• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyusunan Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulawesi Tengah 2013 DAFTAR ISI. Hal DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penyusunan Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulawesi Tengah 2013 DAFTAR ISI. Hal DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR..."

Copied!
218
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Hal

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR... xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1-1 1.2. Maksud dan Tujuan ... 1-4 1.3. Ruang Lingkup ... 1-4 1.4. Indikator Keluaran... 1-5 1.5. Tempat Kegiatan... 1-5

BAB 2 METODOLOGI PENELITIAN

2.1. Pola Pikir... 2-1 2.2. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan... 2-3

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

3.1. Letak Wilayah Studi ... 3-1 3.2. Kondisi Kependudukan... 3-5 3.3. PDRB Wilayah studi ... 3-7

BAB 4 KONDISI TRANSPORTASI WILAYAH STUDI

4.1. Kondisi Transportasi Jalan ... 4-1 4.2. Kondisi Prasarana Darat ... 4-22 4.3. Jaringan Pelayanan... 4-25 4.4. Terminal... 4-27 4.5. Prasarana Transportasi Laut... 4-36 4.6. Transportasi ASDP ... 4-41 4.7. Kondisi Transportasi Udara ... 4-44

(2)

BAB 5 ANALISIS PEMODELAN TRANSPORTASI

5.1. Landasan Pemikiran Dan Lingkungan Strategis... 5-1 5.2. Potensi Wilayah... 5-9 5.3. Pergerakan Perjalanan Orang... 5-21 5.4. Analisis Awal Potensi Transportasi... 5-30

BAB 6 ANALISIS AWAL ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI

6.1. Tren Lingkungan Strategis ... 6-1 6.2. Prediksi Bangkitan Perjalanan Orang Dan Barang... 6-5 6.3. Model Pengembangan Jaringan Transportasi... 6-20 6.4. Idealisasi Jaringan Transportasi... 6-27 6.5. Arah Kebijakan Pengembangan Sistem Transportasi... 6-31 6.6. Strategi dan Upaya ... 6-34

BAB 7 PENJADWALAN PROGRAM PENGEMBANGAN

(3)

DAFTAR TABEL

BAB Tabel 2.1Kebutuhan Data Sekunder... 2-6

Tabel 2.2Kebutuhan Data Primer ... 2-7

Tabel 3.1Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Banggai ... 3-2

Tabel 3.2. Jarak Ibukota Kecamatan dengan Ibukota Kabupaten Banggai... 3-4

Tabel 3.3. Jumlah Penduduk Kabupaten Banggai... 3-5

Tabel 3.4. Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga Menurut Kecamatan 2009-2012 .. 3-6

Tabel 3.5Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan

2000 menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah), 2007-2011... 3-8

Tabel 3.6Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku

menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah), 2007-2011 ... 3-9

Tabel 4.1 Kondisi Jalan Nasional Menurut Kecamatan di kabupaten Banggai

tahun 2007-2011 (Km)... 4-2

Tabel 4.2Kondisi Jalan Propinsi Menurut Kecamatan di kabupaten Banggai

tahun 2007-2011 (Km)... 4-3

Tabel 4.3Kondisi Jalan Kabupaten Menurut Kecamatan di Kabupaten Banggai

tahun 2007-2011 (Km)... 4-5

Tabel 4.4Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan Menurut Kecamatan

di Kabupaten Banggai Tahun 2007 (Km) ... 4-6

Tabel 4.5Kelas Jalan Nasional Menurut Kecamatan di Kabupaten Banggai

Tahun 2007 (Km) ... 4-7

Tabel 4.6Kelas Jalan Provinsi Menurut Kecamatan di Kabupaten Banggai

Tahun 2007 (Km) ... 4-8

Tabel 4.7Kelas Jalan Kabupaten Menurut Kecamatan di Kabupaten Banggai

Tahun 2007 (Km)... 4-9

Tabel 4.8 Data Hasil Pengamatan Lalu Lintas di Jalan Trans Luwuk Ampana... 4-17

Tabel 4.9 Data Hasil Pengamatan Lalu Lintas di Jl. Mandipar Luwuk – Baturube ... 4-18

(4)

Tabel 4.13.Jaringan Trayek Angkutan Orang Untuk Kendaraan Umum

Pedesaan dalam Kabupaten... 4-23

Tabel 4.14Jaringan Trayek Angkutan Orang dan Kendaraan

Umum Angkutan Pedesaan / Pembatasan Kecamatan Dalam Wilayah

Kabupaten Banggai dan Pembatasan Kabupaten... 4-24

Tabel 4.15Jaringan Trayek Angkutan Kabupaten Banggai Tahun 2007... 4-25

Tabel 4.16Terminal di Kabupaten Banggai ... 4-28

Tabel 4.17Ciri Pergerakan Barang... 4-30

Tabel 4.18Sebaran Pergerakan Barang... 4-31

Tabel 4.19Sebaran Pergerakan angkutan Barang Kabupaten Banggai... 4-34

Tabel 4.20Banyaknya Penumpang Kapal Laut yang Naik

Menurut Bulan di Kabupaten Banggai Tahun 2007-2011 (Km)... 4-38

Tabel 4.21Banyaknya Barang yang Dimuat Kapal Laut

Menurut Bulan di Kabupaten Banggai Tahun 2007-2011 (Km)... 4-39

Tabel 4.22Banyaknya Barang yang Dibongkar Kapal Laut

Menurut Bulan di Kabupaten Banggai Tahun 2007-2011 (Km)... 4-40

Tabel 4.23Banyaknya Pesawat Berangkat dan Datang Menurut Bulan

di Bandara Syukuran Aminuddin Amir Luwuk Banggai Tahun 2007-2011 (Km) 4-46

Tabel 4.24Banyaknya Penumpang Berangkat, Tiba dan Transit Menurut Bulan

di Bandara Syukuran Aminuddin Amir Luwuk Banggai Tahun 2007-2011 (Km) 4-47

Tabel 4.25Banyaknya Barang yang Dimuat dan Dibongkar Menurut Bulan

di Bandara Syukuran Aminuddin Amir Luwuk Banggai Tahun 2007-2011 (Km) 4-48

Tabel 4.26Banyaknya Bagasi yang Dimuat dan Dibongkar Menurut BulaN

di Bandara Syukuran Aminuddin Amir Luwuk Banggai Tahun 2007-2011 (Km) 4-49

Tabel 4.27 Kinerja Ruas Jalan di Kabupaten Banggai... 4-50

Tabel 4.28 Tingkat Aksesbilitas tiap Kecamatan di Kabupaten Donggala ... 4-51

Tabel 4.29 Kinerja Simpul Pelabuhan di Kabupaten Banggai ... 4-51

Tabel 5.1Rencana Fungsi Pusat Pemukiman ... 5-8

Tabel 5.2Produksi Jagung Perkecamatan di Kabupaten Banggai ... 5-10

Tabel 5.3Populasi Ternak Sapi ... 5-13

(5)

Tabel 5.6Produksi Perikanan Menurut Jenisnya di Kabupaten Banggai ... 5-17

Tabel 5.7Potensi Bahan Tambang Galian Kbupaten Banggai ... 5-19

Tabel 5.8Model Bangkitan Pergerakan Berdasarkan Parameter Sosio Ekonomi

di Kabupaten Banggai ... 5-23

Tabel 5. 9Jumlah Bangkitan dan Tarikan di Kabupaten Banggai ... 5-30

Tabel 5.10Jarak Antara Ibukota Kecamatan di Kabupaten Banggai... 5-32

Tabel 5.11Matrik Asal Tujuan Perjalanan Kabupaten Banggai ... 5-32

Tabel 5.12Penyebaran Perjalanan dari dan ke Kabupaten Banggai Perjalanan/Tahun 5-33

Tabel 5.13Matrik Asal Tujuan Perjalanan Tahun 2018... 5-34

Tabel 5.14Matrik Asal Tujuan Perjalanan Tahun 2023... 5-34

Tabel 5.15Matrik Asal Tujuan Perjalanan Tahun 2028... 5-35

Tabel 5.16Matrik Asal Tujuan Angkutan Barang Kabupaten Banggai ... 5-36

Tabel 5.17Matrik Asal Tujuan Angkutan Barang Kabupaten Banggai ... 5-36

Tabel 5.18Estimasi Pergerakan Barang berdasarkan OD Nasional Seluruh Indonesia 5-37

Tabel 6.1Output Skenario Fase 1 MP3EI, Tahun 2015 ... 6-7

Tabel 6.2Output Skenario Fase 2 MP3EI Tahun 2020 ... 6-7

Tabel 6.3Output Skenario Fase 3 MP3EI Tahun 2025 ... 6-8

Tabel 6.4Pergerakan Internal-Eksternal (Bangkitan) dan Eksternal-Internal (Tarikan)

Penumpang Pada Tahun Rencana... 6-10

Tabel 6.5Pergerakan Internal-Eksternal (Bangkitan) dan Eksternal-Internal (Tarikan)

Barang Pada Tahun Rencana... 6-11

Tabel 6.6 Matrik OD Penumpang 2013... 6-12

Tabel 6.7 Matrik OD Penumpang 2015... 6-13

Tabel 6.8 Matrik OD Penumpang 2015 + MP3EI ... 6-14

Tabel 6.9 Matrik OD Penumpang 2020... 6-14

Tabel 6.10Matrik OD Penumpang 2020 + MP3EI ... 6-15

Tabel 6.11Matrik OD Penumpang 2025 ... 6-15

Tabel 6.12Matrik OD Penumpang 2025+MP3EI... 6-16

Tabel 6.13Matrik OD Penumpang 2030 ... 6-16

(6)

Tabel 6.17Matrik OD Barang 2020+MP3EI... 6-18

Tabel 6.18Matrik OD Barang 2025+MP3EI... 6-19

Tabel 6.19Matrik OD Barang 2030 (ton)... 6-19

Tabel 6.20Standar Minimal Tingkat Pelayanan Jalan ... 6-21

Tabel 6.21Tingkat Pelayanan dan Karakteristik Operasi Jalan Arteri Primer ... 6-21

Tabel 6.22Hasil Kinerja Jaringan Jalan Tahun 2013 Pada Kondisi Do-Nothing... 6-23

Tabel 6.23Hasil Kinerja Jaringan Jalan Tahun 2015 Pada Kondisi Do-Nothing... 6-25

