• Tidak ada hasil yang ditemukan

Beberapa Kesulitan Memahami Buku HPT (Lanjutan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Beberapa Kesulitan Memahami Buku HPT (Lanjutan)"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Beberapa Kesulitan Memahami Buku HPT (Lanjutan)

I Kalau penulis mengemukakan ini bukan maksud mengungkapkan kekurangan ulama kita di masa lampau tetapi dengan maksud kita dapat memahami isi keputusan itu secara kritis dan benar.

Dari apa yang telah disampaikan pada rubrik yang lalu, dapat disimpulkan: a. Perlunya HPT (tahun 1929-1973) dicetak ulang dengan perbaikan, disesuaikan dengan yang seharusnya dan dibuat bentuk yang sesuai dengan keperluan sekarang.

Contoh perbaikan kata-kata yang salah atau karena belum sempurnanya terjamahan atau salah cetak, seperti:

1. Pada halaman 12-13, baris 2 dan 3 dari atas ditulis catatan kaki nomor 8, mestinya ditulis:

Tulisan: “fie uluhiyyatihi” tidak jelas. 2. Pada halaman 65 baris pertama, kata mestinya

3. Pada halaman 92 baris kelima dari bawah, dalam hadits riwayat Abi Humaid ada kata “wasajada” sesudah kata:

Sehingga lengkapnya menjadi:

4. Pada halaman 45 baris ke 10 dan 11, ada kekeliruan tulisan, wastantsir diterjemahkan dengan dan berkumurlah, yang semestinya dan semburkanlah (air yang ada dalam hidung itu).

5. Pada halaman 45 juga baris ke 4 dari bawah, setelah kata usaplah mestinya ada kata kepalamu, bukan hanya usaplah ubunmu saja. Mestinya berbunyi: “lalu usaplah kepalamu atau ubunmu, dst.”

6. Pada halaman 140 baris ke 3 dari bawah, kata shalat dluha seharusnya shalat adl-ha, sehingga bunyi hadits menjadi:

Demikian dapat diambil contoh sebuah ungkapan yang kalau tidak dicermati dapat menimbulkan salah pengertian/pemahaman makna dari putusan itu. Hal itu dimaksud sebagai contoh perlunya perbaikan dalam cetak ulang.

b. Kesimpulan lain dapat dikemukakan juga perlu adanya pemikiran cetak ulang dengan bentuk baru misalnya dengan dalil-dalil disebutkan di bawah statemen tuntunan tidak jauh dibelakang matan yang menjadi kurang praktis.

Sebagai contoh:

Pada halaman 45 tentang cara wudlu, disebutkan apabila kamu hendak berwudlu, maka bacalah “Bismillahirrahmaanirrahiim” (1, 2).

Dalam dalil 1 HPT halaman 50 disebutkan:

(2)

Artinya: “Segala perkara yang berguna, yang tidak dimulai dengan Bismillahirrahmaanirrahiim itu tidak sempurna”. (HR. Abdul Kadir Ar Ruhawi dari Abu Hurairah).

Dalil 2 halaman 50, hadits berbunyi:

Artinya: “Sesungguhnya semua pekerjaan itu disertai dengan niyat”.

Masalah ini telah dibicarakan dalam Musyawarah Nasional Majelis Tarjih tahun 1995 di Banda Aceh, dan perlu adanya penyusunan kembali HPT yang baru. Sebenarnya sudah dilakukan oleh Majelis Tarjih periode 1996-2000 dan sudah ada beberapa hasilnya, hanya belum dicetak, semoga hasil itu segera dicetak dan dapat dinikmati warga Muhammadiyah khususnya, masyarakat umumnya.

c. Kesimpulan lainnya ialah perlu dicetaknya keputusan-keputusan baru yang belum dicetak sehingga memudahkan warga untuk mengetahui keputusan itu.

II. Kesulitan dalam memahami HPT juga ialah karena HPT membuat keputusan Muktamar Tarjih yang isinya memberi tuntunan beribadah sesuai dengan hadits Rasul. Sesuai dengan isi hadits ditulis dan dituntunkan, tanpa adanya catatan. Sebagian tuntunan itu terus menerus dilakukan oleh Nabi yang dalam pemahaman ahli fiqh disebutkan hukumnya wajib, harus dilakukan. Kalau tidak dilakukan berakibat batal sesuatu perbuatan. Ada pula sesuatu yang bersifat anjuran kalau dilakukan, lebih utama nilainya dari pada tidak dikerjakan yang dalam pemahaman ahli fiqih disebut sunat atau mustahab atau mandub. Kalau dikerjakan berpahala kalau tidak dikerjakan tidak berdosa dan perbuatan itu tetap sah.

Seperti contoh: Pada kitab Thaharah yang membuat beberapa masalah cara berwudlu, mandi dan tayamum.

1. Dalam masalah wudlu, dalam tuntunan disebutkan pertama membaca basmalah, dengan dalil setiap urusan yang tidak dimulai dengan bacaan basmalah tidak sempurna. Namun dalam tuntunan mandi janabat, tidak dimulai dengan basmalah, tetapi dengan membasuh kedua tangan dan berniyat.

Berbeda pula dalam pelaksanaan tayamum, dimulai dengan niyat karena Allah dan membaca basmalah. Untuk lebih jelasnya perbedaan itu dapat diikuti perbedaan rumusan dibawah:

a. Dalam masalah wudlu ditulis:

Apabila kamu hendak berwudlu, maka bacalah Bismillahirrahmaanirrahiim dengan mengikhlaskan niyat karena Allah.

b. Dalam tuntunan mandi disebutkan:

Hendaknya kamu mandi dan mulailah dengan membasuh (mencuci) kedua tanganmu, dengan ikhlas niyat karena Allah, lalu basuhkan kemaluanmu, dst.

c. Dalam tuntunan tayamum, disebutkan:

Maka letakkanlah tanganmu ke tanah, lalu tiuplah keduanya dengan ikhlas niyatmu karena Allah dan bacalah Bismillahirrahmaanirrahiim kemudian usaplah dengan kedua tanganmu, dst.

(3)

perbedaan rumusan pula dalam memulai wudlu dan tayamum. Dalam wudlu dimulai dengan basmalah dan niyat, sedang dalam tayamum dengan melakukan meletakkan kedua tangan di tanah dengan niyat yang ikhlas kemudian membaca basmalah. Tuntunan itu nampak berbeda padahal dalilnya sama.

2.Dalam masalah thaharah ini juga ada hal yang memerlukan pemikiran, seperti dalam

wudlu disebutkan:

”Gosoklah gigimu dengan kayu arak”.

Persoalannya, bagaimana kalau tidak dengan kayu arak atau sesamanya, sahkah wudlu kita atau tidak? Atau hanya kurang pahalanya, karena dalam hadits memang disebutkan dengan kayu arak. Dalam hadits perintah itu nampak bukan hatman (mesti). Kita lihat bunyi hadits sebagai dalil (dasar hukum) disebutkan:

Artinya: “Kalau aku tidak khawatir akan menyusahkan umatku, niscaya aku perintahkan kepada mereka bersiwak (mengasah gigi) pada tiap wudlu”.

Artinya perintah bersiwak pada setiap wudlu, kalau sekiranya tidak memberatkan. Dalam pengertian ini, perintah itu tidak mengandung ketentuan wajib, tetapi sunnah atau mustahab atau mandub, tegasnya keutamaan. Hanya orang yang telah mendalami fiqih dan ushul fiqih akan mudah mengerti hal ini. Bagi orang awam akan mengira kalau berwudlu tanpa siwak itu tidak sah. Demikian pula orang yang berwudlu tanpa membaca basmalah tidak sempurna, tidak sah. Padahal dalam riwayat Humran, Utsman berwudlu tanpa membaca basmalah padahal ia menirukan wudlu Nabi.

Referensi

Dokumen terkait

Lemak abdomen sapi {tallow) merupakan limbah yang belum termanfaatkan dengan baik dan hanya dibuang begitu saja di rumah potong hewan (RPH) yang keberadaannya sering

suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan KPU Provinsi/KIP Aceh untuk Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur dan Keputusan KPU/KIP Kabupaten/Kota

“ Maka disebabkan kezhaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka

Pada saat pembuatan jalur tanam, usahakan agar tanaman alami atau tunggul yang mulai tumbuh tidak ikut dibersihkan, tanaman alami biasanya memiliki resistensi yang baik

Intervensi yang ada sudah sesuai dengan yang ada pada teori yaitu, identifikasi resiko penularan kepada orang lain (keluarga dan teman dekat), ajarkan klien

Kantor Urusan Agama Merupakan ujung tombak dari struktur kementerian agama yang berhubungan langsung dengan masyarakat dalam satu wilayah kecamatan. Sebagai ujung tombak

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui: (1) jumlah kebutuhan akan rumah hunian yang diharapkan masyarakat, khususnya di Desa Ngaru-aru, Kecamatan Banyudono,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh yang signifikan pendekatan saintifik terhadap hasil belajar pokok bahasan persegi, persegi panjang, dan segitiga