• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kelompok Investigasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biswa SMP Negeri 12 Palu pada mata pelajaran IPS Terpadu | Riana | GeoTadulako 5847 19419 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kelompok Investigasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biswa SMP Negeri 12 Palu pada mata pelajaran IPS Terpadu | Riana | GeoTadulako 5847 19419 1 PB"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE KELOMPOK INVESTIGASI UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA SMP NEGERI 12 PALU

PADA MATA PELAJARAN IPS GEOGRAFI

RIANA

JURNAL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

ABSTRAK

RIANA, 2013.penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kelompok investigasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMP Negeri 12 Palu pada mata pelajaran IPS Terpadu. Skripsi, Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan IPS FKIP Universitas Tadulako. Pembimbing (I) Widya puji astuti. dan Pembimbing (II) Amiruddin

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menerapkan Model Pembelajaran kelompok investigasi. Model pembelajaran investigasi adalah pembelajaran dengan spesialis tugas didalam kelompok investigasi terdapat tiga konsep utama yaitu pengetahuan, penelitian dan belajar kelompok. Masalah yang hendak dipecahkan dalam penelitian ini adalah apakah dengan model pembelajaran kelompok investigasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 12Palu.

Penelitian ini terdiri dari dua siklus, pada setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu : perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.Pada setiap siklus dilakukan dua kali tindakan. Penelitian ini melibatkan 25 siswa kelas VIII SMP Negeri 12Palu, yang tediri dari 17 siswa perempuan dan 8 siswa laki-laki.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa seiring dengan diterapkannya model pembelajaran kelompok investigasi yakni dapat dilihat dari hasil belajar siswa siklus I yaitu diperoleh ketuntasan belajar klasikal sebesar 76,00 dan pada siklus II diperoleh hasil belajar siswa yaitu ketuntasan belajar klasikal siswa sebesar 92,00 dan observasi aktivitas siswa yang diperoleh pada siklus I, yakni 62,50% dan 75,00%, serta aktifitas siswa dalam kategori cukup baik. Pada siklus II diperoleh 87,50%dan 93,75%dengan peningkatan aktifitas siswa berada dalam kategori baik. Dengan demikian, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kelompok investigasi dapat meningkatkan hasil belajar belajar dan aktifitas siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Palu.

(3)

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Matapelajaran IPS bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadapmasalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadapperbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalahyang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpakehidupan masyarakat.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), meliputi bahan kajian: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi. Bahan kajian itu menjadi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).Dalam penerapannyaperlu dilakukan berbagai studi yang mengarah padapeningkatan hasil belajar siswa, salah satu bentuk implementasikurikulum, perlu dikembangkan berbagai model pembelajaran kurikulum.Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum yangdianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkatSekolah Dasar (SD/MI) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA/MA).Modelpembelajaran kelompok investigasi pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaranyang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktifmencari, menggali, dan menemukan konsep secara mandiri.

(4)

sehingga peserta didik akanmemperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Perolehan keutuhan belajar,pengetahuan, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan dan dunia nyata hanyadapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu.

Upaya untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan kreatifitas seorang guru dalam mengelola pembelajaran dikelas yang dikemas dalam bentuk model pembelajaran, sehingga dalam model pembelajaran tersebut keseluruhan kehidupan dikelas ditata atau diorganisasikan sebagai bentuk kecil atau miniatur yang akan mencerminkan kehidupan demokrasi. Dalam model pembelajaran investigasi kelompok siswa memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan dalam sistem social melalui pengalaman yang berangsur-angsur belajar bagaimana menerapkan metode yang berwawasan keilmuan dalam memperbaiki kehidupan masyarakat.Dengan menggunakan metode pembelajaran investigasi kelompok siswa diharapkan menciptakan suasana yang memungkinkan tumbuhnya kehidupan kelas yang demokratis.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Muslimin (2000:7), pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri: a) Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif. b) Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. c)Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompokpun terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula. c) Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.

Menurut Aunurrahman (2009:152)Modelkelompok investigasi adalah salah satu model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran IPS tersebut, Model pembelajaran investigasi kelompok mengambil model yang berlaku dalam masyarakat.

(5)

terpadu yang lulus hanya 9 orang tentang materi bentuk-bentuk muka bumi, nilai rata-rata yang diperoleh siswa memiliki hasil belajar yang rendah pada semester ganjil nilai yang diperoleh 6,2 dan pada semester genap nilai yang diperoleh 6,4 hal ini menunjukan ada masalah dalam pembelajaran siswa, permasalahan antara lain kurangnya fasilitas belajar seperti buku-buku pelajaran dan aktifitas siswa juga cendrung rendah di tandai dengan sedikitnya siswa yang mau bertanya, mau menanggapi dan menjawab pertanyaan dari guru, berbagai usaha telah diupayakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa antara lain memberikan tugas-tugas dan memberikan remedial pada siswa yang mengalami kesulitan belajar. Akan tetapi usaha-usaha tersebut dirasakan belum mampu menyelesaikan masalah baik dari segi pengalaman siswa dalam belajarnya, maupun dari segi guru dalam mengajarnya.

Menurut hasil penelitianShinta Dwika Ratna Timory (2010 ; 144) dengan melakukan model pembelajaran kelompok investigasi hasil belajar siswa yang ditunjukkan oleh skor ketuntasan individu maupun klasikal mengalami peningkatan secara signifikan nilai yang diperoleh rata-rata dari 6,4 menjadi 70.

Berdasarkan latar belakang dan masalah yang ada peneliti ingin menerapkan model pembelajaran kelompok Investigasi dalam mata pelajaran IPS di SMP Negeri 12 Palu.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah “ Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kelompok investigasi dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaraIPS Terpadu di SMP

Negeri 12 Palu”?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah Untuk Meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 12 Palu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kelompok investigasi

(6)

a. Bagi Kepala Sekolah

Sebagai pengambil kebijakan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan terhadap perbaikan sistem pembelajaran disekolah.

b. Bagi Guru

Bisa dijadikan sebagai alternatif dalam memilih strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar IPS Terpadu.

c. Bagi Siswa

Mendorong siswa untuk lebih aktif dalam belajar untuk meningkatkan kesadaran berfikirnya dan dapat membangun pengetahuan sendiri sehingga dapat meningkatkan hasil belajar IPS.

d. Bagi Peneliti

Sebagai bahan referensi untuk calon peneliti berikutnya dengan menggunakan pendekatan metode yang berbeda.