Tabel 6.24Hasil Kinerja Ruas Jalan Tahun 2015 Pada Kondisi Do-Nothing... 6-25

Tabel 6.25Rasio Demand-Supply Jaringan Pelayanan Transportasi Tahun 2013

Kondisi Do-Nothing ... 6-26

Tabel 6.26Lokasi Rencana Pembuatan Jalan Baru... 6-39

Tabel 6.27Analisa JS/JL Kabupaten Banggai ... 6-51

Tabel 6.28Ratio Tertimbang Kabupaten Banggai ... 6-52

Tabel 6.29Perangkingan JS/SL dan Ratio Tertimbang Kabupaten Banggai ... 6-53

Tabel 6.30Waktu Tempuh Perjalanan Antar Kecamatan (Jam)... 6-55

Tabel 6.31Panjang Jaringan Lintas... 6-65

Tabel 6.32Total Muatan Produksi Pada Masing – Masing Kecamatan... 6-68

Tabel 7.1 Penjadwalan Program Rencana Induk Transportasi Perkotaan di

Kabupaten Banggai ... 7-7

Tabel 7.2 Prasarana Yang Harus Dikembangkan ... 7-9

Tabel 7.3 Program Pengembangan Pelayanan Transportasi... 7-9

Tabel 7.4 Jaringan Jalan Yang Harus Dikembangkan... 7-10

Tabel 7.5 Hasil Kinerja Jaringan Jalan Tahun 2015 Pada Kondisi Do Something... 7-11

Tabel 7.6 Hasil Kinerja Jaringan Jalan Tahun 2025 Pada Kondisi Do Something... 7-11

Tabel 7.7 Hasil Kinerja Jaringan Jalan Tahun 2030 Pada Kondisi Do Something... 7-12

Tabel 7.8 Kinerja Jaringan Kabupaten Banggai pada tahun peramalan... 7-12

Tabel 7.9 Hasil Kinerja JS/JL Tahun 2015 Pada Kondisi Do Something... 7-14

Tabel 7.10Hasil Kinerja JS/JL Tahun 2025 Pada Kondisi Do Something... 7-15

Tabel 7.11Hasil Kinerja JS/JL Tahun 2030 Pada Kondisi Do Something... 7-15

Tabel 7.12Rasio Supply Demand pada Kondisi Do Nothing... 7-16

(7)

DAFTAR GAMBAR

BAB Gambar 1.1 Wilayah Kegiatan Studi ... 1-6

Gambar 2.1 Metode Pendekatan Teknis ... 2-2

Gambar 2.2 Alur Program Pekerjaan... 2-3

Gambar 3.1 Posisi Kabupaten Banggai dalam Kontek Propinsi Sulawesi Tengah ... 3-2

Gambar 3.2 Peta Sebaran Penduduk... 3-6

Gambar 4.1 Kondisi Fisik Jalan... 4-2

Gambar 4.2 Peta Jaringan Jalan Kabupaten Banggai... 4-11

Gambar 4.3 Fluktuasi Arus Lalu Lintas Jalan DR Samratulangi Arah Keluar Kota... 4-13

Gambar 4.4 Fluktuasi Arus Lalu Lintas Jalan DR Samratulangi Arah Masuk Kota ... 4-14

Gambar 4.5 Fluktuasi Arus Lalu Lintas Jalan Sudirman Arah Keluar Kota ... 4-14

Gambar 4.6 Fluktuasi Arus Lalu Lintas Jalan Sudirman Arah Masuk Kota... 4-15

Gambar 4.7 Fluktuasi Arus Lalu Lintas Jalan Musi Arah Keluar Kota... 4-15

Gambar 4.8 Fluktuasi Arus Lalu Lintas Jalan Musi Arah Masuk Kota ... 4-16

Gambar 4.9 Kondisi Terminal Biak... 4-28

Gambar 4.10 Peta Pintu Gerbang dan Pergerakan Eksternal Kabupaten Banggai.... 4-35

Gambar 4.11 Pelabuhan Kontainer Luwuk... 4-37

Gambar 4.12 Peta Lokasi Pelabuhan ... 4-38

Gambar 4.13 Peta Penyebaran Transportasi Laut... 4-43

Gambar 4.14 Kondisi Bandara H Syukuran Aminuddin Amir... 4-45

Gambar 4.15Rute Penerbangan dan Lokasi Bandara Udara ... 4-45

Gambar 5.1Peta Penggunaan Lahan Eksisting Kabupaten Banggai ... 5-3

Gambar 5.2Peta Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Banggai... 5-6

Gambar 5.3Peta Potensi Tanaman Pangan Kabupaten Banggai ... 5-12

Gambar 5.4Peta Potensi Perkebunan Kabupaten Banggai ... 5-15

Gambar 5.5Peta Potensi Wisata Kabupaten Banggai... 5-20

Gambar 5.6Jenis Pekerjaan yang Ditekuni ... 5-24

(8)

Gambar 5.10Frekwensi Perjalanan yang Dilakukan ... 5-28

Gambar 5.11Maksud Perjalanan ... 5-28

Gambar 5.12Jenis Kendaraan yang Digunakan ... 5-29

Gambar 5.13Peta Besaran Bangkitan dan Tarikan pada Masing Masing Kecamatan di

Kabupaten Banggai ... 5-31

Gambar 6.1 Peta Pola Pergerakan Kabupaten Banggai... 6-5

Gambar 6.2 Grafik Pertumbuhan Perjalanan Orang di Kabupaten Banggai ... 6-9

Gambar 6.3 Grafik Pertumbuhan Distribusi Barang di Kabupaten Banggai... 6-9

Gambar 6.4 Tingkat Pelayanan Kinerja Jalan Pada Kondisi Do-Nothing

Tahun 2013 ... 6-24

Gambar 6.5 Kondisi Jalan Kabupaten Banggai ... 6-34

Gambar 6.6 Peningkatan Jalan Arteri ke Primer... 6-35

Gambar 6.7 Usulan Tipikal Penampang Melintang dan Rumija Jalan

Arteri Sekunder 2013-2018... 6-36

Gambar 6.8 Peta Pengembangan Jalan Kolektor Primer... 6-37

Gambar 6.9 Usulan Tipikal Penampang Melintang dan Rumija Jalan

Kolektor Primer 2013-2018... 6-38

Gambar 6.10 Peta Perencanaan Jaringan Jalan Baru Kabupaten Banggai ... 6-38

Gambar 6.11 Kondisi Eksisting Lokasi On-Street di Kabupaten Banggai ... 6-43

Gambar 6.12 Lokasi Eksisting Fasilitas Pejalan Kaki di Kabupaten Banggai ... 6-44

Gambar 6.13 Lokasi Eksisting Jalan yang Masih Belum Dilengkapi Fasilitas Jalan .... 6-45

Gambar 6.14 Visualisasi Jalan di Kabupaten Banggai... 6-47

Gambar 6.15 Penampang melintang usulan jalan 4/2 UD ... 6-47

Gambar 6.16 Kondisi Jalan yang Fasilitas Marka Belum Tersedia. ... 6-48

Gambar 6.17 Paku Jalan... 6-49

Gambar 6.18 Lokasi yang Belum Dilengkapi Dengan Lampu Penerangan ... 6-50

Gambar 6.19 Usulan JS/JL terhadap Kinerja Paling Buruk pada Kec. Bualemo

Menuju Kec. Masama ... 6-54

Gambar 6.20 Peta rencana penetapan jaringan SAUM... 6-56

Gambar 6.21 Prasarana dan Sarana SAUM ... 6-57

(9)

Berdasarkan Hirarki Jalan ... 6-59

Gambar 6.24 Peta Lokasi Rencana Pembangunan Terminal Tipe C... 6-60

Gambar 6.25 Peta Lokasi Pelabuhan Pengumpan Primer, Sekunder dan

Pelabuhan Peti Kemas ... 6-63

Gambar 6.26 Peta Jaringan Lintas Berdasarkan Pola Pergerakan dan

Geometrik Jalan ... 6-64

Gambar 6.27 Peta Lokasi Rencana Titik Simpul Angkutan Barang

Kabupaten Banggai ... 6-65

Gambar 6.28 Peta Rencana Pembuatan Akses menuju Tempat SDA untuk

Angkutan Barang... 6-67

Gambar 6.29 Peta Potensi Volume dan Kapasitas Muatan per Titik Simpul

Angkutan Barang... 6-69

Gambar 6.30 Peta Usulan Peningkatan Kelas Berdasarkan Potensi Volume

Angkutan Barang ... 6-70

Gambar 6.31 Contoh Fasilitas Pengawas Muatan... 6-71

Gambar 7.1Kinerja Jaringan Kabupaten Banggai Pada Tahun Peramalan ... 7-13

Gambar 7.2Perbandingan Rasio Supply Demand pada Angkutan Jalan ... 7-18

Gambar 7.3Perbandingan Rasio Supply Demand Pada ASDP ... 7-18

Gambar 7.4Perbandingan Rasio Supply Demand Pada Angkutan Laut... 7-19

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran transportasi. Karenanya sistem transportasi nasional (SISTRANAS) diharapkan mampu menghasilkan jasa transportasi yang berkemampuan tinggi dan diselenggarakan secara efisien dan efektif dalam menunjang dan sekaligus menggerakan dinamika pembangunan; mendukung mobilitas manusia dan barang serta jasa; mendukung pola distribusi nasional serta mendukung pengembangan wilayah, peningkatan hubungan nasional dan internasional yang lebih memantapkan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam rangka perwujudan Wawasan Nusantara.

MP3EI merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 dan melengkapi dokumen perencanaan. Saat ini sudah di identifikasi lokasi kawasan Perhatian Investasi (KPI) oleh KP3EI terkait dengan wilayah kabupaten/kota.

Suksesnya pelaksanaan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia tersebut sangat tergantung pada kuatnya derajat konektivitas ekonomi nasional (intra dan inter wilayah) maupun konektivitas ekonomi internasional Indonesia dengan pasar dunia. Dengan pertimbangan tersebut Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) menetapkan penguatan konektivitas nasional sebagai salah satu dari tiga strategi utama (pilar utama). Konektivitas Nasional merupakan pengintegrasian 4 (empat) elemen kebijakan nasional yang terdiri dari Sistem Logistik Nasional (Sislognas), Sistem Transportasi Nasional (Sistranas), Pengembangan wilayah (RPJMN/RTRWN), Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK/ICT). Upaya ini perlu dilakukan agar dapat diwujudkan konektivitas nasional yang efektif, efisien, dan terpadu. Sebagaimana diketahui, konektivitas nasional Indonesia merupakan bagian dari konektivitas global. Oleh karena itu, perwujudan penguatan konektivitas nasional perlu mempertimbangkan keterhubungan Indonesia dengan

(11)

meningkatkan daya saing nasional. Hal ini sangat penting dilakukan guna memaksimalkan keuntungan dari keterhubungan lokal, regional dan global/internasional.

