tutup dan balsem kanada, periksa dengan mikroskop pembesaran 400 kali. Serabut pakaian tidak mengambil warna, spermatozoa dengan kepala berwarna merah dan ekor merah muda terlihat banyak menempel pada selaput benang.

Pemeriksaan pria tersangka Cara lugol

 Kaca obyek ditempelkan dan ditekankan pada glans penis, terutama pada bagian kolom, korona serta frenulum

 Kemudian letakkan dengan spesimen menghadap ke bawah dengan specimen menghadap ke bawah dia atas tempat yang berisi larutan lugol dengan tujuan agar uap iodium akan mewarnai sediaan tersebut. Hasik + menunjukan sel-sel epitel vagina dengan sitoplasma berwarna cokelat karena mengandung banyak glikogen.

 Untuk memastikan bahwa sel epitel berasal dari seorang wanita, perlu ditentukan adanya kromatin seks (barr body).

LI.3.MEMAHAMI DAN MENGETAHUI SANKSI HUKUM PELAKU PEMERKOSAAN PEMBUNUHAN MENURUT PANDANGN ISLAM

(26)

Jinayat (tindak pidana) terhadap badan terbagi dalam dua jenis:

1. Jinayat terhadap jiwa (jinayat an-nafsi) = jinayat yang mengakibatkan hilangnya nyawa (pembunuhan). Pembunuhan jenis ini terbagi tiga:

a. Pembunuhan dengan sengaja (al-‘amd) =  Perbuatan yang dapat menghilangkan jiwa”,

 Pembunuhan dengan sengaja oleh seorang mukallaf secara sengaja (dan terencana) terhadap jiwa yang terlindungi darahnya, dengan cara dan alat yang biasanya dapat membunuh.

b. Pembunuhan yang mirip dengan sengaja (syibhu al-’amdi) = Membunuh dengan cara dan alat yang biasanya tidak membunuh.

Sangsi Hukuman:

Diyat = 100 unta, di antaranya 40 ekor yang sedang hamil

c.Pembunuhan karena keliru (al-khatha’) atau pembunuhan tidak sengaja, kesalahan semata tanpa direncanakan, dan tidak ada maksud membunuh sama sekali.

Misalnya = memanah binatang buruan atau sejenisnya, namun ternyata anak panahnya nyasar mengenai orang hingga meninggal dunia.

Sangsi Hukuman:

Diyat berupa 100 ekor unta secara berangsur-angsur selama tiga tahun.

Dan tidaklah layak bagi seorang mukmin untuk membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja). Dan barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah, (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diyat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum yang memusuhimu, padahal ia mukmin, maka (hendaklah si pembunuh)

(27)

memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Dan jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diyat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Barangsiapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai cara tobat kepada Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. (Qs. An-Nisa`: 92)

Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannnya ialah Jahannam.Ia kekal di dalamnya. Allah pun murka kepadanya, mengutuknya, serta menyediakan azab yang besar baginya.” (Qs. An-Nisa`: 93) 2. Jinayat kepada badan selain jiwa = Penganiayaan yang tidak sampai menghilangkan nyawa:

1. Luka-luka ححاحررجرللاحور جحاججرشحلاح

2. .Lenyapnya fungsi anggota tubuh ععفعاجنرمرللاح فحلرتلإع 3. .Hilangnya anggota tubuh ءعاجضرعللراح فحلرتلإع CARA MELAKSANAKAN QISAS

Kejahatan terhadap jiwa atau anggota badan yg diancam hukuman serupa (qishash) atau diyat (ganti rugi dari si pelaku kepada si korban atau walinya).Pembunuhan dengan sengaja, semi sengaja, menyebabkan kematian karena kealpaan, penganiayaan dengan sengaja, atau menyebabkan kelukaan tanpa sengaja.Memberikan hukuman kepada pelaku perbuatan persis seperti apa yg dilakukan terhadap korban

 Dg pedang atau senjata

 Dg alat dan cara yg digunakan oleh pembunuh. Hukuman-hukuman JARIMAH QISHASH dan DIYAT

1. Pembunuhan sengaja,

(28)

4. Penganiayaan sengaja,

5. Penganiayaan karena kesalahan (tidak sengaja).

Pemerkosaan dalam islam

Perkosaan dalam bahasa Arab disebut al wath`u bi al ikraah (hubungan seksual dengan paksaan). Jika seorang laki-laki memerkosa seorang perempuan, seluruh fuqaha sepakat perempuan itu tak dijatuhi hukuman zina (had az zina), baik hukuman cambuk 100 kali maupun hukuman rajam. (Abdul Qadir Audah, At Tasyri’ Al Jina`i Al Islami, Juz 2 hlm. 364; Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah, Juz 24 hlm. 31; Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm. 294; Imam Nawawi, Al Majmu’ Syarah Al Muhadzdzab, Juz 20 hlm.18).

Dalil untuk itu adalah Alquran dan sunnah. Dalil Alquran antara lain firman Allah SWT (artinya), ”Barang siapa yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkan dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al An’aam [6] : 145). Ibnu Qayyim mengisahkan ayat ini dijadikan hujjah oleh Ali bin Abi Thalib ra di hadapan Khalifah Umar bin Khaththab ra untuk membebaskan seorang perempuan yang dipaksa berzina oleh seorang penggembala, demi mendapat air minum karena perempuan itu sangat kehausan. (Abdul Qadir Audah, At Tasyri’ Al Jina`i Al Islami, Juz 2 hlm. 365; Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm. 294).

