BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetian Bahan Komposit
Material komposit adalah material yang terbuat dari dua bahan atau lebih
yang tetap terpisah dan berada dalam level makroskopik selagi membentuk
komponen tunggal. Komposit berasal dalam kata kerja “to compose” yang berarti
menyusun atau menggabung. Jadi secara sederhana bahan komposit berarti bahan
gabungan dari dua atau lebih bahan yang berlainan. Kata komposit dalam
pengertian bahan komposit berarti terdiri dari dua atau lebih bahan yang berbeda
yang di gabung secara makroskopis. Pada umumnya bentuk dasar suatu bahan
komposit adalah tunggal di mana merupakan susunan dari paling tidak terdapat
dua unsur yang bekerja sama untuk menghasilkan sifat-sifat bahan yang berbeda
terhadap sifat-sifat unsur bahan penyusunnya.
Berdasarkan bahan penyusunnya komposit dapat kita pisahkan menjadi dua
bagian yaitu matriks dan bahan penguat. Matriks sebagai bagian terbesar dalam material
komposit dapat terbuat dari tiga material dasar yaitu, Metal Matrix Composite ( MMC ),
Ceramic Matrix Composite (CMC ), Polymer Matrix Composite ( PMC ). (Gibson,1984).
Gambar 2.1 Diagram komposit berdasarkan bahan penyusunnya(Gibson,1984)
Material komposit terdiri dari lebih satu tipe material dan di rancang untuk
mendapatkan kombinasi karakteristik terbaik dari setiap komponen penyusunnya. Bahan
komposit memiliki banyak keunggulan yaitu lebih ringan, kekuatan dan ketahanan yang
Gambar 2.2 Klasifikasi/skema struktur komposit (Callister, 1994)
Karakteristik umum komposit yaitu :
1. Material komposit lebih baik daripada semua material dasar dalam hal kekuatan
(strength) dan kekakuan (stiffness), ketahanan pada temperatur tinggi, fatigue
strength, dan sifat-sifat lainnya. Sifat kombinasi yang diinginkan dapat
direkayasa.
2. Material komposit merupakan material komplek yang komponen-komponennya
memiliki sifat yang sangat berbeda, saling tidak larut atau hanya sedikit larut,
dan terpisah oleh satu batasan yang jelas.
3. Prinsip pembuatan komposit meniru apa yang terjadi di alam. Dahan dan
ranting pohon serta tulang manusia dan binatang merupakan komposit alam.
4. Dalam kayu, serat selulosa diikat oleh lignin yang bersifat plastis. Dalam
tulang, serat fosfat yang tipis dan kuat diikat oleh kolagen yang bersifat plastis.
5. Sifat komposit sangat tergantung pada sifat fisiko-mekanik dari
komponen-komponennya dan kekuatan ikatan antara komponen-komponen-komponennya.
6. Untuk mendapatkan sifat komposit yang optimal, maka
komponen-komponennya harus memiliki sifat yang sangat berbeda tetapi saling
Secara umum bahan komposit terdiri dari dua bagian utama yaitu :
1. Matriks yang mengisolasi fasa
2. Penguat (filler) atau fasa sebaran
Matriks merupakan komponen pembentuk dan pengikat dalam
komposit.Dasar atau matriks dari komposit bisa terdiri dari logam atau alloy
(komposit logam), polimer, karbon dan material keramik (komposit non logam).
Sifat-sifatnya akan menentukan kondisi operasi pembuat-an komposit dan
karakteristik komposit, seperti temperatur operasi, fatigue strength, ketahanan
terhadap efek lingkungan, density, dan specific strength. Beberapa komposit
memiliki matriks gabungan yang terdiri dari dua atau lebih lapisan dengan
komposisi berbeda dan disusun selang-seling. (Gibson, 1984)
Filler merupakan komponen lain yang terdistribusi merata dalam matriks. Filler
memegang peranan penting dalam menguatkan komposit, sehingga disebut penguat/
reinforcing material. Filler harus memiliki nilai kekuatan/strength, kekerasan/ hardness, dan elastic modulus yang besar. Sifat-sifat ini harus lebih besar daripada yang dimiliki
matriks. Sifat-sifat material komposit bisa juga dipengaruhi oleh bentuk, ukuran,
konsentrasi dan distribusi filler. (Putu Lokantara, 2007)
2.2 Tinjauan Umum Tumbuhan Kelapa
Kelapa (Cocos nucifera) merupakan salah satu anggota tanaman palma
yang paling dikenal dan banyak tersebar di daerah tropis. Tinggi pohon kelapa
dapat mencapai 10 - 14 meter lebih, daunnya berpelepah dengan panjang dapat
mencapai 3 - 4 meter lebih dengan sirip-sirip lidi yang menopang tiap helaian.
Tanaman ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga
dianggap sebagai tumbuhan serbaguna, terutama bagi masyarakat pesisir.
Tanaman ini diperkirakan berasal dari pesisir Samudera Hindia di sisi Asia,
namun kini telah menyebar luas di seluruh pantai tropika dunia.
Kelapa merupakan tanaman tropis yang telah lama dikenal masyarakat
juta ha (32,90%), Jawa 0,903 juta ha (24,30%), Sulawesi 0,716 juta ha (19,30%),
Bali, NTB, dan NTT 0,305 juta ha (8,20%), Maluku dan Papua 0,289 juta ha
(7,80%). Kelapa merupakan tanaman perkebunan dengan areal terluas di
Indonesia, lebih luas dibanding karet dan kelapa sawit. Menempati urutan teratas
untuk tanaman budidaya setelah padi. Kelapa menempati areal seluas 3,70 juta ha
atau 26% dari 14,20 juta ha total areal perkebunan (Ardiawan, 2011).
Dalam taksonomi tumbuh-tumbuhan, tanaman kelapa dimasukkan ke
dalam klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (Tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Sub-divisio : Angiospermae (Berbiji tertutup)
Kelas : Monocotyledonae (Biji berkeping satu )
Ordo : Palmales
Familia : Palmae
Genus : Cocos
Spesies : Cococ nucifera L
Kelapa termasuk golongan kayu keras, yang secara kimiawi memiliki komposisi
kimia hampir serupa dengan kayu yaitu tersusun atas lignin, cellulose dan hemicelluloses.
Dengan komposisi yang berbeda-beda selulosa (C6H10O5)n 33,61 %, Hemiselulosa
(C5H8O4)n 19,27 % dan lignin [(C9H10O3)(CH3O)]n 36,51 % (Tirono dan Ali, 2011)
2.2.1 Jenis Tumbuhan Kelapa 1. Kelapa Varietas Dalam
Kelapa varietas dalam ini mempunyai ciri-ciri memiliki batang tinggi dan besar,
bisa mencapai 30 meter atau lebih. Kelapa ini mulai berbuah agak lambat, berumur antara
6-8 tahun setelah tanam. Umurnya bahkan dapat mencapai 100 tahun lebih. Adapun
Keunggulan varietas ini adalah produksi kopranya lebih tinggi, yaitu sekitar 1 ton
kopra/ha pertahun pada umur 10 tahun dengan produktivitas sekitar 90 butir perpohon
pertahun, daging buahnya tebal dan keras dengan kadar minyak yang tinggi, serta lebih
kelapa antara lain yaitu viridis (kelapa hijau), rubescens (kelapa
merah), macrocorpu (kelapa kelabu),sakarina (kelapa manis).
