Teorema Limit Pusat dan Limit Distribusi
pendekatan dengan kasus
Andi Kresna Jaya [email protected]
Jurusan Matematika
Outline
1 Review
2 Teorema Limit Pusat
3 Teorema Limit Distribusi
Outline
1 Review
2 Teorema Limit Pusat
3 Teorema Limit Distribusi
Outline
1 Review
2 Teorema Limit Pusat
3 Teorema Limit Distribusi
Sasaran pembelajaran: Kemampuan mahasiswa menjelaskan konsep limit distribusi
1 Kemampuan memahami teorema limit pusat
2 Ketepatan dalam penjelasan limit distribusi untuk penaksir
Metode: KuliahdanDiskusi
Text book: Hogg dan Craig, Introduction to
Mathematical Statistics;Casella dan Berger, Statistical Inference
Opening
”It is a capital mistake to theorize before one has data. Insensibly one begins to twist facts to suit theories, instead of theories to suit facts.” - Sherlock Holmes, ”A Scandal in
Bohemia”Sir Arthur Conan Doyle
Planning a statistical analysis after you’ve collected the data is like developing plans for a structure after you’ve purchased the materials.
Opening
”It is a capital mistake to theorize before one has data. Insensibly one begins to twist facts to suit theories, instead of theories to suit facts.” - Sherlock Holmes, ”A Scandal in
Bohemia”Sir Arthur Conan Doyle
Planning a statistical analysis after you’ve collected the data is like developing plans for a structure after you’ve purchased
Ada dua teorema penting dalam Teori Peluang, yang pertama adalah Teorema Limit Pusat dan yang kedua adalah Hukum Bilangan Besar. (Hukum bilangan besar akan dipelajari pada mata kuliah tingkat lanjut)
Teorema limit pusat menyatakan bahwa Distribusi dari jumlah (atau rata-rata) variabel yang distribusinya saling bebas dan identik adalah berdistribusi (hampiran) normal.
Untuk memahami ini akan diberikan tinjauan untuk kasus sederhana.
Misalkan X adalah peubah acak dengan fmp f (x ) =
0, 45 x = 1 0, 55 x = 2 dan nol untuk yang lain.
Ada dua teorema penting dalam Teori Peluang, yang pertama adalah Teorema Limit Pusat dan yang kedua adalah Hukum Bilangan Besar. (Hukum bilangan besar akan dipelajari pada mata kuliah tingkat lanjut)
Teorema limit pusat menyatakan bahwa Distribusi dari jumlah (atau rata-rata) variabel yang distribusinya saling bebas dan identik adalah berdistribusi (hampiran) normal.
Untuk memahami ini akan diberikan tinjauan untuk kasus sederhana.
Misalkan X adalah peubah acak dengan fmp f (x ) =
0, 45 x = 1 0, 55 x = 2 dan nol untuk yang lain.
Ada dua teorema penting dalam Teori Peluang, yang pertama adalah Teorema Limit Pusat dan yang kedua adalah Hukum Bilangan Besar. (Hukum bilangan besar akan dipelajari pada mata kuliah tingkat lanjut)
Teorema limit pusat menyatakan bahwa Distribusi dari jumlah (atau rata-rata) variabel yang distribusinya saling bebas dan identik adalah berdistribusi (hampiran) normal.
Untuk memahami ini akan diberikan tinjauan untuk kasus sederhana.
Misalkan X adalah peubah acak dengan fmp f (x ) =
0, 45 x = 1 0, 55 x = 2 dan nol untuk yang lain.
Ada dua teorema penting dalam Teori Peluang, yang pertama adalah Teorema Limit Pusat dan yang kedua adalah Hukum Bilangan Besar. (Hukum bilangan besar akan dipelajari pada mata kuliah tingkat lanjut)
Teorema limit pusat menyatakan bahwa Distribusi dari jumlah (atau rata-rata) variabel yang distribusinya saling bebas dan identik adalah berdistribusi (hampiran) normal.
Untuk memahami ini akan diberikan tinjauan untuk kasus sederhana.
