• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan salah satu zat gizi penting bagi kesehatan tubuh. Peran penting air dalam tubuh antara lain sebagai pelarut, katalisator, pelumas, pengatur suhu tubuh serta sebagai penyedia mineral dan elektrolit bagi tubuh (Sherwood, 2007; Almatsier, 2009). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan air tubuh dapat mencegah gejala berbagai penyakit, meningkatkan kemampuan kerja fisik dan daya ingat. Rasa haus merupakan indikator awal bahwa tubuh mengalami kekurangan air. Meskipun begitu, air tidak hanya dibutuhkan pada saat tubuh merasa haus.

Keseimbangan cairan tubuh adalah keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh dan keluar dari tubuh. Melalui mekanisme keseimbangan, tubuh akan mengeksresi cairan yang jumlahnya sama dengan cairan yang dikonsumsi. Adanya ketidakseimbangan cairan tubuh dapat mengakibatkan terjadinya dehidrasi. Dehidrasi merupakan kondisi disaat tubuh kekurangan banyak cairan dikarenakan pengeluaran cairan lebih besar daripada pemasukan (Almatsier, 2009). Tanda dan gejala dehidrasi yaitu pusing, kelemahan, keletihan, mual, muntah, anoreksia, haus, kekacauan mental, denyut jantung cepat, suhu tubuh meningkat, dan konstipasi. Apabila dehidrasi tidak segera diatasi dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan kematian (Santoso et al., 2011; Brown, 2014).

Konsumsi air yang sesuai dengan kebutuhan sangat penting untuk mencegah dehidrasi. Dehidrasi memiliki hubungan yang erat dengan penyakit kanker, penyakit jantung koroner, penyakit ginjal, kelainan bronkopulmonari (Jiang et al., 2008), tingkat kebugaran jasmani, performa kognitif, gangguan psikologis (Ganio et al., 2011) berupa gangguan perasaan subjektif (mood)

sehingga menurunkan produktifitas kerja (Barasi, 2007). Penigkatan konsumsi air minum memberikan dampak yang positif terhadap perasaan subjektifitas (mood), tingkat kewaspadaan, meningkatkan performa memori otak dan perhatian dalam

(2)

menyelesaikan test yang diberikan (Szinnai et al., 2005; Benton dan Burgess, 2009; Edmonds dan Burford, 2009; Edmonds dan Jeffes, 2009; Armstrong et al., 2012; Fadda et al., 2012).

Tingkat kebutuhan air secara spesifik dipengaruhi oleh jenis kelamin dan usia (Ritz et al., 2008), tingkat aktivitas fisik di luar ruangan, intensitas jam aktivitas pada saat cuaca panas (D’Anci et al., 2006), dan iklim tempat tinggal (Bar-David et al., 2005; Popkin et al., 2010). Prevalensi dehidrasi pada remaja diketahui lebih tinggi daripada dewasa. Dehidrasi pada remaja sebesar 48,1% dan pada dewasa sebesar 44,5% (Gustam, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Tawaniate et al. (2011) menunjukkan bahwa prevalensi dehidrasi yang tinggi pada mahasiswa, yaitu 70,1%. Mahasiswa termasuk kategorei remaja akhir. Rentang usia remaja akhir adalah 18-20 tahun (Djiwandono, 2006). World Health Organization mengklasifikasikan menjadi remaja awal (10-14 tahun), remaja akhir (15-20 tahun), dan pemuda adalah usia 15-24 tahun.

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Masa peralihan ini merupakan masa pacu tumbuh (growth spurt), masa terjadinya perubahan-perubahan fisik, psikologik dan kognitif yang penting bagi pertumbuhan serta perkembangan remaja (Santrock, 2003; Soetijiningsih, 2007). Oleh sebab itu, usia remaja menjadi usia yang rentan terhadap kekurangan zat gizi apabila kebutuhan zat gizi tidak tercukupi sesuai dengan kebutuhannya.

