• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Bentuk Aljabar Berdasarkan Teori Newman di Kelas VII MTs N 2 Surakarta Tahun Ajaran 2018/2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Bentuk Aljabar Berdasarkan Teori Newman di Kelas VII MTs N 2 Surakarta Tahun Ajaran 2018/2019"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN

SOAL CERITA BENTUK ALJABAR BERDASARKAN TEORI

NEWMAN DI KELAS VII MTs N 2 SURAKARTA TAHUN

AJARAN 2018/2019

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Program Studi matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh: ABDUL MUKTI

A410140178

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

(2)
(3)
(4)
(5)

1

KESALAHAN SISWA KELAS VII DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA BENTUK ALJABAR BERDASARKAN TEORI NEWMAN

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan kesalahan dan penyebab siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita bentuk aljabar berdasarkan

Newman’s Error Analysis (NEA). NEA terdiri dari lima tahap yaitu membaca,

memahami, transformasi, keterampilan proses, dan penulisan jawaban akhir. Jenis penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ini yaitu siswa kelas VII A2 di MTs N 2 Surakarta tahun ajaran 2018/2019. Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu tes dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan yaitu dengan reduksi data, penajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita bentuk aljabar yaitu: (1) kesalahan membaca 0%, (2) kesalahan memahami 29,825%, (3) kesalahan transformasi 64,912%, (4) kesalahan keterampilan proses 75,438%, dan (5) kesalahan penulisan jawaban akhir 96,491%. Faktor penyebab dari kesalahan tersebut yaitu siswa kurang menguasai materi, siswa kurang teliti, siswa tidak melakukan pengecekan kembali, dan kebiasaan buruk siswa tidak menuliskan kesimpulan.

Kata Kunci: kesalahan, newman’s error analysis, aljabar

Abstract

This study aims to describe the errors and causes of errors students made in solving word-context problems in the topic of algebraic form. The analysis was conducted based on Newman’s Error Analysis which consists of five stages, namely reading, unclearstanding, transformation, process skills, and encoding errors. This is a qualitative descriptive study involving all students of grade VII A2 at MTs N 2 Surakarta academic year 2018/2019. Data collection methods used by researchers are tests, interview methods, and documentation. The data analysis technique used is by data reduction, data review, and conclusion drawing. The results of this study indicate that students' mistakes in solving story problems in algebraic form are: (1) reading errors 0%, (2) unclearstanding errors 29,825%, (3) transformation errors 64,912%, (4) process skill errors 74,438%, and (5) encoding errors 96,491%. The causes of these errors are students who lack mastery of the material, students are not careful, students do not check again, and bad habits students do not write conclusions.

Keywords: mistakes, newman’s error analysis, algebra

1. PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting bagi suatu negara, di mana mutu pendidikan suatu negara merupakan salah satu acuan negara tersebut dapat dikatakan negara maju atau berkembang. Berhasil atau tidaknya pendidikan dapat dilihat dari tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan. Menurut Purwanto (2011:46) hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti

(6)

2

proses belajar mengajar, sehingga suatu negara dapat dikatakan negara maju atau berkembang jika memiliki hasil belajar yang baik.

Hasil belajar siswa tercermin dalam prestasi belajar siswa yang dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa setelah mengerjakan soal evaluasi yang diberikan oleh guru. Namun pada kenyatannya hasil belajar siswa masih belum memenuhi harapan, salah satunya yaitu hasil belajar matematika siswa. Berdasarkan hasil studi Programme for International Student Assesment (PISA) untuk bidang matematika OECD (2015), Indonesia berada pada peringkat ke-69 dari 76 negara peserta PISA. Peringkat tersebut masih berada di bawah negara lain di Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Berdasarkan data Kemendikbud (2016) hasil Ujian Nasional SMP/MTs Tahun 2016 pada pelajaran matematika, terjadi penurunan rerata nilai 6,04 poin. Pada 2015 rerata nilai yaitu 56,28. Sementara itu tahun 2016 50,24 lebih rendah dibandingkan nilai rerata Ujian Nasional mata pelajaran lain. Keadaan ini memprihatinkan mengingat peran matematika yang sangat penting.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat meningkatkan daya ingat dan berpikir secara logis. Sutama (2015:56) menyatakan bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan yang abstrak dan dikembangkan dari umum ke khusus dengan kebenaran suatu konsep dan kebenaran sebelumnya saling berkaitan. Menurut Siregar (2017) matematika adalah mata pelajaran yang masih dianggap sulit oleh siswa, sehingga seperti sudah menjadi kewajaran jika seseorang mendapat nilai yang kurang baik dalam matematika.