2. Kelapa Varietas Genjah
Kelapa varietas genjah ini mempunyai ciri batang besar tetapi tidak terlalu tinggi,
Varietas ini memiliki kelebihan berbuah lebat tetapi mudah dipengaruhi fluktuasi iklim,
dan peka terhadap keadaan lingkungan yang kurang baik. Serta ukuran buah relatif kecil
dengan kadar kopra rendah, yakni sekitar 130 gram per buah, sementara kadar minyaknya
65% dari bobot kering daging buah. Kelapa varietas Genjah terdiri dari beberapa jenis
antara lain yaitu eburnea (kelapa gading), regia (kelapa raja), pumila(kelapa
puyuh), pretiosa (kelapa raja malabar).
3. Kelapa Varietas Hibrida
Kelapa varietas hibrida diperoleh dari hasil persilangan antara varietas Genjah
dengan varietas Dalam. Hasil persilangan itu merupakan kombinasi sifat-sifat yang baik
dari kedua jenis varietas asalnya. Dengan keunggulan yang dimiliki oleh kelapa varietas
Hibrida adalah:
- Lebih cepat berbuah, sekitar 3-4 tahun setelah tanam.
- Produksi kopra tinggi, sekitar 6-7 ton/ha/tahun pada umur 10 tahun dengan
produktivitas sekitar 140 butir/pohon/tahun.
- Produktivitas tandan buah, sekitar 12 tandan, dan berisi sekitar 10 - 20 butir buah
kalapa, daging buahnya keras dan tebal dengan ketebalan sekitar 1,5 cm, serta kandungan
minyaknya tinggi (Anonim, 2011a).
2.2.2 Kelapa Hibrida
Kelapa hibrida adalah suatu keturunan (progeny) yang dihasilkan dari
penyerbukan bunga secara bersilang antara induk-induk (parent) yang masing-masing
kelapa dengan sifat-sifat batangnya tinggi (dapat sampai 25 m), penyerbukan biasanya
terjadi secara bersilang, mulai berbuah pada usia enam tahun, berbuah besar. Kelapa
genjah disebut juga kelapa kate adalah jenis kelapa dengan sifat-sifat batangnya pendek
1-4 m (atau dapat lebih), penyerbukan biasanya sendiri, mulai berbuah pada usia 3-4
tahun, berbuah kecil (Anonim, 1977).
Kelapa varietas hibrida kini menjadi primadona masyarakat petani perkebunan.
Varietas hibrida memiliki banyak keunggulan. Diantaranya lebih cepat berbuah, yaitu
sekitar 3-4 tahun setelah tanam. Kemudian produksi kopra lebih tinggi sekitar 6-7 ton per
hektar per tahunnya di umur 10 tahun. Lalu produktivitasnya sekitar 140 per pohon setiap
tahunnya. Lalu dagingnya lebih tebal, keras dan kandungan minyaknya tinggi. Lalu
produktivitas tandan buah sekitar 12 tandan dan berisi sekitar 10-20 butir buah kelapa,
daging buahnya memiliki ketebalan sekitar 1,5 cm. termasuk dalam hal ini adalah
tanaman kelapa kopyor varietas hibrida hasil kultur embrio yang kini semakin populer
saja.
2.2.3 Syarat Pertumbuhan Kelapa Hibrida
• Tanah yang ideal untuk penanaman kelapa adalah tanah berpasir , berabu gunung, dan tanah berliat. dengan pH tanah 5,2 hingga 8 dan mempunyai struktur remah
sehingga perakaran dapat berkembang dengan baik.
• Sinar matahari banyak minimal 120 jam perbulan, jika kurang dari itu produksi buah akan rendah.
• Suhu yang paling cocok adalah 27ºC dengan variasi rata-rata 5-7 º C, suhu kurang dari 20º C tanaman kurang produktif.
• Curah hujan yang baik 1300-2300 mm/th. Kekeringan panjang menyebabkan produksi berkurang 50% , sedangkan kelembapan tinggi menyebabkan serangan
penyakit jamur.
• Angin yang terlalu kencang terkadang merugikan tanaman yang terlalu tinggi terutama varietas dalam.
2.2.4 Manfaat Kelapa Hibrida
Kelapa adalah pohon serba guna bagi masyarakat, hampir semua bagiannya dapat
dimanfaatkan untuk menunjang kehidupan masyarakat, diantaranya:
• Batang = bahan baku untuk membangun rumah , jembatan, canoe kecil dan lain • Daun = atap murah, anyaman ketupat dan hiasan upacara
• Tulang daun = sapu lidi dan bahan dasar prakarya
• Tandan bunga / bunga palma = hiasan upacara pernikahan • Air nira kelapa (dari tangkai bunga)= fermentasi minuman tuak
• Serabut buah kelapa = bahan bakar, tali anyaman, keset, pot bunga anggrek, dan yang lain
• Batok / tempurung kelapa = bahan bakar dan bahan baku untuk kerajinan tangan • Air kelapa dan daging kepala = bahan dasar es kelapa atau campuran es lainnya • Daging kelapa tua = santan, minyak , kopra, bahan baku produk
2.2.5 Karakteristik Pohon Kelapa Hibrida
Pohon Kelapa memiliki batang tunggal atau terkadang bercabang. Akar serabut,
tidak tipis serta berkayu, berkerumun membentuk bonggol, adaptif pada tempat berpasir
pantai. Batang beruas-ruas tetapi apabila telah tua tidak terlampau terlihat, khas jenis
monokotil dengan pembuluh menyebar ( tidak konsentrik ), berkayu. Kayunya kurang
baik dipakai untuk bangunan. Daunnya merupakan daun tunggal dengan pertulangan
menyirip, daun bertoreh amat dalam hingga terlihat layaknya daun majemuk. Bunganya
tersusun majemuk pada bagian rangkaian yang dilindungi oleh bractea ; ada bunga jantan
serta betina, berumah satu, bunga betina terdapat di pangkal karangan, namun bunga
Gambar 2.3 Pohon Kelapa
Kelapa adalah salah satu jenis tanaman serba guna dan memiliki nilai ekonomis tinggi.
Seluruh bagian pohon kelapa dapat memberikan manfaat bagi manusia mulai dari akar
hingga bagian daun dan tentunya buahnya. Berikut beberapa pemanfaat pohon kelapa
oleh manusia :
1. Bagian Batang : Dimanfaatkan sebagai bahan baku perabotan rumah, mebel, sebagai kayu, ataupun kayu bakar.
2. Bagian daun : Daun kelapa dapat digunakan sebagai bahan pembungkus ataupun dianyam untuk dijadikan atap rumah, sedangkan lidinya biasa digunakan untuk
membuat sapu.
