• Tidak ada hasil yang ditemukan

11. Konsep Pengembangan dan Standar Bahan Ajar PAUD Non Formal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "11. Konsep Pengembangan dan Standar Bahan Ajar PAUD Non Formal"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP PENGEMBANGAN STANDAR

DAN BAHAN AJAR PAUD NONFORMAL

PUSAT KURIKULUM

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

2007

(2)

DAFTAR ISI

1. Naskah Akademik 2. Naskah Standar Isi

(3)

\Standard an Bahan Ajar PAUD Nonformal - 2007 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu Tugas, Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) Pusat Kurikulum adalah melaksanakan Pengembangan bahan ajar dan Standar Kompetensi PAUD Formal dan NonFormal, Standar Isi dalam pengembangan kurikulum untuk pendidikan usia dini, pendidikan dasar. Salah satu yang menjadi bagian dari pengembangan tersebut adalah melakukan kajian kurikulum dari berbagai mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar yang dijadikan sebagai dasar untuk melakukan pengembangan standar dan bahan ajar Paud Formal dan NonFormal kurikulum yang menjadi tanggung jawab Pusat Kurikulum.

Untuk melaksanakan kegiatan tersebut perlu dilakukan serangkaian kegiatan yang utamanya adalah standar dan bahan ajar kurikulum mata pelajaran pendidikan dasar. Kegiatan di awali dengan penyusunan desain untuk menetapkan fokus pengembangan, selanjutnya melakukan kajian dokumen Standar Isi, pengembangan pelaksanaan standar isi, diskusi hasil pengembangan dokumen standar isi, diskusi hasil kajian pelaksanaan stadar isi, Studi dokumentasi standar isi, analisis data hasil kajian, penyusunan hasil pengembangan bahan ajar silabus, presentasi hasil pengembangan dan penyusunan laporan

B. Tujuan

Secara umum kegiatan ini bertujuan untuk melakukan pengembangan terhadap dokumen dan pelaksanaan kurikulum untuk pengembangan kurikulum masing-masing aspek perkembangan anak usia dini yang harus dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan ini terdiri atas:

Standar Kompetensi Pendidikan Anak Usia Dini merupakan seperangkat kompetensi yang diharapkan dapat dikuasai oleh anak sesuai dengan tahapan usianya. Standar ini dikembangkan berdasarkan aspek perkembangan anak, yang meliputi:

1.Perkembangan moral dan nilai-nilai agama 2.Perkembangan sosial, emosional dan kemandirian 3.Perkembangan bahasa

(4)

BAB II

KERANGKA BERPIKIR

A. Landasan Yuridis

1. Dalam amandemen Undang-Undang 1945 pasal 28 B ayat 2 dinyatakan bahwa ”setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas dari kekerasan dan disriminasi”.

2. UUD No.23 Tahun 2002 pasal 9 ayat 1 tentang perlindungan anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasan sesuai dengan minat dan bakatnya.

3. UUD No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, Pasal1, butir 14 dinyatakan bahwa “ Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.”

4. Undang-Undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

1) Pasal 36 ayat (3) : Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesiadengan memperhatikan:

a. Peningkatan iman dan taqwa b. Peningkatan akhlak mulia

c. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik. d. Keragaman potensi daerah dan lingkungan

e. Tututan pembangunan daerah dan nasional f. Tuntutan dunia kerja

g. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni h. Agama

i. Dinamika perkembangan global

j. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan

2) Pasal 37 ayat (1) : Kurikulum pendidikan dasar dan menegah wajib memuat: a. Pendidikan agama

b. Pendidikan kewarganegaraan c. Bahasa

d. Matematika

(5)
(6)

juga meningkat. Dampak pelaksanaan DAP bagi pelaksanaan pendidikan anak suai dini berpengaruh pada jangka panjang. Anak-anak ketika usia dini mendapat pelayanan pendidikan dengan metode DAP memiliki kemampuan membaca dan berhitung lebih tinggi saat mereka duduk di SD kelas 1 dibandingkan anak-anak yang tidak mendapatkan pelayanan pendidikan dengan metode DAP saat di pendidikan usia dini.

Menghadapi tantangan abad ke 21 ini pendidikan mesti mampu mengubah paradigmanya dari yang fragmented menjadi pendekatan holistik yang menempatkan pendidikan dalam sebuah konteks lingkungan yang saling terkait (Holistic approach). Kata HOLISTIC memiliki arti menyeluruh yang terdiri dari kata HOLY and HEALTHY. Pandangan holistik bermakna membangun manusia yang utuh dan sehat, dan seimbang terkait dengan seluruh aspek dalam pembelajaran; seperti spiritual, moral, imajinasi, intelektuan, budaya, estetika, emosi, dan fisik.

Terjadinya berbagai bencana kerusakan di lingkungan semesta diakibatkan ulah-ulah manusia, menyadarkan kita bahwa pendidikan kita kurang mampu mewujudkan keseimbangan antara kehidupan manusia di alam semesta. Memberikan kesadaran kepada para siswa akan kehidupan di abad ke 21 yang diwarnai oleh kehidupan masyarakat yang sangat heterogen dan permasalahan yang luar biasa terkait dengan lingkungan hidup yang semakin tercemar, konflik, peperangan, dan kemiskinan merupakan sebuah kemestian.

Sebuah kesepakatan global yang disebut GATE (Global Alliance for Transforming Education) mencanangkan perlunya transformasi pendidikan dari yangterkotak-kotak menjadi sebuah konsep yang utuh. Tujuan pendidikan menurut konsep yang utuh ini adalah untuk membangun manusia seutuhnya. Hal ini seperti yang juga termaktub dalam tujuan pendidikan nasional kita. Seluruh aspek yang dimiliki anak melalui pandangan holistik ini (The whole child education) akan berkembang dengan patut termasuk kesadaran bahwa ia adalah bagian dari anggota keluarganya, sekolah, lingkungan, masyarakat, dan komunitas global.

Krishnamurti mengatakan bahwa kegagalan sistem pendidikan untuk menjadikan manusia berwawasan holistik disebabkan pendidikan modern lebih bertumpu pada dunia sekuler, terlepas dari makna spiritual. Bagi Krishnamurti kesatuan integral adalah sakral dan segala sesuatu adalah bagian dari kesatuan integral. Oleh sebab itu segala sesuatu mesti memiliki makna yang sakral. Manusia perlu diberikan perangkat untuk mencapai pemahaman makna spiritual. Masalahnya sistem pendidikan modern sangat terspesialisasi dan telah memecahbelah keseluruhan menjadi bagian-bagian yang terpisah yang tidak lagi saling bermakna. Dalam kegiatan pendidikan konvensional seluruh potensi manusia yang dilibatkan hanya sebatas pada kognitif dan pisik semata, tanpa melibatkan aspek emosi dan spiritual.

(7)

\Standard an Bahan Ajar PAUD Nonformal - 2007 5

Carol Flake mengatakan bahwa dalam menghadapi tantangan global di abad 21 ini, maka pelayanan pendidikan mesti mampu mengubah paradigma dari yang terkotak-kotak (fragmented) menjadi pendekatan ekologis. Melihat anak hanya dalam aspek kognitis semata yang diselesaikan dengan tugas-tugas akademik yang steril dan memberikan mereka mata pelajaran yang tidak saling berhubungan dengan relevan dalam konteks kehidupan nyata tidak akan mampu menumbuhkan transformasi kesadaran (consciousness). Transformasi kesadaran ini merupakan bagian dari proses pendidikan yang akan mampu meredam segala carut-marut kondisi yang terjadi dalam peradaban modern, seperti kerusakan lingkungan semesta, konflik antaretnis, dan sebagainya.

Fitjrof Capra mengungkapkan bahwa betapa pengetahuan manusia tentang sains, masyarakat, dan kebudayaan, telah terkotak-kotak sehingga manusia tidak mampu lagi melihat gambar keseluruhan dari sebuah fenomena. Akibatnya banyak solusi dilakukan manusia didekati secara terpisah sehingga membuat masalah semakin terpuruk. Inti pemikiran dari Fitjrof adalah bagaimana upaya melihat segala sesuatu secara utuh dan menyeluruh yang diistilahkannya dengan ”Multidisciplinary, Holistic Approach to reality”. Kondisi ini diperkuat dengan pernyataan David Orr bahwa akar permasalahan yang ada saat sekarang dikarenakan pemikiran manusia dididik dengan sistem pendidikan yang terkotak-kotak yang kemudian membuat manusia berfikir secara parsial.

Berdasarkan kajian di tas maka jelas bahwa pendidikan bukan semata-mata menyiapkan manusia agar dapat berperan dalam salah satu dimensi kehidupan saja, melainkan agar siap menjalani seluruh dimensi kehidupan. Untuk itu potensi anak usia dini yang perlu dikembangkan dalam proses pendidikannya sesuai dengan prinsip holistik hendaknya terkait dengan:

1. Aspek Fisik

Terkait dengan perkembangan motorik halus, motorik kasar, termasuk menjaga stamina, gizi dan kesehatan.

2. Aspek Emosi

Terkait dengan aspek kesehatan jiwa, mampu mengendalikan tekanan/stress, mampu mengontrol diri dari perbuatan negatif, memiliki rasa percaya diri,, berani mengambil risiko, dan memiliki empati.

3. Aspek Sosial

Menumbuhkan rasa senang melakukan pekerjaan, mampu bekerjasama, pintar bergaul, peduli dengan masalah sosial, berjiwa sosial dan dermawan, bertanggung jawab, menghormati orang lain, mengerti akan perbedaan dan keunikan, mematuhi peraturan yang berlaku.

4. Aspek Kreativitas

(8)

5. Aspek Spritual

Mampu memaknai arti dan tujuan hidup dan bersikap taat terhadap ajaran agama yang diyakini melalui perbuatan baik yang konsisten.

6. Aspek Akademik

(9)

\Standard an Bahan Ajar PAUD Nonformal - 2007 7

BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN DAN HASIL

A. Pelaksanaan

Strategi kegiatan ini meliputi hal-hal sebagai berikut ini.

1. Penyusunan Desain sebagai kerangka kerja, yang mencakup: • Rasional

• Tujuan

• Ruang lingkup

• Hasil yang diharapkan • Landasan teori

• Strategi / langkah kerja • Instrumen

2. Kajian Konsep

• Pengumpulan bahan

• Rapat kesepakatan tentang konsep

• Penyusunan konsep tentang SK dan bahan ajar PAUD

• Raker menerapkan dan kesepakatan tentang konsep SK dan bahan ajar

3. Kajian kebutuhan lapangan

Workshop Praktisi tentang kebut laporan • Mengidentifikasi kebutuhan

• Analisa kebutuhan yang berkaitan dengan SK dan Bahan ajar • Kesimpulan tentang kebutuhan lapangan

4. Raker penyusunan naskah awal SK dan Model bahan ajar

• Workshop kesepakatan mengenai atribute SK dan Model bahan ajar • Penulisan SK dan Model bahan ajar (Individual, kelompok)

• Pleno • Perbaikan

5. Penyusunan Instrumen

Penyusunan Instrumen untuk keterbacaan, keterlaksanaan, naskah (individual / kelompok) dan panduan uji coba

• Pleno • Perbaikan • Penggandaan

6. Uji coba keterbacaan dengan keterlaksanaan • Persiapan administrasi

(10)

• Pelaksanaan ¾ Perjalanan ¾ Pelaksanaan

¾ Pelaporan dan perjalanan pulang

7. Analis untuk rekomendasi penyempurnaan Workshop

• Identifikasi dan klasifikasi jenis msukan • Penyusunan rekomendasi

8. Perbaikan naskah berdasarkan hasil uji coba

• Kerja kelompok / individual menyempurnakan naskah • Penysunan bahan presentasi

9. Presentasi hasil

• Presentasi dari Tim Puskur • Unpan balik

• Perumusan hasil umpan balik

10.Workshop penyempurnaan naskah

• Kerja kelompok dan individual menyempurnakan draft • Pleno

• Rumusan hasil pleno

11.Laporan dan Finaslisasi naskah • Laporan Kegiatan

• Editing Naskah

B. Hasil

1. Naskah Akademik

2. Rancangan Standar Isi PAUD

Referensi

Dokumen terkait

Setelah penelitian dilakukan diperoleh hasil berikut: (1) kebutuhan siswa dan guru terhadap bahan ajar kebencanaan meliputi: a) isi materi bahan ajar kebencanaan berbasis

Hasil penelitian menunjukkan; (1) Rata-rata rentang validasi yang diperoleh untuk kelayakan isi bahan ajar PPKn SMA kelas X berbasis kurikulum 2013 menurut validator ahli

Pembinaan Tk/Paud Melalui Pendataan Prestasi Di Bidang Pendidikan Non Formal Dinas Pendidikan Menengah & Nonformal Kabupaten Bantul ” dilatarbelakangi oleh belum

Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi tahap persiapan terdiri dari, analisis kebutuhan bahan ajar, pemilihan sub materi, analisis standar isi, analisis bahan

Hasil analisis bahan ajar inovatif dan interaktif yang telah dikembangkan pada materi pokok bahasan termokimia berdasarkan angket standar kelayakan BSNP pada

Bahan ajar yang dikembangan menggu- nakan model Luther telah memenuhi persyaratan validitas isi, desain pesan, desain media, dan kepraktisan. Ahli isi dan media isi

(2015: 47) menyatakan bahwa” kurikulum PAUD holistik-integratif adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan ajar serta cara yang

pasal 26 tentang pendidikan nonformal, ayat 3 dan 4, 3 Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan