• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VII A SMP N 1 Jogonalan Klaten pada materi ekosistem - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VII A SMP N 1 Jogonalan Klaten pada materi ekosistem - USD Repository"

Copied!
291
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPETEAM GAMES TOURNAMENT(TGT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII A SMP N 1 JOGONALAN KLATEN PADA MATERI

EKOSISTEM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

Indah Ayu Pradini

NIM : 101434033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPETEAM GAMES TOURNAMENT(TGT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI

DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII A SMP N 1 JOGONALAN KLATEN PADA MATERI EKOSISTEM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

Indah Ayu Pradini

NIM : 101434033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Ku Persembahkan Karya Ini Untuk :

Allah SWT yang telah mendampingi dalam setiap langkah dan usahaku, ini

adalah sedikit dari hasil kerja kerasku sebagai ungkapan syukur kepadaMu atas

apa yang telah Kau berikan kepadaku.

Kedua Orang Tuaku Bapak Eddy Sulaksono dan Ibu Nanik Kuswandari yang

selalu memberikan rasa cinta, dukungan, doa dan pengarahan kepadaku

Kedua adikku tersayang Shinta Dinia Kautaman dan Klarisa Yuzar Mahardika

yang selalu menjadi motivasiku agar memberikan sesuatu yang terbaik untuk

keluarga

Teman – teman seperjuanganku dari Pendidikan Biologi 2010 yang telah

(6)

v Motto

“Sungguh bersama kesukaran ada keringanan karena itu bila

kau telah selesai (mengerjakan yang lain). Dan kepada

Tuhan berharaplah. (Q.S Al Insyirah : 6-8)”.

(7)
(8)
(9)

viii ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TEAM GAMES TOURNAMENT(TGT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII A SMP N 1

JOGONALAN KLATEN PADA MATERI EKOSISTEM

Indah Ayu Pradini Universitas Sanata Dharma

2014

Rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa tahun pembelajaran 2012/2013 pada materi ekosistem, disebabkan siswa tidak dilibatkan secara aktif dan kurang diberi tanggung jawab dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VII A SMP N 1 Jogonalan Klaten pada materi ekosistem dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT).

Subyek penelitian adalah siswa Kelas VII A SMP N 1 Jogonalan Klaten semester genap tahun pembelajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 42 siswa. Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas Kemmis dan McTaggart, setiap siklus penelitian meliputi beberapa tahapan berulang meliputi tahap-tahap: perencanaan,pelaksanaan,observasi,

dan refleksi.Penelitian ini menggunakan dua macam instrumen sebagai alat untuk mengumpulkan data yakni instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data. Instrumen pembelajaran yang digunakan adalah silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan lembar kerja siswa. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah kuisioner, soal tes, lembar observasi, dan wawancara.

Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah pencapaian hasil belajar aspek kognitif sebesar 47,62%, aspek afektif sebesar 50%, dan aspek psikomotor sebesar 50% pada siklus I. Dan pada siklus II hasil belajar aspek kognitif menjadi sebesar 76,19%, aspek afektif sebesar 78,57%, dan aspek psikomotor sebesar 78,57%. Hasil motivasi awal sebesar 88,1% siswa memiliki motivasi belajar tinggi dan sangat tinggi, dan 97,62% siswa memiliki motivasi belajar akhir tinggi dan sangat tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa kelas VIIA SMP N 1 Jogonalan Klaten pada materi ekosistem.

(10)

ix

ABSTRACT

APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING METHOD GAMES TEAM TOURNAMENT (TGT) TYPE TO IMPROVE MOTIVATION AND STUDENTS LEARNING OUTCOMES OF JOGONALAN JUNIOR

HIGH SCHOOL KLATEN GRADE VII CLASS A IN SUBJECT MATERIALS OF ECOSYSTEM

Indah Ayu Pradini Sanata Dharma University

2014

Low motivation and learning outcomes students of 2012/2013 in subject materials of ecosystem caused students not actively involved and less given responbility in the learning activities. Therefore,this research has it’s purpose to increase motivation and learning outcomes of students grade VII class A Jogonalan Junior High School Klaten on ecosystems material by applying cooperative learning model Team Games Tournament (TGT).

Subjects in this study are students of grade VII class A of Jogonalan Junior High School Klaten in second semester of 2013/2014.The number of students learning were as many as 42 students. This study uses action research of Kemmis and McTaggart. Each cycle includes several stages of research consisting of recurrent stages: planning, implementation, observing, and reflection. The results are used to determine the level of reflection changes and the level of achievement indicators that have been set. This study used two kinds of instruments as a means to collect data that is learning the instrument and the data collection instruments. The instrument used was a learning syllabus, lesson plan and student worksheets. The data collection instrument used was a questionnaire, test questions, observation sheets, and interviews.

The results of this research is the achievement of learning outcomes by 47.62% cognitive aspect, affective aspect by 50%, and psychomotor aspects by 50% in cycle I. And the second cycle of cognitive learning outcomes amounted to 76.19%, affective aspects amounted to 78.57%, and 78.57% for psychomotor aspects. The results of the initial motivation for 88.1% of students have high motivation to learn and very high, and 97.62% of students have high motivation to learn and very high end.

Based on the results of this study concluded that cooperative learning model Team Games Tournament (TGT) can enhance learning motivation and students learning outcomes grade VII class A of Jogonalan Junior High School Klaten on ecosystems material.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

member rahmat dan karunia yang luar biasa melimpah, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat doa,

bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan

segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima

kasih kepada pihak-pihak sebagai berikut.

1. Allah SWT yang telah memberikan hidup, sumber kekuatan dan selalu

melindungi penulis dari lahir hingga detik ini

2. Bapak Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D selaku Rektor Univeritas Sanata

Dharma

3. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma yang

telah memberikan ijin penelitian

4. Bapak Drs. A. Tri Priantoro, M. For. Sc selaku Ketua Prodi Pendidikan

Biologi

5. Ibu Ika Yuli Listyarini, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah memberi

bimbingan dan arahan dalam rangka penyelesaian skripsi ini

6. Segenap dosen dan karyawan program studi pendidikan biologi yang dengan

tulus dan sabar membagikan ilmu dan membimbingpenulis

7. Bapak Zaipudin Arahim, S.Pd.M.Pd selaku Kepala SMP Negeri 1 Jogonalan

Klaten yang telah memberikan ijin penelitian

8. Bapak Ludovicus Winda Mawardana selaku Guru Mata Pelajaran IPA kelas

VIIA yang telah meberikan bantuan, bimbingan dan meluangkan waktu

selama pelaksanaan penelitian

9. Siswa kelas VIIA SMP N 1 Jogonalan Klaten yang telah berpartisipasi selama

pelaksanaan penelitian

10. Kedua orang tua tercinta, Bapak Eddy Sulaksono dan Ibu Nanik Kuswandari

yang senantiasa mendoakan, mendukung, dan mengarahkan penulis serta

sebagai sumber motivasi utama peneliti dalam penyelesaian skripsi

11. Kedua adik tersayang, Shinta Dinia Kautaman dan Klarisa Yuzar Mahardika

(12)

xi

12. Pakde Dwi Mulyatma dan Bude Wisnandari selaku orang tua kedua yang

selalu mengarahkan dan memberi nasihat kepada penulis

13. Sahabat-sahabat tercinta Fransiska Novita Surya Dewi, Sisilia Anita Adan,

Ardy Wicaksono, Adela Natalia Ambon, Alexander Tetuko, Devi Ayu

Susilowati, Zahra Baety Mauludya, dan Sandri Dwi Listiyani yang telah

membantu, memberi dukungan, dan inspirasi kepada penulis selama

menempuh studi

14. Teman-teman Pendidikan Biologi 2010 yang telah memberikan semangat,

dukungan, dan pengalaman yang luar biasa kepa penulis

15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih

untuk bantuannya dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk dapat

meyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap semoga apa yang tertulis dalam

skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca.

