• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... viii BAB 1 PENDAHULUAN... 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... viii BAB 1 PENDAHULUAN... 1"

Copied!
356
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. LATAR BELAKANG ... 1

1.2. DASAR HUKUM PENYUSUNAN RPJMD ... 4

1.3. HUBUNGAN RPJMD DENGAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN LAINNYA ... 6

1.4. SISTEMATIKA PENULISAN ... 6

1.5. MAKSUD DAN TUJUAN ... 8

1.5.1. Maksud ... 8

1.5.2. Tujuan ... 9

BAB 2 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH ... 10

2.1. ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI ... 10

2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah ... 10

2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah ... 30

2.1.3. Kondisi Kebencanaan ... 34

2.1.4. Kondisi Demografi ... 38

2.2. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT ... 43

(3)

2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi ... 43

2.2.1. Fokus Kesejahteraan Masyarakat ... 56

2.2.3. Fokus Seni Budaya Dan Olahraga ... 79

2.3. ASPEK PELAYANAN UMUM ... 82

2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib ... 82

2.3.2. Fokus Layanan Pilihan ... 126

2.4. ASPEK DAYA SAING DAERAH ... 143

2.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah ... 143

2.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur... 146

2.4.3. Iklim Berinvestasi ... 148

2.4.4 Fokus Sumber Daya Manusia ... 149

2.5. Penelaahan Rencana Tata Ruang Wilayah... 152

2.5.1. Telaah Rencana Struktur Ruang ... 152

2.5.2. Telaah Rencana Pola Ruang ... 156

BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA

PENDANAAN ... 165

3.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU ... 166

3.1.1. Kondisi Pendapatan Daerah ... 167

3.1.2. Kondisi Belanja Daerah ... 169

3.1.3. Pembiayaan Daerah ... 173

3.2. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN MASA LALU ... 174

3.2.1. Kebijakan Umum PendapatanDaerah ... 174

3.2.2. Kebijakan Umum Belanja Daerah ... 176

3.3. KERANGKA PENDANAAN ... 183

3.2.1. Pendapatan Daerah ... 183

3.2.2. Belanja Daerah ... 185

(4)

4.1. PERMASALAHAN PEMBANGUNAN DAERAH... 189

4.1.1. Urusan Wajib Pelayanan Dasar ... 190

4.1.2. Urusan Wajib Non Pelayanan Dasar ... 192

4.1.3. Urusan Pilihan ... 195

4.1.4. Urusan Pemerintahan Penunjang ... 197

4.2. ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN DAERAH ... 199

BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN ... 204

5.1. VISI ... 204

5.2. MISI ... 206

5.3. TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN ... 211

5.2.1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Misi Pertama ... 211

5.2.2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Misi Kedua ... 213

5.2.3. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Misi Ketiga ... 215

5.2.4. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Misi Keempat ... 217

5.2.5. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Misi Kelima ... 219

5.2.6. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Misi Keenam ... 220

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN ... 223

6.1. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN MISI PERTAMA ... 223

6.2. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN MISI KEDUA ... 226

6.3. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN MISI KETIGA ... 229

6.4. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN MISI KEEMPAT ... 231

6.5. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN MISI KELIMA ... 232

6.6. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN MISI KEENAM ... 233

BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

... 237

(5)

7.1. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH PADA MISI

PERTAMA ... 237

7.2. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH PADA MISI KEDUA ... 239

7.3. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH PADA MISI KETIGA ... 241

7.4. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH PADA MISI KEEMPAT ... 243

7.5. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH PADA MISI KELIMA ... 244

7.6. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH PADA MISI KEENAM ... 245

BAB 8 INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI

KEBUTUHAN PENDANAAN ... 247

BAB 9 PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH ... 333

BAB 10 PEDOMAN TRANSISI DAN KAEDAH PELAKSANAAN ... 342

10.1 Pedoman Transisi ... 342

10.2. Kaidah Pelaksanaan ... 343

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Luas Wilayah dan Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Tambrauw

Menurut Distrik, 2014 ... 13

Tabel 2.2 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Tambrauw ... 25

Tabel 2.3 Indeks Risiko Bencana di Kabupaten Tambrauw... 35

Tabel 2.4 Jumlah dan Kepadatan Penduduk per km2 Menurut Distrik, 2014 ... 40

Tabel 2.5 Pertumbuhan PDRB AHK Kabupaten Tambrauw Menurut Lapangan Usaha, 2011-2014 (persen) ... 44

Tabel 2.6 Kontribusi PDRB AHB Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Tambrauw, 2011-2014 (persen) ... 46

Tabel 2.7 Perkembangan Inflasi Bulanan di Kabupaten Manokwari, Kota Sorong, dan Provinis Papua Barat, 2012-2014 (persen) ... 50

Tabel 2.8 PDRB Per Kapita Menurut Lapangan Usaha, 2011-2014 ... 51

Tabel 2.9 Komponen IPM Kabupaten Tambrauw dan Provinsi Papua Barat, 2014 .... 70

Tabel 2.10 Jumlah Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan dan Distrik, 2014 ... 85

Tabel 2.11 Jumlah dan Jenis Fasilitas Kesehatan Menurut Distrik, 2014 ... 88

Tabel 2.12 Jumlah dan Jenis Tenaga Kesehatan Menurut Distrik, 2014 ... 90

Tabel 2.13 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Atap, Lantai, dan Dinding Terluas, 2014 ... 100

Tabel 2.14 Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas, Jenis Kloset, dan Tempat Pembuangan Akhir Tinja, 2014 ... 104

Tabel 2.15 Jumlah dan Anggota Koperasi Menurut Distrik, 2014 ... 121

Tabel 2.16 Jumlah Unit Usaha Menurut Jenis Usaha dan Distrik, 2014 ... 123

Tabel 2.17 Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja Industri Kecil Pengolahan Pangan, Kerajinan dan Umum, dan Kimia, Bahan Bangunan, dan Logam Menurut Kelompok Industri, 2014 ... 124

Tabel 2.18 Hasil Kinerja Urusan Statistik Pemerintah Kabupaten Tambrauw, 2011-2015 ... 126

Tabel 2.19 Luas Area dan Produksi Tanaman Perkebunan Utama di Kabupaten Tambrauw, 2011 ... 131

(7)

Tabel 2.21 Jumlah Armada Perikanan Tangkap Menurut Distrik, 2013 ... 139 Tabel 2.22 Jumlah Pelanggan Listrik PLN dan non PLN di Kabupaten Tambrauw Menurut Distrik, 2014 ... 140 Tabel 2.23 Potensi Mineral Logam dan Non Logam di Kabupaten Tambrauw ... 141 Tabel 2.24 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tambrauw Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah), 2010-2014 ... 146 Tabel 2.25 Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya di Kabupaten Tambrauw ... 164 Tabel 3.1. Perkembangan Pendapatan Daerah Kabupaten Tambrauw 2010 -2011 . 168 Tabel 3.2. Perkembangan Belanja Daerah Kabupaten Tambrauw 2010 -2011 ... 170 Tabel 3.3.Proyeksi Pendapatan Daerah Kabupaten Tambrauw 2012 -2016 ... 184 Tabel 3.4.Estimasi Belanja Daerah Kabupaten Tambrauw 2012 -2016 ... 188 Tabel 5.1 Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja Misi Kesatu RPJMD Kabupaten Tambrauw 2012-2016 ... 212 Tabel 5.2. Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja Misi Kedua RPJMD Kabupaten Tambrauw 2012-2016 ... 213 Tabel 5.3 Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja Misi Ketiga RPJMD Kabupaten Tambrauw 2012-2016 ... 215 Tabel 5.4 Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja Misi Keempat RPJMD Kabupaten Tambrauw 2012-2016 ... 217 Tabel 5.5 Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja Misi Kelima RPJMD Kabupaten Tambrauw 2012-2016 ... 219 Tabel 5.3 Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja Misi KeenamRPJMD Kabupaten Tambrauw 2012-2016 ... 221 Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Mewujudkan Misi Kesatu RPJMD Kabupaten Tambrauw2012-2016 ... 223 Tabel 6.2 Strategi dan Arah Kebijakan Mewujudkan Misi Keempat RPJMD Kabupaten Tambrauw 2012-2016 ... 227 Tabel 6.3 Strategi dan Arah Kebijakan Mewujudkan Misi Kelima RPJMD Kabupaten Tambrauw 2012-2016 ... 229 Tabel 6.4 Strategi dan Arah Kebijakan Mewujudkan Misi Kedua RPJMD Kabupaten Tambrauw 2012-2016 ... 231 Tabel 6.5. Strategi dan Arah Kebijakan Mewujudkan Misi Kelima RPJMD Kabupaten Tambrauw 2012-2016 ... 232 Tabel 6.6 Strategi dan Arah Kebijakan Mewujudkan Misi Keenam RPJMD Kabupaten Tambrauw 2012-2016 ... 233

(8)

Tabel 8.1. Indikasi Rencana Program Prioritas Yang Disertai Kerangka Pendanaan Kabupaten Tambrauw Tahun 2012-2016 ... 249 Tabel 9.1. Penetapan Indikator Kinerja Daerah Kabupaten Tambrauw Tahun 2012-2016 ... 334

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Wilayah Administratif Kabupaten Tambrauw ... 12

Gambar 2.2 Persentase Wilayah Menurut Kondisi Topografi ... 14

Gambar 2.3 Persentase Wilayah Menurut Kondisi Kelerengan ... 15

Gambar 2.4 Suhu Udara Minimum, Maksimum, dan Rerata di Kabupaten Tambrauw (ºC), 2014 ... 26