Misalkan X adalah peubah acak dengan fmp f (x ) =
0, 45 x = 1
0, 55 x = 2
dan nol untuk yang lain.
Ada dua teorema penting dalam Teori Peluang, yang pertama adalah Teorema Limit Pusat dan yang kedua adalah Hukum Bilangan Besar. (Hukum bilangan besar akan dipelajari pada mata kuliah tingkat lanjut)
Teorema limit pusat menyatakan bahwa Distribusi dari jumlah (atau rata-rata) variabel yang distribusinya saling bebas dan identik adalah berdistribusi (hampiran) normal.
Untuk memahami ini akan diberikan tinjauan untuk kasus sederhana.
Misalkan X adalah peubah acak dengan fmp f (x ) =
0, 45 x = 1
0, 55 x = 2
dan nol untuk yang lain.
Untuk n = 40, bentuk grafik fmp untuk ¯X adalah:
Pada materi distribusi untuk ¯X , mean sampel distribusi
N(µ, θ2), bentuk peubah acak
Z = √
n( ¯X − µ) σ
untuk sembarang bilangan bulat positif n, akan berdistribusi N(0, 1).
Jika n → ∞ maka Z → Zp 0, dimana Z0 ∼ N(0, 1)
Walaupun kondisi X bukan dari distribusi Normal, bentuk Y =
√
n( ¯X − µ) σ
akan mempunyai distribusi hampiran normal dengan mean 0 dan variansi 1.
Pada materi distribusi untuk ¯X , mean sampel distribusi
N(µ, θ2), bentuk peubah acak
Z = √
n( ¯X − µ) σ
untuk sembarang bilangan bulat positif n, akan berdistribusi N(0, 1).
Jika n → ∞ maka Z → Zp 0, dimana Z0 ∼ N(0, 1)
Walaupun kondisi X bukan dari distribusi Normal, bentuk Y =
√
n( ¯X − µ) σ
akan mempunyai distribusi hampiran normal dengan mean 0 dan variansi 1.
Pada materi distribusi untuk ¯X , mean sampel distribusi
N(µ, θ2), bentuk peubah acak
Z = √
n( ¯X − µ) σ
untuk sembarang bilangan bulat positif n, akan berdistribusi N(0, 1).
Jika n → ∞ maka Z → Zp 0, dimana Z0 ∼ N(0, 1)
Walaupun kondisi X bukan dari distribusi Normal, bentuk Y =
√
n( ¯X − µ) σ
akan mempunyai distribusi hampiran normal dengan mean 0 dan variansi 1.
teorema limit pusat
Teorema 1
Misalkan X1, X2, · · · , Xn adalah sampel acak dari sebuah distribusi
peluang yang meannya µ dan variansinya σ2> 0. Maka peubah
acak Yn= (P Xi − nµ)/
√
nσ =√n( ¯X − µ)/σ konvergen dalam
distribusi ke peubah acak yang berdistribusi N(0, 1).
Misalkan ¯X adalah mean sampel acak yang berukuran n = 75
dari distribusi dengan fkp f (x ) =
1 0 < x < 1
0 yang lain
teorema limit pusat
Teorema 1
Misalkan X1, X2, · · · , Xn adalah sampel acak dari sebuah distribusi
peluang yang meannya µ dan variansinya σ2> 0. Maka peubah
acak Yn= (P Xi − nµ)/
√
nσ =√n( ¯X − µ)/σ konvergen dalam
distribusi ke peubah acak yang berdistribusi N(0, 1).