II Tinjauan Pustaka

2.1 Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Muslimin (2000:7), pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri:

a. Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif.

b. Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

(7)

Selanjutnya Muslimin (2000:8) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai tiga tujuan penting, yaitu:

a. Hasil belajar akademik

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli yang berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. b. Penerimaan terhadap keragaman

Pembelajaran kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.

c. Pengembangan keterampilan social

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud dalam pembelajaran kooperatif antara lain adalah: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok, dan sebagainya.

Pada pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah utama (fase), dimulai dengan langkah guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar hingga diakhiri dengan langkah memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif dari awal hingga akhir dapat dilihat pada tabel berikut: a. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif terdiri atas bebearapa fase yaitu :

1. Menyampaikan tujuan pembelajaran 2. Menyajikan informasi

3. Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok 4. Membimbing kelompok kedalam kelompok belajar 5. Evaluasi

(8)

2.2 Model pembelajaran investigasi

Investigasi atau penyelidikan merupakan kegiatan pembelajaran yang memberikan kemungkinan siswa untuk mengembangkan pemahaman siswa melalui berbagai kegiatan dan hasil benar sesuai pengembangan yang dilalui siswa (Soppeng, 2009) .Kegiatan belajarnya diawali dengan pemecahan soal-soal atau masalah-masalah yang diberikan oleh guru, sedangkan kegiatan belajar selanjutnya cenderung terbuka, artinya tidak terstruktur secara ketat oleh guru, yang dalam pelaksananya mengacu pada berbagai teori investigasi.

Menurut Height (dalam Krismanto, 2004), investigasi berkaitan dengan kegiatan mengobservasi secara rinci dan menilai secara sistematis. Jadi investigasi adalah proses penyelidikan yang dilakukan seseorang, dan selanjutnya orang tersebut mengkomunikasikan hasil perolehannya, dapat membandingkannya dengan perolehan orang lain, karena dalam suatu investigasi dapat diperoleh satu atau lebih hasil.

Talmagae dan Hart (dalam Soppeng, 1977) menyatakan bahwa investigasi diawali oleh soal-soal atau masalah-yang diberikan oleh guru, sedangkan kegiatan belajarnya cenderung terbuka, artinya tidak terstruktur secara ketat oleh guru.Siswa dapat memilih jalan yang cocok bagi mereka. Seperi halnya Height, mereka menyatakan pula bahwa karena mereka bekerja dan mendiskusikan hasil dengan rekan-rekannya, maka suasana investigasi ini akan merupakan satu hal yang sangat potensial dalam menunjang pengertian siswa.

Menurut Soedjadi (dalam Sutrisno, 1999 : 162), model belajar “investigasi”

sebenarnya dapat dipandang sebagai model belajar “pemecahan masalah” atau model “penemuan”. Tetapi model belajar “investigasi” memiliki kemungkinan

(9)

Pada investigasi, siswa bekerja secara bebas, individual atau berkelompok. Guru hanya bertindak sebagai motivator dan fasilitator yang memberikan dorongan siswa untuk dapat mengungkapkan pendapat atau menuangkan pemikiran mereka serta menggunakan pengetahuan awal mereka dalam memahami situasi baru. Guru juga berperan dalam mendorong siswa untuk dapat memperbaiki hasil mereka sendiri maupun hasil kerja kelompoknya.Kadang mereka memang memerlukan orang lain, termasuk guru untuk dapat menggali pengetahuan yang diperlukan, misalnya melalui pengembangan pertanyaan-pertanyaan yang lebih terarah, detail atau rinci.Dengan demikian guru harus selalu menjaga suasana agar investigasi tidak berhenti di tengah jalan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulakan bahwa Investigasi adalah proses penyelidikan yang dilakukan seseorang, dan selanjutnya orang tersebut mengkomunikasikan hasil perolehannya, dapat membandingkannya dengan perolehan orang lain, karena dalam suatu investigasi dapat diperoleh satu atau lebih hasil.

2.3 Model Pembelajaran Kelompok Investigasi

Menurut Anwar (Aisyah, 2006:14) secara harfiah investigasi diartikan sebagai penyelidikan dengan mencatat atau merekam fakta-fakta, melakukan peninjauan dengan tujuan memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang suatu peristiwa atau sifat.Selanjutnya Krismanto (2003:7) mendefinisikan investigasi atau penyelidikan sebagai kegiatan pembelajaran yang memberikan kemungkinan siswa untuk mengembangkan pemahaman siswa melalui berbagai kegiatan dan hasil yang benar sesuai pengembangan yang dilalui siswa.

(10)

dengan perolehan orang lain, karena dalam suatu investigasi dapat diperoleh satu atau lebih hasil. Dengan demikian akan dapat dibiasakan untuk lebih mengembangkan rasa ingin tahu. Hal ini akan membuat siswa untuk lebih aktif berpikir dan mencetuskan ide-ide atau gagasan, serta dapat menarik kesimpulan berdasarkan hasil diskusinya di kelas.

Model investigasi kelompok merupakan model pembelajaran yang melatih para siswa berpartisipasi dalam pengembangan sistem sosial dan melalui pengalaman, secara bertahap belajar bagaimana menerapkan metode ilmiah untuk meningkatkan kualitas masyarakat.model ini merupakan bentuk pembelajaran yang mengkombinasikan dinamika proses demokrasi dengan proses inquiry akademik. melalui negosiasi siswa-siswa belajar pengetahuan akademik dan mereka terlibat dalam pemecahan masalah sosial. dengan demikian kelas harus menjadi sebuah miniatur demokrasi yang menghadapi masalah-masalah dan melalui pemecahan masalah, memperoleh pengetahuan dan menjadi sebuah kelompok sosial yang lebih efektif.