3. Bagian bunga : menghasilkan cairan yang dikenal dengan nama air nira yang memiliki rasa manis, bisa dijadikan sebagai bahan baku pembuatan gula nira
ataupun sbg minuman.
4. Bagian buah : Bagian ini terdiri dari kulit ( sabut), batok, daging kelapa dan air kelapa. Kulit buah ( sabut kelapa ) sering digunakan sebagai bahan baku
pembuatan keset, Batok kelapa bisa dijadikan arang, buah kelapa untuk konsumsi
dahaga dan juga bermanfaat sebagai
tubuh.
2.2.6 Tempurung Kelapa Hibrida
Tempurung kelapa hibrida adalah salah satu bagian dari kelapa setelah
sabut kelapa yang memiliki nilai ekonomis tinggi yang dapat dijadikan sebagai
basis usaha. Tempurung kelapa ini merupakan lapisan yang keras dengan
ketebalan 3-5 mm. Tempurung kelapa yang memiliki kualitas yang baik yaitu
tempurung kelapa yang tua dan kering yang ditunjukkan dengan warna yang gelap
kecoklatan.
Tempurung kelapahibrida termasuk golongan kayu keras dengan kadar air
sekitar enam sampai sembilan persen (dihitung berdasar berat kering) yang
tersusun dari lignin, selulosa dan hemiselulosa. Data komposisi kimia tempurung
kelapa hibrida dapat kita lihat pada tabel 2.1.
Tempurung kelapahibrida memiliki komposisi kimia mirip dengan kayu,
mengandung lignin, pentosa, dan selulosa. Tempurung kelapa dalam penggunaan
biasanya digunakan sebagai bahan pokok pembuatan arang dan arang aktif. Hal tersebut
dikarenakan tempurung kelapa merupakan bahan yang dapat menghasilkan nilai kalor
sekitar 6500 – 7600 Kkal/kg. Selain memiliki nilai kalor yang cukup tinggi, tempurung
kelapa juga cukup baik untuk bahan arang aktif (Triono, 2006).
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Tempurung Kelapa hibrida
Komponen
Persentase (%)
Selulosa
26,6
Hemiselulosa
27,7
Lignin
29,4
Abu
0,6
Komponen ekstraktif
4,2
Uronat anhidrat
3,5
Nitrogen
0,1
Air
8,0
Pada dasarnya limbah tempurung kelapahibrida sangat melimpah dan dalam
pemanfaatannya belum begitu optimal. Biasanya pemanfaatan limbah tempurung
kelapahibrida digunakan sebagai bahan bakar sekali pakai. Oleh karena itu limbah
tempurung kelapa ini akan dijadikan sesuatu yang lebih bermanfaat yaitu sebagai bahan
kampas rem non-asbes sepeda motor yang ramah lingkungan.
2.3Komposit Matrik Logam
Komposit Matrik Logam (KML) adalah kombinasi rekayasa material yang
terdiri dari dua atau lebih bahan material (salah satunya logam sehingga menghasilkan
suatu material baru yang memiliki sifat dan karakteristik yang lebih baik dari bahan dasar
penyusunnya.
Dalam proses fabrikasi komposit matrik logam, matrik yang paling banyak
digunakan adalah logam alumunium karena logam ini mempunyai banyak kelebihan
antara lain memiliki densitas yang rendah, tahan terhadap korosi, memiliki sifat panas,
dan sifat listrik yang baik. Logam alumunium yang biasa digunakan sebagai matrik
adalah paduan Al-Si, Al-Cu, dan sebagainya. Komposit matrik alumunium biasanya
menggunakan penguat Al2O3, SiC, C, dan yang lainnya. (Ramadhonal, 2010)
2.4 Aluminium
Aluminium ditemukan oleh Sir Humphrey Davy dalam tahun 1809 sebagai
suatu unsur dan pertama kali direduksi sebagai logam oleh H . C. Oersted, tahun
1825. Secara industri tahun 1886, Paul Heroult di Perancis dan C . M. Hall di
Amerika Serikat secara terpisah telah memperoleh logam aluminium dari alumina
dengan cara elektrolisasi dari garam yang terfusi. Sampai sekarang proses Heroult
Hall masih dipakai untuk memproduksi aluminium. Penggunaan aluminium
sebagai logam setiap tahunnya adalah urutan yang kedua setelah besi dan baja,
yang tertinggi di antara logam non ferro.
Aluminium merupakan logam ringan yang mempunyai ketahanan korosi
yang baik dan hantaran listrik yang baik dan sifat – sifat yang baik lainnya sebagai
meningkat dengan penambahan Cu, Mg, Si, Mn, Zn, Ni, dsb. Secara satu persatu
atau bersama-sama, memberikan juga sifat-sifat baik lainnya seperti ketahanan
korosi, ketahanan aus, koefisien pemuaian rendah. Material ini dipergunakan di
dalam bidang yang luas bukan saja untuk peralatan rumah tangga tapi juga dipakai
untuk keperluan material pesawat terbang, mobil, kapal laut, konstruksi .
2.4.1 Sifat-sifat Aluminium
Aluminium adalah logam yang ringan dan cukup penting dalam kehidupan
manusia. Aluminium merupakan unsur kimia golongan IIIA dalam sistim periodik
unsur, dengan nomor atom 13 dan berat atom 26,98 gram per mol (sma). Struktur
kristal aluminium adalah struktur kristal FCC, sehingga aluminium tetap ulet
meskipun pada temperatur yang sangat rendah. Keuletan yang tinggi dari
aluminium menyebabkan logam tersebut mudah dibentuk atau mempunyai sifat
mampu bentuk yang baik. Aluminium memiliki beberapa kekurangan yaitu
kekuatan dan kekerasan yang rendah bila dibanding dengan logam lain seperti
besi dan baja. Aluminium memiliki karakteristik sebagai logam ringan dengan
densitas 2,7 g/cm.
Selain sifat-sifat tersebut aluminium mempunyai sifat-sifat yang sangat
baik dan bila dipadu dengan logam lain bisa mendapatkan sifat-sifat yang tidak
bisa ditemui pada logam lain. Adapun sifat-sifat dari aluminium antara lain :
ringan, tahan korosi, penghantar panas dan listrik yang baik. Sifat tahan korosi
pada aluminium diperoleh karena terbentuknya lapisan oksida aluminium pada
permukaaan aluminium.
