30
Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA
4.1. Gambaran Umum Sasaran Penelitian
4.1.1. Sekilas tentang Film Test Pack : You’re My Baby
Film yang rilis 6 September 2012 ini diadaptasi dari sebuah novel (2006) yang
berjudul “Test Pack” karya Ninit Yunita. Pada saat itu Ninit Yunita melihat
pasangan suami istri di kehidupan nyata selalu mendapat pertanyaan “Kapan punya anak?”. Pertanyaan ini mungkin sering dilontarkan kepada siapapun yang baru menikah. Setelah memasuki pernikahan tahun ke-2 pasangan ini mulai
dirundung kecemasan. Lalu Ninit kemudian berpikir what-if ? Bagaimana jika
dalam pernikahan kami tidak dikaruniai anak? akhirnya pertanyaan ini menjadi
sebuah bohlam bersinar terang diatas kepala dan menjadi ide untuk menulis Test
Pack http://klikstarvision.com/?films=test-pack. Dari novel tersebut dibaca oleh
Monty Tiwa yang merupakan seorang sutradara yang sudah berpengalaman dalam
bidangnya, mengajukan isi dari novel tersebut ke salah satu production house
yaitu Starvision untuk membuat filmnya. Chand Parwez selaku pemiliki production house setuju dengan usulan Monty, akhirnya menghubungi Ninit Yunita. Setelah persetujuan itu akhirnya Ninit meminta Adhita Mulya yang tidak lain adalah suami untuk menuliskan skenarionya.
Film besutan dari Monty Tiwa ini selain para tokoh utama seperti Reza Rahardian, Acha Septriasa, Renata Kusmanto, Monty mengajak beberapa pemain yang sudah lama melintang didunia perfilman seperti Meriam Belina sebagai Ibu Sutoyo dan Jaja Mihardja sebagai Bapak Sutoyo Mereka berperan sebagai pasangan suami istri yang sedang melakukan konsultasi mengenai kehidupan perkawinan yang sudah di ujung tanduk kepada Rahmat. Selain itu Dwi Sasono sebagai Heru yang merupakan suami dari Shinta atau Renata Kusmanto, dimana perkawinan mereka juga harus berakhir dengan perceraian akibat Shinta tidak bisa
memiliki anak alias mandul. Tidak hanya itu film ini didukung oleh spesial
Appearances diantaranya Oon Project Pop sebagai dr. Peni S, Uli herdinansyah
sebagai Markus (Manager Shinta), Gading Marten sebagai Zuki teman Rahmat,
Ratna Riantiarno sebagai Ibu Rahmat, Tora Sudiro sebagai Boss Tata, Endhita sebagai Ibu hamil, Poppy Sovia sebagai pengunjung klinik
31
Universitas Kristen Petra 4.1.2. Sinopsis Film Test Pack : You’re My Baby
Gambar 4.1 Cover Film Test Pack : You’re my Baby
Sumber : www.google.com
Rahmat yang diperankan oleh Reza Rahadian dan Tata yang diperankan oleh Acha Septriasa adalah pasangan suami istri kelas menengah. Rahmat seorang psikolog dan Tata bekerja di perusahaan periklanan. Mereka sudah 7 tahun menikah namun belum dikaruniai anak. Rahmat dan Tata sudah mencoba segala tips dan trik yang mungkin ada dari yang paling ilmiah sekalipun sampai yang tidak. Mereka memerhatikan asupan gizi yang mereka konsumsi, sistem kalender kesuburan, jamu, posisi bercinta dan sebagainya. Secara personal keinginan Tata untuk memiliki anak, lebih besar dari Rahmat karena Rahmat beranggapan bahwa jika mereka berdua, itu cukup bagi Rahmat. Namun Tata merasa kehadiran seorang anak adalah wajib. Tata sampai disebuah titik merasa harus pergi ke dokter kandungan. Rahmat setuju meski pun Rahmat merasa dengan pergi ke dokter, mereka resmi mengakui bahwa mereka sulit memiliki anak
Rahmat dan Tata berobat ke dokter Peni yang diperankan oleh Oon “Project Pop”, dan mereka melakukan proses “invitro”. Tata mulai tidak stabil akibat hormon yang disuntik kesuburan. Tapi obsesi Tata akan anak tetap membuatnya tegar. Di saat yang sama, Shinta yang diperankan oleh Renata
32
Universitas Kristen Petra Kusmanto mantan pacar Rahmat saling bertemu ketika Rahmat pergi ke klinik yang sama. Rahmat menyembunyikan pertemuan ini dari Tata karena tidak ingin
Tata semakin tidak stabil emosinya. “Invitro” yang pertama gagal dan mereka
memulai “invitro” yang kedua. Dr Peni baru menyadari bahwa ada satu step
prosedur “invitro” yang tidak sengaja terlewatkan yaitu tes kesuburan sperma Rahmat. Akhirnya Rahmat memutuskan untuk melakukan tes tanpa sepengetahuan Tata dan dari hasil tes tersebut Rahmat dinyatakan mandul.
Rahmat menyembunyikan hasil tes ini dari Tata. Rahmat, yang hatinya hancur karena tidak dapat mewujudkan keinginan istrinya, bingung mencari teman yang dapat berbagi rahasia ini. Datang Shinta sebagai mantan pacar Rahmat yang mengalami hal yang sama dengan Rahmat.
Pada akhirnya Tata menemukan rahasia kemandulan Rahmat. Tata mulai marah tidak terkendali juga ketika mengetahui Rahmat menghabiskan waktunya bersama Shinta mantan pacarnya . Rahmat menyatakan kekurangan dirinya tidak mungkin dapat Tata rasakan. Tata sempat hampir pergi meninggalkan Rahmat karena tidak sanggup menerima kenyataan ini. Namun pada akhirnya mereka menyadari bahwa tidak ada alasan untuk mengakhiri perkawinan mereka, karena mereka masih saling mencintai dan mengingat kembali janji pernikahan yang mereka ucapkan. Akhirnya mereka memilih untuk mengadopsi anak dan mempertahankan perkawinan mereka.
4.1.3. Profil Kru
4.1.3.1. Produser Film Test Pack : You’re My Baby
Gambar 4.2 Chand Parwez Servia
33
Universitas Kristen Petra Chand Parwez Servia merupakan seorang pengusaha dan produser film di Indonesia. Ketertarikan Chand dalam dunia film sudah terlihat sejak dulu. Terbukti ia sering membantu kakaknya yang merupakan seorang pengusaha bioskop di kota kelahirannya Tasikmalaya, Jawa Barat.
Pria kelahiran Tasikmalaya, 18 Februari 1959 memulai bisnis nya sejak ia memimpin bioskop di Cirebon milik kakaknya. Padahal pada masa itu Chand juga harus menyelesaikan pendidikannya di Institusi Pertanian Bogor, sehingga ia rela untuk bolak balik Cirebon-Bogor agar usaha yang dipimpinnya berhasil. Sejak saat itulah Chand mulai terbiasa untuk bernegosiasi dengan para produser sekaligus mempelajari cara kerja produser film.
Karir dan kegiatan Chand Parwez di bisnis film mulai dikenal luas, ketika ia berusaha mendirikan Festival Film Bandung tetapi sempat dilarang oleh pemerintah orde baru, Chand yang kemudian tidak kehabisan cara kemudian ia pun mengubah nama kegiatannya menjadi ForumFim Bandung.
Di tahun 1994 Chand mulai melebarkan sayapnya di bisnis film dengan membuat sebuah rumah produksi yang kita kenal sekarang dengan nama Starvision Plus. Diawali dengan keberhasilan program Komedi Situasi (Sitkom) “Spontan” yang ditayangkan di SCTV, Starvision Plus pun semakin berjaya dibawah naungan Chand Parwez. Semakin banyak serial drama, film televisi, reality show, dan film layar lebar yang kemudian di produksi oleh Starvision. Tidak sedikit film-film layar lebar yang di produseri Chand Parwez berhasil diantaranya Virgin: Ketika Keperawanan Dipertanyakan (2005), Me vs High Heels (2005), Perempuan Berkalung Sorban (2009), Get Married 2 (2009), Perahu
34
Universitas Kristen Petra 4.1.3.2. Sutradara Film Test Pack : You’re My Baby
Gambar 4.3 Monty Tiiwa
Sumber : www.google.com
Monty Tiwa selaku Sutradra dalam film Test Pack ini sudah lama bergelut
di dunia perfilman. Pria kelahiran Jakarta, 28 Agustus 1976 ini dikenal sebagai sutradara, penulis skenario, penyunting film , dan pencipta lagu. Di awal karir nya di pernah bekerja di salah statuin televisi nasional dengan berbagai jabatan mulai
dari Creative Writer, Head Section Creative, dan Creative Director.
Sekarang Monty lebih fokus didunia film layar lebar, baik sebagai sutradara, penulis naskah, dan editor. Pria lulusan Amerika ini tidak sedikit menyutradari dan menjadi editor maupun penulis skenario dalam perfilman Indonesia. Contohnya Maaf, saya menghamili istri Anda (2007), Pocong 3, XL,
Antara Aku, Kau dan Mak Erot (2008), Laskar Pemimpi (2010), Get Married
(2011), dan tidak ketinggal Film Test Pack ini.
