• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan kasus Demam Tifoid pada Anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan kasus Demam Tifoid pada Anak"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 BAB 1

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang di

disebsebababkan kan ololeh eh SaSalmlmononellella a tytyphphi. i. PePenynyakakit it inini i diditatandndai ai ololeh eh papananas s yayangng  berkepanjangan,

 berkepanjangan, ditopang ditopang dengan dengan bakteremia bakteremia tanpa tanpa keterlibatan keterlibatan struktur struktur  endotelial atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam sel endotelial atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam sel fag

fagosiosit t monmononuonukleklear ar dardari i hathati, i, limlimpa, pa, kelkelenjenjar ar limlimfe fe usuusus, s, dan dan PeyPeyer’s patch.er’s patch. Beb

Beberaperapa a termterminoinologlogi i lain lain yayang ng erat erat kaikaitantannya nya adaadalah lah demdemam am parparatifatifoid oid dandan demam enter

demam enterik. Demam paratifik. Demam paratifoid secara patolooid secara patologik gik maupumaupun klinis adalah saman klinis adalah sama de

dengngan an demdemam am titifofoid id namnamun un bibiasaasanynya a lelebibih h riringnganan, , pepenynyakakit it inini i bibiasaasanynyaa disebabkan oleh

disebabkan oleh spesies spesies Salmonella enteriditis, sedangkan Salmonella enteriditis, sedangkan demam enterik ddemam enterik dipakaiipakai  baik pada demam tifoid maupun dem

 baik pada demam tifoid maupun demam paratifoid.am paratifoid.11

stilah typhoid berasal dari kata !unani typhos. "erminologi ini dipakai stilah typhoid berasal dari kata !unani typhos. "erminologi ini dipakai  pada

 pada penderita penderita yang yang mengalami mengalami demam demam disertai disertai kesadaran kesadaran yang yang terganggu.terganggu. Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena  penyebarannya

 penyebarannya berkaitan berkaitan erat erat dengan dengan urbanisasi, urbanisasi, kepadatan kepadatan penduduk, kesependuduk, kesehatanhatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar higiene industri lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar higiene industri  pengolahan makanan yang m

 pengolahan makanan yang masih rendah.asih rendah.

Bad

Badan an #es#esehatehatan an DunDunia ia $%&$%&'( '( memmemperperkirkirakan akan jumjumlah lah kaskasus us demdemamam tifoid di seluruh dunia mencapai 1)*++ juta dengan --*)-- ribu kematian tiap tifoid di seluruh dunia mencapai 1)*++ juta dengan --*)-- ribu kematian tiap tahunnya. Demam tifoid merupakan penyakit infeksi menular yang dapat terjadi tahunnya. Demam tifoid merupakan penyakit infeksi menular yang dapat terjadi  pada

 pada anak anak maupun maupun deasa. deasa. /nak merupakan /nak merupakan yang yang paling paling rentan rentan terkena terkena demamdemam tifoid, alaupun gejala yang dialami anak lebih ringan dari deasa. Di hampir  tifoid, alaupun gejala yang dialami anak lebih ringan dari deasa. Di hampir  semua daerah endemik, insidensi demam tifoid banyak terjadi pada anak usia *10 semua daerah endemik, insidensi demam tifoid banyak terjadi pada anak usia *10 tahun.

tahun.

1

(2)
(3)

BAB 2 BAB 2 STATUS PASIEN STATUS PASIEN 1 1.. AANNAAMMNNEESSIISS A.

A. IdIdenentititatass 1(

1( ddenentititatas Pass Pasieienn  2ama

 2ama 3 /n3 /n. S. S 4

4mmuurr 3 3   ttaahhuunn /lamat

/lamat 3 3 5ikulak, 5ikulak, aledaled Pendidikan

Pendidikan 3 3 "# "#  66eenniis s ##eellaammiinn 3 3 77aakkii**llaakkii S

Suukkuu 3 3 66aaaa /gama

/gama 3 3 slamslam "a

"anggal pemeriksaan 3 nggal pemeriksaan 3 tanggal 1 /pril -1) jam -8.-- %Btanggal 1 /pril -1) jam -8.-- %B (

( dedentitntitas as oraorang ng tua tua paspasienien  2ama ayah

 2ama ayah 3 "n. 9 3 "n. 9  4

4mmuurr 3 3 ++: : ttaahhuunn /lamat

/lamat 3 3 cikulak, cikulak, aledaled Pendidikan

Pendidikan :: S;/S;/ Pekerjaan

Pekerjaan 3 3 irasastairasasta &ubungan

&ubungan 3 ayah 3 ayah kandungkandung  2ama bu

 2ama bu 3 2y. 3 2y. "" 4

4mmuurr 3 3 ++< < ttaahhuunn /lamat

/lamat 3 3 cikulak, cikulak, aledaled Pendidikan

Pendidikan :: SDSD Pekerjaan

Pekerjaan 3 3 9"9" &ubungan

&ubungan 3 bu 3 bu kandungkandung B.

B. KeKeluluhahan n UtUtamamaa Demam

Demam

C.

C. i!i!a"a"at Penat Pen"a#"a#it Se#it Se#a$aa$an%n% Pasien datang

Pasien datang diantar kedua orang diantar kedua orang tuanya dengan tuanya dengan keluhan keluhan demamdemam sejak 1- hari yang lalu. Pada minggu pertama, demam timbul perlahan, sejak 1- hari yang lalu. Pada minggu pertama, demam timbul perlahan, demam meningkat pada sore hingga malam hari dan menurun saat pagi demam meningkat pada sore hingga malam hari dan menurun saat pagi te

tetatapi pi sesekakaranrang g dedemam mam teterurus s memenenerurus s titingnggigi. . DemDemam am titidak dak didisersertataii menggigil. #eluhan ini disertai dengan nyeri perut, mual, muntah 1= berisi menggigil. #eluhan ini disertai dengan nyeri perut, mual, muntah 1= berisi makan

makanan, batuk berdahak  an, batuk berdahak  hari lalu hari lalu , , lemas, pusinglemas, pusing, , kerinkeringat dingin dangat dingin dan nafsu makan menurun. #eluhan ini tidak disertai dengan pilek, mimisan, nafsu makan menurun. #eluhan ini tidak disertai dengan pilek, mimisan, gusi berdarah. B/B dan B/# tidak ada keluhan.

gusi berdarah. B/B dan B/# tidak ada keluhan. 2

(4)

Pasien sempat dibaa ke

Pasien sempat dibaa ke doktdokter er dan mendapat obat sirup penurundan mendapat obat sirup penurun  panas

 panas yang yang di di minum minum + + kali kali sehari sehari dengan dengan dosis dosis 1 1 > > cth cth dan dan obat obat sirupsirup  batuk yang diminum

 batuk yang diminum + kali + kali seharu dengan seharu dengan dosis ? dosis ? cth . cth . Demam dikatakanDemam dikatakan turun dengan pengg

turun dengan penggunaan obat penurun panas tersebut unaan obat penurun panas tersebut tetapi naik setelahtetapi naik setelah  beberapa

 beberapa jam. jam. #arena #arena keluhan keluhan demam demam yang yang tidak tidak juga juga turun turun serta serta batuk batuk   berdahak

 berdahak dan dan nafsu nafsu makan makan berkurang, berkurang, maka maka orang orang tua tua pasien pasien membaamembaa  pasien ke 9S4D %

 pasien ke 9S4D %aled.aled.

D.

D. i!i!a"a"at Pat Pen"en"a#ia#it Dat Dahulhuluu

Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien juga menyangk

Pasien juga menyangkal al pernah masuk rumah sakit pernah masuk rumah sakit sebelum ini. 9iayatsebelum ini. 9iayat  batuk

 batuk lama lama dengan dengan pengobatan pengobatan selama selama ) ) bulan bulan disangkal. disangkal. 9iayat 9iayat alergialergi makanan dan obat di sangkal.

makanan dan obat di sangkal. E.