Lapisan oksida ini melekat pada permukaan dengan kuat dan rapat serta
sangat stabil (tidak bereaksi dengan lingkungannya) sehingga melindungi bagian
yang lebih dalam. Adanya lapisan oksida ini disatu pihak menyebabkan tahan
korosi tetapi di lain pihak menyebabkan aluminium menjadi sukar dilas dan
disoldier (titik leburnya lebih dari 2000º C). Sifat mekanik dan fisik aluminium
Tabel 2.2Sifat-sifat fisik Aluminium
Sifat-Sifat
Kemurnian Aluminium (%)
99,996
>99,0
Massa jenis (20º C)
2,6968
2,71
Titik cair
660,2
653-657
Panas jenis (cal/g . ºC) (100º C)
0,2226
0,229
Tahanan listrik (%)
64,94
59
Hantaran listrik koefisien temperature (/
ºC)
0,00429
0,0115
Koefisien pemuaian (20 – 100º C)
23,86x10
-623,5x10
-6Jenis Kristal, konstanta kisi
fcc,a=4,013 kX fcc,a=4,04
Kx
Sumber : Davis, JR., (1993)
Tabel 2.3 Sifat-sifat mekanik Aluminium
Sifat-sifat
Kemurnian Aluminium (%)
Tabel 2.2 menunjukkan sifat fisik Al dan Tabel 2.3 menunjukkan
sifat-sifat mekaniknya. Ketahan korosi berubah menurut kemurnian, pada umumnya untuk
kemurnian 99,0 % atau diatasnya dapat dipergunakan di udara tahan dalam
bertahun-tahun. Hantaran listrik Al, kira-kira 65 % dari hantaran listrik tembaga, tetapi masa
jenisnya kira-kira sepertiganya sehingga memungkinkan untuk memperluas
penampangnya. Oleh karena itu dapat dipergunakan untuk kabel tenaga dan dalam
berbagai bentuk umpamanya sebagai lembaran tipis (foil). Dalam hal ini
dipergunakan Al dengan kemurnian 99,0%. Untuk reflektor yang memerlukan
reflektifitas yang tinggi juga untuk kondensor elektronik dipergunakan aluminium
dengan kemurnian 99,99% .
2.4.2 Paduan Aluminium
Memadukan aluminium dengan unsur lainnya merupakan salah satu cara
untuk memperbaiki sifat aluminium tersebut. Paduan adalah kombinasi dua atau lebih
jenis logam, kombinasi ini dapat merupakan campuran dari dua struktur kristalin.
Paduan dapat disebut juga sebagai larutan padat dalam logam. Larutan padat mudah
terbentuk bila pelarut dan atom yang larut memiliki ukuran yang sama dan strukrur
elektron yang serupa. Larutan dalam logam utama tersebut memiliki batas kelarutan
maksimum. Paduan yang masih dalam batas kelarutan disebut dengan paduan logam
fasa tunggal. Sedangkan paduan yang melebihi batas kelarutan disebut dengan fasa
ganda. Peningkatan kekuatan dan kekerasan logam paduan disebabkan oleh
adanyaatom-atom yang larut yang menghambat pergerakan dislokasi dalam kristal
sewaktu deformasi plastik. Secara garis besar paduan aluminium dibedakan menjadi
dua jenis yaitu paduan aluminium tempa dan aluminium cor. Untuk lebih jelasnya
pengelompokan paduan aluminium ditunjukkan pada Tabel 2.4 berikut:
Tabel 2.4Kelompok Paduan Aluminium
Aluminium, 99.00% minimum and greater
1xxx
1xx.x
Aluminium alloy grouped by major alloying
elements:
Copper
2xxx
2xx.x
Manganesee
3xxx
-
Silicon, with added copper
-
3xx.x
and/or magnesium
Silicon
4xxx
4xx.x
Magnesium
5xxx
5xx.x
Magnesium and silicon
6xxx
-
Zinc
7xxx
7xx.x
Tin
-
8xx.x
Other element
8xxx
9xx.x
Unused series
9xxx
6xx.x
Sumber : Davis, JR., (1993)
Menurut Aluminium Association (AA) sistem di Amerika, penamaan paduan
aluminium:
1.
Paduan cor (casting alloys) digunakan sistem penamaan empat angka. Angka
pertama menunjukkan kandungan utama paduannya. Dua angka selanjutnya
menunjukkan penandaan dari paduannya. Angka terakhir yang di pisahkan
dengan tanda desimal merupakan bentuk dari hasil pengecoran, misalnya
casting (0) atau ingot (1,2).
2.
Paduan tempa (wrought alloys) menggunakan sistem penamaan empat angka
juga tetapi penamaannya berbeda dengan penamaan pada paduan jenis cor.
Angka pertama menyatakan kelompok paduan atau kandungan elemen
batas kemurnian. Sedangkan dua angka terakhir menunjukkan paduan
aluminium atau kemurnian aluminium.
Dari dua kelompok paduan aluminium diatas dikelompokkan lagi menjadi dua
kelompok, yaitu: tidak dapat diperlaku-panaskan dan dapat diperlaku-panaskan.
Untuk paduan aluminium jenis cor yang dapat diperlaku-panaskan meliputi seri
2xx.x, 3xx.x, 7xx.x, dan 8xx.x, yang tidak dapat diperlaku-panaskan meliputi seri
1xx.x, 4xx.x, dan 5xx.x. Sedang aluminium jenis tempa yang tidak dapat
diperlaku-panaskan meliputi seri 1xxx, 3xxx, 4xxx, dan 5xxx, yang dapat diperlaku-diperlaku-panaskan
adalah seri 2xxx, 6xxx, 7xxx, dan 8xxx.
Sifat-sifat umum pada paduan aluminium adalah:
1.
Jenis Al-murni teknik (seri 1xxx)
Jenis paduan ini mempunyai kandungan minimal aluminium 99,0% dengan
besi dan silikon menjadi kotoran utama (elemen paduan). Aluminium dalam
seri ini memiliki kekuatan yang rendah tapi memiliki sifat tahan korosi,
konduksi panas dan konduksi listrik yang baik juga memiliki sifat mampu las
dan mampu potong yang bagus. Aluminium seri ini banyak digunakan untuk
sheet metal work.
2.
Paduan Al-Cu (seri 2xxx)
Elemen paduan utama pada seri ini adalah tembaga, tetapi magnesium dan
sejumlah kecil elemen lain juga ditambahkan kesebagian besar paduan jenis
ini. Jenis paduan Al-Cu adalah jenis yang dapat diperlaku-panaskan. Dengan
melalui pengerasan endap atau penyepuhan, sifat mekanikpaduan ini dapat
menyamai sifat dari baja lunak, tetapi daya tahan korosinya rendah bila
dibandingkan dengan jenis paduan yang lainnya. Sifat mampu lasnya juga
kurang baik, karena itu paduan jenis ini biasanya digunakan pada kontruksi
3.
Paduan jenis Al-Mn (seri 3xxx)
Manganesee merupakan elemen paduan utama seri ini. Paduan ini adalahjenis
yang tidak dapat diperlaku-panaskan, sehingga penaikan kekuatannya hanya
dapat diusahakan melalui pengerjaan dingin pada proses pembuatannya. Bila
dibandingkan dengan jenis alumunium murni, paduan ini mempunyai sifat
yang sama dalam hal ketahanan terhadap korosi, mampu potong dan sifat
mampu lasnya, sedangkan dalam hal kekuatannya, jenis paduan ini jauh lebih
unggul.
