• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengantar. Tim P2RUED

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengantar. Tim P2RUED"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

1

Pengantar

Kementerian ESDM dan DEN melalui kerjasama dengan Kementerian Bappenas,

Kementerian Dalam Negeri, serta Indonesia Clean Energy Development (ICED)–II dan

Indonesian Institute for Energy Economics (IIEE) telah menyusun Pedoman Teknis Peyusunan Rencana Umum Energi Daerah-Provinsi (RUED-P) dan Pedoman Pemodelan RUED-P. Pedoman Teknis Permodelan RUED-P merupakan satu diantara dua pedoman yang disiapkan oleh Tim P2RUED-P ini dan diharapkan dapat mendukung tersusunnya naskah RUED seluruh provinsi di Indonesia pada tahun 2017.

Pedoman Teknis Permodelan RUED-P merupakan acuan dalam menyusun permodelan yang digunakan dalam membuat RUED-P. Permodelan ini berfungsi sebagai alat bantu untuk menentukan proyeksi energi ke depan. Model yang dipakai dalam menyusun

RUED-P adalah Long-range Energy Alternatives Planning (LEAP), sesuai dengan model

yang digunakan dalam menyusun Rencana Umum Energi Nasional (RUEN).

Perencanaan energi model LEAP menggunakan skema “bottom up” yaitu proyeksi energi

dimasa mendatang ditentukan oleh permintaan energi. Struktur permodelan LEAP dibagi

menjadi 3 bagian yaitu kebutuhan energi (demand), transformasi dan pasokan energi

(supply). Untuk menggambarkan kebutuhan energi daerah di masa depan, diperlukan data terkait kebutuhan energi, penggunaan energi, potensi energi serta infrastruktur energi yang ada di daerah.

Pedoman Teknis Permodelan RUED-P terdiri dari: kebutuhan energi sektor rumah tangga, kebutuhan energi sektor industri, kebutuhan energi sektor transportasi, kebutuhan energi sektor komersial, kebutuhan energi sektor lainnya, transformasi dan pasokan energi. Setiap sektor terdapat aktivitas-aktivitas penggunaan energi yang berpengaruh, basis perhitungan, rumus atau persamaan yang digunakan (format data excel), gambaran struktur model dan kebutuhan data. Diharapkan daerah dapat menyiapkan data yang diperlukan dalam penyusunan RUED-P.

Penyusunan RUED-P menggunakan data dengan tahun dasar 2015 dengan 2 skenario.

Skenario pertama Business as Usual (BaU) yaitu proyeksi kebutuhan energi di masa

mendatang jika tren pertumbuhan yang ada saat ini dilanjutkan. Skenario kedua adalah skenario Rencana Umum Energi Daerah (RUED) yaitu proyeksi kebutuhan energi di masa mendatang dengan mempertimbangkan dinamika demografi dan kewilayahan, penggunaan teknologi, perubahan kebijakan dan pengendalian variabel-variabel lainnya. RUED-P ini yang akan diintegrasi serta disinkronisasi dengan RUEN yang nantinya akan terlihat gambaran yang utuh dalam mewujudkan target-target KEN.

(3)

2

Daftar Isi

Pengantar ... 1 Daftar Isi ... 2 Daftar Gambar ... 3 Daftar Tabel ... 4 Bab I - Pendahuluan... 6

Bab II - Kebutuhan Energi ... 8

2.1 Sektor Rumah Tangga ... 8

2.2 Sektor Industri ... 15

2.3 Sektor Transportasi ... 22

2.4 Sektor Komersial ... 31

2.5 Sektor Lainnya ... 38

Bab III - Transformasi ... 42

Bab IV - Pasokan Energi ... 56

(4)

3

Daftar Gambar

Gambar 1. Alur Proses Model Perencanaan Energi... 6

Gambar 2. Struktur Model Sektor Rumah Tangga ... 9

Gambar 3. Struktur Model Sektor Industri ... 16

Gambar 4. Alur Perhitungan Demand (Kebutuhan Energi) Sektor Industri ... 20

Gambar 5. Struktur Model Sektor Transportasi ... 22

Gambar 6. Struktur Model Sektor Komersial ... 31

Gambar 7. Target Efisiensi dan Konservasi Energi Sektor Komersial ... 36

Gambar 8. Struktur Model Sektor Lainnya ... 38

Gambar 9. Flow Pembacaan dalam Cabang LEAP ... 43

Gambar 10. Cabang Transformasi ... 43

Gambar 11. Data-data pada Cabang Transmisi dan Distribusi ... 44

Gambar 12. Anak Cabang Pembangkit Listrik ... 44

Gambar 13. Tampilan Jendela Cabang Pembangkit Listrik ... 45

Gambar 14. Planning Reserve Margin ... 45

Gambar 15. System Load Shape ... 46

Gambar 16. Data Cabang Proses Berupa Data Jenis Pembangkit Listrik ... 47

Gambar 17. Cabang Kilang Minyak ... 51

Gambar 18. Tampilan Layar Jendela dalam Cabang Kilang ... 52

Gambar 19. Arus Kebutuhan-Pasokan Minyak Bumi ... 56

Gambar 20. Arus Kebutuhan-Pasokan Gas Bumi ... 58

Gambar 21. Arus Kebutuhan-Pasokan Batubara ... 62

(5)

4

Daftar Tabel

Tabel 1. Kebutuhan Data Sektor Rumah Tangga ... 10

Tabel 2. Tabel Populasi dan Jumlah Rumah Tangga Periode 2010 – 2015 ... 11

Tabel 3. Tabel Share Teknologi Memasak Rumah Tangga per Propinsi ... 12

Tabel 4. Tabel Rata-Rata Intensitas Memasak Rumah Tangga per Jenis Energi .... 12

Tabel 5. Level Aktifitas dan Intensitas Peralatan Listrik Sektor Rumah Tangga ... 13

Tabel 6. Data Level Aktifitas dan Intensitas Energi untuk Penerangan Non Listrik .. 13

Tabel 7. Kebutuhan Data Sektor Industri ... 17

Tabel 8. PDRB Sektor Industri Menurut Lapangan Usaha ... 18

Tabel 9. PDRB Sektor Industri Menurut Subsektor ... 18

Tabel 10. Data Survey Industri dalam SBM ... 18

Tabel 11. Pasokan Bahan Bakar ... 19

Tabel 12. Aktivitas dan intensitas energi sektor transportasi pada model RUED ... 23

Tabel 13. Kebutuhan data pemodelan sektor transportasi ... 23

Tabel 14. Tabel perhitungan intensitas energi sektor transportasi ... 26

Tabel 15. Proyeksi tingkat aktivitas sektor transportasi ... 29

Tabel 16. Kebutuhan Data Sektor Komersial ... 32

Tabel 17. PDRB Menurut Lapangan Usaha untuk Sektor Komersial ... 34

Tabel 18. Konsumsi Listrik Sektor Komersial ... 34

Tabel 19. Pangsa Konsumsi Listrik Berdasarkan Teknologi ... 34

Tabel 20. Asumsi Luas Lantai Bangunan Komersial ... 35

Tabel 21. Konsumsi Bahan Bakar Sektor Komersial ... 35

Tabel 22. Hasil Simulasi Kebutuhan Energi Sektor Komersial RUEN ... 36

Tabel 23. Kebutuhan Data Sektor Lainnya ... 39

Tabel 24. PDRB Menurut Lapangan Usaha ... 40

Tabel 25. PDRB Sektor Lainnya ... 40

Tabel 26. Data Share Bahan Bakar... 40

Tabel 27. Losses Transmisi Listrik Secara Nasional ... 44

Tabel 28. Data Pembangkit Listrik ... 47

Tabel 29. Data Maximum Availability ... 48

Tabel 30. Nilai Beban pembangkit ... 49

Tabel 31. Process Efficiency ... 49

Tabel 32. Terminologi untuk Data Kilang Efficiency ... 51

Tabel 33. Data Pembangkit Eksisting Provinsi Aceh ... 52

Tabel 34. Data Pembangkit yang akan Dibangun di Provinsi Aceh ... 53

Tabel 35. Data Aggregate untuk Setiap Jenis Pembangkit ... 54

(6)

5

Tabel 37. Format Excel Suplai Minyak Bumi ... 57

Tabel 38. Daftar Kebutuhan Data Suplai Gas Bumi ... 59

Tabel 39. Format Excel Suplai Gas Bumi ... 61

Tabel 40. Daftar Kebutuhan Data Suplai Batubara ... 62

Tabel 41. Format Excel Suplai Batubara ... 64

Tabel 42. Daftar Kebutuhan Data Suplai EBT Non Pembangkit ... 65

(7)

6

Bab I - Pendahuluan

Dalam memberikan dukungan teknis kepada Pemerintah daerah untuk penyusunan RUED Provinsi, Pemerintah Pusat telah membentuk Tim Pembinaan Penyusunan RUED Provinsi (P2RUED-P) yang bertugas untuk memfasilitasi, mendampingi, membimbing dan bersama dengan Pemerintah Daerah dalam menyusun RUED 34 Provinsi. Tim P2RUED-P ini merupakan tim lintas sektor Kementerian/Lembaga antara lain yaitu Kementerian ESDM, Bappenas, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Perhubungan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Keuangan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Pertanian. Tim ini nantinya juga akan berkoordinasi dengan K/L lainnya seperti Kementerian ATR, Kementerian PDT dan K/L lainnya.

RUED-P yang disusun oleh Pemerintah Daerah diharapkan dapat memberikan gambaran kondisi maupun rencana kedepan terkait pengelolaan energi daerah, serta memuat kebijakan dan program strategis yang bersifat Kuantitatif atau terukur dengan tujuan menghindari penafsiran yang berbeda dalam menyusun dokumen perencanaan untuk bidang energi lainnya (Renstra, RPJMD dan RKPD), implementasi kebijakan dan program, maupun dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi.