(11)

Sebuah model investigasi kooperatif dari pembelajaran dikelas diperoleh dari premis bahwa baik domain social maupun intelektual proses pembelajaran disekolah melibatkan nilai-nilai yang didukungnya. Model investigasi tidak akan dapat diimplementasikan dalam lingkungan pendidikan yang tidak mendukung dialog interpersonal atau yang tidak memperhatikan dimensi rasa social dari pembelajaran didalam kelas. Komunikasi dan interaksi kooperatif diantara teman sekelas dan sikap-sikap kooperatif bias terus bertahan. Aspek rasa social dari kelompok, pertukaran intelektualnya, dan maksud dari subyek yang berkaitan dengannya dapat bertindak sebagai sumber-sumber penting maksud tersebut bagi usaha para siswa untuk belajar.

Aspek penting dalam model kelompok investigasi adalah perencanaan kooperatif siswa atas apa yang dituntut dari mereka. Anggota kelompok mengambil bagian dalam merencanakan berbagai dimensi dan tuntutan dari proyek mereka. Bersama-sama mereka menentukan apa yang mereka ingin

investigasikan sehubungan dengan upaya mereka untuk “menyelesaikan masalah

yang mereka hadapi; sumber apa yang mereka butuhkan; siapa akan melakukan apa; dan bagaimana mereka akan menampilkan proyek mereka yang sudah selesai kehadapan kelas. Biasanya ada pembagian tugas dalam kelompok yang mendorong tumbuhnya interdependensi yang bersifat posotif diantara anggota kelompok

Kemampuan perencanaan kooperatif harus diperkenalkan secara bertahap kedalam kelas dan dilatih dalam berbagai situasi sebelum kelas tersebut melaksanakan proyek investigasi berskala penuh.Para guru dapat memimpin diskusi dengan seluruh kelas atau dengan kelompok-kelompok kecil, untuk memunculkan gagasan-gagasan untuk menerapkan tiap aspek kegiatan kelas. Para siswa dapat membantu rencana kegiatan-kegiatan jangka pendek yang hanya akan dilakukan untuk satu periode, dan bisa juga untuk kegiatan jangka panjang.

(12)

disebut sebagai meletakkan landasan kerja dan pembentukan tim. Guru dan siswa melaksanakan sejumlah kegiatan akademik dan non akademik yang dapat membangun norma-norma perilaku kooperatif yang sesuai didalam kelas.

Peran guru dalam investigasi kelompok sebagai narasumber dan fasilitator. Guru tersebut berkeliling diantara kelompok-kelompok yang ada dan untuk melihat bahwa mereka bisa mengelola tugasnya, membantu tiap kesulitan yang mereka hadapi dalam interaksi kelompok, termasuk masalah dalam kinerja terhadap tugas-tugas khusus yang berkaitan dengan proyek pembelajaran. Yang pertama dan terpenting adalah guru harus membuat model kemampuan komunikasi dan social yang diharapkan dari para siswa.

Setiawan ( 2006 : 10) mendiskripsikan fase-fase dalam pembelajaran kelompok investigasi yaitu :

1. Fase Membaca dan Memahami Masalah

Pada fase ini siswa harus memahami permasalahan dengan jelas. Apabila dipandang perlu membuat rencana apa yang harus dikerjakan, mengartikan persoalan menurut bahasa mereka sendiri dengan jalan berdiskusi dalam kelompoknya, yang kemudian didiskusikan dengan kelompok lian.

2. Fase Pemecahan Masalah

Pada fase ini mungkin siswa menjadi bingung apa yang akan dikerjakan pertama kali maka peran guru sangat diperlukan, misalnya dengan memulai dengan suatu cara, hal ini dimaksudkan untuk memberikan tantangan atau menggali pengetahuan siswa, sehingga mereka terangsang untuk mencari cara yang mungkin untuk memecahkan persoalan tersebut.

3. Fase Menjawab dan Mengkomunikasikan Jawaban

(13)

Setiawan (2006:9) mendeskripsikan beberapa kelebihan dari pembelajaran kelompok investigasi yaitu :

a. Secara pribadi

1. Dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas 2. Memebri semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif 3. Rasa percaya diri dapat lebih meningkat

4. Dapat belajar untuk memecahkan, menangani suatu masalah

b. Secara social/ kelompok

1. Meningkatkan belajar bekerja sama

2. Belajar berkomunikasi baik dengan teman sendirimaupun Guru 3. Belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis

4. Belajar menghargai pendapat orang lain

5. Meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan Kekurangan model kelompok investigasi yaitu :

1. Sedikitnya materi yang tersampaikan pada satu kali pertemuan 2. Sulitnya memberikan penilaian secara personal

3. Tidak semua topic cocok dengan model pembelajaran Kelompok Investigasi 4. Belajar kelompok biasanya kurang efektif

2.4 Hasil Belajar

Belajar itu kompleks dan tidak bisa berhasil melalui bermacam-macam kegiatan, seperti mendengar, membaca, mengingat, mempelajari diagram, memperhatikan, demostrasi, bertanya, merenung, berfikir, menganalisis, membandingkan dengan menggunakan pengalaman masa lampau.

(14)

laku, maka diperlukan pembelajaran yang bermutu yang langsung menyenangkan dan mencerdaskan siswa.

Menurut Slameto (2003:02), belajar ialah”suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingka laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya

Hasil belajar siswa dilihat dari hasil nilai post test (tes akhir) yang dilakukan setelah proses pembelajaran model kooperatif tipe kelompok investigasi.

2.5 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan permasalahan, dan tinjauan pustaka yang diajukan dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan hipotesis tindakan sebagai berikut:

“Penerapan Pembelajaran kooperatiftipe kelompok investigasidapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPS Terpadu materi Bentuk-Bentuk Muka Bumi pada siswa di SMP Negeri 12 Palu”.

IIMetode Penelitian 3.1 Rancangan Penelitian

PenelitianinimerupakanPenelitianTindakanKelas ( PTK ) yang dilakukandalamduasiklus.Masing-masingsiklusmelaluitahapperencanaan, tindakan, observasidanrefleksi.

(15)

Diagramalurdesainpenelitianini di tunjukan pada gambar berikut :

Gambar Desain Penelitian

3.2 Setting Penelitian dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 12Palu. Siswa yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa kelas VIII berjumlah 25 siswa yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan yang mengikuti mata pelajaran IPS Terpadu tahun ajaran 2012/2013 semester ganjil.

3.3 Tahap–Tahap Tindakan

3.3.1 Pratindakan

Penelitian ini dimulai dengan pratindakan. Kegiatan pada pratindakan adalah memberikan tes awal kepada siswa. Tujuan pemberian tes awal ini untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki siswa, juga dijadikan dasar untuk pembentukan kelompok.

3.3.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan ini berlangsung lebih dari 1 siklus dan setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)

2 : Pelaksanaan Tindakan siklus 1 3 : Observasi siklus 1

4 : Refleksi siklus 1 5 : Rencana siklus 2

6 : Pelaksanaan Tindakan siklus 2 7 : Observasi siklus 2

8 : Refleksi siklus 2 a : Siklus 1

(16)

3.3.3 Tindakan Siklus I a. Perencanaan

Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut :

1. Menetapkan materi ajar

2. Menetapkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kelompok investigasi sebagai teknik pembelajaran yang digunakan pada setiap pertemuan

3. Membuat skenario pembelajaran

4. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

5. Menyiapkan instrumen penelitian, yaitu , Lembar kerja siswa, membuat lembar observasi sebagai alat pengumpul data untuk mengetahui bagaimana kondisi belajar mengajar dikelas pada waktu berlangsungnya kegiatan pembelajaran baik pada siswa maupun guru selama pelaksanaan kegiatan belajar mengajar berlangsung

6. Melaksanakan evaluasi tes awal 7. Membentuk kelompok belajar 8. Menyiapkan tes akhir tindakan b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan skenario yang telah dirancang :

 Kegiatan Awal

1. Memberikan Motivasi pada siswa

2. Menuliskan judul materi yang akan diajarkan.

3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dimiliki siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

(17)

 Kegiatan Inti

1. Membagi siswa perkelompok sesuai dengan urutan huruf

2. Memodelkan pembelajaran kooperatif tipe kelompok investigasi 3. Menjelaskan materi

4. Mengarahkan siswa pada setiap kelompok sesuai dengan kemampuan akademis.

5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti

 Kegiatan Akhir

1. Membantu siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran

2. Memberikan evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang telah dipelajari.

3. Memberikan tugas rumah atau PR c. Observasi

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengamati aktivitas siswa dan guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Agar setiap siklus dilakukan evaluasi yang menggunakan tes. Tujuan evaluasi adalah mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran dan hasil belajar siswa.

d. Refleksi

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menganalisis data yang diperoleh pada tahap observasi dan tes hasil belajar. Berdasarkan hasil analisis data dilakukan refleksi guna melihat kekurangan dan kelebihan yang terjadi saat pembelajaran diterapkan. Kekurangan dan kelebihan ini dijadikan acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.

3.3.4 Tindakan Siklus II

(18)

3.4 Jenis Data dan Sumber Data 3.4.1 Jenis Data

Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif.

a. Data kualitatif, yaitu data observasi aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil wawancara dalam kegiatan pembelajaran.

1. Aktivitas guru

Aktivitas guru diantaranya memotivasi siswa dan menyampaikan informasi kepada siswa tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kelompok investigasi, menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran, menyampaikan materi secara singkat dan jelas, memberikan kesempatan bertanya kepada siswa tentang hal-hal yang belum dimengerti, membentuk kelompok belajar sesuai dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kelompok investigasi, membagikan dan LKS siswa, meminta masing-masing kelompok mempresentasikan pekerjaannya, mengarahkan siswa dalam membuat kesimpulan, dan memberikan tugas rumah.

2. Aktivitas siswa

Aktivitas siswa diantaranya memperhatikan informasi atau penjelasan yang disampaikan oleh guru, memperhatikan arahan guru dalam membentuk kelompok belajar sesuai dengan penerapan model pembelajarankooperatif tipe kelompok investigasi, membaca materi yang disediakan dalamLKS bacaan, mengerjakan soal-soal latihan, terlibat dalam diskusi, dan mampu menarik kesimpulan hasil diskusi.

b. Data kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dari tes hasil belajar siswa IPS Terpadu.

3.4.2 Sumber Data

(19)

- Data Observasi yang diperoleh yaitu data saat pembelajaran KI berlangsung, dan melihat bagaimana aktivitas guru dan aktivitas siswa.

- Data hasil belajar yang diperoleh dari siswa yaitu data hasil pembelajaran KI yang diperoleh dari hasil belajar dalam bentuk tes akhir.

3.4.3 Metode pengumpulan data

Pengambilan data ditempuh dengan tiga cara yaitu :

a. Lembar observasi, untuk memperoleh data tentang kondisi pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe kelompok investigasi di kelas. Data tentang hasil belajar siswa diambil melalui tes hasil belajar IPS Terpadu.

b. Tes hasil belajar, untuk memperoleh data tentang prestasi belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe kelompok investigasi.

c. Wawancara, untuk menelusuri kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa dan sebab-sebab permasalahan apa yang menjadi kesulitan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran kooperatif tipe kelompok investigasi.

3.5 Teknik Analisa Data 3.5.1 Analisa data Kualitatif

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan selama dan sesudah pengumpulan data. Adapun tahap-tahap kegiatan analisis data adalah (1) mereduksi data, (2) penyajian data serta (3) penarikan kesimpulan dan verifikasi.

3.5.2 Mereduksi Data

(20)

3.5.3 Menyajikan data

Kegiatan menyajikan data dilakukan dengan menyusun data secara sederhana ke dalam tabel dan diberi nama kualitatif. Sehingga memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan.

3.5.4 Verifikasi data / penyimpulan

Verifikasi data merupakan proses penampilan inti sari dari sajian dalam bentuk pernyataan kalimat atau informasi yang singkat dan jelas.

Analisis data hasil observasi terhadap aktifitas siswa dan pengelolaan pembelajaran oleh guru (peneliti) menggunakan analisis persentase skor. Untuk indikator kurang diberi skor 1,indikator sedang diberi skor 2,indikator baik diberi skor 3, dan indikator sangat baik diberi skor 4. Selanjutnya dihitung presentase rata-rata dengan rumus :

Keriteria taraf keberhasilan tindakan dapat ditentukan sebagai berikut : 75% < NR≤ 100% : sangat baik

50% < NR≤ 75% : baik 25% < NR≤ 50% : cukup 0% < NR≤ 25% : kurang 3.5.5 Analisis Data Kuantitatif

(21)

X = Skor yang diperoleh siswa Y = Skor maksimal soal

Suatu kelas dikatakan tuntas belajar secara individu jika presentase daya serap individu sekurang-kurangnya 65%. N = Banyaknya siswa yang tuntas S = Banyaknya siswa seluruhnya

Suatu kelas dikatakan tuntas belajar klasikal jika rata-rata 80% siswa telah tuntas secara individual. (Depdiknas, 2001: 37).

c. Daya serap klasikal I = Skor ideal seluruh siswa

Suatu kelas dikatakan tuntas belajar jika presentase daya serap klasikal sekurang-kurangnya 65%.(Depdiknas, 2001: 37).

3.6 Indikator Kinerja

3.6.1 Indikator Data Kuantitatif

Indikator yang menunjukkan keberhasilan pembelajaran atau peningkatan hasil belajar siswa SMP N I2Palu yaitu jika daya serap individu memperoleh nilai 65 %, ketuntasan belajar klasikal 80% dan daya serap klasikal 65%.(KTSP)

(22)

Indikator kualitatif pembelajaran dalam penelitian ini dapat dilihat dari dua aspek yaitu hasil observasi aktivitas siswa dan pengelolaan pembelajaran oleh guru. Penelitian ini dinyatakan berhasil jika kedua aspek tersebut telah berada dalam kategori baik atau sangat baik.

IVHasil Penelitian Dan Pembahasan 4.1 Pretes Tindakan

Kegiatan awal yang dilakukan sebelum melakukan tindakan adalah dengan melakukan tes awal yang berbentuk pilihan ganda dan ikuti oleh 25 orang siswa.

Tes ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan akademis siswa sebelum tindakan dan untuk keperluan pembagian kelompok. Tes pra tindakan ini dilaksanakan dalam alokasi waktu 2 x 40 menit dengan jumlah soal 10 ( sepuluh) butir pilihan ganda ( lampiran 1). Hasil tes memperlihatkan bahwa banyaknya siswa yang memperoleh nilai rendah, hasil nilai pre tes dapat di lihat pada analisis soal pre tes pada lampiran 3.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1Hasil Observasi Aktivitas dan Penilaian Afektif Siswa Tindakan Siklus I Observasi terhadap aktivitas siswa dan guru dilakukan pada saat pembelajaran.Observasi ini dilakukan oleh guru bidang studi dan 1 orang mahasiswa.Cara mengamati aktivitas guru adalah dengan mengisi lembar observasi. a. Aktivitas Guru

(23)

Tabel 4.1 Observasi Aktivitas Guru Siklus I

No Indikator yang diamati

Skor Interprestasi / Pertemuan

Pertemuan

Ke-1 Ke-2

1 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 3 3

2 Guru menyampaikan materi pembelajaran 3 3

3 Guru membimbing siswa membentuk kelompok belajar

3 3

4 Guru membagi LKS pada kelompok belajar 3 3

5 Guru memantau berjalannya diskusi dalam kelompok

2 3

6 Guru mengulangi /menjelaskan kembali materi yang belum dipahami oleh siswa

2 3

7 Evaluasi dan penghargaan 3 3

Jumlah skor maksimal 19 21

Skor maksimal 28 28

Persentase Pencapaian (NR) adalah

(Jumlah skor/skor maks) x 100% 67.85 75,00

Keriteria Cukup Baik

Ket : Rubrik observasi aktivitas guru dapat dilihat pada lampiran 12

(24)

b. Aktivitas Siswa

Selanjutnya, untuk penilaian aktivitas siswa pada 2 kali pertemuan dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Analisis aktivitas siswa Pada Siklus I

No Indikator yang diamati

Skor Interprestasi /

Pertemuan Pertemuan

Ke-1 Ke-2

1 Siswa menyimak penjelasan materi yang disampaikan oleh guru

2 3

2 Siswa menekuni materi yang disampaikan oleh guru 3 3

3 Siswa mengerjakan LKS dalam kelompok 2 3

4 Siswa aktif dalam diskusi kelompok 3 3

Jumlah skor maksimal 10 12

Skor maksimal 16 16

Persentase Pencapaian (NR) adalah

(Jumlah skor/skor maks) x 100% 62,50 75,00

Keriteria Cukup Baik

Ket : Rubrik Aktivitas Siswa dapat dilihat pada lampiran 14

Tabel 4.2 di atas memperlihatkan bahwa pada pertemuan 1 persentase skor untuk aktivitas siswa 62,50%, tetapi persentase tersebut sudah masuk pada kriteria taraf keberhasilan cukup Sedangkan untuk pertemuan 2 persentase skornya sudah berada di atas 62%. Yaitu 75% Sehingga dari seluruh jenis penilaian aktivitas siswa yang diamati dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), rata-rata berada dalam kategori baik. Analisis skor perolehan aktivitas setiap siswa dapat dilihat pada Lampiran 12

(25)

Selanjutnya secara ringkas, hasil penilaian afektif siswa dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3 Persentase Rata-Rata Penilaian Afektif Siswa Pada Siklus I

No Aspek Afektif

1 Kehadiran 83 83,00 92 92,00

2 Keaktifan dalam KBM 62 62,00 78 78,00

3 Perhatian mengikuti

Tabel 4.3 di atas memperlihatkan bahwa dari seluruh jenis penilaian afektif yang diamati dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), rata-rata berada dalam kategori baik.Tetapi terdapat beberapa aspek afektif yang dinilai berada dalam kategori cukup.Skor perolehan penilain afektif masing-masing siswa dapat dilihat pada Lampiran 13 dan 14

d. Hasil Tes Akhir Tindakan Siklus I

Setelah selesai pelaksanaan kegiatan pembelajaran tindakan siklus I dengan metode pembelajaran kelompok investigasi, langkah selanjutnya adalah pemberian tes yaitu yang dilaksanakan pada tanggal 12 maret 2013. Bentuk tes yang diberikan adalah pilihan ganda dengan jumlah soal 10 butir (Lampiran 17). Secara ringkas hasil analisis tes siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.4.