4.
Paduan jenis Al-Si (seri 4xxx)
Paduan Al-Si termasuk jenis yang tidak dapat diperlaku-panaskan. Jenis ini
dalam keadaaan cair mempunyai sifat mampu alir yang baik dan dalam proses
pembekuannya hampir tidak terjadi retak. Karena sifat-sifatnya, maka paduan
jenis Al-Si banyak digunakan sebagai bahan atau logam las dalam pengelasan
paduan aluminium baik paduan cor atau tempa.
5.
Paduan jenis Al-Mg (seri 5xxx)
Magnesium merupakan paduan utama dari komposisi sekitar 5%. Jenis
inimempunyai sifat yang baik dalam daya tahan korosi, terutama korosi oleh
air laut dan sifat mampu lasnya. Paduan ini juga digunakan untuk sheetmetal
work, biasanya digunakan untuk komponen bus, truk, dan untukaplikasi
kelautan.
6.
Paduan jenis Al-Mg-Si (seri 6xxx)
Elemen paduan seri 6xxx adalah magnesium dan silicon. Paduan ini termasuk
dalam jenis yang dapat diperlaku-panaskan dan mempunyai sifat mampu
potong dan daya tahan korosi yang cukup. Sifat yang kurang baik dari paduan
pengelasan yang timbul. Paduan jenis ini banyak digunakan untuk tujuan
struktur rangka.
7.
Paduan jenis Al-Zn (seri 7xxx)
Paduan ini termasuk jenis yang dapat diperlaku-panaskan. Biasanya ke dalam
paduan pokok Al-Zn ditambahkan Mg, Cu dan Cr. Kekuatan tarik yang dapat
dicapai lebih dari 504 Mpa, sehingga paduan ini dinamakan juga ultra
duralumin yang sering digunakan untuk struktur rangka pesawat.Berlawanan
dengan kekuatan tariknya, sifat mampu las dan daya tahannya terhadap korosi
kurang menguntungkan. Akhir-akhir ini paduan Al-Zn-Mg mulai banyak
digunakan dalam kontruksi las, karena jenis ini mempunyai sifat mampu las
dan daya tahan korosi yang lebih baik daripada paduan dasar Al-Z
2.5 Polyester Resin Tak Jenuh
Polyester resin tak jenuh merupakan polimer kondensat yang terbentukberdasarkan reaksi antara polyol yang merupakan organik gabungan dengan
alkohol multiple atau gugus fungsi hidroksi, dan polycarboxylic, yang mengandung
ikatanganda. Tipikal jenis polyol yang digunakan adalah glycol, seperti ethylene glycol.
Sementara asam polycarboxylic yang digunakan adalah asam phthalic dan asam maleic.
Polyester resin tak jenuh adalah jenis polimer thermoset yang memilikistruktur rantai karbon yang panjang. Matrik yang berjenis ini memiliki sifat dapat mengeras pada suhu
kamar dengan penambahan katalis tanpa pemberian tekanan ketika proses pembentukan.
(Schwarts, 1983).
Pada desain struktur dilakukan dengan cara pemilihan matriks dan penguat, hal ini
dilakukan untuk memastikan kemampuan material sesuai dengan produk yang akan
dihasilkan. Dalam desain struktur ini jenis matriks yang akan digunakan adalah Polyester
resin tak jenuh diperkuat dengan serbuk tempurung kelapa dan aluminium. Matriks
dengan penambahan katalis tanpa pemberian tekanan ketika proses pembentukannya.
Struktur material yang dihasilkan berbentuk crosslink dengan keunggulan daya tahan yang
lebih baik terhadap jenis pembebanan statik dan impak. Hal tersebut disebabkan oleh
molekul yang dimiliki bahan dalam bentuk rantai molekul raksasa, atom-atom karbon
yang saling mengikat satu dengan lainnya mengakibatkan struktur molekulnya
menghasilkan efek peredaman yang cukup baik terhadap beban yang diberikan. (Agus
Pramono, 2008).
Data karakteristik mekanik material polyester resin tak jenuh seperti terlihat pada
tabel.
Tabel 2.5. Karakteristik mekanik polyester resin tak jenuh.
Sifat Mekanik Satuan Besaran
Berat jenis (ρ) kg/mm3 1,215.10-6
Modulus Elastisitas (E) N/mm2 2941.8
Kekuatan Tarik (σT) N/mm2 54
Elongasi % 1,6
Sumber: PT. Justus Kimia Raya, 2007
Umumnya material ini digunakan dalam proses pembentukan dengan cara penuangan
antara lain perbaikan body kenderaan bermotor, pengisi kayu dan sebagai material perekat.
Material ini memiliki sifat perekat dan aus yang baik, dan dapat digunakan untuk
memperbaiki dan mengikat secara bersama beberapa jenis material yang berbeda. Material ini
memiliki umur pakai yang panjang, kestabilan terhadap sinar Ultraviolet (UV), dan daya
tahan yang baik terhadap serapan air. Kekuatan material ini diperoleh ketika dicetak kedalam
bentuk komposit, dimana material-material penguat, seperti serat kaca, karbon dan lain-lain,
akan meningkatkan sifat mekanik material tersebut sementara ketika dalam keadaan tunggal
2.6 Katalis MEKPO (Metyil Ethyil Ketone Perioksida)
Katalis merupakan material kimia yang digunakan untuk mempercepat proses reaksi
polimerisasi struktur komposit pada kondisi suhu kamar dan tekanan atmosfir. Pemberian
katalis dapat berfungsi untuk mengatur waktu pembentukan gelembung blowing agent,
sehingga tidak mengembang secara berlebihan, atau terlalu cepat mengeras yang dapat
mengakibatkan terhambatnya pembentukan gelembung.
2.7 Kampas Rem
Kampas rem merupakan komponen penting pada kendaraan bermotor dijalan raya.
Pertambahan kendaraan bermotor roda dua dan empat saat ini meningkat pesat sejalan laju
pertumbuhan ekonomi masyarakat. Komponen kendaraan yaitu kampas rem sangat perlu
mendapatkan perhatian yang lebih oleh pemegang kebijikan ( pemerintah ) dalam upaya
melindugi konsumen dan mengurangi persentase penyebab kecelakaan di jalan raya. Standar
Nasional Indonesia ( SNI ) kampas rem sudah di buat sejak tahun 1987 namun beberapa
parameter serta spesifikasinya perlu di tinjau atau di kaji ulang sesuai perkembangan dan
mengacu kepada standar internasiponal atau pola perkembangan teknologi otomotif yang
modern ini. (Pratama, 2010).
