• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Motivasi Dan Kemampuan Terhadap Kinerja Perawat Di Rumah Sakit Umum Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara Tahun 2012 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Motivasi Dan Kemampuan Terhadap Kinerja Perawat Di Rumah Sakit Umum Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara Tahun 2012 Chapter III VI"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei dengan tipe penelitian penjelasan atau

Explanatory Research, yang ditujukan untuk menjelaskan pengaruh variabel motivasi dan kemampuan dengan variabel kinerja perawat. Penelitian penjelasan adalah

menganalisis atau menguraikan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui

pengujian hipotesis (Notoatmojo, 2002)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Tanjung Pura Langkat

Sumatera Utara.

Penelitian dilakukan setelah seminar kolokium, dan pengumpulan data,

pengolahan data, penyusunan hasil penelitian, serta seminar hasil penelitian dilakukan

mulai bulan April sampai Juni 2012.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat di ruang rawat inap berjumlah

(2)

3.3.2. Sampel

Sampel penelitian adalah perawat pelaksana yang melaksanakan asuhan

keperawatan di ruangan rawat inap RSUD Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara.

Adapun kriteria inklusinya adalah sebagai berikut:

1. Sudah bekerja sebagai perawat pelaksana minimal 1 tahun di ruangan rawat inap

RSUD Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara

2. Berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil

3. Pendidikan minimal D3 Keperawatan

4. Bersedia menjadi responden penelitian

Dari kriteria tersebut dapat diketahui sampel yang sesuai berjumlah 45 orang

(total sampling) yang terdiri dari perawat di seluruh ruang rawat inap. Adapun alasan pemilihan sampel agar responden lebih homogen sehingga hasil penelitian nantinya

merupakan penggambaran nyata di lapangan.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer dihimpun dengan menggunakan kuesioner penelitian. Dengan

dilakukan uji validitas dan reliabilitas dimana :

Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevaliditasannya

atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu

mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang

(3)

dilakukan dengan menghitung korelasi antara r-hitung masing-masing pertanyaan

dalam suatu variabel dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment Correlation. Pertanyaan pada kuesioner dapat dikatakan valid apabila nilai koefisien korelasi (r) > 0,3 dan dikatakan reliabel apabila nilai alpha cronbach >0,6 (Nugroho, 2005)

Adapun hasil uji validitas variabel bebas dan terikat sebagai berikut:

1. Variabel Motivasi

Kuesioner penelitian dibuat berdasarkan tinjauan pustaka. Kuesioner

dikatakan valid apabila mempunyai nilai koefisien korelasi (r) > 0,3. Pengujian dilakukan dengan menggunakan Pearson Product Moment Correlation. Kuesioner variabel motivasi baik kepuasaan maupun ketidakpuasan yang berjumlah 12

pernyataan terlebih dahulu dilakukan uji validitas pada perawat yang bertugas di

ruang rawat inap di RSU Raden Mas Djoelham. Hasil validitas menunjukkan semua

pernyataan memiliki nilai r > 0,3 dengan demikian kuesioner dinyatakan valid karena nilai r-hitung > r-tabel (Nugroho, 2005).

2. Variabel Kemampuan

Kuesioner variabel kemampuan mengaju kepada tinjauan pustaka. Jumlah

(4)

3. Variabel Kinerja

Kuesioner kinerja perawat dimodifikasi dari Penelitian Siboro (2011). Uji

validitas kuesioner menggunakan korelasi Pearson Product MomentCorrelation dan dilakukan di RSU Raden Mas Djoelham. Dari hasil diketahui bahwa seluruh variabel

kinerja masing-masing indikator sebanyak 23 soal mempunyai nilai koefisien korelasi

(r) >0,3, maka disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel kinerja valid karena nilai r-hitung > r-tabel (Nugroho, 2005)

Uji Reliabilitas bertujuan untuk melihat bahwa sesuatu instrumen cukup dapat

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut

sudah baik. Apabila datanya memang benar dan sesuai kenyataan, maka berapa

kalipun diambil tetap akan sama. Teknik yang dipakai untuk menguji kuesioner

penelitian, adalah teknik Alpha Cronbach yaitu dengan menguji coba instrument kepada sekelompok responden pada satu kali pengukuran, juga pada taraf 95%

(Riduwan, 2005). Suatu pertanyaan dikatakan reliabel bila korelasi hasil r alpha lebih

besar dari r tabel. Diketahui nilai r tabel sebesar 0,6. sehingga reliabilitas suatu

variabel dikatakan baik jika memiliki nilai alpha lebih besar dari 0,6 (Nugroho,

2005).

Adapun hasil uji reliabilitas untuk variabel motivasi dan kemampuan

dilakukan di RSUD Raden Mas Djoelham. Reliabilitas dilihat dengan

(5)

Hasil uji reliabiltas variabel motivasi didapatkan nilai r-alpha cronbach

sebesar 0,841 dengan demikian kuesioner dinyatakan reliabel. Karena nilai r-alpha cronbach hitung > r-alpha cronbach tabel. Untuk hasil uji reliabilitas variabel kemampuan didapatkan hasil nilai r-alpha cronbach 0,826. Kuesioner variabel kemampuan juga dinyatakan reliabel karena nilai r-alpha cronbach hitung > nilai r-alpha cronbach tabel (Nugroho, 2005).

Sedangkan untuk variabel kinerja yang dimodifikasi dari penelitian Siboro

(2011) tentang pengaruh motivasi terhadap kinerja perawat. Pengujian dilakukan

dengan menggunakan Pearson Product Moment Correlation diketahui mempunyai nilai r-alpha cronbach 0,701, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan reliabel. Karena nilai r-alpha cronbach hitung > nilai r-alpha cronbach tabel (Nugroho, 2005).

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari laporan pelayanan di RSUD Tanjung Pura

Langkat Sumatera Utara serta data lain yang mendukung.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Independen

1. Variabel independen penelitian ini terdiri dari dua yaitu, motivasi dan

kemampuan. Motivasi perawat adalah kebutuhan atau keinginan yang terdapat

dalam diri perawat di ruangan rawat inap Rumah Sakit Umum Tanjung Pura

(6)

yang ada dalam diri perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien

yang dirawat di ruang rawat inap. Motivasi ini dilihat dari aspek kepuasaan dan

ketidakpuasan.

2. Kemampuan adalah kapasitas individu untuk melakukan asuhan keperawatan di

ruangan rawat inap RSUD Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara. Kemampuan

perawat dilihat dari dua aspek yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan

emosional.

3.5.2. Variabel Dependen

Kinerja perawat adalah tindakan yang dilakukan oleh perawat di rumah sakit

sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing, tidak melanggar

hukum, aturan serta moral dan etika, dimana kinerja yang baik dapat memberikan

kepuasan pada pengguna jasa. Kinerja perawat dilihat dari penampilan, kompetensi,

perilaku kerja dan potensi perawat dalam memberikan pelayanan berupa asuhan

keperawatan kepada pasien yang dirawat di ruangan rawat inap RSUD Tanjung Pura

Langkat Sumatera Utara.

3.6. Metode Pengukuran

Metode pengukuran menggunakan instrument penelitian dalam bentuk

kuesioner yang sekaligus panduan untuk memperoleh data-data variabel motivasi,

(7)

3.6.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas

Aspek pengukuran variabel bebas menggunakan skala Likert dapat dilihat

pada tabel 3.1.

Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas

No Variabel Definisi Dimensi Indikator Pilihan

Jawaban diri perawat di ruangan rawat

• Prestasi yang diraih

• Pengakuan orang lain

• Pekerjaan itu sendiri ada dalam diri perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien yang dirawat di ruang rawat inap

b.

Ketidak-• Kondisi kerja

• Hubungan kerja

(8)

Tabel 3.1. (Lanjutan)

b.Emosional • Inisiatif

• Empati

3.6.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat

Aspek pengukuran variabel terikat menggunakan skala Likert dapat dilihat

pada tabel 3.2. berikut:

Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat

Variabel Definisi Dimensi Indikator Pilihan Jawaban

Skala Ukur Kinerja (Y) Tindakan yang

dilakukan oleh perawat di rumah sakit sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing, tidak melanggar hukum, aturan serta moral dan etika, dimana kinerja yang baik dapat memberikan

3.7. Metode Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu uji univariat,

(9)

menggunakan uji regresi linier pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) dengan

bantuan program komputer untuk melihat seberapa kuat pengaruh motivasi dan

kemampuan terhadap kinerja perawat yang bertugas di Rumah Sakit Umum Tanjung

Pura Langkat Sumatera Utara.