(26)

No Aspek Perolehan Hasil

1 Skor Maksimal 10

2 Skor Tertinggi 8 (1 orang )

3 Skor Terendah 2 (1 orang )

4 Banyaknya Siswa Yang Belum Tuntas (≤65) 22 orang

5 Persentase ketuntasan klasikal 12,00 %

6 Persentase daya serap klasikal 54,00 %

7 Skor rata-rata 5,44

Dari hasil analisis tersebut diperoleh bahwa daya serap klasikal belum memenuhi indikator kinerja yang ditetapkan, sehingga masih ada sejumlah tujuan pembelajaran yang belum tercapai seperti pada soal nomor 7 tentang Undang-undang pelestarian lingkungan hidup.Analisis tes akhir siklus I selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 19.

e. Hasil Wawancara Tindakan Siklus I

Setelah dilaksanakan tes akhir tindakan siklus I, maka dilakukan wawancara kepada beberapa orang siswa, untuk mengetahui manfaat apa yang diperoleh siswa melalui metode pembelajaran kelompok investigasi, sekaligus menelusuri kesulitan-kesulitan yang dialami siswa selama proses pembelajaran. Hasil wawancara dapat dilihat pada Lampiran 20

(27)

termotivasi untuk belajar dan tidak menyalin kembali penjelasan materi yang disampaikan oleh guru dengan serius.

f. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus I

Berdasarkan hasil dari tes akhir tindakan, wawancara, dan observasi aktivitas guru dan siswa serta penilaian afektif siswa maka dapat dikemukakan kelebihan, kekurangan serta analisis penyebab dari pelaksanaan tindakan pada siklus I sebagai refleksi untuk perbaikan pada siklus berikutnya

g. Refleksi Tindakan Siklus I

Tingkat keberhasilan siklus I dapat diketahui dengan dilakukannya tindakan refleksi.Hal ini dilakukan untuk melihat factor-faktor pendukung keberhasilan dan penyebab kegagalan pembelajaran pada siklus I yang bertujuan sebagai pertimbangan perbaikan untuk melaksanakan tindakan pada siklus kedua.

Penentuan keberhasilan pada siklus I diperoleh dari hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung baik terhadap siswa maupun terhadap guru. Dari hasil pengamatan tersebut dapat diketahui bahwa guru sudah mampu melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran yang ditetapkan dengan baik dan siswa mengikuti beberapa proses pembelajaran dengan baik, diantaranya adalah siswa mengambil tempat berdasarkan tempat yang telah ditentukan, siswa mendiskusikan materi yang dipeorleh melaui diskusi kelompok kecil, siswa menanggapi evaluasi yang diberikan oleh guru dan siswa merasa senang dengan proses pembelajaran yang ditetapkan. Keberhasilan ini didukung oleh factor-faktor berikut : siswa bersedia menjdia menjadi anggota kelompok, akrab dengan teman kelompok, bertanggung jawab dengan kelompoknya, siswa mendiskusikan materi yang diperoleh dalam kelompoknya, siswa bekerja sama dengan teman kelompok dalam menyelesaikan LKS yang diberikan oleh guru.

(28)

dan hasil belajar siswa. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa guru kurang maksimal dalam menerangkan kembali semua materi yang diberikan, siswa kurang memperhatikan dan menanggapi motivasi serta menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru, siswa kurang mampu menyimak materi yang disampaikan oleh guru, kurang maksimal dalam mempersentasikan hasil diskusi kelompoknya kepada kelompok lain, siswa kurang menyimak kesimpulan yang telah dipelajai, hasil belajar siswa sudah cukup baik akan tetapi masih berada dibawah standar ketuntasan belajar klasikal dan sebagaian besar siswa tidak mampu menyelesaikan soal-soal konsep kependudukan.

Kegagalan siklus I ini dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya guru tidak meminta siswa mencatat hal-hal penting yang dijelaskan, guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, siswa kurang menyimak dengan jelas semua penyampaian dari guru, siswa tidak memberikan tanggapan atas motivasi dan tujuan pembelajaran yang disampaiakan oleh guru, siswa tidak mencatat materi penting yang disampaiakan oleh guru, siswa tidak memberikan pertanyaan terhadap hal-hal yang belum dimengerti, siswa kurang memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya, siswa kurang menjawab pertanyaan dari kelompok lain, siswa kurang mengkoreksi pendapat kelompok yang keliru,siswa kurang mampu membuat kesimpulan sesuai tujuan pembelajaran dan kurang menyimak kesimpulan dari guru.

Hasil wawncara diketahui bahwa guru terlalu cepat dalam menyampaiakan materi, kurangnya perhatian siswa saat proses pembelajaran berlangsung dan terkesan beramian-main,sebagian siswa masih ragu-ragu untuk bertanya dan memberikan tanggapan terkait materi yang dibahas, siswa kurang bertukar pendapat dalam menyelesaikan LKS, beberapa siswa kurang bersungguh-sungguh saat melakukan persentasi didepan kelas, guru kurang maksimal dalam mengontrol dan mengarahkan setiap siswa dalam mengerjakan LKS.

(29)

menyampaikan materi dan menggunakan bahasa yang lebih mudah dipahami oleh siswa, peneliti akan menciptakan suasana keakraban terhadap siswa, selalu memotivasi dan menumbuhkan rasa percaya diri siswa serta memberikan kesempatan bertanya lebih banyak dari pertemuan sebelumnya, peneliti harus menuliskan tujuan pembelajaran didepan kelas.