Yogyakarta, 8 Agustus 2014

Penulis

(13)

xii DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan Pembimbing ... ii

Halaman Pengesahan ...iii

Halaman Persembahan... iv

Motto... v

Pernyataan Keaslian Karya ... vi

Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah ... vii

Abstrak ...viii

Abstract ... ix

Kata Pengantar ... x

Daftar Isi ... xii

Daftar Lampiran... xiv

Daftar Tabel ... xvi

Daftar Gambar...xvii

BAB I : PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II : KAJIAN PUSTAKA... 8

A. Belajar ... 8

B. Pembelajaran ... 9

C. Hasil Belajar ... 10

D. Motivasi ... 17

E. Model Pembelajaran ... 27

F. Model Pembelajaran Kooperatif ... 28

G. Team Games Tournament(TGT) ... 30

H. Materi pembelajaran Ekosistem... 34

(14)

xiii

J. Jenis Penelitian yang Relevan ... 39

K. Kerangka Pikir ... 41

L. Hipotesis ... 43

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN... 44

A. Jenis Penelitian ... 44

B. Setting Penelitian ... 44

C. Rancangan tindakan/ Desain Penelitian ... 45

D. Instrumen Penelitian ... 49

E. Metode Pengumpulan Data ... 50

F. Metode Analisa Data ... 54

G. Indikator Keberhasilan ... 59

H. Jadwal/ Agenda Penelitian ... 61

I. Personalia ... 62

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 63

A. Hasil Penelitian ... 63

1. Deskripsi Sampel Penelitian ... 63

2. Perencanaan ... 64

3. Pelaksanaan Siklus I ... 65

4. Refleksi ... 71

5. Perencanaan Siklus II... 73

6. Pelaksanaan Siklus II ... 74

7. Refleksi ... 81

B. Pembahasan ... 82

1. Motivasi Belajar ... 82

2. Hasil Belajar ... 86

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN... 98

A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 99

Daftar Pustaka ... 100

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus Pembelajaran...104

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ...107

Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa ...123

Lampiran 4. Kisi-kisi Kuisioner...144

Lampiran 5. Kuisioner Awal dan Akhir...145

Lampiran 6. Kisi-kisi SoalPretest...149

Lampiran 7. SoalPretest...152

Lampiran 8. Kisi-kisi SoalPos TestI ...159

Lampiran 9. SoalPos TestI...162

Lampiran 10. Kisi-kisi SoalPos TestII...168

Lampiran 11. SoalPos TestII...170

Lampiran 12. Lembar Observasi...177

Lampiran 13. Panduan Wawancara ...179

Lampiran 14. Surat Ijin Penelitian ...180

Lampiran 15. Surat Keterangan Selesai Penelitian ...181

Lampiran 16. Satu Set Kartu PermainanTeam Games Tournament...182

Lampiran 17. Aturan PermainanTeam Games Tournament...192

Lampiran 18. Lembar PoinTeam Games Tournament...193

Lampiran 19. Pembagian Kelompok Siklus I ...194

Lampiran 20. Pembagian Kelompok Siklus II...196

Lampiran 21. Daftar Kehadiran Siswa Kelas VIIA ...198

Lampiran 22. Analisa Hasil Kuisioner Motivasi Belajar...200

Lampiran 23. Sampel Hasil Kuisioner Motivasi Belajar Awal ...202

Lampiran 24. Sampel Hasil Kuisioner Motivasi Belajar Akhir...208

Lampiran 25. Analisa Hasil Belajar Aspek Kognitif(Pos Test)Siklus I ...214

Lampiran 26. Sampel HasilPos TestSiklus I...216

Lampiran 27. Analisa Hasil Belajar Aspek Afektif Siklus I...225

Lampiran 28. Analisa Hasil Belajar Aspek Psikomotor Siklus I...227

Lampiran 29. Sampel Hasil Lembar Observasi (Afektif dan Psikomotor) Siklus I...229

(16)

xv

Lampiran 31. Sampel Hasil Lembar Kerja Siswa 2...237

Lampiran 32. Sampel Hasil Lembar Kerja Siswa 3...241

Lampiran 33. Sampel Hasil Lembar Kerja Siswa 4...244

Lampiran 34. Analisa Hasil Belajar Aspek Kognitif(Pos Test)Siklus II ...246

Lampiran 35. Sampel HasilPos TestSiklus II ...248

Lampiran 36. Analisa Hasil Belajar Aspek Afektif Siklus II ...256

Lampiran 37. Analisa Hasil Belajar Aspek Psikomotor Siklus II ...258

Lampiran 38. Sampel Hasil Lembar Observasi (Afektif dan Psikomotor) Siklus II ...260

Lampiran 39. Nilai Hasil Belajar Aspek Kognitif Siswa Kelas VIIA ...264

Lampiran 40. Nilai Hasil Belajar Aspek Afektif dan Psikomotor ...266

Lampiran 41. Hasil Wawancara...268

(17)

xvi DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Pembagian Kelompok Kecil ...35

Tabel 2.2. Lembar Poin Turnamen Individu...39

Tabel 2.3. Lembar Poin Kelompok...39

Tabel 3.1. Kisi-Kisi Kuisioner Motivasi Belajar Siswa...51

Tabel 3.2. Kisi-Kisi Hasil Belajar Afektif ...53

Tabel 3.3. Kisi-Kisi Hasil Belajar Psikomotor ...53

Tabel 3.4. Kriteria Hasil Presentase Skor Observasi Aspek Afektif Siswa terhadap Pembelajaran...57

Tabel 3.5. Kriteria Hasil Presentase Skor Observasi Aspek Psikomotor Siswa terhadap Pembelajaran...57

Tabel 3.6. Panduan Pemberian Skor Kuisioner ...58

Tabel 3.7. Kriteria Motivasi Belajar ...58

Tabel 3.8. Indikator Keberhasilan Penelitan ...60

Tabel 3.9. Agenda Penelitian ...61

Tabel 4.1. Hasil AnalisaPretestSiswa Kelas VIIA ...68

Tabel 4.2. Hasil Belajar Aspek Kognitif Siklus I Siswa Kelas VIIA ...69

Tabel 4.3. Hasil Belajar Aspek Afektif Siklus I Kelas VIIA...69

Tabel 4.4. Hasil Belajar Aspek Psikomotor Siklus I Kelas VIIA ...70

Tabel 4.5. Hasil Analisis Motivasi Belajar Awal Siswa Kelas VIIA ...71

Tabel 4.6. Hasil Belajar Aspek Kognitif Siklus II Siswa Kelas VIIA ...75

Tabel 4.7. Hasil Belajar Aspek Afektif Siklus II Kelas VIIA ...76

Tabel 4.8. Hasil Belajar Aspek Psikomotor Siklus II Kelas VIIA...77

Tabel 4.9. Hasil Analisis Motivasi Belajar Akhir Siswa Kelas VIIA...78

Tabel 4.10. Hasil Wawancara Siswa Kelas VIIA Setelah Mengikuti Pembelajaran dengan Model Kooperatif TipeTeam Games Tournament...79

