• Tidak ada hasil yang ditemukan

POKOK BAHASAN I I. PENDAHULUAN. Mengetahui peranan ternak potong dan peluang bisnis pada ternak potong.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POKOK BAHASAN I I. PENDAHULUAN. Mengetahui peranan ternak potong dan peluang bisnis pada ternak potong."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN Tujuan Instruksional Umum:

 Memberikan gambaran tentang pentingnya ilmu manajemen pada usaha ternak potong untuk menghasilkan produk ternak potong yang maksimal dan berkualitas.

 Mengetahui peranan ternak potong dan peluang bisnis pada ternak potong. Tujuan Instruksional Khusus :

 Mengetahui prinsip-prinsip manajemen pada ternak potong.

 Mengetahui manajemen operasional pada usaha ternak potong.

 Mengetahui peranan manajerial dalam usaha ternak potong.

 Mengetahui manajemen recording pada ternak potong. Uraian Materi:

A. Peranan manajemen dalam usaha ternak potong

Ternak potong di Indonesia mempunyai arti yang strategis, terutama dikaitkan dengan fungsinya sebagai penghasil daging, tenaga kerja, pupuk kandang, sebagai tabungan atau sumber rekreasi.

Penerapan manajemen dalam usaha peternakan dirasa sangat perlu dilakukan mengingat perkembangan atas permintaan produk peternakan yang semakin meningkat, sementara produktivitas ternak potong kita masih rendah sehingga untuk memenuhi permintaan produk peternakan harus mengimpor dari luar. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut kita tidak bisa hanya mengandalkan usaha secara tradisional, tetapi harus diarahkan pada perkembangan industri yang memerlukan peranan manajerial.

(2)

Penerapan manajemen dalam industri peternakan harus dimulai dari pra produksi sampai pasca panen dengan mengkaji pengaruh genetic dan lingkungan dalam keterpaduan antara peternak, ternak dan wilayahnya. Kesesuaian ternak dengan wilayahnya akan melibatkan tiga komponen tersebut yang harus dipadukan dengan factor teknis, social dan ekonomis sebagai berikut :

 Peternak : meliputi tipologi usaha dan teknologi serta tujuan usaha. Keputusan untuk menentukan pilihan tersebut akan berhubungan dengan dua factor utama yaitu kecocokan atau ketersediaan lahan dan besarnya tingkat keuntungan yang akan dicapai. Peranan teknologi akan berkaitan dengan penerapannya pada usaha ternak tersebut. Usaha yang lebih mengarah pada industri maka tingkat penerapan teknologi akan semakin tinggi.

 Ternak : meliputi aspek komoditas / bangsa dan pengaruh genetic dan lingkungan. Baik komoditas maupun bangsa akan sangat menentukan keberhasilan aspek produksi dan manajemennya jika dipelihara pada kondisi wilayah yang berbeda. Terdapat keterpaduan antara faktor genetic dan lingkungan, namun secara umum peranan factor genetic 30% dan lingkungan 70%, hal ini akan menunjukkan bahwa lingkungan lebih besar peranannya, sehingga dalam manajemen lebih menitikberatkan pada aspek lingkungan yang harus dikelola secara terpadu.

 Wilayah : meliputi iklim, lahan, tanaman dan pemasaran.

Manajemen usaha ternak dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang menekankan pada proses pengelolaan bisnis produksi ternak yang menguntungkan, sejak dari perencanaan sampai dengan pelaksanaannya, dengan menggunakan segala sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan disertai evaluasinya.

Dalam manajemen ternak potong ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha ternak potong yaitu :

(3)

 Pakan

 Pemeliharaan, perawatan, perkandangan

 Penyakit, lingkungan

 Sosial ekonomi.

Ke lima faktor tersebut di atas harus mendapat perhatian, agar usaha peternakan yang dilaksanakan dapat menghasilkan produk yang maksimal dan mendatangkan nilai ekonomis yang tinggi.

