• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PENGANTAR FILSAFAT ILMU FILSAFAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PENGANTAR FILSAFAT ILMU FILSAFAT"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH PENGANTAR FILSAFAT ILMU

FILSAFAT DAN PENGETAHUAN

Dosen Pengampu : Dr. H. Samsul Hadi, M.Pd

Disusun oleh :

Aji Bagus Khoiri (13110139)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

JAWA TIMUR

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan rahmat dan karunia Allah Swt, kami dapat menyusun makalah berjudul Filsafat dan Pengetahuan. Semua ini tidak lepas dari Rahman dan Rahim serta pertolongan-Nya, sehingga semua hambatan dan kendala dalam penyusunan makalah ini dapat dilalui dengan mudah. Tak lupa shalawat serta salam, selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya dari kegelapan menuju masa yang ternag benderang.

Makalah ini, diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada para mahasiswa yang ingin mempelajari Pengantar Filsafat Ilmu agar lebih mudah dalam belajar bab Filsafat dan Pengetahuan. Karena Filsafat merupakan al penting dalam kehidupan manusia.

Semoga makalah ini dapat membantu semua teman mahasiswa/i dalam mempelajari dan memahami mata kuliah Pengantar Filsafat Ilmu. Wallahu a’lam bis showab

Malang, Juni 2014

Penyusun

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.2.1. Bagaimana kedudukan Filsafat dalam Pengetahuan? ... 3

1.2.2. Apa pengertian filsafat menurut para ahli? ... 3

1.3. Tujuan ... 3

1.3.1. Menjelaskan mengenai kedudukan Filsafat dalam Pengetahuan. ... 3

1.3.2. Mengetahui pengertian filsafat menurut para ahli ... 3

BAB II PEMBAHASAN ... 4

2.1. Kedudukan Filsafat dalam Pengetahuan ... 4

2.1.1. Pengertian Filsafat ... 4

2.1.2. Jenis Pengetahuan ... 4

2.1.3. Jenis Agama ... 5

2.1.4. Batas-batas pengetahuan ... 5

2.1.5. Filsafat di berbagai masyarakat ... 6

2.1.6. Filsafat dalam Islam... 6

2.2. Pengertian dan Definisi ... 7

2.2.1. Pengertian Filsafat menurut para ahli ... 7

2.2.2. Ciri berfikir filsafat ... 11

Kesimpulan ... 13

Daftar Pustaka ... 14

(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang sangat menyolok. Pada permulaan sejarah filsafat di Yunani, “philosophia” meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dikemudian hari, ternyata juga kita lihat adanya kecenderungan yang lain. Filsafat Yunani Kuno yang tadinya merupakan suatu kesatuan kemudian menjadi terpecah-pecah (Bertens, 1987, Nuchelmans, 1982).

Lebih lanjut Nuchelmans (1982), mengemukakan bahwa dengan munculnya ilmu pengetahuan alam pada abad ke 17, maka mulailah terjadi perpisahan antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa sebelum abad ke 17 tersebut ilmu pengetahuan adalah identik dengan filsafat. Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran Van Peursen (1985), yang mengemukakan bahwa dahulu ilmu merupakan bagian dari filsafat, sehingga definisi tentang ilmu bergantung pada sistem filsafat yang dianut.

Dalam perkembangan lebih lanjut menurut Koento Wibisono (1999), filsafat itu sendiri telah mengantarkan adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar-bercabang secara subur. Masing-masing cabang melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri.

Dengan demikian, perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru bahkan kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Oleh karena itu tepatlah apa yang dikemukakan oleh Van Peursen (1985), bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan

(6)

taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan.

Terlepas dari berbagai macam pengelompokkan atau pembagian dalam ilmu pengetahuan, sejak F.Bacon (1561-1626) mengembangkan semboyannya “Knowledge Is Power”, kita dapat mensinyalir bahwa peranan ilmu pengetahuan terhadap kehidupan manusia, baik individual maupun sosial menjadi sangat menentukan. Karena itu implikasi yang timbul menurut Koento Wibisono (1984), adalah bahwa ilmu yang satu sangat erat hubungannya dengan cabang ilmu yang lain serta semakin kaburnya garis batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu terapan atau praktis.

