• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SEBELUM DAN SESUDAH HEMODIALISIS PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR BALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SEBELUM DAN SESUDAH HEMODIALISIS PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR BALI"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SEBELUM DAN SESUDAH HEMODIALISIS PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR BALI

Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan penyakit yang progresif dan ireversibel, dimana ginjal mengalami gangguan fungsi eksresi sisa metabolisme dan menyeimbangkan cairan tubuh. Hemodialisis rutin dilakukan sebagai terapi pengganti fungsi ginjal pada penderita gagal ginjal. Anemia sering ditemukan pada pasien PGK dan dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup. Prevalensi dan keparahan anemia meningkat sesuai dengan peningkatan keparahan PGK. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kadar hemoglobin sebelum dan sesudah hemodialisis pada pasien PGK di RSUP Sanglah Bali.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik cross-sectional dengan menggunakan data sekunder dan teknik consecutive sampling. Sampel yang didapatkan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini berjumlah 76 pasien. Data diambil dan dicatat dari rekam medis pasien PGK di RSUP Sanglah Bali periode 1 Januari 2014-31 Desember 2016.

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov didapatkan data berdistribusi normal. Kemudian, data dianalisis dengan menggunakan t-test berpasangan dan didapatkan nilai p=0,018 (p<0,05).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar hemoglobin sebelum dan sesudah hemodialisis pada pasien penyakit ginjal kronis. Diharapkan pasien penyakit ginjal kronis mendapatkan perhatian lebih lanjut dalam menangani komplikasi dan meningkatkan kesejahteraan pasien.

(2)

! vii! ABSTRACT

DIFFERENCES IN HEMOGLOBIN LEVEL BEFORE AND AFTER HEMODIALYSIS IN PATIENTS WITH CHRONIC KIDNEY DISEASE

AT GENERAL HOSPITAL CENTER SANGLAH DENPASAR BALI

Chronic kidney disease (CKD) is a progressive and irreversible disease, where the kidneys are malfunctioning in excretion of metabolic waste and balancing the body fluids. Hemodialysis is routinely done as a replacement therapy of kidney function in patients with renal failure. Anemia is common in patients with CKD and can lead to decreased quality of life. The prevalence and severity of anemia increased proportionally with the increasing severity of CKD. The purpose of this study was to determine differences in hemoglobin levels before and after hemodialysis in patients with chronic kidney disease (CKD) in Sanglah Hospital Bali.

This study uses cross-sectional analytic study using secondary data and consecutive sampling technique. The samples that obtained based on inclusion and exclusion criteria in this study were 76 patients. The data were taken and recorded from medical records of patients with CKD in Sanglah Hospital in Bali during the period January 1, 2014 to December 31, 2016.

Based on the statistical test using Kolmogorov-Smirnov, the distribution of data was normal. Then, the data was analyzed using paired t-test, the p value = 0.018 (p <0.05).

The results of this study indicate that there are differences in hemoglobin levels before and after hemodialysis in patients with chronic kidney disease. Expected chronic kidney disease patients get more attention in handling complications and improve patient well-being.

(3)

RINGKASAN

Perbedaan Kadar Hemoglobin Sebelum dan Sesudah Hemodialisis pada Pasien Penyakit Ginjal Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar Bali. Ni Made Evitasari Dwitarini, Fakultas Kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Udayana.

Penyakit ginjal kronis merupakan salah satu penyakit serius dan telah menjadi masalah kesehatan diberbagai belahan dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Penyakit ginjal kronik adalah penyakit yang progresif dan ireversibel, dimana berkurangnya kemampuan ginjal dalam fungsi ekskresinya yang ditandai dengan laju filtrasi glomerulus (LFG) ≤60 mL/min/1,73 m2 selama 3 bulan atau lebih. Pada tahun 2006, penyakit ginjal kronik menempati urutan ke sembilan sebagai penyebab kematian terbanyak penduduk Amerika Serikat. Di Indonesia, diperkirakan insiden penyakit ginjal kronis berkisar 100-150 per satu juta penduduk dan prevalensinya sekitar 200-250 per satu juta penduduk pada tahun 2005. World Health Organization (WHO) memperkirakan akan terjadi peningkatan pasien dengan penyakit ginjal di Indonesia sebesar 41,4% antara tahun 1995-2025. Anemia sering terjadi pada pasien PGK. Prevalensi dan keparahan anemia pada penyakit ginjal kronis meningkat sesuai dengan peningkatan keparahan penyakit. Banyak faktor yang dapat menjadi penyebab anemia pada pasien penyakit ginjal kronis, diantaranya karena berkurangnya produksi eritropoietin, berkurangnya umur eritrosit, anemia efek toksik uremia, anemia karena defisiensi besi, inflamasi serta karena perdarahan. Anemia dapat mengganggu sejumlah aktifitas fisiologis sehingga dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas, serta menurunkan kualitas hidup pasien. Hemodialisis merupakan terapi pengganti ginjal yang rutin dilakukan pada pasien penyakit ginjal kronis untuk mempertahankan cairan, elektrolit, dan membuang sisa-sisa metabolisme dari tubuh. Terapi ini dapat memperpanjang umur pasien dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kadar hemoglobin sebelum dan sesudah hemodialisis pada pasien PGK di RSUP Sanglah Bali.

Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional yang dilakukan pada bulan Februari-September 2016 di RSUP Sanglah Bali. Data yang digunakan adalah data sekunder dari rekam medis pasien PGK di RSUP Sanglah Bali periode 1 Januari 2014-31 Desember 2016. Jumlah pasien PGK yang berkunjung ke RSUP sanglah Bali pada periode tersebut adalah 776 kunjungan. Digunakan teknik consecutive sampling dan didapatkan 76 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan.

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan distribusi pasien PGK berdasarkan jenis kelamin lebih banyak pada laki-laki yaitu sebesar 57,9% (44 pasien) dibandingkan pada perempuan sebesar 42,1% (32 pasien). Rentang umur pasien PGK berkisar antara 17-78 tahun, kemudian dibagi menjadi dua kelompok, dimana ditemukan lebih banyak pada kelompok umur ≥40 tahun yaitu 78,9 % (60 pasien) sedangkan pada kelompok umur <40 tahun hanya sebesar 21,1% (16 pasien). Rata-rata kadar hemoglobin sebelum hemodialisis pada pasien PGK adalah 9,0195 g/dl dengan kadar hemoglobin terendah adalah 4,14 g/dl dan kadar hemoglobin tertinggi adalah 15,40 g/dl. Sedangkan rata-rata kadar hemoglobin sesudah hemodialisis

(4)

! ix!

adalah 9,4141 g/dl dengan kadar hemoglobin terendah adalah 4,60 g/dl, dan kadar hemoglobin tertinggi adalah 15,30 g/dl.

Data dilakukan uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov menggunakan perangkat lunak uji SPSS 21 sebagai syarat uji bivariat paired t-test. Didapatkan nilai p kadar hemoglobin sebelum hemodialisis adalah 0,752 dan nilai p kadar hemoglobin sesudah hemodialisis adalah 0,498, yang menunjukkan kedua data berdistribusi normal. Kemudian dilakukan analisis bivariat menggunakan paired t-test untuk melihat apakah terdapat perbedaan pada kedua kelompok tersebut. Uji statistik kadar hemoglobin sebelum dan sesudah hemodialisis dengan paired t test didapatkan bahwa nilai p sebesar 0,018 (p<0,05), maka didapatkan hasil yang bermakna dan hipotesis penelitian diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar hemoglobin sebelum dan sesudah dilakukan hemodialisis pada pasien penyakit ginjal kronis di RSUP Sanglah Bali. Diharapkan pasien penyakit ginjal kronis mendapatkan perhatian lebih lanjut dalam menangani komplikasi dan meningkatkan kesejahteraan pasien.