E. i!i!a"a"at Peat Pen"an"a#it Ke#it Kelualua$%a$%a /n

/nggggotota a kekeluluararga ga dadan n lilingngkukungngan an seksekititar ar yayang ng saksakit it dedengnganan keluhan yang sama di sangkal.

keluhan yang sama di sangkal. &

&.. i!i!a"a"at at tutum'um'uh #h #emem'an'an%% - @

- @ + b+ bululanan 3 b3 berereaeaksksi di dan man menengogoceceh sh spopontntanan +

+ @ @ ) ) bulan bulan 3 3 mulai mulai memegang memegang benda benda disekitarnyadisekitarnya )

) @ @ 0 0 bulan bulan 3 3 mulai mulai dapat dapat membalikan membalikan tubuhtubuh 0

0 @ @ 1 1 bulan bulan 3 3 mencoba mencoba bisa bisa dudukduduk 1 *

1 * 18 bulan 18 bulan 3 mecoba 3 mecoba berdiri dan berdiri dan berjalan dengan berjalan dengan bantuanbantuan 18 @

18 @ < bulan < bulan 3 sudah mulai 3 sudah mulai bisa berjalan sendiribisa berjalan sendiri < @

< @ +) b+) bulanulan 3 mula3 mulai berjai berjalan lelan lebih lbih lamaama (.

(. i!i!a"a"at at ImuImunisnisasiasi

munisasi

munisasi //al al 4langan4langan

&ep. B &ep. B B5A B5A DP"*&B DP"*&B Polio Polio 5ampak 5ampak 4sia 1 hari 4sia 1 hari 4sia 1 bulan 4sia 1 bulan 4sia  bulan 4sia  bulan 4sia 1 bulan 4sia 1 bulan 4sia 0 bulan 4sia 0 bulan

4sia + dan < bulan 4sia + dan < bulan 4sia ,+ dan < bulan 4sia ,+ dan < bulan

H.

H. i!a"i!a"at #eat #ehamilhamilan daan dan )e$n )e$salinsalinanan

bu pasien rutin memeriksakan kehamilanya ke bidan sebanyak < kali dan bu pasien rutin memeriksakan kehamilanya ke bidan sebanyak < kali dan mendapat imunisasi ""  = dan tidak

mendapat imunisasi ""  = dan tidak mengalami penyulitmengalami penyulit I.

I. i!i!a"a"at at )e$)e$inainatal tal dan dan )*s)*st nt nataatall

Pasien lahir normal di tolong bidan lahir cukup bulan $+8 minggu(, lahir  Pasien lahir normal di tolong bidan lahir cukup bulan $+8 minggu(, lahir  tanpa penyulit, langsung menangis dan BB7 +.+-- gr.

tanpa penyulit, langsung menangis dan BB7 +.+-- gr. 2.

(5)

#eadaan umum 3 tampak sakit sedang

#esadaran 3 5;

"anda * tanda vital 3 "ekanan darah 3 0-:- mm&g

2adi 3 0) =menit, regular, isi kuat Crekuensi 2apas 3 < =menit

Suhu 3 +0,+ -5 Status antopometri • BB 3 10 kg • "B 3 1-8 cm Status gii 3 • BB4 3 SD E 1 $Aii baik( • "B4 3 SD E - $normal( • BB"B 3 SD E - $normal( • B;4 3 SD E  $normal(

#epala 3 bentuk kepala normocephal, masa $*(, edema $*(, deformitas $*(

;ata 3 konjungtiva anemis $FF(, sclera ikterik $**(, reflek   pupil direk $FF( isokor 

"elinga 3 simetris, 5/G tenangtenang, ;" intake, serumen ** &idung 3 deviasi *, P5&*, 52 tenangtenang, secret **

;ulut 3 bibir sianosis $*(, perdarahan $*(, tifoid tongue $F( "enggorok 3 orofaring, uvula tenang, "1*"1 tdk hiperemis

7eher 3 pembesaran #AB $*(, pembesaran kelenjar tiroid $*( "horaks 3

• /nterior 3

nspeksi 3 normotorak, simetris, retraksi $*(, lesi $*( Palpasi 3 2" *, ekspansi pernapasan simetris

Perkusi 3 sonor di semua lapang paru

/uskultasi 3 5or B61 dan B6 reguler, ; $*(, A $*(

  Pulmo Vesikular Breath Sound disemua lapang  paru, ronkhi $**(, heing $**(

/bdomen 3

inspeksi 3 datar, supel, lesi $*( auskultasi 3 B4$F( normal

 perkusi 3 timpani di semua regio

palpasi 3 2" di regio epigastrium dan hipokondrium sinistra , hepatosplenomegali $*(, ginjal tidak teraba

(6)

Gkstremitas 3

Superior 3 akral hangat, 59" E + detik, Gdema $**( nferior 3 akral hangat, 59" E + detik, Gdema $**( #ulit 3 petekie $*(, lesi $*(

+. ESUME

Pasien laki*laki usia  tahun diantar kedua orang tuanya dengan keluhan demam sejak 1- hari yang lalu. Pada minggu pertama, demam timbul perlahan, demam meningkat pada sore hingga malam hari dan menurun saat pagi tetapi sekarang demam terus menerus tinggi. #eluhan disertai dengan nyeri perut, mual, muntah 1= berisi makanan, batuk berdahak  1 minggu lalu , lemas, pusing, keringat dingin dan nafsu makan menurun. Pasien sudah berobat ke dokter dan mendapat obat penurun panas dan obat  batuk yang di minum + kali sehari dan setelah diobati keluhan tidak membaik.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu febris, konjungtiva anemis, tifoid tongue, serta palpasi abdomen terdapat nyeri tekan di regio epigastrium dan hipokondrium sinistra.

,. DIA(N-SIS BANDIN(

a. Demam "ifoid F anemia susp. Defisiensi besi  b. D&C F anemia susp. Defisiensi besi

. PEMEIKSAAN PENUN/AN( a. 7aboratorium 1( Darah rutin &emoglobin ), gr H &ematokrit 10 H "rombosit 110.--- mm+ 7eukosit .<-- mm+ ;5I :) mikro m+ ;5&  pg ;5&5 + gdl Gritrosit .<-- mm Gosinophil - H Basophil -H  2eutrofil batang 1 H

(7)

 2eutrofil segmen +- H 7imfosit + H ;onosit 1)H "B5 +) umol7 Kimia Klini#  ron ,+ umol7 ( %idal "est • S. "yphi ' 3 Positif 1+-• S. "yphi & 3 Positif 1+-• S. Paratyphi /*' 3 2egatif  • S. Paratyphi /*& 3 2egatif  • S. Paratyphi B*' 3 2egatif  • S. Paratyphi B*& 3 2egatif  • S. Paratyphi 5*' 3 2egatif  • S. Paratyphi 5*& 3 2egatif 

+( munoserologi

• /nti Dengue g; 3 2egatif  • /nti Dengue gA 3 2egatif 

<( ;orfologi Darah "epi

• Gritrosit

 2ormosit

 2ormokrom sebagian hipokrom anisopoikilositosis $elliptocyte, mikrosit(  2ormoblast $F( • 7ekosit 6umlah kurang Aranular to=ic $F( &ipersegmentasi $F( 7imfosit atipik $F( • "rombosit 6umlah kurang Aiant thrombocyte $F( • #esan /nemia sedang

(8)

"anda adanya infeksi intraseluler $F( 7eukopenia, trombositopenia

0. DIA(N-SIS KE/A

Demam "ifoid F anemia susp.defisiensi Besi . TEAPI

a. 2on medikamentosa * Bed rest

* Diet makanan lunak yang mudah dicerna  b. ;edikamentosa

* ICD 97 8 ccjam J 1+0 cchari 1- kg pertama < cc = 1- kg J <- cc 1- kg kedua  cc = 0 kg J 18 cc

"otal 8 cc

* Santagesik +=-- mg I bila suhu lebih dari +8 -c

* 9anitidin =- mg I * 'ndancentron = mg I * /mbro=ol syr += 1 cth Dosis 1,*1,) mgkg bbhari 1, mg = 10 kg J ,8 mg hari 1 cth J 1 ml /mbro=ol syrup J 1 > cth * 5efota=im <=:-- mg I

Dosis 1-*-- mgkghari dibagi dalam +*< dosis 10 kg K 1- mg J 8- mg hari dibagi < J :-- mg * "ransfusi P95 10- cc

* nj. Curosemid 10 mg di akhir transfusi P95 * Ce 1=1 tab

* 5ek darah rutin ulang post transfusi . P-(N-SIS

* Luo ad vitam 3 ad bonam

* Luo ad sanationam 3 dubia * Luo ad functionam 3 ad bonam

(9)

BAB +

TIN/AUAN PUSTAKA

A. De3inisi

Demam tifoid atau typhus abdominalis merupakan penyakit infeksi sistemik terutama mengenai sistem retikuloendotelial, jaringan limfoid intestinal, dan kantung empedu, yang disebabkan oleh kuman basil gram negatif Salmonella typhi maupun Salmonella paratyphi.