Komposisi berbasis polimer tidak mengandung asbestos dan logam berat bahan
komposit berbasis polimer, karena sebagian besar bahannya menggunakan bahan polimer
organik, maka benar-benar dapat di jamin bebas terhadap senyawa yang mengandung Pb, Cr
dan Zn. Seratnya pun di gunakan serat E-glass dan atau airamid. Juga sering di gunakan serat
alam berupa fibre, wisker dan serat karbon dariorganik material. Bahan pengisi berupa
mineral tambang adalah minority dan bersifat“ fire retardant” sehingga tahan terhadap panas
atau memiliki koefisien perpindahan panas yang lebih kecil. Namun di satu sisi kurang kuat
menyerap atau menyimpan panas, sehingga panas sering berbalik ke roda akibatnya roda
2.8 Material Komposit Untuk Kampas Rem
Indonesia kaya akan material-material bahan tambang berupa oksida-oksida logam
seperti Calcite, Barite, Hematite, Silikat, dll yang sangat bermanfaat dan murah untuk
pengembangan bahan tahan aus tinggi. Di samping itu pula juga memiliki potensi
bahan-bahan organik alam lainnya yang bias di manfaatkan sebagai matriks bahan-bahan komposit.
Sekarang sudah saatnya kita memanfaatkan sumber kekayaan alam kita yang bernilai tambah
tinggi, memiliki keunggulan komparatif, dari segi mutu produk dan keunggulan kompetitif
dari segi harga. Kita harus dapat menciptakan material komposit dari bahan baku local yang
bermanfaat. (Pratama, 2011).
Secara umum ke empat klasifikasi bahan friksi harus mengandung tipe bahan
penyusun yang terdiri dari bahan pengikat, bahan serat dan bahan pengisi. Bahan kampas rem
yang akan di ujikan yaitu adalah komposit yang terdiri dari resin sebagai pengikat serbuk
arang tempurung kelapa dan aluminium sebagai penguat atau filler. Resin ini berfungsi untuk
mengikat berbagai zat penyusun di dalam bahan tersebut. Resin sintetik yang di gunakan
terdiri dari 2 macam yaitu termoset dan termoplastik (Hardianto, 2008).
Bila dipanaskan perilaku kedua resin ini berbeda. Termoset tidak melunak sedangkan
termoplastik akan melunak tetapi akan kembali keras setelah di dinginkan. Perbedaan
sifatnya tentu oleh struktur dalamnya. Komposit bahan kampas rem yang akan diujikan
adalah komposit yang berpengikat dari resin epoxy.
2.9 Mekanisme Kerja Pengereman Pada Sepeda Motor
Secara umum cara kerja rem adalah memanfaatkan gaya gesekan mekanik untuk
memperlambat laju kendaraan dan akhirnya berhenti. Kontruksi rem tromol (drum break)
yang umumnya dioperasikan secara mekanis dan sistem operasinya cukup sederhana. Terdiri
atas sepasang sepatu rem, pegas pembalik (penarik), tambatan rem, kam (pendorong) yang
rem dipasang dalam tromol. Bila rem dan komponen tidak ikut berputar, tromol berputar
bersama roda. Tepatnya rem bekerja dengan menahan putaran tromol. (Junaidi, 2009)
Untuk mengoperasikan sepatu rem, kam atau pendorong dihubungkan ke
tangki yang selanjutnya dikaitkan pada pedal yang dioperasikan dengan oleh gaya
tekan pada kaki. Bila pedal ditekan, kam akan bergerak atau berputar yang
menyebabkan sepatu rem terdorong dan mengembang, permukaannya sering disebut
kampas rem yang terbuat dari asbestos yang menyentuh bagian bawah tromol. Bila
tromol berputar, kampas rem akan menahannya dan menyebabkan putaran roda akan
semakin lambat atau berhenti secara seketika.
Gambar 2.4 Mekanisme penyetelan sepatu rem
Sumber :
TROMOL<<Tazziemania
Berdasarkan cara kerjanya, rem tromol di bagi menjadi dua jenis, yaitu :
1. Jenis system leading trailing, pada jenis ini meski kedua sepatu rem sama-sama
menembang namun memiliki efek pengereman yang berbeda atau berlawanan.
Perbedaan terjadi karena arah perputaran roda tersebut. Untuk menggerakkan kedua
sepatu remnya digunakan satu kam saja, seperti yang diperhatikan arah satu putaran
roda, dimana roda berputar searah jarum jam.
2. Cara pengereman trailing, yaitu pada saat sepatu rem sama-sama menekan, tromol juga
menerus efek pengereman menjadi kurang bagus. Sementara itu, sepatu rem sebelah
kanan cenderung ke luar atau terus menerus menekan tromol, akibatnya gaya
pengereman semakin bertambah. Terkadang cara kerja seperti ini yang sering disebut
juga leading, hasilnya pengereman tidak merata namun karena konstruksinya sederhana
banyak produsen menggunakan kombinasi prinsip sistem ini.
Hanya pada kendaraan tertentu yang kedua sepatu rem nya bekerja secara leading.
Untuk mendapatkan efek yang seperti itu, setiap sepatu diberikan kam dan tambatan dengan
posisi yang berlawanan. Maka hasilnya setiap kam akan mendorong demikian setiap rem
menekan tromol. Rem dengan kedua sepatu yang menggunakan cara leading menghasilkan
pengereman yang lebih baik, satu setengah kali lebih baik dibandingkan model kombinasi (
trailing leading). Karena itulah cara seperti ini digunakan untuk motor sport atau motor yang
roda depannya memerlukan tenaga pengereman yang lebih besar. Permukaan rem tromol
umumnya di buat dari besi tuang, kemudian di satukan dengan hub roda yang terbuat dari
alumunium.
Komponen rem tromol terbuat dari :
a. Silinder roda, berfungsi untuk meneruskan tekanan dari master silinder ke sepatu
rem agar menekan tromol.
b. Backing plate, berfungsi sebagai tumpuan sekaligus tempat pemasangankomponen rem.
c. Sepatu rem dan kampas, biasanya sepatu rem berbentuk busur yang di letakkan
dengan kampas rem menggunakan keeling atau perekat. Sepatu rem juga
berfungsi untuk menahan putaran tromol.
Sumber :
TROMOL<<Tazziemania
d. Pegas pembalik, ini berfungsi mengembalikan sepatu rem ke posisi semula
apabila tekanan minyak rem dari master silinder semakin berkurang.
e. Baut penyetel, berfungsi untuk menyetel kelonggaran antara sepatu rem dan
tromol, penyetel rem biasanya menjadi satu dengan silinder roda, tetapi ada
juga yang terpisah dari silinder dan rodanya
2.10 Sifat Mekanik Kampas Rem
Sejalan dengan meningkatnya pengguna kendaraan bermotor roda 4 atau roda 2
makin tinggi maka laju pertumbuhan kebutuhan spare part kampas rem juga semakin tinggi
juga. Bahkan saat harga BBM semakin tinggi masyarakat pengguna kendaraan roda 2
semakin pesat antara 2-5 kali lipat dari 5 tahun sebelumnya. Kondisi ini merupakan mangsa
empuk dari pasar komponen kendaraan bermotor seperti kampas rem yang relative singkat.