Misalkan ¯X adalah mean sampel acak yang berukuran n = 75
dari distribusi dengan fkp f (x ) =
1 0 < x < 1
0 yang lain
contoh 1
Diketahui f (x ) = 1, 0 < x < 1 dan nol untuk yang lain. maka
µ = Z 1 0 xdx = 1 2 σ2 = Z 1 0 (x − 1/2)2dx = 1 12
Maka aproksimasi nilai P(0.45 < ¯X < 0.55) adalah P(0.45 < ¯X < 0.55) = P a < √ n( ¯X − µ) σ < b = P(−1.5 < Z < 1.5) = 0.866 catatan a = √ n(0.45−µ) σ dan b = √ n(0.55−µ) σ
contoh 1
Diketahui f (x ) = 1, 0 < x < 1 dan nol untuk yang lain. maka
µ = Z 1 0 xdx = 1 2 σ2 = Z 1 0 (x − 1/2)2dx = 1 12 Maka aproksimasi nilai P(0.45 < ¯X < 0.55) adalah
P(0.45 < ¯X < 0.55) = P a < √ n( ¯X − µ) σ < b = P(−1.5 < Z < 1.5) = 0.866 √ n(0.45−µ) √n(0.55−µ)
contoh 1
Diketahui f (x ) = 1, 0 < x < 1 dan nol untuk yang lain. maka
µ = Z 1 0 xdx = 1 2 σ2 = Z 1 0 (x − 1/2)2dx = 1 12 Maka aproksimasi nilai P(0.45 < ¯X < 0.55) adalah
P(0.45 < ¯X < 0.55) = P a < √ n( ¯X − µ) σ < b = P(−1.5 < Z < 1.5) = 0.866 catatan a = √ n(0.45−µ) σ dan b = √ n(0.55−µ) σ
Misalkan X1, X2, · · · , Xn menyatakan sampel acak dari
distribusi b(1, p). Misalkan Yn= X1+ X2+ · · · + Xn, maka
Yn∼ b(n, p). Untuk menghitung peluang Yn akan lebih
sederhana menggunakan fakta bahwa (Yn− np)
pnp(1 − p) ∼ N(0, 1)
dibandingkan dengan melakukan hampiran peluang dari pendekatan Poisson.
Kerap kali, para statiskawan percaya bahwa Yn mempunyai distribusi hampiran normal dengan mean np dan variansi np(1 − p).
Perhatikan untuk n = 10 (ini cukup kecil untuk menyatakan bahwa peluang untuk Yn dapat diaproksimasi dengan distribusi Poisson) dan p = 0.5. Perbandingan b(10, 1/2)
Misalkan X1, X2, · · · , Xn menyatakan sampel acak dari
distribusi b(1, p). Misalkan Yn= X1+ X2+ · · · + Xn, maka
Yn∼ b(n, p). Untuk menghitung peluang Yn akan lebih
sederhana menggunakan fakta bahwa (Yn− np)
pnp(1 − p) ∼ N(0, 1)
dibandingkan dengan melakukan hampiran peluang dari pendekatan Poisson.
Kerap kali, para statiskawan percaya bahwa Yn mempunyai
distribusi hampiran normal dengan mean np dan variansi np(1 − p).
Perhatikan untuk n = 10 (ini cukup kecil untuk menyatakan bahwa peluang untuk Yn dapat diaproksimasi dengan distribusi Poisson) dan p = 0.5. Perbandingan b(10, 1/2) dengan N(5, 5/2) mempunyai luasan yang (nyaris) sama.
Misalkan X1, X2, · · · , Xn menyatakan sampel acak dari
distribusi b(1, p). Misalkan Yn= X1+ X2+ · · · + Xn, maka
Yn∼ b(n, p). Untuk menghitung peluang Yn akan lebih
sederhana menggunakan fakta bahwa (Yn− np)
pnp(1 − p) ∼ N(0, 1)
dibandingkan dengan melakukan hampiran peluang dari pendekatan Poisson.
Kerap kali, para statiskawan percaya bahwa Yn mempunyai
distribusi hampiran normal dengan mean np dan variansi np(1 − p).