Koridor Ekonomi Sulawesi dalam sistem ekonomi nasional memiliki potensi tinggi di bidang ekonomi dan sosial dengan kegiatan-kegiatan unggulannya. Meskipun demikian, secara umum terdapat beberapa hal yang harus dibenahi di Koridor Ekonomi Sulawesi :

a) Rendahnya nilai PDRB per kapita di Sulawesi dibandingkan dengan pulai lain di Indonesia; b) Kegiatan ekonomi utama pertanian, sebagai kontributor PDRB terbesar (30 persen), tumbuh

dengan lambat padahal kegiatan ekonomi utama ini menyerap sekitar 50 persen tenaga kerja;

c) Investasi di Sulawesi berasal dari dalam dan luar negeri relative tertinggal dibandingkan di daerah lain;

d) Infrastruktur perekonomian dan social seperti jalan, listrik, air, dan kesehatan kurang tersedia dan belum memadai.

Pembangunan Koridor Ekonomi Sulawesi berfokus pada kegiatan-kegiatan ekonomi utama pertanian pangan, kakao, perikanan, dan nikel. Selain itu, kegiatan ekonomi utama minyak dan gas bumi dapat dikembangkan yang potensial untuk menjadi mesin pertumbuhan ekonomi di koridor ini. Dalam jangka panjang, diperlukan upaya konsisten untuk membangun industri hilir pertambangan dan hasil perkebunan. Hilirisasi industri diiringi pemasaran secara sinergis dan strategis akan menghasilkan pertambahan nilai optimal di dalam koridor yang berimplikasi pada perluasan lapangan kerja dan peningkatan daya saing produk yang dihasilkan. Pembangunan struktur ruang diarahkan pada pemahaman pola pergerakan barang dari hasil perkebunan (kakao) maupun tambang nikel, dan migas, menuju tempat pengolahan dan atau kawasan industry, yang berlanjut menuju ke pelabuhan. Untuk itu, penentuan prioritas dan kualitas pembangunan serta pemeliharaan infrastruktur jalan dan jembatan di setiap provinsi diarahkan untuk melayani angkutan barang disepanjang jalur konektivitas ekonomi di provinsi yang bersangkutan. Demikian pula pembangunan infrastruktur air dan energy dilakukan untuk mendukung produksi pertanian pangan, kakao, maupun pertambangan yang ada disetiap provinsi, yang berujung pada peningkatan manfaat dan nilai tambah produk yang dihasilkan.

(12)

Pembangunan struktur ruang Koridor Ekonomi Sulawesi akan berkembang sejalan dengan pembangunan dan keberadaan jalan raya trans Sulawesi yang menghubungkan Sulawesi bagian Selatan hignga utara. Struktur ruang koridor ini mengalami dinamika yang tinggi seiring dengan percepatan pergerakan barang dan orang dari intra dan inter pusat-pusat pertumbuhan di dalam koridor Ekonomi Sulawesi maupun antar antar Koridor Ekonomi Sulawesi dengan koridor ekonomi lainnya di Indonesia. Selain itu, mengingat bahwa koridor ini berada di sisi Samudra Pasifik dan jalur pelayaran Internasional, maka sangat penting untuk dapat menentukan lokasi yang akan berfungsi sebagai hubungan internasional. Pelabuhan Bitung di Sulawesi Utara, atau pelabuhan Makassar di Sulawesi Selatan merupakan alternative pelabuhan yang dapat dikembangkan menjadi hubungan internasional. Penetapan hubungan internasional di kawasan Indonesia Timur diharapkan dapat mempercepat pembangunan di Indonesia Timur yang lebih di dominasi oleh pulau-pulau. Sebagai unsur pendorong, Tatrawil berfungsi menyediakan jasa transportasi yang efektif untuk menghubungkan daerah terisolasi dengan daerah berkembang yang berada di luar wilayahnya, sehingga terjadi pertumbuhan perekonomian yang strategis.

Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS) pada hakekatnya merupakan suatu Konsep Pembinaan Transportasi dalam pendekatan kesisteman yang mengintegrasikan sumber daya dan memfasilitasi upaya-upaya untuk mencapai tujuan nasional. Dalam hal ini adalah penting untuk secara berkelanjutan memperkuat keterkaitan fungsi atau keterkaitan aktivitas satu sama lainnya baik langsung maupun tidak langsung dengan penyelenggaraan transportasi baik pada Tataran Transportasi Nasional (Tatranas), Tataran Transportasi Wilayah (Tatrawil), maupun Tataran Transportasi Lokal (Tatralok).

Di sisi lain, fungsi transportasi sebagai unsur promoting dan servicing dalam pengembangan transportasi yang menyediakan jasa transportasi yang efektif untuk menghubungkan daerah terisolasi, tertinggal dan perbatasan dengan daerah berkembang yang berada di luar wilayahnya, sehingga terjadi pertumbuhan perekonomian yang sinergis.

Dalam kaitan tersebut dan dalam rangka perwujudan SISTRANAS dalam Mendukung MP3EI perlu disusun jaringan transportasi pada tataran Nasional, Propinsi dan Lokal Kabupaten / Kota agar tercipta harmonisasi dan sinkronisasi penyelenggaraan transportasi. Pada Tataran wilayah

(13)

dengan penyusunanan Tatralok pada tahun 2013 ini khususnya pada wilayah Kabupaten / Kota yang belum berkembang dengan baik. Dengan demikian diperoleh arah pembangunan jaringan pelayanan dan jaringan prasarana yang dapatberperan dalam mendukung perekonomian wilayah (MP3EI) dan mendorong pertumbuhan wilayah yang belum berkembang baik pada tataran lokal, provinsi hingga nasional/internasional.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari studi ini adalah menyusun Tataran Transportasi Lokal sejalan dengan dinamika perkembangan ekonomi wilayah dan pola Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, sebagai pedoman pengaturan, pembangunan dan penyelenggaraan transportasi Lokal.

Tujuan studi adalah tersedianya dokumen rencana dan program pengembangan transportasi lokal kabupaten/kota di 6 wilayah, 1 (satu) Kota dan 5 (lima) Kabupaten yaitu : Kota Palu, Kabupaten Toli-Toli, Morowali, Banggai, Sigi, Donggala, yang efektif dan efisien dalam mendukung Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

1.3 RUANG LINGKUP

a) Ruang Lingkup Pekerjaan

Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka Studi Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulawesi Tengah Dalam Mendukung Prioritas Dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Koridor Ekonomi Sulawesi ini adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi permasalahan sistem transportasi lokal yang ada;

2. Identifikasi pelayanan, jaringan prasarana dan jaringan pelayanan transportasi secara terpadu;

3. Analisis permintaan transportasi dan pola bangkitan serta pergerakan terkait dengan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota dan rencana pembangunan dalam MP3EI; 4. Pengkajian Model pengembangan jaringan transportasi lokal kabupaten / kota;

5. Merumuskan alternatif pengembangan jaringan prasarana dan pelayanan transportasi; 6. Merumuskan kebijakan, strategi dan program pengembangan jaringan prasarana dan

(14)

8. Menyusun rancangan peraturan Bupati / Walikota tentang Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok);

9. Mengadakan FGD di Ibu Kota Kabupaten / Kota untuk mendapatkan masukan alternatif pengembangan jaringan transportasi lokal;

b) Ruang Lingkup Jangka Waktu

Adapun jangka waktu perencanaan dalam penyusunan Studi Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulawesi Tengah Dalam Mendukung Prioritas Dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Koridor Ekonomi Sulawesi ini adalah untuk kurun waktu dari tahun 2014-2030.

c) Ruang Lingkup Wilayah

Kegiatan penelitian ini dibatasi hanya dalam lingkup penyusunan Tataran Transportasi Lokal kabupaten/kota terkait dengan permintaan transportasi dan pola bangkitan serta pergerakan, utamanya untuk mendukung prioritas pembangunan sentra produksi di koridor ekonomi Sulawesi.

1.4 INDIKATOR KELUARAN DAN KELUARAN

Indikator pelaksanaan penyusunan Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulawesi Tengah Dalam Mendukung Prioritas Dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Koridor Ekonomi Sulawesi ini adalah Tersedianya Dokumen Tataran Transportasi Lokal (TATRALOK) dan konsep legalitas penetapannya di 6 wilayah, 1 (satu) Kota dan 5 (lima) Kabupaten yaitu : Kota Palu, Kabupaten Toli-Toli, Morowali, Banggai, Sigi, Donggala.

Keluaran kegiatan adalah enam (6) laporan di 6 wilayah, 1 (satu) Kota dan 5 (lima) Kabupaten yaitu : Kota Palu, Kabupaten Toli-Toli, Morowali, Banggai, Sigi, Donggala.

1.5 TEMPAT KEGIATAN

Pelaksanaan studi Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulawesi Tengah Dalam Mendukung Prioritas Dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Koridor Ekonomi Sulawesi ini adalah di Koridor IV Sulawesi Provinsi Sulawesi Tengah. Penjelasan selengkapnya dapat

(15)
(16)

BAB 2

METODOLOGI PENELITIAN

2.1 POLA PIKIR

Pola pikir penyusunan tatralok pada dasarnya menggunakan pendekatan model perencanaan transportasi. Konsep dasar dari perencanaan transportasi (transport planning) secara umum adalah untuk hal-hal sebagai berikut :

a) Memprediksi jumlah bangkitan perjalanan dan pola pergerakan orang dan barang di kawasan studi, pada masa yang akan datang (tahun rencana) untuk kepentingan kebijakan investasi perencanaan transportasi.

b) Memperkirakan kinerja prasarana transportasi dan efisiensinya untuk semua sistem transportasi yang ada dan yang mungkin diadakan di wilayah studi.

c) Menentukan strategi penataan dan pengembangan prasarana transportasi serta penyusunan program untuk implementasinya.

