• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori 2.1.1 IPA

2.1.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA

Kata “pembelajaran” adalah terjemahan dari “instruction”, istilah ini dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media, seperti bahan-bahan cetak, program televisi, gambar, dan lain sebagainya, sehingga semua itu mendorong peranan guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar serta menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. (Sanjaya W. , 2006 hal 102) Gagne dan Briggs yang dikutip dalam Fauziah (2011) mendefinisikan istilah pembelajaran sebagai suatu rangkaian events (kejadian, peristiwa, keadaan,dan sebagainya) yang secara sengaja dirancang untuk mempengaruhi pelajar sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah.

Ilmu pengetahuan alam, yang sering disebut juga dengan istilah pendidikan sains, disingkat menjadi IPA. Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. (Susanto, 2013, hal 167) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. (Lampiran Permendiknas Nomer 22 tahun 2006).

Hakikat pembelajaran sains dapat dipahami bahwa pembelajaran sains merupakan pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip, proses yang mana dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA dengan kegiatan

(2)

yang dapat memberi pengalaman langsung melalui pengamatan, diskusi, dan penyelidikan sederhana.

2.1.1.2 Tujuan IPA SD

Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) adalah:

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4) Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan

6) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

2.1.1.3 Ruang Lingkup IPA SD

Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut: 1) Makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan

dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2) Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.

3) Energi dan perubahaannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.

4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

(3)

2.1.2 Hasil Belajar

2.1.2.1 Pengertian Belajar

Menurut Hilgard dikutip dalam Sanjaya W (2006,hal 112) belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Belajar bukanlah sekadar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari. (Sanjaya W. , 2006 hal 112). Adapun pengertian belajar menurut W.S. Winkel (2002) dikutip dalam Susanto (2013, hal 4) adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap yang bersifat realtif konstan dan berbekas. Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dengan sengaja dan sadar untuk memperoleh suatu pemahaman konsep atau pengetahuan sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perilaku yang relatif baik. (Susanto, 2013 hal 4)

Dari beberapa pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang sebagai hasil dari proses belajar ditunjukkan dengan berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, penalaran, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada diri individu yang belajar.

2.1.2.2 Hasil Belajar

Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. (Susanto, 2013 hal 5). Sedangkan menurut Hamalik (2002: 155) dikutip dalam Susanto (2013, hal 4) hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari

(4)

tidak tahu menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya. Definisi hasil belajar menurut Dimyati & Mudjiono (2006) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

Dari uraian pengertian hasil belajar di atas dapat ditarik pengertian hasil belajar yaitu hasil belajar mengacu pada perubahan siswa setelah melakukan proses kegiatan belajar yang dapat dinyatakan dalam bentuk skor. Hasil belajar diperoleh setelah siswa mengalami berbagai kegiatan belajar yang menyebabkan adanya perubahan di dalam dirinya, hasil belajar tersebut dapat di ukur dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes.

2.1.2.3 Faktor –faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Walisman (2007) dikutip dalam Susanto (2013 hal 12 – 18) , hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal. Secara perinci, uraian mengenai faktor internal dan eksternal, sebagai berikut:

1. Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi :

a) Kecerdasan

Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh tubuh yang lain. Kemampuan kecerdasan seseorang sangat mempengaruhi terhadap cepat lambatnya penerimaan informasi serta terpecahkan atau tidaknya suatu permasalahan. Kecerdasan siswa sangat membantu pengajar untuk menentukan apakah siswa itu mampu mengikuti pelajaran yang diberikan dan untuk meramalkan keberhasilan siswa setelah mengikuti pelajaran.

(5)

b) Kesiapan atau Kematangan

Kesiapan atau kematangan adalah tingkat perkembangan di mana individu atau organ-organ sudah berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam proses belajar, kematangan atau kesiapan ini sangat menentukan keberhasilan dalam belajar tersebut. Oleh karena itu, setiap upaya belajar akan lebih berhasil jika dilakukan bersamaan dengan tingkat kematangan individu, karena kematangan ini erat hubungannya dengan masalah minat dan kebutuhan siswa.

c) Bakat Anak

Menurut Chaplin (2001), yang dimaksud dengan bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

d) Motivasi Belajar

Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, movere, yang berarti menggerakkan. WS. Winkel (1987) berpendapat bahwa motivasi adalah penggerak yang telah menjadi aktif. Sementara itu, Donald menjelaskan bahwa motivasi adalah suatu perubahan tenaga di dalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam mencapi tujuan.

e) Minat

Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

f) Kondisi kesehatan dan fisik

Pertama adalah faktor kesehatan. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Proses belajar akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu. Kedua adalah cacat tubuh. Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh. Cacat ini dapat berupa : buta, tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh dan lain-lain. Jika ini terjadi maka belajar akan terganggu.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal berasal dari luar diri peserta didik yang memengaruhi hasil belajar seperti:

(6)

a) Keluarga

Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang morat-marit keadaan ekonominya, perhatian kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-hari berperilaku yang kurang baik dari orang tua dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.

b) Masyarakat

Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak penganguran dan anak telantar juga dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa.

c) Sekolah

Sekolah merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan hasil belajar siswa. Semakin tinggi kemampuan belajar siswa dan kualitas pengajaran di sekolah, maka semakin tinggi pula hasil belajar siswa.