Perhatikan untuk n = 10 (ini cukup kecil untuk menyatakan
bahwa peluang untuk Yn dapat diaproksimasi dengan
contoh 2
Misalkan X1, X2, · · · , Xn menyatakan sampel acak berukuran
n = 100 dari distribusi b(1, 1/2). Misalkan
Y = X1+ X2+ · · · + Xn, maka Yn∼ b(n, p). Tentukan
peluang
P(Y = 48, 49, 50, 51, 52)
Perhatikan bahwa dalam distribusi binomial untuk Y
(Y ∼ b(100, 1/2)), maka nilai diskrit {Y = 48, 49, 50, 51, 52} dengan selang (47, 5; 52, 5) pada distribusi N(50, 25) adalah ekuivalen. P(Y = 48, 49, 50, 51, 52) =P52 y =48 100 y (1/2) 100= 0, 3827 P(47, 5 < Y < 52, 5) = 0, 3829
dikerjakan dengan menggunakan distribusi N(0, 1) P(Y = 48, 49, 50, 51, 52) = P(47, 5 < Y < 52, 5)
contoh 2
Misalkan X1, X2, · · · , Xn menyatakan sampel acak berukuran
n = 100 dari distribusi b(1, 1/2). Misalkan
Y = X1+ X2+ · · · + Xn, maka Yn∼ b(n, p). Tentukan
peluang
P(Y = 48, 49, 50, 51, 52)
Perhatikan bahwa dalam distribusi binomial untuk Y
(Y ∼ b(100, 1/2)), maka nilai diskrit {Y = 48, 49, 50, 51, 52} dengan selang (47, 5; 52, 5) pada distribusi N(50, 25) adalah ekuivalen. P(Y = 48, 49, 50, 51, 52) =P52 y =48 100 y (1/2) 100= 0, 3827 P(47, 5 < Y < 52, 5) = 0, 3829
dikerjakan dengan menggunakan distribusi N(0, 1) P(Y = 48, 49, 50, 51, 52) = P(47, 5 < Y < 52, 5)
contoh 2
Misalkan X1, X2, · · · , Xn menyatakan sampel acak berukuran
n = 100 dari distribusi b(1, 1/2). Misalkan
Y = X1+ X2+ · · · + Xn, maka Yn∼ b(n, p). Tentukan
peluang
P(Y = 48, 49, 50, 51, 52)
Perhatikan bahwa dalam distribusi binomial untuk Y
(Y ∼ b(100, 1/2)), maka nilai diskrit {Y = 48, 49, 50, 51, 52} dengan selang (47, 5; 52, 5) pada distribusi N(50, 25) adalah ekuivalen. P(Y = 48, 49, 50, 51, 52) =P52 y =48 100 y (1/2) 100= 0, 3827 P(47, 5 < Y < 52, 5) = 0, 3829
dikerjakan dengan menggunakan distribusi N(0, 1) P(Y = 48, 49, 50, 51, 52) = P(47, 5 < Y < 52, 5)
contoh 2
Misalkan X1, X2, · · · , Xn menyatakan sampel acak berukuran
n = 100 dari distribusi b(1, 1/2). Misalkan
Y = X1+ X2+ · · · + Xn, maka Yn∼ b(n, p). Tentukan
peluang
P(Y = 48, 49, 50, 51, 52)
Perhatikan bahwa dalam distribusi binomial untuk Y
(Y ∼ b(100, 1/2)), maka nilai diskrit {Y = 48, 49, 50, 51, 52} dengan selang (47, 5; 52, 5) pada distribusi N(50, 25) adalah ekuivalen. P(Y = 48, 49, 50, 51, 52) =P52 y =48 100 y (1/2) 100= 0, 3827 P(47, 5 < Y < 52, 5) = 0, 3829 dikerjakan dengan menggunakan distribusi N(0, 1)
P(Y = 48, 49, 50, 51, 52) = P(47, 5 < Y < 52, 5)
teorema dan bukti
Teorema 2
Misalkan Fn(u) adalah fungsi distribusi dari peubah acak Un yang
bergantung pada n. Jika Un
p
→ c, di mana c 6= 0, maka peubah acak Un/c p → 1. Untuk sembarang ε > 0 maka P Un c − 1 < ε = P 1 c |Un− c| < ε = P (|Un− c| < |c|ε) maka lim n→∞P Un c − 1 < ε = lim n→∞P (|Un− c| < |c|ε) .
teorema dan bukti
Teorema 2
Misalkan Fn(u) adalah fungsi distribusi dari peubah acak Un yang
bergantung pada n. Jika Un
p
→ c, di mana c 6= 0, maka peubah acak Un/c p → 1. Untuk sembarang ε > 0 maka P Un c − 1 < ε = P 1 c |Un− c| < ε = P (|Un− c| < |c|ε) maka lim n→∞P Un c − 1 < ε = lim n→∞P (|Un− c| < |c|ε) .
