• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN Modul 3 Klp 11

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN Modul 3 Klp 11"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PBL

MODUL 3

NOISE INDUCED HEARING LOSS

OLEH KELOMPOK 5:

C11109006 HENRY LIEMER WIJAYA C11109115 ALVIN ANDREAN JIWONO C11109134 DIAN UTAMI

C11109252 FATIMAH YUNIKARTIKA C11109270 ASTARI PRATIWI N

C11109290 RIZKI AMALIAH RAMADHANI C11109308 ILHAM DJAMALUDDIN C11109328 HJ. HARFANA ALWI C11109346 RAISSA SAFITRY C11109365 KASMALIANA C11109384 MISBAH C11109406 FADLIA N.

BLOK KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

(2)

Kasus 2. Noise Induced hearing loss

Seorang laki-laki usia 45 tahun telah bekerja sebagai operator shovel pada pertambangan granite selama paling kurang 19 tahun. Ia bekerja 6 hari

seminggu selama 8 sampai 10 jam sehari. Ia diperiksa sehubungan dengan

program testing audiometry ditempat kerja baru-baru ini. Ia tidak mempunyai

riwayat keluarnya cairan dari telinga, cedera kepala, dan ia pernah bekerja dengan menggunakan senjata api. Pada pemeriksaan telinga, tidak terdapat serumen, otitis eksterna didapatkan membrana timpani yang masih utuh. Rinne test positif dan tidak ada lateralisasi pada Weber test. Pada pemeriksaan pure tone audiometry ditemukan adanya penurunan (menukik) pada frekuensi 4 kHz tanpa adanya kelainan penghataran udara tulang pada kedua

telinga.

Pertanyaan

1. Bagaimana pengaruh kebisingan terhadap pendengaran? 2. Bagaimana aspek ergonomi bising ditempat kerja? 3. Bagaimanakah alur diagnosis pasien tersebut?

4. Bagaimanakah penatalaksanaan pada pasien tersebut? 5. Apa saja upaya pencegahan yang dapat dilakukan?

Jawab

1. Pengaruh kebisingan terhadap pendengaran

Perubahan ambang dengar akibat paparan bising tergantung pada frekwensi

bunyi, intensitas dan lama waktu paparan, dapat berupa

1. Adaptasi

Bila telinga terpapar oleh kebisingan mula-mula telinga akan merasa terganggu oleh kebisingan tersebut, tetapi lama-kelamaan telinga tidak merasa terganggu lagi karena suara terasa tidak begitu keras seperti pada awal pemaparan.

(3)

2. Peningkatan ambang dengar sementara

Terjadi kenaikan ambang pendengaran sementara yang secara perlahanlahan akan kembali seperti semula. Keadaan ini berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam bahkan sampai beberapa minggu setelah pemaparan. Kenaikan ambang pendengaran sementara ini mula-mula terjadi pada frekwensi 4000 Hz, tetapi bila pemeparan berlangsung lama maka kenaikan nilai ambang pendengaran sementara akan menyebar pada frekwensi sekitarnya. Makin tinggi intensitas dan lama waktu pemaparan makin besar perubahan nilai ambang pendengarannya. Respon tiap individu terhadap kebisingan tidak sama tergantung dari sensitivitas masing-masing individu.

3. Peningkatan ambang dengar menetap

Kenaikan terjadi setelah seseorang cukup lama terpapar kebisingan, terutama terjadi pada frekwensi 4000 Hz. Gangguan ini paling banyak ditemukan dan bersifat permanen, tidak dapat disembuhkan . Kenaikan ambang pendengaran yang menetap dapat terjadi setelah 3,5 sampai 20 tahun terjadi pemaparan, ada yang mengatakan baru setelah 10-15 tahun setelah terjadi pemaparan. Penderita mungkin tidak menyadari bahwa pendengarannya telah berkurang dan baru diketahui setelah dilakukan pemeriksaan audiogram.