Analisis univariat dilakukan terhadap masing-masing variabel baik variabel

independen yaitu motivasi (satisfiers dan dissatisfiers), kemampuan yang terdiri dari kemampuan intelektual, kemampuan emosional dan kemampuan fisik maupun

variabel dependen yaitu kinerja perawat yang bertugas di Rumah Sakit Umum

Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara. yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi.

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing

variabel independen dengan variabel dependen menggunakan uji korelasi Pearson

pada tingkat kepercayaann 95% (α = 0,05). Korelasi dilakukan dengan

membandingkan nilai r tabel dengan r hitung.

Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan seluruh variabel

independen secara bersama-sama yang signifikan pada uji bivariat dengan variabel

dependen dengan menggunakan uji regresi linier.

Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak

(10)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Letak Geografis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara

Kabupaten Langkat yang terletak pada 3” 14’ - 4” 13’ Lintang Utara dan 97”

52’ – 98” 45’ Bujur Timur mempunyai luas +/- 6.263,29 km² dengan batas-batas

sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tamiang ( NAD ) dan Selat

Malaka

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara/Tanah Alas (NAD)

Kabupaten Langkat dibagi menjadi 23 ( dua puluh tiga ) kecamatan yang

terdiri dari 277 desa / kelurahan dengan jumlah penduduk pada hasil survey sensus

tahun 2008 sekitar 1.042.523 jiwa terdiri dari 521.484 laki – laki dan 521.039

perempuan.

RSUD Tanjung Pura berlokasi di Jalan Khairil Anwar No.09 Kelurahan Pekan

Tanjung Pura Kec. Tanjung Pura Kabupaten Langkat yang berdiri pada tahun 1933.

4.1.2. Visi dan Misi RSUD Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara

(11)

depan, dan sekaligus menentukan arah perjalanan institusi ini. Visi Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura Kabupaten Langkat telah dirumuskan dan

ditetapkan sebagai berikut:

Visi RSUD Tanjung Pura Langkat Sumatra Utara

“Terwujudnya RSUD Tanjung Pura yang maju dan mandiri, dengan

pelayanan yang prima dan bermutu, serta menjadi pilihan pertama sarana kesehatan

rujukan”

Penjelasan dari kata-kata yang terdapat dalam visi adalah sebagai berikut :

1. Maju

Rumah Sakit mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dibidang

kesehatan dan semakin baiknya sarana dan prasarana pendukung rumah sakit.

2. Mandiri

Rumah Sakit mampu mengatasi sendiri masalah kesehatan dan pelayanan

terhadap masyarakat.

3. Pelayanan yang Prima dan Berkualitas

Rumah Sakit umum mampu memberikan pelayanan yang maksimal kepada

masyarakat tanpa membeda-beda.

4. Pilihan Pertama Sarana Kesehatan Rujukan

Dengan tercapainya Rumah Sakit yang maju dan mandiri serta didukung dengan

pelayanan yang prima dan bermutu akan memberikan image dan kepercayaan

yang baik terhadap masyarakat dimana Rumah Sakit akan menjadi pilihan

(12)

MISI RSUD Tanjung Pura Langkat Sumatra Utara

Sedangkan misi adalah suatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh

instansi pemerintah sesuai visi yang ditetapkan, agar tujuan organisasi dapat

terlaksana dan berhasil dengan baik. Misi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Tanjung Pura Kabupaten Langkat adalah sebagai berikut :

1. Misi Pertama

Meningkatkan profesionalisme tenaga medis, paramedis, para non keperawatan

dan tenaga administrasi, dengan tujuan :

- Meningkatkan aparatur pemerintah yang professional.

- Meningkatkan pelayanan prima.

2. Misi Kedua :

Meningkatkan ketersediaan dan mutu sarana dan prasarana kesehatan rumah sakit,

dengan tujuan :

- Meningkatnya sarana dan prasarana pendukung

- Meningkatnya kualitas dan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

3. Misi Ketiga :

Meningkatkan mutu pelayanan spesialistik rumah sakit kepada pengguna jasa

rumah sakit, terutama masyarakat yang kurang mampu dan rujukan dari

Puskesmas, dengan tujuan :

- Meningkatnya image yang baik dari masyarakat terhadap Rumah Sakit Umum

(13)

4. Misi Keempat

Ikut berperan aktif bersama instansi-instansi terkait dalam meningkatkan peran

serta pemerintah daerah demi peningkatan derajat kesehatan masyarakat, dengan

tujuan :

- Meningkatkan peran serta instansi-instansi terkait dalam rangka peningkatan

kesehatan masyarakat.

- Meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui kerjasama

dengan instansi terkait.

5. Misi Kelima

Meningkatkan pelayanan administrasi umum, keuangan, penelitian, perencanaan

dan evaluasi kinerja rumah sakit, dengan tujuan :

- Meningkatkan peran serta aparatur dalam pelaksanaan kegiatan operasional di

Rumah Sakit.

- Meningkatnya sistem dan tata kerja aparatur yang efektif, efisien dan

berkualitas.

4.2. Data Demografi Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 45 orang. Data demografi meliputi

umur, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja dan status perkawinan. Untuk

(14)

Tabel. 4.1. Distribusi Data Demografi Responden di RSUD Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara

No Karakteristik Jumlah Persentase (%)

1 Umur

18-25 tahun (dewasa muda) 26-33 tahun (dewasa tengah) 34-50 tahun (dewasa)

0

Dari Tabel 4.1. diatas menunjukkan bahwa umur responden terbanyak yaitu berkisar antara 34-50 tahun (57.8%) dengan mayoritas berjenis kelamin perempuan

sebanyak 42 orang (93.3%). Tingkat pendidikan keseluruhannya (45 orang) adalah

D3 Keperawatan (Akper) dan masa kerja berkisar antara 6-10 tahun (60.0%). Status

(15)

4.3. Analisis Univariat 4.3.1. Motivasi

Variabel motivasi dalam penelitian ini meliputi kepuasan (intrinsik) dan

ketidakpuasan (ekstrinsik). Untuk intrinsik indikatornya adalah tanggung jawab,

prestasi yang diraih, pengakuan orang lain, pekerjaan itu sendiri, kemungkinan

pengembangan dan kemajuan. Sedangkan untuk ekstrinsik adalah gaji, keamanan dan

keselamatan kerja, kondisi kerja, hubungan kerja, prosedur kerja dan status. Secara

rinci dapat ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi di RSUD Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara

No Pernyataan Sangat

Tidak

Setuju Sangat Setuju

Total

F % F % F % F % F % F %

Kepuasan 1 Tanggung jawab

Melakukan asuhan keperawatan kepada pasien merupakan tanggung jawab saya sebagai perawat

0 0.0 0 0.0 0 0.0 13 28.9 32 71.1 45 100

2 Prestasi yang diraih Saya mendapatkan penghargaan dari atasan pada setiap perawatan yang saya lakukan dengan baik

0 0.0 6 13.3 13 28.9 17 37.8 9 20.0 45 100

3 Pengakuan orang lain

Saya berharap mendapatkan pujian dari pasien/keluarga jika sudah berhasil melakukan tindakan keperawatan

(16)

Tabel 4.2. (Lanjutan)

No Pernyataan Sangat

Tidak

Setuju Sangat Setuju

Total

F % F % F % F % F % F %

4 Pekerjaan itu sendiri

Saya senang dalam melakukan tindakan keperawatan karena menjadi perawat adalah impian saya

0 0.0 0 0.0 0 0.0 26 57.8 19 42.2 45 100

5 Kemungkinan pengembangan

Saya memilih berkarir sebagai perawat karena dapat mengembangkan potensi diri

0 0.0 0 0.0 3 6.7 27 60.0 15 33.3 45 100

6 Kemajuan

Menjadi perawat ruangan berdampak positif terhadap karir saya

0 0.0 0 0.0 4 8.9 26 57.8 15 33.3 45 100

Ketidakpuasan 7 Gaji

Saya puas dengan gaji sebagai perawat ruangan

0 0.0 7 15.6 7 15.6 25 55.6 6 13.3 45 100

8 Keamanan dan

keselamatan kerja

Keamanan dan keselamatan kerja di ruangan sudah sesuai dengan harapan saya

0 0.0 39 86.7 6 13.3 0 0.0 0 0.0 45 100

9 Kondisi kerja

Kondisi kerja di ruangan membuat saya nyaman

0 0.0 12 26.7 19 42.2 14 31.1 0 0.0 45 100

10 Hubungan Kerja

Saya menjalin hubungan baik dengan sesama perawat di ruangan

0 0.0 0 0.0 12 26.7 28 62.2 5 11.1 45 100

11 Prosedur perusahaan Perlu adanya prosedur tetap di ruangan dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan

0 0.0 0 0.0 0 0.0 39 86.7 6 13.3 45 100

12 Status

Saya puas dengan status sebagai perawat ruangan

6 13. 3

(17)

Berdasarkan hasil penelitian dari 45 perawat di ruangan rawat inap RSUD

Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara untuk indikator kepuasaan sebanyak 32 orang

(71.1%) sangat setuju melakukan asuhan keperawatan merupakan tanggung jawab

perawat. 17 responden (37.8%) setuju jika perawat mendapatkan penghargaan dari

atasan atas pekerjaannya dan 18 orang (40.0%) mengaku sangat senang jika

mendapatkan pujian jika sudah berhasil melakukan tindakan keperawatan dengan

baik. Selanjutnya 57.8% (26 orang) setuju perawat merupakan impian responden, 27

orang (60.0%) dan 26 orang (57.8%) juga setuju profesi perawat dapat

mengembangkan potensi diri responden serta berdampak positif terhadap karir

responden.