Tabel 4.11. Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siklus I dan II ...86

Tabel 4.12. Peningkatan Nilai Rata-rata Kelas VIIA...88

Tabel 4.13. Peningkatan Hasil Belajar Asek Afektif Siswa Kelas VIIA...90

(18)

xvii DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Penempatan pada Meja Turnamen ...34

Gambar 2.2. Penempatan Kelompok pada Meja Turnamen ...36

Gambar 2.3. Peletakkan Kartu Peran pada Meja Turnamen...37

Gambar 2.4. Contoh Kartu Soal dan Kartu Jawaban ...37

Gambar 2.5. Kerangka Berpikir Penelitian...42

Gambar 3.1. Desain PTK Model Kemmis dan Mc Taggart ...45

Gambar 4.1. Suasana Pembelajaran Siklus I ...67

Gambar 4.2. Suasana pembelajaran pada siklus II...75

Gambar 4.3. Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siklus I dan II...87

Gambar 4.4. Peningkatan Nilai Rata-rata Kelas VIIA...88

Gambar 4.5. Peningkatan Hasil Belajar Asek Afektif Siswa Kelas VIIA ...90

(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mengajar dalam konteks standar proses pendidikan tidak hanya

sekadar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi juga dimaknai sebagai

proses mengatur lingkungan supaya siswa belajar. Makna lain mengajar yang

demikian sering diistilahkan dengan pembelajaran. Hal ini mengisyaratkan

bahwa dalam proses belajar mengajar siswa harus dijadikan sebagai pusat dari

kegiatan. Hal ini dimaksudkan untuk membentuk watak, peradaban, dan

meningkatkan mutu kehidupan peserta didik. Pembelajaran perlu

memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi

yang diharapkan (Sanjaya, 2011:103).

Pada kenyataanya implementasi pembelajaran di kelas cenderung

teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif. Masalah utama yang timbul

dalam pembelajaran ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal

ini tampak dari rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat

memprihatinkan. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran tidak memberikan

akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan

dalam proses berpikirnya. Guru juga lebih suka menerapkan model tersebut,

sebab tidak memerlukan alat dan bahan praktik, cukup menjelaskan

konsep-konsep yang ada pada buku ajar atau referensi lain. Dalam hal ini siswa tidak

diajarkan strategi belajar yang dapat memahami bagaimana belajar, berpikir,

(20)

merupakan kunci keberhasilan dalam suatu pembelajaran. Masalah ini banyak

dijumpai dalam kegiatan proses belajar mengajar dikelas. Oleh karena itu,

perlu menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat membantu siswa

untuk memahami materi ajar dan aplikasi serta relevansinya dalam kehidupan

sehari-hari (Trianto, 2009:5).

Demikian halnya yang terjadi di SMP N 1 Jogonalan Klaten. Setelah

dilakukan wawancara dengan guru mata pelajaran biologi diketahui bahwa

hasil belajar siswa kelas VII A tahun pelajaran 2012/2013 dalam materi

ekosistem tergolong rendah. Penggunaan data hasil belajar siswa tahun

pelajaran 2012/2013 pada materi ekosistem dianggap relevan sebagai dasar

dilakukannya penelitian pada tahun pelajaran 2013/2014 karena kelas yang

digunakan adalah kelas yang sama yaitu VII A. Selain itu, guru mata pelajaran

IPA kelas VII A dan model pembelajaran yang diterapkan guru tahun

pelajaran 2012/2013 sama dengan tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini

memungkinkan peluang terulang kembalinya masalah hasil belajar yang

rendah pada siswa kelas VIIA pada tahun pelajaran 2013/2014.

Rendahnya hasil belajar siswa pada materi ekosistem, dibuktikan

dengan KKM yang ditetapkan sekolah sebesar 75 sedangkan jumlah siswa

yang mencapai KKM kurang dari 45%. Hal tersebut disebabkan selama ini

guru menerapkan metode pembelajaran ceramah yang mengakibatkan siswa

menjadi pasif dan kurang diberi tanggung jawab dalam kegiatan pembelajaran.

Sikap siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru, cepat merasa

bosan ketika mengikuti pembelajaran, dan mudah mengantuk membutuhkan

(21)

dibutuhkan model pembelajaran yang variatif dan menarik serta melibatkan

aktivitas maupun tanggung jawab siswa.

Dari penyebab dan akibat rendahnya hasil belajar dan motivasi siswa

dalam belajar biologi khususnya materi ekosistem, maka perlu usaha

peningkatan motivasi dan hasil belajar dengan tindakan kelas (Classroom

action) yang menambah variasi model pembelajaran, menarik atau

menyenangkan, melibatkan siswa, meningkatkan aktifitas dan tanggung jawab

siswa. Hal ini diperlukan mengingat materi ekosistem erat kaitannya dengan

komponen dalam lingkungan baik biotik maupun abiotik, interaksi antar

keduanya, dan permasalahan dalam lingkungan. Adanya usaha memperbaiki

motivasi dan hasil belajar siswa diharapkan agar siswa memahami tentang

ekosistem dan dapat menerapkan pembelajaran yang telah didapat di

kehidupan sehari-hari untuk menjaga kelestarian ekosistem.

Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan sebagai usaha

peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran

kooperatif. Pemilihan model pembelajaran kooperatif dikarenakan

pembelajaran kooperatif dapat menciptakan pola interaksi antar siswa, dimana

setiap siswa saling mendorong kesuksesan antar satu sama lain. Siswa

mempelajari materi pembelajaran bersama siswa lain, saling menjelaskan cara

menyelesaikan tugas pembelajaran, menyimak penjelasan masing-masing,

mendorong untuk bekerja keras, dan saling memberikan bantuan akademik

jika ada yang membutuhkan. Pola interaksi ini muncul di dalam dan di antara

(22)

Salah satu strategi model pembelajaran kooperatif adalah tipe Team

Games Tournament (TGT) atau Pertandingan Permainan Tim, yang dapat

mendorong pencapaian belajar siswa dalam situasi permainan yang

menyenangkan. Seperti karakteristik pembelajaran kooperatif lainnya, model

Team Games Tournament memunculkan adanya kelompok dan kerjasama

dalam belajar, disamping itu terdapat persaingan antar individu dalam

kelompok maupun antar kelompok.

Pemilihan model pembelajaran TGT merupakan pembelajaran yang

cocok untuk siswa kelas VII A, karena dengan karakteristik siswa yang kurang

dapat memberikan perhatian, bosan dan mudah mengantuk dalam

pembelajaran, model pembelajaran ini dapat menarik perhtian siswa dengan

kegiatan permainan dan media kartu yang digunakan. TGT juga mampu

mengajak seluruh siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran,

sehingga diharapkan dapat mengaktifkan siswa, mengatasi kebosanan dan rasa

kantuk yang dialami siswa. Tindakan model pembelajaran Team Games

Tournament dalam penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas

proses belajar mengajar biologi terutama hasil belajar dan motivasi siswa

(23)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka masalah penelitian tindakan kelas ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah penerapan model pembelajaran Team Games Tournament dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VII A tahun pembelajaran

2013/2014 SMP N 1 Jogonalan Klaten dalam materi ekosistem?