Berdasarkan data Riskesdas 2010 dan didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Hardinsyah et al. (2010), konsumsi air minum di Indonesia terutama pada usia remaja masih masuk dalam kategori rendah. Pada kelompok usia 10-19 tahun, rata-rata tingkat konsumsi air per hari pada laki-laki hanya sebesar 55,63% dan pada perempuan sebesar 64,67% dari total kebutuhan air minum yang direkomendasikan (Hardinsyah, 2012 dalam AKG 2014). Tingkat kecukupan asupan air telah ditetapkan oleh the Institute of Medicine sebagai pedoman pencegahan dampak dehidrasi. Remaja usia 10-19 tahun laki-laki memiliki kebutuhan air minum sebesar 1800-2500 mL/hari sedangkan perempuan sebesar 1800-2300 mL/hari (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2004; The Institute of Medicine, 2005;Manz, 2007; Astuti et al., 2014).

(3)

Menurut Gustam (2012), wilayah ekologi, suhu tubuh, jenis kelamin, tingkat pengetahuan dan tingkat asupan air merupakan faktor risiko terjadinya dehidrasi pada remaja. Dari berbagai faktor risiko tersebut, tingkat pengetahuan dan tingkat asupan air minum merupakan faktor yang dapat diintervensi dalam upaya pencegahan dehidrasi. Penelitian yang dilakukan oleh Hardinsyah et al.

(2009) menunjukkan bahwa sebanyak 42,4–49,7% remaja memiliki pengetahuan yang rendah tentang air minum.

Hasil penelitian Kavouras et al. (2012) menunjukkan bahwa perubahan positif pada status hidrasi akibat intervensi edukasi dapat menyebabkan peningkatan performa daya tahan latihan pada anak-anak secara signifikan. Hasil penelitian Cleary et al. (2012) menunjukkan bahwa intervensi berupa edukasi dapat meningkatkan pengetahuan remaja mengenai perilaku hidrasi. Namun, intervensi edukasi tanpa adanya intervensi lain yang dilakukan bersamaan, tidak cukup untuk mengubah perilaku hidrasi remaja. Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa dengan intervensi pemberian air minum yang telah ditentukan jumlahnya lebih efektif dalam mengatasi masalah dehidrasi pada remaja.

Berdasarkan berbagai penelitian intervensi yang telah dilakukan, ada beberapa rekomendasi yang disarankan dalam merancang sebuah intervensi, yaitu fokus pada perilaku, bersifat multikomponen atau multistrategis, adanya perubahan lingkungan sekolah dan aktivitas harian di tempat tinggal, melibatkan keluarga, serta penggunaan multimedia yang inovatif (Roseman et al., 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Lytle dan Achterberg (1995) menunjukkan bahwa intervensi di sekolah yang bersifat multistrategis berhasil memperbaiki perilaku makan pada anak. Maka penelitian ini ingin melihat bagaimana intervensi yang bersifat multistrategis dapat berpengaruh dalam mengatasi dehidrasi pada remaja dan hubungannya terhadap performa kognitif. Menjadi alasan yang lebih spesifik bagi peneliti untuk mengetahui pengaruh edukasi yang disertai intervensi pemberian air minum terhadap tingkat konsumsi air minum, status hidrasi, dan performa kognitif remaja.

(4)

B. Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat perbedaan jumlah konsumsi air minum antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol?

2. Apakah terdapat perbedaan status hidrasi antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol?

3. Apakah terdapat perbedaan performa kognitif (konsentrasi dan memori jangka pendek) antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol?

4. Bagaimana hubungan konsumsi air minum dengan status hidrasi, dan performa kognitif (konsentrasi dan memori jangka pendek) remaja?

C. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan pengaruh edukasi dan pemberian air minum, serta kombinasi keduanya terhadap tingkat konsumsi air minum, status hidrasi, dan performa kognitif (konsentrasi dan memori jangka pendek) remaja.

b. Tujuan Khusus

1) Mengetahui pengaruh intervensi edukasi yang disertai pemberian air minum terhadap jumlah konsumsi air minum

2) Mengetahui pengaruh intervensi edukasi terhadap jumlah konsumsi air minum.

3) Mengetahui pengaruh intervensi pemberian air minum terhadap jumlah konsumsi air minum.

4) Mengetahui hubungan jumlah konsumsi air minum dengan status hidrasi, dan performa kognitif (konsentrasi dan memori jangka pendek) remaja.

(5)

D. Manfaat Penelitian a. Manfaat secara teoritis

1) Untuk membuktikan pengaruh edukasi, pemberian air minum dan hubungannya terhadap tingkat konsumsi air minum, status hidrasi, serta performa kognitif remaja.

2) Sebagai upaya pengembangan teori sebelumnya tentang intervensi multistrategis terhadap tingkat konsumsi air minum, status hidrasi, serta performa kognitif.

b. Manfaat secara praktis

1) Untuk memberikan dan meningkatkan edukasi remaja mengenai pentingnya asupan air, jumlah kebutuhan air, pemeriksaan dini gejala dehidrasi, dan dampak dehidrasi sebagai upaya program pencegahan dehidrasi melalui intervensi yang bersifat multistrategis.

2) Hasil dari penelitian dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya, industri air minum, dan media massa sebagai upaya menigkatkan informasi tentang kebutuhan dan asupan air serta deteksi dini gejala dehidrasi di tingkat remaja.

3) Hasil dari penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk pemerintah dan institusi pendidikan dalam merencanakan kebijakan dan pembuatan program pencegahan dehidrasi pada remaja sebagai upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia.

(6)

E. Keaslian Penelitian

No Judul Penelitian Tujuan Metode Hasil Perbedaan

1. Ganio et al. (2011). Mild dehydration impairs cognitive performance and mood of men Untuk mengetahui hubungan dehidrasi terhadap performa kognitif dan perasaan subjektif (mood) pada laki-laki dewasa.

Desain: three randomised, single-blind, Repeated-measures design study Subjek: 26 Laki-laki bukan atlet usia rata-rata 20 tahun

Pemeriksaan status hidrasi dengan pengambilan urin serta pemeriksaan urin urine specific grafity (berat jenis urin)

Uji kognitif menggunakan

comprehensive computerised six-task cognitive test battery, profile of mood diukur menggunakan kuesioner dan simptom kuesionare (headache, concentration and task difficulty) yang dilakukan selama latihan

Tidak ada perbedaan BMI, durasi tidur dan gravitasi spesifik urin pada kelompok kontrol dengan kelompok dehidrasi;

(Setelah istirahat) Terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok kontrol dan perlakuan pada aspek kognitif (konsentrasi dan kerja memori jangka pendek);

Terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok kontrol dan perlakuan pada 2 aspek profil mood yaitu tekanan dan kelelahan; (Selama latihan) Terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok kontrol dan perlakuan pada salah 1 aspek kognitif yaitu premature errors dan salah 1 aspek profil mood yaitu kelelahan.

Desain: dibagi menjadi 4 kelompok random Subjek: 28 Remaja Laki-laki dan perempuan bukan atlet usia 14-17 tahun

2. Hardinsyah et al. (2009). Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi Pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi yang Berbeda Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebiasaan minum dan status hidrasi pada remaja dan dewasa di dua wilayah ekologi yang berbeda

Desain: Cross sectional study Subjek: total 400 subjek remaja usia 15-18 tahun, dan dewasa 25-50 tahun Menggunakan 2 wilayah ekologi sebagai lokasi penelitian yaitu dataran tinggi dan dataran rendah.

