• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan fisik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Kemampuan fisik ini mempengaruh performa gerak individu yang akan bermuara pada pencapaian prestasi olahraga. Menurut Drowatzky (1981 : 34) menyatakan bahwa unsur-unsur kondisi fisik adalah kekuatan (strength), daya tahan (endurance), waktu reaksi (Reaction time), Koordinasi (Coordination), Keseimbangan (Balance), Kecepatan (Speed), Kelincahan (Agility) dan Fleksibilitas. Dari indikator kondisi fisik tersebut kurang diperhatikan oleh individu, guru maupun pelatih dalam kehidupan sehari-hari, pembelajaran pendidikan jasmani, pembibitan serta pembinaan atlet terutama atlet usia adolesensi.

Kondisi fisik yang terdiri dari kekuatan, daya tahan, waktu reaksi, koordinasi, keseimbangan, kecepatan, kelincahan dan fleksibilitas penting untuk diketahui perkembangannya pada setiap jenjang usia khusus pada adolesensi usia 13 sampai dengan 18 tahun. Agar tercapai prestasi olahraga maka diperlukan perhatian yang khusus yaitu, kekuatan dan ketahanan aerobik.

Kekuatan sebagai dasar untuk performa gerak yang dapat menjadi faktor tunggal yang paling penting dalam performa gerak, sebab hampir semua performa yang hebat tergantung pada kemampuan memakai kekuatan yang besar untuk melawan tahanan, kekuatan yang ditingkatkan sering menyokong performa yang lebih baik. Kekuatan dibagi menjadi beberapa jenis yaitu, kekuatan maksimal (maximal stength), daya tahan kekuatan (strength endurance) dan kekuatan kecepatan (power). Dalam hali ini ditekankan pada kekuatan kecepatan atau power, khususnya kekuatan otot tungkai dan kekuatan otot lengan. Kekuatan otot tungkai dan otot lengan ini perlu diperhatikan dalam pencapaian performa gerak maupun prestasi olahraga karena kekuatan otot tungkai dan lengan merupakan kekuatan otot yang menopang sebagian besar berat badan dan alat gerak akfif tubuh manusia. Tanpa kekuatan otot tungkai yang baik manusia tidak

(2)

commit to user

akan bisa berdiri, berjalan dan melakukan aktivitas sehari-hari dengan waktu yang lama dan akan mudah lelah. Kondisi seperti ini sudah terjadi pada kehidupan sekarang ini. Aktivitas manusia yang hidup di zaman modern dan serba canggih ini mengakibatkan manusia malas untuk melakukan aktivitas fisik. Mereka lebih suka menggunakan alat-alat modern dan canggih untuk membantu melakukan aktivitas sehari-hari. Misalnya dahulu untuk menuju ke gedung bertingkat harus berjalan menaiki tangga tetapi sekarang lebih suka menggunakan lift dan eskalator. Dengan berjalan menaiki tangga tanpa disadari akan melatih kekuatan otot tungkai sedangkan apabila sering menggunakan lift atau eskalator maka otot tungkai tidak terlatih dan tidak akan berkembang dengan baik. Akibatnya kaki akan mudah lelah. Penggunaan alat-alat modern seperti lift ini tidaklah salah, karena dengan adanya alat itu akan memudahkan manusia untuk menuju ke lantai gedung yang tinggi, yang tidak dianjurkan adalah apabila naik lift atau turun lift yang jarak lantainya berdekatan, sebaiknya kalau naik atau turun satu lantai lebih baik menggunakan tangga. Sehingga dapat melatih kekuatan otot tungkai sekaligus menghemat energi.

Fenomena lain terjadi pada siswa di sekolah khususnya masa adolesensi usia 13 sampai dengan 18 tahun atau jenjang SMP dan SMA, keengganan, kemalasan dan ketidaksukaan sebagian siswa dalam mengikuti pelajaran Penjas memberi sumbangan yang cukup signifikan dalam perkembangan kekuatan otot tungkai. Ada siswa yang hanya duduk-duduk, bicara dengan temannya waktu pelajaran penjas memberi dampak negatif. Sehingga menjadikan kemampuan kekuatan otot tungkai siswa menjadi rendah dan mengakibatkan performa gerak serta prestasi olahraga menjadi kurang maksimal. Maka perlu diketahui perkembangan kemampuan kekuatan otot tungkai pada adolesensi khusunya sebagai bahan evaluasi.

Kemampuan fisik yang terakhir adalah ketahanan cardiovaskuler, merupakan salah satu kemampuan fisik yang diperlukan untuk semua aktivitas karena ketahanan cardiovaskuler merupakan kemampuan jantung dan paru-paru untuk berfungsi secara maksimal, untuk menghirup, menyalurkan dan menggunakan

(3)

commit to user

perkembangan ketahanan cardiovaskuler dari waktu ke waktu sebagai upaya evaluasi performa gerak dan evaluasi pencapaian prestasi olahraga.

Pada usia adolesensi 13 sampai 18 tahun keinginan melakukan aktivitas fisik berkembang pesat, hal ini memberikan kemungkinan untuk meningkatkan kualitas kemampuan gerak menjadi lebih baik dengan anak mulai mengikuti berbagai macam aktivitas olahraga yang biasa dilakukan orang dewasa. Melihat pertumbuhan dan perkembangan adolesensi, identifikasi bakat olahraga, performa gerak merupakan syarat mutlak untuk penampilan yang optimal. Performa gerak ditunjang oleh karakteristik dan kapasitas kerja fisik yang baik sehingga penampilan secara umum meningkat. Masing-masing cabang olahraga memiliki gerak yang berbeda-beda. Hal ini berkorelasi dengan karakteristik fisik yang diperlukan untuk cabang-cabang tersebut, basket, voli, bulu tangkis dan banyak lagi olahraga lain yang berhubungan dengan ketinggian memerlukan karakteristik fisik yang tinggi dengan lengan dan tungkai panjang, sedangkan gulat dan senam memerlukan orang yang karakteristik fisiknya pendek.

Sedangkan perbedaan gender atau jenis kelamin merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisik. Perbandingan antara laki-laki dan perempuan sebagai berikut, tinggi badan perempuan bertambah sampai umur 16 tahunan, laki-laki sampai 18 tahunan. Pada umur 10 tahun 6 bulan, memasuki masa pertumbuhan pesat adolesensi, dua tahun lebih cepat dibanding laki-laki (Haywood Kathleen M, 1986 : 22). Dengan mengetahui perbedaan perkembangan antara laki-laki dengan perempuan maka guru penjas atau pelatih bisa menyesuaikan porsi latihan atau program latihan yang tepat pada setiap jenjang usia, yang mana setiap jenjang usia memiliki perkembangan yang berbeda-beda. Sehingga diharapkan dapat membantu dalam pencapaian prestasi olahraga.

Faktor lingkungan mempengaruhi kemampuan gerak, lingkungan tempat tinggal seperti temperatur, iklim dan ketinggian tempat tinggal akan berdampak pada perubahan fisiologis seseorang. Lingkungan tempat tinggal akan berdampak pada terjadinya adaptasi fisiologis seseorang (Gallahue dan Ozmun, 1998 : 204-205). Salah satu adaptasi lingkungan yang bisa dijadikan perbandingan dengan

(4)

commit to user

adanya perbedaan tekanan parsial oksigen (PO2), baik yang di dataran rendah maupun di dataran tinggi (Fox dan Bowers, 1993 : 252). Selain itu, Guyton (1997 : 684) membedakan daerah pantai dan pegunungan ditinjau dari suhu udara dan kadar oksigen (O2) juga berbeda. Semakin tinggi suatu daerah dari permukaan laut maka kadar oksigennya (O2) semakin sedikit. Dengan adanya perbedaan tekanan parsial oksigen (PO2) yang terdapat di dataran rendah dan tinggi, akan berpengaruh juga pada hemoglobin (Hb) dalam butir-butir sel darah merah. Dataran tinggi atau daerah pegunungan kadar oksigen dalam udara akan menurun. Agar tubuh tetap mendapat pasokan oksigen, maka alat angkutnya yang diperbanyak, yakni jumlah hemoglobin (Hb) dalam sel darah merah akan bertambah. Pada daerah yang tinggi seperti seperti di pegunungan kadar oksigen dan tekanannya lebih kecil dibandingkan dengan daerah pesisir atau dataran rendah. Karena itu perlu adaptasi fisiologis atau aklimatisasi bagi orang yang tinggal di dataran tinggi atau di pegunungan, aklimatisasi ini terjadi sejak dia lahir. Salah satu adaptasi fisiologis yang terjadi yaitu : Kapasitas paru lebih besar dan kadar hemoglobin (Hb) darah menjadi banyak (Nala, 1992 : 184).

Secara geografis wilayah Pulau Jawa berdasarkan tata ruang fisik dan tata

ruang sosial dibagi menjadi tiga tipologi, yaitu daerah pegunungan,

pedalaman, dan pantai. Wilayah yang terdapat di sepanjang garis Pantai Utara Pulau Jawa dikenal dengan nama wilayah Pantura (Pantai Utara). Di jalur Pantura dilewati oleh pengguna jalan dari Jakarta menuju Surabaya. Wilayah Pantura di Propinsi Jawa Tengah, meliputi Kabupaten Brebes, Kabupaten

Tegal, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang,

Kabupaten Kendal, Kota Madya Semarang, Kabupaten Demak, Kabupaten Jepara, Kabupaten Kudus, Kabupaten Pati, dan Kabupaten Rembang.

Sebagian besar wilayah Kabupaten Pati adalah dataran rendah dan sebagian kecil dataran tinggi, dengan ketinggian tanah rata-rata 4 sampai

dengan 219 meter di atas permukaan laut (dpl). Dataran terendah di

Kabupaten Pati adalah 1 meter dpl, sedangkan dataran tertinggi 642 meter

dpl. Di bagian selatan (perbatasan dengan Kabupaten Grobogan dan

(5)

commit to user

struktur tanah terdiri atas tanah alluvial, hidromer, dan regusol. Adapun bagian utara (perbatasan dengan Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara) berupa perbukitan, dengan struktur tanah terdiri atas tanah red yellow, latosol, alluvial,

hidromer, dan regusol. Rata-rata curah hujan di Kabupaten Pati pada tahun

2008 sebanyak 1.002 mm dengan 51 hari hujan, untuk keadaan hujan cukup, sedangkan untuk temperatur terendah 23 derajat Celcius dan tertinggi 39 derajat Celcius.

Keadaan daerah kabupaten Pati yang heretogen, terdiri dari pegunungan (dataran tinggi), pedalaman dan pantai (dataran rendah) dapat memberikan manfaat bagi penduduknya berupa perkembangan fisiologis antara lain kapasitas paru-paru dan peningkatan kadar hemoglobin (Hb) sel darah merah, selain itu akan memberikan kesempatan secara tidak langsung kepada anak-anak,

adolesensi dan dewasa di Kabupaten Pati untuk melatih fisik terutama kekuatan

otot tungkai pada medan yang beraneka ragam. Berdasarkan keadaan daerah kabupaten Pati tersebut maka seseorang harus beradaptasi atau beraklimatisasi terhadap keadaan itu, dan salah satu manfaat positif yang dapat dilihat dari pengaruh keadaan geografis tersebut, terhadap kemampuan fisiologis tubuh dan peningkatan kondisi fisik seseorang, seperti, kekuatan dan ketahanan

cardiovaskuler.

Kekuatan dan ketahanan cardiovaskuler merupakan beberapa komponen dari kondisi fisik yang mempengaruhi performa gerak dan prestasi olahraga, selain kemampuan gerak adalah jenis kelamin dan lingkungan, seperti yang telah dibahas sebelumnya. Maka sangatlah penting untuk meneliti perkembangan kekuatan (otot tungkai dan otot lengan) dan ketahanan cardiovaskuler yang ditinjau dari jenis kelamin dan lingkungan berupa ketinggian tempat tinggal khususnya pada adolesensi usia 13 sampai 18 tahun.

Pentingnya mengetahui perkembangan kekuatan otot tungkai, otot lengan serta ketahahan cardiovaskuler bagi guru penjas, pelatih dan adolesensi usia 13 sampai 18 tahun adalah mengetahui seberapa besar kekuatan otot tungkai, otot lengan serta ketahahan cardiovaskuler yang dimiliki, serta dapat mengetahui perkembangan selanjutnya. Perkembangan kekuatan otot tungkai, otot lengan

(6)

commit to user

serta ketahahan cardiovaskuler dapat dilakukan dengan pengetesan atau pengukuran.

Diharapkan dari penelitian ini juga bisa memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh ketinggian tempat tinggal terhadap perkembangan kekuatan otot tungkai, otot lengan serta ketahahan cardiovaskuler pada adolesensi laki-laki dan perempuan usia 13 sampai dengan 18 tahun yang tinggal di dataran rendah dan dataran tinggi dalam wilayah Kabupaten Pati. Selain itu juga diharapkan dari penelitian ini nantinya bisa dijadikan kajian ilmiah dan sebagai acuan untuk pengembangan pencapaian prestasi olahraga di Indonesia pada umumnya dan di Kabupaten Pati pada khusunya.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka akan dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan kekuatan otot tungkai, otot lengan serta ketahahan cardiovaskuler pada adolesensi laki-laki dan perempuan usia 13 sampai dengan 18 tahun, yang dipengaruhi oleh ketinggian tempat tinggal baik itu di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Selanjutnya, adalah untuk mengetahui kekuatan otot tungkai, otot lengan serta ketahahan cardiovaskuler pada adolesensi usia 13 sampai 18 tahun, yang dilahirkan dan tinggal di dataran tinggi yang kemudian akan dibandingkan dengan adolesensi laki-laki dan perempuan usia 13 sampai dengan 18 tahun yang dilahirkan dan tinggal di dataran rendah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan beberapa permasalahan yang berhubungan dengan perkembangan dan

perbedaan kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan dan ketahanan

cardiovaskuler pada adolesensi usia laki-laki dan perempuan yang berusia 13

sampai 18 tahun, yang dilahirkan dan tinggal di daratan tinggi dan dataran rendah. Perumusan masalah penelitian ini sebagai berikut :

(7)

commit to user 1. Perkembangan Kekuatan Otot Tungkai.

a) Bagaimanakah perkembangan kekuatan otot tungkai pada adolesensi laki-laki dan perempuan usia 13 sampai dengan 18 tahun yang tinggal di dataran rendah?

b) Bagaimanakah perkembangan kekuatan otot tungkai pada adolesensi laki-laki dan perempuan usia 13 sampai dengan 18 tahun yang tinggal di dataran tinggi?

c) Bagaimanakah perbandingan perkembangan kekuatan otot tungkai

adolesensi laki-laki dan perempuan pada usia 13 sampai dengan 18 tahun yang tinggal di dataran rendah dengan yang tinggal di dataran tinggi?

2. Perkembangan Kekuatan Otot Lengan.

a) Bagaimanakah perkembangan kekuatan otot lengan pada adolesensi laki-laki dan perempuan usia 13 sampai dengan 18 tahun yang tinggal di dataran rendah?

b) Bagaimanakah perkembangan kekuatan otot lengan pada adolesensi laki-laki dan perempuan usia 13 sampai dengan 18 tahun yang tinggal di dataran tinggi?

c) Bagaimanakah perbandingan perkembangan kekuatan otot lengan

adolesensi laki-laki dan perempuan pada usia 13 sampai dengan 18 tahun yang tinggal di dataran rendah dengan yang tinggal di dataran tinggi?

3. Perkembangan Ketahanan Cardiovaskuler.

a) Bagaimanakah perkembangan ketahanan cardiovaskuler pada adolesensi laki-laki dan perempuan usia 13 sampai dengan 18 tahun yang tinggal di dataran rendah?

b) Bagaimanakah perkembangan ketahanan cardiovaskuler pada adolesensi laki-laki dan perempuan usia 13 sampai dengan 18 tahun yang tinggal di dataran tinggi?

c) Bagaimanakah perbandingan perkembangan ketahanan cardiovaskuler adolesensi laki-laki dan perempuan pada usia 13 sampai dengan 18 tahun yang tinggal di dataran rendah dengan yang tinggal di dataran tinggi?

(8)

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tujuan Umum.

Untuk mengetahui perkembangan kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan dan ketahanan cardiovaskuler pada adolesensi usia 13 sampai dengan 18 tahun yang tinggal di dataran rendah dengan adolesensi yang tinggal di dataran tinggi.

Tujuan Khusus. 1. Perkembangan Kekuatan Otot Tungkai.

a) Untuk mengetahui perkembangan kekuatan otot tungkai pada adolesensi laki-laki dan perempuan usia 13 sampai dengan 18 tahun yang tinggal di dataran rendah?

b) Untuk mengetahui perkembangan kekuatan otot tungkai pada adolesensi laki-laki dan perempuan usia 13 sampai dengan 18 tahun yang tinggal di dataran tinggi?

c) Untuk mengetahui perbandingan perkembangan kekuatan otot tungkai adolesensi laki-laki dan perempuan pada usia 13 sampai dengan 18 tahun yang tinggal di dataran rendah dengan yang tinggal di dataran tinggi?

2. Perkembangan Kekuatan Otot Lengan.

a) Untuk mengetahui perkembangan kekuatan otot lengan pada adolesensi laki-laki dan perempuan usia 13 sampai dengan 18 tahun yang tinggal di dataran rendah?

b) Untuk mengetahui perkembangan kekuatan otot lengan pada adolesensi laki-laki dan perempuan usia 13 sampai dengan 18 tahun yang tinggal di dataran tinggi?

c) Untuk mengetahui perbandingan perkembangan kekuatan otot lengan adolesensi laki-laki dan perempuan pada usia 13 sampai dengan 18 tahun yang tinggal di dataran rendah dengan yang tinggal di dataran tinggi?

(9)

commit to user 3. Perkembangan Ketahanan Cardiovaskuler.

a) Untuk mengetahui perkembangan ketahanan cardiovaskuler pada adolesensi laki-laki dan perempuan usia 13 sampai dengan 18 tahun yang tinggal di dataran rendah?

b) Untuk mengetahui perkembangan ketahanan cardiovaskuler pada adolesensi laki-laki dan perempuan usia 13 sampai dengan 18 tahun yang tinggal di dataran tinggi?

c) Untuk mengetahui perbandingan perkembangan kekuatan cardiovaskuler adolesensi laki-laki dan perempuan pada usia 13 sampai dengan 18 tahun yang tinggal di dataran rendah dengan yang tinggal di dataran tinggi?

D. Asumsi

Guna memperjelas permasalahan dan pelaksanaan dalam penelitian ini, maka orang cobanya diasumsikan memiliki keadaan baik fisik maupun ekonomi yang relatif homogen, dengan kriteria seperti berikut :

1. Adolesensi yang dijadikan subjek penelitian adalah adolesensi yang memiliki usia 13 sampai dengan 18 tahun baik untuk anak laki-laki dan perempuan. Merupakan salah satu siswa di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang dijadikan tempat penelitian, serta adolesensi yang menjadi sampel harus memiliki perkembangan fisiologis yang hampir sama. 2. Batasan usia yang digunakan adalah 13 sampai dengan 18 tahun. Adapun

kriteria pengumpulan sampel penelitian, adalah dengan cara : dicatat tanggal lahirnya setelah itu dilakukan patokan atau penentuan dari 6 bulan sebelum dan sesudah hari ulang tahunnya, serta dihubungkan dengan berakhirnya penelitian, yang kemudian dimasukkan kedalam satu tingkatan usia. Salah satu contoh adolesensi berusia 12 tahun 6 bulan dan adolesensi berusia 13 tahun 6 bulan maka masuk usia 13 tahun. Untuk itu data kelahiran siswa baik laki-laki atau perempuan harus dikumpulkan dahulu sebelum melakukan penelitian.

