• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Jenis Eksplan dan Komposisi Media Terhadap Pembentukan Tunas Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) Secara In Vitro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Jenis Eksplan dan Komposisi Media Terhadap Pembentukan Tunas Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) Secara In Vitro"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Karet (Hevea brasiliensis) berasal dari benua Amerika dan saat ini menyebar luas ke seluruh dunia. Karet dikenal di Indonesia sejak masa kolonial Belanda, dan merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memberikan sumbangan besar bagi perekonomian Indonesia (Janudianto et al., 2013). Indonesia merupakan negara pemasok karet alam terbesar ke-2 ke pasar dunia dengan total produksi karet alam sebesar 3,1 juta ton dan kontribusi devisa senilai usd 4,7 miliar pada 2014. Saat ini, pemanfaatan karet alam di dalam negeri sekitar 18% dari total produksi, antara lain untuk industri ban, sarung tangan, ban vulkanisir, dan lain-lain. Sebagian besar diekspor dalam bentuk mentah, yaitu

crumb rubber (karet remah), ribbed smooked sheets (RSS), dan lateks pekat (Muhammad, 2015).

Sejak dekade 1980 hingga saat ini, permasalahan karet Indonesia adalah rendahnya produktivitas dan mutu karet yang dihasilkan (Damanik, et al., 2010). Perbaikan produktivitas dapat dicapai dengan mempersiapkan bahan tanaman berupa batang atas dan batang bawah yang berkualitas baik. Menurut Abbas dan

(2)

kombinasi batang atas dan batang bawah menampilkan potensi produksi dan karakter unggul lain secara maksimal karena perbedaan tingkat juvenilitas.

Microcutting merupakan salah satu teknik mikropropagasi tanaman berbasis kultur in vitro dan telah berhasil diaplikasikan untuk perbanyakan tanaman karet asal biji (seedling) dengan menggunakan tunas aksilar sebagai eksplan. Keuntungan teknik tersebut adalah terbukanya peluang untuk menghasilkan batang bawah klonal yang selama ini belum pernah ada pada tanaman karet. Penggunaan batang bawah klonal akan meningkatkan keseragaman pertanaman karet di lapang, karena klon batang atas didukung oleh batang bawah yang sama dan lebih seragam, dibandingkan dengan batang bawah asal biji yang digunakan saat ini (Haris et al., 2009). Di era tahun 1980-an, perbanyakan bahan tanam karet melalui kultur in vitro banyak dilakukan di CIRAD (France Agricultural Research Centre for International Development) Perancis, menggunakan dua macam teknik, yaitu somatik embriogenesis dan in vitro microcutting. Khusus untuk teknik in vitro microcutting keberhasilan dicapai dengan menggunakan eksplan yang berasal dari tanaman seedling muda (Haris, 2013).

(3)

yang ditambahkan dalam media pada penelitian ini adalah Naphtalene-3-acetic acid (NAA) sedangkan golongan sitokininnya adalah Benzylamino purine (BAP). Pemberian hormon BAP dan NAA pada perbanyakan tanaman karet secara in vitro telah banyak dilakukan sebelumnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Harahap et al. (2014) menyatakan pemberian kombinasi BAP dan NAA pada media MS menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap persentase munculnya tunas, jumlah tunas, panjang tunas dan umur munculnya tunas, dengan hasil terbaik pada perlakuan A5(BAP 1 mg/l + NAA 0 mg/l). Sedangkan menurut Sundari et al. (2014) pemberian kombinasi konsentrasi BAP dan NAA pada media WPM berpengaruh terhadap persentase eksplan membentuk tunas. Persentase eksplan hidup tertinggi juga terdapat pada perlakuan A3 (0.5 mg/l BAP + 0.25 mg/l NAA) yaitu sebesar 73.33%. Persentase ekplan membentuk tunas tertinggi yaitu pada perlakuan A3 (0.5 mg/l BAP + 0.25 mg/l NAA) yaitu dengan rataan sebesar 73.33.

Media yang cocok untuk tanaman tahunan menurut (Mariska dan

Ragapadmi, 2001; Nursetiadi, 2008) adalah media WPM. Sedangkan media Murashige dan Skoog (MS) dapat digunakan pada hampir semua jenis kultur. Keistimewaan medium MS adalah kandungan nitrat, kalium dan ammoniumnya yang tinggi, dan jumlah hara anorganiknya yang layak untuk memenuhi kebutuhan banyak sel tanaman dalam kultur (Wetter dan Constabel, 1991).

Perbanyakan tanaman secara in vitro telah banyak dilakukan dengan mengkaji zat pengatur tumbuh, macam eksplan maupun media. Pada tanaman

(4)

jumlah tunas dan jumlah daun terbanyak (Hanifah, 2008). Pada tanaman

Anthurium plowmanii Croat., eksplan nodus batang memberikan hasil lebih baik dibandingkan eksplan akar maupun daun. Zat pengatur tumbuh BAP 0,3 ppm + NAA 0,3 ppm yang terkandung dalam media pada eksplan nodus batang menghasilkan kalus terbaik yang berdiferensiasi menjadi akar dan tunas (Rahmaniar, 2007). Menurut Kholida (2007) pada tanaman Adenium obesum

Roem. Dan Schult., menunjukkan bahwa eksplan tunas apikal + BAP 2 ppm + IAA 1,5 ppm dapat tumbuh menjadi kalus kemudian berdiferensiasi menjadi tunas (Purwanto, 2008).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan mikropropagasi tanaman karet secara in vitro terhadap beberapa komposisi media dengan bagian eksplan yang berbeda yaitu tunas pucuk dan nodus.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh jenis eksplan tanaman karet dan komposisi media terhadap pertumbuhan dan perkembangan tunas mikro tanaman karet. Hipotesis Penelitian

- Ada perbedaan pertumbuhan dan perkembangan tunas mikro tanaman

karetpada beberapa komposisi media.

- Ada perbedaan pertumbuhan dan perkembangan tunas mikro tanaman

karetpada jenis eksplan.

- Ada interaksi perbedaan pertumbuhan dan perkembangan tunas mikro tanaman

(5)

Kegunaan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan minat ibu hamil trimester III dalam melakukan pregnancy massage di Wilayah Kerja Puskesmas

ungkapan yang mengandung isim maushul Pemahaman konsep dengan sistem diskusi, presentasi power point Tadribat lughawiyy ah Kualitas hasil penugasan , keaktifan,

This operation has allowed the definition of a topographic net that, during the data processing phase, allowed the georeferencing of all the scans obtained with

In consideration of the spatial resolution of these sensors and the size of the target, with the aid of data measured with optical sensor onboard GF-1

Kawasan Cagar ALam dan Hutan Alam Sekunder KPH Kendal di atas memiliki nilai konservasi dan nilai keanekaragaman biodiversity yang tinggi masuk dalam NKT 1.1.. Macan Tutul (

Bagi Masyarakat yang mempunyai saran, Masukan dan keluhan atas pengelolaan hutan yang dilakukan pihak Perum Perhutani KPH Kendal bisa langsung melalui :.. Surat dan dikirimkan

After the early calibration validation phase, which confirmed the temperature accuracy of observed data, CIRC data has been available to the public January 2015 onward..

[r]