Untuk mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya, dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi perbedaan yang muncul. Oleh karena itu, maka bidang filsafatlah yang mampu mengatasi hal tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Immanuel kant (dalam kunto Wibisono dkk., 1997) yang menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab itu Francis bacon (dalam The Liang Gie, 1999) menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the great mother of the sciences).

Lebih lanjut Koento Wibisono dkk. (1997) menyatakan, karena pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan “a higher level of knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek sasarannya: Ilmu (Pengetahuan). Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu: ontologi, epistemologi dan aksiologi. Hal ini didukung oleh Israel Scheffler (dalam The Liang Gie, 1999), yang berpendapat bahwa filsafat ilmu mencari pengetahuan umum tentang ilmu atau tentang dunia sebagaimana ditunjukkan oleh ilmu.

(7)

Interaksi antara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa filsafat dewasa ini tidak dapat berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu. Ilmu tidak dapat tumbuh dengan baik tanpa kritik dari filsafat. Dengan mengutip ungkapan dari Michael Whiteman (dalam Koento Wibisono dkk.1997), bahwa ilmu kealaman persoalannya dianggap bersifat ilmiah karena terlibat dengan persoalan-persoalan filsafati sehingga memisahkan satu dari yang lain tidak mungkin. Sebaliknya, banyak persoalan filsafati sekarang sangat memerlukan landasan pengetahuan ilmiah supaya argumentasinya tidak salah.

1.2.Rumusan Masalah

1.2.1.Bagaimana kedudukan Filsafat dalam Pengetahuan? 1.2.2.Apa pengertian filsafat menurut para ahli?

1.3.Tujuan

1.3.1.Menjelaskan mengenai kedudukan Filsafat dalam Pengetahuan. 1.3.2.Mengetahui pengertian filsafat menurut para ahli

(8)

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Kedudukan Filsafat dalam Pengetahuan

2.1.1. Pengertian Filsafat

Dalam studi-awal filsafat tentu masalah pertama yang harus diselasaikan: apa itu filsafat? Dengan pertanyaan itu kita memasuki medan filsafat, karena pertanyaan yang dimulai dengan apa merupakan pertanyaan filsafat. Pertanyaan demikian dijawab dengan pengertian. Pengertian itu dirumuskan dengan definisi.1

Yang jelas, filsafat itu adalah pengetahuan. Filosof menyusun buah pikirannya, membentuk suatu sistem pengetahuan, yang kita sebut filsafat dari filosof itu.

2.1.2. Jenis Pengetahuan

Pengetahuan yang dimiliki umat manusia dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu pengetahuan yang berasal dari manusia itu sendiri, dan yang berasal dari luar manusia. Jenis pengetahuan yang kedua inilah yang dianggap atau dipercaya berasal dari Pencipta Manusia dan Alam (yang oleh orang beragama disebut Tuhan) diistilahkn wahyu. Golongan materialisme tidak mempercayai adanya jenis pengetahuan kedua ini karena mereka tidak mempercayai adanya Tuhan. Al-Kindi menyebut pengetahuan jenis pertama itu pengetahuan Ilahi, yang dasarnya keyakinan dan jenis kedua: pengetahuan, yang dasarnya pemikiran.

2.1.2.1.Tiga kategori pengetahuan

Pengetahuan manusia itu dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu:

• Pengetahuan indera

• Pengetahuan Ilmu

1 Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, (Jakarta: Bulan Bintang), 1973, hlm. 20.

(9)

• Pengetahuan Filsafat

Pengetahuan adalah apa yang dikenal atau hasil pekerjaan tahu. Hasil pekerjaan tahu ini. Dapat disimpulkan, semua milik atau isi pikiran ialah pengetahuan.

a. Pengetahuan indra yaitu apa yang kita lihat, rasakan, sentuh, cium. Pengalaman pancar indra ini melalui proses pemikiran langsung menjadi pengetahuan.

b. Pengetahuan ilmu ialah hasil berfikir secara sistematis dan mendalam, disertai riset dan eksperimen. Hasil berikir dan berbuat dengan metode ini membentuk suatu pengetahuan. c. Pengetahuan filsafat ialah pemikiran secara sistematik, radikal,

dan universal.