Profesi nya didunia perfilman Indonesia ini ternyata membawa Monty mendapat pengakuan atas kerja kerasnya yaitu Monty sempat memenangkan penulis terbaik skenario cerita asli terbaik piala citra di FFI (2006) untuk “Denias”, “Senandung di atas awan” dan juga penata sunting terbaik Piala Vidia FFI (2006) untuk ”Ujang Pantry 2”
35
Universitas Kristen Petra 4.1.4. Profil Pemain Film Test Pack : You’re My Baby
4.1.4.1. Reza Rahardian
Gambar 4.4 Reza Rahardian
Sumber : www.google.com
Pria kelahiran Jakarta, 5 Maret 1987 ini memulai karir didunia hiburan sebagai model. Pada tahun 2004 Reza memenangi ajang pemilihan model, “Top Guest Aneka Yess!”. Sejak saat itulah Reza semakin mengembakan sayapnya
didunia entertainment. Sebelum memasuki dunia film seperti saat ini, Reza pernah
memainkan beberapa judul sinetron di televisi seperti “inikah rasanya”, “culunnya pacarku”, dan “cinta SMU 2”.
Pria yang bernama lengkap Reza Rahardian setelah berhasil memainkan beberapa judul sinetron, ia mulai merambah ke dunia film layar lebar. Debut aktiknya di layar lebar pertama kali di “Film Horor (2007)” dan “Pulau Hantu 2 (2008) semakin membuatnya tertarik untuk masuk dan mencoba berbagai peran di film layar lebar. Terbukti ketika ia bermain dalam film “Perempuan Berkalung Sorban (2009) dan meraih penghargaan sebagai pemeran pendukung pria terbaik di ajang FFI 2009. Tidak hanya berhenti sampai disitu aja kemampuan aktor satu ini semakin diakui oleh penggemar film di Indonesia. Pada tahun berikutnya Reza meraih Piala Citra untuk katergori pemeran Utama Pria Terbaik lewat filmnya yang berjudul 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta. Kemampuan akting yang dimiliki Reza membawanya kembali kepada sebuah penghargaan di tahun 2013 dalam ajang
Penghargaan Indonesia Movie Awards (IMA) sebagai Pemeran Utama Pria
36
Universitas Kristen Petra 4.1.4.2. Acha Septriasa
Gambar 4.5 Acha Septriasa
Sumber : www.google.com
Wanita bernama asli Jelita Septriasa atau sering kita kenal dengan nama Acha Septriasa ini merupakan seorang aktris dan penyanyi. Wanita yang berdarah Minangkabau ini mulai karirnya pada tahun 2004 menjadi seorang “GADIS”
Sampul atau model majalah yang lagi trend di masa itu. Di tahun berikutnya Acha
mulai menjajaki dirinya ke dunia akting, ia tampil sebagai pemain pendukung dalam film “Apa Artinya Cinta?” (2005). Dirinya semakin terkenal lagi ketika ia memainkan film “Heart” bersama Irwansyah dan Nirina Zubir sebagai lawan
aktingnya. Kesuksesan film “Heart” tersebut membawa Acha dipasangkan
kembali bersama Irwansyah yang kala itu menjadi kekasihnya dalam film “Love is Cinta”
Selama menerjuni karir di dunia aktingnya,wanita kelahiran 1 September
1989 ini pernah juga meraih penghargaan sebagai “Leading Actress” atau Aktris
terbaik dalam ajang Guardians e-Awards pada tahun 2008 berkat aktingnya dalam
film “Love”. Selain itu tahun 2008 menjadi titik balik karirnya dan dinobatkan sebagai “Star of the Year” oleh “Mellyana’s Guardians” yaitu sebauh forum bentukan Mellyana Manuhutu yang merupakan forum interaksi antara fans dengan idolanya. Pada tahun 2012, Acha kembali memperoleh penghargaan sebagai Pemeran Utama Wanita Terbaik dalam ajang Piala Citra Festival Film Indonesia melalui aktingnya di Film “Test Pack”.
37
Universitas Kristen Petra 4.1.4.3 Renata Kusmanto
Gambar 4.6 Renata Kusmanto Sumber : www.google.com
Wanita kelahiran Klaten, 7 November 1982 ini pertama kali memulai karirnya dengan menjadi model dalam video klip. Ditahun 2006 ia menjadi model video klip “Sejujurnya” yang dibawakan oleh Vina Panduwinata. Tidak hanya itu saja ia juga pernah menjadi model video klip Samsons, Ungu, Naif, Padi, Drive yang merupakan beberapa band yang terkenal di Indonesia.
Pada tahun 2009 Renata mencoba akting nya didunia film layar lebar dengan film pertama nya “Nazar”. Kemudian tawaran-tawaran kembali menghampirinya, terbukti kini dia sudah memerankan beberapa judul film-film layar lebar diantaranya “Sampai Ujung Dunia” (2012), “Mama Cake”(2012), “Get Married”(2013), dan “Wanita tetap Wanita “(2013).
4.2. Profil Informan
Berikut ini adalah profil pasangan informan yang namanya telah peneliti inisialkan. Terdapat 2 pasangan suami istri yang akan dijadikan sebagai informan. Kriteria Informan yang peneliti pilih Pasangan suami istri yang menikah minimal 3 tahun, karena menurut Westoff, Potter dan Sagi (2000), dua sampai tiga tahun perkawinan merupakan usia yang paling diinginkan untuk memiliki anak pertma dalam perkawinan. Usia perkawinan diatas tiga tahun merupakan usia dimana pasangan mendapatkan tekanan dari pribadi dan juga sekaligus tekanan dari luar.(dalam Sugiarti, 2008, p.28), Pasangan suami istri yang belum memiliki anak, pasangan suami istri yang lama tidak dikaruniai anak akhirnnya memiliki anak. Berikut profil masing-masing informan:
38
Universitas Kristen Petra 4.2.1. Profil Informan 1
4.2.1.1. Pasangan P dan R
Pasangan suami istri ini sudah menikah selama empat tahun. Istrinya berinisial P (31th) dan suaminya berinisial R (31th). Pasangan yang sama-sama lahir di tahun 1982 ini sudah memiliki rumah sendiri yang ditabung oleh suaminya sejak mereka pacaran. Pasangan ini bercerita bahwa sebelum mereka berpacaran P dan R adalah seorang teman baik aktif dalam segala kepanitian bersama ketika masa kuliah dulu ujar P tetapi kini mereka menjadi pasangan hidup.
R yang memiliki hobi nonton film-film luar ini merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara. Sejak umur sembilan tahun R sudah ditinggal ayahnya karena suatu penyakit. Sehingga dia hanya tinggal bersama dengan ibu dan kakaknya. Pria yang memiliki darah batak ini sehari-sehari bekerja di salah satu perusahan swasta di Gresik, sehingga setiap hari dia harus berangkat pukul 06.00 WIB dan kembali pukul 18.00 WIB. Pria lulusan S1 jurusan Mesin disalah satu perguruan tinggi swasta ini adalah orang yang memiliki prinsip ujar istrinya.
P seorang wanita keturunan jawa. Sehari-hari P juga sebagai wanita karir
dia bekerja di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Surabaya sebagai Head of
Administrasion. P yang merupakan wanita lulusan S1 Jurusan Manajemen ini seorang wanita yang ramah terlihat dari cara si P dalam memperlakukan orang yang datang kerumahnya.
Pasangan yang aktif dalam pelayanan paduan suara di gereja ini mengaku bahwa pertama kali memutuskan untuk menikah pada tahun 2009 adalah kesiapan diantara keduanya yang dirasa sudah cukup karena sudah berpacaran kurang lebih 8 tahun. Ketika itu P sempat terpikir untuk menikah lebih cepat karena memiliki ketakutan yang dimiliki oleh wanita yaitu semakin bertambah nya usia dia akan semakin susah memperoleh anak. Namun sang suami yang berpikir lain bahwa dia harus memiliki tabungan yang cukup terlebih dahulu sebelum dia menikah.
Akhirnya pada tahun 2009 mereka memutuskan untuk menikah dan mengikat satu janji perkawinan yang mereka pegang sampai sekarang. Pasangan yang berasal dari beda budaya ini juga menceritakan bahwa mereka memutuskan
39
Universitas Kristen Petra menikah tidak ada halangan atau larangan dari kedua orang tua mereka. Mereka mengaku bahwa inilah jodoh yang Tuhan sediakan buat saya karena semua seperti dilancarkan. Hingga pada akhirnya di tahun ke empat usia perkawinannya ini mereka berdua belum juga dikaruniai anak, mereka mengaku tidak ambil pusing dengan hal itu meski sudah banyak teman atau kerabatnya yang menanyakan kapan punya momongan dan sebagainya, mereka berdua hanya menanggapinnya dengan santai “mungkin belum aja dikasih” jawab sang istri.
Persoalan tentang anak juga sudah dibahas berdua sejak mereka memutuskan untuk menikah, sehingga mereka tidak terlalu khawatir akan hal tersebut. Sang istri mengakui bahwa di tahun ketiga dia sangat menginginkan kehadiran anak dalam perkawinan mereka namun, kenyataannya Tuhan masih belum memberikan kesempatan kepada mereka dan itu tidak membuat mereka cepat putus asa dan tetap berusaha melakukan apa saja tetapi tidak yang terlalu “ngoyo” atau memaksa juga ujar sang istri. Selain itu sang istri juga bersyukur karena orang tua dan mertuanya tidak memaksa atau menuntut kepada mereka tentang anak tersebut sehingga mereka tetap menikmati masa-masa berdua mereka walaupun belum dikarunia anak sampai sekarang.