Sedangkan dari indikator ketidakpuasan didapatkan hasil 25 orang (55.6%)

mengaku puas dengan gaji perawat ruangan. Tetapi 39 orang (86.7%) tidak puas

dengan kesehatan dan keselamatan kerja perawat di ruangan. 19 orang (42.2%) juga

ragu-ragu dengan kondisi kerja perawat ruangan. 28 orang (62.2%) menjalin

hubungan baik dengan sesama sejawat, 39 perawat (86.7%) setuju dengan prosedur

tetap dalam penyusunan askep dan 44.4% (20 orang) puas dengan status sebagai

perawat ruangan.

Secara total skor variabel motivasi baik kepuasaan (intrinsik) dan

(18)

Tabel. 4.3. Hasil Skor Variabel Motivasi

Indikator Range Minimum Maximum Mean Kepuasaan

Tanggung jawab 1 4 5 4.71

Prestasi kerja 3 2 5 3.64

Pengakuan 3 2 5 3.93

Pekerjaan itu sendiri 1 4 5 4.42

Kemungkinan pengembangan 2 3 5 4.27

Kemajuan 2 3 5 4.24

Ketidakpuasan

Gaji 3 2 5 3.67

Kesehatan & keselamatan kerja 1 2 3 2.13

Kondisi kerja 2 2 4 3.04

Hubungan kerja 2 3 5 3.84

Prosedur kerja 1 4 5 4.13

Status 4 1 5 3.49

Berdasarkan skor rata-rata tentang motivasi untuk kepuasaan (intrinsik) yang

tertinggi adalah tanggung jawab (4.71) dan yang terendah adalah prestasi kerja (3.64).

Sedangkan untuk ketidakpuasan (ekstrinsik) yang tertinggi adalah prosedur kerja

(4.13) dan yang terendah adalah kesehatan dan keselamatan kerja (2.13).

4.3.2. Variabel Kemampuan

Variabel kemampuan meliputi kemampuan intelektual yaitu kecerdasan (IQ),

dan kemampuan emosi yaitu empati, inisiatif, adaptabilitas dan persuasif. Hasil

(19)

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan di RSUD Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara

No Pernyataan Tidak

Mampu

Ragu-ragu Mampu Total

F % F % F % F %

Intelektual 1. Kecerdasan (IQ)

Saya melakukan anamnesa terlebih dahulu untuk mendapatkan diagnosa keperawatan

0 0.0 12 26.7 33 73.3 45 100

2. Kecerdasan (IQ)

Saya dapat merumuskan diagnosa keperawatan secara benar

6 13.3 25 55.6 14 31.1 45 100

3. Kecerdasan (IQ)

Saya dapat mengimplementasikan rencana asuhan yang telah disusun dengan benar

0 0.0 11 24.4 34 75.6 45 100

4. Kecerdasan (IQ)

Saya menganamnese ulang respon pasien setelah saya melakukan perawatan

0 0.0 6 13.3 39 86.7 45 100

5. Empati

Saya mendiskusikan masalah pasien sebelum menegakkan diagnosis keperawatan

0 0.0 38 84.4 7 15.6 45 100

6. Empati

Saya merencanakan asuhan keperawatan dengan melibatkan pasien dan keluarga

0 0.0 11 24.4 34 75.6 45 100

7. Empati

Saya berempati terhadap pasien dalam melakukan implementasi

5 11.1 13 28.9 27 60.0 45 100

8. Adaptabilitas

Saya melakukan pendekatan yang baik dengan pasien/ keluarga selama melakukan anamnesa

0 0.0 12 26.7 33 73.3 45 100

9. Persuasif

Pasien/keluarga mau mengikuti petunjuk dalam perawatan yang saya ajarkan

0 0.0 13 28.9 32 71.1 45 100

10. Inisiatif

Saya melakukan evaluasi tindakan keperawatan setelah implementasi tanpa menunggu instruksi dokter

(20)

Dari tabel diatas diketahui kemampuan perawat RSUD Tanjung Pura Langkat

Sumatera Utara, untuk dimensi kemampuan kecerdasan (IQ) dari 45 responden

sebanyak 33 orang (73.3%) mampu melakukan anamnesa atau pengkajian untuk

mendapatkan diagnosis keperawatan. Tetapi 25 orang (55.6%) perawat ragu-ragu

dalam merumuskan diagnosis keperawatan dengan benar. 34 perawat (75.6%) mampu

mengimplementasikan rencana asuhan dan sebanyak 39 orang (86.7%) mampu

mengananemnesa ulang respon pasien setelah melakukan perawatan.

Sedangkan untuk dimensi kemampuan emosi yang meliputi empati,

adaptabilitas, persuasif dan inisiatif didapatkan hasil yaitu untuk kemampuan empati

sebanyak 38 orang (84.4%) ragu-ragu untuk mendiskusikan masalah pasien sebelum

menegakkan diagnosis keperawatan. Tetapi 34 orang (75.6%) merasa mampu

melibatkan pasien dan keluarga dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan. Dan

27 orang (60.0%) mampu berempati terhadap pasien dalam melakukan implementasi.

Untuk kemampuan adaptabilitas 33 perawat (73.3%) mampu melakukan pendekatan

yang baik dengan pasien dan keluarga selama perawatan dan 32 perawat (71.1%) juga

mampu melakukan tindakan persuasif. Tetapi 32 perawat (71.1%) perawat ragu-ragu

dalam melakukan evaluasi tanpa menunggu instruksi dokter.

Secara total skor variabel kemampuan dari tiap-tiap indikator yaitu intelektual

(21)

Tabel. 4.5. Hasil Skor Variabel Kemampuan

Indikator Range Minimum Maximum Mean

Intelektual

Kecerdasan (IQ) 4 8 12 10.53

Emosi

Adaptabiltas 1 2 3 2.73

Persuasif 1 2 3 2.71

Inisiatif 2 1 3 2.02

Empati 4 5 9 7.40

Berdasarkan skor rata-rata untuk kemampuan intelektual dari 4 item

pernyataan dengan nilai tertinggi 3 dan yang terendah 1 didapatkan nilai mean

(rata-rata) yaitu sebesar 10.53. Sedangkan kemampuan emosi untuk empati dari 3 item

pernyataan dengan nilai tertinggi 3 dan terendah 1 didapatkan nilai mean (rata-rata)

sebesar 7.40 dan untuk indikator yang lainnya dengan masing-masing 1 pernyataan

didapatkan yang terendah adalah kemampuan inisiatif dengan mean 2.02.

4.3.3. Variabel Kinerja

Kinerja perawat dalam penelitian ini mengacu kepada tupoksi perawat dengan

melihat berdasarkan proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosis, intervensi,

implementasi dan evaluasi. Secara rinci masing-masing ditunjukkan tabel sebagai

(22)

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Kinerja Perawat dalam Melakukan Asuhan Keperawatan di RSUD Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara.

anamnesa awal sewaktu pasien tiba sesuai dengan Standar Operasional perawat yang ada di ruang rawat inap tempat saya bertugas

0 0.0 1 2.2 12 26.7 12 26.7 20 44.4 45 100

2. Dalam melakukan

pengkajian data, saya melakukannya dengan pengamatan

0 0.0 2 4.4 7 15.6 17 37.8 19 42.2 45 100

3. Dalam melakukan

pengkajian data, saya melakukannya dengan wawancara

0 0.0 0 0.0 2 4.4 11 24.4 32 71.1 45 100

4. Dalam melakukan

pengkajian data, saya melakukannya dengan wawancara

0 0.0 5 11.1 16 35.6 10 22.2 14 31.1 45 100

5. Saya mencatat data yang dikaji sesuai dengan pedoman pengkajian yang ada di ruangan

0 0.0 8 17.8 19 42.2 8 17.8 10 22.2 45 100

6. Saya melakukan

konfirmasi kepada ketua tim sebagai penanggung jawab

0 0.0 1 2.2 3 6.7 14 31.1 27 60.0 45 100

b. Diagnosa Keperawatan

1. Saya membuat diagnosis

awal asuhan keperawatan terhadap

semua pasien yang saya tangani

0 0.0 9 20.0 12 26.7 23 51.1 1 2.2 45 100

2. Saya membuat diagnosis

awal asuhan keperawatan sesuai dengan hasil pemeriksaan fisik

(23)

Tabel 4.6. (Lanjutan)

3. Saya membuat diagnosis awal asuhan keperawatan sesuai dengan hasil pemeriksaan penunjang medis

0 0.0 0 0.0 16 35.6 21 46.7 8 17.8 45 100

4. Masalah yang telah

dirumuskan mengacu pada diagnosis awal asuhan keperawatan

0 0.0 1 2.2 4 8.9 19 42.2 21 46.7 45 100

5. Saya membuat diagnosis asuhan keperawatan berdasarkan prioritas

gejala-gejala yang dominan

0 0.0 1 2.2 5 11.1 9 20.0 30 66.7 45 100

c. Intervensi Keperawatan

1. Saya merencanakan tindakan asuhan keperawatan berdasarkan format pengkajian sesuai dengan Standar Operasional Perawat

0 0.0 0 0.0 1 2.2 19 42.2 25 55.6 45 100

2. Saya membuat tindakan asuhan keperawatan berdasarkan diagnosis asuhan keperawatan yang telah ditetapkan

0 0.0 0 0.0 4 8.9 18 40.0 23 51.1 45 100

3. Saya melibatkan keluarga pasien dalam rencana tindakan asuhan keperawatan

0 0.0 0 0.0 0 0.0 19 42.2 26 57.8 45 100

4. Rencana tindakan yang saya buat melibatkan kerjasama dengan tim kesehatan lain (seperti dokter, apoteker, ahli gizi, dll)

0 0.0 0 0.0 13 28.9 15 33.3 17 37.8 45 100

d. Implementasi Keperawatan

1. Saya melatih para pasien bagaimana cara-cara perawatan kebersihan diri secara mandiri.

0 0.0 0 0.0 0 0.0 9 20.0 36 80.0 45 100

2. Saya mengajari keluarga pasien tentang cara-cara merawat pasien (missal perawatan luka di rumah, dll)

0 0.0 0 0.0 6 13.3 5 11.1 34 75.6 45 100

3. Saya mengajari pasien tentang manfaat obat-obatan, waktu makan obat / cara makan obat sesuai dengan prinsip 5 Benar

(24)

Tabel 4.6. (Lanjutan)

4. Saya berperan serta dalam melaksanakan terapi aktivitas kelompok

0 0.0 12 26.7 20 44.4 11 24.4 2 4.4 45 100

e. Evaluasi Keperawatan

1. Saya mengevaluasi tindakan kemampuan seluruh pasien setelah pasien diberi tindakan keperawatan

0 0.0 15 33.3 17 37.8 7 15.6 6 13.3 45 100

2. Saya mengevaluasi

kemampuan keluarga dalam merawat pasien

0 0.0 17 37.8 15 33.3 7 15.6 6 13.3 45 100

3. Saya membuat rencana lanjutan jika hasil tindakan asuhan keperawatan tidak memuaskan

0 0.0 6 13.3 21 46.7 12 26.7 6 13.3 45 100

4. Saya memberikan

reinforcement

(penguatan) pada pasien-pasien yang mengalami perubahan positif

0 0.0 3 6.7 15 33.3 12 26.7 15 33.3 45 100

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 45 orang perawat di RSUD Tanjung

Pura Langkat Sumatera Utara tentang kinerja yang terdiri dari pengkajian dengan

jumlah terbesar 32 orang (71.1%) sangat sering melakukan wawancara dalam

mengkaji pasien, tetapi 16 orang (35.6%) kadang-kadang melakukan pemeriksaan

fisik dalam mengkaji pasien (merupakan jumlah terkecil).

Untuk diagnosis keperawatan, dari 45 perawat di RSUD Tanjung Pura

Langkat Sumatera Utara didapatkan hasil 30 perawat (66.7%) sangat sering membuat

diagnosis berdasarkan prioritas gejala pasien. Sedangkan jumlah terkecil 16 orang

(25)

Untuk intervensi keperawatan, dari 45 perawat di RSUD Tanjung Pura

Langkat Sumatera Utara didapatkan hasil 26 orang (57.8%) sangat sering melibatkan

keluarga dalam rencana tindakan keperawatan dan 17 orang (37.8%) sangat sering

melibatkan tim kesehatan lain dalam perencanaan keperawatan (jumlah yang

terkecil).

Untuk implementasi keperawatan, dari 45 orang perawat di RSUD Tanjung

Pura Langkat Sumatera Utara sebanyak 36 orang (80.0%) sangat sering melatih

pasien tentang kebersihan diri secara mandiri, Tetapi 16 perawat (35.6%)

kadang-kadang mengajari pasien tentang cara minum obat (jumlah terkecil).

Untuk evaluasi keperawatan dari 45 perawat di RSUD Tanjung Pura Langkat

Sumatera Utara didapatkan hasil 21 orang (46.7%) kadang-kadang dalam membuat

rencana lanjutan jika hasil perawatan tidak memuaskan dan sebanyak 15 orang

(33.3%) masing-masing sangat sering dan kadang-kadang dalam memberikan

penguatan kepada pasien yang mengalami perubahan positif.

Secara total skor kinerja perawat pelaksana dari tiap-tiap indikator dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7. Hasil Skor Kinerja

Indikator Range Minimum Maximum Mean

Pengkajian 10 20 30 24.64

Diagnosis Keperawatan 9 18 27 23.73

Intervensi 4 16 20 17.62

Implementasi 5 14 19 15.78

Evaluasi 9 6 15 10.00

(26)

Berdasarkan skor rata-rata tentang kinerja (pengkajian, diagnosis, intervensi,

implementasi dan evaluasi) skor rata-rata paling tinggi adalah 24.64 dan terendah

adalah 10.00.

4.4. Analisis Bivariat

Hubungan masing-masing variabel bebas, yaitu variabel motivasi dan

kemampuan dengan kinerja perawat di RSUD Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara

dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.8. Hubungan Motivasi dengan Kinerja Perawat di RSUD Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara

Correlations

Kinerja Motivasi

Kinerja Pearson Correlation 1 .311*

Sig. (2-tailed) .038

N 45 45

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Hubungan antar variabel dinyatakan dengan nilai r, jika nilai r hitung > 0.2 maka hubungan antar antar variabel dinyatakan lemah (Nugroho, 2005). Dari tabel

4.8. di atas hasil uji statistik korelasi Pearson diperoleh nilai r=0.311; p=0.038. Hubungan tersebut juga dapat dilihat dari hasil nilai p=0.038<0.05. Dengan demikian ada hubungan antara motivasi dengan kinerja perawat di RSUD Tanjung Pura

Langkat Sumatera Utara meskipun sangat lemah.

(27)

Tabel 4.9. Hubungan Kemampuan dengan Kinerja Perawat di RSUD Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara

Correlations

Kinerja Kemampuan

Kinerja Pearson Correlation 1 .616**

Sig. (2-tailed) .000

N 45 45

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hubungan antar variabel dinyatakan dengan nilai r, jika nilai r hitung > 0.4 maka hubungan antar antar variabel dinyatakan kuat (Nugroho, 2005). Dari tabel 4.9.

di atas hasil uji statistik korelasi Pearson diperoleh nilai diperoleh nilai r=0.661;

p=.000, hal ini menunjukkan hubungan signifikan antara kemampuan dengan kinerja perawat di RSUD Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara.

4.5. Analisis Multivariat 4.5.1. Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengujian hipotesis menggunakan regresi, terlebih dahulu

dilakukan pengujian asumsi klasik untuk memastikan bahwa alat uji regresi berganda

dapat digunakan atau tidak.

a. Uji Normalitas Data

Model yang paling baik apabila datanya berdistribusi normal atau mendekati

normal. Jika variabel bebas motivasi dan kemampuan serta variabel terikat (kinerja)

memiliki nilai KS (Kolomogorov-Smirnov) > 0.05, maka data variabel bebas dan terikat dapat dikatakan berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji normalitas

(28)

terikat (kinerja) memiliki nilai KS = 1.389. Dengan demikian ketiga variabel

memenuhi unsure normalitas. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel4.10. Uji Normalitas Variabel Motivasi One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Motivasi

N 45

Normal Parametersa,b Mean 48,64

Std. Deviation 4,992

Most Extreme Differences Absolute ,103

Positive ,096

Negative -,103

Kolmogorov-Smirnov Z ,690

Asymp. Sig. (2-tailed) ,729

a. Test distribution is normal b. Calculated from data

Tabel 4.11. Uji Normalitas Variabel Kemampuan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kemampuan

N 45

Normal Parametersa,b Mean 28,20

Std. Deviation 1,575

Most Extreme Differences Absolute ,288

Positive ,288

Negative -,273

Kolmogorov-Smirnov Z 1,932

Asymp. Sig. (2-tailed) ,001

(29)

Tabel 4.12. Uji Normalitas Variabel Kinerja One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kinerja

N 45

Normal Parametersa,b Mean 87,71

Std. Deviation 7,251

Most Extreme Differences Absolute ,207

Positive ,207

Negative -,097

Kolmogorov-Smirnov Z 1,389

Asymp. Sig. (2-tailed) ,042

c. Test distribution is normal d. Calculated from data

b. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah kejadian yang menginformasikan terjadinya

hubungan antar variabel bebas (motivasi dan kemampuan) dan hubungan yang terjadi

cukup besar (nilai VIF ≥ 10). Hal ini menyebabkan koefisien menjadi tidak dapat

ditaksir dan nilai standard error setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga. Hasil pengujian multikolinearitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.13. Uji Multikolinearitas Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

Motivasi ,981 1,019

Kemampuan ,981 1,019

(30)

Berdasarkan pada tabel 4.13. di atas, dapat dilihat bahwa nilai VIF untuk

variabel bebas lebih kecil dari 10 (VIF < 10). Dengan demikian maka model atau

persamaan regresi memenuhi asumsi multikolinearitas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual atau pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual variabel bebas (motivasi dan kemampuan) dan variabel terikat (kinerja) satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

homokedastisitas, sebaliknya jika berbeda disebut heteroskedatisitas. Hasil pengujian

heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

(31)

Berdasarkan gambar 4.1 di atas, dapat disimpulkan titik-titik data menyebar di

atas dan di bawah atau di sekitar angka 0 pada sumbu. Titik-titik data tidak hanya

mengumpul di atas dan di bawah saja serta tidak membentuk suatu pola apapun.

Dengan demikian dapat disimpulkan model atau persamaan regresi tersebut terbebas

dari asumsi heteroskedatisitas.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dalam suatu model bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya

korelasi antar variabel penganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada

periode t-1 (sebelumnya) variabel bebas (motivasi dan kemampuan). Jika terjadi

korelasi maka terjadi masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi

berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Autokorelasi dapat dideteksi

dengan uji Durbin-Watson (DW-test). Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya

autokorelasi apabila nilai DW test antara -2 dan +2. Hasil pengujian autokorelasi

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.14. Uji Autokorelasi Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,683a ,466 ,242 6,312 1,820

(32)

Berdasarkan pada tabel 4.14. di atas, dapat dilihat nilai Durbin-Watson (DW)

variabel bebas 1.820 (antara -2 dan +2). Dengan demikian maka model atau

persamaan regresi tidak terjadi autokorelasi.

4.5.2. Pengaruh Motivasi dan Kemampuan terhadap Kinerja Perawat di RSUD Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara

Untuk menganalisis pengaruh variabel motivasi dan kemampuan terhadap

kinerja perawat di RSUD Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara digunakan uji

regresi berganda (multiple regression test), dengan hasil sebagai berikut:

a. Besar Pengaruh Motivasi dan Kemampuan

Untuk mengetahui besar pengaruh variabel motivasi dan kemampuan terhadap

variabel kinerja dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.15. Besar Pengaruh Motivasi dan Kemampuan Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 ,683a ,466 ,242 6,312

a. Predictors: (Constant), kemampuan, motivasi

Berdasarkan tabel 4.15. di atas dapat diketahui bahwa besar pengaruh variabel

motivasi dan kemampuan terhadap variabel kinerja sebesar 46.6%, sisanya sebesar

53.4% dipengaruhi oleh faktor lain di luar model yang tidak diteliti dalam penelitian

(33)

b. Pengaruh Variabel Motivasi dan Kemampuan secara Serentak

Untuk mengetahui besar pengaruh variabel motivasi dan kemampuan secara

serentak dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.16. Uji Secara Serentak ANOVAb

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 44,772 2 22,386 ,593 ,001a

Residual 1584,472 42 37,726

Total 1629,244 44

a. Predictors: (Constant), kemampuan, motivasi

b. Dependent Variable: kinerja

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan perhitungan analisis regresi

linear berganda menggunakan bantuan program computer melalui uji ANOVA

diperoleh nilai signifikansi p=0.001<0.0 5. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi p=0.001<0.05, sehingga hipotesis yang berbunyi “ada pengaruh motivasi dan kemampuan terhadap kinerja perawat di RSUD Tanjung Pura Langkat Sumatera

Utara” diterima.

c. Pengaruh Variabel Motivasi dan Kemampuan secara Parsial

Tabel 4.17. Uji Regresi Berganda Pengaruh Motivasi dan Kemampuan terhadap Kinerja Perawat di RSUD Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara

Model Unstandardized Coefficients T Sig.

B Std. Error

1 (Constant) 64,519 20,151 3,202 ,003

Motivasi ,168 ,187 ,898 ,004

(34)

Berdasarkan tabel 4.17. di atas dapat dituliskan persamaan regresi:

Y = 64.519 + 0.168X1 + 0.289X

Dengan Y merupakan variabel terikat dan X variabel bebas, dimana jika nilai X

berubah 1 unit maka akan meningkatkan nilai variabel Y.

2

Sehingga dari persamaan tersebut dapat disimpulkan:

a. Hasil persamaan regresi linear berganda menunjukkan bahwa jika motivasi (X1)

dan kemampuan (X2

b. Secara parsial (Tabel 4.15) dan serentak (Tabel 4.14) motivasi dan kemampuan

berpengaruh terhadap kinerja perawat di RSUD Tanjung Pura Langkat Sumatera

Utara, karena nilai signifikansi p<0.05

) ditingkatkan maka hal ini akan menyebabkan peningkatan

kinerja perawat di RSUD Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara (Y)

c. Besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dapat diketahui melalui

nilai koefisien determinan (R2

d. Kemampuan lebih besar pengaruhnya terhadap kinerja perawat yang ditunjukkan

oleh nilai koefisien (B) = 0.289 (Tabel 4.17).

) sebesar 46.6% (Tabel 4.15), sisanya sebesar

(35)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Kinerja Perawat

Kinerja perawat dalam proses keperawatan adalah hasil yang dicapai oleh

perawat di RSUD Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara dalam meberikan asuhan

keperawatan kepada pasien meliputi kegiatan pengkajian, penegakan diagnosis

keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan. Berdasarkan hasil

penelitian melalui instrumen berupa kuesioner didapatkan skor rata-rata kinerja yang

meliputi kelima indikator mulai dari pengkajian hingga evaluasi nilai tertinggi adalah

pengkajian (24.64) dan skor rata-rata terendah adalah evaluasi (10.00). Nilai ini

menunjukkan bahwa kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan belum

sepenuhnya optimal. Karena proses asuhan keperawatan hanya baru sampai pada

tahap pengkajian saja, sedangkan evaluasi keperawatan masih sedikit sekali perawat

yang terbiasa mengerjakannya. Hal ini hendaknya menjadi perhatian pihak pengelola

rumah sakit khususnya bidang keperawatan untuk melakukan pembenahan sehingga

sesuai dengan tujuan penelitian yang diharapkan.

Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Atanay (2008) yang

dilakukan di Rumah Sakit Umum Fakfak Papua Barat mengenai kinerja perawat

dalam melaksanakan asuhan keperawatan mayoritas masih sangat rendah. Hal senada

juga diungkapkan oleh penelitian yang dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota

(36)

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, diketahui bahwa yang

menyebabkan kinerja perawat rendah meliputi; ketidaklengkapan peralatan kerja

untuk melaksanakan asuhan keperawatan menjadikan perawat merasa enggan

bekerja, lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh atasan dan penghargaan atas

prestasi yang dihasilkan kurang diperhatikan, serta tidak adanya perhatian atasan

tentang karier bawahan, misalnya melanjutkan pendidikan dan mengikuti pelatihan

atas inisiatif dan biaya sendiri, kadang-kadang sulit untuk mendapatkan ijin

melanjutkan pendidikan dan mengikuti pelatihan.