Manajemen operasional

Sebelum mendirikan suatu usaha, tentunya ada beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan, yang nantinya juga sangat mempengaruhi usaha peternakan yang akan didirikan. Sesuai dengan fungsi manajemen, langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam membuat suatu usaha adalah sebagai berikut :

 Planning / perencanaan

 Organizing / menyusun / mengorganisasi

 Actuating / menggerakkan untuk kerja

 Controlling / pengawasan dan penelitian

 Evaluation / evaluasi

Manajemen operasional sebelum menyusun rencana pendirian usaha peternakan adalah :

1. Perencanaan dan Studi Kelayakan

Untuk menyusun perencanaan dan studi kelayakan, kita harus melakukan analisis terhadap :

 Potensi wilayah

 Jumlah ternak (AU / UT) yang akan dipelihara

(4)

 Infrastruktur menunjang / tidak (jaringan transportasi, lembaga pemasaran, pasar hewan, toko obat dll)

 Motivasi masyarakat di wilayah tersebut dengan adanya introduksi ternak potong

 Faktor pemasaran menunjang / tidak

 Potensi pakan (kualitas, kuantitas, kontinyuitas) termasuk sumber air menunjang / tidak.

Data yang diperoleh untuk perhitungan / perencanaan diusahakan berdasarkan data riel / kenyataan di lapangan tentang lokasi, keadaan fisik, agro ekonomi, agro klimat, sosial ekonomi dan religi, komoditi dan pemasaran. Selain itu harus diperhatikan juga dampak usaha peternakan terhadap lingkungan hidup dan kemungkinan terjadinya pencemaran.

Jangka waktu usaha (stabil tidaknya usaha) harus diperhitungkan dengan cermat, hal ini bertujuan untuk mengantisipasi terhadap kemungkinan terjadinya resiko usaha, terutama faktor yang sulit dikendalikan / dimanipulasi. Seperti diketahui, usaha peternakan mempunyai resiko yang tinggi karena materinya hewan hidup yang selalu menuntut tersedianya pakan yang kontinyu. Oleh karena itu perencanaan terhadap kontinyuitas pakan perlu dibuat secara cermat dan hati-hati.

Untuk perhitungan ekonomi, faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah fluktuasi harga ternak dan pakan, strategi pengadaan ternak dan pemasaran, pengaruh inflasi, perkembangan di sektor perbankan dan modal. Selain itu data riel di lapangan (wilayah calon usaha) digunakan sebagai dasar untuk menyusun kelayakan usaha, misalnya perhitungan kandang, pembelian bibit, perkembangan populasi, investasi dan perhitungan ekonominya.

Dalam perhitungan ekonomi pada ternak potong, karena produk utama berupa anak yang sudah mencapai umur tertentu atau bobot badan tertentu (misalnya dewasa tubuh), sehingga untuk pemasaran usahanya harus menunggu jangka waktu yang lama. Sebagai contoh pada ternak sapi, mulai dari sapi betina dikawinkan

(5)

sampai dengan melahirkan anak (9 bulan) dan kemudian anak tersebut siap dijual (umur 2,5 – 3 tahun) memerlukan biaya pemeliharaan (investasi), pemasukan baru diperoleh pada saat ternak dijual.

Apabila dilakukan studi kelayakan dan ternyata usaha tersebut feasible, berarti manajemen operasional dapat dilanjutkan (layak) dalam arti keuntungan yang diperoleh lebih besar dari bunga bank. Tetapi apabila tidak feasible, tidak perlu dilanjutkan.

2. Evaluasi perlu dilaksanakan secara konsepsional / periodik baik dari aspek teknis maupun ekonomis.

3. Recording perlu dilaksanakan secara tertib. 4. Tahap operasional

B. Manajemen Recording

Dalam usaha peternakan, salah satu metode untuk mengevaluasi proses produksi adalah melakukan recording. Manajemen recording atau catatan mempunyai tujuan untuk memperoleh produktivitas yang tinggi dan secara ekonomi menguntungkan. Keberhasilan suatu usaha peternakan dapat dipantau dan dievaluasi dengan adanya pencatatan data yang teratur dan lengkap.

Ada dua tipe pencatatan yang sangat berguna bagi peternak, yaitu catatan keuangan (financial record) dan catatan manajerial (managerial record). Managerial record berguna untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan sehari-hari, diantaranya adalah : pemilihan bibit, catatan reproduksi (lambing interval, calf crop dsb), tatalaksana pemeliharaan ternak. Catatan manajemen pemeliharaan mempunyai nilai yang tinggi sebagai pedoman untuk kontrol manajemen dan keuangan. Catatan ternak sangat diperlukan dalam hal seleksi ternak bibit, kapan waktu vaksinasi, disapih, dipasarkan, perubahan ransum, kapan waktu mengawinkan ternak, identifikasi ternak, kesehatan dan untuk mengetahui kegagalan reproduksi pada ternak betina.

(6)

Recording adalah suatu usaha yang dikerjakan oleh peternak untuk mencatat gagal atau berhasilnya suatu usaha peternakan. Di bidang usaha peternakan program ini diterapkan hampir pada semua sektor usaha ternak mulai ternak unggas (layer, broiler, penetasan), ternak potong (sapi perah, sapi potong, kambing dan domba), dan aneka ternak seperti kelinci dan lainnya.

Banyak faktor yang menentukan keberhasilan usaha peternakan. Faktor tersebut kalau dikelompokkan akan mengerucut menjadi tiga faktor utama yaitu faktor pakan, bibit dan manajemen pemeliharaan (lingkungan). Faktor bibit, pakan, dan manajemen pemeliharaan, semuanya saling terkait mendukung keberhasilan usaha sehingga tidak bisa mengabaikan salah satunya. Dan cukup menjadi salah satu cermin manajemen yang baik adalah adanya catatan produksi baik catatan produksi harian atau bulanan yang tertib.

Apa saja yang perlu pencatatan? Dalam usaha peternakan banyak sekali komponen recording yang harusnya mendapat perhatian antara lain : jumlah populasi, jumlah pemberian pakan, jumlah produksi harian yang dihasilkan, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan, tingkat kematian (mortalitas) ternak yang dipelihara, penyakit yang menyerang, riwayat kesehatan (medical record), obat yang dibutuhkan, vaksinasi yang dibutuhkan dan masih banyak lainnya. Intinya semakin banyak pencatatan yang dilakukan akan semakin baik manajemen usaha yang di jalankan Macam Recording

Untuk memudahkan pemahaman tentang recording, maka dibuat penggolongan recording. Secara umum macam recording:

1. Identitas.

Setiap ternak diberi identitas agar lebih mudah dalam pengenalan. Kita bisa membagi lagi identitas ini menjadi beberapa yaitu identifikasi fisik, penandaan fisik dan penandaan tambahan. Dalam hal ini, Identifikasi fisik meliputi ciri-ciri fisik misalnya warna bulu, konformasi tubuh, bulu sekitar mata, tanduk, kaki, bentuk telinga, punuk, dll.

(7)

Penandaan fisik ternak dapat dibedakan menjadi semi permanen dan permanen. Penandaan permanen adalah penandaan pada sapi yang bersifat tetap. Sedangkan semi permanen bersifat sementara saja, dan jika sewaktu-waktu diperlukan mudah dihilangkan atau diganti. Sedangkan penandaan tambahan adalah penandaan yang diberikan pada sapi di lingkungan sapi tersebut hidup yang memudahkan dikenali meskipun dari kejauhan. Sebagai contoh pemberian papan nama di atas masing-masing kandang, berikut nama sapi, jenis sapi, kode sapi, tanggal lahir, dan asal sapi.