Gambar 2.5 Tekanan Udara di Kabupaten Tambrauw (mbps), 2014 ... 27

Gambar 2.6 Kelembaban Udara di Kabupaten Tambrauw (persen), 2014 ... 27

Gambar 2.7 Kecepatan Angin di Kabupaten Tambrauw (knot), 2014 ... 28

Gambar 2.8 Curah Hujan Bulanan di Kabupaten Tambrauw (mm), 2014 ... 29

Gambar 2.9 Persentase Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan, 2014 ... 30

Gambar 2.10 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tambrauw, 2011-2014 ... 39

Gambar 2.11 Piramida Penduduk Kabupaten Tambrauw, 2014 ... 42

Gambar 2.12 Perkembangan Nilai PDRB dan Pertumbuhan PDRB AHK Kabupaten Tambrauw, 2010-2014 ... 44

Gambar 2.13 Struktur Perekonomian Kabupaten Tambrauw, 2014 (persen) ... 48

Gambar 2.14 Struktur Perekonomian Kabupaten Tambrauw Menurut Lapangan Usaha Primer, Sekunder, dan Tersier, 2010-2014 ... 48

Gambar 2.15 Perkembangan Garis Kemiskinan di Kabupaten Tambrauw, 2010-2014 ... 52

Gambar 2.16 Perkembangan Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Tambrauw, 2010-2014 ... 54

Gambar 2.17 Indeks Kedalaman (P1) dan Indeks Keparahan (P2) Kemiskinan di Kabupaten Tambrauw, 2010-2014 ... 55

Gambar 2.18 Angka Melek dan Buta Huruf Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Tambrauw, 2014 ... 57

Gambar 2.19 Angka Rata-rata Lama Sekolah di Kabupaten Tambrauw, 2011-2014 . 58 Gambar 2.20 Angka Partisipasi Kasar (APK) di Kabupaten Tambrauw (persen), 2014 ... 59

Gambar 2.21 Angka Partisipasi Murni (APM) di Kabupaten Tambrauw (persen), 2014 ... 61

(10)

Gambar 2.22 Perkembangan Harapan Lama Sekolah di Kabupaten Tambrauw

(tahun), 2011-2014 ... 62

Gambar 2.23 Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Dirinci Menurut Ijazah Tertinggi yang Dimiliki di Kabupaten Tambrauw (persen), 2014 ... 64

Gambar 2.24 Rata-rata Anak Lahir Hidup dan Anak Masih Hidup Menurut Kelompok Umur Wanita Pernah Kawin di Kabupaten Tambrauw, 2014 ... 65

Gambar 2.25 Perkembangan AHH Kabupaten Tambrauw (tahun), 2011-2014 ... 66

Gambar 2.26 Persentase Kelahiran Bayi Menurut Penolong Kelahiran di Kabupaten Tambrauw (persen), 2014 ... 67

Gambar 2.27 Persentase Balita yang Mendapatkan Imunisasi Menurut Jenis Imunisasi di Kabupaten Tambrauw (persen), 2014 ... 68

Gambar 2.28 Perkembangan IPM Kabupaten Tambrauw, 2011-2014 ... 69

Gambar 2.29 Peringkat IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat, 2014 ... 71

Gambar 2.30 Penduduk Usia Kerja Menurut Kelompok Umur, 2014 ... 73

Gambar 2.31 Persentase Penduduk Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan (persen), 2014 ... 74

Gambar 2.32 Persentase Penduduk Bekerja Menurut Jenis Kelamin, 2014 ... 75

Gambar 2.33 Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Kelompok Umur (jiwa), 2014 ... 76

Gambar 2.34 Persentase Penduduk Bekerja Menurut Sektor Usaha Utama (persen), 2014 ... 77

Gambar 2.35 Persentase Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama (persen), 2014 ... 78

Gambar 2.36 Persentase Penduduk Bukan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kegiatan Utama (persen), 2014 ... 79

Gambar 2.37 Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Menurut Jenjang Pendidikan, 2013 . 84 Gambar 2.38 Persentase Penduduk yang Menderita Sakit Menurut Jumlah Hari Sakit di Kabupaten Tambrauw (persen), 2014 ... 91

Gambar 2.39 Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Menurut Jenis Keluhan Kesehatan (persen), 2014 ... 92

Gambar 2.40 Panjang Jaringan Jalan Menurut Jenis Jalan (km), 2014 ... 94

Gambar 2.41 Persentase Jalan Menurut Jenis Permukaan, 2014 ... 95

Gambar 2.42 Persentase Jalan Menurut Kondisi Jalan, 2014 ... 96

Gambar 2.43 Persentase Rumah Tangga Menurut Status Penguasaan Bangunan Tempat Tinggal (persen), 2014 ... 97

(11)

Gambar 2.44 Proporsi Rumah Tangga dengan Bangunan Tempat Tinggal Milik

Sendiri Menurut Status Penguasaan Tanah Tempat Tinggal (persen), 2014 ... 98

Gambar 2.45 Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Per Kapita (persen), 2014 ... 99

Gambar 2.46 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan Utama, 2014 ... 101

Gambar 2.47 Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Air Minum, 2014 ... 102

Gambar 2.48 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Utama Air untuk Minum, 2014 ... 103

Gambar 2.49 Jumlah dan Penumpang Kapal di Kabupaten Tambrauw, 2010-2013 107 Gambar 2.50 Persentase Bongkar Barang Antar Pulau pada Pelabuhan yang Diusahakan Menurut Kelompok Komoditi, 2014 ... 108

Gambar 2.51 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tambrauw, 2011-2014 ... 112

Gambar 2.52 Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun yang Menikah Menurut Penggunaan Kontrasepsi, 2014 ... 114

Gambar 2.53 Persentase Wanita Berumur 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin Menurut Jenis Alat Kontrasepsi, 2014 ... 115

Gambar 2.54 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kabupaten Tambrauw, 2014 ... 117

Gambar 2.55 Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Tambrauw, 2014 ... 119

Gambar 2.56 Tingkat Kesempatan Kerja Kabupaten Tambrauw, 2014 ... 120

Gambar 2.57 Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Pangan, 2013 ... 128

Gambar 2.58 Persentase Produksi Sayur Menurut Jenis, 2014 ... 129

Gambar 2.59 Persentase Produksi Buah Menurut Jenis, 2014 ... 130

Gambar 2.60 Persentase Luas Hutan Menurut Tata Guna Hutan Kesepakatan di Kabupaten Tambrauw, 2012 ... 135

Gambar 2.61 Peta Tingkat Eksploitasi Sumberdaya Ikan di WPP RI ... 137

Gambar 2.62 Produksi Perikanan Laut, Darat, dan Perairan Umum di Kabupaten Tambrauw, 2010-2013 ... 138

Gambar 2.63 Persentase Produksi Menurut Jenis Ikan, 2013 ... 138

Gambar 2.64 Persentase Pengeluaran Makanan dan Non Makanan Rumah Tangga di Kabupaten Tambrauw (persen), 2011-2013 ... 144

Gambar 2.65 Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Kabupaten Tambrauw (Rp per bulan), 2011-2013 ... 145

(12)

Gambar 2.66 Persentase Sebaran Luas Hutan Lindung di Kabupaten Tambrauw .... 158 Gambar 3.1. Struktur Pendapatan Daerah Kabupaten Tambrauw 2010-2011 ... 169 Gambar 3.2 Perbandingan Komposisi Belanja Kabupaten Tambrauw 2010 - 2011 171 Gambar 3.3. Perbandingan Komposisi Belanja Tidak Langsung Tahun 2010 dan 2011 ... 172 Gambar 3.4 Perbandingan Komposisi Belanja Langsung Tahun 2010 dan 2011 ... 173

(13)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

Bagian ini memberikan gambaran tentang latar belakang,

dasar hukum penyusunan RPJMD,Keterkaitan hubungan RPMPD dengan dokumen perencanaann lainnya, sistematika penulisan RPJMD serta maksud dan tujuan penyusunan RPJMD Kabupaten Tambrauw Tahun 2012-2016

1.1. LATAR BELAKANG

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan paling lambat 3 (tiga) atau 6 (enam) bulan setelah Kepala Daerah dilantik, Pemerintah Daerah sudah harus menetapkan RPJMD, yang ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah dan Peraturan Daerah. RPJMD Kabupaten Tambrauw Tahun 2012-2016, disusun dalam rangka pelaksanaan amanat Undang-Undang tersebut dalam kerangka penyusunan dan penguatan pelaksanaan sistem perencanaan pembangunan daerah yang terpadu antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, dunia usaha, masyarakat dan segenap stakeholders pelaku pembangunan.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tambrauw Tahun 2012-2016 merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah Kabupaten Tambrauw Tahun 2008-2025, memperhatikan rancangan RTRW Kabupaten Tambrauw dan memperhatikan RPJM Nasional dan RPJMD Provinsi Papua Barat. RPJMD memuat Arah Kebijakan Keuangan Daerah, Strategi Pembangunan Daerah, Kebijakan Umum, dan Program Satuan Kerja Perangkat Daerah, Lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah. RPJMD Kabupaten Tambrauw Tahun 2012-2016 merupakan arah pembangunan yang ingin dicapai daerah dalam kurun waktu masa bakti Bupati dan Wakil Bupati terpilih yang disusun berdasarkan visi, misi, agenda, prioritas pembangunan dan program Kepala Daerah

(14)

2

Selama kurun waktu periode masa jabatan Kepala Daerah terpilih, RPJMD merupakan acuan dan pedoman dasar pembangunan yang ingin dicapai daerah. Program dan kegiatan yang direncanakan sesuai dengan kewenangan dan urusan pemerintahan yang diamanatkan undang-undang dengan mempertimbangkan kemampuan/ kapasitas daerah. Disamping itu, RPJMD akan digunakan sebagai tolok ukur DPRD dalam menilai pertanggungjawaban Kepala Daerah pada setiap akhir tahun anggaran dan pada akhir masa jabatan, sekaligus juga sebagai pedoman manajerial taktis strategis Kepala Daerah beserta perangkatnya dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan publik.