Hambatan lainnya perawat tidak menyukai dokumentasi keperawatan,

beragamnya dokumentasi keperawatan, unik dan memakan waktu. Penelitian

menunjukkan bahwa menghabiskan waktu 35-40 menit untuk pencatatan pasien

untuk tiap shiftnya. Keparahan kondisi klien juga akan menentukan waktu

pencatatan. Sementara masih banyak tugas-tugas yang harus diselesaikan sehingga

perawat merasa memiliki keterbatasan waktu dalam pendokumentasian. Sering juga

terjadi informasi signifikan tentang keadaan pasien terabaikan karena perawat dan

dokter tidak secara teratur membuat catatan kemajuan pasien.

Menurut Letham (1981) rendahnya penampilan kerja individu disebabkan

oleh rendahnya kemampuan dan keterampilan kerja, kurang motivasi, lemahnya

instrtuksi serta kurangnya dukungan pelayanan dalam pelaksanaan organisasi.

Organisasi yang baik akan mendukung aspek-aspek operasional sumber daya manusia

(37)

disimpulkan masih lemahnya fungsi manajemen di RSUD Tanjung Pura Langkat

Sumatera Utara.

Menurut Haryono (2004) kinerja perawat adalah aktivitas perawat dalam

mengimplementasikan sebaik-baiknya suatu wewenang, tugas dan tanggung

jawabnya dalam rangka pencapaian tujuan tugas pokok profesi dan terwujudnya

tujuan dan sasaran unit organisasi. Sehingga perbaikan terhadap kinerja perawat

berarti memperbaiki kualitas dari rumah sakit tersebut.

Dari beberapa hasil penelitian, kinerja erat sekali dihubungkan dengan

motivasi dan kemampuan. Namun, kinerja perawat juga dipengaruhi oleh beberapa

faktor lain diantaranya yaitu disiplin kerja, tingkat pendidikan, pelatihan, fasilitas

kerja, masa kerja, intensif berupa materi (uang) sesuai dengan kinerja yang mereka

lakukan, maka dengan sendirinya kinerja perawat dapat dilakukan dengan optimal

yang tentunya berdampak positif terhadap kepuasan dan pelayanan kesehatan yang

diberikan kepada pasien (Suryadi, 2009).

5.2. Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Perawat di RSUD Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara

Pembahasan dalam penelitian ini difokuskan pada pengaruh variabel motivasi

dan kemampuan. Dimana motivasi terdiri dari kepuasan (intrinsik) dan ketidakpuasan

(ekstrinsik). Untuk intrinsik indikatornya adalah tanggung jawab, prestasi yang

diraih, pengakuan orang lain, pekerjaan itu sendiri, kemungkinan pengembangan dan

kemajuan. Sedangkan untuk ekstrinsik adalah gaji, keamanan dan keselamatan kerja,

(38)

dimana indikatornya meliputi kemampuan intelektual yaitu kecerdasan (IQ), dan

kemampuan emosi yaitu empati, inisiatif, adaptabilitas dan persuasif.

Berdasarkan hasil uji multivariat dengan regresi linear berganda diketahui

bahwa kedua variabel baik motivasi dan kemampuan berpengaruh terhadap kinerja

perawat di RSUD Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara dengan pembahasan sebagai

berikut:

5.2.1. Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Perawat

Mengacu kepada hasil penelitian tentang motivasi yang teridri atas kepuasan

(intrinsik) dan ketidakpuasan (ekstrinsik). Untuk intrinsik indikatornya adalah

tanggung jawab, prestasi yang diraih, pengakuan orang lain, pekerjaan itu sendiri,

kemungkinan pengembangan dan kemajuan. Sedangkan untuk ekstrinsik adalah gaji,

keamanan dan keselamatan kerja, kondisi kerja, hubungan kerja, prosedur kerja dan

status. Berikutnya akan diuraikan lebih lanjut.

a. Motivasi Kepuasan (intrinsik)

1. Tanggung jawab

Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 71.1% responden mengatakan sangat

setuju melaksanakan asuhan keperawatn merupakan tanggung jawab perawat. Dari

skor rata-rata motivasi kepuasan (intrinsik) indikator tanggung jawab merupakan nilai

tertinggi dengan mean 4.71. dapat disimpulkan bahwa perawat menyadari tanggung

jawab yang diembannya sebagai perawat ruangan yang bertugas dalam memberikan

(39)

Tingginya nilai skor rata-rata tanggung jawab ternyata tidak diikuti dengan

performa perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Artinya pelaksanaan tugas

hanya baru sampai pada tahap tanggung jawab saja dan kurang memperhatikan dari

kualitas pelayanan yang diberikan. Hal ini terjadi mungkin disebabkan rata-rata

perawat berusia 34-50 tahun dengan tingkat pendidikan kebanyakan adalah Akper

serta masa kerja rata-rata 6-10 tahun dimana sudah hampir masuk masa jenuh dalam

bekerja.

2. Prestasi yang Diraih

Dari hasil penelitian sebanyak 37.8% responden setuju apabila mendapatkan

penghargaan dari atasan apabila telah bekerja dengan baik. Namun 28.9% ragu-ragu

dalam hal ini. Jika dilihat dari nilai skor rata-rata indikator ini meannya hanya 3.64.

Nilai mean yang paling rendah jika dibandingkan dengan indikator yang lain.

Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa perawat tidak terlalu mementingkan

prestasi ataupun penghargaan dalam bekerja. Kemungkinan motivasi yang muncul

adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar saja. Hal ini sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Maslow. Dimana setiap individu bekerja untuk memenuhi

kebutuhan dasar mereka.

3. Pengakuan Orang Lain

Dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 40% responden mengaku sangat

setuju mendapatkan pujian dari pasien ataupun keluarga apabila telah melakukan

perawatan dengan baik. Berdasarkan skor rata-rata pengakuan orang lain mendapat

(40)

Sehingga dapat ditarik kesimpulan perawat sangat termotivasi apabila

pekerjaannya diakui oleh orang lain baik pasien, keluarga maupun atasan. Hanya saja

pengakuan tersebut tidak diberikan secara kontinyu. Herzberg dalam Hasibuan (2005)

menyatakan bahwa pekerja yang terdorong secara intrinsik akan menyenangi

pekerjaan yang memungkinkannya menggunakan kreativitas dan inovasinya.

Pengakuan dari orang lain merupakan alat motivasi yang ampuh, bahkan bisa

melebihi motivasi yang bersumber dari kompensasi. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian Ritonga (2010) di RS Pekerja Imelda Medan bahwa pemberian dukungan

dan penghargaan atas hasil kerja perawat baik material maupun non material

meningkatkan kinerja secara signifikan.

4. Pekerjaan itu Sendiri

Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 57.8% responden mengaku

menyenangi profesi keperawatan karena merupakan pekerjaan impian bagi mereka.

Sedangkan dari hasil meannya merupakan nilai kedua tertinggi setelah tanggung

jawab yaitu sebesar 4.42. Dari hasil ini dapat ditarik kesimpulan meskipun perawat

menyukai pekerjaannya tetapi pelaksanaan asuhan keperawatn belum berjalan secara

optimal.

Penelitian Ritonga (2010) menyebutkan penyebab buruknya kinerja perawat

di rumah sakit dikarenakan banyaknya beban kerja dari perawat sehingga waktu

untuk pelayanan terhadap pasien menjadi lebih sedikit. Teori Herzberg

(41)

bagi pekerja untuk berforma tinggi. Perasaan telah melakukan yang terbaik, mencapai

sesuatu dan tugas yang memberikan tantangan bagi para pelakunya.

5. Kemungkinan Pengembangan

Dari hasil penelitian sebanyak 60% responden setuju memilih berkarir

sebagai perawat karena dapat mengembangkan potensi diri. Sedangkan dari hasil

meannya termasuk ketiga tertinggi yaitu sebesar 4.27. Dari hasil ini disimpulkan

perawat membutuhkan fasilitas dalam mengembangkan potensi mereka hanya saja

terhambat oleh kebijakan yang ada di rumah sakit.