Demam tifoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh Salmonella typhi $%idoyo, --8(.

Demam tifoid merupakan penyakit endemik di ndonesia. Demam tifoid adalah penyakit demam sistemik akut generalisata yang disebabkan oleh Salmonella typhi, biasanya menyebar melalui ingesti makanan dan air yang

(10)

terkontaminasi, ditandai dengan bakteremia berkepanjangan serta invasi oleh  patogen dan multifikasinya dalam sel*sel fagosit mononuklear pada hati, limpa,

kelenjar getah bening, dan plak Peyeri di ileum $Sudoyo, dkk. --)(.

B. E)idemi*l*%i

Besarnya angka pasti kasus demam tifoid di dunia sangat sulit ditentukan karena penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spektrum klinis yang sangat luas. Data %orld &ealth 'rganiation $%&'( tahun --+ memperkirakan terdapat sekitar 1: juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi )--.--- kasus kematian tiap tahun.< Di negara berkembang,

kasus demam tifoid dilaporkan sebagai penyakit endemis dimana 0H merupakan kasus raat jalan sehingga insidensi yang sebenarnya adalah 1* kali lebih besar dari laporan raat inap di rumah sakit. Di ndonesia kasus ini tersebar secara merata di seluruh propinsi dengan insidensi di daerah pedesaan +81--.--- penduduktahun dan di daerah perkotaan :)-1--.--- penduduk tahun atau sekitar )--.--- dan 1. juta kasus per tahun. 4mur penderita yang terkena di ndonesia dilaporkan antara +*10 tahun pada 01H kasus.+

Salmonella typhi dapat hidup didalam tubuh manusia $manusia sebagai natural reservoir(. ;anusia yang terinfeksi Salmonella typhi  dapat mengekskresikannya melalui sekret saluran nafas, urin, dan tinja dalam jangka aktu yang sangat bervariasi. Salmonella typhi yang berada diluar tubuh manusia dapat hidup untuk beberapa minggu apabila berada didalam air, es, debu, atau kotoran yang kering maupun pada pakaian. /kan tetapi S. "yphi hanya dapat hidup kurang dari 1 minggu pada ra seage, dan mudah dimatikan dengan klorinasi dan pasteurisasi $temp )+M5(.1

"erjadinya penularan Salmonella typhi sebagian besar melalui minumanmakanan yang tercemar oleh kuman yang berasal dari penderita atau  pembaa kuman, biasanya keluar bersama @ sama dengan tinja $melalui rute

oral fekal J jalurr oro*fekal(.

Dapat juga terjadi transmisi transplasental dari seorang ibu hamil yang  berada dalam bakteremia kepada bayinya. Pernah dilaporkan pula transmisi

(11)

oro*fekal dari seorang ibu pembaa kuman pada saat proses kelahirannya kepada bayinya dan sumber kuman berasal dari laboratorium penelitian.1

C. Eti*l*%i

Salmonella typhi sama dengan Salmonella yang lain adalah bakteri Aram negatif, mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob. ;empunyai antigen somatic $'( yang terdiri dari oligosakarida, flagelar antigen $&( yang terdiri dari protein dan envelope antigen $#( yang terdiri dari polisakarida. ;empunyai makromolekuler  lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari dinding sel dan dinamakan endotoksin. Salmonella typhi juga dapat memperoleh plasmid faktor*9 yang berkaitan dengan resistensi terhadap multipel antibiotik. Bakteri Salmonella typhi mempunyai beberapa komponen antigen yaitu 3

1. /ntigen dinding sel $o( merupakan polisakarida dan bersifat spesifik grup . /ntigen flagella $&( yg merupakan kompnen protein berada dlm

flagella,bersifat spesifik spesies.

+. /ntigen virulen $Ii( merupakan polisakarida,berada di kapsul.Berhubungan dengan daya invasif bakteri dan efektifitas vaksin. Gndotoksin merupakan  bagian terluar dinding sel terdiri dari 3

a. antigen ' yg sdh dilepaskan  b. lipopolisakarida

c. lipid /.

#etiga antigen tadi di tubuh akan membentuk antibodi aglutinin.

<. Outer Membran Protein :

a. /ntigen ini merupakan bagian dari dinding sel terluar

 b. Cungsinya sebagai barier fisik yg mengendalikan masuknya at dan cairan ke dlm membran sitoplasma

c. Sebagai reseptor untuk bakteriofag N bakteriosid

D. Pat*%enesis

Patogenesis demam tifoid melibatkan < proses kompleks yang mengikuti ingesti organism, yaitu3 1( penempelan dan invasi sel* sel pada Peyer Patch, (  bakteri bertahan hidup dan bermultiplikasi dalam makrofag Peyer Patch, nodus

(12)

retikuloendotelial +( bakteri bertahan hidup di dalam aliran darah, <( produksi enterotoksin yang meningkatkan kadar c/;P di dalam kripta usus dan meningkatkan permeabilitas membrane usus sehingga menyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke dalam lumen intestinal.

;asuknya kuman Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi ke dalam tubuh manusia terjadi melalui makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman dimusnahkan dalam lambung karena suasana asam di l ambung $p& E (  banyak yang mati namun sebagian lolos masuk ke dalam usus dan berkembang  biak dalam peyer patch dalam usus. 4ntuk diketahui, jumlah kuman yang masuk dan dapat menyebabkan infeksi minimal berjumlah 1- dan jumlah bisa

saja meningkat bila keadaan lokal pada lambung yang menurun seperti aklorhidria, post gastrektomi, penggunaan obat* obatan seperti antasida, &*  bloker, dan Proton Pump nhibitor.

Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus tepatnya di jejnum dan ileum. Bila respon imunitas humoral mukosa usus $g/( kurang baik maka kuman akan menembus sel* sel epitel $sel*; merupakan selnepitel khusus yang yang melapisi Peyer Patch, merupakan port de entry dari kuman ini( dan selanjutnya ke lamina propria. Di lamina propria kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel* sel fagosit terutama makrofag. #uman dapat hidup dan  berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya dibaa ke  peyer patch di

ileum distal dan kemudian kelenjar getah bening mesenterika.

Selanjutnya melalui ductus thoracicus, kuman yang terdapat dalam makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah $mengakibatkan bakteremia  pertama yang sifatnya asimtomatik( dan menyebar ke seluruh organ 9etikuloendotelial tubuh terutama hati dan 7impa. Di organ* organ 9GS ini kuman meninggalkan sel* sel fagosit dan kemudian berkembang biak di luar  sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya kembali masuk ke sirkulasi sistemik  yang mengakibatkan bakteremia kedua dengan disertai tanda* tanda dan gejala infeksi sistemik.

(13)

Di dalam hepar, kuman masuk ke dalam kandung empedu, berkembang  biak, dan bersama cairan empedu diekskresikan secara Ointermitten ke dalam

lumen usus. Sebagian kuman dikeluarkan bersama feses dan sebagian masuk  lagi ke dalam sirkulasi setelah menembus usus. Proses yang sama terulang kembali, berhubung makrofag telah teraktivasi dan hiperaktif maka pada saat fagositosis kuman Salmonella terjadi beberapa pelepasan mediator inflamasi yang selanjutnya akan menimbulkan gejala reaksi inflamasi sistemik seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, diare diselingi konstipasi, sampai gangguan mental dalam hal ini adalah delirium. Pada anak* anak  gangguan mental ini biasanya terjadi seaktu tidur berupa mengigau yang terjadi dalam + hari berturut* turut.1,<

Dalam Peyer Patch makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi hiperplasi  jaringan $S. typhi intra makrofag menginduksi reaksi hipersensitivitas tipe lambat, hyperplasia jaringan dan nekrosis organ(. Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah sekitar peyer patch yang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasi akibat akumulasi sel* sel mononuclear di dinding usus.

Proses patologis jaringan limfoid ini dapat berkembang hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan dapat mengakibatkan perforasi. Gndoto=in dapat menempel di reseptor sel endotel kapiler dengan akibat timbulnya komplikasi seperti gangguan neuropsikiatrik, kardiovaskuler, respirasi, dan gangguan organ lainnya.

Peran endotoksin dalam pathogenesis demam tifoid tidak jelas, hal tersebut terbukti dengan tidak terdeteksinya endotoksin dalam sirkulasi  penderita melalui pemeriksaan limulus. Diduga endotoksin dari salmonella typhi ini menstimulasi makrofag di dalam hepar, lien, folikel usus halus dan kelenjar limfe mesenterika untuk memproduksi sitokin dan at* at lain. Produk dari makrofag inilah yang dapat menimbulkan kelainan anatomis

(14)

seperti nekrosis sel, sistem vaskuler, yang tidak stabil, demam, depresi sumsum tulang, kelainan pada darah dan juga menstimulasi sistem imunologis.1,<

Bagan .1 Patogenesis Demam "ifoid

E. Mani3estasi Klinis

;anifestasi klinis pada anak umumnya bersifat lebih ringan, lebih  bervariasi bila dibandingkan dengan penderita deasa. Bila hanya berpegang  pada gejala atau tanda klinis, akan lebih sulit untuk menegakkan diagnosis demam tifoid pada anak, terutama pada penderita yang lebih muda, seperti  pada tifoid kongenital ataupun tifoid pada bayi.

(15)

;asa inkubasi rata*rata bervariasi antara : @ - hari, dengan masa inkubasi terpendek + hari dan terpanjang )- hari. Dikatakan baha masa inkubasi mempunyai korelasi dengan jumlah kuman yang ditelan, keadaan umumstatus gii serta status imunologis penderita.1,<,

%alupun gejala demam tifoid pada anak lebih bervariasi, secara garis  besar gejala*gejala yang timbul dapat dikelompokkan 3

 Demam satu minggu atau lebih.

 Aangguan saluran pencernaan

 Aangguan kesadaran

Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada umumnya, seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi. Pada pemeriksaan fisik, hanya didapatkan suhu  badan yang meningkat. Setelah minggu kedua, gejala tanda klinis menjadi makin jelas, berupa demam remiten, lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa,  perut kembung mungkin disertai ganguan kesadaran dari yang ringan sampai  berat.

Demam yang terjadi pada penderita anak tidak selalu tipikal seperti  pada orang deasa, kadang*kadang mempunyai gambaran klasik berupa  stepwise pattern, dapat pula mendadak tinggi dan remiten $+0 @ <1o 5( serta

dapat pula bersifat ireguler terutama pada bayi yang tifoid kongenital.

7idah tifoid biasanya terjadi beberapa hari setelah panas meningkat dengan tanda*tanda antara lain, lidah tampak kering, diolapisi selaput tebal, di  bagian belakang tampak lebih pucat, di bagian ujung dan tepi lebih kemerahan. Bila penyakit makin progresif, akan terjadi deskuamasi epitel sehingga papila lebih prominen.

9oseola lebih sering terjadi pada akhir minggu pertama dan aal minggu kedua. ;erupakan suatu nodul kecil sedikit menonjol dengan diameter   @ < mm, berarna merah pucat serta hilang pada penekanan. 9oseola ini merupakan emboli kuman yang didalamnya mengandung kuman salmonella, dan terutama didapatkan di daerah perut, dada, kadang*kadang di bokong, ataupun bagian fleksor lengan atas.

(16)

7impa umumnya membesar dan sering ditemukan pada akhir minggu  pertama dan harus dibedakan dengan pembesaran karena malaria. Pembesaran

limpa pada demam tifoid tidak progresif dengan konsistensi lebih lunak.

9ose spot, suatu ruam makulopapular yang berarna merah dengan ukuran 1 @  mm, sering kali dijumpai pada daerah abdomen, toraks, ekstremitas dan punggung pada orang kulit putih, tidak pernah dilaporkan ditemukan pada anak ndonesia. 9uam ini muncul pada hari ke : @ 1- dan  bertahan selama  *+ hari.1,<,

&. Pene%a#an Dia%n*sis 1. Anamnesis

Aejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan dengan penderita deasa. ;aas tunas rata*rata 1-*- hari. !ang tersingkat < hari jika infeksi terjadi melalui makanan,sedangkan yang terlama sampai +- hari jika infeksi melalui minuman. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodormal, yaitu perasaan tidak enak   badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat. #emudian

menyusul gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu 3

a. Demam

Pada kasus*kasus yang khas, demam berlangsung + minggu. Bersifat febris remiten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur*angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun  pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua, penderita terus berada dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu badan berangsur*angsur turun dan normal kembali  pada kahir minggu ketiga

 b. Aangguan saluran pencernaan

Pada mulut terdapat nafas berbau tak sedap. Bibir kering dan pecah*  pecah $ragaden(. 7idah ditutupi selaput putih kotor, ujung tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan

(17)

keadaan perut kembung. &ati dan limfa membesar disertai nyeri pada  perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi, akan tetapi mungkin pula

normal, bahkan dapat terjadi diare.

c. Aangguan kesadaran

4mumnya kesadaran penderita menurun alaupun tidak berapa dalam, yaitu apatis sampai somnolen. 6arang terjadi sopor, koma dan gelisah.

2. Peme$i#saan &isi# 

Pada anak, periode inkubasi demam tifoid antara @<- hari dengan rata*rata antara 1-@<- hari. Aejala klinis demam tifoid sangat bervariasi, hal tersebut dapat terjadi disebabkan oleh faktor galur Salmonella, status nutrisi dan imunologik penjamu, serta lama sakit di rumahnya. Penampilan demam pada kasus demam tifoid mempunyai istilah khusus yaitu  step-ladder temperature chart   yang ditandai dengan demam timbul insidius, kemudian naik secara bertahap tiap harinya dan mencapai titik tertinggi  pada akhir minggu pertama. Setelah itu demam akan bertahan tinggi. Pada minggu ke*<, demam turun perlahan secara lisis. Demam lebih tinggi saat sore dan malam hari dibandingkan dengan pagi harinya.

Pada minggu pertama, gejala klinisnya yaitu demam, nyeri kepala,  pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasidiare, perasaan tidak 

enak di perut, batuk, dan epistaksis.Dalam minggu ke*, gejala telah lebih  jelas, yaitu berupa demam, bradikardia relatif $peningkatan suhu 1o5 tidak 

diikuti dengan peningkatan denyut nadi 8 kali per menit(, lidah yang  berselaput, hepatomegali, splenomegali, meteroismus, ganguan mental  berupa somnolen, stupor, koma, delirium, dan psikosis.

+. Peme$i#saan )enun4an%

Pemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis demam tifoid dibagi dalam empat kelompok, yaitu 3

1. Pemeriksaan darah tepi

Pada demam tifoid sering disertai anemia dari yang ringan sampai sedang dengan peningkatan laju endap darah, gangguan eritrosit normokrom normositer, yang diduga karena efek toksik supresi sumsum tulang atau perdarahan usus. "idak selalu ditemukan leukopenia, diduga

(18)

leukopenia disebabkan oleh destruksi leukosit oleh toksin dalam  peredaran darah. Sering hitung leukosit dalam batas normal dan dapat  pula leukositosis, terutama bila disertai komplikasi lain. "rombosit  jumlahnya menurun, gambaran hitung jenis didapatkan limfositosis relatif, aneosinofilia, dapat shift to the left ataupun shift to the right  bergantung pada perjalanan penyakitnya. SA'" dan SAP" seringkali meningkat, tetapi akan kembali menjadi normal setelah sembuh. #enaikan SA'" dan SAP" tidak memerlukan penanganan khusus.

Aambaran sumsum tulang menunjukkan normoseluler, eritroid dan mieloid sistem normal, jumlah megakariosit dalam batas normal.1,<,)

. 4ji serologis

4ji serologis digunakan untuk membantu menegakkan di agnosis demam tifoid dengan mendeteksi antibodi spesifik terhadap komponen antigen S. typhi maupun mendeteksi antigen itu sendiri. Iolume darah yang diperlukan untuk uji serologis ini adalah 1*+ m7 yang diinokulasikan ke dalam tabung tanpa antikoagulan.

;etode pemeriksaan serologis imunologis ini dikatakan mempunyai nilai penting dalam proses diagnostik demam tifoid. /kan tetapi masih didapatkan adanya variasi yang luas dalam sensitivitas dan spesifisitas pada deteksi antigen spesifik S. typhi oleh karena tergantung  pada jenis antigen, jenis spesimen yang diperiksa, teknik yang dipakai untuk melacak antigen tersebut, jenis antibodi yang digunakan dalam uji $poliklonal atau monoklonal( dan aktu pengambilan spesimen $stadium dini atau lanjut dalam perjalanan penyakit(.)

Beberapa uji serologis yang dapat digunakan pada demam tifoid ini meliputi 3

a( 4ji %idal

4ji serologi standar yang rutin digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap kuman S.typhi yaitu uji %idal. 4ji telah digunakan sejak tahun 180). Pada uji %idal terjadi reaksi aglutinasi antara antigen kuman S.typhi dengan antibodi yang disebut aglutinin. Prinsip uji %idal adalah serum penderita dengan pengenceran yang

(19)

 berbeda ditambah dengan antigen dalam jumlah yang sama. 6ika  pada serum terdapat antibodi maka akan terjadi aglutinasi. Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan aglutinasi menunjukkan titer antibodi dalam serum.

;aksud uji idal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita tersangka demam tifoid yaituQ

1. /glutinin ' $dari tubuh kuman( . /glutinin & $flagel kuman( +. /glutinin Ii $simpai kuman(.

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin ' dan & yang digunakan untuk diagnosis demam tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan terinfeksi kuman ini.

Pada demam tifoid mula*mula akan terjadi peningkatan titer  antibodi '. /ntibodi & timbul lebih lambat, namun akan tetap menetap lama sampai beberapa tahun, sedangkan antibodi ' lebih cepat hilang. Pada seseorang yang telah sembuh, aglutinin ' masih tetap dijumpai setelah <*) bulan, sedangkan aglutinin & menetap lebih lama antara 0 bulan @  tahun. /ntibodi Ii timbul lebih lambat dan biasanya menghilang setelah penderita sembuh dari sakit. Pada  pengidap S.typhi, antibodi Ii cenderung meningkat. /ntigen Ii  biasanya tidak dipakai untuk menentukan diagnosis infeksi, tetapi

hanya dipakai untuk menentukan pengidap S.typhi.

Di ndonesia pengambilan angka titer ' aglutinin R 1<-dengan memakai uji idal slide aglutination $prosedur pemeriksaan membutuhkan aktu < menit( menunjukkan nilai ramal positif  0)H. /rtinya apabila hasil tes positif, 0)H kasus benar sakit demam tifoid, akan tetapi apabila negatif tidak menyingkirkan. Banyak  senter mengatur pendapat apabila titer ' aglutinin sekali periksa R 1-- atau pada titer sepasang terjadi kenaikan < kali maka diagnosis demam tifoid dapat ditegakkan. /glutinin & banyak dikaitkan dengan pasca imunisasi atau infeksi masa lampau, sedang Ii

(20)

aglutinin dipakai pada deteksi pembaa kuman S. typhi $karier(. Banyak peneliti mengemukanan baha uji serologi idal kurang dapat dipercaya sebab dapat timbul positif palsu pada kasus demam tifoid yang terbukti biakan darah positif.

/da  faktor yang mempengaruhi uji %idal yaitu faktor yang  berhubungan dengan penderita dan faktor teknis.

 Caktor yang berhubungan dengan penderita, yaitu

1. Pengobatan dini dengan antibiotik, pemberian kortikosteroid.

. Aangguan pembentukan antibodi. +. Saat pengambilan darah.

<. Daerah endemik atau non endemik. . 9iayat vaksinasi.

). 9eaksi anamnesik, yaitu peningkatan titer aglutinin pada infeksi bukan demam akibat infeksi demam tifoid masa lalu atau vaksinasi.

 Caktor teknik, yaitu

1. /kibat aglutinin silang.

. Strain Salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen. +. "eknik pemeriksaan antar laboratorium.

Beberapa keterbatasan uji %idal ini adalah3

  2egatif Palsu

Pemberian antibiotika yang dilakukan sebelumnya $ini kejadian  paling sering di negara kita, demam @ kasih antibiotika @ nggak sembuh dalam  hari @ tes %idal( menghalangi respon antibodi.

Padahal sebenarnya bisa positif jika dilakukan kultur darah.

 Positif Palsu

Beberapa jenis serotipe Salmonella lainnya $misalnya S.  paratyphi /, B, 5( memiliki antigen ' dan & juga, sehingga

(21)

menimbulkan reaksi silang dengan jenis bakteri lainnya, dan  bisa menimbulkan hasil positif palsu $false positive(.

Padahal sebenarnya yang positif kuman non S. typhi $bukan tifoid(.

 b( "es "4BGK

"es "4BGKT merupakan tes aglutinasi kompetitif semi

kuantitatif yang sederhana dan cepat $kurang lebih  menit( dengan menggunakan partikel yang berarna untuk meningkatkan sensitivitas. Spesifisitas ditingkatkan dengan menggunakan antigen '0 yang benar*benar spesifik yang hanya ditemukan pada Salmonella serogrup D. "es ini sangat akurat dalam diagnosis infeksi akut karena hanya mendeteksi adanya antibodi g; dan tidak  mendeteksi antibodi gA dalam aktu beberapa menit.

%alaupun belum banyak penelitian yang menggunakan tes "4BGKT ini, beberapa penelitian pendahuluan menyimpulkan

 baha tes ini mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang lebih baik  daripada uji %idal. Penelitian oleh 7im dkk $--( mendapatkan hasil sensitivitas 1--H dan spesifisitas 1--H.1 Penelitian lain

mendapatkan sensitivitas sebesar :8H dan spesifisitas sebesar 80H.0

"es ini dapat menjadi pemeriksaan yang ideal, dapat digunakan untuk pemeriksaan secara rutin karena cepat, mudah dan sederhana, terutama di negara berkembang.)

/da < interpretasi hasil 3

 Skala *+ adalah 2egatif Borderline. "idak menunjukkan infeksi demam tifoid. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan ulang +* hari kemudian.

(22)

 Skala  ) adalah positif. ndikasi kuat infeksi demam tifoid Penggunaan antigen -0 7PS memiliki sifat* sifat sebagai berikut3

 mmunodominan yang kuat

 Bersifat thymus independent tipe 1, imunogenik pada bayi $antigen Ii dan & kurang imunogenik( dan merupakan mitogen yang sangat kuat terhadap sel B.

 Dapat menstimulasi sel limfosit B tanpa bantuan limfosit " sehingga respon antibodi dapat terdeteksi lebih cepat.

 7ipopolisakarida dapat menimbulkan respon antibodi yang kuat dan cepat melalui aktivasi sel B via reseptor sel B dan reseptor  yang lain.

 Spesifitas yang tinggi $0-H( dikarenakan antigen -0 yang jarang ditemukan baik di alam maupun diantara mikroorganisme

#elebihan pemeriksaan menggunakan tes "4BGK 3

 ;endeteksi infeksi akut Salmonella

 ;uncul pada hari ke + demam

 Sensifitas dan spesifitas yang tinggi terhadap kuman Salmonella

 Sampel darah yang diperlukan relatif sedikit

 &asil dapat diperoleh lebih cepat c( ;etode enzyme immunoassay $G/( D'"

4ji serologi ini didasarkan pada metode untuk melacak  antibodi spesifik g; dan gA terhadap antigen ';P - kD S. typhi. Deteksi terhadap g; menunjukkan fase aal infeksi pada demam tifoid akut sedangkan deteksi terhadap g; dan gA menunjukkan demam tifoid pada fase pertengahan infeksi. Pada daerah endemis dimana didapatkan tingkat transmisi demam tifoid yang tinggi akan terjadi peningkatan deteksi gA spesifik akan tetapi tidak dapat membedakan antara kasus akut, konvalesen dan reinfeksi. Pada metode Typhidot-M  yang merupakan modifikasi dari metode

(23)

Typhidot  telah dilakukan inaktivasi dari gA total sehingga

menghilangkan pengikatan kompetitif dan memungkinkan  pengikatan antigen terhadap g ; spesifik.

Penelitian oleh Puraningsih dkk $--1( terhadap -: kasus demam tifoid baha spesifisitas uji ini sebesar :).:<H dengan sensitivitas sebesar 0+.1)H, nilai prediksi positif sebesar 8.-)H dan nilai prediksi negatif sebesar 01.))H.1) Sedangkan penelitian oleh

Aopalakhrisnan dkk $--( pada 1<< kasus demam tifoid mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar 08H, spesifisitas sebesar  :).)H dan efisiensi uji sebesar 8<H. Penelitian lain mendapatkan sensitivitas sebesar :0H dan spesifisitas sebesar 80H.

4ji dot G/ tidak mengadakan reaksi silang dengan salmonellosis non*tifoid bila dibandingkan dengan %idal. Dengan demikian bila dibandingkan dengan uji %idal, sensitivitas uji dot G/ lebih tinggi oleh karena kultur positif yang bermakna tidak  selalu diikuti dengan uji %idal positif. Dikatakan baha Typhidot- M  ini dapat menggantikan uji %idal bila digunakan bersama dengan

kultur untuk mendapatkan diagnosis demam tifoid akut yang cepat dan akurat.

Beberapa keuntungan metode ini adalah memberikan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi dengan kecil kemungkinan untuk terjadinya reaksi silang dengan penyakit demam lain, murah $karena menggunakan antigen dan membran nitroselulosa sedikit(, tidak menggunakan alat yang khusus sehingga dapat digunakan secara luas di tempat yang hanya mempunyai fasilitas kesehatan sederhana dan belum tersedia sarana biakan kuman. #euntungan lain adalah baha antigen pada membran lempengan nitroselulosa yang  belum ditandai dan diblok dapat tetap stabil selama ) bulan bila disimpan pada suhu <M5 dan bila hasil didapatkan dalam aktu +  jam setelah penerimaan serum pasien.)

(24)

d( ;etode enzyme-linked immunosorbent assay $G7S/(

4ji Gnyme*7inked mmunosorbent /ssay $G7S/( dipakai untuk melacak antibodi gA, g; dan g/ terhadap antigen 7PS '0, antibodi gA terhadap antigen flagella d $&d( dan antibodi terhadap antigen Ii S. typhi. 4ji G7S/ yang sering dipakai untuk mendeteksi adanya antigen S. typhi dalam spesimen klinis adalah double antibody sandwich G7S/. 5haicumpa dkk $100( mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar 0H pada sampel darah, :+H pada sampel feses dan <-H pada sampel sumsum tulang. Pada penderita yang didapatkan S. typhi  pada darahnya, uji G7S/ pada sampel urine didapatkan sensitivitas )H pada satu kali pemeriksaan dan 0H  pada pemeriksaan serial serta spesifisitas 1--H.18 Penelitian oleh

Cadeel dkk $--<( terhadap sampel urine penderita demam tifoid mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar 1--H pada deteksi antigen Ii serta masing*masing <<H pada deteksi antigen '0 dan antigen &d. Pemeriksaan terhadap antigen Ii urine ini masih memerlukan  penelitian lebih lanjut akan tetapi tampaknya cukup menjanjikan, terutama bila dilakukan pada minggu pertama sesudah panas timbul, namun juga perlu diperhitungkan adanya nilai positif juga pada kasus dengan Brucellosis.)

e( Pemeriksaan dipstik 

4ji serologis dengan pemeriksaan dipstik dikembangkan di Belanda dimana dapat mendeteksi antibodi g; spesifik terhadap antigen 7PS S. typhi dengan menggunakan membran nitroselulosa yang mengandung antigen S. typhi sebagai pita pendeteksi dan antibodi g; anti-human immobilized sebagai reagen kontrol. Pemeriksaan ini menggunakan komponen yang sudah distabilkan, tidak memerlukan alat yang spesifik dan dapat digunakan di tempat yang tidak mempunyai fasilitas laboratorium yang lengkap.

<,-Penelitian oleh Aasem dkk $--( mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar )0.8H bila dibandingkan dengan kultur sumsum tulang dan 8).H bila dibandingkan dengan kultur darah dengan spesifisitas

(25)

sebesar 88.0H dan nilai prediksi positif sebesar 0<.)H.-  Penelitian

lain oleh smail dkk $--( terhadap +- penderita demam tifoid mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar 0-H dan spesifisitas sebesar  0)H.1 Penelitian oleh &atta dkk $--( mendapatkan rerata

sensitivitas sebesar ).+H yang makin meningkat pada pemeriksaan serial yang menunjukkan adanya serokonversi pada penderita demam tifoid. 4ji ini terbukti mudah dilakukan, hasilnya cepat dan

dapat diandalkan dan mungkin lebih besar manfaatnya pada  penderita yang menunjukkan gambaran klinis tifoid dengan hasil kultur negatif atau di tempat dimana penggunaan antibiotika tinggi dan tidak tersedia perangkat pemeriksaan kultur secara luas.)

+. Pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi dan biakan kuman

Diagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan bila ditemukan  bakteri S. typhi dalam biakan dari darah, urine, feses, sumsum tulang, cairan duodenum atau dari rose spots. Berkaitan dengan patogenesis  penyakit, maka bakteri akan lebih mudah ditemukan dalam darah dan sumsum tulang pada aal penyakit, sedangkan pada stadium berikutnya di dalam urine dan feses.

&asil biakan yang positif memastikan demam tifoid akan tetapi hasil negatif tidak menyingkirkan demam tifoid, karena hasilnya tergantung pada beberapa faktor. Caktor*faktor yang mempengaruhi hasil biakan meliputi $1( jumlah darah yang diambilQ $( perbandingan volume darah dari media empeduQ dan $+( aktu pengambilan darah.

Iolume 1-*1 m7 dianjurkan untuk anak besar, sedangkan pada anak kecil dibutuhkan *< m7. Sedangkan volume sumsum tulang yang dibutuhkan untuk kultur hanya sekitar -.*1 m7. Bakteri dalam sumsum tulang ini juga lebih sedikit dipengaruhi oleh antibiotika daripada  bakteri dalam darah. &al ini dapat menjelaskan teori baha kultur 

sumsum tulang lebih tinggi hasil positifnya bila dibandingkan dengan darah alaupun dengan volume sampel yang lebih sedikit dan sudah

(26)

mendapatkan terapi antibiotika sebelumnya. ;edia pembiakan yang direkomendasikan untuk S.typhi adalah media empedu $ !all ( dari sapi dimana dikatakan media Aall ini dapat meningkatkan positivitas hasil karena hanya S. typhi dan S. paratyphi yang dapat tumbuh pada media tersebut.

Biakan darah terhadap Salmonella juga tergantung dari saat  pengambilan pada perjalanan penyakit. Beberapa peneliti melaporkan  biakan darah positif <-*8-H atau :-*0-H dari penderita pada minggu  pertama sakit dan positif 1-*-H pada akhir minggu ketiga. Sensitivitasnya akan menurun pada sampel penderita yang telah mendapatkan antibiotika dan meningkat sesuai dengan volume darah dan rasio darah dengan media kultur yang dipakai. Bakteri dalam feses ditemukan meningkat dari minggu pertama $1-*1H( hingga minggu ketiga $:H( dan turun secara perlahan. Biakan urine positif setelah minggu pertama. Biakan sumsum tulang merupakan metode baku emas karena mempunyai sensitivitas paling tinggi dengan hasil positif  didapat pada 8-*0H kasus dan sering tetap positif selama perjalanan  penyakit dan menghilang pada fase penyembuhan. ;etode ini terutama  bermanfaat untuk penderita yang sudah pernah mendapatkan ter api atau dengan kultur darah negatif sebelumnya. Prosedur terakhir ini sangat invasif sehingga tidak dipakai dalam praktek sehari*hari. Pada keadaan tertentu dapat dilakukan kultur pada spesimen empedu yang diambil dari duodenum dan memberikan hasil yang cukup baik akan tetapi tidak  digunakan secara luas karena adanya risiko aspirasi terutama pada anak. Salah satu penelitian pada anak menunjukkan baha sensitivitas kombinasi kultur darah dan duodenum hampir sama dengan kultur  sumsum tulang.,)

#egagalan dalam isolasibiakan dapat disebabkan oleh keterbatasan media yang digunakan, adanya penggunaan antibiotika,  jumlah bakteri yang sangat minimal dalam darah, volume spesimen

(27)

yang tidak mencukupi, dan aktu pengambilan spesimen yang tidak  tepat.

%alaupun spesifisitasnya tinggi, pemeriksaan kultur mempunyai sensitivitas yang rendah dan adanya kendala berupa lamanya aktu yang dibutuhkan $*: hari( serta peralatan yang lebih canggih untuk  identifikasi bakteri sehingga tidak praktis dan tidak tepat untuk dipakai sebagai metode diagnosis baku dalam pelayanan penderita.

<. Pemeriksaan kuman secara molekuler 

;etode lain untuk identifikasi bakteri S. typhi yang akurat adalah mendeteksi D2/ $asam nukleat( gen flagellin bakteri S. typhi dalam darah dengan teknik hibridisasi asam nukleat atau amplifikasi D2/ dengan cara polymerase chain reaction $P59( melalui identifikasi antigen Ii yang spesifik untuk S. typhi.

Penelitian oleh &aUue dkk $1000( mendapatkan spesifisitas P59  sebesar 1--H dengan sensitivitas yang 1- kali lebih baik daripada  penelitian sebelumnya dimana mampu mendeteksi 1* bakterim7 darah. Penelitian lain oleh ;assi dkk $--+( mendapatkan sensitivitas sebesar )+H bila dibandingkan dengan kultur darah $1+.:H( dan uji %idal $+.)H(.