Dalam perspektif lain, masa kepemimpinan Bupati terpilih untuk lima tahun mendatang, Kabupaten Tambrauw pastilah akan berhadapan dengan berbagai dinamika isu strategis yang mengemuka disamping ketatnya persaingan dan ketidakpastian global yang makin meningkat. Oleh sebab itu, janji Visi dan Misi Bupati masa kampanye, perlu dirumuskan dalam suatu guidance perwujudan cita-cita pembangunan daerah untuk jangka lima tahun tersebut.

Mengingat peran dan fungsi RPJMD sangat strategis bagi penyelenggaraan pemerintahan sekaligus menjadi acuan bagi seluruh stakeholders termasuk swasta dan masyarakat, maka dalam perjalanannya RPJMD perlu dilakukan perubahan dan evaluasi agar dapat tetap berjalan sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku serta tanggap terhadap perubahan lingkungan strategis yang senantiasa berubah.

Perubahan RPJMD dilaksanakan sesuai dengan Permendagri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah. RPJMD dapat diubah dalam hal : hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa proses perumusan dan substansi yang dirumuskan belum sesuai dengan mekanisme yang diatur dalam peraturan perundang-undangan; adanya perubahan mendasar dan RPJMD dapat direvisi bilamana adanya kemungkinan dapat merugikan negara.

(15)

3

RPJMD Kabupaten Tambrauw Tahun 2012-2016 telah memasuki tahun pelaksanaan keempat, yaitu tahun 2016, Dalam perjalanannya, banyak sekali perubahan dan dinamika lingkungan, baik lingkungan eksternal (provinsi, nasional, dan bahkan regional dan internasional) maupun lingkungan internal Kabupaten Tambrauw, yang mau tidak mau tetap harus direspon dan diakomodir dalam berbagai penyesuaian perencanaan pembangunan di lingkungan Kabupaten Tambrauw. Beberapa perubahan dan dinamika lingkungan eksternal yang perlu direspon antara lain:

1. Adanya pergantian kepemimpinan nasional, yang membawa perubahan penting pada strategi serta arah dan kebijakan pembangunan nasional dengan Trisaktinya dan 8 (delapan) agenda program pembangunan “Nawa Cita” dari presiden dan wakil presiden terpilih, Ir H. Joko Widodo dan Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla;

2. Telah terbitnya dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang merupakan terjemahan dan operasionalisasi dari strategi dan agenda program presiden dan wakil presiden terpilih;

Beberapa dinamika kondisi internal Kabupaten Tambrauw yang juga perlu direspon dan diakomodasikan antara lain:

 penting dan perlunya penajaman permasalahan dan isu strategis yang khas Kabupaten Tambrauw;

 perlunya penajaman program yang benar-benar menghasilkan nilai tambah pembangunan (added value) Kabupaten Tambrauw;

 Perlunya perubahan indikator kinerja utama yang lebih berorientasi pada hasil (outcome);

 pentingnya upaya terus-menerus untuk meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan Kabupaten Tambrauw.

(16)

4

Perubahan RPJMD yang disusun, akan menjadi pedoman dan acuan dalam penyusunan renstra SKPD serta RKPD dan renja SKPD, sekaligus akan berdampak kepada penyusunan anggaran baik APBD maupun RAPBD. Yang paling diharapkan pada kesempatan ini dapat dihasilkan suatu rumusan dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk kurun waktu sampai dengan Tahun 2017 yang komprehensif dan realistik sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah

1.2. DASAR HUKUM PENYUSUNAN RPJMD

Dalam penyusunan Perubahan RPJMD Kabupaten Tambrauw tahun 2012-2016, landasan hukum yang menjadi dasar pertimbangan adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Tambrauw dalam Provinsi Papua Barat;

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5587), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

(17)

5

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5589);

6. Peraturan Pemerintah nomor 39 tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

9. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019;

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

11. Peraturan Daerah Provinsi Papua Barat Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2031;

12. Peraturan Daerah Kabupaten Tambrauw Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tambrauw Tahun 2012-2016.

(18)

6

1.3.

HUBUNGAN

RPJMD

DENGAN

DOKUMEN

RENCANA

PEMBANGUNAN LAINNYA

Hubungan antara RPJMD Kabupaten Tambrauw dengan dokumen lain dalam sistem perencanaan pembangunan daerah, mengacu pada Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagai berikut;

1. Perubahan RPJMD Kabupaten Tambrauw Tahun 2012–2016 merupakan penyempurnaan terhadap dokumen RPJMD awal dan penyesuaian penyesuaian dengan kebijakan nasional sampai Tahun 2014;

2. RPJMD Kabupaten Tambrauw Tahun 2012 - 2016 merupakan penjabaran dari Visi Misi Buapti terpilih, dengan memperhatikan RPJPD Kabupaten Tambrauw 2005 – 2025, RPJMD Provinsi Papua Barat dan RPJMN;

3. RPJMD Kabupaten Tambrauw merupakan dokumen perencanaan yang bersifat taktis strategis, dalam proses penyusunannya dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan pembangunan, serta mempedomani Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tambrauw;

4. RPJMD Kabupaten Tambrauw Tahun 2012-2016 digunakan sebagai pedoman penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD), Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dalam tahun perencanaan yang sama.

1.4. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tambrauw Tahun 2016-2021 mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan

(19)

7

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara, Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, yang terdiri dari 11 (sebelas) bab, sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Menjelaskan tentang latar belakang, dasar hukum penyusunan, hubungan antar dokumen, sistematika penulisan, serta maksud dan tujuan penyusunan RPJMD Kabupaten Tambrauw.

BAB 2 GAMBARAN UMUMKONDISI DAERAH

Gambaran umum kondisi daerah menjelaskan tentang kondisi Kabupaten Tambrauw secara komprehensif sebagai basis atau pijakan dalam penyusunan perencanaan. Aspek yang dibahas diantaranya (i) geografi dan demografi, (ii) kesejahteraan masyarakat, (iii) pelayanan umum, serta (iv) daya saing daerah.

BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Bab ini menguraikan analisis pengelolaan keuangan daerah yang pada dasarnya dimaksudkan untuk menghasilkan gambaran tentang kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam mendanai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.

BAB 4 ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Bab ini memuat berbagai permasalahan pembangunan dan isu strategis yang akan memberi pengaruh terhadap pencapaian kinerja pembangunan dalam 5 (lima) tahun mendatang.

BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

Bab ini menjelaskan visi dan misi Pemerintah Daerah Kabupaten Tambrauw untuk kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan, yang disertai dengan tujuan dan sasarannya.

(20)

8

Bab ini memuat dan menjelaskan strategi dan arah kebijakan pembangunan Kabupaten Tambrauw untuk kurun waktu 2012-2016

BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

Bab ini menjelaskan mengenai kebijakan umum yang akan diambil dalam pembangunan jangka menengah dan disertai dengan program pembangunan daerah yang akan direncanakan.

BAB 8 INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

Dalam Bab ini diuraikan mengenai program-program yang dilaksanakan oleh SKPD berdasarkan urusan kewenangan Pemerintah Daerah

BAB 9 PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

Dalam bab ini ditetapkan dan dijelaskan mengenai indikator kinerja daerah Kabupaten Tambrauw tahun 2012-2016

BAB 10 PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN

Bab terakhir ini memuat pedoman transisi implementasi RPJMD dari periode sebelum dan sesudahnya, serta dan kaidah pelaksanaannya.

BAB 11 PENUTUP

1.5. MAKSUD DAN TUJUAN

1.5.1. Maksud

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tambrauw Tahun 2012-2016 dimaksudkan sebagai pedoman bagi seluruh komponen daerah (pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan pemangku kepentingan lainnya) dalam mewujudkan cita-cita masyarakat Kabupaten Tambrauw sesuai dengan dengan visi, misi, dan program pembangunan jangka menengah daerah, sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan yang lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak.

(21)

9 1.5.2. Tujuan

Tujuan penyusunan dokumen Perubahan RPJMD Kabupaten Tambrauw Tahun 2012-2016, antara lain;

1. Merumuskan gambaran umum kondisi daerah sebagai dasar perumusan permasalahan dan isu strategis daerah, sebagai dasar prioritas penanganan pembangunan daerah. Sebagai pedoman bagi seluruh SKPD dilingkungan Pemerintah Kabupaten Tambrauw dalam menyusun Renstra SKPD periode 2012-2016;

2. Merumuskan gambaran pengelolaan keuangan daerah serta kerangka pendanaan sebagai dasar penentuan kemampuan kapasitas pendanaan daerah; 3. Menerjemahkan visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati Tambrauw kedalam tujuan dan sasaran pembangunan daerah tahun 2012-2016, yang disertai dengan program prioritas untuk masing-masing SKPD tahun 2012-2016; 4. Menetapkan berbagai program prioritas yang disertai dengan indikasi pagu

anggaran dan target indikator kinerja yang akan dilaksanakan pada tahun 2012-2016;

5. Menetapkan indikator kinerja daerah Kabupaten Tambrauw sebagai dasar penilaian keberhasilan Pemerintah Tambrauw dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah periode 2012-2016.