Pengembangan dapat berupa pelatihan. Pelatihan adalah proses belajar

mengajar dengan menggunakan teknik dan metode menyeluruh. Biasanya sasarannya

adalah seseorang atau sekelompok orang yang sudah bekerja pada suatu organisasi

yang efektif dan produktivitas kerjanya dirasakan perlu dan dapat ditingkatkan secara

terarah. Untuk mempertinggi mutu perawat baik pengetahuan keterampilan bakat

maupun mentalnya kepada para perawat perlu diberikan berbagai macam latihan dan

pelatihan. Pelatihan disini adalah suatu proses mengembangkan kinerja perawat baik

dalam bidang pengetahuan, keterampilan, keahlian maupun sikap dan tingkah laku

perawat.

6. Kemajuan

Dari hasil penelitian 57.8% responden setuju bahwa menjadi perawat ruangan

berdampak positif terhadap karir mereka sebagai perawat. Nilai meannya juga

(42)

sebagian besar perawat menginginkan kemajuan dalam karir mereka sebagai perawat

dan menginginkan perbaikan dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien.

Kemajuan-kemajuan yang ingin dicapai sebagian besar perawat adalah

adanya kesempatan untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi,

diberi kemudahan dalam kenaikan pangkat dan golongan serta adanya kursus atau

pelatihan-pelatihan pelayanan khusus. Herzberg dalam Hasibuan (2005)

menyebutkan sebaiknya pekerja diberi kesempatan untuk meningkatkan

kemampuannya misalnya melalui pelatihan, kursus serta melanjutkan ke jenjang

pendidikan lebih lanjut. Hal ini dapat mendorong pekerja untuk lebih giat dalam

bekerja.

b. Motivasi Ketidakpuasan (Ekstrinsik)

1. Gaji

Dari hasil penelitian didapatkan 55.6% responden setuju dengan gaji yang

didapatkan saat ini. Namun dari hasil meannya termasuk yang rendah yaitu sebesar

3.67. Artinya gaji tidak mendorong minat perawat untuk berpenampilan baik dan

menjadi ketidakpuasan potensial. Hal ini bisa terjadi karena sebagian besar responden

telah berstatus menikah (100%), sehingga membutuhkan materi dalam jumlah yang

lebih banyak.

Simamora (2004) berpendapat pemberian insentif berdasarkan prestasi kerja

(43)

mencapai prestasi kerja yang lebih baik, dengam pemberian imbalan, suatu

perusahaan akan dapat meningkatkan kinerja dan produktifitas karyawan.

2. Keamanan dan Keselamatan Kerja

Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa sebanyak 86.7% responden tidak

setuju keamanan dan keselamatan kerja di ruangan sudah sesuai dengan yang

diharapkan oleh perawat. Nilai meannya juga termasuk faktor ketidakpuasan yang

terendah yaitu sebesar 2.13. Artinya masih rendahnya keamanan dan keselamatan

kerja perawat di ruangan dan belum sesuai dengan apa yang diharapkan olehperawat.

Keamanan dan keselamatan kerja menjadi faktor penting dalam

menggerakkan pekerja untuk bekerja dengan baik. Wiyono (2000) mengemukakan

betatapun positifnya perilaku manusia yang tercermin dalam loyalitas yang besar,

disiplin yang tinggi serta berdediaksi jika tidak didukung oleh sarana dan prasarana

kerja yang memadai maka tidak akan dapat meningkatkan efisiensi, efektifitas serta

produktivitas kerja. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Ritonga (2010) di RS

Pekerja Imelda bahwa fasilitas rumah sakit yang memadai dapat meningkatkan

kepuasan kerja dari para perawat.

3. Kondisi Kerja

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 42.2% responden ragu-ragu kondisi

kerja di ruangan sudah memuaskan perawat. Nilai mean juga kedua terendah yaitu

sebesar 3.04. Berarti sebagian besar perawat masih mengeluhkan kondisi kerja di

RSUD Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara. Hal ini menjadi faktor ketidakpuasan

(44)

Hasil penelitian Ritonga (2010) juga menyebutkan perawat mengharapkan

terciptanya hubungan yang harmonis, bekerjasama dengan baik sehingga keadaan

lingkungan kerja mendukung dalam pelaksanaan asuhan keperawatan agar

menghasilkan kinerja sesuai tujuan bersama. Herzberg dalam Luthans (2003)

menyebutkan bahwa kebutuhan rasa aman melalui terciptanya kondisi kerja yang

nyaman akan dapat meningkatkan produktifitas pekerja.

4. Hubungan Kerja

Dari hasil penelitian diketahui sebanyak 62.2% responden setuju menjalin

hubungan yang baik antar sesama perawat. Dari nilai meannya juga diketahui

nilainya sangat besar yaitu 3.84. Artinya hubungan kerja yang baik akan menurunkan

ketidakpuasan para pekerja.

Hubungan kerja yang baik akan mendukung pekerja dalam melaksanakan

pekerjaannya. Hubungan tersebut tidak hanya diantara perawat tetapi juga antara

atasan dan bawahan. Unsur terpenting dalam membangun hubungan kerja yang baik

adalah komunikasi. Pemahaman yang baik tentang komunikasi organisasi akan

meningkatkan kinerja organisasi (Robbins, 2002).

5. Prosedur Kerja

Hasil penelitian diketahui sebesar 86.7% responden setuju perlu adanya

prosedur tetap di ruangan rawat inap. Sedangkan dari hasil meannya sebesar 4.13.

Artinya prosedur kerja yang tidak baku menjadi sumber ketidakpuasan perawat di

(45)

Prosedur kerja merupakan pemberian batasan antara yang harus dikerjakan

dengan yang tidak sesuai dengan tupoksi dari masing-masing elemen yang terdapat di

suatu organisasi (Handoko, 2001). Hasil penelitian Syarifuddin (2006) di RSUD

Lasinrang juga menyebutkan ketidaklengkapan prosedur kerja di ruang rawat inap

dapat berdampak negatif terhadap kinerja karena masing-masing pihak dapat saling

melempar tanggung jawab yang telah ditetapkan.

6. Status

Hasil penelitian didapatkan 44.4% responden mengaku setuju dengan

statusnya sebagai perawat ruangan. Sementara meannya menunjukkan angka sebesar

3.49. Artinya status menjadi faktor ketidakpuasan perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan di ruang rawat inap RSUD Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara.

Status merupakan posisi atau peringkat yang diberikan secara sosial kepada

kelompok atau anggota kelompok dari orang lain. Status pekerja mempengaruhi

bagaimana invidu tersebut bekerja. Hal ini sesuai dengan teori Herzberg dalam

Luthans (2003) bahwa status mempengaruhi seseorang dalam bekerja dan dalam

menampilkan performa terbaik yang dapat dikeluarkan.

Dari hasil penelitian telah diketahui bahwa motivasi baik kepuasan (intrinsik)

ataupun ketidakpuasan (ekstrinsik) berpengaruh terhadap kinerja perawat (p<0.05).

Artinya semakin baik motivasi maka akan semakin baik pula kinerja perawat.

Meskipun masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi kinerja dari seorang

perawat. Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Herzberg dan juga

(46)

bergairah apabila terpenuhinya harapan-harapan yang ada pada dirinya serta

kemanfaatan yang akan diperoleh nantinya.

5.3. Pengaruh Kemampuan terhadap Kinerja Perawat di RSUD Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara

Mengacu kepada hasil penelitian tentang variabel kemampuan yang meliputi

kemampuan intelektual yaitu kecerdasan (IQ), dan kemampuan emosi yaitu empati,

inisiatif, adaptabilitas dan persuasif. Berikut akan dijelaskan lebih lanjut.

a. Kemampuan Intelektual

Kemampuan intelektual adalah kemampuan seseorang dalam menunjukkan

aktivitas-aktivitas mental. Kemampuan ini dapat diketahui dengan tes IQ. Dari hasil

penelitian didapatkan 33 orang (73.3%) mampu melakukan anamnesa atau

pengkajian untuk mendapatkan diagnosis keperawatan. Tetapi 25 orang (55.6%)

perawat ragu-ragu dalam merumuskan diagnosis keperawatan dengan benar. 34

perawat (75.6%) mampu mengimplementasikan rencana asuhan dan sebanyak 39

orang (86.7%) mampu mengananemnesa ulang respon pasien setelah melakukan

perawatan. Sedangkan dari nilai meannya yaitu sebesar 10.53. Artinya perawat di

RSUD Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara rata-rata memiliiki kemampuan

intelektual yang cukup baik.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan kemampuan intelektual

dari perawat ruangan yang ada di RSUD Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara

(47)

Kemampuan intelektual atau kecerdasan seseorang akan mempengaruhi pola

piker dalam bertindak dan perbuatan. Seseorang yang cerdas akan mampu

melaksanakan tugas dan fungsinya dalam suatu pekerjaan. Terlebih lagi seorang

perawat dimana dibutuhkan kemampuan berpikir kritis, analitis dan logis dalam

memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.

b. Kemampuan Emosional

Kemampuan emosi meliputi empati, adaptabilitas, persuasif dan inisiatif.