Metode pengambilan data:

1. Asupan minuman dengan record dan 7 hari semi FFQ

2. Status hidrasi dengan kuesioner dan

Di wilayah dataran rendah, sumber air minum remaja dari air galon sebanyak 74,3% dan dari ledeng sebanyak 32,1%.

Di dataran rendah, frekuensi mengonsumsi air minum kemasan lebih tinggi sebesar 3,9 kali/hari dibandingkan di dataran tinggi sebesar 1,8 kali/hari.

Sebanyak 81% remaja di dataran rendah mengonsumsi teh dan kopi sebagai minuman kedua setelah air minum.

Jenis dan desain epenelitian yang akan dilakukan

Daerah yang menjadi lokasi penelitian Variabel outcome yang akan diteliti

(7)

pemeriksaan fisik (gejala dan tanda dehidrasi), urinalisis (berat jenis, warna, mikroskopik urin)

Sebanyak 42,4-49,7% remaja memiliki pengetahuan tentang air minum yang rendah. Prevalensi dehidrasi ringan remaja di dataran rendah yaitu 41,6%. 3. Kavouras et al. (2012). Educational Intervention on Water Intake Improves Hydration Status and Enhances Exercise Performance in Athletic Youth Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intervensi edukasi pada peningkatan konsumsi air minum terhadap status hidrasi dan performa latihan atlet muda.

Desain: Kuasi eksperimental dengan non randomized pretest and posttest control group design

Subjek: atlet remaja

Intervensi yang diberikan berupa edukasi dan pemberian air secara ad libitum.

Pemeriksaan status hidrasi dengan osmolalitas urin dan urine specific grafity (berat jenis urin).

Periode intervensi 2 hari

Berdasarkan kriteria urine specific gravity: Sebanyak 96,7% kelompok kontrol dan 91,7% kelompok intervensi dalam kondisi dehidrasi (pada hari ke-2 camp); Sebanyak 96,7% kelompok kontrol dan 66,1%

kelompok intervensi dalam kondisi dehidrasi (pada hari ke-4 camp).

Berdasarkan osmolalitas urin: Sebanyak 90,3% kelompok kontrol dan 83,3%

kelompok intervensi dalam kondisi dehidrasi (pada hari ke-2 sebelum intervensi).

Pada kelompok intervensi yang mengalami dehidrasi menurun menjadi 62,1%, sementara tidak ada beda pada kelompok kontrol (90%). Performa daya tahan pada tes meningkat hanya pada kelompok intervensi.

Peningkatan status hidrasi melalui asupan air minum dapat meningkatkan performa daya tahan saat latihan.

Subjek penelitian yang akan dilakukan bukan atlet

Adanya modifikasi model intervensi edukasi dan pemberian air.

Lama waktu periode intervensi.

Variabel outcome berupa tingkat konsumsi air minum, status hidrasi dan performa kognitif.

4. Lieberman et al., (2005). Severe Decrements in Cognition Function and Mood Induced by Sleep Loss, Heat, Dehydration, and Undernutrition Untuk mengetahui pengaruh dehidrasi terhadap kognitif dan tanggapan fisiologis seperti kelelahan, dan

Desain: random control trial, pre-post test control group design

Subjek: 31 laki-laki dengan rata-rata usia 31 tahun.

Tidak dilakukan intervensi dehidrasi selain yang telah diberikan sesuai standar pelatihan militer selama 5 hari. Pemberian air dilakukan secara ad libitum.

Berat badan mengalami penurunan rata-rata 4,1 kg (p 0,001), didominasi oleh air water 3.1 L (p 0 ,001).

Dehidrasi mempengaruhi penurunan kemampuan kognitif tentara militer secara signifikan terutama pada Vigilance, reaction time, attention, dan memory (p 0,001). Pada aspek Mood, yaitu kewaspadaan,

Subjek penelitian yang akan diteliti adalah remaja usia 14-17 tahun Adanya modifikasi model intervensi edukasi dan pemberian air.