3. Subjek adalah anak yang dilahirkan dan tinggal di tempat penelitian hingga penelitian berlangsung.

(10)

commit to user

5. Subjek penelitian tidak sedang mengikuti program pelatihan fisik untuk cabang olahraga tertentu.

E. Manfaat Penelitian.

Hasil penelitian ini bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut :

Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam bidang ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu keolahragaan pada khususnya, yang dikaitkan dengan informasi ilmiah tentang perkembangan kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan dan ketahanan cardiovaskuler pada adolesensi usia 13 tahun sampai dengan 18 tahun, yang ditinjau dari letak geografis berupa ketinggian tempat tinggal dan jenis kelamin. Selanjutnya dapat memberikan informasi ilmiah mengenai, perbandingan kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan dan ketahanan cardiovaskuler pada adolesensi usia 13 sampai dengan 18 tahun yang ditinjau dari letak geografis berupa ketinggian tempat tinggal dan jenis kelamin.

Manfaat Praktis.

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi ilmiah kepada pembina, pelatih, guru pendidikan jasmani, atlet dan masyarakat secara umum. Pada akhirnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam meningkatkan prestasi olahraga yang berhubungan dengan kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan dan ketahanan cardiovaskuler adolesensi usia 13-18 tahun laki-laki dan perempuan yang tinggal di dataran rendah maupun di dataran tinggi.

2. Sebagai salah bukti ilmiah dan dapat dijadikan bahan informasi ilmiah untuk mencari dan memudahkan untuk membina atlet-atlet muda dalam pemanduan bakat yang berhubungan dengan kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan dan ketahanan cardiovaskuler adolesensi usia 13-18 tahun laki-laki dan

(11)

commit to user

perempuan yang tinggal di dataran rendah maupun di dataran tinggi, sehingga prestasi olahraga di kabupaten Pati dapat meningkat.

3. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan suatu bentuk informasi ilmiah, sehingga penelitian ini bisa dijadikan acuan atau patokan kepentingan penelitian berikutnya, khususnya yang berhubungan dengan kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan dan ketahanan cardiovaskuler adolesensi usia 13-18 tahun laki-laki dan perempuan yang tinggal di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Atau penelitian secara umum yang berhubungan dengan bidang ilmu yang ditekuni yakni ilmu keolahragaan.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Bab I merupakan pendahuluan yang berisikan subbab-subbab yaitu latar belakang masalah yang memaparkan tentang latar belakang mengapa penulis membahas Enjo-Kosai , gaya

Phytoremediation potential of native plants growing on a heavy metals contaminated soil of copper mine in Iran.. Heavy metal contamination and accumulation in soil

Dengan adanya payung hukum baru yaitu peraturan Dirjen Pajak Nomor 11/PJ/2016 tentang Pengaturan Lebih Lanjut mengenai pelaksanaan Undang- undang Nomor 11 Tahun 2016

3. Bapak dan Ibu Dosen, Pembimbing dan penguji yang telah membantu, membimbing dan mengarahkan skripsi ini. Sahabat yang seperti keluarga bagiku, Mohamad Asrofi,

Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda yang bertujuan untuk menguji dan menganalisis, baik secara parsial maupun secara simultan

Dan seteah dihitung besar koefisien elastisitasnya, sifat elastisitas pada tahun 2007 adalah elastis, yang artinya persentase ( % ) perubahan kuantitas daging sapi lebih besar

menyebutkan beberapa hal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak berdasarkan Kesehatannnya - Siswa dapat menjelaskan manfaat dari olahraga, rekreasi dan