Berikutnya akan dijabarkan satu persatu sebagai berikut:

1. Empati

Dari hasil penelitian diketahui sebanyak 38 orang (84.4%) ragu-ragu

untuk mendiskusikan masalah pasien sebelum menegakkan diagnosis keperawatan.

Tetapi 34 orang (75.6%) merasa mampu melibatkan pasien dan keluarga dalam

penyusunan rencana asuhan keperawatan. Dan 27 orang (60.0%) mampu berempati

terhadap pasien dalam melakukan implementasi. Sedangkan untuk nilai meannya

yaitu sebesar 7.40. Artinya perawat di RSUD Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara

masih belum dapat melaksanakan asuhan keperawatan dengan menggunakan empati.

Hasil penelitian terdahulu Alwani (2007) yang dilakukan di salah

satu rumah sakit di Semarang membuktikan bahwa kecerdasan emosional

mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja perawat yaitu sebesar

77.5%. Sedangkan lewat penelitian Kosim (2007) mengungkapkan bahwa kecerdasan

emosional mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap kinerja

(48)

Kemampuan emosional yang berkembang baik, maka seseorang

kemungkinan besar akan berhasil dan bahagia dalam kehidupannya karena menguasai

kebiasaan berfikir yang mendorong produktivitasnya, sedangkan orang yang tidak

dapat mengendalikan kehidupan emosionalnya, ia akan mengalami pertarungan

batin, yang merampas kemampuan mereka dalam memusatkan perhatian pada

pekerjaan dan berpikir yang jernih (Widagdo, 2001) dalam Alwani (2007).

2. Adaptabilitas

Untuk kemampuan adaptabilitas 33 perawat (73.3%) mampu melakukan

pendekatan yang baik dengan pasien dan keluarga selama perawatan. Sedangkan dari

hasil meannya didapatkan nilai sebesar 2.73. Artinya kemampuan adaptabilitas

perawat di RSUD Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara masih sangat rendah.

Lemahnya kemampuan adaptabilitas perawat terjadi karena banyaknya tugas

yang harus dikerjakan serta tingginya beban tanggung jawab sehingga membuat

perawat kesulitan dalam berubah peran dalam sekali waktu (Anjayani, 2009).

Sementara perawat harus memiliki kemampuan adaptabilitas yang tinggi karena

perawat adalah seseorang yang didesain menjadi orang yang ahli dalam membantu

pasien sembuh dari penyakit yang dideritanya dengan apapun keadaan pasien serta

keluarga yang ditangani.

3. Persuasif

Sebanyak 71.1% responden mengaku mampu mempengaruhi pasien serta

(49)

yaitu 2.71. Artinya perawat di RSUD Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara memiliki

kemampuan persuasif yang cukup baik.

Pendidikan kesehatan diperlukan pasien dan keluarga tidak hanya selama

menjalani perawatan tetapi juga setelah pulang. Pendidikan kesehatan yang diberikan

dengan benar dan secara kontinyu dapat meningkatkan derajat kesehatan pasien dan

keluarga. Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari keseluruhan upaya kesehatan

(promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) yang menitikberatkan pada upaya untuk

meningkatkan perilaku hidup sehat. Upaya tersebut dimaksudkan agar masyarakat

berperilaku atau mengadopsikan perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan,

himbauan, ajakan, memberi informasi, memberi kesadaran dan sebagainya

(Notoadmojo, 2003).

4. Inisiatif

Untuk kemampuan inisiatif sebanyak 71.1% perawat ragu-ragu dalam

melakukan evaluasi tanpa menunggu instruksi dokter. Dari nilai meannya juga

didapatkan nilai mean terendah dari komponen kemampuan yaitu sebesar 2.07.

Artinya perawat di RSUD Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara masih kurang

kemampuan inisiatifnya. Adanya ketakukan untuk bertindak secara mandiri tanpa

menunggu instruksi dari tim kesehatan lain, misalnya dokter.

5.4. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari berbagai keterbatasan, baik dari

(50)

Sesungguhnya masih banyak faktor yang seharusnya diteliti yang diduga

berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan kinerja perawat.

Berbagai kendala yang dihadapi antara lain:

a. Perawat sebagai responden penelitian tidak dapat ditemui setiap saat karena

adanya pembagian kerja berdasarkan shift sehingga pengambilan data menjadi

lebih sulit dilakukan.

b. Berbagai penelitian lain menunjukkan bahwa kinerja perawat tidak hanya

dipengaruhi oleh motivasi dan kemampuan tetapi juga oleh faktor lain seperti

disiplin kerja, tingkat pendidikan, pelatihan, fasilitas kerja, masa kerja dan faktor

lainnya.

c. Keterbatasan peneliti dalam mengembangkan instrumen khususnya variabel

kemampuan menjadi kesulitan tersendiri bagi peneliti.

(51)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan latar belakang penulisan, tujuan dan hipotesis penelitian maka sebagai

kesimpulan penelitian sebagai berikut:

1. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi dan kemampuan

berpengaruh terhadap kinerja perawat di RSUD Tanjung Pura Langkat

Sumatera Utara.

2. Variabel kemampuan berpengaruh lebih besar dibandingkan motivasi

terhadap kinerja perawat di RSUD Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara

dengan nilai koefisien (B) 0.289.

3. Kinerja perawat ruangan di RSUD Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara

dapat ditingkatkan melalui peningkatan motivasi dan kemampuan perawat.

4. Kinerja perawat di RSUD Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara belum

optimal, khususnya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.

6.2. Saran

1. Pemberian kesempatan untuk mengikuti pelatihan dan kursus-kursus yang

dapat meningkatkan kemampuan perawat seperti pelatihan penulisan menurut

Asuhan Keperawatan, Diagnosa Keperawatan dan lain sebagainya.

2. Masukan kepada pihak manajemen RSUD Tanjung Pura Langkat Sumatera

(52)

dapat mengikat seluruh perawat yang ada di rumah sakit. Sehingga perawat

lebih termotivasi dan berkompetisi dalam bekerja agar kinerja perawat dapat

lebih terukur melalui sistem reward and punishment.

3. Perlunya pembuatan sistem kerja sesuai prosedur standar yang telah

ditetapkan sehingga seluruh staf perawat mengikuti.

4. Pemberian kesempatan perawat untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan

yang lebih tinggi sesuai dengan kebutuhan di RSUD Tanjung Pura Langkat

Sumatera Utara.

5. Perlunya evaluasi secara terjadwal yang dilakukan oleh pihak manajemen

Gambar

Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas
Tabel 3.1. (Lanjutan)
Tabel. 4.1.
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi di RSUD Tanjung Pura Langkat Sumatera Utara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam upaya mencapai tujuan pendidikan sebagaimana telah diuraikan di atas, maka diperlukan berbagai strategi yang dilakukan oleh guru sebagai pelaksana proses belajar

Gambar 4 menunjukkan bahwa semakin meningkatnya kadar garam maka warna merah dari ubi jalar ungu semakin kurang stabil, yang ditunjukkan dengan. semakin

untuk pengembangan produk IKM makanan Kota Pangkalpinang berdasarkan skala prioritas adalah 1) Inkubator bisnis, 2) Menciptakan ekosistem wirausaha, 3) Pembuatan galery

Masyarakat Desa Namo telah menerapkan penyadapan dengan metode koakan maka permasalahan dalam penelitian ini seberapa besar jumlah produksi getah pinus yang

Hasil menunjukkan bahwa perubahan tekanan interface pre dan post pada kelompok kontrol cukup tinggi dan mengalami naik-turun yang bervariatif sehingga lebih berisiko mengalami

Pola hubungan suami-istri yang mempengaruhi pola komunikasi diadik bergerak dari ujung yang satu komunikasi satu arah; otoriter pada satu pihak, penyingkapan diri yang tidak

Contoh-contoh sedimen yang dianalisis untuk prospek emas letakan di samping dari contoh dasar laut, dilakukan pula terhadap sedimen darat dan sedimen yang didapat dari hasil

keragaman jenis yang tinggi menunjukkan bahwa suatu komunitas memiliki. kompleksitas yang tinggi karena terjadi interkasi yang tinggi antar