Selain pada hal-hal yang telah disebutkan tersebut diatas, Studi Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulawesi Tengah Dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Koridor Ekonomi Sulawesi adalah untuk mendukung percepatan pembangunan ekonomi di Koridor IV Sulawesi. Dengan demikian studi ini harus menjadikan MP3EI (Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) 2011-2025 harus menjadi rujukan utama dalam penyusunan studi ini. Hal ini disebabkan oleh karena dalam MP3EI, telah dibagi koridor-koridor ekonomi Indonesia yang terdiri atas :

a) Koridor Ekonomi Sumatera b) Koridor Ekonomi Jawa c) Koridor Ekonomi Kalimantan d) Koridor Ekonomi Sulawesi

e) Koridor Ekonomi Bali-Nusa Tenggara f) Koridor Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku

(17)

Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Koridor Ekonomi Sulawesi tersebut, secara lengkap dapat dilihat pada gambar berikut ini

 Tinjau Jaringan Transportasi Propinsi dan Kabupaten/Kota

 Inventarisasi Rencana Umum dan Teknis Pengembangan Perhubungan  Kebijakan-Kebijakan Nasional

Khususnya MP3EI dan MP3KI

 Data Statistik  Data Asal Tujuan  Potensi Wilayah

 Prasarana dan Sarana Transportasi

Kompilasi Data Kajian Kebijakan

Analisis Wilayah Analisis Teknis Analisis Prediksi

 Pola Kecenderungan dan Arah Pengembangan Wilayah

 Potensi dan Masalah Pengembangan Wilayah Kajian Terhadap RTRW K Analisis Bangkitan Tarikan  Analisis Permintaan Transportasi Kab./Kota  Model Pengembangan Jaringan Transportasi Kab/Kota  Alternatif Pengembangan Transportasi Kab./Kota  Alternatif Pemilihan Moda

Pemetaan Demand Pelayanan Transportasi Proyeksi Demand Pelayanan Transportasi Pemetaan Supply Pelayanan Transportasi Proyeksi Supply Pelayanan Transportasi

Besaran dan pola pergerakan arus lalu lintas (orang dan barang)

Kinerja sistem transportasi dan defisiensi:

Jaringan jalan

Trayek angkutan umum

Jaringan lintas angkutan barang

Fasilitas bongkar muat barang

Fasilitas parkir

Guna ruang jalan.

Outlettransportasi Prov. Sulawesi Tengah (dermaga, pelabuhan, bandara, terminal) penumpang dan barang)

Strategi penataan dan pengembangan sistem transportasi yang ada dan yag akan datang untuk agkutan orang dan barang:

Sistem angkutan darat

Sistem angkutan laut

Sistem angkutan udara

PENYUSUNAN TINGKAT PRIORITAS

PENYUSUNAN PROGRAM UNTUK IMPLEMENTASINYA

REKOMENDASI:

Penataan dan Pengembangan Sistem Transportasi dan Sistem Pendanaannya

(18)

Secara garis besar pendekatan dan pola pikir yang digunakan didalam pelaksanaan Studi Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulawesi Tengah Dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Koridor Ekonomi Sulawesi adalah sebagai berikut :

2.2 TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Studi Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulawesi Tengah ini dilaksanakan dengan mengacu pada program kerja berikut, disesuaikan dengan petunjuk teknis penyusunan Tatralok yang telah ada.Secara umum, alur program yang digunakan dalam pengerjaan pekerjaan ini disajikan pada gambar berikut.

Pelaporan Kerangka TAHAP KEGIATAN Pelaksanaan Survey Kompilasi Data Analisis Awal Analisis Tatralok

Analisis Teknis Analisis Normatif Analisis Wilayah

Penyusunan Kebijakan

Focus Group Discussion Finalisasi Studi

Persiapan dan Mobilisasi

Koordinasi dan Mobilisasi Tim Penajaman Metode dan Rencana

Kerja

Penyiapan Peta Dasar Pengumpulan Data Awal Kajian Literatur

Penyiapan Perangkat Survey

Tinjau Ulang Jaringan Transportasi Propinsi dan Kabupaten/Kota Inventarisasi Rencana Umum dan

Teknis Pengembangan Perhubungan

Inventarisasi Sistem Perencanaan Pengembangan Perhubungan Identifikasi Kebijakan

Pengembangan Transportasi Identifikasi Jaringan Pelayanan dan

Jaringan Prasarana Transportasi Eksisting

Studi Terdahulu

Kebijakan-Kebijakan Nasional Khususnya MP3EI

Pola Kecenderungan: Dampak Ekonomi Pasar, Demografi yang Akan Datang

Lingkungan Strategis Kabupaten/Kota, Propinsi Otonomi Daerah Wujud Jaringan yang

Diinginkan Aspek Integrasi Antar

Moda  Kajian Terhadap RTRWK

 Analisa Bangkitan Tarikan

 Merumuskan Kebijakan Tatralok Kedepan

Tersusunnya Tatralok 6 Kota/Kabupaten

La po ra n Pe nd ah ulu an La po ra n An ta ra D ra ft La po ra n Ak hir La po ra n A kh ir Ta h a p P er si ap an Ta h a p S ur ve y da n P en g um p ul an D at a A na lis is Ta tr al ok Ta h a p A kh ir

(19)

Secara umum, tahapan pekerjaan Studi Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulawesi Tengah Dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Koridor Ekonomi Sulawesi akan terdiri atas tahapan penting, yaitu:

a) Tahapan persiapan;

b) Tahap pengambilan di lapangan;

c) Tahap pengumpulan data dan informasi; d) Tahap FGD;

e) Tahap penyusunan laporan akhir.

Pada bagian-bagian selanjutnya akan dijelaskan secara mendalam rencana pelaksanaan kajian pada setiap tahapan yang disampaikan. Dalam tahapan tersebut.Diharapkan tahapan-tahapan ini dapat menghasilkan jawaban yang tepat bagi pelaksanaan kajian.

a) Tahap Persiapan

Kajian pustaka atau kajian literatur merupakan bagian penting dari studi ini, yang bertujuan untuk mengkaji studi-studi terdahulu yang dianggap relevan dengan topik bahasan studi ini. Pada dasarnya kajian literatur menghasilkan rangkuman mengenai kajian penelitian yang telah dilakukan, yang pada gilirannya dapat digunakan untuk mengembangkan teori atau pendekatan baru yang akan diterapkan dalam studi ini. Sumber-sumber penelitian ini didasari dari berbagai teori yang bersumber dari berbagai text book serta hasil-hasil penelitian yang diperoleh dari berbagai jurnal penelitian dalam bentukprint-out atau hasil unduhandariinternet.Kajian literatur ini akan mendukung teori, metodologi, serta data awal dan asumsi-asumsi yang dikembangkan dalam studi ini. Secara umum sumber-sumber tersebut terbagi menjadi tiga kelompok informasi, yaitu:

Text book; pada dasarnya merupakan sumber landasan teori yang menjadi acuan dari studi ini. Dari berbagai sumber literatur tersebut diperoleh berbagai acuan tentang teori perkiraan bangkitan perjalanan orang dan barang, perkiraan distribusi perjalanan, pemilihan moda, dan perencanaan trayek/rute operasi

(20)

Data sekunder; diperoleh dari berbagai sumberyang berasal, antara lain, dari internet serta dari instansi terkait, seperti Kementerian Perhubungan, Dinas Perhubungan, dan Biro Pusat Statistik.

b) Persiapan Survey

Survei primer maupun sekunder dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi yang belum dimiliki sebagai bahan atau input dari proses analisis yang akan dilakukan. Sebelum melakukan survei perlu dilakukan inventarisasi data dan informasi yang diperlukan pada proses analisis, sehingga survei dapat dilakukan lebih efektif dan efisien.

Pada tahap persiapan survei ini dilakukan penetapan metoda survei dan penyiapan SDM dan koordinasi. Penetapan metoda survei akan disesuaikan dengan jenis data yang akan didapatkan. SDM dan alat – alat survei akan disesuaikan dengan jenis data yang akan didapatkan. Sebagai gambaran awal, salah satu survei yang akan dilakukan adalah melakukan wawancara dengan instansi terkait yaitu Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Tengah untuk mengetahui persepsinya tentang tingkat penyediaan, tingkat pelayanan dan tingkat kepuasan sarana perhubungan.

c) Persiapan Analisis

Tahap persiapan analisis dititikberatkan pada identifikasi dan perumusan masalah. Sehingga akan terbentuk pola pikir studi yang tepat dalam pengerjaan pekerjaan ini. Termasuk ke dalam persiapan proses analisis adalah:

1. Kajian terhadap Kebijakan Pemerintah yang relevan, antara lain:

 Undang – undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan  Undang – undang No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

 Undang – undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran  Undang – undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang  Undang – undang No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian  Undang – undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan

(21)

 Sislognas

 MP3EI 2011 – 2025  MP3KI

 RPJM 2010 – 2015

 RPJM Provinsi Sulawesi Tengah 2010 – 2015

 RPJMD masing-masing Kabupaten/Kota (wilayah kajian) 3. Kajian terhadap Sinergitas Pusat, Wilayah dan Lokal

4. Kajian terhadap Permasalahan Transportasi Wilayah dan Lokal  Sinkronisasi MP3EI dengan Tatrawil serta Tatralok

 Sinkronisasi Sislognas dengan Tatrawil serta Tatralok  Pola Pembiayaan KPS

Pada tahap persiapan analisis ini juga akan dipilih metoda yang sesuai untuk pemetaan potensi dan kendala, dan metoda penyusunan kebijakan.

d) Tahap Pengambilan di Lapangan/Survey

Tahap pengumpulan data dengan pelaksanaan survei, baik di Pusat (Jakarta) maupun di Daerah (1 Kota, 5 Kabupaten Provinsi Sulawesi Tengah). Sasaran dari pengumpulan data adalah mendapatkan bahan – bahan input untuk proses analisis yang akan dilakukan selanjutnya.Pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan meliputi data sekunder dan data primer. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait maupun dari studi studi sebelumnya :

Tabel 2.1Kebutuhan Data Sekunder

No Jenis Data Sumber

1 Dokumen Perencanaan

- RTRW (Nasional, Pulau

Sulawesi, Propinsi Sulawesi Tengah dan Propinsi Perbatasan)

- RTRW Kota Palu, Kabupaten

- Kementerian Koordinator

Perekonomian

- Kementerian PU

- Kementerian Perhubungan - Pemerintah Propinsi Sulawesi

(22)

No Jenis Data Sumber - MP3EI

2 Data dan peta Jaringan

Transportasi Jalan SULTENG dan Kota Palu, Kabupaten Toli-Toli, Morowali, Banggai, Sigi, Donggala

- Eksisting - Rencana

- Dinas PU Prop SULTENG dan Kota Palu,

Kabupaten Toli-Toli, Morowali, Banggai, Sigi, Donggala

- Dinas Perhubungan Prop SULTENG - Dinas Perhubungan Kota Palu,

Kabupaten Toli-Toli, Morowali, Banggai, Sigi, Donggala

3 Hasil O-D Nasional 2011 - Badan Litbang Kementerian

Perhubungan

4 Data Sosio Ekonomi - BPS Prop SULTENG dan Kota Palu,

Kabupaten Toli-Toli, Morowali, Banggai, Sigi, Donggala

5 Jaringan pelayanan & prasarana transportasi Prop SULTENG dan Kota Palu, Kabupaten Toli-Toli, Morowali, Banggai, Sigi, Donggala (trayek, terminal,

dermaga/pelabuhan,bandara)

- DISHUB Prop SULTENG dan Kota Palu,

Kabupaten Toli-Toli, Morowali, Banggai, Sigi, Donggala

- Pengelola Pelabuhan - Pengelola Bandara

6 Studi-studi terdahulu yang terkait - Dinas/Instansi terkait lainnya

Sumber : Hasil Analisis, 2013

Pada dasarnya survai lapangan dilakukan untuk melakukan verifikasi terhadap data yang diperoleh melalui survey data sekunder. Dari Kerangka Acuan Kerja dapat ditarik beberapa item data yang harus dikumpulkan konsultan melalui survey lapangan dalam pelaksanaan Studi Tinjau Ulang TATRAWIL Propinsi Sulawesi Tengah Dalam Mendukung Percepatan Pembangunan Ekonomi di Koridor IV Sulawesi ini, yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.2Kebutuhan Data Primer

No Jenis Data Sumber

1 Data guna lahan Surveyland use

(23)

No Jenis Data Sumber

4 Data inventarisasi terminal, dermaga/pelabuhan, bandara

Survey inventarisasiterminal, pelabuhan, bandara

5 Data bongkar muat barang Survey lokasibongkar muat barang

6 Data kinerja terminal,

dermaga/pelabuhan, bandara

Surveyperformance terminal, pelabuhan dan bandara

7 Data O-D (up date) Surveywawancara

8 Data persepsi regulator, operator dan user terhadap pengembangan jaringan transportasi di Sulawesi Tengah

Surveywawancara

Sumber : Hasil Analisis, 2013

e) Tahap Pengolahan, Analisa dan Evaluasi/Kompilasi Data

Tahap kompilasi data merupakan proses mengumpulkan data berupa narasi, tabel dan peta yang akan dijadikan masukan (input) pada proses analisis. Data yang disajikan merupakan data terbaru yang didapat dari berbagai instansi terkait, terutama Kementerian Perhubungan, Dinas Perhubungan, Badan Pusat Statistik, dan Bakosurtanal.

Tahapan ini dilakukan setelah data-data primer serta sekunder mengenai kajian terkumpul dari lokasi-lokasi survey. Pelaksanaan tahap Pengolahan, Analisis dan Evaluasi akan dilakukan dengan dengan langkah-langkah berikut:

1. Pengelompokkan data dan informasi yang dikumpulkan

2. Tabulasi Data Kuesioner sesuai dengan metode analisa yang akan digunakan 3. Analisis dan Evaluasi Data berdasarkan masing-masing lokasi survey

4. Analisis data dengan software aplikasi yang sesuai

(24)

f) Tahap Input

Tahap input merupakan masukan berupa faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses analisis dan pengambilan keputusan rekomendasi. Beberapa input yang diperlukan dalam Studi Sistranas Pada Tatralok di Propinsi Sulawesi Tengah Dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Koridor Ekonomi Sulawesi ini meliputi :

1. Kondisi fisik wilayah, yang meliputi batas wilayah, luas wilayah, iklim, topografi, kondisi tanah dan batuan;

2. Kondisi sosial ekonomi wilayah yang meliputi: jumlah penduduk, pertumbuhan penduduk, tingkat pendidikan, penduduk usia produktif, tingkat PDRB dan PDRB perkapita, besaran ekspor dan impor, tingkat inflasi, komoditas andalan;

3. Kondisi transportasi, yang meliputi identifikasi jaringan sarana dan prasarana, jaringan pelayanan, moda unggulan serta identifikasi kinerja moda-moda transportasi di Provinsi Sulawesi Tengah yang terdiri atas moda transportasi jalan raya, jalan rel, moda transportasi udara serta moda transportasi air yang meliputi angkutan sungai dan penyeberangan (ASDP) dan angkutan laut.

4. Peraturan dan regulasi yang terkait, yang meliputi Undang-undang dan peraturan pelaksanaan di bawahnya yang berkaitan dengan transportasi dan MP3EI.

5. Kebijakan yang berkaitan dalam lingkup regional (misalnya RTRWP, Sistem Transportasi Wilayah/Regional); dan lingkup nasional (misalnya RTRWN, Sistem Transportasi Nasional).

g) Tahap Proses

Tahap proses merupakan tahap pengkajian dan analisis terhadap masukan yang diperoleh dari tahap sebelumnya, meliputi :

1. Identifikasi dan analisis awal isu-isu strategis yang terkait dengan kondisi fisik wilayah; kondisi sosial ekonomi; kondisi transportasi; dan rencana penataan tata ruang yang ada; 2. Analisis kelembagaan dan finansial mencakup peraturan perundang-undangan dan kepemilikan; pengusahaan jasa transportasi; koordinasi kelembagaan dan efisiensi; analisis pola pendanaan/pembiayaan;

(25)

keterpaduan antar dan intra moda serta pelayanan multimoda; analisis dampak pengoperasian sistem transportasi;

4. Analisis permintaan jasa transportasi, mencakup penentuan zona; bangkitan dan distribusi arus barang dan orang; analisis pola arus barang dan orang serta model pengembangan transportasi; pemilihan moda;

5. Identifikasi defisiensi transportasi di waktu yang akan datang, mencakup identifikasi defisiensi transportasi di waktu yang akan datang berdasarkan tingkat kinerja sasaran saat ini; pengaruh peningkatan operasional terhadap kebutuhan transportasi di waktu yang akan datang; pendefisian dan kriteria koridor kritis;

6. Analisis dan evaluasi alternatif koridor kritis, mencakup analisis pilihan jenis angkutan pada koridor kritis; permintaan lalu lintas terhadap jenis angkutan pada koridor kritis; penyusunan, analisis dan evaluasi perencanaan pada koridor kritis; serta peringkat koridor kritis.

7. Analisis dan evaluasi alternatif rencana dan program transportasi wilayah, mencakup penyusunan alternatif; modal split dan arus lalu lintas di waktu yang akan datang; dampak jangka panjang terhadap alternatif rencana pola arus lalu lintas; analisis komprehensif masing-masing alternatif; serta evaluasi alternatif rencana.

Tahap output sebagai tahap akhir studi merupakan tahap penyusunan rekomendasi yang terkait dengan rencana pengembangan jaringan sarana dan prasarana transportasi wilayah yang mencakup struktur jaringan, pelayanan transportasi, moda transportasi unggulan, serta

outlet wilayah yang akan digunakan bersama-sama dokumen RTRW Provinsi Sulawesi Tengah dalam pengambilan kebijakan penentuan prioritas pembangunan dan pengembangan sarana-prasarana transportasi di tingkat wilayah Provinsi Sulawesi Tengah pada horizon waktu 20 tahun.

h) Focus Group Discussion

Diskusi yang melibatkan tim penyedia jasa, tim teknis pengguna jasa, dan para nara sumber yang disiapkan oleh pengguna jasa. Diskusi ini adalah suatu interaksi komunikasi antara tim teknis penguna jasa, tim penyedia jasa, dan para nara sumber.

(26)

i) Tahap Penyusunan Laporan Akhir

Tahap akhir ini dilakukan setelah melakukan koordinasi dan diskusi dengan pihak pusat dan daerah (Propinsi dan Kabupaten/Kota). Pada tahap ini dilakukan perumusan naskah akademis Tataran Transportasi Lokal1 Kota dan 5 Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah yang berisikan tentang rumusan kebijakan Sistranas pada Tatralokdi Provinsi Sulawesi Tengah, landasan pengembangan jaringan transportasi lokal, pengembangan jaringan pelayanan transportasi, dan tahapan pengembangan jaringan transportasi lokal yang tersusun berdasarkan program pembangunan jangka pendek dan menengah.

Tahap finalisasi merupakan langkah terakhir yang dilakukan dalam rangka penyelesaian pekerjaan. Seperti dijelaskan sebelumnya, keluaran yang akan dihasilkan dalam pekerjaan ini adalah tersusunnya Dokumen hasil kajian tataran transportasi lokal di 1 Kota, 5 Kabupaten di Propinsi Sulawesi Tengah. Pelaksanaan tahap ini akan dilakukan dengan dengan langkah-langkah berikut:

1. Penyempurnaan Laporan Kemajuan

2. Penyesuaian hasil diskusi teknis dan hasil FGD 3. Penyusunan Laporan Akhir

(27)

BAB 3

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

PROVINSI SULAWESI TENGAH

3.1 Letak Wilayah Studi

Kabupaten Banggai terletak antara 112023’ – 124020’ Bujur Timur dan 0030’ – 2020’ Lintang Selatan dengan luas wilayah 9.672,70 km2. Secara administratif Kabupaten Banggai berbatasan dengan:

1) Teluk Tomini di sebelah Utara 2) Laut Maluku di sebelah Timur

3) Kabupaten Banggai Kepulauan di sebelah Selatan

4) Kabupaten Tojo Una-Una dan Kabupaten Morowali di sebelah Barat.

Jika di lihat dari Kontek Propinsi Sulawesi Tengah, Kabupaten Banggai berada pada bagian timur tepat dipesisir pulau Sulaweis. Dilihat dari posisinya Kabupaten Banggai dapat berperan sebagai penghubung antara banggai Kepulauan dengan wilayah lain diwilayah Sulawesi Tengah. Jarak antara ibukota Kabupaten ke Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah dan Kabupaten lain di Sulawesi Tengah.

Berikut adalah jarak antara ibukota Kabupaten dengan wilayah lain adalah sebagai berikut:

1) Luwuk - Palu = 610 Km 2) Luwuk - Parigi = 535 Km 3) Luwuk - Poso = 388 Km 4) Luwuk - Ampana = 248 Km

5) Luwuk - Banggai = 100 Km/66 Mil Laut 6) Luwuk - Salakan = 61 Km/38 Mil Laut

(28)

Gambar 3.1Posisi Kabupaten Banggai dalam Kontek Propinsi Sulawesi Tengah

Luas wilayah Kabupaten Banggai adalah berupa daratan seluas 9.672,70 Km2. Hingga akhir 2011, wilayah administrasi Kabupaten Banggai berkembang menjadi 18 kecamatan, 46 kelurahan, 291 desa dan 2 Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT).