(5)

SUMMARY

Differences in Hemoglobin Level Before and After Hemodialysis in Patients with Chronic Kidney Disease at General Hospital Center Sanglah Denpasar Bali. Ni Made Evitasari Dwitarini, Faculty of Medicine. Medical Education Program of Udayana University.

Chronic kidney disease is a serious disease and has become a health problem in many parts of the world, both in developed countries and in developing countries. Chronic kidney disease is a progressive and irreversible disease, with reduced ability of the kidneys in excretion function characterized by glomerular filtration rate (GFR) ≤60 mL / min / 1.73 m2 for 3 months or more. In 2006, chronic kidney disease ranks ninth as a cause of death of the US population. In Indonesia, an estimated incidence of chronic kidney disease ranges from 100-150 per one million population and its prevalence is around 200-250 per one million population in 2005. The World Health Organization (WHO) estimates that there will be an increase in patients with kidney disease in Indonesia amounted to 41.4 % between the years 1995-2025. Anemia is common in patients with CKD. The prevalence and severity of anemia in chronic kidney disease increases proportionally with increasing severity of disease. Many factors can cause anemia in patients with chronic kidney disease, such as reduced production of erythropoietin, reduced life-time of the erythrocytes, anemia toxic effects of uremia, anemia due to iron deficiency, inflammation and bleeding. Anemia can disturb physiological activities so can increase morbidity and mortality, and also reduce the quality of life of the patients. Hemodialysis is a renal replacement therapy that is routinely performed in patients with chronic kidney disease to maintain fluid, electrolyte, and remove the metabolic waste from the body. This therapy can prolong the lifetime of patients and improve the quality of life of patients. The purpose of this study was to determine differences in hemoglobin levels before and after hemodialysis in patients with CKD in Bali Sanglah Hospital.

This research is an analytic cross-sectional study conducted in February-September 2016 in Bali Sanglah Hospital. The data used are secondary data from medical records of patients with CKD at Sanglah Hospital in Bali the period 1 January 2014-31 December 2016. The number of patients with CKD who visited Sanglah Hospital in Bali during the period was 776 visits. Used consecutive sampling technique and obtained 76 samples meet the inclusion and exclusion criteria that have been determined.

Based on the research, found the distribution of patients with CKD based on sex was more in men that is equal to 57.9% (44 patients) than among women was 42.1% (32 patients). The age range of patients with CKD ranging from 17-78 years, and then divided into two groups, which are found more in the age group ≥40 years was 78.9% (60 patients), while in the age group <40 years was only 21.1% (16 patients). The average hemoglobin levels before hemodialysis in patients with CKD was 9.0195 g/dl with the lowest hemoglobin level was 4.14 g/dl and the highest hemoglobin level was 15.40 g/dl. While the average level of hemoglobin after hemodialysis was 9.4141 g/dl with the lowest hemoglobin level was 4.60 g/dl, and the highest hemoglobin level was 15.30 g/dl.

(6)

! xi!

Data normality test with the Kolmogorov-Smirnov test using SPSS 21 software as a condition of bivariate test paired t-test. P value for hemoglobin level before hemodialysis was 0,752 and the p-value for hemoglobin level after hemodialysis was 0,498, that shows both distribution of data were normal. Bivariate analysis was then performed using paired t-test to see whether there are differences in the two groups. Statistical test of hemoglobin levels before and after hemodialysis with paired t test showed that the p value was 0.018 (p <0.05), the results are significant and the research hypothesis is accepted. These results indicate that there are significant differences between hemoglobin levels before and after hemodialysis in patients with chronic kidney disease in Bali Sanglah Hospital. Expected chronic kidney disease patients get more attention in handling complications and improve patient well-being.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

RINGKASAN ... viii

SUMMARY ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR SINGKATAN ATAU TANDA ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Penyakit Ginjal Kronis ... 7