Gambar 1. Alur Proses Model Perencanaan Energi

Penyusunan kebijakan dan program yang terukur membutuhkan landasan yang kuat yang berisi data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan terhadap kondisi pengelolaan energi daerah dimasa mendatang. Gambaran kondisi pengelolaan energi dimasa mendatang merupakan hasil dari proyeksi

(8)

kebutuhan-7 penyedian energi yang akan dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan mengacu pada kondisi saat ini, indikator dan parameter yang mempengaruhi serta visi dan misi pembangunan daerah. Gambar 1 merupakan alur proses pemodelan kebutuhan-penyediaan energi yang terdiri dari sisi kebutuhan, transformasi dan sisi kebutuhan-penyediaan, serta analisis dan iterasi model. Selain itu, terdapat indikator-indikator yang mempengaruhi seluruh aspek tersebut yang nantinya menjadi parameter dalam memproyeksikan kebutuhan-penyediaan energi daerah.

Pemerintah daerah memiliki peluang dan keunggulan yang sangat besar dalam memproyeksikan kebutuhan dan penyediaan energi daerah. Keunggulan tersebut antara lain yaitu:

1. Memahami kondisi geografis;

2. Memahami pola konsumsi energi masyarakat untuk menentukan proyeksi kebutuhan; dan

3. Mengetahui sumber energi setempat yang dapat dikembangkan, terutama untuk pengembangan dan pemanfaatan EBT.

Keunggulan Pemerintah Daerah tersebut diatas sangat dibutuhkan terutama dalam pengembangan EBT agar harga EBT dapat ditekan menuju skala keekonomian, sehingga dapat diminati oleh investor dan diterima oleh masyarakat setempat dengan mengurangi beban Pemerintah/Pemerintah Daerah dalam menyediakan subsidi. Untuk memudahkan Daerah dalam menggunakan tools pemodelan energi, Tim P2RUED-P telah menyusun Pedoman Teknis Pemodelan RUED yang terdiri dari Petunjuk teknis dan Excel sakti yang telah disinkronkan dengan tools pemodelan energi. Diharapkan dengan adanya pedoman teknis pemodelan ini, dapat mendukung tersusunnya RUED seluruh provinsi di tahun 2017 dan mendukung tercapainya target RUEN dan KEN yang telah ditetapkan. Seluruh aspek dari pedoman tersebut akan dijelaskan secara rinci dibawah ini.

(9)

8

Bab II - Kebutuhan Energi

2.1 Sektor Rumah Tangga

Pengenalan

Konsumsi energi di sektor rumah tangga merupakan jumlah seluruh penggunaan energi untuk aktifitas di rumah tangga yang meliputi: memasak, penerangan dan penggunaan peralatan rumah tangga lainnya. Besarnya konsumsi energi akan dipengaruhi oleh faktor: level aktifitas dan intensitas energi. Level aktifitas dipengaruhi oleh sebaran atau populasi peralatan dan frekuensi penggunaan peralatan. Sedangkan intensitas adalah besarnya energi yang digunakan oleh setiap peralatan yang dipengaruhi oleh jenis teknologi dan efisiensinya. Level aktifitas dan Intensitas energi di rumah tangga perkotaan dan pedesaan tentu akan berbeda. Hal ini karena dipengaruhi oleh ketersediaan infrastruktur energi yang berimplikasi pada kapasitas produksi dan jenis energi yang dapat disediakan, serta perbedaan daya beli masyarakat.

Basis perhitungan konsumsi energi sektor rumah tangga adalah besarnya jumlah rumah tangga (SBM/rumah tangga). Jumlah rumah tangga akan dipengaruhi oleh besarnya populasi dan ukuran rumah tangga (rata-rata jumlah jiwa per rumah tangga). Faktor yang mempengaruhi langsung pertumbuhan konsumsi atau permintaan energi di sektor rumah tangga adalah pertumbuhan jumlah rumah tangga. Sedangkan faktor yang tidak langsung akan mempengaruhi pertumbuhan konsumsi energi di sektor ini adalah pertumbuhan wilayah perkotaan baik karena urbanisasi ataupun perkembangan wilayah, perbaikan infrastruktur energi yang salah satu parameternya adalah peningkatan rasio elektrifikasi dan penetrasi teknologi baik dari jenis, jumlah maupun peningkatan efisiensinya.

Gambaran Struktur Model Sektor Rumah Tangga

Adapun kerangka struktur konsumsi energi sektor rumah tangga yang akan dibangun pada model LEAP adalah sebagai berikut:

(10)

9 Gambar 2. Struktur Model Sektor Rumah Tangga

Inventarisasi Data

Dengan pendekatan struktur model sebagaimana disajikan pada Gambar 2, maka jumlah total konsumsi energi sektor rumah tangga dapat dihitung menggunakan rumus/formula sebagai berikut:

Kebutuhan Energi = Data Aktivitas x Intensitas Energi

E = ∑ 𝑄𝑖. 𝑖=𝑛 𝑖=1 𝐼𝑖 = ∑(𝑁𝑖. 𝑃𝑖) 𝑖=𝑛 𝑖=1 . 𝐼𝑖

Di mana konsumsi energi di setiap peralatan/pengguna akhir dihitung dengan menggunakan persamaan proyeksi berikut:

𝐸𝑅𝑖 = 𝑁𝑖. 𝑃𝑖. 𝐼𝑖

Keterangan:

E = total konsumsi energi sektor rumah tangga

𝐸𝑅𝑖 = konsumsi energi akhir sektor rumah tangga atas penggunaan peralatan/teknologi R

(11)

10

𝑁𝑖 = total jumlah rumah tangga yang menggunaan peralatan/teknologi

𝑃𝑖 = penetrasi (total unit/total populasi pengguna) atas peralatan/teknologi

𝐼𝑖 = intensitas konsumsi energi atas penggunaan peralatan/teknologi

Adapun data yang diperlukan untuk mengisi nilai level aktifitas dan intensitas energi sektor rumah tangga sesuai dengan struktur model yang telah dijelaskan di atas adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Kebutuhan Data Sektor Rumah Tangga

No Jenis Data Kebutuhan Data Sumber Data Keterangan

1 Data Aktivitas 1. Jumlah Populasi 2. Jumlah Rumah Tangga (Perkotaan dan Pedesaan) 3. Rasio Elektrifikasi (Rumah Tangga Terlistriki) - Propinsi Dalam Angka - Statistik PLN/ Ditjen Ketenagalistrikan

Data tersedia, perlu dilengkapi oleh setiap propinsi untuk kebutuhan data periode 2010 – 2015. 4. Jumlah Rumah Tangga Pengguna Peralatan/ Teknologi 5. Penetrasi atas Peralatan/Teknologi - Susenas - Ditjen Migas

Data tersedia dan telah diolah (dapat langsung digunakan). 2 Intensitas Energi 1. Penjualan Tenaga Listrik 2. Konsumsi BBM (mitan) menurut Jenis dan Pemakaian 3. Sambungan

Jaringan Gas Kota

- Propinsi Dalam Angka - Statistik PLN/ Ditjen Ketenagalistrikan - Ditjen Migas Digunakan untuk menghitung intensitas energi di rumah tangga per jenis peralatan.

4. Estimasi penggunaan biomassa tradisional

Distamben Propinsi Apabila data tidak tersedia, maka dapat

menggunakan asumsi yang logis dan terukur. 3 Skenario / Proyeksi 1. Pertumbuhan Penduduk

RPJMD, Renstra Digunakan untuk menghitung proyeksi kebutuhan energi di skenario dasar (BAU) 2. Pertumbuhan Rumah Tangga Kota 3. Peningkatan Rasio Elektrifikasi RPJMN, KEN, RUEN, Renstra KESDM, RPJMD, Renstra Propinsi, Kajian Scientific dan Dokumen Digunakan untuk menghitung proyeksi kebutuhan energi di skenario RUED

(12)

11 4. Trend Perubahan Ukuran Rumah Tangga 5. Market diffusion/ penetration dari maing-masing teknologi 6. Shifting bahan bakar Perencanaan Resmi Lainnya

Dari inventarisasi data di atas, selanjutnya data-data dikumpulkan dan diproses dalam Master Excel Sektor Rumah Tangga. Berikut beberapa tabel data yang harus diisi/dilengkapi:

1. Data Populasi dan Jumlah Rumah Tangga

Tabel 2. Tabel Populasi dan Jumlah Rumah Tangga Periode 2010 – 2015

Catatan: - Tahun dasar adalah 2015

- Cell berwarna kuning merupakan data yang perlu diisi oleh setiap propinsi - Cell berwarna hijau merupakan data yang akan dimasukkan ke model

2. Data Level Aktifitas dan Intensitas Energi untuk Kegiatan Memasak

Untuk level aktifitas (share teknologi) kegiatan memasak pada rumah tangga dapat langsung menggunakan data yang telah diolah pada Master Excel Sektor Rumah Tangga dengan masukan nama propinsi. Data tersebut diolah dengan mengacu pada hasil data Sensus Penduduk 2010. Adapun intensitas energi untuk kegiatan memasak, dapat menggunakan data rata-rata nasional sebagaimana disajikan pada Tabel 4. Apabila Propinsi memiliki data referensi lain, maka dapat menggunakan data tersebut.

Tahun Populasi Rasio

Elektrifikasi Pertumbuhan Populasi Jumlah Anggota RT Rumah Tangga RT Perkotaan Share RT Perkotaan RT Perdesaan Share RT Perdesaan Terlistriki Share RT Perdesaan Belum Terlistriki 2010 238,518,800 78.00% 1.41% 3.90 61,164,444 30,453,777 49.79% 30,710,667 56.18% 43.82% 2011 241,815,008 80.00% 1.38% 3.89 62,134,381 31,361,088 50.47% 30,773,293 59.62% 40.38% 2012 245,156,769 81.00% 1.38% 3.88 63,200,451 32,336,748 51.17% 30,863,704 61.09% 38.91% 2013 248,544,711 82.00% 1.38% 3.87 64,280,512 33,340,530 51.87% 30,939,982 62.60% 37.40% 2014 251,979,472 86.00% 1.38% 3.85 65,374,848 34,373,273 52.58% 31,001,575 70.48% 29.52% 2015 255,461,700 90.00% 1.38% 3.84 66,483,739 35,435,833 53.30% 31,047,906 78.59% 21.41% Rata-rata 1.39% 3.87

(13)

12 Tabel 3. Tabel Share Teknologi Memasak Rumah Tangga per Propinsi

Berdasarkan data sensus penduduk 2010 yang telah diolah

Tabel 4. Tabel Rata-Rata Intensitas Memasak Rumah Tangga per Jenis Energi

Angka intensitas energi sesuai dengan angka RUEN, diolah dan divalidasi menggunakan data HEESI

3. Data Level Aktifitas dan Intensitas Energi untuk Peralatan Listrik pada Rumah Tangga

Untuk level aktifitas (share teknologi) dan intensitas energi peralatan listrik pada sektor rumah tangga dapat langsung menggunakan data yang telah diolah pada Master Excel Sektor Rumah Tangga dengan masukan nama propinsi sebagaimana disajikan pada Tabel 5. Apabila Propinsi memiliki data referensi lain, maka dapat menggunakan data tersebut.

Propinsi 6 HH % HH % - Listrik 5,392 0.87% 5,292 0.44% - Gas/LPG 510,880 82.49% 468,079 39.20% - Gas Alam 8,350 1.35% - 0.00% - Minyak tanah 48,749 7.87% 53,184 4.45% - Biomassa 45,947 7.42% 667,562 55.90% Total 619,318 1,194,117 Kota Desa Jenis Teknologi Nilai Satuan Memasak Listrik 1.00685 SBM/RT/Tahun

Gas Kota 1.09518 SBM/RT/Tahun

Gas ANG 1.09518 SBM/RT/Tahun

Minyak Tanah 2.48951 SBM/RT/Tahun

LPG 1.22754 SBM/RT/Tahun

Biogas 1.81867 SBM/RT/Tahun

Dimethyl Ether 2.19036 SBM/RT/Tahun Biomasa Tradisional 9.78114 SBM/RT/Tahun

(14)

13 Tabel 5. Level Aktifitas dan Intensitas Peralatan Listrik Sektor Rumah Tangga

Data level aktifitas diolah mengacu pada hasil kajian PT EMI 2010 Data intensitas energi mengacu pada data Susenas 2015

4. Data Intensitas Energi untuk Penerangan Non Listrik

Rumah tangga pedesaan yang belum terlistriki diasumsikan seluruhnya menggunakan lampu minyak tanah untuk memenuhi penerangan di malam hari. Perhitungan intensitas energi dilakukan dengan mengambil asumsi bahwa 25% minyak tanah yang dikonsumsi di propinsi tersebut digunakan sebagai bahan bakar lampu minyak. Selanjutnya volume minyak tanah tersebut dibagi dengan jumlah rumah tangga yang belum terlistriki sebagaimana disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Data Level Aktifitas dan Intensitas Energi untuk Penerangan Non Listrik

* Data mengacu pada konsumsi BBM (mitan) menurut jenis dan pemakaian (Propinsi Dalam Angka)

Propinsi: 6

Penerangan Pendingin Udara

Titik Lampu watt jam hari KWh watt jam hari KWh

Perkotaan 5 40 6 365 616.55 692 12 365 4,266.53

Perdesaan 4 40 6 365 716.22 692 8 365 4,130.20

Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan

Incandescent 616.55 716.22 4.32% 6.68% AC Split 4,266.53 4,130.20 65% 100% Fl 493.24 572.98 27.00% 40.00% AC Split Efisien 2,844.35 2,753.47 20% 0 CFL magnetic ballast 308.27 358.11 30.00% 30.00% AC Split Low Wattage 2,133.26 2,065.10 10% 0 CFL electronic ballast 246.62 286.49 34.00% 23.32% AC Split Inverter 1,422.18 1,376.73 5% 0

LED 123.31 4.68% 0

Refrigerator Rice Cooker

watt jam hari KWh watt jam hari KWh

Kota/Desa 122.325 12 365 754.19 350 2 365 359.65

Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan Standard 754.19 754.19 90% 100% Standar 359.65 359.65 90% 100% Inverter 565.65 565.65 10.00% 0.00% Efisien 305.71 305.71 10.00% 0.00%

Televisi Peralatan Lainnya

watt jam hari tahun watt jam hari KWh

Kota/Desa 89.285 15 365 688.11 seterika 300 2 180 152.03

magic jar 40 6 365 123.31

fan 30 4 365 61.65

Lain-lain 34 4 365 69.88 Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan

TV CRT 688.11 688.11 40% 90%

TV LCD 412.86 412.86 30% 10.0% Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan TV LED 206.43 30% Total Existing 406.87 406.87 100% 100%

Total Efisien 305.15 305.15 0.00% 0.00% Intensitas (KWh/RT) Share Aktivitas (%) Intensitas (KWh/RT) Share Aktivitas (%)

Intensitas (KWh/RT) Share Aktivitas (%) Intensitas (KWh/RT) Share Aktivitas (%)

Intensitas (KWh/RT) Share Aktivitas (%) Intensitas (KWh/RT) Share Aktivitas (%)

Asumsi 25% minyak tanah untuk Lampu Minyak

Konsumsi * 1,599.1 (ribu SBM)

Jumlah RT 2,961,222 RT pengguna

Intensitas Energi 0.54000 SBM/RT

(15)

14

Business as Usual (BAU) dan Skenario Rencana Umum Energi Daerah (RUED)

1. Perhitungan Konsumsi Energi Rumah Tangga Tahun Dasar (current account) Tahun dasar yang digunakan pada pemodelan RUED adalah tahun 2014. Jumlah total konsumsi energi sektor rumah tangga dari 34 Propinsi merujuk pada angka konsumsi energi sektor rumah tangga nasional dalam permodelan RUEN pada tahun yang sama. Angka agregasi secara nasional untuk tahun dasar, selanjutnya akan divalidasi dengan data Handbook of Energy Economic Statistics of Indonesia (HEESI) oleh tim integrator. Penyesuaian lebih lanjut terhadap angka level aktifitas dan intensitas dari seluruh aktifitas sektor rumah tangga di setiap propinsi mungkin dilakukan setelah proses integrasi secara nasional dilaksanakan.

2. Skenario Dasar/Business as Usual (BaU)

Skenario dasar atau business as usual (BaU) adalah proyeksi kebutuhan energi di masa mendatang jika tren pertumbuhan yang ada saat ini dilanjutkan. Besarnya pertumbuhan konsumsi energi di sektor rumah tangga pada skenario ini mengikuti tren pertumbuhan populasi atau pertumbuhan jumlah rumah tangga dengan asumsi bahwa variabel-variabel lainnya tetap (konstan).

3. Skenario Rencana Umum Energi Daerah (RUED)

Skenario Rencana Umum Energi Daerah (RUED) adalah proyeksi kebutuhan energi di masa mendatang, dengan mempertimbangkan dinamika demographi dan kewilayahan, penetrasi teknologi, perubahan kebijakan dan pengendalian variabel-variabel lainnya. Skenario RUED secara umum akan menurunkan kebutuhan atau konsumsi energi sektor rumah tangga di masa yang akan datang dibandingkan skenario BaU, dengan cara menekan angka intensitas energi, walaupun level aktifitas akan mengalami peningkatan. Dalam menyusun skenario RUED, perlu melakukan analisis terhadap kebijakan yang akan dibangun di masa yang akan datang. Kebijakan utama yang dapat dilakukan untuk menurunkan konsumsi energi di sektor rumah tangga adalah diversifikasi energi melalui shifting (penggantian) bahan bakar dan konservasi energi. Beberapa peluang program yang dapat dilakukan pada skenario ini diantaranya:

- Pemanfaatan biogas/DME/Absorbed_NG untuk menggantikan minyak tanah atau menurunkan konsumsi LPG untuk memasak;

- Peningkatan pemanfaatan jaringan gas kota untuk aktifitas memasak;

- Peningkatan pemanfaatan teknologi yang lebih efisien, contoh: penggunaan Lampu LED, Televisi LED, AC Split Inverter.

Upaya-upaya pengaturan dan pengendalian yang dapat diusulkan atau kebijakan yang akan dibangun dalam skenario RUED harus memperhatikan tugas dan kewenangan dari Propinsi.

(16)

15

2.2 Sektor Industri

Pengenalan

Sektor industri adalah salah satu pengguna energi utama di daerah. Kebutuhan energi sektor industri tidak hanya listrik saja, namun mencakup penggunaan bahan bakar lain untuk proses produksi seperti batu bara, minyak solar, minyak diesel, gas bumi, elpiji, dll. Perhitungan kebutuhan energi sektor industri berguna untuk mengetahui proyeksi penggunaan energi sektor industri, dan di masing masing sub-sektor industri. Untuk menghitung kebutuhan energi sektor industri, dibutuhkan data-data yang relevan. Salah satu indikator yang dianggap sangat berperan dalam kebutuhan energi sektor industri adalah jumlah produksi tahunan untuk masing-masing jenis industri. Selain itu, besarnya Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor Industri juga dianggap berbanding lurus dengan kebutuhan energi di sebuah daerah. PDRB yang tinggi menunjukkan kebutuhan energi yang tinggi, begitupun sebaliknya. Faktor lain yang berperan dalam menentukan besarnya kebutuhan energi sektor Industri di suatu daerah adalah intensitas energi yang menunjukkan efisiensi penggunaan bahan bakar di sektor industri.

Jenis sub-sektor industri yang akan dihitung dalam RUED merujuk pada sub-sektor Industri yang telah diklasifikasikan oleh BPS, yaitu:

1. Industri makanan, minuman dan tembakau 2. Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit

3. Industri kayu, bambu dan rotan 4. Industri kertas

5. Industri kimia 6. Industri logam 7. Industri non-logam

8. Industri permesinan dan peralatan 9. Industri lainnya.

Kebutuhan energi masing masing jenis industri di atas akan dihitung berdasarkan PDRB sub-sektor industri dan intensitas penggunaan bahan bakar di setiap sub-sektor di atas. Dan proyeksi pertumbuhan kebutuhan energi di sektor industri akan bergantung pada pertumbuhan PDRB maupun skenario upaya-upaya efisiensi bahan bakar di sektor ini.

(17)

16

Gambaran Struktur Sektor Industri

Untuk memperoleh gambaran tentang struktur perhitungan kebutuhan energi sektor industri, berikut adalah rancangan struktur LEAP sektor industri.

Gambar 3. Struktur Model Sektor Industri

Dari tabel di atas, Nampak bahwa untuk masing masing jenis sub-sektor industri memiliki cabang yang sama berisi jenis bahan bakar yang umumnya digunakan di masing-masing sub-sektor industri.

Inventarisasi Data

Untuk menghitung kebutuhan energi di sektor Industri, rumus dasar yang digunakan adalah:

𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 = 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑥 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖

𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 = ∑(𝑃𝐷𝑅𝐵 𝑆𝑢𝑏𝑠𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐼𝑛𝑑𝑢𝑠𝑡𝑟𝑖 𝑥 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖)

Untuk dapat menghitung kebutuhan energi yang dimaksud, diperlukan data aktivitas dan data intensitas energi. Jenis data aktivitas dan data intensitas energi tergantung pada ketersediaan data. Beberapa data yang dibutuhkan mungkin akan sulit didapatkan di daerah, sehingga perlu dipikirkan alternatif data yang lebih mudah diperoleh. Untuk memudahkan daerah dalam melakukan perhitungan kebutuhan energi sektor industri, berikut inventarisasi data sektor industri RUED:

(18)

17 Tabel 7. Kebutuhan Data Sektor Industri

No Jenis Data Kebutuhan Data Sumber

Data

Keterangan 1 Data Aktivitas Data produksi

perjenis industri

- Data produksi masing-masing jenis industri sulit didapatkan, dan

akan sulit diakumulasikan PDRB Subsektor Riil Prov Dalam Angka

Tidak semua data PDRB sub-sektor Industri dilampirkan detail dalam Prov. Dalam Angka PDRB Subsektor

Survei

Survei Industri BPS

Alternatif terakhir jika PDRB Subsektor tidak diperoleh, digunakan angka PDRB subsektor industri dari hasil survei industri 2 Intensitas Energi Penjualan BBM Pertamina, Distamben Prov.

Digunakan untuk mem-verifikasi hasil survei intensitas

Penjualan BBG Pertamina, Distamben Prov.

Digunakan untuk mem-verifikasi hasil survei intensitas Penjualan Batubara Minerba, Distamben Prov.

Digunakan untuk mem-verifikasi hasil survei intensitas

Penjualan Elpiji Pertamina, Distamben Prov.

Digunakan untuk mem-verifikasi hasil survei intensitas Penjualan Gas Bumi PGN, Distamben Prov.

Digunakan untuk mem-verifikasi hasil survei intensitas

Penjualan Listrik PLN Digunakan untuk mem-verifikasi hasil survei intensitas

Survei Industri BPS Memiliki nilai intensitas energi hasil survei untuk masing-masing sub-sektor 3 Skenario Pertumbuhan PDRB Sektor Industri Prov. Dalam Angka Digunakan untuk menghitung proyeksi kebutuhan energi di skenario dasar (BAU) Penghematan RPJMD, Renstra Sektor Industri Digunakan sebagai dasar perubahan intensitas untuk skenario efisiensi sektor energi

(19)

18 Dari inventarisasi data di atas, selanjutnya data-data dikumpulkan dan diproses dalam Master Excel Sektor Industri. Berikut beberapa tabel data yang harus diisi.

1. Data PDRB Provinsi dalam Angka Konstan Tahun 2000, berisi data PDRB berdasarkan lapangan usaha (sektor) selama beberapa tahun termasuk tahun dasar

Tabel 8. PDRB Sektor Industri Menurut Lapangan Usaha

2. Data PDRB Sektor Industri dalam Angka Konstan Tahun 2000, berisi data PDRB sektor industri yang menampilkan detail PDRB untuk masing masing sub-sektor industry

Tabel 9. PDRB Sektor Industri Menurut Subsektor

3. Data survei industri, yang diperoleh dari pengolahan hasil survei industri masing masing provinsi

Tabel 10. Data Survey Industri dalam SBM

2010 2011 2012 2013 2014 2015

1 Pertanian 42,137,486 13.83%

2 Pertambangan 7,464,691 2.45%

3 Industri Manufaktur 135,246,774 44.38%

4 Sarana Umum (Utilitas) 7,315,960 2.40%

5 Jasa Konstruksi 11,810,047 3.88% 6 Jasa Komersial 70,083,413 23.00% 7 Transportasi 15,352,858 5.04% 8 Jasa Keuangan 9,216,323 3.02% 9 Jasa Sosial 6,136,535 2.01% Total 0 0 0 0 304,764,087 0 100.00% 0 Share (%) Pertumbuhan (%)

No Jenis Industri PDRB (Konstan 2000) - (Rp)

2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Makanan 14,388,196 10.81% 2 Tekstil 24,469,503 18.39% 3 Kayu 1,594,762 1.20% 4 Kertas 3,454,332 2.60% 5 Kimia 10,411,861 7.82% 6 Non Logam 2,467,820 1.85% 7 Logam 604,280 0.45% 8 Permesinan 73,226,100 55.03% 9 Lain-lain 2,456,116 1.85% Total 0 0 0 0 133,072,970 0 100.00% 0

No Jenis Industri PDRB (Konstan 2000) - (Rp) Share (%) Pertumbuhan

(%)

No Jenis Industri Minyak Solar (SBM) Minyak Tanah (SBM) Batubara (SBM) Gas Bumi (SBM) Elpiji (SBM) Minyak Bakar (SBM) Minyak Diesel (SBM) Biomassa Komersial (SBM) Briket (SBM) Biosolar (SBM) Syngas (SBM) Listrik (SBM) Nilai Tambah (juta IDR) 1 Makanan 719,289 15,657 129,552 69,477 30,719 71,929 719,289 719,289 158,664 14,353,233 2 Tekstil 1,584,880 30,240 3,131,420 43,496 20,532 158,488 1,584,880 1,584,880 1,609,095 50,518,286 3 Kayu 17,756 317 2,769 1 180 1,776 17,756 17,756 16,635 1,036,406 4 Kertas 169,097 1,647 438,415 31,925 5,510 16,910 169,097 169,097 410,599 20,618,184 5 Kimia 821,197 14,823 2,049,554 113,725 16,179 82,120 821,197 821,197 694,377 48,844,173 6 Non Logam 251,301 1,289 133,423 81,366 5,918 25,130 251,301 251,301 106,480 14,994,893 7 Logam 47,848 383 1,265 12,156 1,518 4,785 47,848 47,848 79,245 5,085,133 8 Permesinan 688,696 31,780 9,355 165,905 63,084 68,870 688,696 688,696 1,727,921 115,647,347 9 Lain-lain 5,910 478 3,452 231 5,921 591 5,910 5,910 10,496 818,133 Total 4,305,973 96,615 5,899,206 518,280 149,562 430,597 4,305,973 - - 4,305,973 - 4,813,512 271,915,790

(20)

19 4. Data pasokan bahan bakar, dalam satuan asli yang dikonversi ke satuan

Setara Barel Minyak (SBM)

Tabel 11. Pasokan Bahan Bakar

Business as Usual (BAU) dan Skenario

1. Perhitungan Demand Tahun Dasar (Current Account)

Untuk menghitung kebutuhan energi tahun dasar, rumus yang digunakan adalah:

𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 = 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑥 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖

𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 = ∑(𝑃𝐷𝑅𝐵 𝑆𝑢𝑏𝑠𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐼𝑛𝑑𝑢𝑠𝑡𝑟𝑖 𝑥 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖)

Data aktivitas dapat dengan mudah diperoleh dari nilai PDRB masing-masing subsektor Industri (dalam juta/milyar rupiah).

Sedangkan untuk menghitung intensitas energi, data awal yang digunakan adalah data survei industri. Intensitas energi awal dinyatakan dalam satuan Setara Barel Minyak/juta Rupiah (SBM/juta Rupiah).

Perhitungan kebutuhan energi tahun dasar selanjutnya dapat dilakukan dengan mengalikan data PDRB subsektor dengan Intensitas Energi Awal, sehingga diperoleh Kebutuhan Sektor Industri (Demand) tahun dasar.

2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Minyak Solar 357,774 357,774 kL 6.4871 2,320,917 2 Minyak Tanah 5,263 5,263 kL 5.9274 31,196 3 Batubara kL -4 Gas Bumi 136,074,697 136,074,697 MSCF 0.1796 24,439,016 5 Elpiji 24,177 24,177 ton 8.524 206,085 6 Minyak Bakar 66,235 66,235 kL 6.9612 461,075 7 Minyak Diesel 25,936 25,936 kL 6.4871 168,249 8 Biomassa Komersial kG -9 Briket -10 Biosolar 8,212 8,212 kL 6.289 51,645.27 11 Syngas -12 Listrik 5,051,440 5,051,440 MWh 0.613 3,096,533 Penjualan (SBM) No Jenis Bahan Bakar

Penjualan

Satuan

Konversi ke SBM (tahun dasar)

(21)

20 Gambar 4. Alur Perhitungan Demand (Kebutuhan Energi) Sektor Industri

Setelah diperoleh kebutuhan energi tahun dasar, selanjutnya angka kebutuhan energi diverifikasi dengan menggunakan data-data pasokan bahan bakar di sektor industri pada tahun dasar. Jika terjadi penyimpangan antara kebutuhan energi tahun dasar dengan data pasokan bahan bakar, maka dilakukan penyesuaian intensitas awal sedemikian rupa sehingga diperoleh nilai kebutuhan energi yang mendekati/sama dengan nilai pasokan energi di tahun dasar. Proses penyelarasan ini dinamakan goal seek dan intensitas hasil revisi disebut intensitas energi akhir.

Setelah proses verifikasi tersebut, data data aktivitas dan intensitas dari Master Excel Sektor Industri dapat dimasukkan ke dalam program LEAP.

2. Penyusunan skenario dasar (BAU)

Untuk memproyeksikan kebutuhan energi di masa mendatang, diperlukan beberapa parameter yang relevan. Dalam permodelan RUED, proyeksi kebutuhan energi di masa mendatang menggunakan angka pertumbuhan PDRB sektor Industri dan perkiraan pertumbuhan PDRB sektor industri di masa mendatang. Angka-angka ini dapat merujuk pada Statistik Daerah berupa Provinsi Dalam Angka, dokumen-dokumen perencanaan jangka panjang dan jangka menengah di daerah (RPJPD dan RPJMD), maupun dokumen-dokumen lain yang relevan.

Penyusunan skenario BAU dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang besarnya kebutuhan di masa mendatang jika tren pertumbuhan yang ada saat ini dilanjutkan.

3. Skenario Tambahan Sektor Industri

Skenario tambahan untuk sektor industri dapat memasukkan rencana-rencana pengembangan industri (kawasan industri) di daerah, berdasarkan rencana pengembangan strategis daerah (RPJPD dan RPJMD). Keberadaan industri-industri baru akan menambah kebutuhan energi di masa mendatang, diluar pertumbuhan energi sebagai imbas pertumbuhan ekonomi saja. Untuk memasukkan dampak

(22)

21 munculnya kawasan industri baru, daerah dapat memperkirakan kemungkinan kenaikan PDRB sektor Industri dengan beroperasinya kawasan Industri yang baru. Kenaikan PDRB dari kawasan industri baru dapat dimasukkan dalam skenario LEAP dalam bentuk pertumbuhan PDRB sektor industri.

Selain itu upaya-upaya efisiensi di sektor industri dapat juga dimasukkan dalam skenario, dengan melakukan estimasi penurunan intensitas dari kebijakan-kebijakan efisiensi yang dilakukan daerah. Kegiatan-kegiatan konservasi energi dapat berupa efisiensi proses produksi, efisiensi penggunaan listrik, penggunaan bahan bakar alternatif maupun upaya-upaya daerah dalam mendorong penggunaan energi yang lebih efisien di sektor Industri. Kegiatan konservasi energi akan berdampak pada penurunan intensitas energi sektor Industri di daerah, estimasi penurunan intensitas energi akibat dari kegiatan konservasi, dihitung oleh tim teknis daerah dengan berkonsultasi pada tim P2RUED.

(23)

22

2.3 Sektor Transportasi

Pengenalan

Sektor ini menggambarkan kegiatan transportasi yang mencakup moda transportasi darat, laut, dan udara baik untuk penumpang maupun barang. Secara umum kebutuhan energi (energy demand) pada pemodelan RUED, termasuk sektor transportasi, dihitung dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut:

(1) Dimana, E : Energy demand Q : Aktivitas I : Intensitas energi i : Sektor

Struktur Model Sektor Transportasi

Struktur model sektor transportasi dibedakan atas transportasi darat (mobil penumpang, bus, truk, sepeda motor, kereta penumpang, kereta barang), laut (kapal penumpang, kapal barang), dan udara (pesawat penumpang, pesawat barang) beserta jenis bahan bakarnya dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Struktur Model Sektor Transportasi

Selanjutnya, aktivitas dan intensitas untuk masing-masing jenis kendaraan sesuai dengan struktur model (Gambar 5) dapat dilihat pada Tabel 12. Pemilihan

,

i i

i

Q

I

(24)

23 Penumpang-kilometer dan Ton-kilometer sebagai aktivitas sektor transportasi didasarkan pada pertimbangan bahwa agar model RUED yang dibangun dapat mengakomodasi adanya peralihan moda transportasi pada masa yang akan datang.

Tabel 12. Aktivitas dan intensitas energi sektor transportasi pada model RUED

Jenis kendaraan Aktivitas Intensitas Jenis bahan bakar

Mobil Penumpang Penumpang-kilometer

BOE/

Penumpang-kilometer

Premium, Minyak solar, BBG, Hibrid, BioSolar, BioPremium, Listrik Bus Penumpang-kilometer BOE/ Penumpang-kilometer

Minyak Solar, BBG, BioSolar Listrik

Truk

Ton-kilometer

BOE/Ton-kilometer

Minyak solar, BioSolar, BBG

Sepeda Motor Penumpang-kilometer

BOE/

Penumpang-kilometer

Premium, BioPremium, Listrik

Kereta Penumpang Penumpang-kilometer BOE/ Penumpang-kilometer

Minyak Solar, BioSolar, Listrik

Kereta Barang Ton-kilometer

BOE/Ton-kilometer

Minyak Solar, BioSolar, Listrik, KRL Pesawat Penumpang Penumpang-kilometer BOE/ Penumpang-kilometer

Avtur, Avgas, BioAvtur

Pesawat Barang Ton-kilometer

BOE/Ton-kilometer

Avtur, Avgas, BioAvtur

Kapal laut dan ASDP PDRB angkutan perkapalan BOE/milyar rupiah

Minyak Solar, Minyak Bakar, Minyak Diesel, BioSolar

Kebutuhan Data Sektor Transportasi

Rangkuman kebutuhan dan dan asumsi yang dibutuhkan untuk menghitung aktivitas dan intensitas sektor transportasi beserta sumber data disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Kebutuhan data pemodelan sektor transportasi

No Jenis Data Kebutuhan Data Sumber

Data

Keterangan 1 Data Aktivitas Data jumlah

kendaraan per jenis kendaraan BPS, Master Excel RUEN sektor transportasi

Data jumlah kendaraan ditingkat propinsi dapat dihitung dengan

pendekatan fraksi PDRB propinsi terhadap PDB nasional per jenis moda transportasi

(25)

24 Load factor Master

Excel RUEN sektor

transportasi

Diperlukan expert judgment untuk menilai apakah angka tingkat nasional dapat

digunakan untuk propinsi

Jarak Jelajah Master Excel RUEN sektor

transportasi

Diperlukan expert judgment untuk menilai apakah angka tingkat nasional dapat digunakan untuk propinsi PDRB Sub-sektor Riil Prov. Dalam Angka Diperlukan untuk menghitung fraksi PDRB sub-sektor riil terhadap PDB sub-sektor riil. Tidak semua data PDRB sub-sektor Industri dilampirkan detail dalam Prov. Dalam Angka PDB Subsektor riil BPS Diperlukan untuk

menghitung fraksi PDRB sub-sektor riil terhadap PDB sub-sektor riil. 2 Intensitas Energi Penjualan BBM untuk sektor transportasi Pertamina, Distamben Prov.

Intensitas energi untuk masing-masing moda transportasi dihitung dengan membagi konsumsi bahan bakar dengan tingkat aktivitasnya Penjualan BBG untuk sektor transportasi Pertamina, Distamben Prov.

Intensitas energi untuk masing-masing moda transportasi dihitung dengan membagi konsumsi bahan bakar dengan tingkat

aktivitasnya Penjualan Listrik

untuk sektor transportasi

PLN Intensitas energi untuk masing-masing moda transportasi dihitung dengan membagi konsumsi bahan bakar dengan tingkat

aktivitasnya

3 Skenario Proyeksi aktivitas sektor transportasi BPS, Master Excel RUEN Digunakan untuk menghitung tingkat aktivitas sektor

(26)

25 sektor transportasi transportasi (penumpang-km ,ton-km, dan PDRB perkapalan). Tingkat aktivitas sektor transportasi telah dihitung pada model RUEN. Tingkat aktivitas propinsi dapat dihitung dengan pendekatan fraksi PDRB propinsi terhadap PDB nasional per jenis moda

transportasi Penurunan intensitas energi Asumsi, Model LEAP RUEN Peralihan moda transportasi Asumsi, Model LEAP RUEN Diperlukan expert judgment dalam mengasumsikan adanya adanya peralihan moda transportasi di tiap propinsi

Untuk lebih menyederhanakan, asumsi terhadap load factor dan jarak jelajah dapat menggunakan nilai default yang merupakan nilai nasional.

1. Data aktivitas sektor transportasi

Sebagaimana yang yang dapat dilihat pada Tabel 1, terdapat tiga jenis data aktivitas untuk sektor transportasi pada permodelan RUED yaitu: penumpang-kilometer, ton-kilometer, dan PDRB angkutan perkapalan. 1 ‘penumpang-km’ menunjukkan sebuah kebutuhan untuk memindahkan satu orang sejauh 1 km. Hal yang sama untuk ‘ton-km’. 1 ‘ton-km’ menunjukkan kebutuhan untuk memindahkan 1 ton barang sejauh 1 km. Data yang diperlukan untuk menghitung besarnya ‘penumpang-km’ dan ‘ton-km’ adalah sebagai berikut:

1. Jumlah kendaraan penumpang dan barang (satuan: unit kendaraan).

2. Load factor kendaraan penumpang dan barang (satuan: penumpang/unit kendaraan dan ton/unit kendaraan).

3. Jarak jelajah (satuan: km/tahun).

Cara perhitungan tingkat aktivitas yang akan digunakan untuk jenis kendaraan penumpang dan barang adalah sebagai berikut:

 Kendaraan penumpang: unit kendaraan ×unit kendaraanpenumpang × tahunkm =

(27)

26  Kendaraan angkutan barang: unit kendaraan ×unit kendaraanton × tahunkm = ton −

km

Dalam hal data untuk menghitung penumpang-km dan ton-km untuk setiap moda transportasi tidak tersedia untuk tingkat propinsi, fraksi PDRB propinsi terhadap PDB nasional dapat digunakan sebagai pendekatan untuk menghitung data-data diatas. Berikut adalah contoh cara menghitung data aktivitas (penumpang-km) kereta penumpang di tingkat propinsi dengan menggunakan fraksi PDRB propinsi.

𝑃𝑒𝑛𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 − 𝑘𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑝𝑖𝑛𝑠𝑖 = 𝐹𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑃𝐷𝑅𝐵 𝑘𝑒𝑟𝑒𝑡𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 × 𝑝𝑒𝑛𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 − 𝑘𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑒𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑛𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 (2) Dimana , 𝐹𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑃𝐷𝑅𝐵 𝑘𝑒𝑟𝑒𝑡𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 =𝑃𝐷𝑅𝐵 𝑟𝑒𝑙 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 𝑃𝐷𝐵 𝑟𝑒𝑙 𝑁𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙

Selanjutnya, perhitungan tingkat aktivitas sektor transportasi dapat dilihat pada master excel RUED sektor transportasi. Pada file tersebut terdapat 2 sheet pengumpulan data yaitu sederhana dan detail. Pada sheet sederhana beberapa variabel misalnya load factor, persentase operasional kendaraan, konsumsi bahan bakar, dan jarak jelajah diasumsikan konstan mengikuti nilai nasional. Hal ini akan membantu jika data yang tersidia tidak memadai. Sedangkan pada sheet detail, variabel-variabel tersebut dapat disesuaikan dengan data riil yang tersedia.

2. Data intensitas energi sektor transportasi

Intensitas energi per moda transportasi per jenis bahan bakar diperoleh melalui perhitungan total konsumsi penggunaan bahan bakar dibagi dengan penumpang-km untuk transportasi penumpang, ton-km untuk transportasi barang, dan PDRB perkapalan untuk moda transportasi kapal. Contoh perhitungan intensitas sektor transportasi dapat dilihat pada Tabel 14

Tabel 14. Tabel perhitungan intensitas energi sektor transportasi

Jenis Moda Transport

Penjualan Bahan Bakar (SBM)

Tingka t Aktivit as Intensi tas Energi A B (A/B) P remi u m S o lar FO IDO K e rose n e B ioP remi u m B ioS o lar BBG Avtu r A vg a s L istri k To ta l Mobil Penumpang Premium Minyak Solar

(28)

27 BBG Biopremium Biosolar Hybrid Listrik Fuel Cell (Hidrogen) Bus Bus Solar Bus Biosolar Bus BBG Truk Minyak Solar Biosolar BBG Sepeda Motor Premium Biopremium Listrik Kereta Penumpang Minyak Solar Biosolar Listrik KRL Kereta Barang Barang Solar Barang Biosolar Kapal Besar Sedang Kecil Pesawat Udara Pesawat Penumpang Pesawat Barang/Kargo

(29)

28 Selanjutnya, perhitungan intensitas transportasi secara lengkap dapat dilihat pada master excel RUED sektor transportasi.

Penyusunan Skenario

1. Perhitungan demand energi pada tahun dasar

Sebagaimana dapat dilihat pada persamaan (1), pada dasarnya kebutuhan energi dapat dihitung dengan mengalikan tingkat aktivitas (Q) dan intensitas energi (I). Aktivitas sektor transportasi propinsi pada tahun dasar dapat dihitung dengan mengalikan tingkat aktivitas nasional tahun 2015 pada model RUEN dengan fraksi PDRB sub-sektor propinsi dengan PDB sub-sektor nasional. Intensitas energi pada tahun dasar dihitung dengan membagi konsumsi bahan bakar pada tahun 2015 (lihat tabel 3) dengan tingkat aktivitas masing-masing jenis moda transportasi pada tahun 2015.

2. Skenario Business as Usual (BAU)

Untuk memperkirakan kebutuhan energi sektor transportasi dimasa yang akan datang, maka diperlukan proyeksi data aktivitas (Q) dan intensitas (I) untuk masing-masing jenis moda transportasi.

Penyusunan skenario BAU dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang besarnya kebutuhan di energi di masa yang akan datang jika tren pertumbuhan yang ada saat ini dilanjutkan. Proyeksi passenger-km untuk moda transportasi mobil penumpang, bus, truk dan sepeda motor dapat menggunakan formula yang diadopsi pada model LEAP RUEN nasional. Contoh proyeksi passenger-km untuk moda transportasi mobil penumpang adalah sebagai berikut:

𝐴𝑡 = 𝐴(𝑡−1)× [1 + (0.02 ∙ 𝑒−0.3∙(𝑡−1)+𝑃𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑃𝐷𝐵 𝑝𝑒𝑟𝑘𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎(𝑡−1)

100∙0.9 )] (2)

Dimana,

𝐴𝑡 : Aktivitas sektor transportasi pada tahun t

𝑃𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑃𝐷𝐵 𝑝𝑒𝑟𝑘𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎(𝑡−1): Pertumbuhan PDB perkaita pda tahun (t-1)

Formula diatas adalah fungsi logistic yang menggambarkan bahwa aktivitas sektor transportasi merupakan fungsi dari tingkat ekonomi masyarakat yang dalam hal ini diwakili oleh variable pertumbuhan PDB perkapita. Dalam pemodelan LEAP fungsi diatas dapat di tulis sebagai berikut:

PrevYearValue*(1+(0.02*Exp(-0.3*(Key\Indeks Tahun[Tahun]-1))+PrevYearValue(Key\Pertumbuhan PDB per Kapita)/100*0.9))

Untuk tingkat propinsi, dalam menghitung tingkat aktivitas moda transportasi dengan menggunakan persamaan (2), data yang dibutuhkan adalah data aktivitas tahun dasar dan pertumbuhan PDRB per kapita. Untuk moda transportasi yang lain proyeksi tingkat aktivitas dapat dihitung dengan fungsi pada Tabel 15

(30)

29 Tabel 15. Proyeksi tingkat aktivitas sektor transportasi

Jenis kendaraan Aktivitas Proyeksi tingkat aktivitas scenario BAU

Mobil Penumpang Penumpang-kilometer PrevYearValue*(1+(0.02*Exp(-0.3*(Key\Indeks Tahun[Tahun]-1))+PrevYearValue(Key\Pertumbuhan PDB per Kapita)/100*0.9)) Bus Penumpang-kilometer PrevYearValue*(1+(0.02*Exp(-0.3*(Key\Indeks Tahun[Tahun]-1))+PrevYearValue(Key\Pertumbuhan PDB per Kapita)/100*0.6))

Truk Ton-kilometer PrevYearValue*(1+(0.02*Exp(-0.3*(Key\Indeks

Tahun[Tahun]-1))+PrevYearValue(Key\Pertumbuhan PDB per Kapita)/100*0.43))

Sepeda Motor Penumpang-kilometer

PrevYearValue*(1+(0.09*Exp(-0.1*(Key\Indeks

Tahun[Tahun]-1))+PrevYearValue(Key\Pertumbuhan PDB per Kapita)/100*0.1))

Kereta Penumpang Penumpang-kilometer

PrevYearValue*(1+0.9*Key\Ekonomi Makro\Pertumbuhan PDB/100) Kereta Barang Ton-kilometer PrevYearValue*(1+0.9*Key\Ekonomi

Makro\Pertumbuhan PDB/100) Pesawat Penumpang

Penumpang-kilometer

PrevYearValue*(1+0.9*Key\Ekonomi Makro\Pertumbuhan PDB/100) Pesawat Barang Ton-kilometer PrevYearValue*(1+0.9*Key\Ekonomi

Makro\Pertumbuhan PDB/100) Kapal laut dan ASDP PDB sektor

perkapalan

PrevYearValue*(1+0.9*Key\Ekonomi Makro\Pertumbuhan PDB/100)

Untuk aktivitas PDB perkapalan, proyeksi dimasa yang akan datang dapat menggunakan pertumbuhan berdasakan data historis.

Mengingat skenario BAU adalah skenario kondisi saat ini yang diasumsikan akan berlanjut dimasa yang akan datang, maka pada skenario BAU intensitas energi dapat dianggap konstan seperti nilai pada tahun dasar.

3. Skenario Efisien

Skenario efisien menggambarkan adanya kebijakan-kebijakan di sektor transportasi dalam rangka untuk menurunkan konsumsi energi di sektor ini. Kebijakan-kebijakan tersebut diharapkan dapat berupa kebijakan yang akan berdampak pada tingkat aktivitas (Q), intensitas (I), atau kedua-duanya. Salah satu contoh kebijakan yang mempengaruhi tingkat aktivitas adalah adanya peralihan moda transportasi misalnya dari mobil penumpang ke bus atau kereta. Kebijakan-kebijakan ini bergantung kepada rencana kebijakan sektor transportasi pada masing-masing propinsi. Untuk intensitas, kemajuan teknologi secara umum akan berpengaruh kepada penurunan tingkat intensitas setiap moda transportasi. Sebagai contoh adalah diadopsinya teknologi yang lebih efisien misalnya kendaraan Euro 3, Euro 4, dll. Manajemen transportasi juga dapat berkontribusi dalam menurunkan konsumsi energi untuk sektor

(31)

30 transportasi. Untuk menggambarkan pengaruh kebijakan-kebijakan konservasi energi, dapat diasumsikan bahwa tingkat intensitas pada skenario efisien akan turun secara linier menjadi misalnya menjadi 85% jika dibandingkan dengan nilai pada tahun dasar pada tahun 2050. Dalam pemodelan LEAP hal ini dapat ditulis sebagai berikut

(32)

31

2.4 Sektor Komersial

Pengenalan

Sektor komersial merupakan sektor dengan rata-rata pertumbuhan yang sangat tinggi yang mencapai 6%-7% pertahun dalam 15 tahun terakhir. Pertumbuhan ini akibat dari terus meningkatnya daya beli masyarakat yang tercermin dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi. Pertumbuhan sektor ini salah satunya didorong oleh laju pertumbuhan sektor pariwisata diseluruh provinsi Indonesia. Dengan begitu besarnya potensi pariwisata daerah, menjadi daya tarik para investor untuk membangun fasilitas utama dan pendukung yang diantaranya mencakup kawasan perhotelan, restoran, kawasan perbelanjaan, serta tempat-tempat hiburan lainnya, yang juga memicu pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat.

Gambaran Struktur Sektor Komersial

Untuk memperoleh gambaran tentang struktur perhitungan kebutuhan energi sektor Komersial, berikut adalah rancangan struktur LEAP sektor Komersial.

Gambar 6. Struktur Model Sektor Komersial

Dari tabel di atas, terlihat bahwa sektor komersial dibagi ke dalam 2 subsektor berdasarkan pola konsumsi yaitu Pemerintahan dan Swasta. Sub sektor Pemerintahan terdiri dari Kantor Pemerintah, Penerangan Jalan Umum (PJU), Rumah Sakit, Sekolah, dan kegiatan sosial lainnya, dimana diasumsikan konsumsi energinya seluruhnya menggunakan listrik (Konsumsi Lainnya sangat kecil dan dapat

(33)

32 diabaikan). Sedangkan sub sektor swasta terdiri dari hotel, restoran, tempat perbelanjaan, tempat hiburan/rekreasi dan perdagangan besar maupun kecil, dimana konsumsi energi sub sektor ini selain menggunakan listrik untuk penerangan, AC, Elevator dan lainnya, juga menggunakan energi untuk memasak, pemanas air, dan kegiatan lainnya (Thermal).

Inventarisasi Data

Untuk menghitung kebutuhan energi di sektor Komersial, rumus dasar yang digunakan adalah:

𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 = 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑥 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑆𝑢𝑏 𝑆𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑆𝑤𝑎𝑠𝑡𝑎

= ∑(𝑃𝐷𝑅𝐵 𝑆𝑢𝑏𝑠𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐾𝑜𝑚𝑒𝑟𝑠𝑖𝑎𝑙 𝑥 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖)

𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑆𝑢𝑏 𝑆𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑚𝑒𝑟𝑖𝑛𝑡𝑎ℎ = ∑(𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐿𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝑥 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖)

Untuk dapat menghitung kebutuhan energi yang dimaksud, diperlukan data aktivitas dan data intensitas energi. Untuk kebutuhan energi sub sektor Swasta menggunakan data aktifitas berdasarkan PDRB subsektor komersial dikalikan dengan intensitas energi per jenis energi yang digunakan, sedangkan untuk sub sektor Pemerintahan, menggunakan data aktifitas berdasarkan luas lantai bangunan Pemerintahan dan sosial dikalikan dengan intensitas energi per jenis energi yang digunakan. Sub sektor Pemerintahan menggunakan data aktifitas luas lantai mengingat sub sektor ini dalam hal pertumbuhan konsumsi energi tidak dipengaruhi oleh pertumbuhan PDRB subsektor tersebut. Sebab, selama ini output dari kegiatan yang tergolong dalam sub sektor ini tidak bersifat riil.

Jenis data aktivitas dan data intensitas energi tergantung pada ketersediaan data. Beberapa data yang dibutuhkan mungkin akan sulit didapatkan di daerah, sehingga perlu dipikirkan alternatif data yang lebih mudah diperoleh. Untuk memudahkan daerah dalam melakukan perhitungan kebutuhan energi sektor industri, berikut inventarisasi data sektor Komersial RUED:

Tabel 16. Kebutuhan Data Sektor Komersial No Jenis Data Kebutuhan Data Sumber

Data

Keterangan 1 Data Aktivitas PDRB Subsektor

Riil

Prov Dalam Angka

Data PDRB sektor riil yaitu: Perdagangan, Hotel & restoran, Keuangan, Real Estate, jasa Perusahaan, Komunikasi, dan Jasa Lainnya PDRB Subsektor Survei Survei Komersial BPS

Alternatif terakhir jika PDRB Subsektor tidak diperoleh, digunakan

(34)

33 angka PDRB subsektor Komersial dari hasil survei sektor komersial Luas Lantai

Rata-rata Gedung Pemerintah

Survey Beberapa Lembaga

Luas Lantai dapat menggambarkan

konsumsi energi listrik per jenis penggunaan 2 Intensitas

Energi

Penjualan Listrik PLN & swasta

Digunakan untuk mengetahui konsumsi listrik untuk sektor Bisnis, Sosial, Gedung Pemerintahan, PJU Penjualan BBM

(Minyak Tanah, Solar, dan Diesel)

Pertamina, DJM dan Distamben Prov. Digunakan untuk menentukan intensitas penggunaan energi Penjualan LPG dan Gas BPH Migas, Pertagas, PGN, DJM dan Distamben Prov. Digunakan untuk menentukan intensitas penggunaan energi 3 Skenario Pertumbuhan PDRB Sektor Komersial Prov. Dalam Angka Digunakan untuk menghitung proyeksi kebutuhan energi di skenario dasar (BAU) Penghematan RPJMD, DJEBTKE dan Distamben Prov. Digunakan sebagai dasar perubahan intensitas untuk skenario efisiensi sektor energi

Dari inventarisasi data di atas, selanjutnya data-data dikumpulkan dan diproses dalam Master Excel Sektor Komersial. Berikut beberapa tabel data yang harus diisi.

1. Data PDRB Provinsi dalam Angka Konstan Tahun 2000, yang dikhususkan untuk Sektor Industri selama beberapa tahun termasuk tahun dasar yaitu: a. Perdagangan, Hotel & Restoran

b. Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan c. Komunikasi

(35)

34 Tabel 17. PDRB Menurut Lapangan Usaha untuk Sektor Komersial

2. Data konsumsi listrik sektor komersial yang bersumber dari PLN

Tabel 18. Konsumsi Listrik Sektor Komersial

3. Pangsa konsumsi listrik berdasarkan teknologi sub sektor Pemerintahan dan Swasta berdasarkan hasil kajian JICA tahun 2008

Tabel 19. Pangsa Konsumsi Listrik Berdasarkan Teknologi

4. Distribusi luas bangunan dan intensitas energi sektor komersial berdasarkan hasil survei Energi Conservation and Commercialization (ECO-III), USAID 2010 yang dilakukan di negara India. Negara India dapat merepresentasikan negara Indonesia dalam penggunaan energi berdasarkan luas lantai dikarenakan pola asumsi bangunan untuk kedua negara hampir sama.

Lapangan Usaha 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

1. Perdagangan, Hotel & Restoran 224.453 234.273 243.409 256.517 271.142,2 293.654,0 312.518,7 340.437,1 363.813,5 368.463,0 400.474,9 437.472,9 473.152,6 501.040,6 524.309,5 a. Perdagangan Besar dan Eceran 184.970 192.541 199.649 210.653 222.290,0 241.887,1 257.845,0 282.115,8 301.936,6 302.029,0 331.312,9 364472,1 396.116,0 419.251,1 437.784,4 b. Hotel 8.979 9.642 10.108 10.739 11.590,7 12.313,2 12.950,5 13.645,6 14.261,5 15.201,0 16.230,9 17.868,6 19.577,5 21.321,5 23.059,0 c. Restoran 30.504 32.090 33.652 35.125 37.261,5 39.453,7 41.723,2 44.675,7 47.615,4 51.233,0 52.931,1 55.132,2 57.459,1 60.468,0 63.466,1 2. Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan 115.463 123.086 129.832 140.374 151.123,3 161.252,2 170.074,3 183.659,3 198.799,6 209.163,0 221.024,2 236.146,6 253.000,4 272.141,6 288.351,0 a. Bank 55.063 58.852 59.821 64.418 68.295,0 71.366,9 72.474,4 78.241,0 84.039,5 86.058,0 90.167,8 96.393,1 104.391,0 113.983,6 119.372,3 b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank 8.395 9.069 9.859 11.047 12.067,3 13.074,9 14.009,2 15.149,8 16.518,1 18.148,0 19.333,5 20.745,1 22.200,5 23.769,5 25.574,0 c. Jasa Penunjang Keuangan 856 889 942 969 1.057,8 1.128,3 1.213,5 1.331,0 1.376,3 1.425,0 1.508,5 1.627,2 1.729,8 1.818,0 1.889,9 d. Real Estat 31.872 34.142 37.321 40.512 44.111,7 47.714,6 51.755,3 55.819,1 60.775,4 63.958,0 67.497,1 71.760,2 76.100,3 80.684,7 84.882,0 e. Jasa Perusahaan 19.277 20.133 21.890 23.429 25.591,5 27.967,5 30.621,9 33.118,4 36.090,3 39.576,0 42.517,3 45.621,0 48.578,8 51.885,8 56.632,8 3. Komunikasi 18.260 20.553 23.787 27.995 34.401,0 42.856,8 54.012,9 69.535,6 91.118,6 112.627,0 132.687,0 149.456,2 167.504,9 186.616,3 205.957,2 4. Jasa-jasa 129.754 133.958 138.297 145.105 152.906,1 160.799,3 170.705,4 181.706,0 193.024,3 205.434,0 217.842,2 232.659,1 244.807,0 258.198,4 273.493,3 a. Pemerintahan Umum 69.460 70.200 70.482 71.148 72.323,6 73.700,1 76.618,4 80.778,2 84.377,9 88.684,0 92.802,6 97.806,0 99.590,9 101.031,8 102.272,1 1). Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan 44.499 44.867 45.033 45.394 46.055,1 46.889,6 48.644,3 51.148,9 53.230,7 55.845,0 58.395,7 61.510,9 62.553,2 63.407,2 64.178,4 2). Jasa Pemerintahan Lainnya 24.961 25.334 25.450 25.754 26.268,5 26.810,5 27.974,1 29.629,3 31.147,2 32.838,0 34.406,9 36.295,1 37.037,7 37.624,6 38.093,7 b. Swasta 60.294 63.757 67.815 73.957 80.582,5 87.099,2 94.087,0 100.927,8 108.646,4 116.752,0 125.039,6 134.853,1 145.216,1 157.166,6 171.221,2 1). Jasa Sosial Kemasyarakatan 15.832 16.849 18.088 19.561 21.082,7 22.604,5 24.178,0 25.777,4 27.601,1 29.689,0 31.591,1 33.800,1 36.229,1 38.872,3 41.989,7 2). Jasa Hiburan dan Rekreasi 4.794 5.039 5.481 5.817 6.302,1 6.713,1 7.246,7 7.751,8 8.378,4 9.000,0 9.671,6 10.461,7 11.271,5 12.270,4 13.371,4 3). Jasa Perorangan dan Rumah tangga 39.668 41.869 44.931 48.579 53.197,7 57.781,6 62.662,3 67.398,6 72.666,9 78.063,0 83.776,9 90.591,3 97.715,5 106.023,9 115.860,1 Total 469.670,0 491.316,0 511.538,4 541.996,0 575.171,6 615.705,5 653.298,4 705.802,4 755.637,4 783.060,0 839.341,3 906.278,6 970.960,0 1.031.380,6 1.086.153,8 0,0

Penjualan Energi Menurut Pelanggan (GWh) - Data PLN Wilayah

Klasifikasi 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rumah Tangga 30.563,42 33.339,78 33.993,56 35.753,05 38.588,28 41.184,29 43.753,17 47.324,91 50.184,18 54.945,41 59.824,94 65.112,00 72.132,54 77.210,71 Industri 34.013,22 35.593,25 36.831,30 36.497,25 40.324,26 42.448,36 43.615,45 45.802,51 47.968,85 46.204,21 50.985,20 54.725,17 60.175,96 64.381,40 Bisnis 10.575,97 11.395,35 11.845,04 13.223,84 15.257,73 17.022,84 18.415,52 20.608,47 22.926,28 24.825,24 27.157,22 28.307,00 30.988,64 34.498,38 Sosial 1.643,52 1.781,55 1.842,89 2.021,60 2.237,86 2.429,84 2.603,64 2.908,71 3.082,42 3.384,36 3.700,09 3.993,82 4.495,57 4.939,04 Gedung Pemerintah 1.297,83 1.281,63 1.281,49 1.433,19 1.644,74 1.725,66 1.807,92 2.016,37 2.095,80 2.334,66 2.629,93 2.787,00 3.057,21 3.260,71 Penerangan Jalan 1.070,85 1.128,82 1.294,47 1.512,02 2.044,59 2.221,24 2.414,13 2.585,86 2.761,28 2.888,11 3.000,09 3.068,00 3.140,82 3.250,78 Total 79.164,81 84.520,38 87.088,75 90.440,95 100.097,46 107.032,23 112.609,83 121.246,83 129.018,81 134.581,98 147.297,47 157.992,99 173.990,74 187.541,02 - -Swasta Pemerintah Penerangan 24,6 26,8 AC 48,1 54,9 Elevator 21,8 3,9 Lainnya 5,5 14,4 Sumber: JICA, 2008

(36)

35 Tabel 20. Asumsi Luas Lantai Bangunan Komersial

5. Data pasokan bahan bakar untuk sektor komersial hasil olahan dari data pertamina maupun data BPS (pangsa konsumsi sektor komersial)

Tabel 21. Konsumsi Bahan Bakar Sektor Komersial

Efisiensi Dan Konservasi Energi

Salah satu hal yang menjadi target dalam Kebijakan Energi Nasional yaitu penurunan intensitas energi 1% per tahun, dimana hal ini dapat terwujud jika seluruh sektor termasuk sektor komersial dalapat melakukan kegiatan konservasi dan efisiensi energi. Jika melihat struktur pemodelan di atas, dimana untuk penggunakan listrik di sektor komersial dibedakan kedalam jenis teknologi. Hal ini dimaksudkan agar nantinya user/Daerah dapat memiliki ruang dan mempermudah dalam menghitung intensitas dan taret penghematan tiap jenis teknologi tersebut.

Sektor komersial dalam hal kegiatan efisiensi sebagian berjalan secara alamiah dikarenakan kinerja dan output dari sektor ini sangat bergantung pada seberapa besar efisiensi yang dapat dilakukan dengan tingkat kenyamanan yang tinggi. Namun masih terdapat ruang yang cukup besar untuk meningkatkan efisiensi dan konservasi (termasuk subtitusi energi) sektor ini dengan dukungan dari Pemerintah Pusat dan Daerah. Target konservasi energi sektor Komersial dalam RUEN mencapai 24% di tahun 2025 dan 45% di tahun 2050.

Tipe Bangunan Kecil Medium Besar

Pemerintah 10 9 7

Swasta 39 20 15

Tipe Bangunan Kecil Medium Besar

Pemerintah 15 54 115

Swasta 18 92 200

Sumber: Energi Conservation and Commercialization (ECO-III), USAid, India 2010

Intensitas Energi (kWH/m2/tahun) Distribusi Luas Bangunan Komersial (%)

Jenis Energi Satuan 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Total Listrik GWh 4.012,20 4.192,00 4.418,85 4.966,81 5.927,19 6.376,74 6.825,69 7.510,94 7.939,50 8.607,12 9.330,11 9.848,82 10.693,60 11.450,53 - -Penerangan GWh 1.859,13 1.949,75 2.131,80 2.437,91 3.085,13 3.334,91 3.596,43 3.905,78 4.149,04 4.420,80 4.696,54 4.885,26 5.164,97 5.448,31 - -AC GWh 1.614,80 1.681,69 1.715,28 1.896,68 2.131,55 2.281,37 2.421,94 2.703,87 2.842,84 3.139,74 3.475,18 3.722,67 4.146,48 4.501,66 - -Elevator GWh 114,71 119,46 121,85 134,74 151,42 162,06 172,05 192,08 201,95 223,04 246,87 264,45 294,56 319,79 - -Lainnya GWh 423,55 441,10 449,91 497,49 559,09 598,39 635,26 709,21 745,66 823,54 911,52 976,44 1.087,60 1.180,76 - -Total Listrik GWh 10.575,97 11.395,35 11.845,04 13.223,84 15.257,73 17.022,84 18.415,52 20.608,47 22.926,28 24.825,24 27.157,22 28.307,00 30.988,64 34.498,38 - -Penerangan 2.601,69 2.803,26 2.913,88 3.253,06 3.753,40 4.187,62 4.530,22 5.069,68 5.639,86 6.107,01 6.680,68 6.963,52 7.623,21 8.486,60 - -AC 5.087,04 5.481,16 5.697,46 6.360,66 7.338,97 8.187,99 8.857,87 9.912,67 11.027,54 11.940,94 13.062,62 13.615,67 14.905,54 16.593,72 - -Elevator 2.305,56 2.484,19 2.582,22 2.882,80 3.326,19 3.710,98 4.014,58 4.492,65 4.997,93 5.411,90 5.920,27 6.170,93 6.755,52 7.520,65 - -Lainnya 581,68 626,74 651,48 727,31 839,18 936,26 1.012,85 1.133,47 1.260,95 1.365,39 1.493,65 1.556,89 1.704,38 1.897,41 - -Biomass Ribu SBM 1.451,58 1.444,32 1.437,10 1.429,91 1.422,76 1.415,65 1.408,57 1.401,53 1.394,52 1.387,55 1.380,61 1.373,71 1.366,84 1.360,00 Gas Ribu SBM 133,73 147,37 163,93 158,39 174,48 189,91 205,59 274,04 357,29 730,47 963,45 1.290,50 1.625,37 1.421,62 Kerosene Ribu SBM 3.490,76 3.441,79 3.272,38 3.293,30 3.319,37 3.185,96 2.808,57 2.773,63 2.214,08 1.339,34 797,33 556,19 387,38 353,20 ADO Ribu SBM 5.352,28 5.681,68 5.590,91 5.385,00 6.189,63 5.749,42 5.043,59 4.865,10 5.357,33 5.931,44 6.224,49 5.256,93 5.379,31 4.840,00 IDO Ribu SBM 42,97 41,50 39,23 34,12 31,45 25,99 14,10 7,63 4,55 3,94 4,77 3,52 2,57 2,31 LPG Ribu SBM 1.256,53 1.138,14 1.278,99 945,54 1.288,27 1.323,89 1.241,40 1.337,38 1.025,39 1.029,32 1.026,05 1.111,73 1.138,76 1.269,35 Biosolar Ribu SBM - - -

Gambar

Tabel 1. Kebutuhan Data Sektor Rumah Tangga
Tabel 2. Tabel Populasi dan Jumlah Rumah Tangga Periode 2010 – 2015
Tabel 4. Tabel Rata-Rata Intensitas Memasak Rumah Tangga per Jenis Energi
Tabel 6. Data Level Aktifitas dan Intensitas Energi untuk Penerangan Non Listrik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perusahaan harus menghitung Margin of Safety agar mengetahui berapakan penjualan dapat turun dari yang telah ditargetkan sebelumnya agar perusahaan tetap tidak mendapat

“Keberhasilan suatu lembaga akan tercapai jika SDMnya mumpuni” terang lelaki yang juga pernah menjabat sebagai anggota BAN (Badan Akreditasi Nasional) ini. Oleh

(2008) di Jepang, mendapatkan bahwa TNF-α meningkatkan sekresi dari VCAM-1 dan RANTES oleh fibroblast yang berasal dari polip hidung yang kaya eosinofil (phE)

Kewenangan Propinsi sesuai dengan kedudukannya sebagai daerah otonom meliputi penyelenggaraan kewenangan pemerintahan otonom yang bersifat lintas Kabupaten/Kota dan

WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan (darah,pus) dari

Hal ini diduga karena: (1) terjadi kompetisi antara FMA dengan patogen untuk mengokupasi tanaman dan juga kompetisi mendapatkan hasil fotosintesis dari tanaman;

Dalam blog ini diberikan beberapa contoh perhitungan struktur jembatan beton prategang mulai dari struktur atas yang terdiri dari slab lantai jembatan dan girder

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi matriks HPMC dan NaCMC tablet kaptopril lepas lambat sistem floating terhadap pemeriksaan granul dan tablet