(8)

During Simulated Combat daya tahan manusia yang mengalami stress akut ketika menjalani latihan militer.

Pemeriksaan status hidrasi dilakukan dengan pengukuran berat badan dan pemeriksaan komposisi cairan tubuh dengan menggunakan bioelectric impedance spectroscopy (BIS). Uji kognitif berupa memory test, concentration, attention dan evecutive function dengan menggunakan tes kognitif yang terprogram pada computer.

Periode intervensi 5 hari

kebingungan, kelelahan, depresi dan tekanan,level kortisol dan testosterone lebih tinggi dibandingkan sebelum latihan.

intervensi. Variabel outcome berupa tingkat konsumsi air minum, status hidrasi dan performa kognitif berua konsentrasi dan memori jangka pendek. Uji kognitif menggunakan 2 subtes WAIS 5. Lentini B., dan Margawati A. (2014). Hubungan Kebiasaan Sarapan dan Status Hidrasi dengan Konsentrasi Berfikir pada Remaja Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan sarapan dan status hidrasi dengan konsentrasi berfikir pada remaja

Desain: Cross sectional study

Subjek: 80 remaja perempuan usia 15-19 tahun

Pemeriksaan status hidrasi dengan berat jenis urin

Uji konsentrasi dengan menggunakan digit symbol test dan digit span test yang merupakan 2 subtes dari WAIS dan dilakukan oleh lembaga psikologi terapan tersertifikasi

Sebanyak 52,5% siswa terbiasa sarapan dan 47,5% siswa tidak terbiasa sarapan. Bedasarkan berat jenis urin, sebanyak 70% subjek mengalami dehidrasi dan 30% subjek tidak dehidrasi.

Berdasarkan hasil tes konsentrasi, didapat 48,24% subjek memiliki kemampuan konsentrasi rendah, dan 51,75% memiliki kemampuan konsentrasi tinggi.

Terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan sarapan dan konsentrasi berfikir (p=0,00).

Tidak terdapat hubungan antara status hidrasi dengan konsentrasi berfikir (p=0,35)

Subjek penelitian yang akan diteliti adalah remaja laki-laki dan perempuan usia 14-17 tahun

Desain, eksperimental murni dengan adanya intervensi edukasi dan pemberian air. Variabel outcome berupa tingkat konsumsi air minum, status hidrasi dan performa kognitif berupa memori jangka pendek dan tingkat konsentrasi.

(9)

Referensi

Dokumen terkait

Grup ini bekerjasama dengan Komunitas Dorothea untuk penataan bunga, Dito dari Wilayah Santo Paulus untuk dekor kandang bayi Yesus di depan altar, dua warga Lukas 4 yang

Tujuan dilakukan penelitian mengenai pengujian beban pada tiang pondasi adalah untuk membandingkan daya dukung ultimit pondasi aktual (hasil uji statis dan dinamis) dengan daya

 Perumusan masalah yang mencakup latar belakang tentang alasan mengangkat masalah tersebut menjadi karya tulis dan penjelasan tentang makna penting serta

Berdasarkan hasil analisis statistic dengan berbagai uji regresi mengenai pengaruh volume, frekuensi perdagangan serta interest rate terhadap volatilitas harga saham

Dalam sebuah laporan penelitian, seperti tesis atau disertasi biasanya disusun suatu kerangka teori berdasarkan hasil analisis atau tujuan pustaka yang telah

The Statement of Comprehensive Income basically consists of two elements – an income statement (the same as the old IAS 1 format) plus other comprehensive income

Tujuan: Menganalisis pengaruh penambahan kayu manis terhadap pH, tingkat kecerahan (L*), aktivitas antioksidan, gula total dan organoleptik yang meliputi warna,

Nilai VIF lebih besar dari sepuluh berarti terdapat kolinier antarpeubah bebas (Gujarati, 2003). Perkembangan pola usaha menunjukkan bahwa usaha dengan pola PIR