Adapun dalil sunnah adalah sabda Nabi SAW, ”Telah diangkat dari umatku (dosa/sanksi) karena ketidaksengajaan, karena lupa, dan karena apa-apa yang dipaksakan atas mereka.” (HR Thabrani dari Tsauban RA. Imam Nawawi berkata, ”Ini hadits hasan”). (Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm. 294; Abdul Qadir Audah, At Tasyri’ Al Jina`i Al Islami, Juz 2 hlm. 364).

Pembuktian perkosaan sama dengan pembuktian zina, yaitu dengan salah satu dari tiga bukti (al bayyinah) terjadinya perzinaan berikut; Pertama, pengakuan (iqrar) orang yang berbuat zina sebanyak empat kali secara jelas, dan dia tak menarik pengakuannya itu hingga selesainya eksekusi hukuman zina. Kedua, kesaksian (syahadah) empat laki-laki Muslim yang adil (bukan fasik) dan merdeka (bukan budak), yang mempersaksikan satu perzinaan (bukan perzinaan yang berbeda-beda) dalam satu majelis (pada waktu dan tempat yang sama), dengan kesaksian yang menyifati perzinaan dengan jelas. Ketiga, kehamilan (al habl),

(29)

yaitu kehamilan pada perempuan yang tidak bersuami. (Abdurrahman Al Maliki, Nizhamul Uqubat, hlm. 34-38).

Jika seorang perempuan mengklaim di hadapan hakim (qadhi) bahwa dirinya telah diperkosa oleh seorang laki-laki, sebenarnya dia telah melakukan qadzaf (tuduhan zina) kepada laki-laki itu. Kemungkinan hukum syara’ yang diberlakukan oleh hakim dapat berbeda-beda sesuai fakta (manath) yang ada, antara lain adalah sbb:

1. Jika perempuan itu mempunyai bukti (al bayyinah) perkosaan, yaitu kesaksian empat laki-laki Muslim, atau jika laki-laki pemerkosa mengakuinya, maka laki-laki itu dijatuhi hukuman zina, yaitu dicambuk 100 kali jika dia bukan muhshan, dan dirajam hingga mati jika dia muhshan. (Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm. 358).

2. Jika perempuan itu tak mempunyai bukti (al bayyinah) perkosaan, maka hukumnya dilihat lebih dahulu; jika laki-laki yang dituduh memerkosa itu orang baik-baik yang menjaga diri dari zina (al ‘iffah an zina), maka perempuan itu dijatuhi hukuman menuduh zina (hadd al qadzaf), yakni 80 kali cambukan sesuai QS An Nuur : 4. Adapun jika laki-laki yang dituduh memperkosa itu orang fasik, yakni bukan orang baik-baik yang menjaga diri dari zina, maka perempuan itu tak dapat dijatuhi hukuman menuduh zina.

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Qadir Audah, At-Tasyri’ al-Jina’i al-Islami, Juz II, Beirut: Dar al-Kitab alArabi, t.t Bernard Knight.2004.Forensic Phatology: 3rd edition.

Budiyanto.1997. Ilmu Kedokteran Forensik.

Dahlan, Sofwan. 2007. Ilmu Kedokteran Forensik. Pedoman Bagi Dokter dan Penegak Hukum. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang. 47-65.

Di Maio Dominick J. and Di Maio Vincent J.M; Time of Death; Forensic Pathology;CRC Press,Inc;1993:2:21-41

http://aceh.tribunnews.com/2013/05/03/pembunuhan-dalam-perspektif-islamDiunduh tanggal

27 Maret 2016 jam 19.00 WIB

Wahbah Zuhaili,. Fiqih Islam Wa adillatuhu juz 7 ; 358. Gema insane. Indonesia, 2011

Syekh Muhammad Najib Al-Muthi’I, Al-Mujmu’ Syarah Al-Muhadzdzab Lis-Syoirozi juz 20 ; 18,Maktabah Al-Irsyad, Jedda – Arab Saudi

Referensi

Dokumen terkait

HALAMAN PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN BAYAM (AMARANTHUS TRICOLOR L) 100 %DENGAN HIDROGEN PEROKSIDA 3% DALAM PROSES PEMUTIHAN GIGI

Pendaftaran pasien rawat jalan adalah proses administrasi atau prosedur Pendaftaran pasien rawat jalan adalah proses administrasi atau prosedur yang harus dilalui oleh seorang

Penulis membuat konsep perancangan corporate identity untuk memberi solusi Batik Tulis Tenggeran Kota Probolinggo yaitu dengan membuat corporate identity berupa

STEL batas paparan jangka pendek: 2) batas paparan jangka pendek: nilai batas yang di atasnya paparan hendaknya tidak terjadi dan yang terkait dengan jangka 15-menit (kecuali

Beberapa survei dan penelitian menguatkan bahwa betapa penting kemampuan untuk bisa mendengar, bahkan banyak penelitian yang menyimpulkan bahwa kemampuan seseorang untuk

Metode yang digunakan untuk menyusun sistem parkir mobil di gedung bertingkat dengan pohon prioritas adalah mendesain sebuah tanda parkir dan papan penunjuk jalan

Ketika masalah Indonesia diterima masuk dalam agenda Dewan Keamanan PBB pada tanggal 30 Juli 1947, Australia menyerahkan rancangan resolusi' yang menyerukan agar semua

Dan dalam pemenuhan kebutuhan tersebut, perilaku yang dimunculkan akan berbeda dalam menghadapi sesuatu, untuk melakukan kebutuhan secara riligius membutuhkan niat