BAB V
KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
5.1 Potensi Pendanaan APBD
Kinerja keuangan masa lalu yakni kondisi keuangan selama periode 5 tahun, yaitu
sejak tahun 2010 hingga tahun 2015.Keuangan daerah merupakan komponen paling
penting dalam perencanaan pembangunan, sehingga analisis mengenai kondisi dan
proyeksi keuangan daerah perlu dilakukan untuk memperoleh proyeksi yang tepat
mengenai kemampuan daerah dalam mendanai rencana pembangunan dan pemecahan
permasalahan strategis secara tepat. Dengan melakukan analisis keuangan daerah yang
tepat akan melahirkan kebijakan yang efektif dalam pengelolaan keuangan daerah.
Selanjutnya belanja daerah sebagai komponen keuangan daerah dalam kerangka
ekonomi makro diharapkan dapat memberikan dorongan atau stimulan terhadap
perkembangan ekonomi daerah secara makro ke dalam kerangka pengembangan yang
lebih memberikan efek multiplier yang lebih besar bagi peningkatan kesejahteraan rakyat
yang lebih merata.Untuk itu maka kebijakan dalam pengelolaan keuangan daerah perlu
disusun dalam kerangka yang sistematis dan terpola. Selanjutnya kinerja keuangan
daerah dapat ditunjukkan dari pelaksanaan APBD setiap tahunnya dan neraca keuangan
daerah. Komponen APBD yang perlu mendapat perhatian untuk menentukan kinerja
keuangan daerah adalah pendapatan daerah, belanja dan pembiayaan daerah.
5.1.1 Kinerja Pelaksanaan APBD
Otonomi daerah berimplikasi pada semakin luasnya kewenangan daerah untuk
mengatur dan mengelola pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah.Sehubungan
dengan hal tersebut maka secara bertahap daerah dituntut untuk mengupayakan
kemandirian pendapatannya dengan mengoptimalkan seluruh potensi pendapatan yang
dimilikinya.
A. Pendapatan Daerah
Pendapatan Daerah Perkembangan pendapatan daerah dilihat dalam 5 tahun
Tabel. 5.1
Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2010-2015 Kabupaten Padang Pariaman
Periode ini Periode ini Periode ini Periode ini Periode ini Periode ini PENDAPATAN 664.535.072.392 750.863.302.962 789.376.633.488 956.684.836.899 1.069.627.598.087 1.194.708.478.41
1
18 PENDAPATAN ASLI DAERAH 24.756.272.591 27.073.433.254 31.287.086.222 42.619.951.169 62.821.048.940 72.995.950.834 25
Pendapatan Pajak Daerah 7.534.415.689 10.024.892.395 13.267.034.469 13.718.101.011 23.381.375.475 23.040.824.894 25
Hasil Retribusi Daerah 3.828.514.885 3.604.186.537 3.512.995.728 12.987.117.134 13.004.440.464 9.926.525.198 25
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
2.553.627.142 4.313.033.886 4.037.425.465 4.374.124.048 3.869.897.624 4.256.660.279 25
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
10.839.714.875 9.131.320.436 10.469.630.560 11.540.608.976 22.565.335.377 35.771.940.463 25 DANA PERIMBANGAN 491.102.195.490 553.204.333.661 648.285.722.300 750.818.508.730 806.670.092.421 865.978.893.800 12
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak
21.030.505.490 22.144.060.661 26.133.946.300 20.340.753.730 14.708.077.421 12.482.322.800 12
Dana Alokasi Umum 417.865.290.000 464.407.373.000 558.234.576.000 633.453.395.000 683.752.765.000 724.226.441.000 12
Dana Alokasi Khusus 52.206.400.000 66.652.900.000 63.917.200.000 97.024.360.000 108.209.250.000 129.270.130.000 21 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH
YANG SAH
148.676.604.311 170.585.536.047 109.803.824.966 163.246.377.000 200.136.456.726 255.733.633.777 16
Pendapatan Hibah 5.754.792.275 415.412.100 680.897.400 782.057.630 517.110.200 Dana Darurat
Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya
15.840.397.980 22.227.094.550 19.819.484.866 24.492.975.000 36.129.179.096 41.501.415.577 16
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
58.917.265.000 3.335.247.382 87.367.036.000 128.665.973.000 156.877.950.000 194.460.240.000 16
Bantuan Keuangan Dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya
68.164.149.056 145.023.194.115 0 9.406.531.600 6.172.220.000 18.823.668.000 18
Berdasarkan data perkembangan pendapatan daerah dari tahun 2010-2015
terlihat adanya peningkatan yang cukup signifikan dari Rp664.535.072.392,46 pada tahun
2010 menjadi Rp1.194.708.478.411,00 pada tahun 2015. Penerimaan daerah dari Dana
perimbangan pada tahun 2010 mencapai Rp491.102.195.490,00 menjadi
Rp865.978.893.800,00 pada tahun 2015. Sedangkan lain-lain pendapatan jumlahnya
terus meningkat dari Rp148.676.604.311,00 pada tahun 2010, menjadi
Rp255.733.633.777,00 pada tahun 2015.
Berdasarkan pencapaian realisasi pendapatan asli daerah terhadap target
pendapatan asli daerah, maka selama kurun waktu 5 tahun, realisasi pendapatan asli
daerah pada tiga tahun terakhir tahun 2013 s/d 2015 selalu melampui target, sedangkan
untuk PAD rata-rata hanya sebesar 99,68%, capaian realisasi dana perimbangan rata-rata
sebesar 100,88%, lain-lain pendapatan rata-rata sebesar 131,23% dan capaian total
pendapatan rata-rata mencapai 105,85% dari target.
Dana perimbangan memberikan sumbangan terbesar terhadap pendapatan
daerah, rata-rata sebesar 68,45%, yang berarti ketergantungan pendanaan terhadap
pemerintah pusat masih sangat besar.
Pendapatan Daerah Padang Pariamanselamaperiode 2010-2015 mengalami
pertumbuhan rata-rata yang cukup baik yaitu sebesar 13 %per tahun seperti yang
diperlihatkan pada Tabel 3.1. Pertumbuhan pendapatan daerah lebih banyak bersumber
dari pendapatan asli daerah yang mengalami peningkatan dari Rp 24.756.272.591 pada
tahun 2010 menjadi Rp 72.995.950.834 pada tahun 2015. Dengan demikian Pendapatan
Asli Daerah mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 25 % selama periode 2010-2015.
Selanjutnya sumber utama pendapatan asli daerah lebih banyak berasal dari pajak
daerah yaitu pajak penerangan jalan pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak
reklame, pajak penerangan jalan, pajak air bawah tanah, pajak bumi dan bangunan, pajak
bea perolehan hak atas tanah. Penerimaan pajak ini sangat tergantung dari pertumbuhan
ekonomi yang dapat meningkatkan daya beli masyarakat. Sumber Pendapatan Asli
Daerah lainnnya adalah retribusi daerah yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha
dan retribusi perizinan tertentu..Pendapatan dari retribusi daerah mengalami
pertumbuhan berflluktuatif, namun masih mengalami pertumbuhan rata-rata
Selanjutnya pendapatan daerah yang bersumber dari Dana Perimbangan
mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 12,% pertahun selama periode 2010–
2015.Kontribusi terbesar dari Dana Perimbangan adalah Dana Alokasi Umum (DAU) yang
setiap tahunyamengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya transfer dana
kedaerah melalui APBN dalam rangka memperkokoh otonomi daerah. Pertumbuhan
rata-rata DAU adalah sebesar 12% per tahun selama periode 2010-2015. Sedangkan
komponen lainnya dari Dana Perimbangan yang terdiri dari dana bagi hasil pajak/bukan
pajak kontribusinya masih kecil terhadap pendapatan daerah dan cenderung terjadinya
penurunan sebesar 8%.
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK)
ditentukan dari formula dan bidang atau urusan pusat yang dilaksanakan oleh daerah.
Akibatnya, penerimaan DAK juga berfluktuasiselama periode 2010-2015 dengan laju
pertumbuhan rata-rata sebesar 21% per tahun.
Struktur pendapatan daerah mengalami perubahan selama periode 2010-2015.
Peranan Pendapatan Asli Daerah naik dari 4 % dari total pendapatan APBD pada tahun
2010 menjadi 6 % daripendapatan APBD pada tahun 2015. Kontribusi Dana Perimbangan
juga mengalami penurunan dari 74 % dari total pendapatan APBDtahun 2010, menjadi 72
% dari total pendapatan APBD pada tahun 2015, halini disebabkan menurunnya bagi
hasilbukan pajak pertahun rata-rata 8%.
Sebaliknya peranan Lain-lain Pendapatan yang Sah mengalami kenaikan dari 6,69
% dari total pendapatan APBDpada tahun 2010 menjadi 19,36 % dari total pendapatan
APBDpada tahun 2015. Komponen terbesar dari kelompok pendapatan ini adalah dana
penyesuaian dan otonomi khusus yang mengalami peningkatan dari Rp
58.917.265.000,-pada tahun 2010 menjadi Rp 194.460.240.000 58.917.265.000,-pada tahun 2015.
Meskipun terjadi kenaikan pendapatan daerah dari berbagai sumberselama
periode 2010-2015,diperkirakantidak akan mencukupi untuk menutup kebutuhan
belanjadan tidak dapat diandalkan hanya dari pendapatan asli daerah. Oleh sebab itu
perlu alokasi DAU , DAK atau dalam bentuk lainnya perlu ditingkatkan untuk membiayai
B. Belanja Daerah
Menurut Pasal 31 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah menyebutkan bahwa belanja daerah
dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi
kewenangan provinsi atau kabupeten/kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan
dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat
dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah
daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Belanja daerah
dikelompokkan ke dalam belanja tidak langsung dan belanja langsung.Belanja tidak
langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan.Sementara belanja langsung merupakan belanja yang
dianggarkan yang terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.
Perkembangan Belanja Daerah Kabupaten Padang Pariaman selama periode
2010-2015 diperlihatkan pada Tabel 3.2.Belanja Daerah mengalami peningkatandari Rp
710.430.206.244 pada tahun 2010 menjadi Rp 1.165.716265.828 pada tahun 2015 atau
mengalami pertumbuhan sebesar 10 % pertahun. Kenaikan belanja ini lebih rendah dari
kenaikan pendapatan daerah pada periode yang samasebesar 13 %.Keadaan ini
mencerminkan terjadinya SILPA setiap tahunnya.
Struktur Belanja Daerah selama periode 2010-2015 masih didominasi oleh Belanja
Tidak Langsung. Peranan Belanja Tidak Langsung yang terdiri dari belanja pegawai,
belanja hibah dan belanja bantuan sosial mengalami penurunan dari 81,4 % dari total
pendapatan APBD pada tahun 2010 menjadi 61 % dari total pendapatan APBDpada tahun
2015. Komponen yang terbesar dari Belanja Tidak Langsung yang mengalami penurunan
yang besar adalah Belanja Bantuan Sosial, yaitu dari Rp 87.614.272.143 pada tahun 2010
menjadi Rp 635.945.000 pada tahun 2015. Sebaliknya peranan Belanja Langsung
mengalami kenaikan dari 25,4% dari total pendapatan APBD pada tahun 2010 menjadi 35
% dari total pendapatan APBDpada tahun 2015. Komponen terbesar untuk Belanja
Langsung ini adalah untuk Belanja Modal yang mengalami peningkatan dari Rp
85.421.066.381 pada tahun 2010 menjadi Rp 210.056.212.093 pada tahun 2015. Belanja
Modal secara nominal memperlihatkan peningkatan dari total belanja dari 12 % pada
Tabel 5.2
Rata-rata Pertumbuhan Realisasi Belanja Padang PariamanTahun 2010-2015
Uraian
2010 Rata-Rata
Pertumbuh an
2010 2011 2012 2013 2014 2015
BELANJA 710.430.206.244 738.004.664.023 815.463.855.401 917.003.827.963 1.045.817.153.270 1.165.716.265.828 10
BELANJA TIDAK LANGSUNG 541.193.296.321 504.412.927.676 564.012.319.410 607.774.491.176 656.917.246.657 750.688.679.202 7
Belanja Pegawai 424.696.885.291 472.037.820.740 524.219.963.978 576.454.623.178 623.985.476.205 674.002.570.690 10
Belanja Hibah 17.544.674.026 11.825.209.000 8.438.365.600 3.694.982.300 6.717.011.200 26.517.060.000 52
Belanja Bantuan Sosial 87.614.272.143 6.183.694.566 16.659.736.731 9.826.332.631 6.293.806.300 635.945.000 (18)
Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa
658.655.913 336.442.394 435.102.665 243.357.313 1.620.701.333 1.690.925.933 101
Belanja Bantuan Keuangan Kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa
9.768.099.323 12.126.190.366 14.259.150.436 17.344.410.754 18.269.347.619 47.842.177.579 46
0
Belanja Tidak Terduga 910.709.625 1.903.570.610 0 210.785.000 30.904.000 0 (35)
BELANJA LANGSUNG 169.236.909.923 233.591.736.347 251.451.535.991 309.229.336.787 388.899.906.613 415.027.586.626 20
Belanja Pegawai 10.651.605.500 21.428.243.405 15.940.339.250 16.846.534.201 16.612.383.590 19.047.933.050 19
Belanja Barang dan Jasa 73.164.238.042 94.350.999.645 103.115.555.864 138.911.651.067 169.997.769.360 185.923.441.483 21
C. Neraca Daerah
Neraca Daerah memberikan informasi mengenai posisi keuangan berupa aset,
kewajiban (utang), dan ekuitas dana pada tanggal neraca tersebut dikeluarkan. Neraca
Daerah merupakan salah satu laporan keuangan yang harus dibuat oleh Pemerintah
Daerah.Laporan ini sangat penting bagi manajemen pemerintah daerah, tidak hanya
dalam rangka memenuhi kewajiban peraturan perundang-undangan yang berlaku saja,
tetapi juga sebagai dasar untuk pengambilan keputusan yang terarah dalam rangka
pengelolaan sumber-sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh daerah secara efisien dan
efektif.Aset daerah merupakan aset yang memberikan informasi tentang sumber daya
ekonomi yang dimiliki dan dikuasai pemerintah daerah, memberikan manfaat ekonomi
dan sosial bagi pemerintah daerah maupun masyarakat di masa mendatang sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu, serta dapat diukur dalam uang.Kinerja Neraca Daerah
Pemerintah Daerah Padang Pariaman selama kurun waktu 2010-2015 diperihatkan pada
Tabel 5.3.
Selama periode 2010-2015, perkembangan jumlah aset Pemerintah Kabupaten
Padang Pariaman mengalami penurunanyaitu dari Rp 1.857.249.289.560 pada tahun 2010
menjadi Rp. 1.190.788.150.216 pada tahun 2015, dengan pertumbuhan rata-rata sebesar
-2% per tahun hal ini terjadi karena adanya penyusutan aset tetap.Aset tersebut terdiri
atas aset lancar (kas, piutang dan persediaan), investasi jangka panjang (investasi non
permanen dan investasi permanen), aset tetap (tanah, peralatan dan mesin, gedung dan
bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, aset tetap lainnya, kontruksi dalam pengerjaan),
aset lainnya (tagihan penjualan angsuran, tuntutan perbendaharaan, tagihan tuntutan
ganti kerugian daerah, kemitraan dengan pihak kedua, aset tak berwujud, aset lainnya).
Semuanya dipergunakan untuk menunjang kelancaran tugas pemerintahan. Investasi
jangka panjang dan aset tetap selama periode 2010-2015 mengalami penurunan karena
selain adanya penyusutan aset juga penghapusan terhadap aset yang tidak berfungsi.
Dana cadangan sampai saat ini belum bisa dialokasikan karena Perda yang mengatur dana
Tabel 5.3
Rata-rata Pertumbuhan Neraca Padang Pariaman Tahun 2010–2015
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Rata-rata pertumbuhan
(%)
ASET 1.857.249.289.560 2.036.071.624.702 2.108.056.274.740 855.118.993.885 1.092.650.923.368 1.190.788.150.216 (2)
ASET LANCAR 57.755.568.559 71.249.812.611 44.826.933.017 84.821.512.399 99.817.234.567 123.168.459.809 23
Kas 51.854.827.881 64.180.468.008 36.994.516.272 69.015.675.721 86.956.736.140 111.559.482.650 24
Piutang 1.512.614.804 1.804.914.123 2.334.076.049 8.870.981.377 6.631.326.890 8.564.382.319 67
Persediaan 4.388.125.874 5.264.430.480 5.498.340.696 6.934.855.301 6.229.171.536 3.044.594.840 (2)
Investasi Jangka Panjang 22.902.806.542 23.223.331.884 24.784.640.661 23.146.323.566 30.790.705.231 37.079.004.931 11
Investasi Non Permanen Lainnya-Dana Bergulir 769.928.850
-Investasi Non Permanen 12.745.182.076 12.745.182.076 9.903.745.087 5.298.563.011 5.537.975.682 (33)
Penyusutan piutang DB tak tertagih - (3.774.918.100) (4.056.346.532) (19)
Investasi Permanen 10.157.624.466 10.478.149.808 14.880.895.574 21.622.678.655 29.309.076.081 36.309.076.081 30
ASET TETAP 1.700.135.911.355 1.872.832.532.926 1.993.206.924.271 696.461.924.644 916.464.655.428 988.390.027.926 (2)
Tanah 35.527.709.446 42.140.203.273 44.519.936.633 48.854.449.633 181.265.063.175 182.823.156.245 61
Peralatan dan Mesin 110.904.480.920 127.557.811.163 166.607.938.405 188.647.551.814 222.040.626.903 229.739.647.888 16
Gedung dan Bangunan 364.142.724.713 446.279.983.893 563.600.188.889 603.667.143.645 647.338.278.812 704.630.064.678 14
Jalan, Irigasi dan Jaringan 1.193.168.387.230 1.228.032.452.983 1.263.730.120.477 1.352.851.284.455 1.481.437.065.108 1.608.937.140.468 6
Aset Tetap Lainnya 14.866.751.958 20.704.441.435 26.789.805.804 26.491.245.084 34.461.437.110 38.911.668.821 22
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Rata-rata pertumbuhan
(%) ASET LAINNYA 76.455.003.103 68.765.947.281 45.237.776.792 50.689.233.277 45.578.328.143 42.150.657.549 (10)
Tagihan Penjualan Angsuran 142.196.387
-Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah 308.558.350 302.708.350 302.708.350 226.586.860 149.090.887 (32)
Kemitraan Dengan Pihak Kedua
-Aset Tak Berwujud 1.220.100.500 1.584.410.100 1.852.985.100 522.436.340
Aset Lain-lain 76.146.444.753 68.463.238.931 43.714.967.942 48.878.236.317 43.576.252.156 41.486.024.822 (10)
JUMLAH ASET DAERAH 1.857.249.289.560 2.036.071.624.702 2.108.056.274.740 855.118.993.885 1.092.650.923.368 1.190.788.150.216 (2)
KEWAJIBAN 776.519.264 1.436.499.555 732.955.982 492.530.682 833.335.047 5.849.342.029 135
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 776.519.264 1.436.499.555 732.955.982 492.530.682 833.335.047 5.849.342.029 135
Utang Perhitungan Pihak Ketiga 46.178.584 81.224.900 48.189.076 46.135.682 76.239.029 1.564.920.278 410
Uang Muka Dari Kas Daerah
-Pendapatan Diterima Dimuka 17.400.000
-Utang Jangka Pendek Lainnya 730.340.680 1.355.274.655 684.766.906 446.395.000 757.096.018 2.323.317.143 56
Utang Belanja 1.943.704.608
-EKUITAS DANA 1.856.472.770.296 2.034.635.125.147 2.107.323.318.758 854.626.463.103 1.091.817.588.321 1.181.950.670.380 (2)
EKUITAS DANA LANCAR 56.979.049.295 69.813.313.056 44.093.977.035 84.328.981.717 98.983.899.520 - (1)
SILPA 51.698.158.169 64.068.008.108 36.529.324.184 68.968.550.039 85.314.994.856 (1)
Cadangan Piutang 1.512.614.804 1.804.914.123 2.334.076.049 8.870.981.377 6.631.326.890 41
Cadangan Persediaan 4.388.125.874 5.264.430.480 5.498.340.696 6.934.855.301 6.229.171.536 (12)
Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Rata-rata pertumbuhan
(%)
Pendapatan yang ditangguhkan 110.491.128 31.235.000 417.003.012 990.000 20.174.672 580
Selain SILPA 1.545.327.583 (20)
EKUITAS DANA INVESTASI 1.799.493.721.001 1.964.821.812.091 2.063.229.341.723 770.297.481.387 992.833.688.801 - (24)
Diinvestasikan Dalam Aset Tetap 1.993.206.924.271 696.461.924.544 916.464.655.428 (27)
Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya 45.237.776.792 50.689.233.277 45.578.328.143 (20)
Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang 24.784.640.661 23.146.323.566 30.790.705.231 (15)
Kewajiban, baik jangka pendek maupun jangka panjang, memberikan informasi tentang
utang pemerintah daerah kepada pihak ketiga atau klaim pihak ketiga terhadap arus kas
pemerintah daerah. Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan tugas atau
tanggungjawab untuk bertindak di masa lalu yang dalam penyelesaiannya mengakibatkan
pengorbanan sumber daya ekonomi di masa yang akan datang.Kewajiban Pemerintah
Kabupaten Padang Pariaman selama periode 2010-2015mengalami pertumbuhan rata-rata
sebesar 135% pertahun. Tingginya rata-rata pertumbuhan kewajiban selama periode
2010-2015 disebabkan karena terjadinya lonjakan kewajiban jangka pendek pada tahun 2010-2015.
Selanjutnya, untuk mengetahui tingkat kualitas pengelolaan keuangan daerah dapat diketahui
berdasarkan analisis rasio atau perbandingan antara kelompok/elemen laporan keuangan yang
satu dengan kelompok yang lain. Beberapa rasio yang dapat diterapkan di sektor publik adalah
rasio lancar (current ratio), rasio kas (cash ratio) dan rasio cepat (quick ratio), Rasio Total
Hutang terhadap aset, Rasio hutang terhadap Modal. Rasio lancar (current ratio) merupakan
rasio standar untuk menilai kesehatan organisasi.Rasio ini menunjukkan apakah pemerintah
daerah memiliki aset yang cukup untuk melunasi kewajiban yang jatuh tempo.Tetapi kas rasio
lebih menunjukkan kemampuan riil berdasarkan kas yang dimiliki. Kualitas pengelolaan
keuangan daerah dikategorikan baik apabila nilai rasio lebih dari satu. Sedangkan rasio total
hutang terhadap total aset dan rasio total hutang terhadap ekuitas dana, sama-sama
menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam melunasi seluruh kewajibannya
seandainya seluruh aset atau aset bersih digunakan. Beberapa rasio yang memperlihatkan
kualitas pengelolaan keuangan daerah diperlihatkan pada Tabel 3.4.Rasio likuiditas yang terdiri
dari Rasio Lancar dan Rasio Quick memperlihatkan kemampuan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendek. Rasio Lancar tahun 2015 sebesar 21 memberi petunjuk bahwa kemampuan
membayar hutang Pemerintah Padang Pariamanlebih 21 kali. Selanjutnya Rasio Quick
sebesar21 menunjukan bahwa kemampuan Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman
membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid sangat
Tabel 5.4
Analisis Rasio Keuangan Padang Pariamantahun 2010 – 2015 ( Dalam Rp juta )
No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Rasio Likuiditas
1 Rasio Lancar (Current Ratio) 74,3775 49,6 61 172 119 21
2 Rasio quick (Quick Ratio) 69 46 54 158 112 21
Solvabilitas
3 Rasio total hutang terhadap total asset 0,00042 0,00071 0,0004 0,0006 0,0008 0,0005 4 Rasio hutang terhadap modal 0,0004 0.0007 0,0004 0.00057 0,0008 0,0049
Sumber : DPPKA Kab. Padang Pariaman
Rasio solvabilitas yang diukur dengan Rasio Hutang Terhadap Total Asset dan Rasio
Hutang Terhadap Modal memperlihatkan kemampuan Pemerintah Kabupaten Padang
Pariaman untuk memenuhi kewajiban jangka panjang.Rasio Hutang Terhadap Modal
memperlihatkan seberapa besar pengaruh hutang terhadap aktiva.Semakin besar nilainya
berarti semakin besar pengaruh hutang terhadap aktiva.Tabel 3.4 memperlihatkan bahwa Rasio
Hutang terhadap Total Asset selama periode 2011-2015 sangat rendah dan paling tinggi hanya
0,0005. Berdasarkan hasil ini, maka pengaruh hutang terhadap aktiva sangat kecil. Rasio Hutang
Terhadap Modal mengukur seberapa perlu hutang jika dibandingkan dengan kemampuan
modal yang dimilik. Jika nilai rasionya semakin kecil, maka Pemerintah Padang Pariaman tidak
perlu tergantung pembiayaan dari pihak lain.Hasil perhitungan yang diperlihatkan pada Tabel
5.4 menunjukan bahwa rasio hutang terhadap modal juga rendah.Dengan demikian Pemerintah
Padang Pariaman tidak perlu tergantung modal dari pihak luar.
5.2 Potensi Pendanaan APBN
Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda,
Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulan kepada
daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya
menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan
yang berlaku (PermenPU No. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu
kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan
realisasinya di daerah tersebut.
Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan
drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan
yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh
Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Dana
DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya
Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan sanitasi.
5.3 Alternatif Sumber Pendanaan
lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam
RPI2-JM bidan Cipta Karya meliputi :
1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di
tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum
dan Sanitasi.
2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana
lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur
permukiman dengan skala provinsi/regional.
3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan
dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan
infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.
4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta
(KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).
5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.
6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri. Dana-dana
tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan
prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang
telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara
terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi
5.4 Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya
Dalam rangka percepatan pembangunan bidang cipta karya di daerah dan untuk
memenuhi kebutuhan pendanaan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPIJM,
maka Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu strategi yang menigkatkan pendanaan bagi
pembangunan infrastruktur permukiman. Oleh karena itu pada bagian ini , Satgas RPIJM
Kabupaten Padang Pariaman merumuskn Strategi peingkatan investasi pembangunan
infrastruktur bidang cipta karya, yang meliputi beberapa aspek antara lain :
1. Strategi peningkatan DDUB ;
Untuk peningkatan DDUB ini maka pihak Kabupaten harus dapat meningkatkan
anggaran bagi bidang cipta karya.
2. Strategi peningkatan penerimaan Daerah dan efisiensi penggunaan anggaran;
Dimana setiap anggaran yang akan dibuat maka harus dinilai dahulu tingkat efisiensi
kegiatannya, kegunaan, serta keuntungan yag diperoleh oleh pihak daerah.
3. Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah;
Pihak Kabupaten harus memiliki kemampuan untuk mengajak investor agar
membangun daerah kabupaten untuk menambah income bagi Kabupaten sendiri.
4. Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan
pembangunan bidang cipta karya;
Dalam hal ini pihak Kabupaten juga mampu untuk menarik para perantau ataupun
dunia usaha lain agar ikut terjun dan berperan dalam setiap pemdanaan
pembangunan di daerah.
5. Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi infrastruktur
permukiman yang sudah ada;
Untuk hal ini pihak Kabupaten harus memiliki anggaran dalam pemeliharaan yang
telah dibangun untuk bidang cipta karya tersebut, serta membuat kelompok
pemelihara di tingkat kabupaten dan kecamatan agar tetap terpelihara.
6. Strategi pengembangan infrastruktur skala lokal.
Untuk pengembangan infrastruktur skala lokal maka dalam hal ini pemerintah daerah