Tabel 3.1Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Banggai

Kecamatan District Luas (Km2) Presentase Terhadap Luas Kabupaten Banyaknya Desa Banyaknya Kelurahan (1) (2) (3) (4) (5)

(29)

2 Toili Barat 993,67 10,27 17 -3 Moiling 221,64 2,29 17 -4 Batui* 1.062,36 10,98 7 7 5 Batui Selatan 327,97 3,39 10 -6 Bunta 579,00 5,99 18 4 7 Nuhon 1.107,00 11,45 20 -8 Simpang Raya 243,69 2,52 12 -9 Kintom 518,72 5,36 14 5 10 Luwuk 518,40 5,36 14 23 11 Luwuk Timur 216,30 2,24 13 -12 Pagimana 957,34 9,90 31 3 13 Bualemo 862,00 8,91 19 -14 Lobu 138,44 1,43 10 -15 Lamala 446,66 4,62 22 -16 Masama 231,64 2,39 14 -17 Balantak 340,06 3,52 20 3 18 Balantak Selatan 146,50 1,51 11

-Kecamatan yang memiliki luas wilayah terbesar adalah -Kecamatan Nuhon yaitu seluas 1.107 Km2yang terdiri dari 20 Desa. Sedangkan kecamatan yang memiliki luas wilayah terkecil adalah kecamatan Lobu yaitu seluas 138.44 Km2 yang terdiri dari 10 Desa. Kecamatan yang menjadi ibukota Kabupaten Banggai adalah kecamatan Luwuk. Dikarenakan wilayah yang cukup luas, jarak paling dekat dari ibukota kabupaten banggai Luwuk ke ibukota kecamatan yang lainnya paling pendek sepanjang 30 km yaitu menuju ke ibukota Luwuk Timur yaitu Hundohun.

(30)

Tabel 3.2. Jarak Ibukota Kecamatan dengan Ibukota Kabupaten Banggai

No. Kecamatan Ibukota Kecamatan Jarak Melalui (km)

Darat Laut

1 Toili Cendana Pura 95

-2 Toili Barat Sindang Sari 111

-3 Batui Batui 54 25

4 Bunta Bunta 137 167

5 Nuhon Tomeang 142

-6 Kintom Kintom 31 20

7 Luwuk Luwuk -

-8 Luwuk Timur Hunduhon 30

-9 Pagimana Pagimana 64 164

10 Bualemo Bualemo 130

-11 Lamala Bonebakal 57 24

12 Masama Tangeban 53

-13 Balantak Balantak 120 56

Sumber: Data BPS Kabupaten Banggai Tahun 2012

Bahkan jarak terjauh dari Luwuk menuju ibukota kecamatan lainnnya mencapai 142 Km yaitu menuju ibukota kecamatan Nuhon yaitu Tomeang. Beberapa ibukota kecamatan dari Luwuk dapat ditempuh baik dengan jalur laut maupun Darat seperti ibukota kecamatan Bunta dan Pagimana.

(31)

3.2 Kondisi Kependudukan

Berdasarkan hasil sensus penduduk yang dilakukan tahun 2010, penduduk kabupaten Banggai berjumlah 323.626 dengan pertumbuhan sebesar 1.76 % pertahunnya. Jika dibandingkan dengan hasil sensus tahun 2000, 1990 dan 1980 pertumbuhan penduduk di kabupaten Banggai cenderung mengalami penurunan.

Tabel 3.3. Jumlah Penduduk Kabupaten Banggai

Tahun Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan

1990 225.453 13,22 2000 271.725 20,52 2007 305.897 12,58 2008 311.684 1,89 2009 316.408 1,52 2010 323.626 2,28 2011 329.609 1,85 2012 334.561 1,50

Dilihat dari kepadatan penduduknya, wilayah Kabupaten Banggai mempunyai kepadatan penduduk yang cukup rendah yaitu 34 jiwa/Km2 pada tahun 2010. Kecamatan yang memiliki kepadata yang paling tinggi adalah kecamatan Luwuk yaitu sebanyak 145 jiwa/km2. Sedangkan kecamatan yang memiliki kepadatan paling rendah adalah kecamatan Batui yaitu sebanyak 14 Jiwa/km2.

(32)

Gambar 3.2Peta Sebaran Penduduk

Jika dilihat jumlah penduduk maka, jumlah penduduk terbesar adalah pada kecamatan Luwuk yaitu sebanyak 76.402 Jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terendah adalah pada kecamatan lobu yaitu sebanyak 3.435 jiwa. Jika dilihat dari jumlah rumah tangga maka, jumlah rumah tangga terbesar adalah pada kecamatan luwuk yaitu sebanyak 19.176 jiwa. Sedangkan jumlah rumah tangga terendah adalah pada kecamatan lobu yaitu sebanyak 862 jiwa. Jika dilihat dari data data tersebut dapat dilihat bahwa penduduk di Kabupaten Banggai terpusat pada wilayah kecamatan Luwuk.

Tabel 3.4Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga Menurut Kecamatan 2009-2012

Kecamatan 2009 2010 2011 2012

RT Penduduk RT Penduduk RT Penduduk RT Penduduk

Toili 7537 30031 7709 30716 7.933 31.284 7970 31754

(33)

Batui Selatan 3153 12561 3225 12847 3.232 13.085 3333 13282 Bunta 4485 17869 4587 18277 4.478 18.615 4742 18895 Nuhon 4389 17487 4489 17886 4.592 18.217 4641 18491 Simpang Raya 3335 13286 3411 13589 3.531 13.840 3526 14048 Kintom 3196 12733 3269 13023 3.300 13.264 3379 13463 Luwuk 18135 72256 18549 73905 19.107 75.271 19176 76402 Luwuk Timur 2591 10321 2650 10557 2.827 10.752 2739 10914 Pagimana 5453 21727 5578 22223 5.122 22.634 5766 22974 Bualemo 4164 16590 4259 16968 4.515 17.282 4403 17542 Lobu 815 3248 834 3323 806 3.384 862 3435 Lamala 3070 12231 3140 12510 3.293 12.741 3246 12932 Masama 2581 10282 2640 10517 2.858 10.711 2729 10872 Balantak 2282 9093 2334 9300 2.535 9.472 2413 9614 Balantak Sel 1093 4355 1118 4455 1.237 4.537 1156 4605 jumlah 79.413,74 316.408 81.225,36 323.626 82.727 329.609 83.969,88 334.561

3.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Wilayah Studi

Kemajuan pembangunan perekonomian di Kabupaten Banggai dapat dilihat pada perkembangan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Kondisi perekonomian Kabupaten Banggai terus mengalami peningkatan dan kemajuan yang berarti pada tahun 2009, hal ini ditunjukan dari peningkatan PDRB Atas dasar Harga Berlaku yang mencapai 3.475.464 juta rupiah meningkat dibandingkan tahun sebelumnya 2.806.850 juta rupiah. Untuk PDRB atas dasar harga konstan 2000 selama tahun 2009 mencapai

(34)

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banggai tahun 2009 sebesar 8,73 persen lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya 7,51 persen. Pertumbuhan ekonomi yang dicapai semakin menunjukan adanya perbaikan dari kondisi riil perekonomian Kabupaten Banggai pasca krisis ekonomi yang terjadi beberapa tahun sebelumnya serta memasuki fase Development. Hal ini dicapai berkat pelaksanaan program pembangunan ekonomi yang konsisten, efektif dan sinergis yang dilakukan antara Pemerintah, Swasta dan Masyarakat di Kabupaten Banggai.

Berdasarkan peranan sektoral perekonomian Kabupaten Banggai sampai saat ini masih didominasi sektor pertanian sebagai motor penggerak utama perekonomian daerah, di mana peranannya cenderung semakin melemah dari tahun ke tahun. Hal ini seiring menurunnya peranan subsektor tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Peranan sektor pertanian tahun 2009 mencapai 51,81 persen dari total PDRB Kabupaten Banggai menurun dibandingkan tahun sebelumnya 53,43 persen. Menurunnya peranan sektor pertanian secara tidak langsung berdampak terhadap perubahan peranan sektor-sektor lainnya.

Prospek perekonomian Kabupaten Banggai pada masa mendatang menunjukan semakin membaik seiring dengan peningkatan investasi baik oleh PMA dan PMDN dengan menggali berbagai potensi sumber daya alam yang ada. Berbagai kondisi yang ada seperti eksplorasi tambang minyak dan gas bumi yang secara langsung nantinya memberikan nilai tambah terhadap perekonomian daerah, demikian pula sektor-sektor lainnya seperti perkebunan, perikanan, kehutanan, perdagangan dan lainnya.

Tabel 3.5Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah), 2007-2011

o.

Sektor

2007

2008

Harga Konstan

2009

2010

2011

1 Pertanian

854.224

913.351

991.305

1.086.383 1.186.463

Pertambangan &

(35)

4 Listrik & Air Bersih

7.457

8.161

9.158

10.324

11.661

5 Bangunan

86.835

93.834

101.534

129.866

180.903

6

Perdagangan, Hotel &

Restoran

140.923

152.743

167.966

185.904

206.158

7 Angkutan & Komunikasi

68.617

81.288

97.771

123.152

151.730

8

Keuangan, Persewaan &

Jasa Perusahaan

69.174

75.552

83.934

98.291

116.633

9 Jasa-Jasa

184.452

196.159

208.634

222.193

242.937

PDRB

1.542.888 1.663.438 1.816.719 2.030.960 2.299.909

Sumber: Kabupaten Banggai dalam Angka, 2012

PDRB Perkapita Tahun 2010 Kabupaten Banggai berdasarkan harga konstan mencapai 2.030.960 rupiah kemudian pada tahun 2011 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 2.299.909 rupiah. PDRB Perkapita berdasarkan dasar harga berlaku pada tahun 2010 juga menunjukan peningkatan dari 4.131.053 rupiah kemudian pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi sebesar 5.015.951 rupiah.

Tabel 3.6Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah), 2007-2011

No.