#endala yang sering dihadapi pada penggunaan metode P59 ini meliputi risiko kontaminasi yang menyebabkan hasil positif palsu yang terjadi bila prosedur teknis tidak dilakukan secara cermat, adanya  bahan*bahan dalam spesimen yang bisa menghambat proses P59 

$hemoglobin dan heparin dalam spesimen darah serta bilirubin dan garam empedu dalam spesimen feses(, biaya yang cukup tinggi dan teknis yang relatif rumit. 4saha untuk melacak D2/ dari spesimen klinis masih belum memberikan hasil yang memuaskan sehingga saat ini penggunaannya masih terbatas dalam laboratorium penelitian.)

(. Panatala#sanaan

1. Medi#ament*sa a( Simptomatik 

(28)

Panas yang merupakan gejala utama pada tifoid dapat diberi antipiretik. Bila mungkin peroral sebaiknya diberikan yang paling aman dalam hal ini adalah Paracetamol dengan dosis 1- mgkgkali minum, sedapat mungkin untuk menghindari aspirin dan turunannya karena mempunyai efek mengiritasi saluran cerna dengan keadaan saluran cerna yang masih rentan kemungkinan untuk diperberat keadaannya sangatlah mungkin. Bila tidak mampu intake peroral dapat diberikan via parenteral, obat yang masih dianjurkan adalah yang mengandung ;ethamiole 2a yaitu antrain atau 2ovalgin.

 b( /ntibiotik

/ntibiotik yang sering diberikan adalah 31,<,

5hloramphenicol, merupakan antibiotik pilihan pertama untuk infeksi tifoid fever terutama di ndonesia. Dosis yang diberikan untuk anak* anak -*1-- mgkghari dibagi menjadi < dosis untuk pemberian intravena biasanya cukup - mgkghari. Diberikan selama 1-*1< hari atau sampai : hari setelah demam turun. Pemberian ntra ;uskuler  tidak dianjurkan oleh karena hidrolisis ester ini tidak dapat diramalkan dan tempat suntikan terasa nyeri. Pada kasus malnutrisi atau didapatkan infeksi sekunder pengobatan diperpanjang sampai 1 hari. #elemahan dari antibiotik jenis ini adalah mudahnya terjadi relaps atau kambuh, dan carier.

5otrimo=aole, merupakan gabungan dari  jenis antibiotika trimetoprim dan sulfameto=aole dengan perbandingan 13. Dosis "rimetoprim 1- mgkghari dan Sulfameto=aole - mgkghari dibagi dalam  dosis. 4ntuk pemberian secara syrup dosis yang diberikan untuk anak <* mgkgkali minum sehari diberi  kali selama  minggu. Gfek samping dari pemberian antibiotika golongan ini adalah terjadinya gangguan sistem hematologi seperti /nemia megaloblastik, 7eukopenia, dan granulositopenia. Dan pada beberapa  2egara antibiotika golongan ini sudah dilaporkan resisten.

(29)

/mpicillin dan /mo=icillin, memiliki kemampuan yang lebih rendah dibandingkan dengan chloramphenicol dan cotrimo=aole. 2amun untuk anak* anak golongan obat ini cenderung lebih aman dan cukup efektif. Dosis yang diberikan untuk anak 1--*-- mgkghari dibagi menjadi < dosis selama  minggu. Penurunan demam biasanya lebih lama dibandingkan dengan terapi chloramphenicol.

Sefalosporin generasi ketiga $5eftria=one, 5efota=im, 5efi=ime(, merupakan pilihan ketiga namun efektifitasnya setara atau bahkan lebih dari 5hloramphenicol dan 5otrimo=aole serta lebih sensitive terhadap Salmonella typhi. 5eftria=one merupakan prototipnya dengan dosis 1-- mgkghari Idibagi dalam 1* dosis $maksimal < gramhari( selama *: hari. /tau dapat diberikan cefota=im 1-*--mgkghari dibagi dalam +*< dosis. Bila mampu untuk sediaan Per oral dapat diberikan 5efi=ime 1-*1 mgkghari selama 1- hari.

Pada demam tifoid berat kasus berat seperti delirium, stupor, koma sampai syok dapat diberikan kortikosteroid I $de=ametasone( + mgkg dalam +- menit untuk dosis aal, dilanjutkan 1 mgkg tiap ) jam sampai <8 jam.

4ntuk demam tifoid dengan penyulit perdarahan usus kadang* kadang diperlukan tranfusi darah. Sedangkan yang sudah terjadi perforasi harus segera dilakukan laparotomi disertai penambahan antibiotika metronidaol.

2. N*n medi#ament*sa a. "irah baring

Seperti kebanyakan penyakit sistemik, istirahat sangat membantu. Pasien harus diedukasi untuk tinggal di rumah dan tidak bekerja sampai  pemulihan.

 b. 2utrisi

Pemberian makanan tinggi kalori dan tinggi protein $"#"P( rendah serat adalah yang paling membantu dalam memenuhi nutrisi penderita

(30)

namun tidak memperburuk kondisi usus. Sebaiknya rendah selulosa $rendah serat( untuk mencegah perdarahan dan perforasi. Diet untuk   penderita demam tifoid, basanya diklasifikasikan atas diet cair, bubur 

lunak, tim, dan nasi biasa. c. 5airan

Penderita harus mendapat cairan yang cukup, baik secara oral maupun parenteral. 5airan parenteral diindikasikan pada penderita sakit  berat, ada komplikasi, penurunan kesadaran serta yang sulit makan. 5airan harus mengandung elektrolit dan kalori yang optimal. #ebutuhan kalori anak pada infus setara dengan kebutuhan cairan rumatannya.

d. #ompres air hangat

;ekanisme tubuh terhadap kompres hangat dalam upaya menurunkan suhu tubuh yaitu dengan pemberian kompres hangat pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke hipotalamus melalui sumsum tulang belakang. #etika reseptor yang peka terhadap panas di hipotalamus dirangsang, sistem efektor mengeluarkan sinyal yang memulai berkeringat dan vasodilatasi perifer. Perubahan ukuran  pembuluh darah diatur oleh pusat vasomotor pada medulla oblongata dari tangkai otak, dibaah pengaruh hipotalamik bagian anterior  sehingga terjadi vasodilatasi. "erjadinya vasodilatasi ini menyebabkan  pembuangan kehilangan energi panas melalui kulit meningkat $berkeringat(, diharapkan akan terjadi penurunan suhu tubuh sehingga mencapai keadaan normal kembali. &al ini sependapat dengan teori yang dikemukakan oleh /den $-1-( baha tubuh memiliki pusat pengaturan suhu "thermore!ulator# di hipotalamus. 6ika suhu tubuh meningkat, maka pusat pengaturan suhu berusaha menurunkannya begitu juga sebaliknya.:

H. P$*%n*sis

Prognosis demam tifoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat kekebalan tubuh, jumlah dan virulensi Salmonella, serta cepat dan tepatnya  pengobatan. /ngka kematian pada anak*anak adalah ,)H dan pada orang

(31)

I. K*m)li#asi

#omplikasi demam tifoid dapat dibagi  bagian 3<

1. #omplikasi pada usus halus a( Perdarahan usus

Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan benidin. 6ika perdarahan banyak terjadi melena dapat disertai nyeri perut dengan tanda @ tanda renjatan.

 b( Perforasi usus

"imbul biasanya pada minggu ketiga atau setengahnya dan terjadi pada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai  peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara dirongga  peritoneum yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara diantara

hati dan diafragma pada foto rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.

c( Peritonitis

Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa  perforasi usus. Ditemukan gejala akut, yaitu nyeri perut yang hebat,

dinding abdomen tegang, dan nyeri tekan. . #omplikasi diluar usus halus

a( Bronkitis dan bronkopneumonia

Pada sebagian besar kasus didapatkan batuk, bersifat ringan dan disebabkan oleh bronkitis, pneumonia bisa merupakan infeksi sekunder dan dapat timbul pada aal sakit atau fase akut lanjut. #omplikasi lain yang terjadi adalah abses paru, efusi, dan empiema.  b( #olesistitis

Pada anak jarang terjadi, bila terjadi umumnya pada akhi minggu kedua dengan gejala dan tanda klinis yang tidak khas, bila terjadi kolesistitis maka penderita cenderung untuk menjadi seorang karier.

c( "yphoid ensefalopati

;erupakan komplikasi tifoid dengan gejala dan tanda klinis  berupa kesadaran menurun, kejang @ kejang, muntah, demam tinggi,  pemeriksaan otak dalam batas normal. Bila disertai kejang @ kejang maka biasanya prognosisnya jelek dan bila sembuh sering diikuti oleh gejala sesuai dengan lokasi yang terkena.