2.1.1 Definisi Penyakit Ginjal Kronis ... 7

2.1.2 Etiologi Penyakit Ginjal Kronis ... 7

2.1.3 Patofisiologi Penyakit Ginjal Kronis ... 8

2.1.4 Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronis ... 10

2.1.5 Diagnosis Penyakit Ginjal Kronis ... 10

2.1.6 Penatalaksanaan Penyakit Ginjal Kronis ... 12

2.1.7 Komplikasi Penyakit Ginjal Kronis ... 13

2.2 Anemia pada Penyakit Ginjal Kronis ... 16

2.2.1 Definisi Anemia pada Penyakit Ginjal Kronis ... 16

2.2.2 Prevalensi Anemia pada Penyakit Ginjal Kronis ... 17

2.2.3 Etiologi Anemia pada Penyakit Ginjal Kronis ... 17

2.2.4 Penatalaksanaan Anemia pada Penyakit Ginjal Kronis ... 19

2.3 Hemodialisis ... 19

2.3.1 Definisi Dialisis ... 19

2.3.2 Jenis Dialisis ... 20

2.3.3 Indikasi Hemodialisis ... 23

2.3.4 Prinsip Hemodialisis ... 24

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS ... 26

3.1 Kerangka Berpikir ... 26

3.2 Kerangka Konsep ... 27

3.3 Hipotesis ... 27

(8)

! xiii!

4.1 Jenis Rancangan Penelitian ... 28

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

4.2.1 Tempat Penelitian ... 28

4.2.2 Waktu Penelitian ... 28

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 28

4.3.1 Populasi Target ... 28 4.3.2 Populasi Terjangkau ... 29 4.3.3 Sampel Penelitian ... 29 4.3.3.1 Kriteria Inklusi ... 29 4.3.3.2 Kriteria Eksklusi ... 29 4.3.3.3 Besar Sampel ... 29

4.3.3.4 Metode Pemilihan Sampel ... 30

4.4 Variabel Penelitian ... 30

4.4.1 Klasifikasi Variabel ... 30

4.4.2 Definisi Operasional Variabel ... 31

4.5 Bahan dan Instrumen Penelitian ... 32

4.6 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data ... 32

4.7 Cara Pengolahan dan Analisis Data ... 33

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

5.1 Karakteristik Sampel ... 34

5.2 Analisis Univariat ... 34

5.3 Analisis Bivariat ... 38

5.4.Keterbatasan Penelitian ... 41

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 42

6.1 Simpulan... ... 42

6.2 Saran... ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronis ... 10 Tabel 5.1 Distribusi Kadar Hemoglobin Sebelum Hemodialisis pada Pasien Penyakit Ginjal Kronis ... 37 Tabel 5.2 Distribusi Kadar Hemoglobin Sesudah Hemodialisis pada Pasien Penyakit Ginjal Kronis ... 37 Tabel 5.3 Beda Rerata Kadar Hemoglobin Sebelum dan Sesudah Hemodialisis pada Pasien Penyakit Ginjal Kronis ... 38

(10)

! xv!

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1 Kerangka Konsep ... 27 Gambar 4.1 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data ... 32 Gambar 5.1 Distribusi Pasien Penyakit Ginjal Kronis Berdasarkan Jenis Kelamin ... 34 Gambar 5.2 Distribusi Pasien Penyakit Ginjal Kronis Berdasarkan Umur ... 36

(11)

DAFTAR SINGKATAN ATAU TANDA SINGKATAN

PGK : Penyakit Ginjal Kronis LFG : Laju Filtrasi Glomerulus GGK : Gagal Ginjal Kronis ESRD : End State Renal Disease LES : Lupus Eritematosus Sistemik

ACE-I : Angiotensin-Converting-Enzyme Inhibitor LDL : Low-Density Lipoprotein

LVH : Left Ventricular Hypertrophy ESA : Eritropoietin Stimulating Agent EPO : Eritropoietin