Ketiganya dalam bahasa sehari-hari dikenal dengan pengetahuan, ilmu pengetahuan, dan filsafat.

2.1.3. Jenis Agama

Di samping pengetahuan manusia dan pengetahuan Tuhan, adapula pengetahuan agama. Yaitu pengetahuan yang berintikan pengetahuan Tuhan dan ulasan, keterangan, tafsiran, perincian yang berasal dari pengetahuan manusia terhadap wahyu terebut.

Ada dua jenis agama yaitu agama budaya dan agama langit. Agama budaya menurut ilmuwan barat lahir tar kebudayaan manusia, sedangkan agama langit diwahyukan oleh Tuhan dari langit. Ajaran agama budaya kebanyakan berisikan filsafat kemanusiaan. Sedangkan ajaran agama langit diturunkan melalui wahyu.

2.1.4. Batas-batas pengetahuan

1. Pengetahuan indera: lapangannya segala sesuatu yang dapat disentuh oleh pancaindera secara langsung; batasnya sampai kepada segala sesuatu yang tidak tertangkap oleh pancaindera.

(10)

2. Pengetahuan ilmu: lapangannya segala sesuatu yang dapat diteliti (riset dan/atau eksperimen); batasnya sampai kepada yang tidak atau belum dapat dilakukan penelitian;

3. Pengetahuan filsafat; segala sesuatu yang dapat dipikirkan oleh budi (rasio) manusia yang alami (bersifat alam) dan nisbi (relative, terbatas); batasnya ialah batas alam, namun demikian ia juga mencoba memikirkan sesuatu yang di luar alam, yang disebut oleh agama Tuhan.

2.1.5. Filsafat di berbagai masyarakat

Sebagai seorang yang beragama, kita harus mengatur perbuatan kita agar sesuai dengan perintah agama, serta menjauhi larangan-Nya. Nilai baik dan buruk itu diajarkan oleh agama kepada kita semua. Agama itu kita warisi dari Rasul. Rasul memberikan pengertian, tafsiran, dan ulasan tentang ajaran agama. Maka bagi jamaah agama, Rasul itu sesungguhnya berfungsi sebagai filsuf.

Dalam masyarakat modern, filsufnya adalah ahlipikir yang mengajarkan aliran faham, yang membentuk pandangan hidup dan sikap hidup. Pandangan dunia dan sikap hidup itu mengendalikan laku-perbuatan kita.

Dengan demikian jelaslah, bahwa filosof itu tidak harus menurut gambaran tanggapan umum itu dan filsafat itu sesungguhnya berada ditengah-tengah kita, dalam laku-perbuatan dan tindakan sehari-hari. Kehidupan kita dikendalikan dan diarahkan oleh filsafat.

2.1.6. Filsafat dalam Islam

Akhirnya dalam memperkatakan kedudukan filsafat dalam pengetahuan, timbul pula pertanyaan: Bagaimana kedudukan filsafat dalam ajaran dan pengetahuan Islam.

Pengetahuan Islam terbagi dalam tiga kategori:

(11)

a. Pengetahuan murni dari Tuhan, diistilahkan dengan wahyu, dikodifikasikan dalam bentuk Kitab Qur’an. b. Pengetahuan Nabi/Rasul Tuhan yang berasaskan atau

lanjutan wahyu, diistilahkan Sunnah-Hadits Nabi.

c. Pengetahuan ulama, ilmuwan yang berasaskan, berpedoman, berkaitan, dengan atau digerakkan oleh wahyu dan Hadits Rasul, merupakan hasil ijtihad.

Dengan membahas kedudukan filsafat dalam pengetahuan, mulailah kita berkenalan dengan dia. Tetapi perkenalan itu tidak akan mantap, apabila kita tidak mengaji pengertiannya dan merumuskan definisinya. Seperti pula perkenalan kita dengan seseorang baru akan mantap, manakala kita tahu namanya dan mengerti tentang Dia.