Hilangnya pendengaran sementara akibat pemaparan bising biasanya sembuh setelah istirahat beberapa jam ( 1 – 2 jam ). Bising dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama ( 10 – 15 tahun ) akan menyebabkan robeknya sel-sel rambut organ Corti sampai terjadi destruksi total organ Corti. Proses ini belum jelas terjadinya, tetapi mungkin karena rangsangan bunyi yang berlebihan dalam waktu lama dapat mengakibatkan perubahan metabolisme dan vaskuler sehingga terjadi kerusakan degeneratif pada struktur sel-sel rambut organ Corti. Akibatnya terjadi kehilangan pendengaran yang permanen. Umumnya frekwensi pendengaran yang mengalami penurunan intensitas adalah

(4)

antara 3000 – 6000 Hz dan kerusakan alat Corti untuk reseptor bunyi yang terberat terjadi pada frekwensi 4000 Hz (4 Knotch).

Ini merupakan proses yang lambat dan tersembunyi, sehingga pada tahap awal tidak disadari oleh para pekerja. Hal ini hanya dapat dibuktikan dengan pemeriksaan audiometri. Apabila bising dengan intensitas tinggi tersebut terus berlangsung dalam waktu yang cukup lama, akhirnya pengaruh penurunan pendengaran akan menyebar ke frekwensi percakapan ( 500 – 2000 Hz ). Pada saat itu pekerja mulai merasakan ketulian karena tidak dapat mendengar pembicaraan sekitarnya.

2. Aspek ergonomi bising di tempat kerja Perlindungan menurut undang-undang Penggulangan tata cara medis teknis

Perlindungan menurut undang-undang.

Untuk membatasi bising di perusahaan atau industri beberapa Negara menentukan Nilai Ambang Batas (NAB) yang dikuatkan sebagai undang-undang, sebagian lagi hanya merupakan rekomendasi.Lokakarya Hiperkes di Cibogo (Bogor) tanggal 18 sampai dengan 22 Februari 1974 telah memutuskan NAB untuk ke. Bisingan suara di Perusahaan-perusahaan di Indonesia sebesar 85dB A, yang pada waktu itu diusulkan menjadi suatu peraturan Menteri. Yang pada khirnya dengan surat edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. SE. 01/MEN/ 1978 ditetapkan NAB. 85 dB A.

Penanggulangan tata cara medis teknis

1) Pengendalian pengaruh bising (control of noise exposure) berupa.

a. Program analisa bising (noise analysis).

Mengukur intensitas bising dan frekuensinya. Tujuannya untuk mendapat cacatan tentang keadaan maksimum, rata-rata, minimum, fluktuasi jenis intermitensi dan ketepatan (steadiness) bising. Untuk

(5)

pengukuran bising dipakai alat "Sound Level Meter", disingkat SLM. Ada yang dilengkapi dengan "Octave Band Analyser", disingkat OBA. Alat SLM dan OBA tersebut tidak dapat dipergunakan untuk pengukuran-pengkuran impulsive noise

b. Pengurangan jumlah bising di sumber bising.

Di sini termasuk pengurangan bising di tahap perencanaan mesin dan bangunan, di mana mesin di tempatkan (enginering control program).

c. Pengurangan jumlah bising yang dirambatkan melalui udara atau bagian-bagian dari bangunan, di mana sumber bising itu berada. Pemasangan peredam, penyekat mesin dari bahan-bahan penyerap suara.

karyawan: Yang paling sederhana dengan kapas (acoustic wool). Kapas ini kira-kira 300 mg yang telah dimasak dan lembut (kapas primisima). Telah dicobakanpada mahasiswa GAMA mengurangi 10 sampai dengan 15 db pada frekuensi kurang dari 1000 Hz, dan 25 sampai 30 db untuk frekuensi di atas 1800 Hz.