2. Apakah penerapan model pembelajran Team Games Tournament dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII A tahun pembelajaran

2013/2014 SMP N 1 Jogonalan Klaten dalam materi ekosistem?

C. Batasan Masalah

1. Motivasi belajar siswa yang berupa dorongan belajar, usaha belajar, dan

motivasi ekstrinsik kondisi belajar di kelas dalam mempelajari materi

ekosistem yang diketahui melalui kuisioner yang diisi oleh siswa

2. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa

pada materi ekosistem yang meliputi aspek kognitif, afektif dan

psikomotor

3. Materi pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi

ekosistem dengan Standar Kompetensi: 7.Memahami saling

ketergantungan dalam ekosistem dan Kompetensi Dasar: 7.1.Menentukan

ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem dan

7.2.Mengindentifikasikan pentingnya keanekaragaman makhluk hidup

(24)

4. Objek penelitian ini adalah motivasi belajar, hasil belajar, dan penerapan

model pembelajaran kooperatif tipeTeam Games Tournament(TGT)

5. Subjek penelitian ini adalah murid kelas VII A SMP N 1 Jogonalan Klaten

semester genap tahun pembelajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa 42

orang

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VII A SMP N 1 Jogonalan

Klaten pada materi ekosistem dengan menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipeTeam Games Tournament(TGT)

2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII A SMP N 1 Jogonalan Klaten

pada materi ekosistem dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif

tipeTeam Games Tournament(TGT)

E. Manfaat Penelitian :

1. Bagi Peneliti

a. Memberikan motivasi diri untuk meningkatkan kemampuan dan

kreativitas dalam proses belajar mengajar

b. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan dalam

pembelajaran di kelas secara langsung

2. Bagi Guru / Sekolah

a. Memotivasi guru untuk menyusun pembelajaran yang menyenangkan

(25)

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan guru

tentang pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipeTeam

Games Tournament(TGT) sebagai inovasi pembelajaran di kelas

3. Bagi Siswa

a. Meningkatkan pemahaman siswa dalam materi ekosistem

b. Memotivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran khususnya

mata pelajaran biologi

(26)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

Dalam kehidupan sehari-hari, kita melakukan banyak kegiatan yang

sebenarnya merupakan “gejala belajar”, dalam arti mustahillah melakukan

kegiatan itu, kalau kita tidak belajar terlebih dahulu. Kemampuan untuk

melakukan itu semua diperoleh, mengingat mula-mula kemampuan itu belum

ada. Maka, terjadilah proses perubahan itu selama jangka waktu tertentu.

Adanya perubahan dalam pola perilaku inilah yang menandakan telah terjadi

belajar. Makin banyak kemampuan yang diperoleh sampai menjadi milik

pribadi, makin banyak pula perubahan yang telah dialami. Kemampuan yang

banyak itu digolongkan menjadi kemampuan kognitif yang meliputi

pengetahuan dan pemahaman; kemampuan sensorik-motorik dan belajar

dinamik-afektif.

Belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dari

luar. Apa yang sedang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar, tidak

dapat diketahui secara langsung hanya dengan mengamati orang itu. Bahkan,

hasil belajar orang itu tidak langsung kelihatan, tanpa orang itu melakukan

sesuatu yang menampakkan kemampuan yang telah diperoleh melalui belajar.

Belajar terjadi dalam interaksi dengan lingkungan; dalam bergaul

dengan orang, dalam memegang benda dan dalam menghadapi peristiwa

manusia belajar. Namun, tidak sembarang berada di tengah-tengah lingkungan

(27)

dengan segala pemikiran, kemauan, dan peasaannya (Winkel, 2004:56).

Winkel (2004:59) menambahkan belajar pada manusia dapat dirumuskan

sebagai berikut: “Suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan

dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu

bersifat relatif konstan dan berbekas”.

B. Pembelajaran

Pembelajaran menurut Winkel dalam (Siregar dan Hartini, 2011:12)

adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar

siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperanan

terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa.

Sedangkan pembelajaran menurut Trianto (2009:17), secara simpel

dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan

dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran

hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan

siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam

rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dari makna ini jelas terlihat bahwa

pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta

didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan

terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.

Salah satu pengertian pembelajaran seperti yang dikemukakan oleh

Siregar dan Hartini (2011:13) akan lebih memperjelas makna yang terkandung

(28)

sengaja, terarah dan terencana, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih

dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali, dengan

maksud agar terjadi belajar pada diri seseorang.

C. Hasil Belajar

Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai

tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dalam sistem

pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun

tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benjamin

Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah

kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris (Sudjana, 2010:22).

Benjamin S. Bloom membagi taksonomi hasil belajar kognitif dalam

enam kategori, yakni: 1) pengetahuan (knowledge); 2) pemahaman

(comprehension); 3) penerapan (application); 4) analisis, 5) sintesis; dan 6)

evaluasi. Kemudian Anderson dan Krathwohl menelaah kembali taksonomi

Bloom dan melakukan revisi hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam

aspek, yakni mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,

mengevaluasi/ menilai dan mencipta. Kedua aspek pertama disebut kognitif

tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi

(Sani, 2013:53).

Sudjana (2010:22) menjelaskan ranah afektif berkenaan dengan sikap

yang terdiri dari lima apek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian,

(29)

hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah

psikomotoris, yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c)

kemampuan perceptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan

keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif.

1. Ranah Kognitif

Berikut ini adalah penjelasan dan pilihan kata kerja kunci dari ranah

kognitif taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Lorin Anderson

Krathwohl dalam (Utari, 2013:5):

a. Mengingat

Kemampuan menyebutkan kembali informasi/ pengetahuan

yang tersimpan dalam ingatan. Contoh: menyebutkan arti taksonomi.

Kata kerja kunci: mendefinisikan, menyusun daftar,

menjelaskan, mengingat, mengenali, menemukan kembali,

menyatakan, mengulang, mengurutkan, menamai, menempatkan,

menyebutkan.

b. Memahami

Kemampuan memahami instruksi dan menegaskan

pengertian/ makna ide atau konsep yang telah diajarkan baik dalam

bentuk lisan, tertulis, maupun grafik/diagram. Contoh: Merangkum

materi yang telah diajarkan dengan kata-kata sendiri

Kata kerja kunci: menerangkan, menjelaskan,

menterjemahkan, menguraikan, mengartikan, menyatakan kembali,

(30)

mendeteksi, melaporkan, menduga, mengelompokkan, memberi

contoh, merangkum menganalogikan, mengubah, memperkirakan.

c. Menerapkan

Kemampuan melakukan sesuatu dan mengaplikasikan konsep

dalam situasi tetentu. Contoh: Melakukan proses pembayaran gaji

sesuai dengan sistem berlaku.

Kata kerja kunci: memilih, menerapkan, melaksanakan,

mengubah, menggunakan, mendemonstrasikan, memodifikasi,

menginterpretasikan, menunjukkan, membuktikan, menggambarkan,

mengoperasikan, menjalankan memprogramkan, mempraktekkan,

memulai.

d. Menganalisis

Kemampuan memisahkan konsep kedalam beberapa

komponen dan mnghubungkan satu sama lain untuk memperoleh

pemahaman atas konsep tersebut secara utuh. Contoh: Menganalisis

penyebab meningkatnya Harga pokok penjualan dalam laporan

keuangan dengan memisahkan komponen- komponennya.