2.2. Pengertian dan Definisi

2.2.1. Pengertian Filsafat menurut para ahli

1. Plato (427SM - 347SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur murid Socrates dan guru Aristoteles, mengatakan: Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli).2

2. Aristoteles (384 SM - 322SM) mengatakan : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).

3. Marcus Tullius Cicero (106 SM - 43SM) politikus dan ahli pidato Romawi, merumuskan: Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk mencapainya.

2http://candrawesly.blogspot.com/2012/04/20-definisi-filsafat-menurut-para-ahli.html diakses tanggal 25 Juni 2014

(12)

4. Ibnu Sina dalam pernyataannya yang terkenal menyatakan, Jiwa berbeda dengan Jasad (The Soul si distinct krom The Brody).3 5. Al-Farabi (meninggal 950M), filsuf Muslim terbesar sebelum

Ibnu Sina, mengatakan : Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.

6. Immanuel Kant (1724 -1804), yang sering disebut raksasa pikir Barat, mengatakan : Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu: Apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika); Apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika); Sampai di manakah pengharapan kita? (dijawab oleh agama); Apa itu manusia ( dijawab olh Antropologi ).

7. Prof. Dr. Fuad Hasan, guru besar psikologi UI, menyimpulkan: Filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan yang radikal itu filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal.

8. Drs H. Hasbullah Bakry merumuskan: ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai oleh akal manusia, dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.

Yang menjadi persamaan dari semua para ahli tentang filsafat yaitu sebuah ilmu untuk menyelidiki segala sesuatu secara mendalam. Sedangkan perbedaannya adalah kalau menurut plato dan Aristoteles filsafat adalah ilmu pengetahuan

3 Will Buckingham, The Philosophy Book, (London: DK Publishing), 2013, hlm. 7

(13)

untuk mengetahui nilai kebenaran tentang segala sesuatu. Sedangkan menurut yang lainnya bahwa filsafat itu adalah ilmu untuk memahami atau mendalami secara radikal dan integral serta sistematis hakikat Tuhan, hakikat alam semesta, hakikat manusia. Perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan konotasi filsafat yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan pandangan hidup yang berbeda serta akibat perkembangan filsafat itu sendiri.

9. Johann Gotlich Fickte (1762-1814 ) : filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.

10.Paul Nartorp (1854 – 1924 ) : filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya .

11.Notonegoro : Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah , yang disebut hakekat.

12.Driyakarya : filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa yang penghabisan “.

13.Harold H. Titus (1979 ) : (1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi; (2) Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan; (3) Filsafat adalah analisis logis dari

(14)

bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian ( konsep ); Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat. 14.Rene Descartes yaitu merupakan kumpulan segala pengetahuan,

di mana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikannya. Dalam bukunya De Homine Figures, dia mempertanyakan eksistensi dirinya. Apakan itu suatu kebenaran ataukah tidak.4

15.Stephen R. Toulmin, menyatakan filsafat adalah Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbinacangan, metode-metode penggantian dan perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika.

16.Prof. Mr.Mumahamd Yamin : Filsafat ialah pemusatan pikiran , sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.

17.Prof.Dr.Ismaun, M.Pd. : Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh , yakni secara kritis sistematis, fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yang sejati.

18.Bertrand Russel : Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah antara teologi dan sains. Sebagaimana teologi , filsafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai masalah-masalah yang pengetahuan definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh,

4Ibid, hlm. 118

(15)

tidak bisa dipastikan;namun, seperti sains, filsafat lebih menarik perhatian akal manusia daripada otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.

19.Al Kindi, sebagai ahli pikir pertama dalam filsafat Islam yang memberikan pengertian filsafat di kalangan umat Islam membagi filsafat itu dalam tiga lapangan : Ilmu Fisika (al-ilmu al-tabiyyat), merupakan tingkatan terendah;bIlmu Matematika (al-ilmu al-riyadil), tingkatan tengah; Ilmu Ketuhanan (al-ilmu ar-rububiyyat), tingkatan tertinggi.

20.Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar.5

Dari definisi para ahli di atas, filsafat dapat diartikan sebagai sistem kebenaran tentang segala sesuatu yang dipersoalkan sebagai hasil dari berfikir secara radikal, sistematis, dan universal.