2. Dokumentasi

Pada kondisi sekarang ini upaya mendokumentasikan kegiatan sangat diperlukan tidak terkecuali untuk sapi jika memang populasinya dalam lokasi peternakan cukup besar. Pendokumentasian sapi dapat dilakukan melalui pembuatan sketsa atau gambar individu, profilnya, foto maupun rekaman video. Data-data tersebut akan membantu memudahkan pengelolaan ternaknya . Menurut Pallawarukka (2009) penggambaran atau sketsa dapat digunakan untuk identifikasi ternak dengan penandaan warna yang unik atau spesifik.

3. Catatan Khusus.

Dalam pengelolaan peternakan besar sangat diperlukan pencatatan detail bagi setiap individu sapi, sehingga diperlukan pencatatan khusus. Yang termasuk pencatatan khusus meliputi nama sapi, tanggal lahir, nomor kode ternak, asalnya, berat badannya, berat lahir, berat sapih, bangsa, juga kesehatannya. Selain itu, catatan perkawinan atau inseminasi buatan termasuk dalam hal ini. Catatan ini harus memuat segala hal lengkap agar memudahkan bagi tenaga medis atau perawat ternak yang lain melakukan penangan dan mengurangi terjadinya kesalahan penanganan.

4. Sertifikat Ternak

Recording yang terakhir ini menjadi penting keberadaannya jika terkait dengan pembibitan terutama di UPT/perusahaan pembibitan, apalagi jika sapi berasal dari impor. Mengapa penting, karena untuk memudahkan pelacakan terhadap tetuanya berkualitas unggul atau tidak, memudahkan seleksi, menjaga

(8)

penyebaran bibit semen di lapangan agar tidak terjadi inbreeding. Dalam sertifikat ternak ini yang sangat penting harus memuat breeding, asal-usul tetua pejantan dan betinanya, tanggal lahir. Dengan sertifikat ini, akan menambah kepercayaan dan kepuasan pengguna bibit sapi.

Kegunaan recording :

1. Mengetahui jumlah populasi akhir. Ini perlu karena bagaimanapun letak keuntungan ditentukan oleh jumlah populasi akhir. Dengan diketahuinya populasi akhir kita juga akan mengetahui jumlah ternak yang mati, hilang, dan sebagainya selama masa pemeliharaan.

2. Untuk bahan pertimbangan dalam penilaian tata laksana yang sedang dilaksanakan. Seperti tingkat pertambahan berat badan (PBB), Feed Consumption Rate (FCR), jumlah produksi, kesehatan ternak.

3. Sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan sehari-hari. 4. Sebagai langkah awal dalam menyusun rencana jangka panjang.

5. Bagi pemerintah berguna untuk penyusunan kebijakan dalam bidang peternakan seperti apakah diperlukan import untuk pemenuhan kebutuhan sehingga produksi tetap seimbang.

6. Mempermudah peternak melakukan evaluasi, mengontrol dan memprediksi tingkat keberhasilan usaha.

7. Bagi perguruan tinggi data recording bisa sebagai bahan penelitian

8. Perekaman umur dan lama hidup (life span). Perekaman umur penting untuk menghindari kita memelihara ternak terlalu tua yang semestinya sudah disingkirkan dari peternaka, atau mengawinkan ternak terlalu muda.

9. Pencatatan/ penelusuran kondisi tubuh (kalau pada ternak sapi perah, sapi potong, kambing sering disebut BCS/ Body Condition Score). Dengan mengamati BCS ternak atau hewan kesayangan kita dapat membantu kita

(9)

memantau perkwainan ternak kita, atau untuk mengecek apakah ternak kita sakit atau tidak.

10. Untuk memantau pemberian makanan ternak atau hewan kesayangan kita, apakah sudah cukup sesuai dengan kebutuhan misalnya sedang tumbuh, sedang berproduksi atau sedang bunting.

11. Perekaman prestasi/ produksi. Dengan catatan yang baik dapat dipantau apakah produksi ternak kita normal atau tidak.

12. Perekaman status reproduksi (dara, berahi, bunting). Hal ini untuk menghindari ternak atau hewan kesayangan kita kosong (tidak bunting) dalam waktu lama. Ukuran normal atau tidaknya reproduksi ternak kita adalah dari jarak beranaknya, misalnya sapi jarak beranak (calving interval) yang ideal adalah 12 bulan.