2.1.3 Keaktifan

Keaktifan berasal dari kata aktif, aktif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya giat bekerja, giat berusaha, sedangkan arti kata keaktifan adalah hal atau di mana siswa dapat aktif. Menurut Sudjana (2001:72) dikutip dalam Hartanto (2011) keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dalam:

1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; 2) Terlibat dalam pemecahan masalah;

3) Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya;

4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah;

5) Melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal; serta 6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh.

Keaktifan siswa dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus dipahami, disadari dan dikembangkan oleh setiap guru dalam proses pembelajaran. Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosi dan fisik. Siswa merupakan manusia

(7)

belajar yang aktif dan selalu ingin tahu. Aunurrahman (2009: 119) dikutip dalam Hartanto (2011) berpendapat bahwa daya keaktifan yang dimiliki anak secara kodrati itu akan dapat berkembang ke arah yang positif saat lingkungannya memberikan ruang yang baik untuk perkembangan keaktifan itu.

Melalui indikator keaktifan siswa, guru dapat melihat apakah siswa telah melakukan aktivitas belajar yang diharapkan atau tidak. Keaktifan belajar tidak semata-mata muncul karena siswa tetapi guru juga harus berusaha untuk memunculkan suasana belajar yang aktif sehingga siswa dapat terpacu untuk aktif dalam belajar.

2.1.4 Strategi Pembelajaran

Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal. J.R. David (1976) dikutip dalam Sanjaya W (2006, hal 126). Jadi, dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Uno (2007, hal 2) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih serta digunakan oleh pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat dicapai di akhir kegiatan. Sementara itu, Dick dan Carey (1985) dikutip dalam Sanjaya W (2006, hal 126) berpendapat bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.

Memperhatikan beberapa pengertian strategi pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih oleh pengajar untuk menyampaikan materi guna mencapai tujuan pendidikan tertentu.

2.1.5 Strategi Pembelajaran Pajangan Peta Konsep (Concept Mapping Display )

Strategi pembelajaran pajangan peta konsep (Concept Mapping Display) merupakan salah satu strategi pembelajaran inovatif yang dapat

(8)

membantu siswa dalam mengorganisasikan informasi yang diterima oleh siswa, sehingga siswa akan lebih aktif dalam membangun pengetahuan yang dimilikinya dan memproses informasi melalui memajang atau memvisualisasikan hasil karya siswa selama proses pembelajaran. Display atau pajangan merupakan sebarisan objek, visual dan materi cetakan. Sebagaian besar display menyertakan informasi deskriptif mengenai objek atau visual yang ditampilkan. Perakitan display yang menarik bisa sebagai pengalaman belajar yang memotivasi, itu bisa merangsang ingatan mengenai materi dan mempertajam kemampuan visual.

2.1.6 Pajangan Peta Konsep (Concept Mapping Display) 2.1.6.1 Pengertian Peta Konsep (Concept Mapping)

Sutrisno & Kartono (2007, hal 5.26) peta konsep adalah teknik visual untuk menunjukkan struktur informasi yaitu bagaimana konsep-konsep dalam suatu domain tertentu saling berhubungan. Peta konsep ini dibuat berdasarkan teori Ausable tentang belajar yang bermakna yang menekankan bahwa hasil belajar tentang suatu pengetahuan yang baru dipengaruhi oleh pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Pengetahuan yang baru menjadi bermakna apabila secara substantif berkaitan dengan kerangka pengetahuan sebelumnya. Pengetahuan yang baru bukan „tempelan‟ tambahan bagi pengetahuan sebelumnya. Peta konsep dapat memvisualisasikan kerangka berpikir seseorang dan juga menyebabkan pengetahuan awal seseorang lebih terlihat. Menurut DePorter, dkk. (2000) dikutip dalam Harianto (2009) bahwa metode mencatat yang baik harus membantu kita mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan pemahaman terhadap materi, membantu mengorganisasi materi, dan memberikan wawasan baru, peta konsep memungkinkan terjadinya semua itu. Sedangkan menurut Trianto (2007: 159) dikutip dalam Elfida (2013) peta konsep adalah ilustrasi grafis konkret yang mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsep-konsep lain pada kategori yang sama. Peta konsep-konsep dapat merupakan suatu skema atau ringkasan dari hasil belajar.