teorema dan bukti
Teorema 2
Misalkan Fn(u) adalah fungsi distribusi dari peubah acak Un yang
bergantung pada n. Jika Un
p
→ c, di mana c 6= 0, maka peubah acak Un/c p → 1. Untuk sembarang ε > 0 maka P Un c − 1 < ε = P 1 c |Un− c| < ε = P (|Un− c| < |c|ε) maka lim n→∞P Un c − 1 < ε = lim n→∞P (|Un− c| < |c|ε) .
Karena untuk sembarang > 0, maka limn→∞P (|Un− c| < ) = 1, maka
lim n→∞P Un c − 1 < ε = 1. Un c p → 1.
Karena untuk sembarang > 0, maka limn→∞P (|Un− c| < ) = 1, maka
lim n→∞P Un c − 1 < ε = 1. Un c p → 1.
Teorema 3
Misalkan Fn(u) adalah fungsi distribusi dari peubah acak Un yang
bergantung pada n. Jika Un
p
→ c, di mana c 6= 0 dan
P(Un< 0) = 0∀n, maka peubah acak
√ Un
p
→√c.
Perhatikan bahwa bentuk limn→∞P(|Un− c| ≥ ) = 0, dan
(Un− c) = ( √ Un− √ c)(√Un+ √ c). maka P(|Un− c| ≥ ) = P(|( p Un− √ c)(pUn+ √ c)| ≥ ) = P |pUn− √ c| ≥ (√Un+ √ c) ≥ P |pUn− √ c| ≥ (√c) .
Perhatikan bahwa P |√Un− √ c| ≥ (√ c) ≥ 0. Untuk n → ∞ berlaku 0 ≤ lim n→∞P |pUn− √ c| ≥ (√c) ≤ lim n→∞P(|Un−c| ≥ ) = 0. Sehingga Un c p → 1.
Teorema 4
Misalkan Fn(u) adalah fungsi distribusi dari peubah acak Un yang
bergantung pada n. Jika limit distribusi Un adalah F (u) dan
misalkan terdapat peubah acak Vn
p
→ 1,maka limit distribusi dari peubah acak Wn= Un/Vn adalah F (w ).
Berikut adalah sebuah penerapan 4 teorema di atas, untuk X1, X2, · · · , Xnsampel acak dari distribusi Bernoulli, b(1, π)
dan Yn=P Xi.
Misalkan Yn∼ b(n, π) untuk 0 < π < 1, maka dengan teorema 1 diperoleh
Un=
Yn− nπ
pnπ(1 − π) ∼ N(0, 1). Perhatikan pula bahwa Yn/n
p → π dan (1 − Yn/n)→ (1 − π),p maka Yn n 1 −Yn n p → π(1 − π).
Teorema 4
Misalkan Fn(u) adalah fungsi distribusi dari peubah acak Un yang
bergantung pada n. Jika limit distribusi Un adalah F (u) dan
misalkan terdapat peubah acak Vn
p
→ 1,maka limit distribusi dari peubah acak Wn= Un/Vn adalah F (w ).
Berikut adalah sebuah penerapan 4 teorema di atas, untuk X1, X2, · · · , Xnsampel acak dari distribusi Bernoulli, b(1, π)
dan Yn=P Xi.
Misalkan Yn∼ b(n, π) untuk 0 < π < 1, maka dengan
teorema 1 diperoleh
Un=
Yn− nπ
pnπ(1 − π) ∼ N(0, 1).
Perhatikan pula bahwa Yn/n p
→ π dan (1 − Yn/n)→ (1 − π),p maka
Teorema 4
Misalkan Fn(u) adalah fungsi distribusi dari peubah acak Un yang
bergantung pada n. Jika limit distribusi Un adalah F (u) dan
misalkan terdapat peubah acak Vn
p
→ 1,maka limit distribusi dari peubah acak Wn= Un/Vn adalah F (w ).