4.2.1.2. Setting Wawancara
Awal perkenalan peneliti dengan pasangan P dan R ini dikenalkan oleh teman peneliti. Teman peneliti ini merupakan teman dekat dari pasangan informan ini. Pertama kali peneliti bertemu pasangan P dan R ini ketika berada dirumahnya. Saat itu peneliti dan teman peneliti datang berkunjung sekitar pukul 19.00 WIB. Kedatangan kami disambut dengan senyuman oleh P dan R. Peneliti kemudian mengutarakan tujuan peneliti datang kesana untuk menjadikannya sebagai informan, tetapi sebelumnya teman peneliti sudah sempat mengutarakan tujuan peneliti tersebut kepada pasangan informan ini, dan di terima baik oleh pasangan ini. Pasangan P dan R ini memiliki sifat yang sangat ramah terhadap orang, itu yang peneliti rasakan ketika pertama kali berbicara dengan mereka, peneliti bisa langsung merasa nyaman ketika berbicara dengan mereka berdua.
Perkenalan pertama kami tersebut berlangsung di ruang keluarga rumah mereka sambil ditemanin sebuah televisi yang menyala. Rumah yang berlantai 2
40
Universitas Kristen Petra ini tidak terlalu besar dan minimalis ini sangat nyaman, tidak banyak hiasan
apapun di dinding ruang keluarga hanya terlihat sepasang foto prewedding
merekan yang terpanjang disalah satu sudut ruanga. Selain itu karena mereka masih tinggal berdua dan belum dikaruniai seorang anak memang terasa sepi. . Dengan duduk santai sambil bercanda peneliti mulai menanyakan beberapa hal tentang keseharian mereka dan menceritakan awal pertama kali mereka berkenalan untuk mengetahui karakter masing-masing pasangan ini. Perkenalan pertama kita berakhir pada pukul 20.30, waktu tidak begitu terasa karena pembicaraan kita dicampur dengan canda tawa pasangan ini.
Dihari berikutnya dengan waktu yang telah kita sepakati peneliti datang kembali kerumahnya, untuk menonton film dan melakukan wawancara . Sekitar pukul 18.00 setelah mereka pulang kerja dengan sang istri masih menggunakan pakaian kerja menyuruh peneliti masuk dan menunggu sebentar, karena suami nya pada saat itu sedang mandi. Beberapa menit kemudian setelah mereka selesai melakukan aktifitasnya masing, peneliti mulai menonton bersama sambil melakukan obeservasi serta menanyakan beberapa hal yang terkait. Sambi kedua nya duduk santai disofa sambil menyiapkan beberapa makanan kecil untuk dimakan, mereka terasa hanyut sambil sesekali berceloteh. Setelah selesai menonton pukul 21.00 wib, peneliti melakukan beberapa wawancara mendalam dengan pasangan ini dan berakhir sekitar 22.00 wib.
4.2.2. Profil Informan 2 4.2.2.1. Pasangan Y dan A
Pasangan ini sudah menikah selama 6 tahun, Istrinya yang berinisial Y (33th) dan suaminya yang berinisial A (32th). Pasangan yang tinggal di daerah Tropodo Sidoharjo mengaku pertama kali Y berkenalan dengan A suaminya ketika berada dibangku kuliah, dimana Y merupakan kakak angakatan dari A yang saat berada pada Jurusan yang sama di salah satu Perguruan Tinggi di Surabaya. Setelah menjalin hubungan pacaran kurang lebih 4 tahun ini akhirnya mereka memutuskan untuk menikah pada tahun 2007. Pasangan Y dan A yang saat itu sudah memiliki kesiapan diantara keduanya untuk menempuh kehidupan berumah tangga
41
Universitas Kristen Petra
Y merupakan seorang wanita berketurunan Chinese. Sehari-hari Y bekerja
di salah satu Perguruan Tinggi swasta di Surabaya sebagai staf administrasi. Y yang merupakan lulusan S1 Jurusan Pariwisata di salah satu perguruan tinggi di Surabaya ini mengaku bahwa sebagai wanita karir dia tidak akan melepaskan tanggung jawab nya sebagai seorang istri, dia tetap mengurusi rumah tangganya. Y yang merupakan anak kedua dari dua bersaudara ini memiliki sifat melankolis
yang sangat dominant sehingga dia mengaku bahwa dia akan mudah sekali
terbawa suasana. Ini lah yang menyebabkan Y pada tahun ke 3 perkawinannya yang tak kunjung dikaruniai anak menjadi sangat terbeban dan kepikiran, belum lagi dari lingkungan yang selalu menanyakan hal seputar anak tersebut.
Berbeda dengan Y , A yang cenderung lebih santai orang nya tidak terlalu ambil pusing oleh masalah tersebut. Pria keturunan chinese ini sehari-hari bekerja di salah satu perusahaan swasta di Tropodo sebagai marketing. Pria lulusan S1 Jurusan Pariwisata ini juga merupakan anak tunggal dikeluarganya. Orang yang sangat senang dengan kerapian dan tidak suka meletakan barang dengan sembarang ini memiliki kepribadian yang bertolak belakang dengan istrinya, tetapi itu justru yang membuat mereka saling mengisi satu sama lain
Pasangan yang sama-sama beragama Kristen ini mengatakan dulu diawal perkawinan mereka, mereka bersepakat untuk menunda kehamilannya selama 1 tahun. Itu dikarenaka mereka ingin menikmati hidup berduaterlebih dahulu tanpa diganggu oleh anak. Setelah melewati 1 tahun perkawinan mereka, pasangan ini tidak langsung diberikan keturunan. Padahal di tahun 2 dan 3 perkawinan mereka sudah banyak sekali orang yang menanyakan dan menganjurkan untuk segera mengikuti program dokter dan semacamnya. Tidak memungkiri bahwa di tahun 3 itu Y dan A sudah sangat ingin memiliki anak meskipun tidak terlalu memaksa tetapi mereka berdua percaya dan tetap berusaha. Mereka tetap melakukan berbagai upaya tetapi tidak terlalu memaksakan juga ujar Y. Meskipun seringkali orang tua A yang saat itu juga menanyakan kehadiran cucu nya karena ingin sekali melihat anak tunggalnya memberikan keturunan. Pasangan ini saat itu hanya bisa bersikap santai dan menjalani keadaan yang ada tanpa harus memaksakan.
42
Universitas Kristen Petra Akhirnya selama penantian 5 tahun yang mereka lalui dengan segala macam pertanyaan dan masukan baik dari teman dan keluarga. Akhirnya ditahun ke 6 perkawinannya mereka dikaruniai seorang anak
4.2.2.2. Setting Wawancara
Pertemuan pertama dengan pasangan Y dan A ini d salah satu tempat makan, awalnya peneliti sudah kenal dengan Y sebelumnya tetapi belum ada kesempatan bertemu dengan A suaminya. Sampai akhirnya peneliti membuat janjian siang hari sekitar jam 11.00 di salah satu tempat yang sudah kita tentukan. Awal perjumpaan peneliti dengan pasangan Y dan A, peneliti jadikan sebagai perkenalan lebih dalam. Sambil makan kita ngobrol tentang seputar keseharian dan kehidupan mereka, sampai pada akhirnya peneliti menanyakan kesediaannya untuk menjadi informan peneliti. Hal ini sudah peneliti jelaskan ke Y istrinta hanya karena baru ada kesempatan sekarang bisa bertemu sehingga peneliti kembali meminta kesediaan mereka menajdi informan peneliti. A dan Y yang meresponi sangat baik kemudian bersedia membantu peneliti.
Hari berikutnya, dengan tanggal yang sudah peneliti tentukan bersama Y dan A peneliti kembali membuat janji bersama mereka. Peneliti dan Pasangan informan 2 yang sudah menentukan tempat, lagi-lagi kami bertemu disalah satu tempat makan. Pada saat itu pukul 13.00, mereka datang dengan memakai kaos dan celana pendek dan sandal jepit. Setelah kami mulai sapa menyapa, kami mulai memesan makanan dan minuman sebelum menonton. Pada saat itu peneliti menggunaka laptop sebagai sarana untuk menonton film tersebut. Setelah makanan datang kami memulai menoton film tersebut sambil peneliti observasi dan wawancara singkat. Karena kami menonton ditempat umum dan pada saat itu tamu tempat kami makan cukup ramai sehingga membuat beberapa suara dalam film tidak terlalu terdengar jadi peneliti harus mengulang beberapa kali adegan yang tidak terdengar. Selesai menonton sekitar 15.00. kemudian peneliti lanjutkan dengan wawancara yang terkait dengan beberapa adegan tersebut. Pada saat itu pasangan Y dan A mengaku bahwa mereka tidak memiliki banyak waktu karena
selain kerja mereka harus mengurus baby yang baru saja lahir, sehingga meminta
43
Universitas Kristen Petra menggabungkan acara nonton dengan wawancara mendalam. Dalam Wawancara kurang lebih 1 jam. Kemudian setelah melakukan wawancara sambil ngobrol santai, kita mengakhiri pertemuan kita.
4.3. Temuan Data
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai penerimaan pasangan suami istri
informan terhadap involuntary childlessness dalam film Test Pack maka peneliti
melakukan observasi dan wawancara. Dari hasil wawancara dan observasi peneliti lakukan, peneliti menemukan beberapa data yang dikelompokan berdasarkan
masing-masing adegan yang sudah disesuaikan dengan konsep involuntary
childlessness.
4.3.1. Penerimaan Pasangan Suami Istri terhadap Harapan Besar 4.3.1.1. Pasangan informan 1 (P&R)
Gambar 4.7. Harapan Tata untuk memberikan anak pada Rahmat Sumber : Olahan Peneliti
Pada gambar 4.7 di atas merupakan adegan Tata yang sedang melakukan upaya agar pembuahan yang mereka lakukan berhasil, namun Rahmat yang merasa kasihan melihat hal tersebut meminta Tata untuk segera menghentikannya. Tata yang masih dalam posisi tersebut justru mengatakan kepada Rahmat bahwa dia ingin sekali memberikan anak kepada Rahmat.
Pasangan Rahmat dan Tata dalam adegan tersebut melakukan berbagai upaya dan usaha dalam mewujudkan keinginan mereka agar bisa memiliki anak sendiri. Maka dari itu usaha dan upaya yang mereka lakukan merupakan sebuah bentuk harapan dan keinginan besar pasangan untuk mendapatkan anak.
44
Universitas Kristen Petra Melihat adegan diatas terjadi percakapan antara Tata dan Rahmat, dimana Tata mengungkapkan kepada Rahmat kalau dia ingin memberikan anak kepada Rahmat maka nya dia melakukan hal tersebut. Rahmat yang kemudian kembali
bertanya kepada Tata. Berikut dialog dalam adegan tersebut “emang tujuan kita
nikah cuma buat punya anak ya neng? bukannya kita nikah untuk kita hidup
bersama selamanya dan saling mencintai ujar Rahmat kepada Istrinya, namun
Tata kemudian menjawab kepada Rahmat, karena neng mencintai akang
(ditujukan ke Rahmat) maka neng mau kasih akang anak.“ P dan R melihat
adegan tersebut yang awalnya tertawa karena lucu dengan tingkah Tata kemudian berubah diam saat Tata dan Rahmat melakukan percakapan tersebut. Sambil memastikan pendapat mereka tentang hal tersebut. P yang setuju dengan adegan
tersebut mengungkapkan “yaa wajar kalau Tata ngomong gitu ke Rahmat”. Lalu P
menjawab “kan Tata seorang wanita dan kodrat wanita adalah melahirkan pasti dia pengen hal itu juga”. Tidak memungkiri bahwa kodrat wanita yaitu melahirkan dan itu menjadi sebuah tuntutan bagi sebagian istri yang ingin membuat sebuah keluarga. Sehingga besar keinginan Tata untuk memberikan anak pasti salah satu nya adalah menjadi seorang istri yang sempurna.
Dalam kondisi harapan besar yang digambarkan oleh adegan tersebut ini ditanggapi oleh P juga bahwa
“kalau menurut ku tentang yang itu tadi ya, di kehidupan sehari- sehari
memang cenderung kayak gitu, ketika pasangan suami istri lama ngga
punya anak itu akhirnya ee.. apa yaa.. sebagai perempuan kayak ngerasa
sendiri kurang lengkap toh, kan pandangan masyarakat itu lebih banyak
menyorot ke sisi perempuan kan kalau misalnya pasangan married lama
ngga punya anak, itu pasti kan masyarakat lebih menyorot ke
perempuannya, maka nya kadang-kadang sebagai perempuan ya itu
ngerasa aja apa yaa mungkin malah lebih getol yaa, soalnya hampir sama
sih hampir sama ya ceritanya ya bang.
Pasangan P dan R yang menangkap bahwa keinginan Tata yang digambarkan dalam film tersebut memang cenderung lebih besar dari pada suaminya dan itu diakui P sebagai suatu hal yang akan terjadi pada banyak perempuan, Adanya stereotipe-stereotipe yang sudah terbentuk sejak lama
45
Universitas Kristen Petra membuat perempuan akan merasakan memiliki keinginan atau harapan yang lebih besar.
Sedangkan gambar 4.8 dibawah merupakan adegan pada saat Tata sedang mempersiapkan makan malam untuk Rahmat dengan menu-menu yang dapat meningkatkan kesuburan suami istri seperti contohnya tauge yang digambarkan dalam film tersebut
Gambar 4.8 Tata menyiapkan makanan dengan menu yang dapat meningkatkan kesuburan
Sumber : Olahan Peneliti
Dari gambar 4.8 P menanggapi nya “kita biasanya ya kaya gitu kok
biasanya (sambil tertawa)” P mengaku bahwa dia juga menerapkan untuk
mengkonsumsi makanan yang dapat meningkatkan kesuburan untuk mereka berdua karena P melihat itu sebagai sebuah kewajaran bagi pasangan yang belum dikaruniai anak.
R yang berpendapat sama dengan P “itu alamiah kok, itu biasanya dilakukan oleh pasangan, itu malah saran-saran dari orang tua, saran-saran dari orang yang mau nikah, itu turun temurun kok itu pengetahuan yang sudah umum”. Dari pernyataan pasangan P dan R, mereka setuju dengan apa yang digambarkan dalam adegan, dimana pasangan akan melakukan semua cara dan upaya untuk menunjang keberhasilan mereka dalam memperoleh anak.
Untuk memperkuat penerimaan terhadap adegan yang digambarkan dalam gambar 4.7 dan gambar 4.8 Berikut penerimaan P, “iyaa setuju pasti pasangan
46
Universitas Kristen Petra akan berharap banyak dari diri mereka sendiri.. apalagi istri ya kan pengen toh pasti bisa ngelahirin sendiri” seperti yang dijelaskan P sebelumnya bahwa Istri memiliki kodrat sebagai wanita yaitu melahirkan pasti timbul harapan dan keinginan yang tersebesit didalamnya dan pasangan merealisasikannya dengan melakukan berbagai usaha tersebut. Sedangkan. R menanggapi hal tersebut seperti ini :
“Ya bisa jadi.. kan namanya pasangan pasti kan melakukan usaha semampunya kalau nanti berkata lain kan ngga ada yang tau, karena manusia pasti akan melakukan segala usaha terlebih dahulu dan keputusan terakhir melalui takdir Tuhan”
R yang menerima adegan terhadap harapan dan keinginan besar pasangan
tidak memungkiri pasti pasangan tidak pernah menginginkan sesuatu yang buruk pada awalnya, sehingga mereka akan berusaha terlebih dahulu meskipun pada akhirnya seperti apa nantinya, karena tidak ada pasangan yang tidak ingin tidak memiliki anak sendiri. Semua pasangan pasti ingin bisa memiliki anak dari darah daging sendiri itu semua impian dari pasangan suami istri.
4.3.1.2. Pasangan Informan 2 (Y&A)
Sedangkan pasangan informan 2 yaitu Y dan A melihat adegan ketika Tata mengatakan ingin memberikan anak untuk Rahmat, ditanggapi oleh Y sebagai seberikut:
“kalau lihat dari Tata sing pengen mungkin kan de’e juga ditanya-tanyain
terus mbek mertua ne, ya terus de’e juga usaha dengan apa tadi suntik
hormon yaa terus ee.. pokok e dengan berbagai usaha itu terus ya mungkin
nde’e shock kalau ternyata kesalahannya bukan pada dia tapi pada suaminya. Dan kalau keinginan cewek lebih besar dari cowok kok ngga ya.. sama-sama ya”
Tapi Y kemudian menambahkan beberapa pernyataan terkait dengan adengan yang terdapat diatas, bahwa tidak semua pasangan zaman sekarang ingin memiliki anak.berikut pendapatnya:
“menurut ku tergantung, karena ada temen ku juga yang ngga kepengen malah, karena merasa trauma atau malah merasa terikat dalam artian kalau
47
Universitas Kristen Petra
ketika punya anak atau baby itu untuk mungkin kerja, atau waktu untuk
having fun malah membuat terbatas dengan kerepotan-kerepotan yang
dialami ketika punya baby.”
Awalnya A menerima dengan baik apa yang terdapat dalam adegan dimana Tata masih memiliki harapan yang besar terhadap anak, namun A ternyata berpendapat lain mengenail hal tersebut. A menambahkan bahwa zaman sekarang ini tidak semua wanita sekarang menaruh harapan besar untuk segera memiliki anak, justru sebagian wanita akan memikirkan dia mau melahirkan atau tidak. “Kalau lihat dari sudut pandang Tata ya, kelihatan kalau Tata memiliki harapan besar atau istilahnya optimis lah ya untuk bisa memiliki anak sendiri.. tapi kalau secara umum wanita dibilang paling memiliki harapan besar memiliki anak ngga
juga jaman sekarang menurut ku”Sehingga pasangan Y dan A sama kurang setuju
dengan apa yang digambarkan dalam media saat ini.
Pasangan informan 2 ini juga sempat merasakan bahwa adanya harapan tidak sedikit di pengaruhi oleh sebuah tuntutan sosial yang membuat kedua pasangan ini akhirnya menjadi terbeban. Y sebagai istri pernah mengaku bahwa budaya kekeluargaan yang masih sangat erat di lingkungan mereka membuat hal tersebut sangat mempengaruhi kondisi mereka yang saat itu juga belum dikaruniai
anak. “Aku juga pernah merasa lho belum-belum punya..belum hamil ya terus
dituntut, sampai bosen kadang ditanya-tanyai terus ya adalah kepikiran seperti ini itu”. Pasangan tidak memungkiri bahwa tekanan dari orang sekitar membuat mereka sehingga ingin segera membuktikan akan kemampuan mereka untuk memiliki anak. Jadi pasangan ini juga tidak bisa menyalahkan tuntutan yang ada dan memang seperti itu keadaan budaya kita dan tergantun dari sikap masing-masing pasangan yang menanggapinya.
48
Universitas Kristen Petra 4.3.2. Penerimaan terhadap Kecemasan
Gambar 4.9 Rahmat yang terlihat cemas saat mengantar istrinya kedokter
Gambar 4.10. Rahmat terlihat gugup saat menunggu hasil test lab nya
Sumber : Olahan Peneliti Sumber : Olahan Peneliti
4.3.2.1. Pasangan Informan 1 (P&R)
Pada gambar 4.9 adegan Rahmat sedang mengantar Istrinya Tata periksa ke dokter, dalam adegan Rahmat yang terlihat tidak tenang dan memainkan benda-benda yang terdapat didalamnya. Saat melihat adegan ini P terlihat tertawa dengan tingkah Rahmat yang menunjukan kecemasan pada dirinya. Kemudian peneliti menanyakan hal tersebut kepada P. P hanya mengomentari sambil tertawa dia bilang ke suami ”konyol banget Rahmat” P yang melihat sikap Rahmat dinilai lucu. R yang hanya ikut tersenyum tidak berkomentar apa-apa. Sedangkan adegan berikutnya dimana Rahmat yang akan menerima hasil tes labnya kemudian R
berpendapat “yaa ketok banget dia kayak gugup ngga kosen gitu apalagi pas
ditanyain sering berhubungan? Jawabnya malah ngga sesuai”. Dan pasangan P
dan R tidak memungkiri seorang pasangan akan bersikap cemas ketika selama usaha yang mereka juga tidak mendatangkan hasil dan dihadapkan pada sebuah harapan yang tidak sesuai dengan apa yang dibayangkannya.
4.3.2.2.Pasangan Informan 2 (Y&A)
Dari gambar terlihat Rahmat sangat khawatir dengan kondisi Tata dan dirinya terlihat dari situ bahwa Rahmat yang tidak konsentrasi mendengar penjelasan dokter yang diberikan untuknya. Melihat gambar 4.9 dan gambar 4.10 diatas Y hanya menjawab dengan singkat “takut menerima kenyataan itu” kemudian ditanggapin oleh suaminya A.
49
Universitas Kristen Petra “ya itu dia sudah merasa dari awal soale kan sekarang gini mereka kan 7 tahun, ee..istrinya kan disuruh periksa istrinya mau otomatis pasti ada kekhawatiran lah dari lubuk hatinya yang paling dalam kan, pikirnya gini kalau istri ku ngga papa berati aku intinya kan seperti itu”
A yang merasakan bahwa ada kecemasan yang muncul dalam diri Rahmat ketika melihat dari setiap pemeriksaan Istrinya yang sehat-sehat saja. Peneliti melihat Ini lah yang mugkin akan dirasakan oleh sebagian pria dimana harus menghadapi kondisi yang tidak diinginkannya dan itu juga yang pernah mau dirasakan oleh A. Jadi tidak hanya selalu wanita yang akan mengkhawatirkan dirinya, pria pun memiliki ketakutan tersendiri apabila rumah tangga nya tidak kunjung dikaruniai momongan.
4.3.3. Penerimaan terhadap Stres
Pasangan yang belum memilliki anak akan menghadapi sebuah kondisi dimana mereka akan mengalami berbagai macam tekanan berupa kekecewaan yang berulang-ulang, pertanyaan dari pihak-pihak tertentu mengenai kehadiran seorang anak dan sebagainya. Hal tersebutlah yang nantinya akan membuat pasangan menjadi stres. Dalam hal ini stres yang dialami oleh pasangan Rahmat dan Tata diakibatkan oleh tekanan yang diberikan oleh sang ibu. Ditunjukan dalam film orang tua Rahmat menelepon mereka untuk menanyakan perkembangan mereka mengenai anak. Hal inilah yang membuat Rahmat menjadi tertekan, sehingga meminta ibunya untuk tidak menanykan hal tersebut kepada Tata istrinya.
Gambar 4.11 Orang Tua Rahmat yang menelepon Rahmat dan Tata menanyakan perihal anak terus
50
Universitas Kristen Petra 4.3.3.1. Pasangan Informan 1 ( P &R )
Dari adegan diatas penerimaan yang di tunjukan oleh P adalah “kalau tentang ibu nya itu mungkin dia kepingin tapi masih dalam taraf yang enak yaa
bang (suaminya), iyaa ngga yaa”P melihat gambar 4.11 masih dalam batas yang
wajar menurut P, karena P melihat itu sebagai sebuah keinginan seorang Ibu terhadap seorang cucu sehingga P masih setuju dengan sikap Ibu nya yang seperti dalam adegan tersebut.
Sedangkan ketika peneliti menanyakan hal yang sama kepada R suami P, R justru menanggapinya dengan membandingkan dengan kehidupan pribadi nya sendiri dan tidak sesuai dengan yang ada di adegan tersebut. R mengatakan “kalau
orang tua ku ngga.. malah marahin aku (sambil tertawa)”. Kemudian tidak lama
perkataan R ditanggapi oleh istrinya P, ia mengatakan
“soalnyakan kita kondisi nya orang tuanya dia yang marahin dia karena kok nyantai.. terlalu nyantai , tapi kalau kita lihat dari yang ibu nya Rahmat tadi wajar kok..meskipun dia kelihatan banget kepengen, ngoyok-ngoyok tapi kan masih dalam batas yang ngga .. ngga sampe menjadikan itu sebagai suatu masalah toh.. soale... jadi yaa ga pa2 ya bang.. memang gitu yaa”
Bahwa R dulu dimarahi karena sikapnya yang terlalu santai dalam menyikapi hal ini sehingga ibunya meminta dia untuk mulai memikirkan dan jangan selalu dibawa santai. Dari penjelasan diatas pula P mulai menegaskan kembali jawabanya bahwa ia setuju dengan sikap orang tua yang terdapat dalam adegan seperti diatas. Begitu juga dengan pernyataan si R yang kelihatanmya tidak nampak, namun R setuju, karena dengan melihat jawaban yang diberikan oleh R dia ingin mengatakan bahwa sikap orang tua dalam adegan tersebut masih batas normal karena tidak yang sampai marah-marah seperti yang pernah
4.3.3.2.Pasangan Informan 2 (Y dan A)
Berikut penerimaan Y terhadap adegan yang terdapat pada gambar 4.11, Y mengatakan :
51
Universitas Kristen Petra “wajar menurut ku, apalagi pernikahan tata dan rahmat sudah 7 tahun itu sangat wajar. Ada misal e orang apa orang tua yang mungkin itu adalah cucu pertama bahkan mungkin beberapa bulan married aja sudah ditanya terus, kapan sudah isi belom? Kayak gitu misal e. Tapi kalau yang ibu nya Rahmat tadi itu sangat wajar dan menurut ku malah sabar sekali dia karena cara ngomongnya itu sek enak, kayak sing di nasihati ojok capek-capek, ambil cuti kayak gitu toh bahkan ada juga yang orang tua atau mertua yang suka nggerusui gitu lho”
Dari penjelasan diatas peneliti melihat bahwa Y setuju dengan sikap orang tua Rahmat yang ditunjukan dalam adegan tersebut dirasa Y disebabkan oleh usia perkawinan Tata dan Rahmat yang terbilang lama sehingga wajar kalau ada keinginan orang tua terhadap kehadiran cucu. Selain itu Y memandang cara orang tua Rahmat masih berbicara dengan sopan justru mengingatkan secara baik tentang kesehatan Tata.
Sedangakan A juga setuju dengan sikap orang tua Rahmat karena A melihat dari dari segi jumlah anak dimana Rahmat yaang digambarkan sebagai anak tunggal karena tidak diperlihatkan kehiidupan Rahmat yang lain menurut A, dan itu memungkinkan cucu pertama dari keluarga Rahmat sehingga keinginan orang tuanya akan kehadiran anak semakin besar juga, berbeda dengan keluarga yang memiliki anak banyak dan sudah merasakan menimang cucu dari anak pertama atau kedua sehingga tidak akan membuat sang ibu menanyakan berulang-ulang seprerti yang terdapat dalam adegan tersebut. Inilah pendapat A mengenai adegan tersebut “ya wajar itu, kecuali kalau mungkin anaknya akeh ya cucu ne akeh jadi ya mungkin wes biasa nek ngono tapi kalau itu mungkin cucu pertama atau anaknya Cuma satu dua orang terus belum punya cucu ya perasaan pengen punya cucu pasti lebih besar”
52
Universitas Kristen Petra Gambar 4.12 Rahmat yang dengan setia memberikan dukungan buat Tata yang
stres akibat program dokternya tidak berhasil Sumber : Olahan Peneliti
Adegan diatas adalah adegan dimana pada saat itu Tata stres ketika mengetahui dirinya datang bulan lagi, padahal dia sudah menjalani program dokter namun masih tak kunjung hamil juga. Hal ini membuat dia stres berat. Dalam keadaan Tata yang stres, Rahmat justru datang memberikan dukungan buat Tata, disini terlihat ada hubungan yang baik anatara tata dam rahmat ketika mereka menerima kondisi seperti ini.
Pasangan informan 1, P dan R menanggapi adegan dengan santai dan mengatakan bahwa adegan seperti itu pernah ia alami, dan sikap yang ditunjukan Rahmat saat istrinya stres atau tertekan memang sebagai tugas laki-laki harus seperti itu, karena P juga merasakan hal yang sama ketika melihat beberapa adegan terseut. P mengatakan bahwa “ya2 dia selalu bilang gitu, yaa soalnya film itu ada beberapa yang persis kayak kita ya bang?”. Sedangkan R menanggapi adegan tersebut : “suami itu memang harus lebih santai dan kalau misalnya ngga lebih santai bisa lebih hancur, harus dibawa santai kalau ngga dibawa santai malah kepikiran terus malah rumah tangganya tambah stres”
Sambil kedua nya tertawa. R yang memang memiliki sifat santai dan menjalanin sesuatu nya dengan mengalir, meskipun ia sempat mengatakan bahwa ya pasti tetap dipikirkan tetapi yang tidak sampai membuat itu menjadi beban. Dari kedua tanggapan tersebut peneliti melihat bahwa karena ada kemiripan dengan kehidupan pribadi serta apa yang diceritakan dalam film, membuat mereka setuju terhadap adegan tersebut.
53
Universitas Kristen Petra Sementara itu pasangan informan 2, Y menanggapi adegan pada gambar 4.13 sebagai berikut :
“Ya.namanya suami istri harus saling menguatkan seperti itu ngga bisa dua-dua nya bersedih ngga memungkiri dalam hati sedih juga ngelihat istrinya
kecewa seperti itu”. Y tidak memungkiri bahwa Tata distu pasti kecewa sekali
dengan keadaanya yang tak kunjung hamil, ya memang seperti itu pasangan suami istri yang sangat mengharapkan anak, seringkali justru susah mendapatkan, tapi kalau yang tidak pengen anak malah dengan mudah mendapatkan anak. Sedangkan pendapat A menanggapi adegan tersebut
“menurut ku karena di basic nya memang konsultan jadi bahasan dia
istilahnya paham betul kan kalau namanya konsultan pernikahan terus pernikahan ne ee apa ada ..istilahnya apa bisa ngasih solusi lah ke orang
lain gitu lho. Jadi dia ngadepin sendiri kan nyantai gitu”
Si A justru melihat dari segi profesi Rahmat yang selalu dipertemukan dengan masalah rumah tangga yang berbeda-beda sehingga ketika Rahmat dihadapkan dengan kondisi seperti ini melihat istrinya stres akibat tak kunjung memiliki anak dia bisa menyikapi dengan baik, dan tenang karena dia sudah berpengalaman untuk seperti apa menyikapi hal tersebut.
4.3.4. Penerimaan Istri dan Suami Terhadap Timbul Konflik
Gambar 4.13 Tata yang marah besar saat mengetahui hasil tes lab Rahmat
yang disembunyikannya
Gambar 4.14 Tata yang ingin meninggalkan rumah dan ingin
berpisah dari Rahmat
54
Universitas Kristen Petra Adegan diatas merupakan kemarahaan Tata yang memuncak ketika dia mengetahui dengan sendirinya bahwa yang membuat mereka belum juga dikaruniai anak adalah Rahmat suaminya. Rahmat yang memang sejak awal tidak langsung memberi tahu Tata soal kemandulannya membuat konflik diantara keduanya semakin memanas. Itulah awal dimana mereka terlibat konflik yang besar pada persoalan anak tersebut.
4.3.4.1. Pasangan Informan 1 ( P&R)
Dari adegan tersebut peneliti menanyakan sikap yang terjadi pada Tata dan Rahmat ketika konflik itu mulai muncul. P menerima adegan itu sambil memikirkan posisi Tata sebagai seorang istri yang sudah berusaha untuk bisa
memiliki anak “Yaa mungkin, buat aku marah pasti ya karena ga jujur karena
ngga terbuka tapi ya mungkin aku ngga di posisi nya Tata yang saat itu sudah
berjuang mati-matian dan ngga kepikiran kalau rahmat gitu dan terus ternyata
rahmat nya mandul dan ngga ngomong itu ya mungkin juengkell.. pasti ada tapi
yo ..(diam sejenak)“. Lalu tiba-tiba si R suaminya menceletuk dengan singkat
“bukan itu masih bingung”, dan si P yang saat itu sedang duduk dan berpikir
kemudian mengatakan “oh ya,,ya ..ya ketika aku jadi penonton sih yo sakjane yo
gapapa. Cuma karena ngga jujur”. R yang kemudian menambahkan statment nya
bahwa “mungkin dia cari waktu ya tepat, rasanya kalau ngga lama dia akan
ngasih tau Cuma cari waktu yang tepat aja itu”,
Sedangkan gambar 4.15 diatas dimana Tata yang akan meninggalkan rumah dan meminta bercerai dari Rahmat diterima oleh pasangan P dan R sebagai
berikut. P menanggapinya seperti ini : “tapi aku agak gak setuju ketika Tata
ngomong aku pengen bangun keluarga tapi bukan sama kamu itu aku yang ngga
seneng”.Secara tidak langsung memang Tata ingin meminta bercerai dari Rahmat
begitu juga yang ditangkap oleh R “ya berarti dia pengen cerai”. Selain itu P
menegaskan kembali adegan tersebut dengan mengatakan “iya berarti dia ngga
bisa menerima suami nya apa adanya padahal kan harus kembali ke perjanjian pernikahan kayak apa .. lha kan memang tujuan menikah konsep pernikahan mu
kayak apa lek misal e cuman pengen punya anak yo”. Disitu P seolah ingin
55
Universitas Kristen Petra pernikahan yang jelas dari awal. Hampir sama dengan istrinya R juga tidak setuju dengan sikap Tata yang seolah lari dari permasalahan itu ia mengatakan:
“Yo ngga usah kawin kalau gitu, cari cewek aja buat dihamili kan bisa. Itu
tok yang aku ngga setuju kok berati kek gitu sama suami nya ngga mau
menerima apa adanya”
Dari pernyataan diatas R, bahwa tujuan pernikahan adalah yang paling penting di pertanyakan terhadap pasangan, bukan hanya saling merasa mencintai langsung memutuskan untuk menikah.
4.3.4.2. Pasangan Informan 2 (Y &A)
Pasangan informan 2 melihat konflik yang muncul akibat ketidaksiapan Rahmat untuk memberikan kabar tersebut dan diketahui oleh istrinya tiba-tiba membuat pertengkaran terjadi begitu hebat dimana Tata mengeluarkan emosi kepada Rahmat.
Y yang setuju menerima adegan itu langsung berkata
“Dan kalau aku lihat dari segi Tata itu wajar gitu lho, sak cinta-cinta e kita
itu pasti hal yang akan shock, mungkin butuh waktu yang akhirnya ya itu menjadi
pilihan, Acha ne mau mbalik untuk bersatu atau mau cerai kayak gitu seperti itu.
Pasti awal-awal e shock kayak gitu lho, entah kemudian mau menerima atau
enggak kembali ke pasangan nya masing-masing”
Dari tanggapan yang diberikan oleh Y mengenai hal tersebut, Y memang setuju karena Y yang tidak suka dengan sikap Rahmat yang berusaha menutupi. Namun hal tersebut dipandang lain oleh A sebagai seorang pria, dalam wawancaranya A mengaku bahwa pria memang memiliki sikap gengsi ketika diperhadapkan pada kondisi yang tidak mengenakan buat dia dan membuat harga dirinya jatuh. A mengatakan bahwa :
“Nah gengsi, kalau dilihat dari kayak gitu gengsi dimana kalau ada
permasalahan kayak gini ya, jujur pasti yang dikorbankan terus cewek atau perempuan, intinya dimana-mana misalnya lakinya yang punya masalah itu selalu, gini dulu ya kamu dulu periksa intinya kan seperti gitu. Kalau
pun sampai nda.. sampai hasilnya mungkin sih ceweknya ini mungkin
56
Universitas Kristen Petra hmm.. apa ya istilahnya itu kayak aku baik-baik saja, karena sudah ada steriotipe intinya kalau apa ya kalau cewek capek sedikit pasti ngga bisa jadi intinya semua nya kan kayak gitu. Ya titik beratnya saya sendiri mengakui kalau kaum pria itu gensi nya tinggi apalagi berhubungan dengan itu.”
Hal ini diterima oleh A dengan melihat sikap Rahmat yang tidak berani atau belum siap memberitahukan masalah ini kepada istrinya bahwa lelaki memiliki sifat gengsi yang tinggi sehingga tidak langung memberitahukan kepada istrinya apalagi persoalan yang menyangkut harga diri ya. Peneliti melihat apa yang disampaikan oleh A mengenai hal tersebut bahwa pada umumnya orang yang mengalami kemandulan diidentikan dengan wanita, sehingga pria menjadi merasa jauh tidak siap ketika mengetahui dirinya mengalami kenyataan seperti itu. Maka terlihat Rahmat memilih untuk menutupi karena tidak tau harus seperti apa, karena menerima hal tersebut sudah cukup berat.
Dari gambar 4.15 diatas Tata yang akan pergi dari rumah dan meninggalkan Rahmat serta keinginan Tata yang ingin bercerai dari Rahmat, dipandang A kurang melakukan komunikasi diantara keduanya. Tata yang seolah ditinggalkan Rahmat saat Tata belum bisa menerima kenyataan bahwa rumah tangga nya tidak akan memiliki anak, sedangkan Rahmat mengatakan sebaliknya bahwa rahmat berpikir bahwa Tata tidak bisa mengerti dirinya yang mandul, maka nya dia memilih cerita ke orang lain. A mengatakan :
“dari kehidupan nyata pun bukan dalam kehidupan perfilman juga intinya
kan kalau kita.. kita ngga usah ngomong pasangan walaupun temen itu
pasti ada komunikasi. Satu sedih satu nanyain kenapa, satu seneng satu
nanyai kenapa seneng gitu, inti e walaupun dalam kehidupan perkawinan
yaa rasa ne mungkin komunikasi ya.”