(9)

2.1.6.2 Ciri Peta Konsep (Concept Mapping)

Untuk membuat peta konsep, siswa dilatih untuk mengidentifikasi ide-ide kunci yang berhubungan dengan suatu topik atau materi, yang menghubungankan ide-ide kunci tersebut dalam suatu pola logis. Agar pemahaman terhadap peta konsep lebih jelas, maka Dahar (1989) yang dikutip oleh Harianto (2009) mengemukakan ciri-ciri peta konsep sebagai berikut:

(1) Peta konsep atau pemetaan konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi, apakah itu bidang studi fisika, kimia, biologimatematika. Dengan menggunakan peta konsep, siswa dapat melihat bidang studi itu lebih jelas dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna.

(2) Suatu peta konsep merupakan gambar dua dimensi dari suatu bidang studi, atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang dapat memperlihatkan hubungan-hubungan proporsional antara konsep-konsep.

(3) Tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama. Ini berarti ada konsep yang lebih inklusif dari pada konsep-konsep yang lain.

(4) Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep tersebut. 2.1.6.3 Langkah-langkah Peta Konsep (Concept Mapping)

Strategi peta konsep adalah meminta siswa membuat suatu gambar atau diagram tentang konsep-konsep utama yang saling berhubungan, yang ditandai dengan garis panah, dan di setiap garis panah ditulis lavel yang membunyikan bentuk hubungan antar konsep-konsep utama itu. (Sekar Ayu Aryani, 2002). Dahar (1988) dikutip dalam Harianto (2009) memberikan langkah-langkah dalam membuat peta konsep sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep.

2) Mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide utama.

(10)

4) Kelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara visual menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama. 2.1.6.4 Keunggulan Peta Konsep (Concept Mapping)

Bagi Guru:

1) Pemetaan konsep dapat menolong guru mengorganisir seperangkat pengalaman belajar secara keseluruhan yang akan disajikan.

2) Pemetaan konsep merupakan cara terbaik menghadirkan materi pelajaran, hal ini disebabkan peta konsep adalah alat belajar yang tidak menimbulkan efek verbal bagi siswa, karena siswa dengan mudah melihat, membaca dan mengerti makna yang diberikan. 3) Pemetaan konsep menolong guru memilih aturan pengajaran

berdasarkan kerangka kerja yang hierarki, hal ini mengingat banyak materi pelajaran yang disajikan dalam urutan yang acak.

4) Membantu guru meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengajarannya.

Bagi Siswa:

1) Pemetaan konsep merupakan cara belajar yang mengembangkan proses belajar bermakna, yang akan meningkatkan pemahaman siswa dan daya ingat belajarnya.

2) Dapat meningkatkan keaktifan dan kreatifitas berpikir siwa, hal ini menimbulkan sikap kemandirian belajar yang lebih pada siswa. 3) Mengembangkan struktur kognitif yang terintegrasi dengan baik,

yang akan memudahkan belajar.

4) Dapat membantu siswa melihat makna materi pelajaran secara lebih komprehensif dalam setiap komponen konsep-konsep dan mengenali hubungan antara konsep-konsep berikut.

2.1.6.5 Kelemahan Peta Konsep (Concept Mapping)

1) Kurang menanamkan sifat kerjasama antar siswa.

2) Diperlukan waktu yang cukup lama dalam menyusun peta konsep. 3) Sulit menentukan kata-kata untuk menghubungkan konsep yang satu

(11)

Untuk mengatasi kelemahan tersebut dalam pembuatan peta konsep peneliti membentuk kelompok, sehingga siswa bekerja sama dalam pembuatan tugas di dalam kelompok, selain itu siswa bekerja sama membuat peta konsep secara berpasangan. Diperlukan waktu yang cukup lama untuk menyusun peta konsep, namun dengan menyederhanakan lembar aktivitas siswa dan menjelaskan serta memberi contoh untuk membuat peta konsep waktu yang diperlukan akan relatif lebih cepat. Siswa diminta untuk membaca materi dan memahaminya, sehingga dapat mengkaitan konsep-konsep dalam peta konsep.

2.1.6.6 Pajangan atau Display

Sebuah display atau pajangan merupakan barisan objek, visual dan materi cetakan. Sebagaian besar display menyertakan informasi deskriptif mengenai objek atau visual yang ditampilkan. Display dapat berfungsi sebagai alat untuk membuat catatan pembelajaran melalui tempelan informasi untuk menjelaskan suatu konsep.

2.1.6.7 Langkah – Langkah Pajangan Peta Konsep (Concept Mapping Display)

Pajangan peta konsep ini menggabungkan antara peta konsep dengan pajangan, yaitu menggunakan strategi peta konsep yang kemudian hasil pekerjaan siswa dipajang di kelas.

1) Mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep.

2) Mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide utama.

3) Tempatkan ide-ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut. 4) Kelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara

visual menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama. 5) Memajang hasil diskusi menggunakan papan pajangan.

(12)

2.2 Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang penggunaan peta konsep untuk meningkatkan hasil belajar serta kreativitas siswa yang pernah dilakukan oleh Saifudin (2012) dalam Upaya Peningkatan Hasil Belajar dan Kreativitas Siswa melalui Pembelajaran Peta Konsep pada mata pelajaran IPS Kelas V SDN Tuntang 02 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa rancangan peta konsep dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar serta kreativitas siswa kelas V SDN Tuntang 02 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun Pelajaran 2011/2012. Hal ini dapat ditunjukan dari peningkatan prosetase siswa yang tuntas dalam belajar hanya 43,75% dan setelah adanya tindakan pada siklus I meningkat menjadi 71,88% dan pada siklus II mengalami peningkatan lagi 90,62%. Begitu juga dengan kreativitas siswa yang ditandai dengan meningkatnya tingkat flesibilitas berfikir siswa, panjang akal, berani berpendapat, rasa ingint tahu yang cukup besar.

Penelitian yang dilakukan oleh Meliyawati (2012) dalam Pengaruh Penggunaan Stategi Belajar Peta Konsep (Concept Mapping) Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV Semester II SD Negeri Gedong 02 Kecamatan Banyubiru Tahun Pelajaran 2011/2012.Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penggunaan strategi belajar peta konsep (Concept Mapping) berpengaruh terhadap motivasi dan hasil belajar IPA pada pokok bahasan energi alternatif. Kesimpulan ini didukung oleh rata-rata nilai posttest hasil belajar siswa kelas eksperimen sebesar 83,33, sedangkan kelompok kontrol sebesar 65,64 dengan selisih sebesar 17,69, nilai t hitung > t tabel (4,267 > 2,060) dan signifikansi (0,000 < 0,05) dan rata-rata jumlah posttest angket motivasi kelas eksperimen sebesar 55,07, sedangkan kelas kontrol sebesar 37,54 dengan selisih sebesar 17,53, nilai t hitung > t tabel (9,941 > 2,060) dan signifikansi (0,000 < 0,05), maka ada pengaruh yang sangat signifikan dalam penggunan strategi belajar peta konsep (concept mapping) pada kelas eksperimen dengan yang tidak pada kelas kontrol.

(13)

2.3 Kerangka Pikir

Wiriaatmaja (2009) mengatakan bahwa peneliti sebaiknya menyusun kerangka pemikiran setelah fokus permasalahan terbentuk. Berikut adalah bagan kerangka pikir penelitian ini :

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Pikir PTK

2.4. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir tersebut, maka Hipotesis Tindakan dalam penelitian ini adalah: Penerapan strategi pembelajaran pajangan peta konsep (Concept Mapping Display) diduga dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA pada siswa kelas III SDN Tegalrejo 04 Salatiga.

Kondisi Awal : Pembelajaran IPA menggunakan strategi yang kurang inovatif dan hasil belajar siswa belum mencapai KKM

Tindakan:

Penggunaan strategi pembelajaran pajangan peta konsep (Concept Mapping Display) sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran Kondisi Akhir: Keaktifan dan Hasil belajar siswa meningkat.

Referensi

Dokumen terkait

Langkah-langkah dalam pengecekkan televisi yang rusak adalah sebagai berikut , Pertama yang harus dilakukan adalah memeriksa bagian catu dayanya, apakah sudah ada tegangan yang

Banke so zelo ranljive in izpostavljene pranju denarja, saj omogočajo zelo hiter prenos sredstev, zato je tudi nadzor bank na področju preprečevanja pranja denarja nujen in

Seftriakson merupakan antibiotik profilaksis yang paling sering digunakan pada kasus bedah digestif sebelum (13,13 DDD/100 pasien hari) dan setelah pembuatan PPAB (11,18

Langkah pertama bertujuan untuk memahami peran dari infrastruktur yang ada untuk nantinya dilakukan analisa infrastruktur pada pengembangan KMS yang akan diterapkan. Berikut

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi HPMC K4M – amilum kulit pisang agung dan konsentrasi natrium bikarbonat terhadap mutu fisik tablet dan

JSA dibuat dengan konsep bahwa bahaya dari masing-masing langkah kerja dikenali agar prosedur kerja yang aman dapat disusun dan tindakan pengendalian bahaya dapat

Pembangunan koperasi sebagai lembaga ekonomi rakyat yang ber­ watak sosial harus semakin dikembangkan dan diperkuat khususnya dalam bidang organisasi dan manajemen dalam

Jawab : iya betul, di LP kita tidak mencantumkan tujuan, namun sudah bisa dilhat dari indikator yang susunannya ABCD. Indikator harus menggambarkan secara lengkap. i) Apa