Kata kerja kunci: mengkaji ulang, membedakan,

membandingkan, mengkontraskan, memisahkan, menghubungkan,

menunjukan hubungan antara variabel, memecah menjadi beberapa

bagian, menyisihkan, menduga, mempertimbangkan

mempertentangkan, menata ulang, mencirikan, mengubah struktur,

melakukan pengetesan, mengintegrasikan, mengorganisir,

(31)

e. Mengevaluasi/ menilai

Kemampuan menetapkan derajat sesuatu berdasarkan norma,

kriteria atau patokan tertentu. Contoh: Membandingkan hasil ujian

siswa dengan kunci jawaban.

Kata kerja kunci: mengkaji ulang, mempertahankan,

menyeleksi, mempertahankan, mengevaluasi, mendukung, menilai,

menjustifikasi, mengecek, mengkritik, memprediksi, membenarkan,

menyalahkan.

f. Mencipta

Kemampuan memadukan unsur-unsur menjadi sesuatu bentuk

baru yang utuh dan koheren, atau membuat sesuatu yang orisinil.

Contoh: Membuat kurikulum dengan mengintegrasikan pendapat dan

materi dari beberapa sumber

Kata kerja kunci: merakit, merancang, menemukan,

menciptakan, memperoleh, mengembangkan, memformulasikan,

membangun, membentuk, melengkapi, membuat, menyempurnakan,

melakukan inovasi, mendisain, menghasilkan karya.

Fokus hasil belajar ranah kognitif pada penelitian ini adalah pada

tingkatan kategori mengingat, memahami, menerapkan, dan

(32)

2. Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli

mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila

seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi.

Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai

tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi

belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan

hubungan sosial. Sekalipun bahan pelajaran berisi ranah kognitif, ranah

afektif harus menjadi bagian integral dalam bahan tersebut, dan harus

tampak pada proses belajar dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar.

Kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai

tingkat yang kompleks.

a. Reciving/ attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima

rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam

bentuk masalah, situasi, gejala, dll. Dalam tipe ini termasuk

kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, control, dan seleksi

gejala atau rangsangan dari luar.

b. Respondingatau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh

seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup

ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan, dalam menjawab stimulus dari

luar yang datang kepada dirinya.

c. Valuing(penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap

(33)

kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk

menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.

d. Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem

organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain,

pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang

termasuk ke dalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi

sistem nilai, dll.

e. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua

sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola

kepribadian dan tingkah lakunya. Kedalamnya termasuk keseluruhan

nilai dan karakteristiknya (Sudjana, 2010:29).

Fokus hasil belajar ranah afektif pada penelitian ini adalah pada

tingkatan kategori reciving/ attending, responding, valuing (penilaian),

dan organisasi.

3. Ranah Psikomotoris

Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan

(skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada tujuh tingkatan

keterampilan, yakni:

a. Persepsi

Kemampuan menggunakan saraf sensori dalam

(34)

b. Kesiapan

Kemampuan untuk mempersiapkan diri, baik mental, fisik, dan emosi,

dalam menghadapi sesuatu

c. Reaksi yang diarahkan

Kemampuan untuk memulai ketrampilan yang kompleks dengan

bantuan/ bimbingan dengan meniru dan uji coba

d. Reaksi Natural (Mekanisme)

Kemampuan untuk melakukan kegiatan pada tingkat ketrampilan ahap

yang lebih sulit. Melalui tahap ini diharapkan siswa akan terbiasa

melakukan tugas rutinnya

e. Reaksi yang Kompleks

Kemampuan untuk melakukan kemahirannya dalam melakukan

sesuatu, dimana hal ini terlihat dari kecepatan, ketepatan, efsiensi dan

efektivitasnya. Semua tindakan dilakukan secara spontan, lancar,

cepat, tanpa ragu

f. Adaptasi

Kemampuan mengembangkan keahlian, dan memodifikasi pola sesuai

dengan yang dibutuhkan

g. Kreativitas

Kemampuan untuk menciptakan pola baru yang sesuai dengan

kondisi/situasi tertentu dan juga kemampuan mengatasi masalah

dengan mengeksplorasi kreativitas diri (Utari, 2013:5).

Fokus hasil belajar ranah psikomotor pada penelitian ini adalah pada

(35)

Hasil belajar yag dikemukakan diatas sebenarnya tidak berdiri

sendiri, tetapi selalu berhubungan satu sama lain, bahkan ada dalam

kebersamaan. Seseorang yang berubah tingkat kognisinya sebenarnya

dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan perilakunya.

Tipe hasil belajar ranah psikomotoris berkenaan dengan

keterampilan atau kemampuan bertindak setelah ia menerima

pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ini sebenarnya tahap lanjutan

dari hasil belajar afektif yang baru tampak dalam

kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku (Sudjana, 2010:30).

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

perubahan perilaku individu yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan

psikomotor. Perubahan perilaku tersebut diperoleh setelah siswa

menyelesaikan program pembelajarannya melalui interaksi dengan berbagai

sumber belajar dan lingkungan belajar (Rusmono,2012:9).

D. Motivasi

Mc. Donald dalam (Hamalik, 2003:158) mendefinisikan motivasi

sebagai perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang ditandai dengan

timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Sedangkan motivasi

belajar merupakan kekuatan, daya pendorong, atau alat pembangun kesediaan

dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif,

kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku,

baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor (Hanafiah dan

(36)

1. Jenis Motivasi

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam

diri individu tanpa adanya rangsangan dari luar (Siregar dan Hartini,

2011:50). Motivasi intrinsik yang terdapat dalam diri siswa berguna

dalam situasi belajar yang fungsional. Misalnya keinginan untuk

mendapat keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan

pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi

kehidupan, menyadari sumbangannya terhadap usaha kelompok,

keinginan diterima oleh orang lain, dan lain-lain (Hamalik,

2003:162).

Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam

dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang

tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Dalam aktivitas belajar,

motivasi intrinsik sangat diperlukan, terutama belajar sendiri.

Seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik sulit sekali

melakukan aktivitas belajar terus menerus. Seseorang yang memiliki

motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar.keinginan itu

dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata

pelajaran yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sangat

berguna kini dan dimasa mendatang (Djamarah, 2011:149).

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi melakukan sesuatu

(37)

eksternal atau pengaruh dari luar peserta didik, misalnya: tuntutan,

imbalan, atau hukuman (Sani, 2013:49).

2. Prinsip-prinsip Motivasi Belajar

Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas

belajar. Tidak ada seorangpun yang belajar tanpa motivasi. Menurut

(Djamarah, 2011:152), ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar

seperti dalam uraian berikut.

a. Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar

Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong seseorang

untuk belajar. Seseorang yang berminat untuk belajar belum sampai

pada tataran motivasi belum menunjukkan aktivitas nyata. Minat

merupakan potensi psikologi yang dapat dimanfaatkan untuk

menggali motivasi. Bila seseorang sudah termotivasi untuk belajar,

maka dia akan melakukan aktivitas belajar dalam rentangan waktu

tertentu. Oleh karena itulah, motivasi diakui sebagai dasar penggerak

yang mendorong aktivitas belajar seseorang.

b. Motivasi intrinsik lebih utama daripada motivasi ekstrinsik dalam

belajar

Dari seluruh kebijakan pengajaran, guru lebih banyak

memutuskan memberikan motivasi ekstrinsik kepada setiap anak

didik. Tidak pernah ditemukan guru yang tidak memakai motivasi

(38)

berpotensi diberikan motivasi ekstrinsik oleh guru supaya dia rajin

belajar.

Efek yang tidak diharapkan dari pemberian motivasi

ekstrinsik adalah kecenderungan ketergantugan anak didik terhadap

segala sesuatu diluar dirinya. Selain kurang percaya diri, anak didik

juga bermental pengharapan dan mudah terpengaruh. Oleh karena itu

motivasi intrinsik lebih utama dalam belajar. Anak didik yang belajar

berdasarkan motivasi intrinsik sangat sedikit terpengaruh dari luar.

Semangat belajarnya sangat kuat. Dia belajar bukan karena ingin

mendapatkan nilai yang tinggi, mengaharapkan pujian orang lain atau

mengharapkan hadiah berupa benda, tetapi karena ingin memperoleh

ilmu yang sebanyak-banyaknya.

c. Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman

Setiap orang senang dihargai dan tidak suka dihukum dalam

bentuk apapun juga. Memuji orang lain berarti memberikan

penghargaan atas prestasi kerja orang lain. Hal ini akan memberikan

semangat kepada seseorang untuk lebih meningkatkan prestasi

kerjanya. Tetapi pujian yang diucap itu tidak asal ucap, harus pada

tempat dan kondisi yang tepat. Kesalahan pujian bisa bermakna

mengejek.

Berbeda dengan pujian, hukuman diberikan kepada anak

didik dengan tujuan untuk memberhentikan perilaku negatif anak

didik. Frekuensi kesalahan diharapkan lebih diperkecil setelah

(39)

seperti yang sering diberlakukan dalam pendidikan tradisional, tidak

dipakai lagi dalam pendidikan modern sekarang, karena hal itu tidak

mendidik. Hukuman yang mendidik adalah hukuman sanksi dalam

bentuk penugasan meringkas mata pelajaran tertentu, menghafat

ayat-ayat Al-Quran, membersihkan halaman sekolah, dan

sebagainya.

d. Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar

Kebutuhan yang tak bisa dihindari oleh anak didik adalah

keinginannya untuk menguasai sejumlah ilmu pengetahuan. Oleh

karena itulah anak didik belajar. Karena bila tidak belajar berarti

anak didik tidak akan mendapat ilmu pengetahuan. Bagaimanan

untuk mengembangkan diri dengan memanfaatkan potensi-potensi

yang dimiliki bila potensi-potensi itu tidak ditumbuhkembangkan

melalui penguasaan ilmu pengetahuan.

Dalam kehidupan anak didik membutuhkan penghargaan. Dia

tidak ingin dikucilkan. Berbagai peranan dalam kehidupan yang

dipercayakan kepadanya sama halnya memberikan rasa percaya diri

kepada anak didik. Anak didik merasa berguna, dikagumi atau

dihormati oleh guru atau orang lain. Perhatian, ketenaran, status,

martabat, dan sebagainya merupakan kebutuhan yang wajar bagi

anak didik. Semuanya dapat memberikan motivasi bagi anak didik

(40)

e. Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar

Anak didik yang mempunyai motivasi dalam belajar selalu

yakin dapat menyeleisaikan setiap pekerjaan yang dilakukan. Dia

yakin belajar bukanlah kegiatan yang sia-sia. Hasilnya pasti akan

berguna tidak hanya kini, tetapi juga di hari-hari mendatang. Setiap

ulangan yang diberikan oleh guru bukan dihadapi dengan pesimisme,

hati yang resah gelisah. Tetapi dia hadapi dengan tenang dan percaya

diri. Biarpun ada anak didik yang lain membuka catatan ketika

ulangan, dia tak terpengaruh dan tetap tenang menjawab setiap item

soal dari awal hingga akhir waktu yang ditentukan.

f. Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar

Tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan indikator baik

buruknya prestasi belajar seseorang anak didik. Anak didik

menyenangi mata pelajaran tertentu dengan senang hati mempelajari

mata pelajaran itu. Selain memiliki bukunya, ringkasannya juga rapi

dan lengkap. Setiap ada kesempatan selalu mata pelajaran yang

disenangi itu yang dibaca. Wajarlah bila isi mata pelajaran itu

dikuasai dalam waktu yang relatif singkat.

3. Peranan Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran

Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan

menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang

belajar. Berikut beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar

(41)

menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, (b)

memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, (c) menentukan

ketekunan belajar.

a. Peran Motivasi dalam Menentukan Penguatan Belajar

Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila

seseorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang

memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan

hal-hal yang pernah dilaluinya. Dengan perkataan lain, motivasi

dapat menentukan hal-hal di lingkungan anak yang dapat

memperkuat perbuatan belajar. Untuk seorang guru perlu memahami

suasana itu, agar dia dapat membantu siswanya dalam memilih

faktor-faktor atau keadaan yang ada dalam lingkungan siswa sebagai

bahan penguat belajar. Hal itu tidak cukup dengan memberitahukan

sumber-sumber yang harus dipelajari, melainkan lebih penting adalah

mengaitkan isi pelajaran dengan perangkat apapun yang berada

paling dekat dengan siswa di lingkungannya.

b. Peran Motivasi dalam Memperjelas Tujuan Belajar

Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat

kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik belajar

sesuatu, jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau

diminati manfaatnya dari anak,

c. Motivasi Menentukan Ketekunan Belajar

Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu,

(42)

harapan memperoleh hasil yang baik. Sebaliknya, apabila seseorang

kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka dia tidak

tahan lama belajar. Dia mudah tergoda untuk mengerjakan hal yang

lain dan bukan belajar. Itu berarti motivasi sangat berpengaruh

terhadap ketahanan dan ketekunan belajar.

4. Nilai Motivasi dalam Pengajaran

a. Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya perbuatan

belajar murid. Belajar tanpa adanya motivasi kiranya sulit untuk

berhasil

b. Pengajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pengajaran

yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang

ada pada murid.

c. Pengajaran yang bermotivasi menuntut kreativitas dan imajinasi guru

untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang

relevan dan sesuai guna membangkitkan dan memelihara motivasi

belajar siswa.

d. Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan dan menggunakan

motivasi dalam pengajaran erat pertaliannya dengan pengaturan

disiplin kelas.

e. Asas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral daripada asas

(43)

5. Bentuk-Bentuk Motivasi dalam Belajar

Motivasi ekstrinsik sangat diperlukan bila ada diantara anak didik

yang kurang berminat mengikuti pelajaran dalam jangka waktu tertentu.

Peranan motivasi ekstrinsik cukup besar untuk membimbing anak didik

dalam belajar. Untuk itu seorang guru biasanya memanfaatkan motivasi

ekstrinsik untuk meningkatkan minat anak didik agar lebih bergairah

belajar meski terkadang tidak tepat (Djamarah, 2011:158).

Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk menggerakkan

atau membangkitkan motivasi belajar siswanya. Bentuk motivasi yang

dapat dimanfaatkan dalam rangka mengarahkan belajar anak didik di

kelas, sebagai berikut.

a. Memberi Angka

Umumnya setiap siswa ingin mengetahui hasil pekerjaannya,

yakni berupa angka yang diberikan oleh guru. Murid yang mendapat

angkanya baik, akan mendorong motivasi belajarnya menjadi lebih

besar, sebaliknya murid yang mendapat angka kurang, mungkin

menimbulkan frustasi atau dapat juga menjadi pendorong agar belajar

lebih baik (Hamalik, 2003:166).

b. Pujian

Pemberian pujian kepada murid atas hal-hal yang telah

dilakukan dengan berhasil, besar manfaatnya sebagai pendorong

belajar karena pujian menimbulkan rasa puas dan senang (Hamalik,

(44)

c. Hadiah

Hadiah dapat diberikan kepada anak didik yang berprestasi

tinggi, rangking satu, dua atau tiga dari anak didik lainnya. Hadiah

diberikan sebagai penghargaan atas prestasi mereka dalam belajar

untuk memotivasi anak didik agar senantiasa mempertahankan

prestasi belajar selama berstudi. Dan tidak menutup kemungkinan

akan mendorong anak didik lainnya untuk ikut berkompetisi dalam

belajar (Djamarah, 2011:160).

d. Kerja Kelompok

Dalam kerja kelompok di mana melakukan kerja sama dalam

belajar, setiap anggota kelompok turut serta, terkadang perasaan

untuk mempertahankan nama baik kelompok menjadi pendorong

yang kuat dalam perbuatan belajar. (Hamalik, 2003:167).

e. Kompetisi

Kompetisi adalah persaingan, dapat digunakan sebagai alat

motivasi untuk mendorong anak didik agar mereka bergairah belajar.

Persaingan, baik dalam bentuk individu maupun kelompok

diperlukan dalam pendidikan. Kondisi ini dimanfaatkan untuk

menjadikan proses belajar mengajar yang kondusif. Untuk

menciptakan suasana yang demikian, metode mengajar memegang

peranan. Guru bisa membentuk anak didik ke dalam beberapa

kelompok belajar di kelas, ketika pelajaran sedang berlangsung.

Semua anak didik dilibatkan ke dalam suasana belajar. Guru

(45)

sebagai subjek yang memiliki tujuan. Anggota kelompok untuk

setiap kelompok belajar jangan terlalu banyak karena hal itu kurang

efektif. Iklim kelas yang kreatif didukung dengan anak didik yang

haus ilmu sangat potensial menciptakan masyarakat belajar di kelas

(Djamarah, 2011:161).

f. Penilaian

Penilaian secara kontinu akan mendorong murid-murid

belajar, oleh karena setiap anak memiliki kecenderungan untuk

memperoleh hasil yang baik. Disamping itu, para siswa selalu

mendapat tantangan dan masalah yang harus dihadapi dan

dipecahkan, sehingga mendorong belajar lebih teliti dan saksama

(Hamalik, 2003:167).

E. Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka

mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif.

Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik

dan gaya mengajar guru (Hanafiah dan Suhana,2009:41).

Arends (dalam Trianto, 2009:22) menyatakan, “The term teaching

model refers to a particular approach to instruction that includes its goals,

syntax, environment, and management system." Istilah model pembelajaran

mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya,

(46)

Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada

strategi, metode atau prosedur.

Sani (2013:89) mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka

konseptual berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan

teori dan digunakan dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk

mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran terkait dengan pemilihan strategi

dan pembuatan struktur metode, keterampilan, dan aktivitas peserta didik. Ciri

utama sebuah model pembelajaran adalah adanya tahapan atau sintaks

pembelajaran.

F. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode

pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk

saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.

Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling

mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang

mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman

masing-masing.

Pembelajaran kooperatif memasuki jalur utama praktik pendidikan. Hal

ini dikarenakan penggunaan pembelajaran kooperatif ditujukan untuk

meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, dan juga akibat-akibat positif

lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antarkelompok, penerimaan

terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan

(47)

para siswa perlu belajar berfikir, menyelesaikan masalah, dan

mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan

mereka, dan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sarana yang sangat

baik untuk mencapai hal-hal semacam itu.

Pembelajaran kooperatif dapat membantu membuat perbedaan menjadi

bahan pembelajaran dan bukannya menjadi masalah. Karena sekolah bergerak

dari sistem pengelompokan berdasarkan kemampuan menuju pengelompokan

yang lebih heterogen, pembelajaran kooperatif menjadi semakin penting.

Lebih jauh lagi, pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan yang sangat besar

untuk mengembangkan hubungan antara siswa dari latar belakang etnik yang

berbeda dan antara siswa-siswa pendidikan khusus terbelakang secara

akademik dengan teman sekelas mereka, ini jelas melengkapi alasan

pentingnya untuk menggunakan pembelajaran kooperatif dalam kelas-kelas

yang berbeda (Slavin, 2005:4).

Selain itu, pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar

dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang

membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.

Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan

memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran

kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran

yang bercirikan: (1) “memudahkan siswa belajar” sesuatu yang “bermanfaat”

seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan

sesama; (2) pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang

(48)

Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam

kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi

heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling

membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan

kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses

berfikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota

kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan

saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar

(Trianto, 2009:56).

G. Team Games Tournament(TGT)

Model Pembelajaran Kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT),

atau Pertandingan Permainan Tim dikembangkan secara asli oleh David De

Vries dan Keath Edward. Pada model ini siswa memainkan permainan dengan

anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim

mereka (Trianto, 2009:83).

TGT memiliki banyak kesamaan dinamika dengan STAD, tetapi

menambahkan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan

permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri

untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan

masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam

game temannya tidak boleh membantu, memastikan telah terjadi tanggung

(49)

Slavin (2005:166) juga menjelaskan bahwa TGT terdiri atas lima

komponen-komponen yaitu: Presentasi Kelas, Tim, Game, Turnamen,

Rekognisi Tim. Deskripsi dari komponen-komponen TGT adalah sebagai

berikut:

1. Presentasi Kelas

Materi dalam TGT pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di

dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali

dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga

dimasukkan presensi audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan

pengajaran biasanya hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah

benar-benar berfokus pada unit TGT. Dengan cara ini, para siswa akan

menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh

selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu

mereka mengerjakan game-game, dan skor game mereka menentukan skor

tim mereka.

2. Tim

Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh

bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan

etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua

anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk

mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan game dengan baik.

Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari

lembar-kegiatan atau materi lainnya. Yang paling sering terjadi,

(50)

membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman

apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.

Tim adalah fitur yang paling penting dalam TGT. Pada tiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang

terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk

membantu tiap anggotanya. Tim ini memberikan dukungan kelompok bagi

kinerja akademik penting dalam pembelajaran, dan itu adalah untuk

memberikan perhatian dan respek yang mutual yang penting untuk akibat

yang dihasilkan seperti hubungan antarkelompok, rasa harga diri,

penerimaan terhadap siswa-siswamainstream.

3. Game

Gamenya terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya

relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang

diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game

tersebut dimainkan di atas meja dengan tiga orang siswa, yang

masing-masing mewakili tim yang berbeda. Kebanyakan game hanya berupa

nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama. Seorang

siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan

sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut. Sebuah aturan tentang

penantang memperbolehkan para pemain saling menantang jawaban

masing-masing.

4. Turnamen

Turnamen adalah sebuah struktur di mana game berlangsung.

(51)

memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja

kelompok terhadap lembar-kegiatan. Pada turnamen pertama, guru

menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen- tiga siswa berprestasi

tinggi sebelumnya pada meja 1, tiga berikutnya pada meja 2, dan

seterusnya. Kompetisi yang seimbang ini, memungkinkan para siswa dari

semua tingkat kinerja sebelumnya berkontribusi secara maksimal terhadap

skor tim mereka jika mereka melakukan yang terbaik. Gambar 2.1

mengilustrasikan hubungan antara tim heterogen dan meja turnamen

homogen.

Setelah turnamen pertama, para siswa akan bertukar meja

tergantung pada kinerja mereka pada turnamen terakhir. Pemenang pada

tiap meja “naik tingkat” ke meja berikutnya yang lebih tinggi (misalnya,

dari meja 6 ke meja 5): skor tertinggi kedua tetap tinggal pada meja yang

sama; dan yang skornya paling rendah “diturunkan.” Dengan cara ini, jika

pada awalnya siswa sudah salah ditempatkan, untuk seterusnya mereka

akan terus dinaikkan atau diturunkan sampai mereka mencapai tingkat

kinerja mereka yang sesungguhnya.

5. Rekognisi Tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan lain

apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa

dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat

(52)

TEAM A

TEAM B TEAM C

Gambar 2.1.Penempatan pada Meja Turnamen (Slavin, 2005:168)\

H. Materi Pembelajaran Ekosistem

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan

timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.

Ekosistem dibentuk oleh kumpulan berbagai macam makhluk hidup beserta

benda-benda tak hidup. Materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian

ini adalah ekosistem dengan Standar Kompetensi: 7.Memahami saling

ketergantungan dalam ekosistem dan Kompetensi Dasar: 7.1.Menentukan

ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem, 7.2

Mengindentifikasikan pentingnya keanekaragaman makhluk hidup dalam

pelestarian ekosistem.

Materi pokok dalam ekosistem meliputi: satuan-satuan makhluk hidup

dalam ekosistem, jenis ekosistem, komponen ekosistem, hubungan saling

A-1 A-2 A-3 A-4

Tinggi sedang sedang rendah

(53)

ketergantungan antara komponen biotik-biotik, biotik-abiotik, simbiosis,

masalah ekosistem dan pelestarian ekosistem.

I. Pembelajaran materi Ekosistem denganTeam Games Tournament

Pembelajaran materi ekosistem dengan Team Games Tournament

dimulai dengan langkah-langkah seperti berikut ini:

1. Presentasi kelas

Materi ekosistem yang akan digunakan dalam TGT diperkenalkan

oleh guru dalam presentasi di dalam kelas. Penyampaian materi dibantu

dengan menggunakan lembar kerja siswa.

2. Pembentukan Tim

Siswa dibentuk menjadi 10 kelompok dan pembagian kelompok

ditentukan oleh guru. Setiap kelompok terdiri atas 4-5 siswa dengan

kemampuan bervariasi. Nama kelompok beserta jumlah anggota setiap

kelompok dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1.Pembagian Kelompok Kecil Nama Kelompok Jumlah Anggota

(54)

3. Turnamen

Sepuluh kelompok kecil tersebut bergabung menjadi tiga kelompok

besar membentuk meja turnamen dengan nama meja A, B dan C. Meja A

terbentuk dari 3 kolompok kecil, meja B terbentuk dari 3 kelompok kecil,

dan meja C terbentuk dari 4 kelompok kecil. Gambar penempatan

kelompok pada meja turnamen ditunjukan oleh gambar 2.2.

Gambar 2.2.Penempatan Kelompok pada Meja Turnamen

Setiap meja turnamen yang terdiri atas 4 kelompok kecil mendapat

1 set kartu peran yang meliputi : reader 1, penantang 1, reader 2, dan

penantang 2. Sedangkan meja turnamen yang terdiri atas 3 kelompok kecil

mendapat 1 set kartu peran yang meliputi : reader 1, penantang 1, dan

penantang 2. Siapa yang berperan atas kartu masing-masing dalam putaran

(55)

peran diletakkan diatas meja turnamen di hadapan masing-masing

pemainnya. Peletakkan kartu peran pada meja turnamen dapat dilihat pada

gambar 2.3.

Gambar 2.3.Peletakkan Kartu Peran pada Meja Turnamen

Setiap meja turnamen terdapat 1 set kartu soal dan 1 set kartu

jawaban dalam keadaan tertutup (masing-masing kartu dibagian

belakangnya diberi nomor yang sesuai antara soal dan jawaban) , serta

lembar penilaian. Contoh kartu soal dan jawaban dapat dilihat pada gambar

2.4.

Kartu Soal (tampak terbuka) Kartu Soal (tampak tertutup)

Kartu Jawaban (tampak terbuka) Kartu Jawaban (tampak tertutup)

Gambar 2.4.Contoh Kartu Soal dan Kartu Jawaban

Reader 1

Sebutkan 3 contoh komponen

abiotik pada ekosistem

laut!

1

Air, cahaya, batu, pasir,

(56)

Pada saat melaksanankan TGT terdapat beberapa aturan permainan

yaitu sebagai berikut:

a. Pada putaran pertama, reader 1 mengambil kartu soal dan selanjutnya

menjawabnya

b. Mempersilahkan kepada penantang 1 dan penantang 2 untuk

menyanggah atau membetulkan jawaban bila jawaban reader 1 dirasa

belum benar

c. Reader 2 membacakan kartu jawaban yang benar dengan cara

mengambil nomor jawaban yang sesuai dengan nomor soal

d. Mencatat siswa yang mendapatkan skor atau menjawab dengan benar

e. Putaran kedua dan selanjutnya kartu peran digeser searah jarum jam

f. Permainan dinyatakan selesai bila seluruh soal sudah terambil atau

waktu yang ditentukan sudah habis

4. Penghitungan Poin Turnamen

a. Poin Anggota Kelompok (Individu)

Poin individu setiap anggota kelompok diperoleh dengan

menjawab pertanyaan yang ada pada kartu pertanyaan. Lembar poin

(57)

Tabel 2.2.Lembar poin turnamen individu

kelompok. Kelompok dengan poin tertinggi akan mendapatkan

penghargaan. Setiap meja turnamen akan mendapatkan satu lembar poin

kelompok. Contoh lembar poin kelompok dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 2.3. Lembar Poin Kelompok

Nama Kelompok Total Poin Penghargaan

1.

2.

3.

4.

J. Penelitian yang Relevan

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kajian beberapa penelitian

yang dilakukan oleh peneliti lain terhadap penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT), yakni penelitian yang

Gambar

Gambar 2.1. Penempatan pada Meja Turnamen (Slavin, 2005:168)\
Tabel 2.1. Pembagian Kelompok Kecil
Gambar 2.2. Penempatan Kelompok pada Meja Turnamen
gambar 2.3.Reader   1
+7

Referensi

Dokumen terkait

“ UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT ( TEAMS GAMES TOURNAMENT) PADA SISWA KELAS VIIIB SMP ISLAM

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI SMA N 1 Batang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model Jigsaw dengan TPS pada materi pokok Ekosistem di kelas VII SMP N

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) pada materi kenampakan alam pada siswa kelas IV

Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada materi Ekosistem dengan menggunakan media audiovisual pada kelas

yang berjudul “ Penggunaan Media Pembelajaran Audiovisual pada Materi Ekosistem Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII A.. SMP Taman Dewasa

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan Motivasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI Akuntansi 4 SMK YPKK 2 Sleman melalui Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Berdasarkan hasil analisis data secara deskriptif menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siswa kelas