3. Alur diagnosis pasien tersebut

Didalam menegakkan diagnosis NIHL, ahli THT harus melakukan anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan audiologik. Dari anamnesis didapati riwayat penah bekerja atau sedang bekerja di lingkungan bising dalam jangka waktu yang cukup lama, biasanya lebih dari 5 tahun. Sedangkan pada pemeriksaan otoskopik tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan tes penala didapatkan hasil Rinne positip, Weber lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik dan Schwabach memendek. Kesan jenis ketuliannya adalah tuli sensorineural yang biasanya mengenai kedua telinga.

Ketulian timbul secara bertahap dalam jangka waktu bertahun-tahun, yang biasanya terjadi dalam 8 – 10 tahun pertama paparan. Pemeriksaan audiometri nada murni didapatkan tuli sensorineural pada

(6)

frekwensi tinggi ( umumnya 3000 – 6000 Hz ) dan pada frekwensi 4000 Hz sering terdapat takik ( notch ) yang patognomonik untuk jenis ketulian ini.

Sedangkan pemeriksaan audiologi khusus seperti SISI ( Short Increment Sensitivity Index ), ABLB ( Alternate Binaural Loudness Balance ) dan Speech Audiometry menunjukkan adanya fenomena rekrutmen( recruitment ) yang khas untuk tuli saraf koklea.

Untuk menegakkan diagnosis klinik dari ketulian yang disebabkan oleh bising dan hubungannya dengan pekerja, maka seorang dokter harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut :

1. Riwayat timbulnya ketulian dan progresifitasnya.

2. Riwayat pekerjaan, jenis pekerjaan dan lamanya bekerja. 3. Riwayat penggunaan proteksi pendengaran.

4. Meneliti bising di tempat kerja, untuk menentukan intensitas dan durasi bising yang menyebabkan ketulian.

5. Hasil pemeriksaan audiometri sebelum kerja dan berkala selama kerja. Pentingnya mengetahui tingkat pendengaran awal para pekerja dengan melakukan pemeriksaan audiometri sebelum bekerja adalah bila audiogram menunjukkan ketulian, maka dapat diperkirakan berkurangnya pendengaran tersebut akibat kebisingan di tempat kerja. 6. Identifikasi penyebab untuk menyingkirkan penyebab ketulian non

industrial seperti riwayat penggunaan obat-obat ototoksik atau riwayat penyakitsebelumnya.

4. Penatalaksanaan pada pasien tersebut

Oleh karena tuli akibat bising bersifat menetap, bila ketulian sudah mengakibatkan kesulitan berkomunikasi dengan volume percakapan biasa dapat dicoba dengan alat Bantu pendengaran/ABD (hearing aid). Apabila pndengaran terus menurun dan bertambah buruk, sehingga dengan menggunakan ABD pun tidak dapat menolong perlu dilakukan psikoterapi

(7)

agar dapat menerima keadaannya. Latihan pendengaran agar dapat menggunakan sisa pendengaran dengan ABD secara efisien dengan membaca ucapan bibir (lip reading), mimic dan gerakan anggota badan, serta bahasa isyarat untuk dapat berkomunikasi. Di samping itu, oleh karena pasien mendengar suaranya sendiri sangat lemah, rehabilitasi suara juga dapat dilakukan agar dapat mengendalikan volume, tinggi rendah dan irama percakapan. Pada pasien telah mengalami tuli total bilateral dapat dipertimbangkan untuk memasang implant koklea(cochlear implant).

5. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan

Bising dengan intensitas lebih dari 85dB dalam waktu tertentu dapat mengakibatkan ketulian, oleh karena itu bising lingkungan kerja harus diusahakan lebih rendah dari 85 dB. Hal ini dapat diusahakan dengan meredam sumber bunyi, misalnya alat sumber kebisingan ditempatkan dalam suatu ruangan yang kedap suara.