HD : Hemodialisis

PD : Peritoneal Dialisis UF : Ultrafiltrasi

CAPD : Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis CCPD : Continuous Cyclic Peritoneal Dialysis BUN : Blood Urea Nitrogen

MCH : Mean Corpuscular Hemoglobin

MCHC : Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration RDW : Red Cell Distribution Width

IL-1 : Interleukin-1 IL-6 : Interleukin-

TNF-a : Tumor Necrosis Factor-Alpha mRNA : Messenger Ribonucleic Acid

G6PD : glucose-6-phosphate dehydrogenase HMP : hexose monophosphate shunt

TANDA

> : menyatakan lebih dari < : menyatakan kurang dari

≥ : menyatakan lebih dari atau sama dengan ≤ : menyatakan kurang dari atau sama dengan % : menyatakan bilangan dalam bentuk persen

(12)

! xvii!

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data Penelitian ... 47

Lampiran 2. Hasil Analisis Data ... 49

Lampiran 3. Jadwal Kegiatan ... 51

Lampiran 4. Rincian Biaya Penelitian ... 52

(13)

!

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit ginjal kronis merupakan salah satu penyakit serius dan telah menjadi masalah kesehatan diberbagai belahan dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan penyakit dimana telah terjadi gangguan fungsi ginjal yang progresif dan ireversibel.

National Kidney Foundation mendefinisikan penyakit ginjal kronik sebagai suatu keadaan dimana berkurangnya kemampuan ginjal dalam fungsi ekskresinya yang ditandai dengan laju filtrasi glomerulus (LFG) ≤60 mL/min/1,73 m2 selama 3 bulan atau lebih (National Kidney Foundation, 2002). Laju filtrasi glomerulus (LFG) merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menilai fungsi ginjal. Selain laju filtrasi glomerulus, gangguan fungsi ginjal dapat juga dilihat dari komposisi darah atau urin.

Penyakit ginjal kronik saat ini dipandang sebagai masalah kesehatan serius di dunia. Pada tahun 2006, penyakit ginjal kronik menempati urutan ke sembilan sebagai penyebab kematian terbanyak penduduk Amerika Serikat (Arora, 2015). Insiden dan prevalensi penyakit ginjal kronis di Amerika Serikat selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan insiden dan prevalensi sejalan dengan tingkatan usia yaitu 4% pada usia 29-39 tahun dan mencapai 47% pada usia >70 tahun. Peningkatan tertinggi terjadi pada usia 60 tahun atau lebih. Angka tersebut berasal dari data National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) yang menyebutkan bahwa prevalensi penyakit ginjal kronis stadium 3 pada kelompok usia 60 meningkat dari 18.8% selama tahun 1988 ̶ 1994

(14)

!

!

2!

menjadi 24.5% selama tahun 2003–2006. Dalam periode yang sama, prevalensi penyakit ginjal kronis pada usia 20-39 tahun tetap konstan dibawah 0.5% (Arora, 2015).

Penyakit ginjal kronis dapat terjadi pada semua ras. Namun, ditemukan bahwa insiden penyakit ginjal stadium akhir/gagal ginjal pada orang berkulit hitam, 4 kali lebih tinggi daripada orang kulit putih di United State. Demikian juga ditemukan bahwa ras Hispanics hampir 1.5 kali lebih tinggi didagnosis gagal ginjal dibandingkan non-Hispanics. Sedangkan ras orang kulit putih, bila dibandingkan dengan ras American Indian, ditemukan ras orang American Indian 1.8 kali lebih tinggi didiagnosis mengalami gagal ginjal (Arora, 2015).