Dalam matematika salah satu masalah yang sering menjadi momok yaitu soal cerita. Soal cerita biasanya berupa permasalahan dari kehidupan nyata. Maksud dari diambilnya permasalahan dari kehidupan nyata adalah agar siswa dapat mengenal manfaat matematika di kehidupan nyata. Menurut Kamsiyati (2013) soal yang paling rumit dalam matematika adalah soal cerita dan biasanya nilai siswa rendah pada soal cerita. Sementara itu, menurut Budiyono (2008) soal cerita merupakan soal yang sulit bagi sebagian siswa. Untuk menyelesaikan soal cerita, siswa harus mengerti dan memahami inti dari soal tersebut.

Bentuk Aljabar merupakan salah satu materi matematika yang diajarkan di kelas VII SMP dan sederajat. Bentuk Aljabar sendiri adalah bentuk operasi hitung

(7)

3

yang terdiri dari satu atau beberapa suku yang melibatkan variabel. Dalam materi bentuk aljabar terdapat soal yang berbentuk soal cerita, di mana tidak sedikit siswa yang membuat kesalahan saat megerjakan soal tersebut. Menurut Raduan (2010) pemahamam dan kemampuan mengolah kata adalah kesalahan yang sering dibuat siswa.

Pada penelitian ini akan dilakukan penelitian tentang kesalahan siswa dan penyebabnya dengan judul “Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Bentuk Aljabar berdasarkan Teori Newman di kelas VII MTs N 2 Surakarta Tahun Ajaran 2018/2019”. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menemukan kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita bentuk aljabar serta menemukan penyebabnya, sehingga dapat menemukan alternatif pemecahan masalah yang dihadapi oleh siswa dalam menyelesaikan soal cerita bentuk aljabar.

2. METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Putra (2012:71) menyatakan bahwa di dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan hipotesis, karena penelitian ini menghasilkan data deskriptif, dimana data yang dihasilkan berupa kata-kata tertulis dan lisan yang cara memperolehnya dengan pengamatan yang di gunakan untuk menggambarkan kejadian yang ada di lapangan. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII A2 MTs N 2 Surakarta dengan subjek 25 siswa dan diambil 5 siswa untuk diwawancara (4 siswa mewakili dari tiap soal dan 1 siswa dari siswa yang melakukan kesalahan terbanyak). Pengumpulan data dilakukan dengan melaksanakan tes, wawancara, dan dokumentasi. Analisis kesalahan yang dilakukan berdasarkan Newman’s Error

Analysis (NEA) yaitu kesalahan membaca, kesalahan memahami, kesalahan

transformasi, kesalahan keterampilan proses, dan kesalahan penulisan jawaban akhir. Soal yang digunakan dalam tes harus merupakan soal yang valid, oleh karena itu sebelum diujikan kepada siswa soal tersebut sudah divalidasi oleh satu orang guru dan satu orang dosen matematika. Teknik analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah (1) reduksi data yaitu mengoreksi hasil pekerjaan siswa yang kemudian dianalisis untuk menemukan kategori-kategori kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita bentuk aljabar, (2) penyajian

(8)

4

data yaitu proses pengumpulan data dari hasil penelitian yang terorganisasikan dan tersusun sehingga memudahkan untuk menentukan kesalahan apa saja yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita bentuk aljabar, (3) penarikan kesimpulan yaitu suatu kegiatan dari kofigurasi yang utuh untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah melakukan penelitian dan menganalisis data hasil tes, peneliti memperoleh siswa menjawab salah dari soal nomor 1 sampai 4 yaitu 57. Besar persentase kesalahan untuk tiap soal yaitu persentase pada soal nomor 1 sebesar 64%, soal nomor 2 sebesar 52%, soal nomor 3 sebesar 68%, dan soal nomor 4 sebesar 44%.

Masing-masing kesalahan yang dilakukan siswa akan dibahas sebagai berikut:

3.1 Kesalahan Membaca

Kesalahan Membaca adalah kesalahan yang terjadi saat siswa gagal dalam membaca kata-kata ataupun simbol yang terdapat pada soal cerita sehingga membuat siswa tidak tepat dalam menyelesaikan soal cerita. Kesalahan ini terjadi karena siswa kurang teliti, kurang fokus, ataupun terburu-buru dalam membaca soal. Berdasarkan hasil pekerjaan siswa persentase kesalahan membaca dalam penelitian ini yaitu 0% dengan tingkat kualifikasi kesalahan sangat rendah, karena pada penelitian ini siswa tidak ada yang melakukan kesalahan membaca. Seperti dalam penelitian Satoto, dkk (2013) yang menyimpulkan bahwa dari 6 subjek penelitian, semua subjek dapat melewati langkah membaca tanpa adanya kesalahan. Menurut Jha (2012), siswa dikatakan telah melalui tahap ini apabila siswa dapat membaca soal dengan jelas serta dapat menemukan kata kunci dalam soal.

3.2 Kesalahan Memahami

Kesalahan memahami adalah kesalahan yang dilakukan siswa saat siswa sudah dapat membaca soal namun tidak dapat menentukan apa yang diketahui dan ditanyakan dari soal tersebut. Kesalahan ini terjadi karena siswa kurang teliti, tidak fokus, dan terburu-buru ingin menyelesaikan soal. Berdasarkan pekerjaan

(9)

5

siswa persentase kesalahan memahami dalam penelitian ini yaitu 29,825% dengan kualifikasi kesalahan rendah. Gambar 1 merupakan contoh kesalahan siswa pada tahap memahami.

Gambar 1. Jawaban Siswa S-02

Dari hasil analisis soal dan hasil wawancara yang dilakukan kepada siswa dapat diambil kesimpulan bahwa kesalahan memahami terjadi karena siswa tidak bisa memaknai soal dengan benar sehingga melakukan kesalahan dalam memahami soal. Siswa juga kurang menguasai materi yang akan diujikan karena tidak belajar. Sebanding dengan penelitian Priyanto dkk (2015) yang menyatakan bahwa siswa dalam menulis apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan tidak sesuai dengan permintaan soal. Mulyadi (2015) menyatakan bahwa pada kesalahan memahami kesalahan yang terjadi antara lain tidak lengkap dalam menuliskan yang diketahui, asal menentukan apa yang diketahui pada soal, bingung menentukan apa yang ditanyakan dan tidak paham apa yang ditanyakan pada soal, serta ada juga yang tidak mengerjakan yang diketahui dan yang ditanyakan.

3.3 Kesalahan Transformasi

Kesalahan transformasi adalah kesalahan yang terjadi saat siswa sudah bisa membaca dan memahami soal tetapi gagal dalam mentransformasikan atau mengubah soal cerita menjadi kalimat matematika. Kesalahan ini terjadi karena siswa kurang mengerti apa yang dimaksud dari soal. Berdasarkan hasil pekerjaan siswa persentase kesalahan transformasi dalam penelitian ini yaitu 64,912%

(10)

6

dengan tingkat kualifikasi kesalahan tinggi. Gambar 2 merupakan contoh kesalahan siswa pada tahap transformasi.

Gambar 2. Jawaban Siswa S-13

Berdasarkan hasil dari analisis pekerjaan dan hasil wawancara diperoleh bahwa siswa melakukan kesalahan transformasi. Penyebab siswa melakukan kesalahan tersebut karena siswa kurang menguasai materi. Siswa S-13 juga langsung menuliskan jawaban dari soal tanpa menuliskan permisalan-permisalan yang digunakan untuk membuat kalimat matematika. Seperti dalam penelitian Wijaya (2013) yang menyatakan bahwa kesalahan yang dilakukan siswa dalam membuat model matematika yaitu: a) siswa tidak menuliskan permisalan variabel yang dipakai pada pembuatan model, b) siswa salah dalam menuliskan permisalan variabel yang dipakai pada pembuatan model, c) model matematika yang dibuat tidak sesuai dengan apa yang maksud soal. Rindyana (2012) menyatakan bahwa pada tahap ini siswa melakukan kesalahan dalam mentransformasi informasi yang diberikan dalam soal ke dalam kalimat matematika terutama pada soal no 2 dan 3. Beberapa siswa juga tidak mengetahui metode yang akan digunakan. Karena siswa melakukan kesalahan transformasi sehingga menyebabkan kesalahan yang lainnya, yaitu kesalahan keterampilan proses dan kesalahan penulisan jawaban akhir.

Dari hasil analisis soal dan wawancara yang dilakukan kepada siswa dapat diambil kesimpulan bahwa kesalahan transformasi terjadi karena siswa tidak memahami apa yang dimaksud dengan kalimat/model matematika. Siswa juga

(11)

7

kurang menguasai materi sehingga tidak dapat membuat kalimat matematika dengan benar.

3.4 Kesalahan Keterampilan Proses

Kesalahan ketrmpilan proses adalah kesalahan yang dilakukan siswa sudah dapat menentukan urutan dari operasi matematika yang tepat untuk menyelesaikan masalah namun gagal dalam perhitungan, sehingga tidak dapat melakukan prosedur dengan benar. Kesalahan ini karena kurangnya konsentrasi siswa saat menyelesaikan masalah ataupun siswa tidak mengecek kembali hasil dari pekerjaannya. Berdasarkan hasil pekerjaan siswa persentase kesalahan keterampilan proses dalam penelitian ini yaitu 75,438% dengan tingkat kualifikasi kesalahan tinggi. Gambar 3 merupakan contoh kesalahan siswa pada tahap keterampilan proses.

Gambar 3. Jawaban Siswa S-20

Hasil wawancara dengan salah satu siswa yaitu S-20 dengan kesalahan keterampilan proses pada nomor 3 menyatakan bahwa siswa S-20 kurang teliti saat mengerjakan soal dan tidak mengecek kembali pekerjaannya. Seperti penelitian Zakaria dkk (2010) menyimpulkan bahwa jenis keterampilan proses terjadi ketika menghadapi kesulitan dalam faktorisasi dan menyederhanakan ungkapan aljabar serta melakukan aljabar. Rindyana (2012) menyatakan bahwa kesalahan keterampilan proses terjadi karena kurangnya kemampun siswa dalam memahami materi operasi pada bentuk aljabar. Kesalahan keterampilan proses juga menyebabkan kesalahan penulisan akhir, karena jawaban yang diperoleh menjadi salah.

(12)

8

Dari hasil analisis soal dan wawancara yang dilakukan kepada siswa dapat diambil kesimpulan bahwa kesalahan keterampilan proses terjadi karena siswa kurang teliti saat mengerjakan soal, siswa kurang memahami operasi-operasi dalam aljabar, dan siswa tidak melakukan pengecekan ulang pada pekerjaannya. 3.5 Kesalahan Penulisan Jawaban Akhir

Kesalahan penulisan jawaban akhir adalah kesalahan yang terjadi ketika siswa sudah dapat menyelesaikan permasalahan dari soal tetapi tidak dapat menuliskan jawaban akhir dengan tepat. Berdasarkan hasil pekerjaan siswa persentase kesalahan penulisan jawaban akhir dalam penelitian ini yaitu 96,491% dengan tingkat kualifikasi kesalahan sangat tinggi. Kesalahan ini terkjadi karena kebiasaan buruk siswa yang sering tidak menuliskan kesimpulan ataupun karena siswa tidak menjawab. Gambar 4 merupakan contoh kesalahan siswa pada tahap penulisan jawaban akhir.

Gambar 4. Jawaban Siswa S-13

Hasil wawancara dengan salah satu siswa yaitu S-13 dengan kesalahan penulisan jawaban akhir pada soal nomor 1 menyatakan bahwa siswa bingung apa yang harus ditulis sebagai kesimpulannya, karena sudah menjadi kebiasaan tidak menuliskan kesimpulan. Farida (2015) menyatakan bahwa sebagian siswa tidak menulis kesimpulan karena siswa cencerung ingin menyingkat jawaban dan tidak terbiasa dalam menuliskan kesimpulan. Suci (2016) menyatakan bahwa pada

(13)

9

tahap pengkodean kesalahan yang terjadi karena menuliskan jawaban akhir yang tidak sesuai dengan konteks dan tidak menuliskan jawaban akhir.

Dari hasil analisis soal dan wawancara dapat diambil kesimpulan bahwa kesalahan penulisan jawaban akhir terjadi karena siswa tidak terbiasa menuliskan kesimpulan, sehingga siswa tidak tahu ingin menuliskan apa untuk kesimpulan. Siswa juga ada yang melakukan kesalahan karena terburu-buru sehingga tidak menuliskan kesimpulan.

4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan secara keseluruhan, sehingga dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Kesalahan Membaca

Pada penelitian ini siswa tidak melakukan kesalahan membaca. Siswa dapat membaca soal dengan baik dan benar sebab soal yang dibuat peneliti tidak menggunakan simbol-simbol yang rumit.

b. Kesalahan Memahami

Kesalahan memahami yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal cerita bentuk aljabar terjadi karena siswa tidak bisa memaknai soal dengan benar sehingga melakukan kesalahan dalam memahami soal. Siswa juga kurang menguasai materi yang akan diujikan. Besar persentase kesalahan memahami sebesar 29,825%, maka termasuk dalam kualifikasi rendah.

c. Kesalahan Transformasi

Kesalahan transformasi yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal cerita bentuk aljabar terjadi karena siswa tidak memahami apa yang dimaksud dengan kalimat/model matematika. Siswa juga kurang menguasai materi sehingga tidak dapat membuat kalimat matematika dengan benar. Besar persentase kesalahan transformasi sebesar 64,912%, maka termasuk dalam kualifikasi tinggi..

d. Kesalahan Keterampilan Proses

Kesalahan keterampilan proses yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal cerita bentuk aljabar terjadi karena siswa kurang teliti saat

(14)

10

mengerjakan soal, siswa kurang memahami operasi-operasi dalam aljabar, dan siswa tidak melakukan pengecekan ulang pada pekerjaannya. Besar persentase kesalahan keterampilan proses sebesar 75,438%, maka termasuk dalam kualifikasi tinggi.

e. Kesalahan Penulisan Jawaban Akhir

Kesalahan penulisan jawaban akhir yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal cerita bentuk aljabar terjadi karena siswa tidak terbiasa menuliskan kesimpulan, sehingga siswa tidak tahu ingin menuliskan apa untuk kesimpulan. Siswa juga ada yang melakukan kesalahan karena terburu-buru sehingga tidak menuliskan kesimpulan. Besar persentase kesalahan penulisan jawaban akhir sebesar 96,491%, maka termasuk dalam kualifikasi sangat tinggi.

4.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan da implikasi di atas, ada beberapa hal yang akan peneliti sarankan untuk mengatasi kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita bentuk aljabar sebagai berikut:

a. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita bentuk aljabar sebaiknya siswa diberikan lebih banyak latihan soal agar siswa terbiasa dalam menyelesaikan berbagai macam soal dengan benar, cepat, dan tepat.

b. Untuk mengurangi banyaknya kesalahan yang dilakukan oleh siswa karena kesalahan membaca, memahami, transformasi, keterampilan proses, dan penulisan jawaban akhir dalam menyelesaikan soal cerita bentuk aljabar maka harus dilakukan penekanan pada materi bentuk aljabar.

c. Agar siswa tidak melakukan kesalahan, sebaiknya dilakukan pembiasaan untuk mengecek kembali jawaban sebelum dikumpulkan. Serta mengerjakan soal yang dirasa mudah terlebih dahulu agar menghemat waktu, sehingga tidak terburu-buru.

d. Dalam penulisan jawaban hendaknya guru membiasakan siswa agar menjawab dengan prosedur yang benar, seperti menuliskan diketahui, ditanyakan, penyelesaian dengan diawali permisalan jika diperlukan, dan menuliskan kesimpulan.

(15)

11

e. Hasil Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini dapat ditindaklanjuti dengan penelitian yang bersifat aplikatif, sehingga dapat saling mendukung dan benar-benar bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

Budiyono. 2008. “Kesalahan Mengerjakan Soal Cerita dalam Pembelajaran Matematika.” Pedagogia. (http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/ paedagogia/article/view/95).

Farida, Nurul. 2015. “Analisis Kesalahan Siswa SMP Kelas VIII dalam Menyelesaikan Masalah Soal Cerita Matematika.”. (http://ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/matematika/article/download/306/ ).

Jha, Shio Kumar. 2012. “Mathematics Performance of Primary School Students in Assam (India): An Analysis Using Newman Procedure.” International

Journal of Computer Applications in Engineering Sciences.

(http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.303.2464&rep =rep1&type=pdf).

Kamsiyati, Siti. 2013. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika

padasiswa SD.” Pedagogia.

(http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/paedagogia/article/view/6361). Mulyadi, Riyadi dan Sri Subanti. 2015. “Analisis Kesalahan Dalam

Menyelesaikan Soal Cerita Pada Materi Luas Permukaan Bangun Ruang Berdasarkan Newman’s Error Analysis (Nea) Ditinjau Dari Kemampuan Spasial.” Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika. (www.jurnal. fkip.uns.ac.id/index.php/s2math/article/view/6180/4276).

OECD. 2015. (https://www.oecd.org/pisa/pisa-2015-results-in-focus.pdf).

Priyanto, Arif, Suharto dan Dinawati Trapsilasiwi. 2015. “Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Pokok Bahasan Teorema Pythagoras Berdasarkan Kategori Kesalahan Newman di Kelas VIII A SMP Negeri 10 Jember.”. (http://repository.unej.ac.id/ handle/123456789/63514).

Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Putra, Nusa. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Raduan, Ismail Hj. 2010. “Error analysis and the corresponding cognitive activities committed by year five primary students in solving mathematical word problems.” Procedia Social and Behavioral Science. (sciencedirect.com/science/article/pii/S1877042810006403).

(16)

12

Rindyana, Bunga Suci Bintari dan Tjang Daniel Chandra. 2012. “Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Berdasarkan Analisis Newman.”.

(http://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel1B38E977F3512C05B4DF6426CD3B1 67F.pdf).

Ristekdikti. 2015. Kemampuan Matematika dan Sains di Urutan Ke-64 dari 65

Negara.

(http://lldikti12.ristekdikti.go.id/2013/12/05/skor-pisa-posisi-indonesia-nyaris-jadi-juru-kunci.html).

Satoto, Seto, Hery Sutarto dan Emi Pujiastuti. 2013. “Analisis Kesalahan Hasil Belajar Siswa dalam Menyelesaikan Soal dengan Prosedur Newman.”

Unnes Journal of Mathematics Education. (https://journal.unnes.ac.id/

sju/index.php/ujme/article/view/1757/1630).

Siregar, Nani Restati. 2017. “Persepsi siswa pada pelajaran matematika: studi pendahuluan pada siswa yang menyenangi game.”. (http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/ippi/article/download/2193/1655). Suci, Karunia. 2016. “Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal

Cerita Matematika Berdasarkan Analisis Kesalahan Newman.”

EKUIVALEN - Pendidikan Matematika. 19-24. (http://ejournal.

umpwr.ac.id/index.php/ekuivalen/article/view/2866/2705).

Sutama. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, PTK dan

R&D. 4th. Surakarta: Fairuz Media.

Wijaya, Aris Arya dan Masriyah. 2013. “Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel.” Mathedunesa. (http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/ mathedunesa/article/view/1453).

Zakaria, Effandi, Ibrahim dan Siti Mistima Maat. 2010. “Analysis of Students’ Error in Learning of Quadratic Equations.” International Education

Gambar

Gambar 1. Jawaban Siswa S-02
Gambar 2. Jawaban Siswa S-13
Gambar 3. Jawaban Siswa S-20
Gambar 4. Jawaban Siswa S-13

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan sosial adalah gejala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi Penelitian Tindakan Kelas ini yang

Kesiapan masyarakat dan pemerintah setempat dinyatakan dalam kueisioner yang menyebutkan siap dalam keikutsertaan tetapi belum siap dalam kesediaan alat yang

Prediksi Ketahanan Fundamental Ekonomi Negara Muslim Emerging Market Leadingindicator negara dalam pengendalian negara emerging market Muslim, yaitu Indonesia, Bangladesh

• Perlu dilaksanakannya Operational Level Agreement antara unit pengelola TI dengan unit-unit internal Ditjen Migas, namun kesepakatan itu harus disesuaikan dengan kapabilitas

Tingkat loyalitas baik perawat rollstat maupun perawat honorer berhubungan dengan faktor individu (umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah tanggungan dan

Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup individu. Melalui pendidikan, individu memperoleh informasi dan pengetahuan yang dapat dipergunakan untuk

sekalipun Anggaran DAU mengalami pengurangan yang sangat berarti, sebagai akibat berkurangnya wilayah Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah yang diakibatkan oleh ketentuan pasal 7