Sedangkan Y menerima adegan tersebut dengan mengatakan :
“Pastilah Tata marah besar ditambah dia memergoki Rahmat bersama
mantannya, tapi ini ngga akan terjadi apabila Rahmat ngga menemui shinta dan
bicara langsung dengan Tata tentang keadaann sebenarnya , aku rasa ngga akan
sampai ngelepas cincin dan minta cerai kalau rahmat bicara langsung dengan Tata”
57
Universitas Kristen Petra Dari pernyataan Y dan A, mereka menangkap adanya kurang komunikasi
Y mengatakan bahwa “Tata ngga akan sampai ngelepas cincin dan minta cerai
kalau Rahmat bicara langsung dengan Rahmat”. Dari situ terlihat bahwa pasangan
Rahmat dan Tata memang tidak melakukan komunikasi yang dilakukan pada pasangan pada umumnya sehingga menyebabkan kesalahpahaman diantara keduanya. Dan komunikasi itu yang menjadi kunci pasangan suami istri dalam
membina keluarga
4.3.5. Penerimaan Istri dan suami terhadap Depresi
Gambar 4.15 Rahmat yang Depresi karena kemandulannya Sumber : Olahan Peneliti
4.3.5.1. Pasangan Informan 1 (P&R)
Seperti yang terjadi dengan Rahmat, dia juga mengalami depresi dimana dia belum bisa menerima keadaannya yang ternyata mandul. Hal ini nampak dari adegan dimana Rahmat menangis sendiri di sudut rumahnya seperti gambar pojok kanan. Dan dilihat dari adegan itu P melihat bahwa tidak memungkiri seseorang yang akan mengalami hal serupa dengan Rahmat akan mengalami keadaan stres apalagi kurangnya dukungan dari orang sekitar pasti akan membuat dia semakin terpukul “yaa wajar Rahmat seperti itu, menerima kenyataan itu aja sudah berat
ditambah istrinya yang ngga mau ngertiin dia.. kalau jadi dia pasti juga stres
berat”
Sedangkan dari sudut pandang suami R mengaku bahwa “yaa mana ada
lelaki ngga stres kalau ternyata dia dibilang mandul, itu kan sama aja menyatakan
dia gagal, tapi aku kurang suka dengan sikap Tata yang meninggalkan Rahmat kayak gitu”.
58
Universitas Kristen Petra 4.3.5.2. Pasangan Informan 2 (Y&A)
Masalah keturunan memang sangat sensitif bagi sebagian orang apalagi kita tahu bahwa di budaya kita yang sangat mementingkan perihal anak dan itu juga yang diterima dan dirasakan oleh Y
“kalau aku dari segi cewek, ngeliat itu tadi ya itu wajar sak cinta-cinta e
pasangan kita ya pasti itu hal yang sangat shock apalagi ee.. perihal
keturunan kayak gitu ya dan mungkin beda sama kultur luar kalau kultur
disini kan istilah ne sek ada orang tua, keluarga atau orang-orang deket itu
rasa e nek married nda punya anak akan menjadi suatu apa ya..ya kayak
sing gunjingan lah atau maksud e ada muncul negative-negative thingking dari orang-orang kenapa kok belum punya anak atau belum segera punya anak”
Sedangkan dari A melihat diri Rahmat yang harus menerima kenyataan ini seperti dalam adegan tersebut sebagai berikut:
“kita lahir itu kan pengennya subur, ngga ada apa-apa, ngga ada sakit nda punya istilahnya anggota tubuh juga lengkap otomatis semua kan harus lengkap ya kan? Istilahnya ngga ada kesalahan sedikitpun lah. Minta nya kan seperti itu tetapi kalau sampai akhirnya seperti itu bukan kemauan kita, pasti kalau jadi Rahmat akan depresi juga karena memang ini bukan suatu hal yang mudah untuk kita terima apalagi kemudian ditinggal
istrinya maka akan menjadi cobaan yang lebih besar”
Peneliti melihat bahwa seseorang yang mengalami hal sama yang dialami oleh Rahmat itu bukan berdasarkan kemauan mereka, karena seperti yang dikatakan oleh A bahwa manusia pengen lahir dengan keadaan yang baik dan sempurna namun tidak bisa memilih seperti itu. Sudah pasti itu menjadi cobaan yang besar bagi seseorang yang mengalaminya apalagi tidak ada dukungan yang diberikan oleh orang disekitarnya seperti yang dilakukan Tata. Ditambah dengan tekanan sosial yang membuat dirinya semakin depresi karena sebagai laki-laki dia sudah jatuh harga dirinya.
59
Universitas Kristen Petra 4.3.6. Penerimaan Pasangan Istri dan Suami terhadap Penyelesaian Konflik
Gambar 4.16 Akhirnya Tata dan Rahmat mengingat janji pernikahan mereka dan memutuskan untuk bersama
Sumber : Olahan Peneliti
4.3.6.1. Pasangan Informan 1 (P &R)
Konflik yang terjadi dalam rumah tangga Rahmat dan Tata yang dikarenakan mereka tidak bisa menghasilkan keturunan yang diakibatkan ketidaksuburan Rahmat, membuat mereka mengalami masa terberat dalam rumah tangganya. Kebanyakan dari pasangan suami istri yang serupa dialami oleh Rahmat dan Tata mereka akan memutuskan bercerai, namun Tata dan Rahmat justru memilih untuk menjalanin nya berdua dan menerima apa adanya.
P menerima adegan terhadap penyelesaian masalah dalam rumah tangga mereka sudah benar dan P setuju dengan kata-kata yang diucapkan Rahmat
kepada Tata “yaa itu bagus banget dengan kata-kata saling melengkapi itu, bahwa
sebenarnya yang bisa mengambil keputusan ya mereka berdua mau
mempertahankan atau tidak”. Janji yang diucapkan semasa pernikahan mereka
dirasa R sebagai kunci penyelamat rumah tangga mereka. “yaa itu yang paling bisa menyelematkan rumah tangga ya itu, ya Saling melengkapi menerima apa ada nya.”
60
Universitas Kristen Petra Gambar 4.17. Mertua Shinta yang meminta shinta dan suaminya bercerai
akibat shinta tidak bisa memberikan keturunan Sumber : Olahan Peneliti
Di atas adalah salah satu adegan dengan penyelesaian konflik yang berbeda, Shinta yang dulunya mantan pacar Rahmat yang juga memiliki permasalahan yang sama dengan Rahmat yaitu mandul. Membuat hubungan Shinta dan suaminya Heru harus di ambang perceraian. Dalam penyelesaian konflik pada kasus keluarga Shinta justru mertuanya yang ikut campur dalam menyelesaikan masalah tersebut dengan cara meminta anaknya Heru untuk menceraikan Shinta. Hal ini kemudian peneliti tanyakan kepada P dan R mengenai sikap yang ditunjukan oleh mertua Shinta dalam kondisi dimana anaknya dan menantunya tidak bisa menghasilkan keturunan, dan memaksa mereka untuk bercerai.
P yang menyadari bahwa itu berlawanan dengan yang digambarkan oleh pasangan Rahmat dan Tata “oh yaa.. itu yaa kayak berlawanan ya gimana yaa bang jelasinnya” kemudian sang suami menceletuk “kalau aku sih melihat kasihan
anaknya, yang kedua anaknya ngga punya pendirian”. P yang kemudian setuju
dengan perkataan suaminya mengatakan bahwa “ya anaknya ngga punya
pendirian, soalnya kan ketika anaknya sudah membangun keluarga sendiri, punya
permasalahan sendiri”. Peneliti, R dan Psambil hening sejenak, kemudian R
tiba-tiba bilang bahwa “dan itu tergantung dari kepercayaan orang-orang dulu juga”. P yang kemudian menambahkan perkataan “suaminya “apalagi ibu nya Heru (suami
Shinta) koyo masih rodo jawa gitu ya”. R yang kemudian membenarkan
perkataan sang istri mulai menambahkan bahwa orang zaman dulu tidak mudah
61
Universitas Kristen Petra apa.. iyo kayak zaman-zaman sekarang kalau lebih dengan pengertian gitu yang
lebih apa ..orang – orang yang lebih sudah mengerti harus nya ngga akan kayak
gitu, kalau aku sih sebenarnya tergantung pasangannya bukan orang tua” ujar R.
4.3.6.2. Pasangan Informan 2 (Y dan A)
Y menanggapi adegan ketika Rahmat dan Tata mengingat janji pernikahan mereka dari sudut pandang yang berbeda bahwa Y melihat tetap saja pasangan suami istri yang memutuskan segala sesuatu pasti ada baik dan buruknya dimana itu dipengaruhi oleh budaya ketimuran kita.
“ya..bener tapi setiap yang kita ambil keputusan mesti ada pro kontra dari orang-orang disekeliling tapi yang menjalani itu adalah suami istri itu kayak gitu.pasti ada pro kontra dari sekeliling dengan apa yang kita
putuskan. Padahal kan harus e itu nek wes nikah ya wes suami dan istri itu
bukan berarti kita tidak mau orang tua mencampuri, keluarga melok-melok
ngga kayak gitu ya”.
Sedangkan A hanya menanggapi dengan santai “sangat setuju dengan
kata-kata itu”. Berbeda dengan penyelesaian konflik yang ditunjukan oleh
pasangan Rahmat dan Tata. Justru Pasangan Heru dan Shinta harus berpisah karena orang tua Heru yang memaksa mereka untuk bercerai karena Shinta tidak bisa memberikan keturunan bagi keluarganya. Y melihat itu sebagai hal yang tidak munafik bagi setiap orang tua yang menginginkan keturunan dari anaknya. Kemudian Y mengatakan bahwa :
“jujur.. itu juga wajar yaa maksudnya ngga munafik gitu lho.. yaa istilah e
kita belum sampai kearah itu yaa. Kan pasti orang tua pengen yang terbaik buat anaknya tapi di satu sisi juga orang tua yang egois kalau menurut ku padahal itu kan masih banyak solusi salah satu nya seperti yang dilakukan Tata bisa mengadopsi anak kah. Tapi kan memang ada beberapa orang tua
yang emm.. ya mau nya cucu kandung gitu, tapi aku ngga menyetujui
sikap mertua nya itu”. Kemudian Y yang kembali mempertegaskan
jawabannya “Cuma itu ya ngga munafik ya pastinya adalah orang tua yang
62
Universitas Kristen Petra Sedangkan A menilai hal tersebut sebagai pro kontra “Pro kontra lah kalau
kayak gitu” A yang masih memiliki pertimbangan lain terhadap persoalan ini, ia
mengatakan bahwa:
“kalau menurut ku gini..orang tua yang ditonjolkan disini selalu orang tua
nya sih laki kan, orang tuanya Rahmat sama orang tuanya Dwi Sasono itu kan.. Nah inti ne kalau punya anak laki otomatis harus punya cucu kalau kamu punya anak perempuan nah kalau perempuan itu kan ikut suami nya
seperti itu. Lek menurut ku gini yang shinta ini nek menurutku suami nya
itu tahu kalau dia itu ngga bisa memberikan anak, karena apa karena di
endingnya suami nya masih tetep nyari .. ehhmm nah kalau menurutku ibu
nya juga tahu kalau menantu nya itu juga mungkin tidak bisa punya anak karena ya ngga mungkin toh anak sekarang minta restu nikah ngga menceritkan latar belakangnya pasangannya. Yah mungkin itu timbunan dari efek sejak awal sudah ngga disetujui mungkin kalau menurutku itu.
Lagian ketambahan ngga bisa punya anak dan ini kan ngga dijelaskan
ngga bisa punya anaknya ini karena apa, ya kalau menurutku wajar siih kalau orang tuanya yang laki seperti itu Cuma mungkin sifatnya terlalu berlebihan, sifatnya terlalu ekstrim menurutku. Yaa jujur kalau aku nanti aku jadi orang tua punya anak laki ya mungkin juga ada sikap seperti itu Cuma ya kayak kita ngomong aja gitu lho kita bersikap pasrah aja. Dan pastilah suatu saat yang namanya mujizat itu kan kita ngga tau”
A juga menambahkan bahwa dari pengalaman pribadinya sebagai anak tunggal satu-satunya dia mengatakan bahwa :
“dan yaa itu nomor satunya pengalaman pribadi, jadi aku kan sebagai anak
laki ya ditanyain, kapan cucu nya...kapan? oh belom dan sebagainya.. nanti
oh makan no ini supaya lebih subur lah tetapi ngga pernah sampai keluar
kata-kata apa wes istri mu ngga subur apa. Kan belum tentu masalahnya di
istri atau suami, mosok kita harus kawin cerai kawin cerai nyobain
satu-satu kan ngga mungkin. “
Dari pernyataan yang disampaikan oleh A diatas peneliti menemukan bahwa faktor anak tunggal bisa juga mempengaruhi pasangan orang tuanya untuk ikut campur dalam urusan rumah tangga anaknya, apalagi persoalan cucu pasti
63
Universitas Kristen Petra orang tua akan ikut ambil bagian untuk anak atau menantunya segera memberikan cucu bagi dirinya dan ini lah yang juga dialami oleh pasangan Y dan A.
4.3.7. Penerimaan Istri dan Suami terhadap menerima keadaan
Gambar 4.18. Rahmat dan Tata mengunjungin Panti Asuhan Sumber : Olahan Peneliti
4.3.7.1. Pasangan Informan 1 ( P dan R)
Dalam hal ini P menerima adegan yang terdapat dalam gambar 4.18, dengan memposisikan dirinya sebagai Tata ketika menerima hal yang sama
dimana masih banyak cara yang bisa kita lakukan “aku menempatkan diri ku
ketempat itu duh kalau misalnya suami kayak gitu ya apa yaa masih banyak cara kalau aku mikir, kalau misalnya memang gitu ya ngga dikasih Tuhan ya mungkin masih kepikiran bisa masih punya banyak keponakan atau adopsi pun paling elek adopsi pun ya masih bisa”. Sang suami hanya bisa tersenyum sambil
mengomentari istrinya “ paling elek adopsi, gaya mu”. R yang tidak meneruskan
pembicaraannya dan kembali menatap telepon genggamnya.
4.3.7.2. Pasangan Informan 1 ( Y dan A)
Melihat adegan terakhir dimana Tata dan Rahmat mengunjungi salah satu panti asuhan, disitu peneliti melihat bahwa sudah ada penerimaan diri dan keadaan yang mereka alami. Hal ini membuat mereka akhirnya memutuskan mengadopsi anak sebagai pelengkap keluarga mereka. Penerimaan Y dalam adegan yang terdapat pada gambar 4.19 ,ia mengatakan :
“tapi rasa e kok aku bolak-balik ke ini ya budaya nya kita atau
64
Universitas Kristen Petra menerima dengan jalan lain mereka mengadopsi anak terus ngga sampai cerai tetep bahagia walaupun bukan anak kandung gitu. Tapi itu ya tetep harus orang dua itu istilah ne bisa jadi dari keluarga atau dari orang-orang
disekitar mempengaruhi gitu. Maka ne bolak-balik mikir ndek luar itu
ndak “kepo”urusan mu urusan mu, urusanku urusan ku. Tapi nek ndek sini
kan pasti tetangglah , saudara sendiri lah , keluarga kandung pasti masih ikut berperan. Tapi ya harus itu tadi ya keduanya ini“
Sementara itu A menanggapinya sebagai berikut: “kembali lagi itu sebuah
pro kontra dimana kita tinggal dibudaya yang masih sangat kental dengan adat dan segala hal yang tidak semua orang bisa pahami serta kekeluargaan tadi, namun kita kembalikan lagi juga kepasangan masing-masing yang menjalaninya kan,mungkin sudah ada yang bisa menerima dan mungkin ada yang tidak bisa menerima, tapi semua ada baik buruknya dalam mereka memutuskan”
Dari penerimaan Y dan A terlihat bahwa dari jawaban mereka pasangan yang mengadopsi anak tetap menjadi bahan pembicaraan orang-orang yang berada disekitar kita. Dan hal tersebut yang disebabkan oleh faktor budaya ketimuran, dimana anak dinilai sebagai sesuatu yang penting bagi keluarga. Jadi adopsi, peneliti rasa masih belum dapat diterima dengan baik bagi sebagian orang. Sehingga benar yang dikatakan A bahwa pasangan yang memutuskan untuk mengadopsi harus benar-benar siap dan menerima segala dampaknya, sehingga itu masih menjadi pro kontra bagi sebagian orang.
4.4. Analisis Data dan Interpretasi Data
Pada bagian analisis data dan interpretasi peneliti akan memaparkan 2 pasang informan yang merujuk pada anaisis terhadap beberapa kondisi pada
pasangan involuntary childlessness yang digambarkan dalam film tersebut serta
peneliti masukan interpretasi data sesuai dengan kontekstual latar belakang mereka. Pada bagian ini peneliti juga sudah memasukan triangulasi didalamnya.
65
Universitas Kristen Petra P dan R sebagai pasangan informan 1 yang sudah menikah selama 4 tahun dan belum dikaruniai anak tersebut menerima secara dominan terhadap adanya
harapan besar pada pasangan involuntary childlessness yang digambarkan dalam
film. Gambaran harapan besar yang ditampilkan dalam film adalah dengan upaya mengkonsumsi makanan alami yang meningkatkan kesuburan dan istri yang menunjukkan keinginan untuk memberikan anak pada suami. Penerimaan yang dominan menandakan bahwa mereka memaknai keinginan memiliki anak sebagai bentuk kodrat sebagai perempuan. Selain itu pasangan informan 1 ini setuju terhadap harapan besar yang digambarkan dalam film itu, karena mereka mengalami hal yang sama seperti yang terjadi dalam film tersebut “kita biasanya ya kayak gitu kok ayoo.. cari kacang ijo, ayo makan tauge gitu masak tauge, sama
makanya tadi lihat itu .iih sama (sambil tertawa”)”, ungkap P sang istri.
Tidak hanya itu pasangan ini melihat bahwa harapan yang digambarkan dalam film ini merupakan sebuah streotipe yang juga mempengaruhi perempuan ketika mereka belum juga dikaruniai anak “ketika pasangan suami istri lamaaa
ngga punya anak itu akhirnya ee.. apa yaa.. sebagai perempuan kayak ngerasa
sendiri kurang lengkap toh, kan pandangan masyarakat itu lebih banyak menyorot ke sisi perempuan”. Sehingga pasangan ini mengaku keinginan yang lebih besar pasti ditunjukan oleh pihak perempuan “maka nya kadang-kadang sebagai
perempuan ya itu ngerasa aja apa yaa mungkin malah lebih getol yaa”.
Sementara Informan 2, Ydan A yang baru saja dikaruniai anak ini justru memaknai secara negosiasi terhadap gambaran harapan besar istri untuk bisa memberikan anak pada suami. Pasangan ini dapat menerima gambaran itu ketika mereka melihatnya di media, namun ketika dikaitkan dengan pengalaman mereka, hal ini dipandang lain oleh pasangan Y dan A. Pemaknaan negosiasi ini dilatarbelakangi oleh pengalaman Y bahwa ada temannya yang tidak ingin memiliki anak dalam perkawinannya.
“Menurut ku tergantung, karena ada temen ku juga yang ngga kepengen
malah, karena merasa trauma atau malah merasa terikat dalam artian kalau
ketika punya anak atau baby itu untuk mungkin kerja, atau waktu untuk
having fun malah membuat terbatas dengan kerepotan-kerepotan yang