(22)

10

BAB 2 GAMBARAN UMUM KONDISI

DAERAH

Gambaran umum kondisi daerah menjelaskan tentang kondisi Kabupaten Tambrauw secara komprehensif sebagai basis atau pijakan dalam penyusunan perencanaan. Aspek yang dibahas diantaranya (i) geografi dan demografi, (ii) kesejahteraan masyarakat, (iii) pelayanan umum, serta (iv) daya saing daerah

2.1. ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI

2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah

2.1.1.1. Letak Geografis, Luas, dan Batas Wilayah Administrasi

Kabupaten Tambrauw merupakan salah satu daerah otonomi di Provinsi Papua Barat yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 56 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Tambrauw di Provinsi Papua Barat, hasil pemekaran dari Kabupaten Sorong. Pembentukan Kabupaten Tambrauw sebagai daerah otonom dimaksudkan untuk memperpendek rentang kendali pemerintahan dalam rangka memberikan pelayanan publik yang lebih baik kepada masyarakat. Selain itu, hal tersebut juga dilakukan untuk mempercepat proses pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan taraf hidup dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Kabupaten Tambrauw terletak di bagian timur Provinsi Papua Barat dengan ibukota kabupaten berada di Distrik Fef. Secara geografis, Kabupaten Tambrauw terletak di antara 1º08’00” - 8º 18’00” Lintang Selatan dan 131º56’00” - 133º05’00” Bujur Timur.

Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 56 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Tambrauw di Provinsi Papua Barat, wilayah Kabupaten Tambrauw pada awalnya hanya terdiri dari 6 distrik, yaitu: Distrik Fef, Abun, Kwoor, Sausapor, Miyah, dan Yembun. Terkait dengan dikabulkannya tuntutan tokoh adat untuk menguji materi UU No. 56/2008, Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa

(23)

11

Pasal 3 ayat (1) UU No. 56/2008 harus memasukan Distrik Amberbaken, Distrik Kebar, Distrik Senopi, Distrik Mubrani (berasal dari Kabupaten Manokwari) dan Distrik Moraid (berasal dari Kabupten Sorong) ke dalam wilayah Kabupaten Tambrauw.

Dengan berlakunya putusan tersebut, berarti Kabupaten Tambrauw memiliki pertambahan wilayah hingga pada saat ini menjadi 29 distrik, yaitu: Distrik Fef, Sausapor, Yembun, Syujak, Kwoor, Miyah, Abun, Moraid, Kebar, Ambarbaken, Senopi, Mubrani, Bikar, Barmus Bama, Ases, Miyah Selatan, Ireres, Tobouw, Wilhem Roumbouts, Kwesefo, Tinggouw, Mawabuan, Kebar Timur, Kebar Selatan, Manekar, Mpur, Ambarbaken Barat, Kasi, dan Selemkai.

Luas wilayah Kabupaten Tambrauw adalah seluas 11.529,180 km². Distrik yang memiliki wilayah terluas di Kabupaten Tambrauw adalah Distrik Senopi, yaitu seluas 1.230,763 km² (10,68 persen). Distrik yang memiliki wilayah terluas kedua adalah Distrik Kebar Selatan, yaitu seluas 1.058,699 km² (9,18 persen), diikuti Distrik Abun seluas 845,914 km² (7,34 persen), sedangkan distrik dengan luas wilayah terkecil adalah Distrik Kasi, yaitu seluas 70.828 km² (0,61 persen). Batas wilayah administrasi Kabupaten Tambrauw adalah sebagai berikut:

 Sebelah utara : Samudera Pasifik;

 Sebelah selatan : Kabupaten Sorong Selatan;  Sebelah barat : Kabupaten Sorong; dan

(24)

12

Gambar 2.1 Peta Wilayah Administratif Kabupaten Tambrauw

(25)

13

Tabel 2.1 Luas Wilayah dan Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Tambrauw Menurut Distrik, 2014

No. Distrik Luas Wilayah

(km2) Persentase (%) Jumlah Kampung Ibu Kota Distrik 1. Fef 365,987 3,17 10 Fef 2. Sausapor 457,469 3,97 10 Sausapor 3. Yembun 590,630 5,12 6 Metnayam 4. Syujak 356,529 3,09 4 Syujak 5. Kwoor 212,140 1,84 6 Kwoor 6. Miyah 194,305 1,69 8 Siakwa 7. Abun 845,914 7,34 7 Waibem 8. Moraid 499,012 4,33 9 Mega 9. Kebar 174,415 1,51 10 Anjai 10. Ambarbaken 281,337 2,44 10 Saukorem 11. Senopi 1.230,763 10,68 7 Senopi 12. Mubrani 173,319 1,50 5 Arfu 13. Bikar 171,510 1,49 9 Bikar

14. Bamus Bama 348,960 3,03 6 Bamus Bama

15. Ases 275,781 2,39 4 Ases 16. Miyah Selatan 455,060 3,95 6 - 17. Ireres 422,462 3,66 6 - 18. Tobouw 569,593 4,94 5 - 19. Wilhem Roumbouts 185,011 1,60 4 Tabamsere 20. Kwesefo 379,540 3,29 7 Kwesefo 21. Tinggouw 226,278 1,96 4 Tinggouw 22. Mawabuan 431,501 3,74 7 - 23. Kebar Timur 420,928 3,65 13 -

24. Kebar Selatan 1.058,699 9,18 10 Ajami

25. Manekar 173,747 1,51 10 - 26. Mpur 223,223 1,94 5 Arupi 27. Ambarbaken Barat 362,195 3,14 5 - 28. Kasi 70,828 0,61 7 - 29. Selemkai 372,043 3,23 5 - Jumlah 11.529,179 100,00 205

Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Tambrauw 2011-2031

Pemerintahan Kabupaten Tambrauw pada tahun 2015 mempunyai 29 distrik yang terdiri atas 205 kampung. Berdasarkan RTRW Kabupaten Tambrauw 2011-2031, dari 29 distrik yang ada, hanya 20 distrik yang telah memiliki pusat pemerintahan. Distrik yang belum memiliki pusat pemerintahan adalah Distrik Miyah Selatan, Ireres, Tobouw, Mawabuan, Kebar Timur, Manekar, Ambarbaken Barat, Kasi,

(26)

14

dan Selemkai. Dilihat dari komposisi jumlah kampung, distrik dengan jumlah kampung terbanyak terbanyak adalah Distrik Kebar Timur yaitu sebanyak 13 kampung.

2.1.1.2. Kondisi Topografi

Secara topografi dan morfologi, Kabupaten Tambrauw mencakup wilayah dengan ketinggian 0 – 2.500 meter di atas permukaan laut (dpl), dengan kemiringan antara 0 – 60 persen. Dataran rendah dan berawa dengan ketinggian 0 – 100 meter dpl terdapat di bagian barat dan selatan, daerah yang bergelombang hingga pegunungan dengan ketinggian 100 – 2.500 meter dpl terdapat di bagian utara dan timur.

Gambar 2.2 Persentase Wilayah Menurut Kondisi Topografi

Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Tambrauw 2011-2031 (diolah)

Sebagian besar wilayah Kabupaten Tambrauw merupakan wilayah perbukitan dan pegunungan dengan total luas wilayah mencapai 10.826,35 km² yang terdiri atas wilayah perbukitan (100-1.000 mdpl) seluas 6.707,52 km² dan wilayah pegunungan (>1.000 mdpl) seluas 4.118,83 km². Sementara itu, luas wilayah dataran rendah di Kabupaten Tambrauw (0-100 mdpl) hanya seluas 703,33 km².

Dataran rendah (0-100 mdpl) 6.10% Perbukitan (100-1.000 mdpl) 58.18% Pegunungan (> 1.000 mdpl) 35.72%

(27)

15

Ditinjau dari segi kelerengan, sebagian besar wilayah Kabupaten Tambrauw memiliki kelas lereng >60 peren. Kondisi tersebut merupakan kendala utama bagi pemanfaatan lahan baik untuk pengembangan sarana dan prasarana fisik, sistem transportasi darat maupun bagi pengembangan budidaya pertanian khususnya untuk tanaman pangan. Luas wilayah dengan kondisi kelerengan >60 persen (bergunung sangat curam) adalah seluas 8.455,75 km² (73,34 persen). Wilayah yang memiliki kondisi kelerengan 40-60 persen (bergunung curam) adalah seluas 1.611,97 km² (13,98 persen), sedangkan wilayah dengan kondisi datar seluas 967,15 km² (8,39 persen).

Gambar 2.3 Persentase Wilayah Menurut Kondisi Kelerengan

Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Tambrauw 2011-2031 (diolah)

2.1.1.3. Kondisi Geologi

Geologi Umum

Berdasarkan data sekunder yang tersedia dari Peta Geologi Lembar Mar, sekala 1:250.000 yang disusun oleh U. Hartono, CH. Amri dan P.E. Pieterss (1989), wilayah Kabupaten Tambrauw terbentuk dari beberapa satuan batuan dan formasi yang diantaranya terdiri dari endapan sluvium (Qa), endapan danau (Ql), aluvium dan endapan undak litoral (Qt), formasi opmorai (TQo), bancuh tak terpisahkan di dalam

Datar 8.39% Bergelombang 0.65% Berbukit 0.42% Bergunung 3.22% Bergunung curam 13.98% Bergunung sangat curam 73.34%

(28)

16

Sistem Sesar Sorong (SFx), batu gamping di dalam Sistem Sesar Sorong (SFl), batu pasir di dalam Sistem Sesar Sorong (SFs), kalsilutit di dalam Sistem Sesar Sorong (SFc), batuan gunung api dalam Sistem Sesar Sorong (SFv), formasi klasafet (Tmk), batuan gunung api Moon (Tmm), formasi koor (Tmko), batu gamping kais (Tmka), formasi sirga (Toms), batuan gunung api mandi (Temm), batu pasir amiri (Kua), formasi tamrau (JKt), formasi tipuma (TRjt), granodiorit wariki (Rw), komplek terobosan netoni (Rn) dan batu lumpur aifat (Pla). Berikut adalah penjelasan rinci mengenai beberapa satuan batuan dan formasi tersebut.

1. Batu Lumpur Aifat (Pla)

Batu lumpur Aifat (Pla) terbentuk di bagian ujung selatan dengan penyebaran secara setempat, berumur Permian dan tersusun dari batu lumpur gampingan, sedikit batu napal, batu gamping pasiran, dan batu pasir kuarsa.

2. Komplek Terobosan Netoni (TRn)

Komplek Terobosan Netoni (TRn) terbentuk di Gunung Netoni yang terletak di sebelah tenggara. Batuan terobosan ini berumur Trias, terdiri dari granit, sienit kuarsa, monzonit kuarsa, sedikit diorit kuarsa, diorit dan batuan asing yang terdiri dari gabro, diorit, retas, urat pegmatit, aplit, setempat ampibolit dan sekis hornblenda, dimana penyebarannya secara umum berarah barat-timur dan terbentuk memanjang di sebelah utara Sistem Sesar Sorong.

3. Formasi Tipuma (TRJt)

Formasi Tipuma (TRJt) terbentuk di bagian selatan yang tersebar secara setempat-setempat. Formasi ini berumur Trias - Jura bagian bawah, terbentuk dari batu lumpur dan batu pasir berwarna coklat kemerahan, kelabu kehijauan dan kemerahan sampai kelabu muda yang mengandung sedikit konglomerat. 4. Formasi Tamrau (JKt)

Formasi Tamrau (JKt) terbentuk di bagian tengah atau terbentuk di sepanjang

Pegunungan Tohkiki atau di bagian selatan Pegunungan Tamrau. Formasi ini penyebarannya dari barat-timur, berumur Yura Atas-Kapur Atas yang terdiri dari serpih sampai batu sabak, batu lanau, batu pasir dan jarang konglomerat

(29)

17

dan kalsilutit; setempat gampingan dan fosilan; setempat batu sabak berbintik bintik, filit, kuarsit, sekis, genes, dan granitoid malih.

5. Batu Pasir Amiri (Kua)

Batu Pasir Amiri (Kua) terbentuk di sepanjang Sistem Sesar Sorong atau di bagian tengah yang penyebarannya secara setempat-setempat. Satuan batuan ini berumur Kapur Atas yang terdiri dari arenit kuarsa.

6. Batuan Gunung Api Mandi (Temm)

Batuan Gunung Api Mandi (Temm) terbentuk di bagian utara atau tersebar di sekitar Pegunungan Tosem. Batuan gunung api ini berumur Eosen Atas-Miosen Tengah yang terdiri dari lava, breksi lava, lava bantal, tufa agglomerat bersusunan basal sampai andesit; sedikit batuan klastika gunung api; jarang terdapat batu gamping; terdapat sedikit terobosan gabro, dolerit, diorit, andesit porfir, dan granodiorit.

7. Formasi Sirga (Toms)

Formasi Sirga (Toms) terbentuk di bagian tenggara secara setempat-setempat di atas Formasi Kemum (SDk) yang berumur Silur-Devon secara tidak selaras. Formasi Sirga yang berumur Oligosen Atas terdiri dari batu pasir kuarsa berfeldspar; sedikit mengandung batu lumpur serpihan, batu pasir gampingan, batu lumpur gampingan dan batu napal.

8. Batu Gamping Kais (Tmka)

Batu Gamping Kais (Tmka) terbentuk di bagian selatan, barat daya dan tenggara yang tersebar secara setempat-setempat. Batuan ini berumur Miosen Bawah-Miosen Tengah dan terbentuk saling membaji dengan Formasi Klasafet (Tmk), terdiri dari biokalkarenit, biokalsilutit, batu gamping terumbu, breksi batu gamping dan konglomerat batu gamping.

9. Formasi Koor (Tmko)

Formasi Koor (Tmko) terbentuk di bagian utara dengan penyebaran barat-timur, hampir sepanjang Sistem Sesar Koor. Formasi Koor ini berumur Miosen Bawah-Miosen Atas yang terdiri dari biokalsilutit, biokalkarenit setempat mengandung bahan klastika kersik dan gunung api, batu lumpur dan batu pasir

(30)

18

bersifat gampingan yang beragam; sedikit mengandung breksi batu gamping dan konglomerat batu gamping, konglomerat aneka bahan, batu pasir dan konglomerat klastika gunung api, batu gamping terumbu, dan breksi peperit. 10. Batuan Gunung Api Moon (Tmm)

Batuan Gunung Api Moon (Tmm) terdiri dari tufa, agglomerat, lava dan breksi lava bersusunan andesit, sedikit dasit, basal; batuan terobosan diorit dan andesit sampai dasit porfir dari magma sejenis; batuan klastika gunung api dan batuan tufaan; jarang terdapat batu gamping. Batuan ini berumur Miosen Tengah yang menjadi sisipan dan menjemari di bagian tengah dari Formasi Koor (Tmko) dan terbentuk di bagian tengah dengan penyebaran barat-timur sepanjang Pegunungan Tamrau.

11. Formasi Klasafet (Tmk)

Formasi Klasafet (Tmk) terbentuk sebagian besar di sebelah barat daya dan sebagian kecil di sebelah tenggara dengan penyebaran secara setempat, terdiri dari batu lumpur gampingan, batu napal; sedikit biokalkarenit dan kalsilutit. Formasi Klasafet ini berumur Miosen Tengah-Miosen Atas, dimana pada bagian bawahnya saling menjemari dengan batu gamping Kais (Tmka) yang berumur Miosen Bawah-Miosen Tengah.

12. Kalsilutit di dalam Sistem Sesar Sorong (SFc)

Kalsilutit di dalam Sistem Sesar Sorong (SFc) terbentuk di bagian selatan-tenggara dengan penyebaran secara setempat. Satuan batuan ini berumur Miosen Atas yang terdiri dari kalsilutit; sedikit kalkarenit halus.

13. Batu Pasir dalam Sistem Sesar Sorong (SFs)

Batu Pasir dalam Sistem Sesar Sorong (SFs) terbentuk di bagian tenggara secara setempat. Satuan batuan ini berumur Kuarter yang terdiri dari arenit kuarsa berfeldspar; jarang terdapat batu lempung.

14. Batu Gamping di dalam Sistem Sesar Sorong (SFl)

Batu Gamping di dalam Sistem Sesar Sorong (SFl) terbentuk di sebelah barat daya dan tenggara yang tersebar secara setempat-setempat. Satuan batuan ini

(31)

19

berumur Kuarter yang terdiri dari biokalkarenit; sedikit biokalsilutit; jarang breksi batu amping dan konglomerat batu gamping.

15. Bancuh tak terpisahkan di dalam Sistem Sesar Sorong (SFx)

Bancuh tak terpisahkan di dalam Sistem Sesar Sorong (SFx) terbentuk di sebelah selatan dengan penyebaran berarah hampir barat-timur. Satuan batuan ini berumur Mio-Pliosen yang terdiri dari bancuh tercenanga beragam terutama berupa batu lumpur gampingan dan tidak gampingan, serpih, batu pasir dan konglomerat, gampingan dan tidak gampingan dan batu gamping; sedikit kepingan serpentinit, granitoid, batuan gunung api dan batuan terobosan bersusunan menengah sampai mafik, kuarsa, rijang dan batuan malihan, dan kepingan berasal dari Formasi Kemum, Kelompok Aifam, Formasi Tipuma, Formasi Tamrau, Batu pasir Amiri, Komplek Terobosan Netoni, Formasi Sirga dan batu gamping Kais.

16. Formasi Opmorai (TQo)

Formasi Opmorai (TQo) terbentuk di sebelah barat laut dan timur laut yang penyebarannya barat daya-timur laut dan secara setempat. Satuan batuan ini berumur Pliosen, terdiri dari konglomerat, batu pasir lumpuran; sedikit batu lumpur gampingan yang terletak secara tidak selaras di atas Formasi Koor yang berumur Miosen Bawah-Miosen Atas.

17. Aluvium dan Endapan Undak Litoral (Qt)

Aluvium dan Endapan Undak Litoral (Qt) terbentuk di bagian barat yang diendapkan secara setempat, berumur Kuarter dan terdiri dari kerikil, pasir, lumpur bahan tumbuhan, batuan pantai; yang endapan litoral biasanya gampingan.

18. Endapan Danau (Ql)

Endapan Danau (Ql) terbentuk di bagian barat daya-barat dan tenggara-timur dan terdapat di bawah Sistem Sesar Sorong yang penyebarannya secara setempat. Endapan ini berumur kuarter yang terdiri dari lumpur, pasir, kerikil dan bahan tumbuhan.

(32)

20

Aluvium dan Endapan Litoral (Qa) terbentuk di bagian utara, barat laut, timur

laut dan tenggara yang umumnya tersebar secara setempat di pesisir pantai atau di sepanjang pinggir sungai. Endapan ini berumur kuarter yang terdiri dari lumpur, pasir, kerikil dan bahan tumbuhan; sedangkan sebagai endapan litoral biasanya berupa gampingan.

Struktur Geologi

Struktur geologi yang berkembang di Kabupaten Tambrauw seperti sesar normal, sesar geser, sesar naik, antiklin dan sinklin, wilayah bahasannya dari utara ke selatan dapat dibagi dalam 4 (empat) blok atau sistem yaitu Blok Tosem, Blok Tamrau, Sistem Sesar Sorong dan Blok Kemum, dimana keempat blok atau sistem yang terpengaruh oleh struktur geologi tersebut dapat diuraikan seperti berikut:

1. Struktur geologi yang berkembang di Blok Tosem adalah sesar normal dan sesar geser, dimana blok ini terletak di bagian utara atau terletak di Pegunungan Tosem. Satuan batuan yang terpengaruh oleh sesar tersebut adalah satuan Batuan Gunungapi Mandi (Temm) yang berumur Eosen Atas-Miosen Bawah dan Formasi Koor (Tmko) yang merupakan batuan sedimen berumur Miosen Bawah-Miosen Atas, sedangkan kekar (fracture atau joint) banyak berkembang dan terletak di sebelah timur Pegunungan Tosem. Arah bidang sesar secara umum berarah barat laut-tenggara.

2. Struktur geologi yang berkembang di Blok Tamrau yang terletak di bagian tengah adalah sesar normal, sesar geser, sinklin dan antiklin. Beberapa formasi atau satuan batuan yang terpengaruh oleh struktur geologi dalam Blok Tamrau ini adalah sebagai berikut:

 Pada Formasi Koor (Tmko)

Struktur yang berkembang adalah struktur sesar geser dengan arah bidang sesar secara umum barat daya-timur laut; sesar normal berarah barat-timur, sedangkan antiklin, dimana sumbu antiklinnya diperkirakan berarah barat laut-tenggara diperkirakan terletak pada Formasi Opmorai (TQo) yang ditafsirkan sebagai puncak antiklin.

(33)

21  Pada Formasi Opmorai (TQo)

Struktur yang berkembang adalah sesar normal, sesar geser dan kelurusan (sesar, pecahan atau kekar) yang terjadi di sebelah utara-barat laut, sedangkan sesar normal dan sinklin dengan arah penunjaman ke selatan terdapat di timur laut.

 Pada Batuan Gunungapi Moon (Tmm)

Struktur yang berkembang adalah sesar normal dengan bidang sesar secara umum berarah barat-timur, kecuali arah bidang sesar di sebelah timur laut Pegunungan Tamrau yang berarah barat daya-timur laut. Struktur yang lainnya pada Batuan Gunungapi Moon ini adalah kelurusan sesar dan kekar yang terdapat di sebelah barat dan timur Pegunungan Tamrau yang secara umum berarah barat laut-tenggara.

 Pada Formasi Tamrau (JKt)

Struktur yang berkembang adalah sesar geser, sesar normal dan kelurusan sesar dan kekar. Arah bidang sesar secara umum sama dengan arah kelurusan sesar dan kekar yaitu berarah barat laut-tenggara.

3. Struktur geologi yang berkembang di Blok atau Sistem Sesar Sorong yang terletak di sekitar Pegunungan Tohkiki ini adalah sesar geser, sesar normal, sesar naik, kelurusan sesar dan kekar. Beberapa formasi atau satuan batuan yang mengalami gejala struktur ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

 Pada Formasi Tamrau (JKt)

Struktur yang berkembang pada formasi ini adalah struktur sesar geser, sesar normal, sesar naik, kelurusan sesar dan kekar. Arah bidang sesar pada sesar normal dan sesar geser adalah barat-timur seperti yang terjadi pada Sesar Sorong, sedangkan arah bidang sesar pada sesar naik dan kelurusan sesar berarah barat laut-tenggara.

 Pada Satuan Batuan Bancuh tak terpisahkan di dalam Sistem Sesar Sorong (SFx)

(34)

22

Struktur yang berkembang pada satuan batuan ini adalah sesar normal dengan arah barat laut-tenggara, sedangkan arah bidang sesar naik dan sesar geser adalah barat daya-timur laut.

 Pada Formasi Tipuma (RJt)

Struktur yang berkembang pada formasi ini adalah sesar normal, dimana arah bidang sesar normal ini berarah barat laut-tenggara dan arah bidang sesar geser berarah barat daya-timur laut.

 Satuan Batuan Kalsilutit di dalam Sistem Sesar Sorong (SFc)

Struktur yang berkembang pada satuan batuan ini adalah sesar naik dan kelurusan sesar dengan arah bidang sesar berarah barat-timur.

 Pada Satuan Batugamping Kais (Tmka)

Struktur yang berkembang pada satuan batun ini adalah sesar normal, sesar geser, kelurusan sesar dan kekar. Arah bidang sesar normal secara umum adalah berarah barat-timur, sedangkan sesar geser berarah barat daya-timur laut. Adapun arah kelurusan sesar dan kekar secara umum berarah barat daya-timur laut dan barat laut-tenggara.

 Pada Formasi Kemum (Sdk)

Struktur yang berkembang pada formasi ini adalah sesar normal serta kelurusan sesar dan kekar. Arah bidang sesar normal adalah berarah barat-timur, sedangkan arah kelurusan sesar dan kekar berarah barat laut-tenggara dan barat daya-laut-tenggara.

2.1.1.4. Kondisi Hidrogeologi Umum

Berdasarkan data yang diperoleh dari Peta Hidrogeologi Indonesia sekala 1:1.000.000 yang disusun oleh Hendri Setiadi dan Ucu T, kondisi hidrogeologi wilayah di Kabupaten Tambrauw terdiri dari 3 (tiga) wilayah akuifer (Gb 2) yang diantaranya adalah wilayah akuifer dengan produktivitas sedang, wilayah akuifer produktif secara setempat dan akuifer dengan produktivitas rendah.

(35)

23

Wilayah akuifer produktivitas sedang di Kabupaten Tambrauw menempati sebagian kecil dari luas wilayah (± 10 persen) yaitu terdapat di sebelah barat atau termasuk wilayah distrik Sausapor dan Distrik Yembun yang terbentuk oleh Satuan Batuan Sedimen lepas atau setengah padu, dimana umumnya berukuran lempung hingga kerakal yang mempunyai nilai keterusan (transmisivity) sedang. Wilayah akuifer pruduktivitas sedang mempunyai kedalaman muka air tanah yang relatif dalam dan mempunyai debit mata air beragam, umumnya kurang dari 5 liter/detik.

2. Wilayah akuifer setempat produktif (locally productive aquifers)

Wilayah akuifer setempat produktif mempunyai nilai keterusan sedang dan muka air tanah pada umumnya dalam, dimana setempat dapat dijumpai mata air dengan debit relatif kecil. Wilayah akuifer ini terdapat secara terpisah yaitu di sebelah utara, tengah dan barat daya lembar peta yang menempati areal ± 35 persen dari luas wilayah. Wilayah akuifer di bagian utara umumnya terdapat di sekitar pantai yang merupakan Endapan Aluvium sungai dan pantai yang terdiri dari material lepas atau setengah padu, umumnya berukuran lempung, pasir hingga kerakal yang menempati sebagian kecil wilayah. Wilayah akuifer setempat produktif yang terletak di bagian tengah dengan arah penyebaran barat-timur, terdapat di sekitar Pegunungan Tambrauw, dimana batuannya adalah merupakan batuan sedimen padu dan gunungapi tua, terdiri dari breksi, konglomerat, napal, batupasir, breksi vulkanik, aglomerat dan lava yang telah mengalami perlipatan, umumnya mempunyai kelulusan rendah dan setempat mempunyai kelulusan sedang. Selain batuan sedimen padu dan gunung api tua tersebut, wilayah akuifer ini di bagian selatannya terdapat dalam batu gamping dan dolomit dengan nilai kelulusan yang beragam, tergantung pada tingkat karsifikasinya. Wilayah akuifer setempat produktif yang terdapat di sebelah barat daya terdiri dari batuan sedimen padu dan gunung api tua yang disertai dengan batuan sedimen lepas atau setengah padu, umumnya berukuran lempung hingga kerakal dengan nilai kelulusan

(36)

24

(permeability) antara rendah sampai sedang, sedangkan pada material kasar mempunyai nilai kelulusan tinggi.

3. Wilayah akuifer langka atau tak berarti

Wilayah akuifer langka di Kabupaten Tambrauw terdapat di bagian utara, tengah dan selatan dengan arah penyebaran relatif barat-timur yang menempati areal paling luas atau sekitar 55 persen dari luas wilayah. Wilayah akuifer langka yang terdapat di bagian utara lembar peta batuannya terdiri dari batuan sedimen padu dan gunung api tua serta batuan beku atau malihan yang terdiri dari granit, diorit, gabro, sekis, batusabak dan kuarsit yang mempunyai nilai kelulusan rendah. Sedangkan di bagian tengah dan selatan wilayah akuifer langka ini terjadi pada batuan beku dan malihan yang padu dengan nilai kelulusan rendah.

2.1.1.5. Kondisi Hidrologi

Kabupaten Tambrauw memiliki banyak sungai yang terdiri dari sungai-sungai kecil dan besar. Sungai-sungai besar tersebut merupakan induk dari beberapa sungai kecil. Kapasitas air di sungai-sungai besar di Kabupaten Tambrauw relatif terjaga sehingga tidak mengalami kekeringan pada saat musim kemarau. Secara umum, apabila ditinjau dari kondisi fisik, sungai yang terdapat di Kabupaten Tambrauw masih menunjukkan kondisi fisik air sungai yang alami. Kondisi ini sangat ditunjang dengan adanya vegetasi yang tumbuh di sepanjang aliran sungai sebagai daerah tangkapan air hujan. Daerah aliran sungai (DAS) di Kabupaten Tambrauw berjumlah sebanyak 21 DAS yang berada pada wilayah Sungai Kamundan – Sebyar. DAS tersebut selain melewati wilayah Kabupaten Tambrauw juga melewati beberapa kabupaten/kota di sekitar wilayah Kabupaten Tambrauw. DAS yang melewati batas kabupaten diantaranya adalah DAS Andai, Gajah Besar, Karabra, Kamundan, Kasi, Mega, Sebyar, Wariagar, dan Warsamson. DAS terpanjang yang berada di Kabupaten Tambrauw adalah DAS Sebyar yaitu sepanjang 6.487,81 km yang melewati Kabupaten Tambrauw, Pegunungan Arfak, Maybrat, dan Tambrauw, diikuti DAS Kamundan sepanjang 5.865,79 km yang melewati, Kabupaten Tambrauw, Maybrat, Sorong

(37)

25

Selatan, dan Tambrauw, dan DAS Karabra sepanjang 4.393,32 km yang melewati Kabupaten Tambrauw, Maybrat, Sorong, dan Sorong Selatan. Gambaran rinci mengenai DAS yang ada Kabupaten Tambrauw ditampilkan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Tambrauw

No. DAS Panjang (Km) Wilayah Adminitrasi Wilayah Sungai

1. Andai 257,65 Tambrauw, Manokwari Kamundan - Sebyar

2. Arupi 114,00 Tambrauw Kamundan - Sebyar

3. Gajah Besar 120,79 Tambrauw, Sorong Kamundan - Sebyar

4. Karabra 4.393,32 Tambrauw, Maybrat, Sorong,

Sorong Selatan Kamundan - Sebyar

5. Kamundan 5.865,79 Tambrauw, Maybrat, Sorong

Selatan, Tambrauw Kamundan - Sebyar

6. Kasi 979,74 Tambrauw, Pegunungan

Arfak, Manokwari Kamundan - Sebyar

7. Kwoor 1.460,59 Tambrauw Kamundan - Sebyar

8. Mandi 353,67 Tambrauw Kamundan - Sebyar

9. Manggeni 212,08 Tambrauw Kamundan - Sebyar

10. Maon 401,45 Tambrauw Kamundan - Sebyar

11. Mar 110,50 Tambrauw Kamundan - Sebyar

12. Mega 352,50 Tambrauw, Sorong Kamundan - Sebyar

13. Sausapor 166,10 Tambrauw Kamundan - Sebyar

14. Sebyar 6.487,81 Tambrauw, Pegunungan

Arfak, Maybrat, Tambrauw Kamundan - Sebyar

15. Wariagar 3.873,27 Tambrauw, Pegunungan

Arfak, Maybrat, Tambrauw Kamundan - Sebyar

16. Warsamson 1.595,11 Tambrauw, Kota Sorong,

Sorong Kamundan - Sebyar

17. Wekareng 124,68 Tambrauw Kamundan - Sebyar

18. Wepei 168,82 Tambrauw Kamundan - Sebyar

19. Wesan 205,86 Tambrauw Kamundan - Sebyar

20. Wesauni 284,61 Tambrauw Kamundan - Sebyar

21. Wowey 128,87 Tambrauw Kamundan - Sebyar

Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Tambrauw 2011-2031

2.1.1.6. Kondisi Klimatologi

Iklim tropis lembab dan panas merupakan kondisi iklim yang ada di Kabupaten Tambrauw. Berdasarkan data dari stasiun Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Sorong, selama periode 1996-2014, suhu udara di Kabupaten Tambrauw cenderung stabil dan pada umumnya suhu udara tertinggi terjadi pada bulan Oktober dan suhu udara terendah terjadi pada bulan Juli. Pada tahun 2014, suhu udara rerata tertinggi

(38)

26

terjadi pada bulan April yaitu sebesar 27,92ºC, sedangkan suhu udara rerata terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu sebesar 26,10ºC. Suhu udara minimum tertinggi terjadi pada bulan September yaitu sebesar 23,61ºC, sedangkan suhu minimum tertinggi terjadi pada bulan April yaitu sebesar 24,56ºC. sementara itu, suhu maksimum tertinggi terjadi pada bulan Oktober yaotu sebesar 32,33ºC dan suhu udara maksimum terendah terjadi pada bulan Agustus, yaitu sebesar 30,34ºC.

Gambar 2.4 Suhu Udara Minimum, Maksimum, dan Rerata di Kabupaten Tambrauw (ºC), 2014

Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Tambrauw 2011-2031 (diolah)

Kondisi tekanan udara di Kabupaten Tambrauw pada tahun 2014 dapat dikatakan relatif stabil. Tekanan udara tertinggi terjadi pada bulan Agustus yaitu sebesar 1.010,5 mbps, sedangkan tekanan udara terendah terjadi pada bulan Januari dan Desember yang masing-masing sebesar 1.008,1 mbps.

24.00 23.88 24.45 24.56 24.46 24.29 23.83 23.64 23.61 24.02 24.21 24.41 30.61 30.42 31.19 31.40 31.08 31.12 30.38 30.34 31.03 32.33 31.66 31.62 27.38 27.40 27.88 27.92 27.37 27.09 26.70 26.10 26.63 27.54 27.30 27.45 20.00 22.00 24.00 26.00 28.00 30.00 32.00 34.00

(39)

27

Gambar 2.5 Tekanan Udara di Kabupaten Tambrauw (mbps), 2014

Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Tambrauw 2011-2031 (diolah)

Kelembaban udara di Kabupaten Tambrauw memiliki kecenderungan stabil dan pada umumnya kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan Juli dan terendah pada bulan Maret. Hal yang sama juga terjadi pada tahun 2014 dimana kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan Juli yaitu sebesar 93,70 persen dan kelembaban terendah terjadi pada bulan Maret yaitu sebesar 92,10 persen.

Gambar 2.6 Kelembaban Udara di Kabupaten Tambrauw (persen), 2014

Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Tambrauw 2011-2031 (diolah) 1,008.10 1,008.50 1,009.40 1,008.70 1,009.20 1,008.80 1,010.00 1,010.50 1,010.40 1,009.40 1,008.70 1,008.10 1,005.00 1,006.00 1,007.00 1,008.00 1,009.00 1,010.00 1,011.00 92.30 92.60 92.10 93.30 93.20 93.50 93.70 92.60 92.70 92.70 92.80 92.40 91.00 91.50 92.00 92.50 93.00 93.50 94.00

(40)

28

Kecepatan angin rerata di Kabupaten Tambrauw pada tahun 2014 cenderung fluktuatif. Kecepatan angin rerata tertinggi terjadi pada bulan Juli yaitu sebesar 5,14 knot dan terendah terjadi pada bulan Mei yaitu sebesar 3,08 knot. Sementara itu, kecepatan angin maksimum tertinggi terjadi pada bulan September yaitu sebesar 10,26 knot dan terendah terjadi pada bulan Mei dan November yaitu masing-masing sebesar 7,60 knot.

Gambar 2.7 Kecepatan Angin di Kabupaten Tambrauw (knot), 2014

Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Tambrauw 2011-2031 (diolah)

Pada tahun 2014, intensitas curah hujan yang tercatat hanya pada periode bulan Mei hingga Desember. Dari periode waktu tersebut, curah hujan bulanan tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu sebesar 424 mm, sedangkan curah hujan bulanan terendah terjadi pada bulan Juli yaitu sebesar 43,94 mm.

8.06 8.51 8.38 8.05 7.60 8.22 10.02 8.50 10.26 9.78 7.60 9.01 3.49 4.45 4.07 3.32 3.08 3.59 5.14 4.35 5.02 4.65 3.16 3.10 -2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00

(41)

29

Gambar 2.8 Curah Hujan Bulanan di Kabupaten Tambrauw (mm), 2014

Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Tambrauw 2011-2031 (diolah)

2.1.1.7. Penggunaan Lahan

Berdasarkan penggunaan lahan, sebagian besar wilayah Kabupaten Tambrauw merupakan wilayah hutan dengan luas keseluruhan mencapai 10.819 km2. Wilayah

hutan tersebut terdiri atas hutan lahan kering primer seluas 8.184,83 km2 (71,39

persen) dan hutan lahan kering sekunder seluas 2.635,16 km2 (22,99 persen). Luas

lahan yang digunakan untuk budidaya pertanian terdiri atas ladang seluas 38,47 km2

(0,34 persen) dan lahan tanaman campuran seluas 81,73 km2 (0,71 persen).

Sementara itu, lahan yang digunakan untuk permukiman penduduk masih sangat kecil yaitu hanya seluas 7,45 km2 (0,06 persen).

-50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 350.00 400.00 450.00

(42)

30

Gambar 2.9 Persentase Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan, 2014

Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Tambrauw 2011-2031 (diolah)

2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah

Dalam rangka mendukung pertumbuhan daya saing daerah, penataan ruang menjadi salah satu hal penting dalam perencanaan pembangunan ke depan, mengingat kondisi geografis, potensi sektor pertanian secara keseluruhan, potensi pariwisata, dan potensi sumberdaya mineral yang luar biasa di Kabupaten Tambrauw. Pembangunan Kabupaten Tambrauw harus memanfaatkan berbagai sumberdaya potensial yang tersedia dimana nantinya perencanaan pembangunan Kabupaten Tambrauw harus lebih menekankan pada sektor-sektor unggulan yakni pertanian, kemaritiman, dan pariwisata. Hal yang harus diupayakan dalam pengembangan wilayah adalah pengembangan dan pemerataan infrastruktur serta peningkatkan kapasitas ekonomi di beberapa wilayah prioritas mengingat ada beberapa kawasan di Kabupaten Tambrauw yang masih tertinggal. Pengembangan dan pemerataan infrastruktur di wilayah ini mutlak diutamakan. Hal ini karena masih rendahnya tingkat pelayanan infrastruktur dasar di semua wilayah yang akan berdampak pada terbatasnya kemampuan penduduk setempat dalam mengembangkan potensi sumberdaya yang dimiliki. Implementasi pembangunan di Kabupaten Tambrauw

Hutan lahan kering primer 70.99% Hutan lahan kering

sekunder 22.86% Ladang 0.33% Tanaman campuran 0.71% Permukiman 0.06%

Semak dan belukar 4.48% Lahan terbuka 0.48% Beting pantai 0.09%

(43)

31

pada masa mendatang diharapkan mampu berkembang guna meningkatkan taraf hidup dan tingkat kesejahteraan masyarakat sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

2.1.2.1. Potensi Sektor Pertanian

Kabupaten Tambrauw memiliki potensi pengembangan sektor pertanian yang tinggi mengingat adanya ketersediaan lahan yang besar. Akan tetapi, mengingat teknologi pertanian yang digunakan oleh masyarakat masih tradisional dan belum bersifat komersial, maka sektor pertanian di Kabupaten Tambrauw dapat dikatakan masih belum berkembang. Ditilik dari pengunaan lahan, dari lahan seluas 11.529,18 km2, sebagian besar lahan di Kabupaten Tambrauw merupakan hutan dimana lahan

yang dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan masih relatif kecil (kurang dari 1 persen). Sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi yang paling dominan dalam perekonomian Kabupaten Tambrauw diukur dari kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sektor ini menjadi tumpuan sumber mata pencaharian sebagian besar penduduk, akan tetapi sejauh ini pengelolaannya belum berkembang secara optimal baik pada tahap proses produksi, pengolahan hasil maupun pemasaran.

Pada tahap produksi, sebagian besar kegiatan pertanian masih bersandar pada ketersediaan sumber daya alam. Masukan teknologi dan manajemen hampir tidak ada untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas produk. Pada tahap pengolahan hasil-hasil pertanian, hanya sedikit saja jenis komoditi yang mengalami proses pengolahan. Demikian pula, rantai proses pengolahan tidak begitu panjang, sehingga nilai tambah yang diberikan ke dalam hasil pertanian tidak terlalu banyak. Pada tahap pemasaran, potensi pasar yang tersedia relatif terbatas karena masih minimnya jumlah penduduk. Di lain pihak, pemasaran ke luar wilayah Kabupaten Tambrauw dihadapkan pada biaya transportasi yang mahal, yang pada akhirnya menekan pendapatan petani ke tingkat yang rendah.

(44)

32 2.1.2.2. Potensi Kemaritiman

Kabupaten Tambrauw mempunyai wilayah perairan laut yang luas di sebelah utara. Dengan keadaan wilayah yang demikian, maka sebagian besar masyarakat memiliki ketergantungan hidup yang tinggi di sektor kelautan dan perikanan. Selain itu, posisi kabupaten ini yang langsung berhadapan dengan Samudera Pasifik mengakibatkan tersedianya potensi perikanan tangkap yang cukup melimpah karena dilewati oleh jalur ruaya berbagai jenis ikan terutama jenis ikan pelagis besar (tuna dan cakalang). Di lain pihak, dengan hamparan hutan bakau dan terumbu karang yang cukup luas, memungkinkan terciptanya peluang pengembangan, penangkapan dan budidaya ikan demersal serta jenis pelagis kecil yang cukup menjanjikan. Kondisi ini menjadikan sektor kelautan dan perikanan sebagai salah satu sektor unggulan yang diharapkan dapat menyumbangkan pendapatan bagi daerah, di samping meningkatkan pendapatan masyarakat terutama nelayan yang pada akhirnya akan mendorong taraf hidup dan tingkat kesejahteraan masyarakat ke arah yang lebih tinggi. Potensi wisata bahari yang ada di Kabupaten Tambrauw banyak yang belum tersentuh, sehingga potensi alam yang masih sangat alami ini dapat dimanfaatkan para investor dan dunia wisata lainnya bagi pengembangan kegiatan ekonomi dan pendapatan daerah di masa mendatang. Keberadaan potensi wisata bahari berupa pulau-pulau dan pantai yang indah dengan taman laut serta keanekaragaman jenis ikan hias, merupakan potensi utama dalam rangka mengembangkan wisata bahari.

2.1.2.3. Potensi Pariwisata

Pada dasarnya sektor pariwisata memegang peranan sangat penting dalam menunjang peningkatan perekonomian daerah. Penunjang pengembangan sektor pariwisata adalah peningkatan sarana dan prasarana, bimbingan dan penyuluhan sadar wisata, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), pelibatan secara bertahap partisipasi swasta dan masyarakat. Potensi wisata di Kabupaten Tambrauw meliputi wisata alam dan budaya. Obyek wisata di Kabupaten Tambrauw terdiri dari objek wisata alam dan bahari. Obyek wisata tersebut meliputi:

(45)

33

o Wisata Alam Pantai Jamursba Medi, terletak di Kampung Saubeba, Distrik Sausapor, dengan panorama pantai dan air laut yang jernih, dan penyu belimbing.

o Obyek wisata alam air terjun, terletak di akses Distrik Fef menuju Miyah yang tepatnya terletak di Kampung Tabamsere, Distrik Miyah, dengan panorama hutan yang lebat dan beraneka ragam jenis tumbuhan tropis serta jenis burung di lokasi tersebut.

Untuk wisata budaya dan sosial, yang ditonjolkan adalah keunikan budaya masyarakat yang ada di Kabupaten Tambrauw. Dengan mengapresiasi latar belakang perkembangan wilayah Kabupaten Tambrauw khususnya, dan bersama-sama dengan Kota Sorong umumnya, dapat diindikasikan karakter kutural/budaya yang ada.

o Masyarakat yang ada di Kabupaten Sorong terdiri atas masyarakat asli (Papua) dan masyarakat pendatang (transmigran dan pendatang lainnya).

o Masyarakat asli Papua cenderung tersebar pada permukiman-permukiman baik di bagian barat maupun di bagian timur/utara. Khusus untuk masyarakat di bagian timur/utara ini ada kecenderungan interaksi dengan masyarakat di Kabupaten Manokwari, baik di pesisir maupun di Dataran Tinggi Kebar; dan interaksi dengan masyarakat di bagian utara Kabupaten Sorong Selatan. Kedua bagian wilayah tersebut memang mempunyai jarak yang lebih dekat jika dibandingkan dengan bagian barat Kabupaten Sorong.

o Pendatang transmigran cenderung dominan di bagian barat, begitu juga kemudian pendatang lainnya yang bukan transmigran.

o Atas dasar itu, maka interaksi kuat antar kultur/budaya dominan terjadi di bagian barat wilayah ini. Dengan interaksi dan heterogenitas demikian ini akan menjadi pendorong perkembangan sosial-ekonomi di masa datang. Sementara di bagian timur/utara interaksi demikian ini relatif lebih kecil, dengan kata lain akan sangat kuat konsep pengembangan wilayah yang khusus, dengan memperkenalkan interaksi yang lebih luas melalui pembangunan infrastruktur perhubungan/transportasi yang memberikan akses baik internal maupun eksternal wilayah.

Gambar

Tabel 2.1 Luas Wilayah dan Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten  Tambrauw Menurut Distrik, 2014
Gambar 2.4 Suhu Udara Minimum, Maksimum, dan Rerata di Kabupaten  Tambrauw (ºC), 2014
Tabel 2.4 Jumlah dan Kepadatan Penduduk per km 2  Menurut Distrik, 2014  No.  Distrik  Penduduk (jiwa)  Kepadatan
Tabel 2.5 Pertumbuhan PDRB AHK Kabupaten Tambrauw Menurut Lapangan  Usaha, 2011-2014 (persen)
+7

Referensi

Dokumen terkait

87 İKİNCİ BÖLÜM İKİNCİ MEŞRUTİYET DÖNEMİ SÜRELİ ÇOCUK YAYINLARINDA DİNÎ MOTİFLER 2.1.. Tarihî Gelişim Sürecinde Din

Terapi oksigen di rumah diberikan kepada penderita PPOK stabil derajat berat dengan gagal napas kronik.. Sedangkan diberikan kepada penderita PPOK stabil derajat berat dengan

NB : bagi yang tidak mendapatkan tugas sebagai penanggung jawab ataupun petugas pada waktu acara diharapkan membantu petugas dan penanggung jawab pada jalannya acara

Sedangkan sikap (attitude) adalah evaluasi, perasaan, dan kecenderungan seseorang terhadap suatu obyek atau gagasan. Seorang pemasar biasanya memperhatikan

Faktor – faktor yang mempengaruhi kemenangan Joko Widodo – Jusuf Kalla pada pemilu presiden tahun 2014 di Kecamatan Pondok Melati inilah yang menjadi objek

deleoni resisten suprasida skala laboratorium maupun lapang menunjukan karakteristik predasi lying in wait type karena lama waktu menunggu lebih lama dari pada

Tuliskan jumlah pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh dosen tetap jurusan/fakultas Anda selama tiga tahun terakhir dengan mengikuti format tabel berikut:. Jenis

bahwa variabel gaya kepemimpinan demokratis pada indikator suasana saling percaya memiliki index paling rendah, oleh karena itu karyawan Dewan Pelaksana Pengelola