United States Renal Data System (USRDS) melaporkan bahwa angka insiden penyakit ginjal stadium akhir yang melakukan hemodialisis pada tahun 2009 pada laki-laki lebih tinggi dibanding pada perempuan. Dimana, insiden pada laki-laki sebesar 415.1 per satu juta penduduk dibandingkan dengan perempuan yang hanya sebanyak 256.6 per satu juta penduduk. Sedangkan insiden penyakit ginjal kronis pada anak-anak, lebih sering terjadi pada laki-laki, karena kecacatan pada katup uretra posterior sejak lahir hanya terjadi pada laki-laki. (Arora, 2015)

Di Indonesia, dari data di beberapa bagian nefrologi, diperkirakan insiden penyakit ginjal kronis berkisar 100-150 per satu juta penduduk dan prevalensinya sekitar 200-250 per satu juta penduduk pada tahun 2005 (Pali, 2012). World Health Organization (WHO) memperkirakan akan terjadi peningkatan pasien dengan penyakit ginjal di Indonesia sebesar 41,4% antara tahun 1995-2025 (Patambo, 2014).

(15)

! 3!

Berdasarkan National Kidney Foundation, penyakit ginjal kronis diklasifikasikan menjadi 5 stadium berdasarkan laju filtrasi glomerular (LFG), yaitu stadium 1, 2, 3, 4 dan stadium 5. Pada stadium 1, pasien mengalami sedikit penurunan fungsi ginjal dengan LFG normal (≥ 90 mL/min/1.73 m2), dan LFG akan semakin menurun sejalan dengan peningkatan level stadium (National Kidney Foundation, 2002). Pada stadium 5 atau yang sering disebut penyakit ginjal stadium akhir, fungsi ginjal sangat menurun dengan LGF <15 mL/min/1.73

m2. Pada stadium ini, telah terjadi gangguan fungsi ginjal yang progresif dan

ireversibel, dimana ginjal kehilangan kemampuan untuk mempertahankan

metabolisme dan keseimbangan cairan maupun elektrolit, sehingga timbul gejala uremia. Jika sudah mengalami penyakit ginjal stadium akhir, pasien harus mendapatkan terapi yang dapat menggantikan fungsi ginjal seperti dialisis dan transplantasi ginjal (National Kidney Foundation, 2002).

Hemodialisis merupakan salah satu terapi pengganti ginjal selain transplantasi ginjal. Tindakan ini rutin dilakukan pada penderita penyakit ginjal kronik (PGK) stadium V atau gagal ginjal kronis (GGK). Pada hemodialisis, terjadi penyaringan darah di luar tubuh menggunakan mesin dialisis. Hemodialisis dilakukan untuk mempertahankan cairan, elektrolit, dan membuang sisa-sisa metabolisme dari tubuhnya. Terapi ini dapat memperpanjang umur pasien dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Hemodialisis masih merupakan terapi pengganti ginjal yang paling banyak digunakan di Indonesia. Namun mahalnya biaya yang dibutuhkan dalam tindakan ini merupakan kendala utama bagi beberapa pasien.

(16)

!

!

4!

Deteksi dini pada orang yang berisiko mengalami penyakit ginjal kronis sangat penting dilakukan untuk mencegah berkembang menjadi penyakit ginjal tahap akhir. Tindakan ini, juga akan mengurangi jumlah pasien hemodialisis dan menurunkan mortalitas. Tetapi pada stadium awal, pasien PGK biasanya asimptomatik. Kebanyakan pasien mulai mencari pengobatan jika sudah pada stadium 4 dan 5, karena pada stadium tersebut biasanya sudah memberikan gejala klinis atau jika sudah muncul komplikasi seperti penyakit kardiovaskuler, infeksi, penurunan fungsi kognitif, dan anemia.

Anemia merupakan salah satu komplikasi yang sering terjadi pada pasien PGK. Secara fungsional, anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup. Banyak faktor yang dapat menjadi penyebab anemia pada pasien penyakit ginjal kronis. Diantaranya adalah berkurangnya produksi eritropoietin, berkurangnya umur eritrosit, anemia efek toksik uremia, anemia karena defisiensi besi, inflamasi serta karena perdarahan. (Babitt, 2012)

Prevalensi dan keparahan anemia pada penyakit ginjal kronis meningkat sesuai dengan peningkatan keparahan penyakit (Suhardjono, 2009). Berdasarkan penelitian Melissa E. Stauffer, et al, prevalensi anemia pada penyakit ginjal kronik adalah 8.4% pada stadium 1, 12.2% pada stadium 2, 17.4% pada stadium 3, 50.3% pada stadium 4, dan 53.4% pada stadium 5. Prevalensi anemia pada pasien penyakit ginjal kronis diatas 60 tahun lebih tinggi dibandingkan usia antara 46-60 tahun (Stauffer, 2014).

Anemia merupakan kendala yang cukup besar bagi upaya mempertahankan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronis. Anemia dapat

(17)

! 5!

mengganggu sejumlah aktifitas fisiologis sehingga dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas. Anemia pada pasien penyakit ginjal kronik dan penyakit ginjal tahap akhir berkaitan dengan terjadinya kelelahan, penurunan kemampuan tubuh, kualitas hidup buruk, peningkatan insiden infark miokard, gagal hati, dan peningkatan indeks massa ventrikular kiri. Penelitian menunjukan bahwa dengan mengobati anemia dapat meningkatkan kualitas hidup pasien, mengurangi kebutuhan transfusi, meningkatkan fungsi kognitif, mengurangi angka kematian dan kesakitan, serta memperbaiki prognosis pada pasien penyakit ginjal kronik (Dmitrieva, 2013).

Tingginya prevalensi anemia serta banyaknya dampak yang ditimbulkan dari anemia pada pasien penyakit ginjal kronis, maka pada penelitian ini akan dianalisis apakah terdapat perbedaan kadar hemoglobin sebelum dan sesudah hemodialisis pada pasien penyakit ginjal kronis stadium 5.

1.2!Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, dapat dirumuskan permasalahan “Apakah terdapat perbedaan kadar hemoglobin sebelum dan sesudah hemodialisis pada pasien penyakit ginjal kronik di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Bali?”

1.3!Tujuan Penelitian

Mengetahui adanya perbedaan bermakna kadar hemoglobin sebelum dan sesudah hemodialisis pada pasien penyakit ginjal kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Bali.

(18)

!

!

6!

1.4!Manfaat Penelitian

1.! Menambah wawasan/pengetahuan khususnya tentang kadar hemoglobin

pada pasien penyakit ginjal kronis sebelum dan sesudah menjalani hemodialisis.

2.! Sebagai bahan acuan/ bahan informasi untuk dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.

3.! Memberikan informasi kepada tim medis dan paramedis sehingga dapat menjadi masukan dalam penanganan penyakit ginjal kronis dan peningkatan pelayanan kesehatan.

Referensi

Dokumen terkait

bermakna dalam penurunan kadar kreatinin dan ureum sebelum dan sesudah hemodialisis pada penderita gagal ginjal di RSUD.. Hasil Penelitian : Berdasarkan uji statistik T-Paired

Hal ini memperlihatkan bahwa semua subjek penelitian yaitu pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida

Tujuan : Menganalisa dan melihat hubungan antara fungsi trombosit dengan hitung trombosit pada pasien penyakit ginjal kronis yang belum dilakukan hemodialisis.. Metode :

Tes faal paru yang dilakukan pada pasien-pasien penyakit ginjal kronis dapat menunjukkan adanya gangguan yang amat bervariasi, mulai dari fungsi paru yang normal sampai dengan

Penelitian pada tahun 2016 yang dilakukan di Manado yang meneliti status gizi pasien penyakit ginjal kronis stadium 5 yang menjalani hemodialisis menunjukkan

Hal ini memperlihatkan bahwa semua subjek penelitian yaitu pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida

“ Hubungan antara Penyakit Ginjal Kronis dengan Kondisi Higiene Oral pada Penderita Penyakit Ginjal Kronis di RSUP H.Adam Malik Medan”.. Pada kesempatan ini, saya ingin Bapak/

Hal inilah yang dapat menyebabkan penurunan produksi saliva sehingga muncul keluhan xerostomia pada pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis.