ABSTRAK
Novel Ginko merupakan novel serius karena novel ini mengungkapkan sesuatu yang baru dan novel ini juga memiliki tujuan untuk memberikan pengalaman yang berharga kepada pembaca. Berdasarkan penggolongannya, novel Ginko juga termasuk dalam golongan novel biografi. Disebut novel biografi karena novel Ginko ditulis berdasarkan fakta biografi seseorang yang dikumpulkan melalui penelitian dari berbagai sumber. Novel Ginko merupakan novel yang menyentuh tentang dokter perempuan pertama di Jepang.
Novel ini menceritakan mengenai perjuangan Gin dalam menghadapi diskriminasi gender yang dialaminya dalam usahanya untuk menjadi seorang dokter. Novel ini juga menggambarkan kehidupan masyarakat di zamannya, khususnya kehidupan kaum wanita di zaman ini serta kedudukan wanita dari segi peran sosialnya.
Penulisan novel ini menggunakan setting waktu pada zaman Meiji. Semua peristiwa yang diceritakan dalam novel ini seluruhnya terjadi di Jepang dan berlangsung pada tahun 1870-1913. Zaman meiji merupakan salah satu periode yang paling istimewa di Jepang. Di zaman ini Jepang mulai membuka diri terhadap negara lain dan mulai menjadi awal zaman modern di Jepang.
Semua wanita di zaman Meiji sudah memperoleh persamaan hukum dengan pria, dan tidak boleh diadakan diskriminasi dalam hubungan politik, ekonomi atau sosial berdasarkan ras, kepercayaan, gender, status sosial atau keturunan. Diskriminasi adalah tindakan yang memperlakukan satu orang atau suatu kelompok secara tidak adil dari pada orang yang lainnya. Namun pada
kenyataannya diskriminasi terhadap perempuan tetap terjadi di zaman ini seperti yang ada di novel Ginko.
Hal ini terjadi karena di zaman Meiji masih dipengaruhi oleh ajaran Konfusianisme yaitu konsep ryousai kenbo yang mengatakan bahwa “seorang perempuan harus menjadi istri yang baik dan ibu yang bijaksana”. Oleh karena itu, bagi para perempuan pada zaman Meiji seperti tokoh Ginko dalam novel ini untuk berpendidikan tinggi merupakan hal yang sangat sulit.
Tidak peduli bagaimanapun terdidiknya perempuan kelas menengah tapi mereka tidak memiliki peluang di dalam masyarakat untuk menggunakan pendidikan mereka dalam berbagai cara yang efektif. Mereka yang menentang pun pada akhirnya akan tersisih dari masyarakat dan mengalami berbagai bentuk diskriminasi gender, seperti halnya yang dialami oleh Gin.
Ada berbagai bentuk diskriminasi gender yang dialami Gin, diantaranya adalah subordinasi, marginalisasi, streotipe dan violence.
Berikut penjelasan mengenai bentuk diskriminasi gender menurut Fakih (2004: 12-13) yang dialami oleh Gin.
1. Subrodinasi merupakan anggapan bahwa salah satu jenis kelamin dianggap
lebih rendah posisinya dibandingkan dengan jenis kelamin lainnya.
2. Marginalisasi adalah suatu kondisi dimana terjadinya peminggiran terhadap
salah satu jenis kelamin dari arus pekerjaan utama yang berakibat pemiskinan. 3. Stereotipe adalah pelabelan terhadap suatu kelompok tertentu. Stereotipe selalu
merugikan dan menimbulkan diskriminasi.
4. Violence adalah serangan terhadap fisik maupun mental psikologis seseorang.
Gin mengalami diskriminasi sepanjang hidupnya. Diskriminasi secara subordinasi dialami Gin ketika dia mengutarakan niatnya untuk menjadi dokter wanita pertama. Semua orang termasuk orang tuanya pun tidak memberikan izin. Anggapan yang berasal dari kultur budaya yang menyatakan bahwa kedudukan perempuan jauh lebih rendah dari pada laki-laki masih melekat pada masyarakat Jepang.
Di masa ini masih ada konsep ryousaikenbou, yakni seorang perempuan harus menjadi istri yang baik dan ibu yang bijaksana.Diskriminasi gender secara marginalisasi juga dialami Gin. Dokter Mannen, Guru Ginko, menyatakan bahwa saat itu tak banyak keuntungan yang bisa diraihnya sebagai dokter perempuan.Gin akan tersingkir dari pekerjaan utamanya, karena keberadaannya sebagai dokter perempuan sudah mengalami kemunduran. Budaya patriarki yang berkembang di masyarakat mengakibatkan penempatan pekerjaan perempuan tidak seimbang dengan laki-laki.
Di zaman ini perempuan juga mengalami diskriminasi gender berupa pelabelan. Pelabelan yang diberikan juga terkadang negatif dan berakibat pembatasan terhadap perempuan dalam sektor pendidikan.Hal ini dialami oleh Gin dan perempuan lain yang ingin berpendidikan tinggi. Selama masyarakat masih tetap berpegang kepada kepercayaan tradisional maka sistem pendidikan perempuan yang sekarang berlaku akan tetap demikian.
Bentuk lain dari diskriminasi gender yang dialami Gin adalah kekerasan.
Kekerasan yang dialaminya berupa kekerasan dalam bentuk fisik maupun nonfisik. Kekerasan sering terjadi karena adanya budaya dominasi laki-laki terhadap
perempuan. Pada dasarnya kekerasan yang berbasis gender adalah refleksi dari sistem patriarki yang berkembang di masyarakat.
Novel Ginko ini mengungkapkan bahwa walaupun posisi perempuan di zaman Meiji sudah mengalami perubahan dan sudah mendapatkan persamaan hak dengan laki-laki, namun ternyata hal itu tidak bisa terealisasi.
Masih ada perempuan di zaman Meiji yang mengalami diskriminasi gender. Hal ini terjadi karena adanya budaya patriarki yang berkembang di masyarakat dan asumsi yang berasal dari kultur dan budaya yang telah terbentuk dan melekat di masyarakat Jepang.