13. Pemantauan penyakit dan parasit. Tentunya ternak yang sakit akan lebih kurus/ kehilangan bobot badannya dalam waktu yang relative singkat. Hal yang sama bagi ternak yang menderita cacingan. Ini yang harus disadari oleh peternak kita, hampir 90 % pemeliharaan ternak di Indonesia tidak mempunyai catatan, kecuali pemeliharaan hewan kesayangan (anjing, kucing, burung), sedangkan peternakan sapi, kambing, domba, atau ayam hampir tidak ada. Hal ini salah satu penyebab sulitnya melakukan program pemuliaan pada ternak di Indonesia, orang lebih suka mengimpor, dalam hal mana impor sapi perlu dipikirkan masak-masak.

Persilangan (crossbreeding) sapi-sapi Lokal (PO, Madura, Grati) dengan sapi Impor (Limousine, Simmental, Brahman Cross) secara serampangan akan membahayakan eksistensi ternak Lokal kita. Dilain pihak, ternak Lokal adalah asset kita pemberian Tuhan YME sesuai dengan kondisi lingkungan kita. Untuk itu marilah kita lestarikan ternak Lokal kita sebagai plasma nutfah dan lakukan persilangan dengan hati-hati.

Di negara berkembang recording belum banyak dilakukan karena beberapa hal : 1. Rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh peternak.

(10)

2. Kurangnya perhatian peternak terhadap sistem recording. 3. Sedikitnya jumlah ternak yang dimiliki oleh peternak. 4. Belum menjalankan program pemuliaan ternak

Recording yang baik adalah recording yang data-datanya dapat dipertanggung jawabkan dan dapat dipercaya serta selalu aktual tiap hari. Recording akan mempermudah membuat keputusan yang tepat untuk program selanjutnya. (www.sentralternak.com,)

Catatan sebagai alat Replanning

Dalam pelaksanaan manajemen ternak potong, catatan akan menjadi aspek yang hampir selalu menjadi acuan semua kegiatan yang berlangsung, merencanakan kegiatan usaha, menilai perkembangan usaha dan menentukan kebijakan serta tatalaksana yang akan diambil.

Catatan yang lengkap akan memudahkan pengelola untuk mengevaluasi apakah kegiatan manajemen berjalan sesuai dengan rencana atau tidak. Kalau terdapat masalah, maka dapat ditentukan dimana letak masalah, kemudian diidentifikasi dan bagaimana cara mengatasinya. Dengan demikian dapat disusun kembali rencana selanjutnya (replanning) berdasarkan program yang telah diperbaiki.

(11)

Gambar 1. Skema manajemen replanning Kegiatan zooteknis yang dilakukan adalah :

 Pemilihan lokasi kandang

 Realisasi perencanaan kandang Tentukan rencana apa

yang akan diproduksi

Evaluasi apa hasil yang diproduksi saat ini

Identifikasi apa perbedaannya

Susun tujuan produksi

Bagaimana mencapai tujuan

Perbaiki rencana tersebut

Evaluasi kemajuan yang dicapai menuju tujuan

Misal : steer umur 20 bl, BB 450 kg dengan TLP 6 mm

Misal : steer umur 20 bl, BB 400 kg dengan TLP 6 mm

BB yang dicapai 50 kg dibawah target

Tujuan produksi yang perlu dicapai : meningkatkan BB pada umur dan ketebalan

lemak yang sama

Fertilitas dan Reproduksi Perkawinan Nutrisi Manajemen Kesehatan Pemasaran

(12)

 Realisasi perencanaan seleksi, breeding dan reproduksi

 Realisasi perencanaan feeding policy

 Realisasi perencanaan pengendalian penyakit

 Realisasi perencanaan perawatan ternak

 Pemasaran

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan zooteknis adalah :

 Prinsip ekonomi.

 Kandang efisien.

 Memanfaatkan perkembangan teknologi di bidang peternakan, yang dapat diaplikasikan pada usaha peternakan.

 Pengetahuan makro dipelajari, untuk dapat mengantisipasi prospek usaha (policy pemerintah, pemasaran, harga dll).

 Kemampuan managerial skill perlu ditingkatkan. Tambahan informasi :

Satuan Ternak (ST) / Animal Unit (AU) / Unit Ternak (UT) Pengertian :

 ST / AU / UT adalah ukuran yang digunakan untuk menghubungkan bobot badan ternak dengan jumlah pakan yang dikonsumsi.

 Satuan ternak mempunyai dua pengertian yaitu jumlah ternak itu sendiri dan jumlah pakan yang dikonsumsi.

 Satuan ternak dapat untuk mengetahui daya tampung suatu padang rumput terhadap jumlah ternak yang dapat dipelihara dengan hasil rumput dari padangan tersebut.

Penggolongan daerah berdasarkan perbandingan antara makanan ternak yang tersedia dengan jumlah ternak :

(13)

STm : STt < 1 --- daerah kekurangan HMT

STm : STt = 1 --- daerah seimbang antara HMT dan jumlah ternak STm : STt > 1 --- daerah kelebihan HMT

Daftar Satuan Ternak / Unit Ternak

Jenis ternak Fase / umur Konversi ST Sapi, Kerbau Dewasa (> 2 th)

Muda (1 – 2 th) Anak (< 1 th)

1 0,5 0,25 Kambing, Domba Dewasa (> 1 th)

Muda (0,5 – 1 th) Anak (< 0,5 th)

0,14 0,07 0,035 Ayam, Itik (100 ekor) Dewasa (> 1/2 th)

Muda (1/6 – 1/2 th) Anak (< 1/6 th) 1 0,5 0,25 Babi Dewasa (> 1 th) Muda (0,5 – 1 th) Anak (< 0,5 th) 0,40 0,20 0,10

(14)

Rekording kambing potong (Kambing Unggul) Kartu Model A.1

KARTU KAMBING JANTAN Keterangan Individual : ——————————– Nomor Reg./Telinga/Kalung : ——————————– Rasa/Bangsa : ——————————–

Tanggal Lahir : tunggal/kembar-2/kembar-3/kembar-4*) Gambar Samping Kanan dan Kiri

Keterangan Orang Tua

Nomor Register Bapak : —————————————— Nomor Register Induk : —————————————— Keterangan Pengeluaran

Kambing ini dikeluarkan dari peternakan karena mati/diculing/*) ……… ……….. Pada tanggal ………. Catatan-catatn Penting

*) Coret yang tidak perlu KARTU MODEL A.1

KARTU KAMBING BETINA Keterangan Individuail Nomor Register/Telinga/kalung*) : ———————- Ras/Bangsa : ———————- Tanggal Lahir : ———————- Kelahiran : tunggal/kembar-2/kembar-3/kembar-4*) Ciri-ciri Istimewa : ———————–

Keterangan Orang Tua

Nomor register Bapak : ———- Ras/bangsa Bapak : ———- Nomor Register Induk : ———- Ras/Bangsa Induk : ———- Keterangan Pengeluaran

Kambing ini dikeluarkan dari peternakan karena mati/diculing/*) ———- ——————————— Pada tanggal ————————————— Catatan-catatan Pentingan

(15)

KARTU MODEL.B

KARTU CATATAN PERTUMBUHAN Nomor Register/Telinga/Kalung *)——————— Tanggal Menimbang Berat Kg Tanggal Menimbang Berat Kg Tanggal Menimbang Berat Kg Tanggal Menimbang Berat Kg Berat lahir Keterangan :

1. Berat Sapih (umur ———– )

2. Rata-rata Pertambangan Berat Badan per Hari (Average Daily Weight Gain) sampai Umur Disapih = ——— Kg

3. Berat sampai Dewasa Kelamin (Umur ——-) = ——— Kg

4. Rata-rata Pertambahan Berat Badan per hari dari sapih sampai umur dewasa kelamin = ——— Kg

5. Berat sampai Dewasa Tubuh (Umur ———– ) = ——— Kg

6. Rata-rata Pertambahan Berat Badan per hari dari dewasa kelamin sampai umur dewasa tubuh = ——— Kg

KARTU MODEL C.1

KARTU PERKAWINAN KAMBING JANTAN Nomor Register/Telinga/Kalung *) ————— Tanggal Kawin Nomor Induk Tanggal Kawin Nomor Induk Tanggal Kawin Nomor Induk Tanggal Kawin Nomor Induk KARTU MODEL C.2

KARTU PERKWINAN KAMBING BETINA Nomor Register/Telinga/kalung *) ————- Tanggal Kawin Nomor Induk Tanggal Kawin Nomor Induk Tanggal Kawin Nomor Induk Tanggal Kawin Nomor Induk

(16)

KARTU MODEL D

KARTU KELAHIRAN ANAK

Nomor Register/Telinga/Kalung *) ———- Tanggal Melahirkan Normal Tidak Normal Jumlah Tanggal Melahirkan Normal Tidak Normal Jumlah

Nomor Anak Nomor Anak

Jantan Betian Jantan Betina 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 *) Coret yang tidak perlu

**) Diisi Distochia atau lahir mati KARTU MODEL .G

KARTU PEMERIKSAAN

KEBUNTINGAN/PENGOBATAN/VACCINASI Nomor Register/Telinga/Kalung *)————————

Tanggal Tanda-tanda Diagnosis Pengobatan

REKORDING SAPI POTONG

KARTU CATATAN PRODUKSI INDUK Nama Peternak : —————————————- Bangsa : ——- Tanggal : ——— Induk : ———- Bapak : ———– Bobot Bobot Bobot 1 Bobot 2 Bobot

Lahir : ——– Sapi : ——- Tahun : ——- Tahun : ——- Dewasa : ——– Data Perkawinan

Tahun Tanggal Penjantan Keterangan

(17)

Jenis Kelamin : —————————————— Bangsa : —————————————— Kemurnian : —————————————— Turunan Ke : —————————————— No. Register : —————————————— No. Telinga : —————————————— Nama Ternak : —————————————— Warna : —————————————— Tanggal Lahir : —————————————— Lokasi : —————————————— Daerah : —————————————— No.Pemilik : —————————————— Nama Pemilik : —————————————— Alamat Pemilik : —————————————— Asosisi (——————-) PEMILIK DAN LOKASI

Nama : —————————————————————– Alamat pemilik : —————————————————————– Kode Lokasi : —————————————————————— Kode Kader : —————————————————————— Alamat Kader : —————————————————————— Dinas Peternakan Asosiasi

( ……….. ) ( ………. ) Nama Sapi : ……… Reg :

Tattoo : ………. Gambar Sapi Individu

(18)

DATA KEPEMILIKAN Nama Pemilik : ……… Alamat : ……… Nama Sapi : ……… Nomor Telinga : ……… Nomor Kode : ……… Nama Penjantan : ……… Nama induk : ……… II JUMLAH MAKANAN

PENGELUARAN TAHUN PEMELIHARAAN

1 2 3 4 5 6 7 PAKAN

Konsentrat Hijauan

Susu untuk / Pedet

DATA KELAHIRAN ANAK SAPI Gambar pedet

DATA INDIVIDUAL TERNAK

PAKAN Tahun ke 1 Tahun ke 2 Tahun ke 3 Tahun ke 4 Hijauan / Tahun Konsentrat / Tahun Susu / Tahun Tanggal Lahir Nomor

Anak Induk/Ibunya Ayahnya

Sex/Jenis

Kelamin Bobot

(19)

Data kelahiran tahun : ………. Jenis ternak : ………. Alamat : ………. Nama ternak : ………….. No.Reg : …………

Tanggal.kelahiran : ………..

PELAYANAN INSEMINASI BUATAN PEMERIKSA KEBUTINGAN DAN KESEHATAN

Latihan soal :

1. Dalam suatu usaha peternakan, jelaskan mengapa perlu penerapan fungsi manajemen !

2. Jelaskan mengapa dalam penerapan manajemen usaha peternakan harus dimulai dari pra produksi sampai dengan pasca produksi!

3. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi proses manajemen pada ternak potong !

4. Jelaskan arti pentingnya manajemen recording pada usaha peternakan! RANGKUMAN SINGKAT

Manajemen usaha ternak dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang menekankan pada proses pengelolaan bisnis produksi ternak yang menguntungkan, sejak dari perencanaan sampai dengan pelaksanaannya, dengan menggunakan segala sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan disertai evaluasinya.

INSENMINASI

BUATAN PEMERIKSAAN KEBUTINGAN TERNAK

Tanggal

kode

(20)

Dalam manajemen ternak potong ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha ternak potong yaitu : seleksi, breeding dan reproduksi, pakan, pemeliharaan, perawatan, perkandangan, penyakit, lingkungan dan sosial ekonomi.

Penerapan manajemen dalam industri peternakan harus dimulai dari pra produksi sampai pasca panen dengan mengkaji pengaruh genetic dan lingkungan dalam keterpaduan antara peternak, ternak dan wilayahnya.

Manajemen operasional sebelum menyusun rencana pendirian usaha peternakan adalah : membuat perencanaan dan studi kelayakan. Selain itu harus diperhatikan juga dampak usaha peternakan terhadap lingkungan hidup dan kemungkinan terjadinya pencemaran, jangka waktu usaha (stabil tidaknya usaha) harus diperhitungkan dengan cermat.

Untuk perhitungan ekonomi, faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah fluktuasi harga ternak dan pakan, strategi pengadaan ternak dan pemasaran, pengaruh inflasi, perkembangan di sektor perbankan dan modal. Selain itu data riel di lapangan (wilayah calon usaha) digunakan sebagai dasar untuk menyusun kelayakan usaha. Apabila dilakukan studi kelayakan dan ternyata usaha tersebut feasible, berarti manajemen operasional dapat dilanjutkan (layak) dalam arti keuntungan yang diperoleh lebih besar dari bunga bank. Tetapi apabila tidak feasible, tidak perlu dilanjutkan.

Gambar

Gambar 1. Skema manajemen replanning
Gambar Sapi Individu
Gambar  pedet

Referensi

Dokumen terkait

Bentuk birokrasi pemerintah yang hirarkhi (hierarchical government bureaucracy) yang saat ini menjadi model dalam menjalankan layanan publik dan upaya mencapai

Seiring dengan dinamika perkembangan masyarakat, maka tarif retribusi pelayanan kesehatan pada RSUD yang diatur dalam Perauran Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 7 Tahun

Kondisi faktor lingkungan sosial seperti tempat tinggal, pekerjaan, pendidikan dan kuantil indeks kepemilikan merupakan determinan variabel yang dapat dimodifikasi

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmatNya saya dapat menyelesaikan Proposal Skripsi dengan judul “Analisis Varibel Yang Mempengaruhi Tax Avoidance

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi bokashi berbasis kotoran ternak yang ditambah dengan pupuk anorganik baik dosis penuh atau setengah rekomendasi nyata

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ALAT PERAGA MAKET KUDA-KUDA SISTEM BONGKAR PASANG PADA MATA KULIAH KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG III.. Skripsi, Surakarta:

  jenis nis dan dan cem cemerl erlang ang sed sedang angkan kan pad pada a har hari i ter terakh akhir  ir    pengamatan atau pada hari ke-7 didapat nilai modus

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode pendidikan dan pola asuh yang diterapkan bagi anak-anak penyandang cacat di Pusat Rehabilitasi Harapan Jaya di