4.2.2 Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Penilaian Afektif siswa Tindakan Siklus II

Observasi terhadap aktivitas siswa dan guru dilakukan pada saat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).Observasi ini dilakukan oleh guru bidang studi dan 1 orang mahasiswa.Cara mengamati aktivitas guru (peneliti) adalah dengan mengisi lembar observasi.

a. Aktivitas Guru

Hasil observasi aktivitas guru terhadap pengelolaan pembelajaran. Secara ringkas hasil observasi pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.5

Tabel 4.5 Observasi Aktivitas Guru Siklus II

No Indikator yang diamati

Skor Interprestasi / Pertemuan

Pertemuan

Ke-1 Ke-2

1 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 3 4

2 Guru menyampaikan materi pembelajaran 4 4

3 Guru membimbing siswa membentuk kelompok belajar

4 4

4 Guru membagi LKS pada kelompok belajar 3 3

5 Guru memantau berjalannya diskusi dalam kelompok

4 4

(30)

yang belum dipahami oleh siswa

7 Evaluasi dan penghargaan 3 3

Jumlah skor maksimal 25 26

Skor maksimal 28 28

Persentase Pencapaian (NR) adalah

(Jumlah skor/skor maks) x 100% 89,28 92,85

Keriteria Baik Sangat

baik Ket : Rubrik Aktivitas Guru Siklus II dapat dilihat pada lampiran 24

Berdasarkan hasil observasi guru pada Tabel 4.7 jumlah skor yang diperoleh pada pertemuan pertama adalah 25 dari skor maksimal 28, dengan demikian presentase nilai rata-rata adalah 89,28% dengan kategori baik. Observasi guru pada pertemuan kedua, jumlah skor yang diperoleh adalah 26 dengan skor maksimal 28, dengan demikian presentase nilai rata-rata adalah 92,85%. Merujuk pada pedoman penilian kualitatif baik pada pertemuan 1 maupun pertemuan 2 berada dalam kategori sangat baik.

b. Aktivitas Siswa

(31)

Tabel 4.6 Analisis Aktivitas Siswa Pada Siklus II

No Indikator yang diamati

Skor Interprestasi / Pertemuan

Pertemuan

Ke-1 Ke-2

1 Siswa menyimak penjelasan materi yang disampaikan oleh guru

4 4

2 Siswa menekuni materi yang disampaikan oleh guru 3 4

3 Siswa mengerjakan LKS dalam kelompok 3 3

4 Siswa aktif dalam diskusi kelompok 4 4

Jumlah skor maksimal 14 15

Skor maksimal 16 16

Persentase Pencapaian (NR) adalah

(Jumlah skor/skor maks) x 100% 87,50 93,75

Keriteria Baik Sangat

Baik Ket : Rubrik Aktivitas siswa dapat dilihat pada lampiran 26

Tabel 4.6 di atas memperlihatkan memperlihatkan bahwa pada pertemuan 1 persentase skor untuk aktivitas siswa adalah 87,50 %, kriteria keberhasilanya adalah baik , Sedangkan untuk pertemuan 2 persentase skornya adalah93,75 %, kriteria keberhasilanya menunjukan sangat baik. Sehingga dari seluruh jenis aktivitas siswa yang diamati dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), rata-rata berada dalam kategori sangat baik. Analisis skor perolehan aktivitas setiap siswa.

c. Penilaian Afektif Siswa

Selanjutnya secara ringkas, hasil penilaian afektif dapat dilihat pada tabel berikut

(32)

No Aspek Afektif

1 Kehadiran 92 92,00 96 96,00

2 Keaktifan dalam KBM 78 78,00 89 89,00

3 Perhatian mengikuti

Tabel 4.7 di atas memperlihatkan bahwa dari seluruh jenis penilaian afektif yang diamati dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), rata-rata berada dalam kategori baik dan sangat baik. Analisis skor perolehan penilain afektif masing-masing siswa dapat dilihat pada Lampiran 24 dan 25

d. Hasil Tes Akhir Tindakan Siklus II

Setelah selesai pelaksanaan kegiatan pembelajaran tindakan siklus I dengan metode pembelajaran inkuiri, langkah selanjutnya adalah pemberian tes yaitu yang dilaksanakan pada tanggal 4 Maret 2010. Bentuk tes yang diberikan adalah pilihan ganda dengan jumlah soal 10 butir (Lampiran 28). Secara ringkas hasil analisis tes siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.8, dan selengkapnya dilihat pada Lampiran 30. Tabel 4.8Analisis Tes Tindakan Siklus II

No Aspek Perolehan Hasil

1 Skor Maksimal 10

2 Skor Tertinggi 9 (8 orang )

(33)

4 Banyaknya Siswa Yang Belum Tuntas (≤ 65) 2 orang

5 Persentase ketuntasan klasikal 92,00 %

6 Persentase daya serap klasikal 80,80%

7 Skor rata-rata 8,08

Dari hasil analisis tes tindakan siklus II seperti yang terlihat pada Tabel 4.8 telah mencapai indikator pembelajaran. Oleh karena itu, maka pokok bahasan dianggap tuntas.

e. Hasil Wawancara Tindakan Siklus II

Seperti halnya pada pembelajaran siklus sebelumnya, pada siklus II ini pun dilakukan wawancara kepada siswa. Wawancara dilakukan sehari setelah pemberian tes evaluasi. Dari wawancara ini terungkap kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal, terletak pada pemahaman kerusakan lingkungan dan usaha untuk memperbaiki lingkungan yang rusakb serta aturan yang digunakan belum diketahui dengan baik. Demikian pula, terdapat siswa yang sudah lebih memahami tentang materi yang diajarkan dengan menerapkan metode pembelajaran kelompok investigasi sehingga nilai yang diperoleh meningkat daripada siklus I.

f. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus II

Berdasarkan data hasil observasi aktivitas peneliti, aktivitas siswa, data hasil tes siswa dan penilaianafektif siswa, respon dan motivasi siswa terhadap kegiatan pembelajaran telah memperoleh hasil yang lebih baik. Karena indikator ketuntasan belajar sudah tercapai maka penelitian ini dihentikan. Secara umum metode pembelajaran kelompok investigasi merupakan cara alternatif dalam mengatasi permasalahan pembelajaran dalam kelas.

4.3 Pembahasan

(34)

konsep-konsep yang diajarkan dan diharapkan pemahaman serta hasil belajar dapat meningkat.

Pada siklus I hasil yang diperoleh belum memenuhi indikator kinerja yaitu untuk ketuntasan klasikal belum mencapai 80% menurut indicator kinerja kuantitatif, tetapiaktivitas siswa dan penilaian aspek afektif siswa sudah termasuk dalam kategori baik. Sedangkan aktivitas siswa tindakan I masih dalam kategori cukup hal ini disebabkan diantara empat aspek/indicator pernyataan, terdapat dua diantaranya yang

masih kurang yaitu “siswa menyimak penjelasan materi yang disampaikan oleh guru

dan siswa mengerjakan LKS dalam kelompok” yang masihdalam kategori kurang. Berdasarkan kekurangan pada aktivitas Guru dalam aktivitas siswa tindakan I menjadi bahan pertimbangan untuk perbaikan proses pembelajaran pada tindakan ke II. Hasil yang telah dicapai pada tindakan ke II menunjukan bahwa untuk aktivitas Gur di aktivitas siswa berada dalam kategori baik

Dengan metode pembelajaran kelompok investigasi ini hasil belajar siswa meningkat ditandai dengan hasil belajar yang menunjukan peningkatan dan aktifitas siswa yang jauh lebih baik. Pada siklus II guru mengusahakan meminimalisir kekurangan-kekurangan pada siklus I, sehingga hasil pada siklus II meningkat daripada siklus I. Hal ini terlihat dari hasil skor rata-rata siswa meningkat dari 7,20 menjadi 8,20.

Berdasarkan uraian di atas hasil penelitian dapat dibagi menjadi: 1. Untuk aktivitas siswa

Dari hasil observasi aktivitas siswa yang paling meningkat adalah memberikan tanggapan terhadap permasalahan yang diberikan.Hal ini disebabkan karena siswa tidak merasa malu atau segan lagi bertanya tentang materi yang belum dipahami, siswa terbiasa hadir pada tepat waktu, perhatian dalam mengikuti pelajaran, mampu bersosialisasidengan teman-temannya. Siswa termotivasi untuk menjaga lingkungan dengan mengetahui aturan yang menjaga lingkungan hidup

(35)

Dari hasil tes tindakan siklus I diperoleh bahwa ada sebagian siswa belum mampu mengerjakan soal yang diberikan terutama nomor 7 dan 8.Penyebabnya adalah siswa kurang tidak menghafal undang-undang pelestarian lingkungan hidup, siswa tidak termotivasi untuk belajar, tidak menyalin kembali penjelasan materi yang disampaikan oleh guru dengan serius. Tetapi pada siklus II hasil belajar siswa sudah memenuhi indikator kinerja yang telah ditetapkan.

Berdasarkan hasil penelitian di atas tampak bahwa setelah mengikuti metode pembelajaran kelompok investigasitelah mencapai ketuntasan belajar melebihi standar yang ditetapkan yaitu ≥ 80%. Dari data hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran siklus I ke siklus II tampak bahwa aktifitas siswa dan guru selama mengikuti pembelajaran sudah memenuhi indikator kinerja.

Dari hasil ini terlihat bahwa nilai rata-rata siswa dari siklus I ke siklus II meningkat yaitu 7,20 menjadi 8.08. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar geografi siswa pada materi lingkungan hidup dan pelestariannyamengalami peningkatan.Dengan metode pembelajaran kelompok investigasisiswa lebih termotivasi untuk belajar bekerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah, melakukan diskusi untuk mencari hal-hal yang baru sesuai dengan materi yang diajarkan oleh guru di kelas.

VKesimpulan Dan Saran 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran kelompok investigasidapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIIIBSMP Negeri 12 Palu. Hal ini terlihat dari indikator observasi

aktivitas siswa selama proses pembelajaran dari beberapa indikator yang diamati hampir semua aspek sudah dalam kategori sangat baik. Hasil penilaian afektif siswa diperoleh bahwa dari 4 aspek, sudah dalam kategori baik.

5.2 Saran

(36)
(37)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1991. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Depdiknas, 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta:Depdiknas.

Depdiknas, 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Dimyati, dan Mudjiono, 2002. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Djamarah, S. B, 2005. psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Gulo, W. 2002. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Balai Pustaka.

Hadi, 2000. Pembelajaran dengan Pendekatan Realistik untuk Meningkatkan Pemahaman Sistem Persamaan Linear Dua Peubah Siswa Kelas II SLTP. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang.

Hamalik, O, 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

(38)

Cahaya Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 2006 / 2007.Tesis tidak diterbitkan. Semarang: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Semarang.

Koes H, Supriyono. 2003. Strategi Pembelajaran Fisika. Bandung: JICA

Nasution. 1992. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Bandung: Tarsito.

Rohani Ahmad, 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Saeful, dkk. 2008. Belajar IPA: membuka cakrawala alam sekitar 2 untuk kelas VIII/ MP/MTs. Jakarta: PT. Setia Purna Inves

Slameto, 2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta

Suchman, J. Richard. 1966. Developing Inquiry. IIIlinois-USA: Science Research Associetes.

Sudjana. 1996. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Aljesindo

Sumantri, Mulyani dan Permana, Johan. 1999. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.

Gambar

Gambar Desain Penelitian
Tabel 4.1 Observasi Aktivitas Guru Siklus I
Tabel 4.2 Analisis aktivitas siswa Pada Siklus I
Tabel 4.3 Persentase Rata-Rata Penilaian Afektif Siswa Pada Siklus I
+4

Referensi

Dokumen terkait

Potensi Jerami Padi untuk Perbaikan Sifat Fisik Tanah pada Lahan Sawah Terdegradasi, Lombok Barat.. Balai

Penelitian ini membuktikan bahwa perceived usefulness, perceived credibility, dan social influence memberikan pengaruh yang signifikan terhadap intensitas penggunaan layanan

Pembahasan tentang proses pembangunan tidak dapat dan tidak boleh jauh dari besar dan mendesaknya berbagai masalah yang mengancam masyarakat

Hasil uji F menunjukkan bahwa variabel likuiditas (X1), leverage (X2), profitabilitas (X 3 ) secara simultan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return

“PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTY DI INDONESIA ” dengan baik, lancar dan tanpa hambatan yang berarti. Skripsi

Jika ditinjau dengan satu hari ephemeris, maka jam 0 selalu berubah-ubah dikarenakan efek gerak rotasi dan revolusi Bumi sehingga menimbulkan selisih antara jam Matahari

import android.os.Bundle; import android.util.Log; import android.view.Display; import android.view.View; import android.widget.Button; import android.widget.EditText;

Hal itu dikarenakan perpustakaan juga berfungsi sebagai salah satu pusat informasi, sumber informasi, sumber ilmu pengetahuan, penelitian, rekreasi, pelestarian