Sektor

2007

2008

Harga Konstan

2009

2010

2011

1 Pertanian

1.275.917 1.521.520 1.800.686 2.107.420 2.455.484

2 Pertambangan & Penggalian

25.229

32.905

39.055

51.345

79.978

3 Industri Pengolahan

177.163

219.839

260.416

309.265

364.861

4 Listrik & Air Bersih

11.176

13.380

15.959

19.902

24.042

5 Bangunan

161.055

189.745

223.565

305.548

450.914

6

Perdagangan, Hotel &

Restoran

223.551

267.599

322.891

387.410

461.512

7 Angkutan & Komunikasi

101.261

131.447

177.043

242.916

318.640

8

Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan

118.199

142.571

172.098

220.807

283.755

9 Jasa-Jasa

274.754

329.866

402.926

486.440

576.765

(36)

BAB IV

KONDISI EKSISITING WILAYAH STUDI

PROVINSI SULAWESI TENGAH

4.1 KONDISI TRANSPORTASI JALAN

Perkembangan wilayah Kabupaten Banggai cenderung terkonsentrasi di sepanjang pantai yang dihubungkan oleh jalan kabupaten yang melingkar dari ujung Kecamatan Bunta (di bagian barat sebelah utara) ke ujung Kecamatan Balantak (di bagian timur) hingga Kecamatan Toili (di bagian barat sebelah timur). Berdasarkan hasil observasi di lapangan, ada beberapa jalan yang berada dalam kondisi rusak, seperti yang terjadi pada jaringan jalan Trans Sulawesi yang menghubungkan Kabupaten Kecamatan Luwuk Ibukota Kabupaten Banggai dengan Kota Palu tepatnya di Desa Salodik Kecamatan Luwuk. Sedangkan jaringan jalan yang menghubungkan antar pusat kecamatan di Kabupaten Banggai sebagian besar berada dalam kondisi kurang baik, terutama jalan yang menghubungkan antara Kecamatan Balantak-Kecamatan Bualemo dengan lebar jalan sekitar 4 meter, jalan yang menghubungkan Kecamatan Pagimana-Kecamatan Bualemo dengan lebar sekitar 4 meter, jalan yang menghubungkan Kecamatan Balantak-Lamala, serta jalan yang menghubungkan antara Kecamatan Lamala-Masama. Sebagian besar jaringan jalan diatas adalah merupakan jaringan jalan propinsi. Jaringan jalan yang menghubungkan antara Kecamatan Luwuk-Pagimana-Bualemo-Balantak merupakan jaringan yang melintasi kawasan perbukitan dengan kondisi yang cukup parah. Berdasarkan hasil wawancara yang kemudian dipertajam dengan observasi lapangan untuk jaringan jalan yang menghubungkan Kecamatan Bualemo-Balantak sering terjadi longsor terutama pada musim hujan. Hal ini disebabkan posisinya yang berada di lereng pegunungan. Berikut gambaran umum kondisi jalan di Kabupaten Banggai berdasarkan data tahun 2007.

(37)

Gambar 4.1Kondisi Fisik Jalan

Tabel 4.1 Kondisi Jalan Nasional Menurut Kecamatan di kabupaten Banggai tahun 2007-2011 (Km)

No. Kecamatan Baik Sedang Rusak Rusak Berat Jumlah

1 Toili - - - - -2 Toili Barat - - - - -3 Moilong - - - - -4 Batui - - - - -5 Batui Selatan - - - - -6 Bunta - 70,8 - - 70,80 7 Nuhon - 34,3 20 - 54,30 8 Simpang Raya - - - - -9 Kintom - - - - -10 Luwuk 10,4 15,91 - - 26,31 11 Luwuk Timur - - - - -12 Pagimana - 45,9 - - 45,90 13 Bualemo - - - - -14 Lobu - 12 - - 12,00

(38)

17 Balantak - - - - -18 Balantak Selatan - - - - -Jumlah 10,40 178,91 20,00 - 209,31 Kabupaten Banggai 2011 10,4 178,91 20 - 209,31 2010 10,4 178,91 20 - 209,31 2009 56,5 77,51 56,5 - 190,51 2008 - - - - -2007 - - - -

-Dengan melihat data diatas, jalan nasional dengan kondisi rusak paling banyak yaitu pada kabupaten Nuhon dengan panjang jalan sebesar 20 Km, jalan nasional dengan kondisi sedang paling banyak yaitu pada kabupaten Bunta dengan panjang jalan sebesar 70,8 Km dan jalan nasional dengan kondisi baik paling banyak yaitu pada kabupaten Luwuk dengan panjang sebesar 10,4 Km.

Tabel 4.2Kondisi Jalan Propinsi Menurut Kecamatan di kabupaten Banggai tahun 2007-2011 (Km)

No. Kecamatan Baik Sedang Rusak Rusak Berat Jumlah

1 Toili 37,60 29,50 18,14 15,00 100,24 2 Toili Barat - 13,60 - - 13,60 3 Moilong - - - - -4 Batui 5,80 34,00 1,20 - 41,00 5 Batui Selatan - - - - -6 Bunta - - - - -7 Nuhon - 20,00 16,25 - 36,25 8 Simpang Raya - - - -

(39)

-10 Luwuk - 16,23 - - 16,23

No. Kecamatan Baik Sedang Rusak Rusak Berat Jumlah

11 Luwuk Timur - - - - -12 Pagimana - - - - -13 Bualemo - 94,70 5,00 - 99,70 14 Lobu - - - - -15 Lamala 34,00 23,45 5,00 - 62,45 16 Masama - 30,50 - - 30,50 17 Balantak 15,40 54,60 8,60 - 78,60 18 Balantak Selatan - - - - -Jumlah 131,39 316,58 54,19 15,00 517,16 Kabupaten Banggai 2011 131,39 316,58 54,19 15,00 517,16 2010 131,39 316,58 20,00 15,00 482,97 2009 135,50 361,42 41,94 15,00 553,86 2008 144,89 409,29 179,69 10,50 744,37 2007 149,89 496,76 82,69 15,00 744,34

Sumber : Kabupaten Banggai Dalam Angka Tahun 2012

Dengan melihat data diatas, jalan provinsi dengan kondisi rusak berat paling banyak yaitu pada kabupaten Toili dengan panjang jalan sebesar 15 Km, jalan provinsi dengan kondisi rusak paling banyak yaitu pada kabupaten Toili dengan panjang jalan sebesar 18,14 Km, jalan provinsi dengan kondisi sedang paling banyak yaitu pada kabupaten Bualemo dengan panjang jalan sebesar 94,7 Km dan jalan provinsi dengan kondisi baik paling banyak yaitu pada kabupaten Kintom dengan panjang sebesar 38,59 Km.

(40)

Tabel 4.3Kondisi Jalan Kabupaten Menurut Kecamatan di Kabupaten Banggai tahun 2007-2011 (Km)

No. Kecamatan Baik Sedang Rusak Rusak

Berat Jumlah 1 Toili 37,90 23,50 131,99 - 193,39 2 Toili Barat 14,50 77,90 52,40 18,20 163,00 3 Moilong 21,80 37,70 69,90 9,10 138,50 4 Batui 70,70 28,70 30,60 36,10 166,10 5 Batui Selatan 6,00 37,60 22,80 27,00 93,40 6 Bunta 24,60 13,70 28,90 22,00 89,20 7 Nuhon 36,80 73,70 21,80 - 132,30 8 Simpang Raya 2,40 27,90 46,70 25,60 102,60 9 Kintom 10,50 66,10 39,90 16,90 133,40 10 Luwuk 11,60 172,00 67,40 49,20 300,20 11 Luwuk Timur 22,20 45,20 48,20 2,00 117,60 12 Pagimana 12,00 62,60 95,80 22,20 192,60 13 Bualemo 29,30 21,30 101,10 - 151,70 14 Lobu 5,00 14,10 9,80 19,50 48,40 15 Lamala 38,10 52,80 63,90 49,10 203,90 16 Masama 4,70 20,20 54,10 70,40 149,40 17 Balantak 12,20 7,60 55,00 18,10 92,90 18 Balantak Selatan 0,20 6,50 9,20 23,00 38,90 Jumlah 360,50 789,10 949,49 408,40 2507,49 Kabupaten Banggai 2011 360,50 789,10 949,49 408,40 2507,49 2010 359,00 510,42 1195,42 282,95 2347,79 2009 271,50 464,37 1246,52 281,45 2263,84

(41)

Kabupaten Banggai

2007 50,53 1416,82 443,62 352,83 2263,80 Sumber : Kabupaten Banggai Dalam Angka Tahun 2012

Dengan melihat data diatas, jalan kabupaten dengan kondisi rusak berat paling banyak yaitu pada kabupaten Masama dengan panjang jalan sebesar 70,4 Km, jalan kabupaten dengan kondisi rusak paling banyak yaitu pada kabupaten Toili dengan panjang jalan sebesar 131,99 Km, jalan kabupaten dengan kondisi sedang paling banyak yaitu pada kabupaten Luwuk dengan panjang jalan sebesar 172 Km dan jalan kabupaten dengan kondisi baik paling banyak yaitu pada kabupaten Toili dengan panjang sebesar 37,9 Km.

Tabel 4.4Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan Menurut Kecamatan di Kabupaten Banggai Tahun 2007 (Km)

No Kecamatan

Panjang Jalan

Jumlah

Aspal % Kerikil % Tanah % Tidak di

Rinci % 1 Toili 51,15 17 137,50 46 103,80 34 8,50 3 300,95 2 Toili Barat 66,65 34 75,48 39 53,23 27 - - 195,36 3 Batui 17,96 9 157,38 78 26,53 13 - - 201,87 4 Bunta 9,34 5 133,31 78 28,51 17 - - 171,16 5 Nuhon 9,40 9 70,01 67 25,05 24 - - 104,46 6 Kintom 11,09 10 80,80 71 12,50 11 10,01 9 114,40 7 Luwuk 125,74 51 99,62 40 20,64 8 1,51 1 247,51 8 Luwuk Timur 12,18 11 78,76 68 24,63 21 - 115,57 9 Pagimana 30,37 15 95,42 46 23,52 11 56,90 28 206,21 10 Bualemo 5,63 3 138,68 80 29,20 17 - - 173,51 11 Lamala 11,13 7 113,27 73 29,77 19 - - 154,17 12 Masama 20,14 14 98,92 67 28,82 19 - - 147,88

(42)

No Kecamatan Panjang Jalan Jumlah 15 Batui Selatan * * * * * * * * * 16 Lobu * * * * * * * * * 17 Simpang Raya * * * * * * * * * 18 Balantak Selatan * * * * * * * * * Total 392,64 17 1.367,26 60 427,02 20 76,92 3 2.263,84 Sumber : Dinas PU Binamarga Kab. Banggai

Tabel 4.5Kelas Jalan Nasional Menurut Kecamatan di Kabupaten Banggai Tahun 2007 (Km)

No. Kecamatan I II III III A III B III C Tak Dirinci Jumlah

1 Toili - - - -2 Toili Barat - - - -3 Moilong - - - -4 Batui - - - -5 Batui Selatan - - - -6 Bunta - - - 70,8 - - - 70,80 7 Nuhon - - - 54,3 - - - 54,30 8 Simpang Raya - - - -9 Kintom - - - -10 Luwuk - - - 26,31 - - - 26,31 11 Luwuk Timur - - - -12 Pagimana - - - 45,9 - - - 45,90 13 Bualemo - - - -14 Lobu - - - 12 - - - 12,00 15 Lamala - - - -16 Masama - - - -17 Balantak - - - -Balantak

(43)

Jumlah 0,00 0,00 0,00 209,31 0,00 0,00 0,00 209,31 Kabupaten Banggai 2011 - - - 209,31 - - - 209,31 2010 - - - 209,31 - - - 209,31 2009 - - - 190,51 - - - 190,51 2008 - - - -2007 - - -

-Dengan melihat tabel diatas, jalan nasional yang memiliki kelas jalan IIIA terbanyak adalah pada kabupaten Bunta dengan panjang sebesar 70,8 Km. Dengan mengalami kenaikan jumlah panjang pada tahun 2009 sebesar 190,51 Km sedangkan pada tahun 2011 menjadi sebesar 209,31 Km.

Tabel 4.6Kelas Jalan Provinsi Menurut Kecamatan di Kabupaten Banggai Tahun 2007 (Km)

No. Kecamatan I II III III A III B III C Tak

Dirinci Jumlah 1 Toili - - - 100,24 - - - 100,24 2 Toili Barat - - - 13,60 - - - 13,60 3 Moilong - - - -4 Batui - - - 41,00 - - - 41,00 5 Batui Selatan - - - -6 Bunta - - - -7 Nuhon - - - 36,25 - - - 36,25 8 Simpang Raya - - - -9 Kintom - - - 38,59 - - - 38,59 10 Luwuk - - - 16,23 - - - 16,23 11 Luwuk Timur - - -

(44)

-14 Lobu - - - -15 Lamala - - - 99,70 - - - 99,70 16 Masama - - - 30,50 - - - 30,50 17 Balantak - - - 78,60 - - - 78,60 18 Balantak Selatan - - - -Jumlah 0,00 0,00 0,00 554,41 0,00 0,00 0,00 554,41 Kabupaten Banggai 2011 - - - 517,16 - - - 517,16 2010 - - - 517,16 - - - 517,16 2009 - - - 553,86 - - - 553,86 2008 - - - 744,37 - - - 744,37 2007 - - - 744,37 - - - 744,37

Dengan melihat tabel diatas, jalan nasional yang memiliki kelas jalan IIIA terbanyak adalah pada kabupaten Toili dengan panjang sebesar 100,24 Km. Dengan mengalami kenaikan jumlah panjang pada tahun 2009 sebesar 553,86 Km sedangkan pada tahun 2011 menjadi sebesar 517,16 Km.

Tabel 4.7Kelas Jalan Kabupaten Menurut Kecamatan di Kabupaten Banggai Tahun 2007 (Km)

No. Kecamatan I II III III A III B III C Tak

Dirinci Jumlah 1 Toili - - - 193,39 - 193,39 2 Toili Barat - - - 163,00 - 163,00 3 Moilong - - - 138,50 - 138,50 4 Batui - - - 166,10 - 166,10 5 Batui Selatan - - - 93,40 - 93,40 6 Bunta - - - 89,20 - 89,20 7 Nuhon - - - 132,20 - 132,20

(45)

9 Kintom - - - 133,40 - 133,40 10 Luwuk - - - 300,20 - 300,20 11 Luwuk Timur - - - 117,60 - 117,60 12 Pagimana - - - 192,60 - 192,60 13 Bualemo - - - 151,70 - 151,70 14 Lobu - - - 48,40 - 48,40 15 Lamala - - - 195,70 8,2 203,90 16 Masama - - - 149,40 - 149,40 17 Balantak - - - 92,90 - 92,90 18 Balantak Selatan - - - 38,90 - 38,90 Jumlah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2499,19 8,20 2507,39 Kabupaten Banggai 2011 - - - 2499,29 - 2499,29 2010 - - - 2347,79 - 2347,79 2009 - - - 2263,84 - 2263,84 2008 - - - 2263,84 - 2263,84 2007 - - - 2263,84 - 2263,84

Dengan melihat tabel diatas, jalan nasional yang memiliki kelas jalan IIIC terbanyak adalah pada kabupaten Luwuk dengan panjang sebesar 300,2 Km. Dengan mengalami kenaikan jumlah panjang pada tahun 2009 sebesar 2263,84 Km sedangkan pada tahun 2011 menjadi sebesar 2499,29 Km.

(46)

Gambar 4.2Peta Jaringan Jalan Kabupaten Banggai

1. Pola Jaringan Jalan Kabupaten Banggai

Pola jaringan jalan Kabupaten Banggai berbentuk pola Linier mengikuti sepanjang garis pantai yang melingkar dari ujung Kecamatan Nuhon (di bagian barat sebelah utara) ke ujung Kecamatan Balantak (di bagian timur) hingga Kecamatan Toili Barat (di bagian barat sebelah timur). Adapun beberapa asumsi terbentuknya pola jaringan jalan seperti ini adalah sebagai berikut :

a) Adanya pergerakan lalu lintas luar Kabupaten/wilayah yang melintas / melewati Kabupaten Banggai.

b) Adanya pusat-pusat kegiatan/aktivitas tertentu yang berlokasi pada suatu daerah pusat kota di Kabupaten Banggai.

c) Wilayah yang berbukit-bukit khususnya di bagian tengah wilayah, sehingga perkembangan wilayah cenderung terkonsentrasi di sepanjang pantai.

(47)

Berdasarkan klasifikasi jalan yang ada di Kabupaten Banggai maka dapat di ketahui bahwa pengklasifikasian jalan yang ada di Kabupaten Banggai secara garis besar terbagi ke dalam beberapa kriteria yang meliputi : jalan arteri primer, jalan kolektor primer dan lokal primer. Berikut ini merupakan penjabaran dari jalan-jalan tersebut :

a) Jalur arteri primer, yaitu jalur yang melayani pergerakan regional antar kabupaten. Jalur jalan arteri primer ini adalah ruas jalan menghubungkan Kota Tirtakencana-Batui-Kintom-Luwuk di WP-S, ke Utara menuju Pagimana-Bunta di WP-U.

b) Jalur kolektor primer, yaitu jalur yang melayani pergerakan di dalam kabupaten. Jalur jalan kolektor primer ini adalah ruas jalan yang menghubungkan Luwuk-Bonebobakal-Balantak-Bualemo dan ruas jalan Selatan-Utara yang menghubungkan Toili-Balingara. c) Jalur lokal primer, yaitu jalur yang melayani pergerakan di dalam bagian wilayah

pengembangan. Jalur lokal primer ini adalah ruas jalan Selatan-Utara yang menghubungkan Bantayan-Binsil dan Labotan-Balantak. Jalur lokal primer juga mencakup seluruh ruas jalan yang menghubungkan sentra produksi sektor pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan di kota kelurahan dengan kota-kota PKW, PKSW, dan PKL.

Sebagaimana disebutkan pada bab sebelumnya total panjang ruas jalan yang ada di kabupaten banggai adalah sepanjang 2.263,84 Km dimana hanya 17 % yang sudah diaspal atau sepanjang 392.64 km. Dominan ruas jalan yang ada di kabupaten Banggai masih dengan perkerasan kerikil atau sebanyak 60 % dari luas panjang total. Dengan kondisi tersebut maka tingkat aksesibilitas Kabupaten Banggai jika dilihat dari ratio luas wilayah dan panjang jalan adalah 0.23.Data tersebut menggambarkan bahwa tingkat aksesibiltas Kabupaten banggai masih cukup rendah.hal ini terjadi karena ruas jalan yang dikembangkan hanya sepanjang pesisir pantai. Disamping itu wilayah yang banyak berupa bukit dapat menyulitkan dalam pengembangan ruas jalan tersebut.

(48)

Pada saat ini kondisi lalu lintas di Kabupaten Banggai tidak terlalu padat. Dominasi pergerakan dominan terjadi pada saat jam sibuk pagi dimana aktifitas masyarakat dominan bertujuan dilakukan untuk bekerja. Jalan utama pada wilayah dalam Kota Luwuk adalah ruas jalan :

1) Jalan Dr. Samratulangi 2) Jalan Jenderal Sudirman 3) Jalan Sungai Musi

Ruas ruas jalan tersebut merupakan ruas jalan utama yang ada di wilayah perkotaan Luwuk. Untuk jalan Dr.Samratulangi puncak arus kendaraaan untuk arah keluar kota terjadi pada periode waktu antara jam 11.00-12.00 dengan jumlah volume kendaraan adalah sebesar 1238 kendaraan. sedangkan untuk arah masuk kota jam sibuk terjadi pada periode waktu 19.00-20.00 dengan jumlah 1800 kendaraan.

Sumber : Hasil Analisa

(49)

Sumber : Hasil Analisa, 2013

Gambar 4.4Fluktuasi Arus lalu lintas Jl. DR. Samratulangi arah Masuk Kota

Untuk jalan Jenderal Sudirman untuk arah keluar kota puncak arus terjadi pada periode waktu antara jam 10.00-11.00 dengan jumlah kendaraan sebanyak 895 kendaraan. sedangkan untuk arah masuk kota terjadi antara periode waktu 16.00-17.00 dengan jumlah kendaraan sebanyak 827 kendaraan.

Sumber : Hasil Analisa, 2013

Gambar

Tabel 4.2 Kondisi Jalan Propinsi Menurut Kecamatan di kabupaten Banggai tahun 2007-2011 (Km)
Tabel 4.3 Kondisi Jalan Kabupaten Menurut Kecamatan di Kabupaten Banggai tahun 2007-2011 (Km)
Tabel 4.5 Kelas Jalan Nasional Menurut Kecamatan di Kabupaten Banggai Tahun 2007 (Km)
Gambar 4.3 Fluktuasi Arus lalu lintas Jl. DR. Samratulangi arah Keluar Kota
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari latar belakang tersebut, maka perlu dibangun sebuah sistem informasi dalam bentuk peta yang dapat memberikan informasi tentang kualitas udara pada tempat

Merupakan sistem pengelolaan aduan masyarakat , bisa secara manual atau fasilitas yang berbasis IT yang digunakan untuk merespon segala saran ,keluhan &informasi

Penyadapan getah pinus baru dilakukan di kawasan hutan Negara yang lakukan perusahaan swasta (Sundawati dan Altonsus,2008). Getah pinus bermanfaat untuk menghasilkam

Supervisor sebagai penanggung jawab keberhasilan penyelenggaraan pendidikan dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan untuk meningkatkan keprofesionalitas guru, di

Dari pengertian motivasi dan belajar dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak yang terdapat dalam diri siswa yang mendorong,

Sesuai dengan PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) mandat yang diberikan kepada BPKP antara lain melakukan pengawasan

Hipotesis Null ketiga ialah tidak terdapat perhubungan yang signifikan antara persepsi terhadap kemudahan infrastruktur dengan taraf pendidikan, pekerjaan dan

Dari hasil pengujian kadar air dan kadar abu dapat dilihat dari Tabel 1 yang menunjukkan bahwa madu hitam pahit memiliki kadar air sebanyak 18,64% dan madu kuning manis