Sesuai dengan penyebab ketulian, penderita sebaiknya dipindahkan kerjanya dari lingkungan bising. Bila tidak mungkin dipindahkan dapat dipergunakan alat pelindung telinga terhadap bising, seperti penyumbat telinga (ear plug), tutup telinga (ear muff), dan pelindung kepala (helmet). Kombinasi antara sumbat telinga dan tutup telinga memberikan proteksi yang lebih baik. 2

Selain itu sumber dirancang untuk mengurangi intensitas bising:

- Menjauhkan sumber dari pekerja,

- Mengabsorbsi dan mengurangi penatulan bising secara akustik pada dinding, langit-langit dan lantai,

- Pekerja: mengurangi penerimaan atau menutup sumber bising dengan barrier bising,

- Ruangan isolasi untuk istihat

- Rotasi pekerja untuk periode waktu tertentu antara lingkungan kerja yang bising dengan yang tidak bising

(8)

PROGRAM PENCEGAHAN/ PROGRAM KONSERVASI PENDENGARAN Program pencegahan yang dapat dilakukan meliputi hal - hal berikut (NIOSH, 1996):

a. Monitoring paparan bising

b. Kontrol engineering dan administrasi c. Evaluasi audiometer

d. Penggunaan Alat Pelindung Diri (PPE) e. Pendidikan dan Motivasi

f. Evaluasi Program g. Audit Program

1. Monitoring Paparan Bising

Tujuan monitoring paparan bising, yang sering juga disebut survei bising, bertujuan untuk :

1. Memperoleh informasi spesifik tentang tingkat kebisingan yang ada pada setiap tempat kerja.

2. Menetapkan tempat-tempat yang akan diharuskan menggunakan APD. 3. Menetapkan pekerja yang harus (compulsory) menjalani pemeriksaan

audiometri secara periodik.

4. Menetapkan kontrol bising (baik administratif maupun teknis).

5. Menilai apakah perusahaan telah memenuhi persyaratan UU yang berlaku. Prinsip monitoring paparan bising :

Pengukuran dilakukan oleh pegawai yang mempunyai kualifikasi sebagai berikut :

1. SOP pengukuran harus ada dan jelas.

2. Hasil dikomunikasikan pada manajemen dan pegawai, a. paling lama dalam waktu 2 minggu

b. untuk Jamsostek di Indonesia : 2 x 24 jam Ada 2 macam monitoring paparan bising :

(9)

1. Monitoring pendahuluan

Pengukuran bising pendahuluan untuk menentukan masalah yang potensial berbahaya untuk pendengaran, berdasarkan lokasi tempat kerja. Survei ini dilaksanakan jika terdapat kesulitan dalam berkomunikasi, adanya keluhan pekerja bahwa telinga berdengung setelah bekerja.

Monitoring bising terperinci

a. Pengukuran lingkungan kerja slow response dengan skala A (dB). b. Pengukuran di tempat kerja (<85 dB)

c. Lamanya paparan (jumlah jam terpapar)

KONTROL - engineering dan administratif

Kontrol engineering ditujukan pada sumber bising dan sebaran bising; contohnya :

1. Pemeliharaan mesin (maintenance) yaitu mengganti, mengencangkan bagian mesin yang longgar, memberi pelumas secara teratur, dan lain-lain. 2. Mengganti mesin bising tinggi ke yang bisingnya kurang.

3. Mengurangi vibrasi atau getaran dengan cara mengurangi tenaga mesin, kecepatan putaran atau isolasi.

4. Mengubah proses kerja misal kompresi diganti dengan pukulan.

5. Mengurangi transmisi bising yang dihasilkan benda padat dengan menggunakan lantai berpegas, menyerap suara pada dinding dan langit-langit kerja.

6. Mengurangi turbulensi udara dan mengurangi tekanan udara. 7. Melakukan isolasi operator dalam ruang yang relatif kedap suara. Pengendalian administratif dilakukan dengan cara :

1. Mengatur jadwal produksi 2. Rotasi tenaga kerja

3. Penjadualan pengoperasian mesin

(10)

5. Mengikuti peraturan

EVALUASI AUDIOMETRI

Pengukuran audiometrik sebaiknya dilakukan pada :

1. Pre-employment

2. Penempatan ke tempat bising

3. Setiap tahun, bila bising > 85 dB

4. Saat pindah tugas keluar dari tempat bising

5. Saat pensiun/purna tugas

Tipe audiogram :

1. Pre-employment/preplacement/Baseline 2. Annual monitoring

3. Exit Policy mengenai audiogram : 1. Base line atau data dasar :

a. dalam 6 bulan mulai bekerja di tempat bising (85 dA)

b. untuk baseline 14 jam bebas bising, atau menggunakan APD 2. Annual audiogram Bagi yang TWA > 85 dBA

3. Evaluasi :

a. setiap tahun dibandingkan dengan base-line

b. bila STS (Significant Threshold Shift) > 10 dB (rata-rata pada 2000-3000-4000 Hz), maka disebut + (positif) Bila STS (+) maka yang dilakukan adalah :

c. periksa dokter d. periksa tempat kerja e. periksa data kalibrasi alat

f. komunikasikan dengan karyawan tersebut g. jika karena penyakit, konsulkan ke dokter THT

(11)

h. periksa ulang dalam waktu 1 (satu) tahun Bila STS (+) karena pekerjaannya :

i. Bila belum menggunakan APD, diharuskan memakai j. Bila sudah memakai, beri petunjuk ulang

k. Komunikasikan dengan pegawai dan atasan secara tertulis

l. Bila perlu, konsul THT Lakukan revisi baseline, bila STS persisten atau membaik

IV. PENGGUNAAN APD

Beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan alat pelindung telinga :

1. Kecocokan; alat pelindung telinga tidak akan memberika perlindungan bila tidak dapat menutupi liang telinga rapat-rapat.

2. Nyaman dipakai; tenaga kerja tidak akan menggunakan APD ini bila tidak nyaman dipakai.

3. Penyuluhan khusus, terutama tentang cara memakai dan merawat APD tersebut.

Jenis-jenis alat pelindung telinga :

1. Sumbat telinga (earplugs/insert device/aural insert protector)

Dimasukkan ke dalam liang telinga sampai menutup rapat sehingga suara tidak mencapai membran timpani.

Beberapa tipe sumbat telinga :

a. formable type b. custom-molded type c. premolded type

Sumbat telinga bisa mengurangi bising s/d 30 dB lebih.

2. Tutup telinga (earmuff/protective caps/circumaural protectors)

Menutupi seluruh telinga eksternal dan dipergunakan untuk mengurangi bising s/d 40- 50 dB frekuensi 100 8000 Hz.

(12)

3. Helmet/ enclosure

Menutupi seluruh kepala dan digunakan untuk mengurangi maksimum 35 dBA pada 250 Hz sampai 50 d pada frekuensi tinggi.

Referensi

Dokumen terkait

NAB kebisingan di tempat kerja adalah intensitas suara tinggi yang merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya

Hal tersebut mengakibatkan karyawan dengan terpaksa harus mengorbankan waktu bagi keluarga, lingkungan selain tempat kerja, bahkan untuk dirinya sendiri (Ries,

Dari hasil perbaikan pada tiap stasiun kerja pengunaan tangan kanan dan tangan kiri seimbang, dan waktu perakitan lebih cepat dibanding kan dengan

Secara keseluruhan, peningkatan tingkat stress software engineer di lingkungan kerja alami lebih rendah dibandingkan di lingkungan kerja tertutup.. Lingkungan kerja alami

Adapun rumusan masalah yang akan diselesaikan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana keterkaitan intensitas cahaya, suhu dan kelembapan pada interval waktu satu jam yang

Noise-induced hearing loss (NIHL) merupakan gangguan pendengaran akibat terpapar bising di suatu lingkungan kerja dalam jangka waktu yang lama dan terus menerus.. NIHL merupakan

Keadaan tersebut dapat mengakibatkan kinerja kerja karyawan menjadi rendah, menciptakan masalah di tempat kerjanya, cenderung menarik diri dari lingkungan

BAB 3 METODE PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum 3.1.1 Waktu Pelaksanaan Praktikum Praktikum Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 tentang Pengukuran Intensitas