(32)

d( ;eningitis

;enigitis oleh karena Salmonella typhi yang lain lebih sering didapatkan pada neonatusbayi dibandingkan dengan anak, dengan gejala klinis tidak jelas sehingga diagnosis sering terlambat. "ernyata  peyebabnya adalah Salmonella ha$ana dan Salmonella oranembur! . e( ;iokarditis

#omplikasi ini pada anak masih kurang dilaporkan serta gambaran klinis tidak khas. nsidensnya terutama pada anak berumur  : tahun keatas serta sering terjadi pada minggu kedua dan ketiga. Aambaran G#A dapat bervariasi antara lain 3 sinus takikardi, depresi segmen S", perubahan gelombangan , /I blok tingkat , aritmia, supraventrikular takikardi.

f( nfeksi saluran kemih

Sebagian kasus demam tifoid mengeluarkan bakteri Salmonella typhi melalui urin pada saat sakit maupun setelah sembuh. Sistitis maupun pilonefritis dapat juga merupakan penyulit demam tifoid. Proteinuria transien sering dijumpai, sedangkan glomerulonefritis yang dapat bermanifestasi sebagai gagal ginjal maupun sidrom nefrotik mempunyai prognosis yang buruk.

g( #arier kronik 

"ifoid karier adalah seorang yang tidak menunjukkan gejala  penyakit demam tifoid, tetapi mengandung kuman Salmonella typhosa di sekretnya. #arier temporer* ekskresi S.typhi pada feces selama tiga bulan. &al ini tampak pada 1-H pasien konvalesen. 9elapse terjadi pada *1-H pasien biasanya *+ minggu setelah demam mengalami resolusi dan pada isolasi organisme memiliki  bentuk sensivitas yang sama seperti semula. Caktor predisposisi menjadi kronik karier adalah jenis kelamin perempuan, pada kelompok usia deasa, dan cholelithiasis. Pasien dengan traktus urinarius yang abnormal, seperti schistosomiasis, mungkin memgeluarkan bakteri pada urinya dalam aktu yang lama.

(33)

BAB ,

SIMPULAN

Demam tifoid pada anak disebabkan oleh bakteri gram negatif Salmonella typhi yang ditularkan melalui jalur fecal*oral yang mana pada nantinya akan masuk ke saluran cerna dan melakukan replikasi dapal ileum terminal.

Demam tifoid pada anak memiliki gejala yang cukup spesifik berupa demam, gangguan gastro intestinal, dan gangguan saraf pusat. Demam yang terjadi lebih dari : hari terutama pada sore menjelang malam dan turun pada pagi hari. Aejala gastrointestinal bisa terjadi diare yang diselingi konstipasi. Pada cavum oris bisa didapatkan Ti%oid Ton!ue yaitu lidah kotor dengan tepi hiperemi yang mungkin disertai tremor. Aangguan Susunan Saraf Pusat berupa Sindroma 'tak 'rganik, biasanya anak sering mengigau aktu tidur. Dalam keadaan yang  berat dapat terjadi penurunan kesadaran seperti delirium, supor sampai koma.

Diagnosis cukup ditegakkan secara klinis. Pemeriksaan penunjang yang dapat menunjang infeksi Demam "ifoid ini adalah Darah 7engkap, 4ji %idal, atau pemeriksaan serologi khusus yaitu g; dan gA antiSalmonella.

Penatalaksanaan penyakit ini meliputi + pokok utama yaitu3 istirahat dengan tirah baring yang cukup, Diet "inggi #alori "inggi Protein 9endah Serat, dan /ntibiotika yang memiliki efektivitas yang cukup tinggi terhadap kuman Salmonella typhi.

(34)

DA&TA PUSTAKA

1. Soedarmo, Sumarmo S., dkk. Demam tifoid. Dalam 3 Buku ajar infeksi N  pediatri tropis. Gd. . 6akarta 3 Badan Penerbit D/ Q --8. h. ++8*<.

. 9eeki, Sri. Demam tifoid. --8. Diunduh dari http3medicastore.comartikel+8DemamV"ifoidVpadaV/nakV/paVyangVP erluVDiketahui.html.  6anuari -1.

+. Paitro 4G, 2oorvitry ;, Darmoandoo %. Demam "ifoid. Dalam 3 Soegijanto S, Gd. lmu Penyakit /nak 3 Diagnosa dan Penatalaksanaan, edisi 1. 6akarta 3 Salemba ;edika, --31*<+.

<. 9ichard G. Behrman, 9obert ;. #liegman, /nn ;. /rvinQ edisi bahasa ndonesia3 / Samik %ahabQ lmu #esehatan /nak 2elson, ed.1. 6akarta3 GA5 Q ---.

. /lan 9. "umbelaka. Diagnosis dan "ata laksana Demam "ifoid. Dalam Pediatrics 4pdate. 5etakan pertamaQ katan Dokter /nak ndonesia. 6akarta 3 --+. h. *-.

). Prasetyo, 9isky I. dan smoedijanto. ;etode diagnostik demam tifoid pada anak. Surabaya 3 C# 42/9 Q -1-. h. 1*1-.

:. ;ohamad, Catmaati. Gfektifitas kompres hangat dalam menurunkan demam  pada pasien Thypoid &bdominalis di ruang A1 7t. 9S4D Prof. Dr. &. /loei

Saboe #ota Aorontalo. -1. Diunduh dari

http3journal.ung.ac.idfilejurnal6&SIol-2o-1V-8V-1:VCatatyV6&SI ol-2o-1V-8V-1.pdf.  6anuari -1.

8. Dorland. 1008. 'amus Saku 'edokteran (orland )disi *+. 6akarta3 GA5. 0. Aanong, %C. --8. Buku &,ar isiolo!i 'edokteran 6akarta3 GA5.

1-. Aarna &erry, dkk. -1-. Buku &,ar /n%eksi dan Pediatri Tropis )disi 'edua. 6akarta3 Bagian lmu #esehatan /nak C#4.

11. Aunaan, SA, dkk. --:. armakolo!i dan Terapi )disi +. 6akarta3 C#4.

1. ;ansjoer, /rif, dkk. 1000. 'apita Selekta 'edokteran 0ilid 1 )disi 2 . 6akarta3 ;edia /esculapius C#4.

1+. 2asronudin, dkk. --:.  Penyakit /n%eksi di /ndonesia: Solusi 'ini dan Mendatan! . 6akarta3 /irlangga 4niversity Press.

1<. Staf Pengajar C#4. 100<. Mikrobiolo!i 'edokteran. 6akarta3 Bina 9upa /ksara.

1. Sudoyo, /%, dkk. --).  Buku &,ar /lmu Penyakit (alam 0ilid 2 )disi 3. 6akarta3 C#4.

Referensi

Dokumen terkait

-- Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang merupakan reaksi inflamasi akut dinding Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang merupakan reaksi inflamasi

Kontribusi pemikiran dapat diberikan kepada Indonesia adalah hal yang terkait dengan luasnya angkauan objek perkara sengketa pemilu, peraturan dan mekanisme yang mendukung

Mengidentifikasi fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan beberapa teks khusus dalam bentuk surat pribadi dengan memberi dan menerima informasi terkait kegiatan diri

Pengarah Eksekutif Kanannya, Wan Heng Choon, berkata GST juga adalah lebih telus dan seragam berbanding cukai jualan dan perkhidmatan (SST) yang dikenakan ketika ini yang

Hukum Gauss memberikan kemudahan dalam mencari E atau D untuk Hukum Gauss memberikan kemudahan dalam mencari E atau D untuk distribusi muatan yang simetris

Setinggi-tinggi kesyukuran ke hadirat ilahi karena dengan limpah karunia serta inayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat

c. Tersedianya jumlah kamar atau ruangan kediaman yang cukup dengan luas lantai sekurang-kurangnya 6 m2 agar dapat memenuhi kebutuhan penghuninya untuk

Tanbih Mursyid TQN Suryalaya memberikan penegasan dan pemahaman melalui pendidikan sufistiknya kepada seluruh Ikhwan TQN tentang upaya untuk melakukan hubungan