Berikut adalah sebuah penerapan 4 teorema di atas, untuk X1, X2, · · · , Xnsampel acak dari distribusi Bernoulli, b(1, π)
dan Yn=P Xi.
Misalkan Yn∼ b(n, π) untuk 0 < π < 1, maka dengan
teorema 1 diperoleh
Un=
Yn− nπ
pnπ(1 − π) ∼ N(0, 1).
Perhatikan pula bahwa Yn/n
p → π dan (1 − Yn/n)→ (1 − π),p maka Yn n 1 −Yn n p → π(1 − π).
Maka dengan teorema 2 diperoleh (Yn/n)(1 − Yn/n)
π(1 − π)
p
→ 1.
Selanjutnya dengan memakai teorema 2, misalkan
Vn= (Yn/n)(1 − Yn/n) π(1 − π) 1/2 Vn p → 1.
Jika peubah acak Wn= Un/Vn, maka dengan teorema 4, diperoleh bahwa Wn∼ N(0, 1).
Maka dengan teorema 2 diperoleh (Yn/n)(1 − Yn/n)
π(1 − π)
p
→ 1. Selanjutnya dengan memakai teorema 2, misalkan
Vn= (Yn/n)(1 − Yn/n) π(1 − π) 1/2 Vn p → 1.
Jika peubah acak Wn= Un/Vn, maka dengan teorema 4, diperoleh bahwa Wn∼ N(0, 1).
Maka dengan teorema 2 diperoleh (Yn/n)(1 − Yn/n)
π(1 − π)
p
→ 1. Selanjutnya dengan memakai teorema 2, misalkan
Vn= (Yn/n)(1 − Yn/n) π(1 − π) 1/2 Vn p → 1.
Jika peubah acak Wn= Un/Vn, maka dengan teorema 4, diperoleh bahwa Wn∼ N(0, 1).
Maka dengan teorema 2 diperoleh (Yn/n)(1 − Yn/n)
π(1 − π)
p
→ 1. Selanjutnya dengan memakai teorema 2, misalkan
Vn= (Yn/n)(1 − Yn/n) π(1 − π) 1/2 Vn p → 1.
Jika peubah acak Wn= Un/Vn, maka dengan teorema 4,
contoh 3
Misalkan Y ∼ b(n, p) Tentukan nilai peluang bahwa Y − np
q
nYn 1 −Yn terletak di selang (−2, 1), jika n → ∞.
Untuk menjawab ini dapat dimanfaatkan bentuk Wn= Un/Vn= q Y − np
nYn 1 −Yn .
Sehingga untuk n → ∞ maka Y − np q
nYn 1 −Yn
contoh 3
Misalkan Y ∼ b(n, p) Tentukan nilai peluang bahwa Y − np
q
nYn 1 −Yn terletak di selang (−2, 1), jika n → ∞.
Untuk menjawab ini dapat dimanfaatkan bentuk Wn= Un/Vn=
Y − np q
nYn 1 −Yn .
Sehingga untuk n → ∞ maka Y − np q
nYn 1 −Yn
contoh 3
Misalkan Y ∼ b(n, p) Tentukan nilai peluang bahwa Y − np
q
nYn 1 −Yn terletak di selang (−2, 1), jika n → ∞.
Untuk menjawab ini dapat dimanfaatkan bentuk Wn= Un/Vn= q Y − np
nYn 1 −Yn .
Sehingga untuk n → ∞ maka Y − np q
nYn 1 −Yn
P  −2 < q Y − np nYn 1 −Yn < 1   = P(−2 < Z < 1) = Φ(1) − Φ(−2) = Φ(1) + Φ(2) − 1 = 0, 8413 + 0, 9772 − 1 = 0, 8186.
Closing
Statistics really is like rocket science; it isn’t easy, even to us who have studied it for a long time. Anybody who think it’s easy surely lacks a deep
enough knowledge to understand why it isn’t! If your scientific integrity matters, and statistics is a mystery to you, then you need expert help. Find a statistician in your company or at a nearby
university, and talk to her face-to-face if possible. It may well cost money. It’s worth it.