Komponen ini perlu mendapat perhatian terhadap kualitas yang mengacu terhadap standart
nasional atau internasional. Mengingat perekonomian di tengah-tengah masyarakat sangat
beragam dan umumnya bila mencari komponen akan mencari yang murah tanpa
memperhatikan kualitas yang berkaitan dengan keselamatan jarang diperhitungkan.
Walaupun hal ini rasanya sudah terbiasa, namun peran pemerintah untuk mengeluarkan
kebijakan terhadap produk standar perlu di lakukan evaluasi atau revisi sesuai perkembangan
teknologi dan mengutamakan faktor keselamatan serta perlindungan konsumen dari
akal-akalan produsen.
Masing-masing tipe sepeda motor memiliki bentuk serta kualitas bahan kampas rem
khusus. Secara umum bagian-bagian kampas rem terdiri dari daging kampas (bahan friksi),
dudukan kampas (body brake shoe) dan 2 buah spiral. Pada aplikasi system pengereman
otomotif yang aman dan efektif, bahan friksi harus memenuhi persyaratan minimum
mengenai unjuk kerja, noise dan daya tahan. Bahan rem harus memenuhi persyaratan
keamanan, ketahanan dan dapat mengerem dengan halus. Selain itu pula harus mempunyai
menyerap getaran. (Hardianto, 2008)
Komposit digunakan sebagai material kampas rem karena memiliki banyak kelebihan
dari material lainnya. Kelebihan tersebut antara lain adalah, ramah lingkungan, lima kali lebih
ringan sehingga mudah dipasang, tahan lama, memiliki tingkat keausan yang mudah di
modifikasi, ketahanan terhadap korosi dan pengaruh zat kimia, serta memiliki tingkat
kebisingan yang rendah. Banyak factor yang bias menjadi penyebab kegagalan pada kampas
rem komposit. Sifat-sifat material gesek blok rem komposit, baik sifat mekanik dan fisik
material akan mempengaruhi kemampuan kampas rem menerima beban ketika pengereman
terjadi. Kondisi operasi pengereman akan mempengaruhi pembebanan mekanik pada kampas
rem. Rancangan dari backing plate kampas rem komposit juga akan mempengaruhi
kemampuan kampas rem komposit menerima beban.
Bahan friksi tersusun atas tiga komponen yaitu penguat, bahan pengikat serta bahan
pengisi. Serbuk tempurung kelapa dapat dijadikan sebagai alternatif serat penguat bahan
friksi non asbes pada pembuatan kampas rem sepeda motor. Pemanfaatan serbuk tempurung
kelapa perlu diketahui sifat-sifat yang akan ditunjukkan oleh serbuk tempurung kelapa
tersebut, baik sifat kimiawi, fisik dan mekanis. Sifat-sifat ini akan dapat dilihat atau
disimpulkan dari data kualitas serbuk tempurung kelapa hasil analisis dan pengujiannya. Dari
sejumlah data kualitas yang ada dari padanya dapat diambil harga rata-ratanya, misalnya
kandungan air, abu dan lainnya yang bersifat kimiawi, tetapi ada pula yang tidak dapat
diambil harga rata-ratanya melainkan harus dilihat harga minimum dan maksimum, seperti
pada harga hardgrove index dan titik leleh abu.
Untuk memenuhi syarat dan menjaga keselamatan dalam mengemudikan kendaraan
dan kompetisi di pasaran, bahan friksi membutuhkan performa friksi yang baik dan biaya
rendah. Akan tetapi, biasanya bahan mentah dengan performa friksi yang baik mempunyai
harga yang relatif tinggi. Untuk menghasilkan “brakelining” yang baru dengan nilai yang cukup pada koefisien gesek (μ) dan kecepatan wear yang rendah, faktor biaya kedua bahan mentah dan proses pembuatannya harus betul-betul dipertimbangkan, agar didapat suatu
bahan dengan koefisien gesek tinggi dan kecepatan wear yang rendah.
adalah kekerasan dan keausan. Kedua hal ini sangat penting karena saling berhubungan satu
sama lain. Jika kampas rem sangat keras akan mempengaruhi rotornya dan jika kampas rem
cepat aus maka akan menambah pengeluaran. Oleh karena itu, karakterisasi keduanya perlu
dilakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Sifat mekanik menyatakan kemampuan
suatu bahan (seperti komponen yang terbuat dari bahan tersebut) untuk menerima
beban/gaya/energi tanpa menimbulkan kerusakan pada bahan/komponen tersebut. Sering kali
bila suatu bahan mempunyai sifat mekanik yang baik tetapi kurang baik pada sifat yang lain,
maka diambil langkah untuk mengatasi kekurangan tersebut dengan berbagai cara yang
diperlukan. Untuk mendapatkan standar acuan tentang spesifikasi teknik kampas rem, maka
nilai kekerasan, keausan dan sifat mekanik lainnya harus mendekati nilai standart keamanan.
Adapun persyaratan teknik dari kampas rem komposit
(www.stopcobrake.com/en/file/en.pdf/SAEJ661) yaitu :
a. Untuk nilai kekerasan sesuai standart keamanan 68 – 105 (Rocwell R).
b. Ketahanan panas 600C, untuk pemakaian terus menerus sampai dengan 1200C.
c. Nilai keausan kampas rem adalah (5 x 10-4 - 5 x 10-3 mm2/kg).
d. Koefisien gesek 0,14 - 0,27
e. Massa jenis kompas rem adalah 1,5 - 2,4 gr/cm3.
f. Konduktifitas thermal 0,12 - 0.8 W.m.oK.
g. Tekanan spesifiknya adalah 0,17 – 0,98 joule/g.oC.
h. Kekuatan geser 1300 – 3500 N/cm3.
i. Kekuatan perpatahan 480 – 1500 N/cm3.
2.11 Pengujian Sifat Mekanik
2.11.1 Pengujian Kekerasan
Kekerasan adalah salah satu sifat mekanik (Mechanical properties) dari suatu
material. Kekerasan suatu material harus diketahui khususnya untuk material yang
dalam penggunaanya akan mangalami pergesekan (frictional force) dan deformasi
plastis. Deformasi plastis sendiri suatu keadaan dari suatu material ketika material
kembali ke bentuk asal artinya material tersebut tidak dapat kembali ke bentuknya
semula.
Lebih ringkasnya kekerasan didefinisikan sebagai kemampuan suatu material
untuk menahan beban identasi atau penetrasi (penekanan).
Uji kekerasan terdiri dari :
1.
Brinnel ( HB/BHN ), adalah untuk menentukan kekerasan suatu material
dalam bentuk daya tahan material terhadap bola baja ( identor ) yang di
tekankan pada permukaan material uji tersebut ( spesimen )
��
=
� 2�2�(�−��
2−�2)
……….(1)Callister, 2001
Dimana: D = Diameter bola ( mm )
d = Impression diameter ( mm )
F = load ( beban ) ( kgf )
HB = Brinell Result ( HB )
2. Rockwell ( HR/RHN ), adalah metode pengujian kekerasan dalam bentuk daya
tahan terhadap identor dalam bentuk bola baja ataupun kerucut intan yang di
tekankan pada permukaan material uji tersebut. Untuk mencari besarnya nilai
kekerasan dengan menentukan nilai kekerasan Rockwell di jelaskan pada gambar
4. Yaitu pada langkah 1, benda uji di tekan oleh identor pada beban dengan beban
minor ( Minor Load F0 ), setelah itu di tekan dengan beban mayor ( Mayor Load
F1 ) pada langkah 2, dan pada langkah 3 beban mayor di ambil sehingga yang
tersisa adalah minor load dimana pada kondisi 3 ini identor di tahan seperti pada
kondisi pada saat total load F yang terlihat pada gambar 4. Akan tetapi pada
penelitian ini yang di gunakan adalah pengujian kekerasan dengan metode
Rockwell, karena cocok untuk semua material yang keras dan dan lunak dan
metode ini lebih sederhana karna penekanannya dapat dengan leluasa.
Gambar 2.7 Prinsip Kerja Metode Kekerasan Rockwell(Callister, 2001)
Keterangan gambar 2.7:
F0 = beban minor ( load minor ) (kgf)
F1 = beban mayor ( load major ) (kgf)
F = total beban ( kgf )
e = jarak antara kondisi 1 dengan kondisi 3 yang di bagi dengan 0,002 mm
E = jarak antar identor saat di beri minor load dan zero referense line yang untuk
tiap jenis identor yang berbeda-beda
M 1/4" steel ball 10 90 100 130 Sama dengan H scale
P 1/4" steel ball 10 140 150 130 Sama dengan H scale
R 1/2" steel ball 10 50 60 130 Sama dengan H scale
S 1/2"steel ball 10 90 100 130 Sama dengan H scale
V 1/2" steel ball 10 140 150 130 Sama dengan H scale
Sumber : Callister, 2001
3. Vickers, permukaan benda uji ditekan dengan penetrator intan berbentuk piramida
dasar piramida berbentuk bujur sangkar dan sudut antara dua bidang miring yang
berhadapan 136º. Sudut ini dipilih, karena nilai tersebut mendekati sebagian besar
nilai perbandingan yang diinginkan antara diameter lekukan dan diameter bola
penumbuk pada uji kekerasan Brinell. Karena bentuk penumbuknya piramid, maka
pengujian ini sering dinamakan uji kekerasan piramidsa intan. Angka kekerasan
piramida intan (DPH), atau angka kekerasan Vickers (VHN atau VPH),
didefinisikan sebagai beban dibagi luas permukaan lekukan. Pada prakteknya, luas
ini dihitung dari pengukuran mikroskopik panjang diagonal jejak. DPH dapat
ditentukan dari persamaan berikut:
Dimana :
P = Beban yang digunakan (kg)
Gambar 2.8 Pengujian Vickers (Callister, 2001)
4. Micro hardness ( Knoop hardness ), yaitu pengujian kekerasan yang di gunakan
pada material yang nilai kekerasannya rendah ataupun getas seperti keramik.
Gambar 2.9 Bentuk Identor Knoop (Callister, 2001)
Namun pada penelitian ini pengujian yang di pakai adalah dengan metode hardnes micro
vickers.
2.11.2 Pengujian Keausan
Keausan pada umumnya di definisikan sebagai kehilangan material secara
progresif atau pemindahan sejumlah material dari suatu permukaan suatu hasil. Pergerakan
relatif antara permukaan tersebut dan permukaan lainnya. Pengujian keausan dapat di
lakukan dengan berbagai macam metode dan teknik, yang semuanya bertujuan untuk
1. Keausan Adhesive ( Adhesive Wear ), Terjadi bila kontak permukaan dari dua material atau lebih mengakibatkan adanya perlekatan satu sama lainnya ( adhesive
) serta deformasi plastis dan pada akhirnya terjadi pelepasan / pengoyakan salah
satu material seperti di perlihatkan pada gambar di bawah ini :
Gambar 2.10 Keausan Metode Adhesive(Callister, 2001)
2.
Keausan Abrasive (Abrasive Wear) Terjadi bila suatu partikel keras (asperity)
dari material tertentu meluncur pada permukaan material lain yang lebih lunak
sehingga terjadi penetrasi atau pemotongan material yang lebih lunak. Tingkat
keausan pada mekanisme iniditentukan oleh derajat kebebasan (degree of
freedom) partikel keras atau asperity tersebut.Sebagai contoh partikel pasir
silica akan menghasilkan keausan yang lebih tinggi ketika diikat pada suatu
permukaan seperti pada kertas amplas, dibandingkan bila pertikel tersebut
berada di dalam sistem slury. Pada kasus pertama, partikel tersebut
kemungkinan akan tertarik sepanjang permukaan dan akhirnya mengakibatkan
pengoyakan. Sementara pada kasus terakhir, partikel tersebut mungkin hanya
Gambar 2.11 Keausan Metode Abrasive(Callister, 2001)
3.
Keausan Fatik (lelah), keausan fatik dibutuhkan interaksi multi. Keausan ini
terjadi akibat interaksi permukaan dimana permukaan yang mengalami beban
berulang akan mengarah pada pembentukan retak-retak mikro. Retak-retak
mikro tersebut pada akhirnya menyatu dan menghasilkan pengelupasan
Gambar 2.12 Mekanisme Keausan Lelah(Callister, 2001)
4.
Keausan Oksidasi/ Korosif ( Corrosive Wear ), Proses kerusakan dimulai
dengan adanya perubahan kimiawi material di permukaan oleh faktor
lingkungan. Kontak dengan lingkungan ini menghasilkan pembentukan
lapisan pada permukaan dengan sifat yang berbeda dengan material induk.
Sebagai konsekuensinya, material akan mengarah kepada perpatahan interface
antara lapisan permukaan dan material induk dan akhirnya seluruh lapisan
Gambar 2.13 Mekanisme Keausan Oksidasi(Callister, 2001)
5.
Keausan Erosi ( Erosi Wear ), Proses erosi disebabkan oleh gas dan cairan
yang membawa partikel padatan yang membentur permukaan material. Jika
sudut benturannya kecil, keausan yang dihasilkan analog dengan abrasive.
Namun, jika sudut benturannya membentuk sudut gaya normal ( 90 derajat ),
maka keausan yang terjadi akan mengakibatkan brittle failure pada
permukaannya, skematis pengujiannya seperti terlihat pada gambar di bawah
ini :
Gambar 2.14 Skematis Keausan Erosi(Callister, 2001)
Pada penelitian ini termasuk jenis keausan adhesive dan pengujiannya di
lakukan dengan pengujian laju ke ausan metode pin on disk. Pengujian keausan di
nyatakan dengan jumlah kehilangan/pengurangan specimen tiap satuan luas bidang
kontak dan lama pengausan ( Victor Malau dan Adhika Widyaparaga, 2008 )
Laju keausan di nyatakan dengan :
�
=
�0−�1�.� ……..(2)Victor Malau dan Adhika Widyaparaga, 2008