2.2.2. Ciri berfikir filsafat6

1. Radikal berasal dari radix (bahasa Yunani), berarti akar. Berfikir radikal, berpikir sampai ke akar-akarnya, tidak tanggung-tanggung, sampai kepada konsekuensinya yang terakhir. Berfikir itu tidak separuh-paruh, tidak berhenti di jalan, tapi terus sampai ke ujungnya. Tidak ada tabu, tidak ada yang suci, tidak ada yang terlarang bagi berfikir yang radikal itu.

2. Sistematis: berfikir sistematis ialah berfikir logis, yang bergerak selangkah demi selangkah dengan penuh kesadaran dengan urutan yang bertanggungjawab dan saling hubungan yang teratur.

3. Universal: yang umum, berfikir universal tidak berfikir khusus, terbatas pada bagian-bagian tertentu, tapi mencakup

5 Irmayanti Meliono, dkk, MPKT Modul 1, (Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI), 2007, hlm. 1. 6Op.cit, hlm. 44.

(16)

keseluruhannya. Yang universal ialah yang mengenai keseluruhan. Berfikir tentang hujan misalnya, bukan terbatas dengan kemarin atau yang ahri ini, tapi seluruh hujan. Berfkir tentang manusia tidak hanya mengenai manusia Indonesia, manusia Afrika, manusia Eropa, tapi manusia sebagai makhluk. Lawan umum atau universal ialah khusus. Perkara yang khusus masuk lapangan ilmu.

(17)

Kesimpulan

Jadi, dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah sistem kebenaran tentang segala sesuatu yang dipersoalkan sebagai hasil dari berfikir secara radikal, sistematis, dan universal. Pengertian ini merupakan kumpulan dari pendapat para ahli mengenai filsafat.

Sedangkan kedudukan filsafat dalam pengetahuan adalah kedudukan filsafat dalam pengetahuan itu sendiri ialah filsafat bertugas memberi landasan filosofis untuk minimal memahami berbagai konsep dan teori suatu disiplin ilmu, sampai membekalkan kemampuan untuk membangun teori ilmiah.

(18)

Daftar Pustaka

buckingham, W. (2013). The Philosophy Book. London: DK Pubishing. Gazalba, S. (1973). Sistematika Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang. Meliono, I. (2007). MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penelitian FEUI.

Wesly, C. (2013, 04 02). Definisi Filsaafat menurut para ahli. Diambil kembali dari Blog Xandra Wesly: http://candrawesly.blogspot.com/2012/04/20-definisi-filsafat-menurut-para-ahli.html

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan atau problema filsafat ilmu mancakup ; pertama Problem ontologi ilmu; perkembangan dan kebenaran ilmu sesungguhnya bertumpu pada landasan ontologis (‘apa

Mengutip apa yang dikatakan oleh Al-Kindi, bahwa filsafat dan agama sesungguhnya adalah sama-sama berbicara dan mencari kebenaran, dan karena pengetahuan tentang kebenaran

• Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang tidak kritis, yang membuat. manusia mudah menerima kebenaran semu

Filsafat dimulai dengan ragu-ragu akan sesuatu dan rasa ingin tahu akan sesuatu ( kebenaran/kepastian). Pengertian filsafat secara garis besar adalah ilmu yang mendasari suatu

Filsafat menanyakan segala sesuatu dari kegiatan berfikir kita dari awal sampai akhir seperti di nyatakan oleh socrates dalam perkembangannya kemajuan manusia dalam berfilsafat

 SEBAGAI HASIL DARI BERPIKIR SEBAGAI HASIL DARI BERPIKIR  SECARA RADIKAL, SISTEMATIS, SECARA RADIKAL, SISTEMATIS,3.

Dengan demikian sesuatu yang bersifat pengetahuan biasa dapat menjadi suatu pengetahuan ilmiah bila telah disusun secara sistematis serta mempunyai metode berfikir

Dari pembahasan tentang pengertian dan ruang lingkup filsafat ilmu, maka dapat kita ambil kesimpilan bahwa filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala