Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 6-1 6.1 Pengembangan Permukiman
Kawasan permukiman adalah kawasan yang dipeuntukan sebagai lingkungan hunian tempat tinggal yang
berada di kawasan perkotaan maupun di kawasan perdesaan. Adapun kriteria kawasan permukiman adalah
kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk permukiman yang aman dari bahaya bencana alam,
sehat dan mempunyai akses untuk kesempatan berusaha, yang apabila digunakan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
1. Meningkatkan ketersediaan permukiman dan mendayagunakan fasilitas yang ada disekitarnya dan
meningkatkan perkembangan kegiatan sektor dan ekonomi yang ada disekitarnya.
2. Tidak menganggu fungsi lindung dan tidak menganggu upaya pelestarian sumberdaya alam.
3. Meningkatkan pendapatan masyarakat, pemerintah daerah dan pendapatan nasional
4. Menyediakan kesempatan kerja dan mendorong perkembangan masyarakat.
Dalam upaya mewujudkan pengembangan permukiman di wilayah Kabupaten Kaur yang
selaras dengan kriteria tersebut, terdapat beberapa aspek yang menjadi ketentuan dalam
pengembangan perumahan dan permukiman, yang akan dijelaskan berikut ini.
6.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
6.1.1.1 Arahan Kebijakan
Secara struktural, kebijakan dan strategi nasional penyelenggaraan perumahan dan
permukiman dirumuskan atas 3 (tiga) aspek utama yaitu; kelembagaan, pemenuhan
kebutuhan perumahan, dan pencapaian kualitas permukiman. Sedangkan strategi untuk
melaksanakan kebijakan agar dapat diwujudkan secara signifikan dalam penyelenggaraan
perumahan dan permukiman adalah:
1. Kebijakan dan strategi (1)
Kebijakan (1) :
Melembagakan sistem penyelenggaraan perumahan dan permukiman dengan pelibatan
masyarakat sebagai pelaku utama.
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 6-2
Strategi (1) :
Pengembangan peraturan perundang-undangan dan pemantapan kelembagaan dibidang
perumahan dan permukiman serta fasilitasi pelaksanaan penataan ruang kawasan
permukiman yang transparan dan partisipatif, melalui strategi operasional sebagai
berikut :
1). Penyusunan, pengembangan dan sosialisasi berbagai produk peraturan
perundang-undangan dalam penyelenggaraan perumahan dan permukiman, yang meliputi :
Undang-undang dan peraturan pemerintah, serta
Pedoman, standar dan petunjuk teknis di bidang perumahan dan permukiman,
serta bangunan gedung dan lingkungan.
2). Pemantapan kelembagaan perumahan dan permukiman yang handal dan responsif
di lingkungan kelembagaan meliputi :
Pemerintah (Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota),
Badan Usaha (BUMN, BUMD, Swasta),
Masyarakat (orang dan kelompok atau perkumpulan).
2. Kebijakan dan strategi (2)
Kebijakan (2) :
Mewujudkan pemenuhan kebutuhan perumahan (papan) bagi seluruh lapisan
masyarakat, sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia.
Strategi (2) :
Pemenuhan kebutuhan rumah yang layak dan terjangkau dengan menitikberatkan
kepada masyarakat miskin dan berpendapatan rendah, melalui strategi operasional
sebagai berikut :
1). Pengembangan sistem pembiayaan dan pemberdayaan pasar perumahan (pasar
primer dan pasar sekunder), yang meliputi :
Peningkatan kualitas pasar primer, seperti melalui penyederhanaan perijinan
pembangunan perumahan, sertifikasi hak atas tanah, standarisasi penilaian
kredit, dokumentasi kredit, dan pengkajian ulang peraturan
perundang-undangan terkait, seperti tentang hak tanggungan dan pertanahan.
Pelembagaan pasar sekunder, seperti melalui upaya-upaya pelembagaan SMF
(Secondary Mortgage Facilities), biro kedit, asuransi kredit, kustodian,
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 6-3
2). Pengembangan pembangunan perumahan yang bertumpu kepada keswadayaan
masyarakat, yang meliputi :
Pelembagaan pembangunan perumahan yang bertumpu pada kelompok
masyarakat (P2BPK).
Pengembangan dan pendayagunaan potensi keswadayaan masyarakat.
Pemberdayaan para pelaku kunci perumahan swadaya.
Pengembangan akses pembiayaan perumahan swadaya.
3). Pengembangan berbagai jenis dan mekanisme subsidi perumahan, yang meliputi :
Pengembangan pengaturan subsidi perumahan.
Pengembangan subsidi pembiayaan perumahan.
Pengembangan subsidi prasarana dan sarana dasar perumahan.
4). Pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat miskin, yang meliputi :
Pemberdayaan masyarakat untuk mengembangkan kemampuan usaha dan
hidup produktif.
Penyediaan kemudahan akses kepada sumber daya.
Penyediaan prasarana dan sarana usaha bagi keluarga miskin.
Pelatihan yang berkaitan dengan teknologi tepat guna dan pengembangan
kewirausahaan, serta keterampilan pendukung lainnya.
5). Pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman akibat dampak bencana alam
dan kerusuhan sosial, yang meliputi :
Penanganan tanggap darurat.
Rekonstruksi dan rehabilitasi bangunan, prasarana dan sarana dasar perumahan
dan permukiman.
Pemukiman kembali pengungsi.
6). Pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara, yang meliputi :
Pembinaan teknis penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara.
Pengelolaan asset bangunan gedung dan rumah negara.
3. Kebijakan dan strategi (3)
Kebijakan (3) :
Mewujudkan permukiman yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutanguna
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 6-4
Strategi (3) :
Perwujudan kondisi lingkungan permukiman yang sehat, aman, harmonis dan
berkelanjutan,melalui strategi operasional sebagai berikut :
1). Peningkatan kualitas lingkungan permukiman, dengan prioritas kawasan
permukiman kumuh di perkotaan dan daerah pesisir/nelayan, yang meliputi :
Penataan dan rehabilitasi kawasan permukiman kumuh.
Perbaikan prasarana dan sarana dasar permukiman.
Pengembangan rumah sewa, termasuk rumah susun sederhana sewa
(rusunawa) di perkotaan.
2). Pengembangan penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman, yang meliputi:
Pengembangan kawasan siap bangun (Kasiba) dan lingkungan siap bangun
(Lisiba).
Pengembangan lingkungan siap bangun yang berdiri sendiri.
3). Penerapan tata lingkungan permukiman, yang meliputi :
Pelembagaan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan
permukiman di daerah,
Pelestarian bangunan yang dilindungi dan lingkungan permukiman tradisional,
Revitalisasi lingkungan permukiman strategis,
Pengembangan penataan lingkungan permukiman dan pemantapan standar
pelayanan minimal lingkungan permukiman.
Meningat peran strategis perkotaan, yaitu sebagai mesin pertumbuhan (engine of grouth),
dalam penyelenggaraan permukiman perkotaan, pemerintah secara nasional merumuskan
suatu kebijakan seperti yang diperlihatkan pada Tabel 6.1.
Selaras dengan kebijakan dan strategi nasional pengembangan perkotaan tersebut di atas,
pengembangan program permukiman, baik di kawasan perkotaan maupun diperdesaan
ditujukan untuk :
a. Memenuhi kebutuhan dasar manusia sebagai tempat hunian dalam rangka peningkatan
dan pemerataan kesejahteraan masyarakat.
b. memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang proporsional
c. menunjang pembangunan dibidang ekonomi, sosial, budaya dan bidang-bidang lainnya.
d. menciptakan kawasan permukiman yang tersusun atas satuan-satuan lingkungan
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 6-5 Tabel 6.1
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Perkotaan (KSNP – Kota)
Kebijakan Strategi
Pemantapan peran dan fungsi kota dalam pembangunan
nasional
Penyiapan prasarana dan sarana perkotaan nasional. Kota sebagai simpul pelayanan dalam wilayah.
Pengembangan kota-kota berfungsi nasional/internasional.
Pengembangan kota-kota khusus – berkembang cepat dan kawasan tertinggal. Panduan bagi daerah untuk pembangunan perkotaan yang berkelanjutan.
Pengembangan permukiman yang layak huni sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan
sosial
Prasarana dan sarana serta pelayanan dasar yang memadai dan berkeadilan. Perumahan dan permukiman yang layak huni dan terjangkau.
Pengembangan pendanaan dan penyediaan tanah bagi pembangunan permukiman secara partisipatif.
Pengembangan ekonomi yang berdaya saing global.
Penciptaan iklim kehidupan sosial budaya yang saling menghargai, mendukung, serta mengapresiasi budaya dan warisannya.
Peningkatan kapasitas manajemen pembangunan
perkotaan
Peningkatan kapasitas SDM & kelembagaan pusat/daerah dalam pengelolaan pembangunan perkotaan.
Peningkatan kapasitas pembiayaan pemerintah daerah.
Peningkatan pola dan mekanisme pelibatan stakeholders dalam pembangunan perkotaan. Sistem informasi perkotaan secara nasional dan daerah.
e. mengintegrasikan secara terpadu dan meningkatkan kualitas lingkungan perumahan
yang telah ada di dalam atau di sekitarnya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, strategi program pengembangan kawasan permukiman,
diarahkan dalam rangka mewujudkan tujuan sebagai berikut:
1. Pengembangan dan implementasi produk pengaturan tentang pengembangan
permukiman perkotaan.
2. Pemantapan dan peningkatan pemahaman dan kemampuan aparat pemerintah daerah
dalam pelaksanaan pengembangan permukiman perkotaan (pembangunan baru dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh)
3. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan (permukiman baru dan esksiting) yang
berwawasan lingkungan dan mengutamakan keberpihakan bagi masyarakat yang
berpenghasilan rendah dalam mendapatkan pelayanan infrastruktur
4. Pengembangan kawasan permukiman perdesaan yang dapat meningkatkan
kesejahteraan kehidupan social dan ekonomi masyarakat perdesaan.
6.1.1.2 Lingkup Kegiatan
Selaras dengan kebijakan dan strategi pengembangan permukiman sebagaimana yang
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 6-6
Tersedianya produk pengaturan bidang pengembangan permukiman sebagai acuan
pelaksanaan pengembangan permukiman baru dan atau penataan kawasan permukiman
perkotaan, perdesaan dan kawasan perbatasan.
Terpenuhinya pelayanan infrastruktur yang memadai bagi kawasan per-mukiman
perkotaan, perdesaan dan kawasan perbatasan.
Terciptanya aparat pemerintah daerah yang handal dalam pengembangan permukiman
perkotaan, perdesaan dan kawasan perbatasan di wilayahnya.
Dalam rangka mewujudkan sasaran program tersebut, lingkup kegiatan pengembangan
permukiman terdiri dari :
A. Pengembangan Permukiman Kawasan Perkotaan:
1) Penyediaan prasarana dan sarana dasar (PSD) kawasan permukiman baru yang
memberikan pelayanan kepada masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dengan
kriteria sebagai berikut :
Penanganan sesuai dengan RTRW dan Renstra Pemerintah Daerah
Diprioritaskan pada kawasan skala besar dan yang dapat segera mendorong
perkembangan wilayah.
Diutamakan bagi kawasan yang terdiri atas satu atau lebih lingkungan
perumahan yang diperuntukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah,
khususnya PNS/TNI/Polri
Bentuk bantuan berupa jalan akses dan jalan poros yang lebih bertujuan untuk
membuka /mempermudah akses
2) Peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman Kumuh
Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena
ketidak-teraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi dan kulitas bangunan
serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Permukiman kumuh
diklasifikasikan dengan kategori :
a) Permukiman kumuh ringan dan sedang di perkotaan, dengan kriteria sebagai
berikut :
Penanganan dilakukan pada kawasan dan atau lingkungan permukiman
kumuh yang kondisi fisiknya masih dapat diatasi dengan peningkatan
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 6-7
Dilakukan dengan perbaikan dan atau pemenuhan prasarana dan sarana
sesuai standar pelayanan minimal
Dilakukan pada lokasi-lokasi yang bukan squatter settlement
b) Permukiman kumuh berat (slums area dan squatters settlement) ditangani
dengan pembangunan RUSUNAWA, dengan kriteria sebagai berikut :
Dikembangkan sebagai salah satu upaya penataan kembali kawasan
permukiman kumuh perkotaan
Dibangun terutama dikota-kota metropolitan dan kota besar yang sarat
permasalahan (lahan terbatas, kepadatan tinggi, menyalahi peruntukan
lahan.
Menyediakan permukiman layak bagi masyarakat ex penghuni kawasan
kumuh.
B. Pengembangan Permukiman Kawasan Perdesaan :
1) Pengembangan Kawasan Perdesaan Potensial :
a) Pengembangan kawasan perdesaan potensial termasuk perdesaan skala
kawasan (KTP2D/Desa Pusat Pertumbuhan) dan agropolitan/minapolitan.
Kawasan Agropolitan/Minapolitan adalah kawasan yang terdiri dari satu atau
lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian
dan pengelolaan sumberdaya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya
keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agribisnis. Kawasan tersebut
mempunyai kriteria sebagai berikut:
Kawasan-kawasan di perdesaan yang potensial berkembang dan
mempunyai nilai lebih dari kawasan lainnya
Mempunyai Desa Pusat dan Desa Hinterland/sekitar yang berkaitan erat,
terutama di bidang ekonomi (Desa Pusat sebagai pengumpul atau pusat
pelayanan, Desa Hinterland/sekitar sebagai pemasok)
Dapat berupa kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan (atau bagian dari
kawasan) agropolitan/minapolitan
Kondisi fisik lingkungan yang tidak rawan bencana, dan cukup strategis
untuk dikembangkan
Kondisi sosial dan budaya masyarakat yang kondusif
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 6-8
b) Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PNPM PISEW/RISE)
yang bertujuan mempercepat pembangunan sosial ekonomi masyarakat yang
berbasis sumberdaya lokal, mengurangi kesenjangan antar wilayah,
pengentasan kemiskinan daerah perdesaan, memperbaiki pengelolaan
pemerintahan (local governance) dan penguatan institusi di perdesaan, dengan
kriteria sebagai berikut:
Meningkatkan pelayanan dasar dalam bidang infrastruktur sosial dan
ekonomi di wilayah perdesaan.
Meningkatkan kapasitas aparat pemerintah daerah dan masyarakat dalam
melaksanakan pengembangan sosial ekonomi di wilayahnya.
c) Pengembangan kawasan eks transmigrasi atau Kota Terpadu Mandiri (KTM) ,
dengan kriteria sebagai berikut :
Sasaran lokasi adalah kawasan perumahan dan permukiman yang
berada di Kota Terpadu Mandiri (KTM) yang telah ditetapkan oleh
Depnakertrans dan telah memiliki Master Plan;
Bantuan teknis penyusunan identifikasi lokasi, DED, RPJM, dan
stimulan fisik pembangunan PSD permukiman;
Pendekatan Community Based Development : melibatkan masyarakat
mulai tahap persiapan sampai dengan tahap pengelolaan (Participatory
Planning);
Koordinasi dan sinkronisasi program: melibatkan instansi terkait, pusat
dan daerah.
2) Peningkatan Kualitas Kawasan Perdesaan Tertinggal
a). Pengembangan Infrastruktur Perdesaan (PNPM-PPIP), dengan kriteria
penanganan sebagai berikut:
Tersedianya infrastruktur perdesaan yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, berkualitas, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan;
Meningkatnya kemampuan masyarakat perdesaan dalam penyelenggaraan
infrastruktur perdesaan;
Meningkatnya lapangan kerja bagi masyarakat perdesaan;
Meningkatnya kemampuan aparatur pemerintah daerah dalam memfasilitasi
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 6-9 Mendorong terlaksananya penyelenggaraan pembangunan prasrana
perdesaan yang partisipatif, transparan, akuntabel, dan berkelanjutan.
b). Penyediaan prasarana dan sarana di pulau kecil dan daerah terpencil, dengan
kriteria sebagai berikut :
Kawasan yang secara fisik terisolasi, kesulitan dalam akses menuju kawasan
lainnya
Sebagian besar penduduknya tertinggal dalam hal sosial, budaya dan
ekonomi
Kondisi pelayanan pada masyarakat masih sangat terbatas, belum banyak
tersentuh program pembangunan
3) Pengembangan Kws. Strategis (Perbatasan), dengan tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat setempat dengan menggali potensi ekonomi, sosial dan
budaya serta keuntungan lokasi geografis yang sangat strategis untuk berhubungan
dengan negara tetangga
4) Penanganan permukiman daerah rawan bencana, dengan kriteria sebagai berikut :
Penanganan yg bersifat pencegahan di kawasan permukiman rawan bencana
Pembangunan infrastruktur permukiman dalam pemberian akses kepada
masyarakat di kawasan permukiman rawan bencana
Lingkup kegiatan pengembangan perumahan dan permukiman tersebut di atas, akan menjadi
orientasi keseluruhan kegiatan pembangunan, yang secara diagramatis dapat diperlihatkan
seperti pada Gambar VI.1.
6.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan
6.1.2.1 Isu Strategis
Beberapa isu-isu strategis pengembangan kawasan permukiman secara umum dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
Masih luasnya kawasan kumuh
Belum berkembangnya kawasan perdesaan potensial
Masih terbatas prasarana dan sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil, daerah
tertinggal dan kawasan perbatasan.
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 6-10 Gambar VI.1
Lingkup Kegiatan Pengembangan Permukiman
Secara lebih spesifik, isu strategis perumahan dan permukiman dapat diidentifikasi antara
lain:
1) Masih luasnya kawasan kumuh
Luasnya kawasan kumuh, terutama diperkotaan lebih disebabkan karena beberapa
faktor, antara lain:
Lemahnya pengendalian pembangunan perumahan, sehingga bangunan-bangunan
rumah menjadi tidak tertata, bahkan seringkali menempati areal yang seharusnya
tidak diperkenankan (ilegal).
Luas kavling bangunan yang kurang terkonsolidasi, sehingga orientasi bangunan
menjadi tidak jelas. Konsekuensinya, terdapat bangunan yang kurang mempunyai
akses masuk dan keluar yang lebih baik.
Pada kawasan perumahan yang demikian, seringkali tidak tersedia sanitasi yang
baik, karena sulitnya pelaksanaan pembangunan, sehingga memperburuk keadaan.
Kondisi permukiman tersebut makin destruktif karena umumnya didiami oleh
masyarakat yang berpenghasilan dan berpendidikan rendah sehingga, kesadaran
dan kemampuan untuk membangun masih terbatas.
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 6-11
2) Belum berkembangnya kawasan perdesaan potensial
Pada kawasan perdesaan potensial, seharusnya dapat berperan sebagai simpul pelayanan bagi daerah belakang (hinterland). Namun karena keterbatasan infrastruktur, peran tersebut belum efektif memberikan kontribusi yang signifikan. Pengembangan kawasan perdesaan potensial ini, disamping dapat mendorong perkembangan di wilayah perdesaan, juga dapat mengurangi arus urbanisasi, yang pada akhirnya juga dapat mengurangi beban kota-kota utama yang menjadi tujuan kaum urban.
3) Masih terbatas prasarana dan sarana dasar
Keberadaan kawasan perumahan dan permukiman yang ada saat ini, baik diperdesaan
maupun di perkotaan dirasa masih belum memadai, terutama pada kawasan-kawasan
tertentu (kawasan kumuh, daerah tertinggal, Kawasan Pusat Kota dan Kawasan
Perkantoran). Kondisi ini yang juga menjadi penyebab limgkungan permukiman
termasuk kurang layak huni. Untuk itu, setiap kabupaten/kota diharapkan
mengidentifikasi kebutuhan prasarana dan sarana pada masing-masing kawasan
permukiman. Selain dari isu-isu umum tersebut, isu spesifik yang terkait dengan
infrastruktur antara lain adalah:
Rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan dan pemeliharaan
menyebabkan kinerja sarana prasarana tidak berjalan optimal.
Rendahnya pengelolaan limbah serta pelayanan saluran drainasi menimbulkan
ancaman pencemaran bagi lingkungan permukiman juga kualitas sumberdaya air,
yang lebih jauh akan berdampak negatip terhadap kualitas kesehatan masyarakat.
Kuantitas dan kualitas penyediaan air perpipaan tidak konstan, terkadang keruh.
Kepadatan permukiman yang semakin meningkat tidak disertai oleh kualitas
penanganan limbah domestik yang memadai akan cenderung memperburuk
lingkungan permukiman.
4) Sistem penyediaan perumahan kurang keberpihakannya kepada warga miskin
Idealnya, setiap keluarga mempunyai rumah. Namun karena kemampuan warga miskin
yang terbatas dari sisi ekonomi, backlog rumah serta kualitas hunian yang tidak layak
huni pada masing-masing kabupaten/kota masih relatif tinggi. Dalam rangka
penyediaan perumahan dan peningkatan kualitas hunian bagi masyarakat berpenghasil
rendah ini, perlu dikembangkan model penyediaan perumahan yang memungkinkan
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 6-12 6.1.2.2Kondisi Eksisting
Berdasarkan jumlah rumah yang ada di wilayah Kabupaten Kaur tahun 2012, sebayak
28.432 unit. Dari sisi sebarannya, jumlah unit rumah yang terbanyak berada di Kec. Nasal,
yaitu sebanyak 4.551 unit dan jumlah paling sedikit berada di Kec. Lungkang Kule, yaitu
sebanyak 777 unit. Bila dibandingkan dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) pada tahun
yang sama (tahun 2012), yaitu sebesar 27.494 KK. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 6.2. Dari tabel 6.2 tersebut terlihat bahwa jumlah rumah yang ada di wilayah
Kabupaten Kaur telah melebihi jumlah KK. Artinya, secara rata-rata setiap KK telah
menempati rumah masing-masing. Kondisi ini mencerminkan bahwa dari sisi sediaan,
jumlah rumah yang ada telah memenuhi kebutuhan, kecuali di Kecamatan Kaur Tengah,
masih terdapat backloog rumah sebesar 84 unit. Namun demikian, dari sisi kepemilikan,
jumlah rumah yang ada saat ini perlu pendataan lebih lanjut, agar kebutuhan ideal bahwa
setiap KK memiliki rumah dapat diketahui. Pendataan yang dimaksud perlu dilakukan agar
dapat diketahui dari sisi kepemilikan dan kualitas bangunan, serta sebarannya pada
masing-masing unit wilayah. Pendataan ini diperlukan dalam rangka mengambil kebijakan yang
terkait dengan penanganannya.
Berdasarkan pengamatan lapangan, kondisi perumahan dan permukiman di wilayah
Kabupaten Kaur teridentifikasi kondisi sebagai berikut:
Tabel 6.2
Jumlah Penduduk, KK dan Jumlah Rumah di Wilayah Kabupaten Kaur Tahun 2012
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 6-13 Terdapat perumahan yang berada pada kawasan-kawasan yang tidak diperkenankan
seperti; berada pada bantaran sungai, dekat dengan daerah yang topografi terjal, kondisi
bangunan yang tidak teratur dan kondisi lainnya.
Terdapat kawasan permukiman yang kurang dilayani infrastruktur yang layak seperti:
jalan masuk yang kurang baik, rentan terjadi genangan pada saat hujan, pembuangan
limbah ke badan sungai.
Terdapat kecenderungan perkembangan perumahan dan permukiman yang berkembang
secara melompat (sciping), dalam artian tidak menempel (contigous) pada kawasan
perumahan dan permukiman yang telah ada.
Belum tersedia instrumen pengendalian yang dapat dijadikan panduan dalam
pembangunan perumahan dan permukiman.
6.1.2.3 Permasalahan dan Tantangan
Sejalan dengan arah kebijakan serta sesuai dengan isu strategis dan kondisi eksisting
perumahan dan permukiman yang ada di Kabupaten Kaur, permasalahan dan tantangan
yang dihadapi dapat dijelaskan sebagai berikut:
A. Permasalahan
Beberapa permasalahan utama yang terkait dengan kawasan perumahan dan
permukiman antara lain adalah:
1) Secara struktural, kawasan permukiman didalam RTRW Kabupaten Kaur masih
perlu mendeliniasi kawasan menurut configurasi kawasan perkotaan dan perdesaan,
sehingga dapat menjadi rujukan dalam menyusun perencanaan yang lebih detail,
terutama dalam hal indikasi fungsi kawasan dan pengisian kegiatan menurut
sektor-sektor strategis.
2) Kawasan perkotaan yang menjadi simpul-simpul pelayan yang telah ditetapkan
hirarkinya masih perlu dilengkapi keterkaitannya (linkage).
3) Dokumen-dokumen perencanaan lain yang telah pernah disusun, tidak terarsipkan
dengan baik sehingga, data dan informasi yang terkait dengan kebutuhan
penyediaan infrastruktur sangat minim.
4) Ketersediaan Peta Tematik, baik yang menyangkut kondisi eksisting maupun
kebutuhan perencanaan belum teridentifikasi dan terdokumentasikan dengan baik.
5) Kebutuhan penyediaan fasilitas dan infrastruktur perumahan dan permukiman baru
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 6-14
6) Persoalan-persoalan lain yang bersifat non teknis dan terkait dengan kebutuhan data
dan informasi.
7) Pemanfaatan lahan perumahan dan permukiman belum memberikan rasa keadilan
kepada penduduk berpenghasilan rendah sehingga selalu tersingkir ke luar kota dan
jauh dari tempat kerja.
8) Pemanfaatan ruang untuk perumahan dan permukiman belum serasi dengan
pengembangan kawasan fungsional lainnya atau dengan program sektor/fasilitas
pendukung lainnya.
9) Ketidak seimbangan pembangunan desa – kota serta meningkatnya urbanisasi yang
mengakibatkan permukiman kumuh beserta impikasinya.
10) Konflik penggunaan lahan, khususnya antara penggunaan permukiman dengan
penggunaan kawasan lindung.
11) Kebutuhan lahan untuk permukiman semakin meningkat seiring dengan terus
meningkatnya jumlah penduduk.
12) Tingginya laju pertumbuhan penduduk berimplikasi juga terhadap kebutuhan lahan
perumahan dan permukiman.
B. Tantangan
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, beberapa tantangan utama yang dihadapi
dalam pengembangan perumahan dan permukiman adalah:
1) Dalam konteks otonomi daerah ini, pemerintah daerah dituntut untuk mampu
menyelenggarakan pemerintahan yang baik (good governance), sehingga
pelaksanaan pembangunan dapat lebih efektif dan efisien serta dapat berkelanjutan
(sustainable development).
2) Selain dari itu, Pemerintah daerah juga dituntut untuk mampu mendorong inovasi
teknologi yang dapat diadaptasikan kepada lingkungan perumahan dan permukiman
serta melakukan penyebarannya.
3) Dengan danya keterbatasan sumberdaya yang dimiliki daerah, pemerintah daerah
juga dituntut untuk mampu mendorong partisipasi semua pihak untuk membangun
kawasan perumahan dan permukiman sederhana yang sehat beserta fasilitas
pendukung. Hal ini diharapkan akan mampu meningkatkan kualitas lingkungan
perumahan dan permukiman.
4) Dalam hal peranserta masyarakat, pelaksanaan pembangunan perumahan dan
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 6-15
memenuhi kebutuhan perumahan secara mandiri yang sehat, aman, serasi, dan
produktif tanpa merusak lingkungan hidup dan merugikan masyarakat luas.
6.1.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
1. Analisis Permasalahan
a. Adanya permukiman padat kumuh di kawasan perkotaan;
b. Adanya permukiman berladang yang merusak hutan lindung dan hutanKabupaten Hulu Sungai
Tengah;
c. Permukiman pada daerah bantaran sungai sudah tidak dapat lagidikembangkan sebagai kawasan
permukiman karena kritis dari erosi arussungai;
d. Pada permukiman tepian sungai tidak tertata dan mengakibatkan polusiair sungai;
e. Adanya kerusakan jalan pada beberapa kawasan dan belum terpenuhinya jalan lingkungan, jalan
setapak, dan peningkatan jembatan;
f. Belum terpenuhinya sarana dan prasarana dasar permukiman;g. Berkembangnya perumahan
menuntut peningkatan sarana dan prasaranadasar permukiman.
2. Alternatif pemecahan untuk pengembangan permukiman eksisting
a. Penataan kawasan permukiman padat dan atau cenderung destruktif terhadap menurunnya
kualitas hunian, terutama pada pusat-pusat kawasan perkotaan dan juga perdesaan agar
sehat, nyaman dan layak huni;
b. Membatasi permukiman berladang yang merusak hutan lindung;
c. Peremajaan, up grading, resetlement kawasan permukiman yang kurang layak dan atau
menempati kawasan-kawasan yang tidak diperkenankan menurut rencana tata ruang;
d. Penyusunan guidelines mengenai tata bangunan dan lingkungan dalam kawasan permukiman;
f. Peningkatan dan perbaikan jalan yang mengalami kerusakan;
g. Terpenuhinya kebutuhan sarana dan prasarana dasar permukiman yang dapat menjamin kualitas
hunian yang layak.
3. Alternatif pemecahan untuk pengembangan permukiman baru
a. Penambahan lokasi dan lahan permukiman/perumahan untuk memenuhi kebutuhan perumahan
dan permukiman dimasa mendatang terutama pada kawasan bagian selatan dan utara yang sesuai
untuk kawasan permukiman;
b. Pengembangan perumahan baru yang didukung oleh sarana dan prasarana yang memungkinkan
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 6-16
c. Pembangunan perumahan dan permukiman pada kawasan-kawasan khusus seperti ; kawasan
tradisional, kawasan nelayan, yang merupakan kawasan baru sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah yang telah ditetapkan;
d. Penambahan kawasan permukiman berdasarkan tipologi permukiman yang ada dan sesuai
dengan karakter penduduknya;
e. Konsep pengembangan kawasan permukiman baru diarahkan untuk memanfaatkan dan
menghargai bentukan alam, seperti: bentuk kontur/ topografi, vegetasi, dan atau faktor-faktor
alam lainnya;
f. Penyediaan permukiman yang memungkinkan dapat dijangkau oleh masyarakat yang
berpenghasilan rendah dan tidak mempunyai akses terhadap perbankan.
g. Penyediaan permukiman baru selalu diikuti dengan penyediaan sarana (fasilitas umum dan
fasilitas sosial) dan prasarana penunjang lain yang diperlukan (Taman, tempat bermain, Ruang
Terbuka Hijau) dan lain-lain yang dianggap diperlukan sesuai dengan karakteristik sosial
masyarakat/komunitas.
6.1.4 Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman
Program-program yang perlu dikembangkan dalam rangka penyediaan dan peningkatan
kualitas lingkungan perumahan dan permukiman yang diperlukan di wilayah Kabupaten
Kaur dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Pengembangan Permukiman Baru
Program ini diperlukan dalam rangka mengatasi kebutuhan sediaan rumah berdasarkan
tingkat backloog rumah, yang menurut karakteristiknya dapat diklasifikasi sebagai
berikut:
a) Perkotaan
Pada kawasan perkotaan, pengembangan permukiman baru dapat dilakukan melalui
penyediaan: Kawasan Siap Bangun (Kasiba) atau Lingkungan Siap Bangun (Lisiba)
Berdiri Sendiri dan atau bentuk pengembangan kawasan permukiman baru lainnya.
b) Perdesaan
Pada kawasan perdesaan, pengembangan perumahan dan permukiman dapat
berupa: Kawasan Terpadu Mandiri (KTM), Kawasan Agropolitan dan Kawasan
Minapolitan. Secara konsepsional, model pengembangan tersebut karena
peruma-han dan permukiman perdesaan bersifat koeksistensi dengan kegiatan ekonomi
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 6-17 Kawasan Terpadu Mandiri (KTM) adalah bentuk pengembangan kawasan yang
menekankan pada pengembangan beberapa sektor andalan (multi sektor) yang
dikembangkan secara terintegrasi.
Kawasan Agropolitan adalah bentuk pengembangan kawasan yang
menekankan pada pengembangan sektor andalan pada sektor Pertanian yang
bersifat homogen.
Kawasan Minapolitan, adalah bentuk pengembangan kawasan yang
menekankan pada pengembangan sektor andalan pada sektor Perikanan yang
bersifat homogen.
2. Peningkatan Kualitas Permukiman
Peningkatan Kualitas Permukiman pada kawasan perkotaan dapat berupa:
peremajaan, pemugaran, pemeliharaan berkelanjutan;
Peningkatan Kualitas Permukiman pada kawasan perdesaan dapat berupa:
peningkatan kualitas permukiman pada desa tertinggal, desa terisolir, desa
terpencil, dan atau permukiman khusus lainnya, yang disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing daerah.
3. Penanggulangan Bencana Alam, Rehabiltasi dan Rekrontuksi Pasca Bencana Alam .
4. Penyediaan Prasarana dan Sarana Agropolitan-Minapolitan
Meningkatkan pembangunan infrastruktur pada kawasan agropolitan-minapolitan untuk
mendukung pengembangan sistem dan usaha agribisnis di kawasan
agropolitan-minapolitan.
6. Pembinaan Teknis Penataan Lingkungan Permukiman.
Rencana kebijakan program pembangunan perumahan dan pemukiman di Kabupaten
Kaur dalam lima tahun mendatang dikelompokkan ke dalam program, yaitu:
Penataan kawasan permukiman yang telah memperlihatkan kecenderungan
destruktif terhadap kualitas hunian yang layak, yang diprioritaskan pada
kawasan-kawasan yang cenderung memperlihatkan karakteristik “kumuh”.
Penyediaan instrumen pengendalian pembangunan perumahan, yang diperlukan
dalam rangka pencegahan penyimpangan dan pengendalian penggunaan lahan.
Pembangunan fasilitas infrastruktur perumahan dan permukiman pada
kawasan-kawasan yang menjadi konsentrasi penduduk berpenghasilan rendah.
Peningkatan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman pada
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 6-18 Penyediaan lahan-lahan untuk pembangunan perumahan sederhana.
Proses legalitas dan sosialisasi kebijakan pengembangan program perumahan dan
pemukiman di Kabupaten Kaur
Untuk mendukung program tersebut, arahan kegiatan pembangunan perumahan dan
permukiman yang akan dilaksanakan, yaitu:
1. Pengembangan Kawasan Permukiman Baru
Rincian alokasi lahan (kasiba/lisiba, ijin lokasi developer, dll)
Rencana pengembangan jaringan prasarana dasar (mis. air bersih, sanitasi, drainase,
sampah) meliputi lokasi, konstruksi, fungsi dan kapasitas.
Rencana investasi jaringan prasarana
Rencana fasilitas umum
2. Peningkatan Kualitas Permukiman yang sudah ada.
Rincian lokasi, yang mencakup: luas, penduduk, bentuk penanganan (mis.
premajaan, KIP, revitalisasi, dll)
Rincian Lisiba Berdiri Sendiri.
Rencana peningkatan dan perluasan prasarana dan sarana (fungsi, kapasitas, dll)
Rencana fasilitas umum (jenis, jumlah, waktu, pihak yang membangun)
Berdasarkan petunjuk Rencana Kawasan Perumahan Kota yang disusun oleh Departemen
Pekerjaan Umum tahun 1997, suatu kawasan perumahan selayaknya memenuhi persyaratan
dasar untuk pengembangan kota, yakni :
a) Aksesibilitas, yakni kemungkinan pencapaian dari dan ke kawasan perumahan dalam
bentuk jalan dan transportasi.
b) Kompatibilitas, yakni keserasian dan keterpaduan antara kawasan yang menjadi
lingkungannya.
c) Fleksibilitas, yakni kemungkinan pertumbuhan fisik/pemekaran kawasan perumahan
dikaitkan dengan kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan prasarana.
d) Ekologi, yakni keterpaduan antara tata kegiatan alam yang mewadahinya.
6.1.5 Usulan Program dan Kegiatan
Sistem infrastruktur permukiman yang diusulkan adalah pembangunan prasarana dan sarana
permukiman yang mendukung peningkatan kualitas kehidupan dan penghidupan
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 6-19
a. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan PSD permukiman.
b. Peningkatan peran masyarakat dalam penataan dan peremajaan PSD permukiman.
Usulan program pembangunan perumahan dan pemukiman di Kabupaten Kaur adalah
Rumah Layak Huni dan Nyaman. Program bidang perumahan dan permukiman yang
diusulkan dalam lima tahun mendatang meliputi kegiatan-kegiatan :
Penyediaan PSD Bagi Kawasan RSH
Penataan dan Peremajaan Kawasan Permukiman (Urban Renewal)
Peremajaan dan peningkatan kualitas hunian pada kawasan permukiman lama yang
kurang layak huni.
Pengembangan Kawasan Permukiman baru
Usulan prioritas rencana program dan kegiatan pembangunan prasarana dan sarana
pemukiman di Kabupaten Kaur dalam periode tahun 2014-2018, berikut rencana
pembiayaan disajikan pada matriks program investasi.
6.2 Penataan Bangunan dan Lingkungan
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai
bagian dari upaya pengendalian pemanfaaatn ruang, terutama untuk mewujudkan
lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik
bangunan gedung dan lingkungannya. Dalam kaitan ini, ditetapkan Visi penataan bangunan
dan lingkungan adalah “terwujudnya bangunan gedung dan lingkungan yang layak huni
dan berjati diri”. Karenaitu perlu diberlakukan tentang ketentuan-ketentuan teknis
penyelenggaraan bangunan gedung dan lingkungan.
6.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Bangunan dan Lingkungan
Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan dilakukan dengan tujuan sebagai
berikut :
1. Terwujudnya bangunan gedung yang fungsional dan memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan,
kenyamanan dan kemudahan, serta serasi danselaras dengan lingkungannya;
2. Terwujudnya penataan kawasan/lingkungan permukiman yang sehat, aman,serasi, teratur,
produktif dan berkelanjutan.
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 6-20
4. Terlaksananya revitalisasi kawasan permukiman tradisional dan pelestarianbangunan bersejarah
termasuk lingkungannya;
5. Terlaksananya pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);
6. Terwujudnya masyarakat mandiri dalam pengembangan lingkungan permukiman yang berkelanjutan.
Undang-undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman mengamanatkan
bahwa peningkatan kualitas lingkungan permukiman dilaksanakan secara menyeluruh,
terpadu, dan bertahap dengan mengacu pada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
(RTBL) sebagai penjabaran rencana tata ruang wilayah (RTRW). Dalam kaitan ini, telah
dirumuskan beberapa kebijakan dibidang penataan bangunan dan lingkungan, yaitu:
Kebijakan 1: Menyelenggarakan Penataan Bangunan Gedung Agar Tertib, Fungsional,
Andal, dan Efisien
Tujuan : Terwujudnya bangunan gedung yang fungsional dan memenuhi persyaratan
keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan, serta serasi dan selaras
dengan lingkungannya.
Sasaran :
Tersusunnya Rencana Detai Tata Ruang Kota Bintuhan tahun 2018
Tersusunnya RTBL kawasan-kawasan strategis pada tahun 2018
Terwujudnya bangunan gedung untuk umum yang laik fungsi pada tahun
2018.
Terselenggaranya pengawasan penyelenggaraan bangunan gedung yang
efektif dengan melakukan pemantauan dan evaluasi penerapan peraturan
bangunan gedung pada tahun 2018.
Terlaksananya sosialisasi, fasilitasi, pelatihan, bantuan teknis dan wasdal
kegiatan penataan bangunan dan lingkungan di wilayah Kabupaten Kaur pada
tahun 2018.
Terbentuknya kelembagaan penataan bangunan di Kabupaten Kaur yang
didukung oleh SDM dan prasarana dan sarana kerja pendukungnya pada
tahun 2018.
Terwujudnya tertib pengelolaan aset kabupaten berupa tanah dan bangunan
gedung.
Terlaksananya Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) di
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 6-21 Kebijakan 2 : Menyelenggarakan Penataan Lingkungan Permukiman Agar Produktif dan
Berjatidiri
Tujuan : Terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan pada lingkungan yang
sehat, aman, serasi, teratur, produktif dan berkelanjutan.
Sasaran :
Terlaksananya revitalisasi kawasan permukiman tradisional di
kawasan Kabupaten Kaur pada tahun 2018.
Terperbaikinya dan terpenuhinya sarana parsarana kawasan
permukiman kumuh dan nelayan di kawasan Kabupaten Kaur pada
tahun 2018
Terlaksananya pengelolaan RTH di Kabupaten Kaur
Terlaksananya pembangunan sarana penunjang di kawasan pariwisata
tahun 2018.
Kebijakan 3 : Menyelenggarakan Penataan dan Revitalisasi Kawasan Bangunan Agar
Dapat Memberi Nilai Tambah Fisik, Sosial, dan Ekonomi
Tujuan : Terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan
nilai tambah bagi kualitas fisik, sosial, ekonomi masyarakat yang menjadi
penunjang bagi tercapainya kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.
Sasaran :
Terlaksananya revitalisasi kawasan strategis pada tahun 2018.
Terlaksananya pemberdayaan bagi masyarakat untuk
menyelenggara-kan revitalisasi kawasan.
Kebijakan 4 : Menyelenggarakan Penataan Bangunan dan Lingkungan untuk
Mewujud-kan Arsitektur Perkotaan dan Pelestarian Arsitektur Bangunan Gedung
yang Dilindungi dan Dilestarikan untuk Menunjang Kearifan Lokal
Tujuan : Terwujudnya bangunan gedung yang memiliki kualitas fungsional, visual
dan kualitas lingkungan yang seimbang, serasi, dan selaras dengan
memunculkan ciri arsitektur kota yang berwawasan budaya lokal yang
menjadi teladan bagi lingkungannya, serta yang dapat secara arif
mengakomodasikan nilai-nilai luhur budaya bangsa.
Sasaran : Terlaksananya penataan bangunan dan lingkungan serta pelestarian
bangunan bersejarah yang mendukung terwujudnya kualitas arsitektur
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 6-22 Kebijakan 5 : Mengembangkan Teknologi dan Rekayasa Arsitektur Bangunan Gedung
untuk Menunjang Regional/Internasional yang Berkelanjutan.
Tujuan : Terwujudnya perencanaan fisik bangunan dan lingkungan yang
mengedepankan teknologi dan rekayasa arsitektur yang memenuhi standar
internasional untuk menarik masuknya investasi di bidang bangunan
gedung dan lingkungan secara internasional.
Sasaran : Terlaksananya perencanaan bangunan gedung dan lingkungan dengan
teknologi dan rekayasa arsitektur melalui kerjasama dengan pihak-pihak
yang kompeten pada tahun 2018.
Terkait dengan pelaksanaan kebijakan tersebut di atas, dalam Peraturan Pemerintah Nomor
36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung (UUBG), mengamanatkan bahwa penyelenggaraan Bangunan
Gedung merupakan kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan hanya bangunan
gedung negara dan rumah negara yang menjadi kewenangan pusat. Namun dalam
implementasinya, masih terdapat daerah yang belum menindak lanjutinya. Hal ini terlihat
dari beberapa indikasi antara lain:
1. Masih belum mempunyai Perda Bangunan Gedung, yang dalam penyusunannya perlu
disesuaikan dengan UUBG.
2. Belum memiliki dan melembagakan institusi/kelembagaan dan Tim Ahli Bangunan
Gedung yang bertugas dalam pembinaan penataan bangunan dan lingkungan;
3. Belum melakukan pendataan terhadap bangunan gedung;
4. Belum adanya kelembagaan yang memberikan Sertifikat Layak Fungsi (SLF) bagi
seluruh bangunan gedung.
5. Belum menyusun manajemen pencegahan kebakaran atau belum melakukan
pemeriksaan berkala terhadap prasarana dan sarana penanggulangan bahaya kebakaran
agar selalu siap pakai setiap saat;
6. Masih banyak bangunan gedung yang belum dilengkapi sarana dan prasarana bagi
penyandang cacat;
7. Dalam pengembangan fungsi bangunan dan lingkungan masih belum didasarkan pada
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
8. Terdapat kawasan yang memperlihatkan kecenderungan dan berdampak destruktif, yang
seharusnya diantisipasi secara dini.
9. Belum mengientifikasi kawasan kumuh, kawasan nelayan, kawasan tradisional, dan
kawasan bersejarah yang menjadi kewenangan, tugas dan tanggung jawab Kabupaten.
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 6-23 6.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
A. Isu Strategis Penataan Bangunan dan Lingkungan
Beberapa isu strategis yang terkait dengan penataan bangunan dan lingkungan di
wilayah Kabupaten Kaur dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Kondisi Aturan Keselamatan, Keamanan dan Kenyamanan.
Secara umum bangunan-bangunan yang berada di wilayah Kabupaten Kaur
disyaratkan untuk mengikuti aturan standar keselamatan, keamanan dan
kenyamanan baik bagi pengguna bangunan maupun lingkungan sekitarnya.
Aturan-aturan ini antara lain terdapat pada Aturan-aturan Koefisien Dasar Bangunan (KDB),
Koefisien Lantai Bangunan (KLB) dan aturan bangunan yang lain. Sedangkan
untuk daerah-daerah rawan bencana misalnya kebakaran, banjir, gempa bumi, maka
disyaratkan bangunan-banguna tersebut harus tahan dan memiliki tingkat keamanan
yang tinggi tehadap ancaman bencana tersebut.
2. Kondisi Prasarana dan Sarana Hidran
Hidran adalah cadangan air pada media tertentu sebagai sarana penaggulangan
bencana kebakaran. Sarana hidran ini biasanya berbentuk tabung dan selang
pemadaman, seharsunya dimilki oleh setiap bangunan terutama yang rawan
bencana kebakaran, seperti bangunan pabrik, gudang, bangunan bertingkat,
perkantoran, supermarket/plaza, pusat perbelanjaan dan lain-lain.
Namun sampai saat ini belum semua gedung yang disebutkan di atas memiliki
sarana hidran tersebut, atau kalau pun ada kondisinya belum sesuai dengan standar
yang telah ditentukan bahkan ada yang dalam kondisi rusak. Keberadan hidran ini
sangat penting untuk menjadi sarana pertolongan pertama pada bencana kebakaran
yang tentu saja bila tidak ditangani secara serius akan mengakibatkan kerugian baik
materi maupun korban jiwa. Oleh karena itu perlu ada penataan sarana hidran ini
dengan membuat rencana induk sistem proteksi kebakaran yang sampai saat ini
belum dimiliki oleh pemerintah daerah ataupun dinas terkait.
3. Kondisi Kualitas Pelayanan Publik dan Perijinan Bangunan
Beberapa daerah kawasan di Kabupaten Kaur belum memiliki Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan (RTBL) dan belum terdapat penegakan aturan tata
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 6-24
perijinan pendirian bangunan yang sesuai dengan fungsi kawasan. Akibat
pelayanan publik terhadap perijinan mendirikan bangunan gedung ini tidak
terlaksanakan secara baik, maka bermunculan bangunan gedung yang tidak sesuai
dengan fungsi lahan/kawasan. Akhirnya ini berdampak pada tidak tertibnya
kawasan yang telah direncanakan dan akan menurunkannya citra kawasan itu
sendiri. Tingkat keselamatan, keamanan serta kenyamanan bangunan dan
lingkungan tidak bisa terwujud dengan baik.
B. Kondisi Eksisting Penataan Bangunan dan Lingkungan
Bangunan-bangunan di wilayah Kabupaten Kaur secara umum saat ini diarahkan
kepada penataan sesuai dengan fungsi kawasan yang telah direncanakan yaitu
perdagangan dan jasa, pemukiman, perkantoran dan pendidikan. Dari sisi tata ruang,
bangunan-bangunan memiliki fungsi, yang didalam RTRW dan RDTR telah ditetapkan
fungsinya sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 6.3.
Tabel 6.3
Fungsi Bangunan di Kota Kabupaten Kaur
Fungsi Bangunan Lokasi
Perdagangan dan Jasa Kaur Kota, Kaur Timur
Pemukiman Kaur kota, Kaur Timur, Kaur Utara
Pendidikan dan Kantor Kaur Kota, Kaur Timur
Kawasan Wisata Kaur Utara, Kaur Selatan, Semidang Alas Maras
Bangunan Tradisional Bersejarah
Desa Pagar Dewa, Kec. Kelam Tengah Situs Megalitik Pagar Dewa Desa Sukarami Kec. Kelam Tengah Situs Megalitik Sukarami Desa Muara Sahung Kec. Muara Sahung Situs Rumah AK. Gani Desa Muara Sahung Kec. Muara Sahung Situs Jil / Penjara Desa Desa Muara Sahung Kec. Muara Sahung Situs Pesanggrahan
Desa Benua Ratu, Kec. Luas Rumah Pangeran Chalifa Balien
Desa Muara Tetap, Kec. Muara Tetap Karang Penyabungan Desa Suka Banjar Kec. Muara Tetap Situs Makam Said Al-Jufri Desa Bandar Bintuhan Kec. Kaur Selatan Masjid Tua Bandar Bintuhan Desa Pengubaian, Kec. Kaur Selatan Situs Makam Keramat Pinang Tawar
Desa Way Hawang Kec. Maje Batu Jung
Dari sisi usia atau umur bangunan dapat diklasifikasikan menjadi bangunan berumur
muda,sedang dan tua. Bangunan berumur muda relatif banyak terdapat pada bangunan
perdagangan dan jasa serta pemukiman. Sedangkan bangunan berumur sedang dan tua
banyak terdapat pada bangunan perkantoran, pendidikan dan pemukiman. Selain itu
bangunan berumur tua juga banyak terdapat pada kawasan-kawasan wisata tradisional.
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 6-25
waktu yang lalu, bangunan yang berumur sedang dan tua banyak hancur dan tergantikan
dengan bangunan baru dengan fungsi bangunan tetap.
Bangunan-bangunan yang berfungsi sebagai fasilitas umum adalah sebagian dari
bangunan yang memiliki fungsi jasa, misalnya rumah sakit, kantor pos, kantor dinas
pemadam kebakaran dan lain-lain. Secara umum di Kabupaten Kaur
bangunan-bangunan fasilitas umum ini seharusnya dijadikan fasilitas pendukung dari
fungsi-fungsi bangunan lainnya sehingga lokasi dan keberadaannya tidak berjauhan dari
bangunan lainnya terurama kawasan pemukiman. Namun hal ini sering tidak bisa tertata
secara baik karena perkembangan pembangunan kabupaten yang kurang terkendali dan
cenderung tidak terencana. Dari sisi historis banyak bangunan – bangunan dan kawasan
di Kabupaten Kaur yang memiliki nilai historis tinggi karena merupakan bangunan dan
kawasan peninggalan sejarah baik itu kerajaan maupun perjuangan kemerdekaan.
Bangunan-bangunan tersebut di atas berdasarkan fungsinya baik bangunan perdagangan
dan jasa, perkantoran dan pendidikan, bangunan tradisional tentu saja memiliki nilai
ekonomi yang berbeda-beda. Nilai perbedaan ini bisa didasarkan pada lokasi bangunan,
fungsi bangunan, umur atau usia bangunan dan nilai historis bangunan. Bangunan yang
berada di kawasan perkotaan tentu saja mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi
dari pada yang berda di pedesaan. Begitupula bangunan fungsi perdaganan biasanya
memilki nilai ekonomi yang kebih tinggi dari pada bangunan perkantoran, pendidikan
ataupun pemukiman. Bangunan yang memiliki nilai historis sejarah dan berumur tua
lebih tinggi nilai ekonominya dari bangunan biasa dan berumur muda. Berkaitan dengan
pendapatan atau penerimaan bangunan-bangunan tersebut sangat dipengaruhi oleh
fungsi bangunan tersebut serta nilai sejarah/historis bangunan.
C. Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Selaras dengan sasaran yang ingin dicapai dalam penataan bangunan gedung dan
lingkungan di Wilayah Kabupaten Kaur, berbagai permasalahan secara umum yang
terkait dengan bangunan gedung dan lingkungan dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a. Belum tertatanya Bangunan dan Lingkungan.
b. Belum adanya penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
c. Tidak adanya program penataan dan pelestarian bangunan tradisonal/bersejarah.
d. Tidak ada penataan dan rencana tindak penanganan terhadap kawasan yang termasuk
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 6-26
e. Belum tertibnya sarana reklame dan belum tertanya perijinan Bis Transmistion
System (BTS).
f. Belum adanya penataan yang terpadu terhadap Usaha Pedagang Kaki Lima (UPKL).
g. Belum adanya penataan dan pembangunan sarana prasarana penunjang kawasan
pariwisata.
Dari berbagai permasalahan umum tersebut, yang menjadi tantangan dalam penataan
bangunan dan lingkungan adalah:
1. Permasalahan dan tantangan di bidang Bangunan Gedung
Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan
Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana
Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang
mendapat perhatian
Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung serta rendahnya
kualitas pelayanan publik dan perijinan
2. Permasalahan dan tantangan di bidang Penataan Lingkungan
Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan
gedung bersejarah, padahal punya potensi wisata.
Terjadinya degradasi kawasan strategis, padahal punya potensi ekonomi untuk
mendorong pertumbuhan kota.
Sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana olah raga, dan
lain-lain kurang diperhatikan hampir di semua wilayah.
3. Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Amanat Undang-Undang No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan
Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan
UUBG, bahwa semua Bangunan Gedung harus layak fungsi.
Komitmen terhadap kesepakatan intemasional MDGs, bahwa pada tahun 2020,
Kabupaten/Kota bebas kumuh.
6.2.3 Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Sasaran dalam penataan bangunan gedung dan lingkungan adalah penegakan aturan tata
bangunan gedung dan lingkungan yaitu dengan menyusun peraturan dan legislasi. Dari
sasaran ini maka dibutuhkan kemantapan kelembagaan penataan bangunan gedung dan
lingkungan serta peningkatan sarana parasarana pemeliharaan bangunan dan lingkungan.
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 6-27
Terkait dengan sasaran penataan bangunan gedung dan lingkungan tersebut, beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan kegiatan adalah:
1. Peran dan fungsi Kabupaten,
2. Rencana pembangunan Kabupaten,
3. Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi kabupaten, seperti struktur dan morfologi
tanah, topografi, dan sebagainya,
4. Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan,
5. Memperhatikan peraturan dan perundangan serta petunjuk/pedoman yang tersedia,
6. Tingkat kelayakan pelayanan, efektivitas dan efisiensi penataan bangunan dan
lingkungan pada kota bersangkutan,
7. Sebagai suatu prasarana dan sarana yang tidak saja penting bagi peningkatan lingkungan
masyarakat, tetapi juga sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan,
8. Kelembagaan yang mengelola penataan bangunan dan lingkungan,
Atas dasar permasalahan tersebut di atas, secara spesifik, yang menjadi akar persoalan
tersebut dapat di klasifikasi menurut kelompok permasalahan sebagai berikut:
1. Permasalahan di Bidang Bangunan Gedung
Permasalahan yang muncul pada penataan bangunan yang tidak tertib karena belum
memiliki Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) terutama pada
kawasan-kawasan perkotaan. Pertumbuhan Kabupaten Kaur dalam Aglomerasi Perkotaan yang
relatif cepat, memperburuk keadaan sebagai penyebab ikutan karena ketiadaan RTBL
adalah ketidak jelasan fungsi bangunan (mixuse), sehingga menuntut penataan kawasan
yang serasi melalui perencanaan tata bangunan dan lingkungan. Dengan adanya
instrumen RTBL dalam penataan bangunan dan lingkungan yang baik, pelaksanaan
pembangunan dapat dikendalikan dan dapat mengurangi konflik kepentingan dalam
pemanfaatan ruang kota.
Permasalahan lain yang dihadapi adalah tidak tertangani bencana kebakaran secara
maksimal pada bangunan gedung baik di lingkungan perdagangan, perkantoran dan
pemukiman. Hal ini disebabkan karena belum tersedianya Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran (RISPK). RISPK diperlukan dalam rangka mengatur tentang
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 6-28
2. Permasalahan di bidang penataan lingkungan
Permasalahan penataan bangunan dan lingkungan antara lain:
a. Tidak tertatanya bangunan dan lingkungan pasar yang ada;
b. Tidak tertatanya bangunan-bangunan pada kawasan wisata;
c. Utilitas jalan yang masih kurang;
d. Kurangnya fasilitas Ruang Terbuka Hijau (RTH);
e. Prasarana jalan lingkungan di komplek perumahan ada yang rusak danbelum beraspal;
f. Kondisi permukiman lingkungan yang belum merata dan kurang tertata.
3. Ruang Terbuka Hijau
Saat ini telah terjadi penurunan kuantitas dan kualitas ruang terbuka hijau kota yang
diakibatkan perubahan fungsi lahan, sehingga membutuhkan penanganan yang cepat
terhadap pengadaan dan penataan ruang terbuka kota demi meningkatnya citra kawasan
kota. Hal ini juga disebabkan karena belum adanya sistem pengendalian pemanfaatan
ruang terbuka hijau kota . Untuk itu perlu disusun Masterplan Ruang Terbuka Hijau
Kota. Keberadaan ruang terbuka hijau kota sangat dibutuhkan karena mempunyai
fungsi:
media dan sarana sosial, misalnya sebagai ruang berkumpul individu-individu
masyarakat untuk kegiatan-kegiatan informal
estetika, yaitu menambah keindahan dan keasrian kota.
Lingkungan, yaitu mengurangi dampak polusi kota, pemanasan bumi serta daerah
resapan kota.
Selain dari itu, terdapat pula kondisi yang terkait dengan jalan dan lingkungan, yang
umumnya belum tertata secara baik karena belum terdapat instrumen pelaksanaan dan
pengendalian dalam pembangunan. Akibatnya beberapa sarana lingkungan jalan seperti
taman sebagai pendukung fungsi jalan tidak terfungsikan secara baik. Dengan adanya
pengadaan taman jalan yang terdiri pohon-pohon pelindung dan sarana taman lainnya
dapat membantu memberikan fungsi :
lingkungan, yaitu menyerap polusi udara jalan dan mengurangi panas bumi
estetika, yaitu menciptakan suasana indah dan asri/sejuk ruangdan dapat
meningkatkan citra kawasan
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 6-29
Untuk pemeliharaan taman jalan sampai saat belum dimiliki tenaga operasional
yang handal di bidang perawatan taman jalan beserta sarana pendukung
operasionalnya menyebabkan sarana lingkungan jalan yang telah ada mudah rusak
dan tidak terawat.
4. Penataan Bangunan Tradisional Bersejarah dan Wisata
Kabupaten Kaur selain terkenal sebagai kota transit perdagangan juga terkenal dengan
situs-situs peninggalan sejarah. Selain itu, Kabupaten Kaur pada jaman perjuangan
merupakan salah satu wilayah basis militer penjajah. Berbagai bangunan tradisonal
bersejarah menjadi objek wisata budaya yang merupakan peninggalan sejarah baik
kerajaan maupun perjuangan kemerdekaan Indonesia, juga tidak lepas dari nuansa
budaya yang hidup dengan subur di daerah ini.
Permasalahan yang dihadapi daerah adalah menurunnya kualitas dan citra daerah wisata
karena pembangunan bangunan-bangunan baru permanen maupun tidak permanen
akibat penataan ruang tidak terkendali. Munculnya bangunan-bangunan perdagangan
dan jasa membuat kawasan tersebut menjadi tidak teratur dan cenderung kumuh
sehingga menghilankan nuansa budayanya. Di sisi lain penataan ruang parkir menjadi
problem penting mengingat kawasan tersebut banyak dikunjungi oleh wisatawan.
5. Sarana Parkir, Reklame dan Bangunan Telepon Selular (BTS)
Sarana reklame, seperti papan iklan, baliho, spandulk dll, merupakan salah satu sarana
yang sangat diperlukan oleh masyarakat untuk memberikan dan memperoleh informasi.
Sampai saat ini sarana tersebut belum tertata secara baik. Dalam melakukan pengadaan
maupun penataan sarana reklame pada ruang publik diperlukan masterplan sarana
reklame. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kebutuhan dan lokasi
penempatan sarana reklame. Sering penempatan sarana reklame tidak tertata atau tertib
dengan asal menempatkan sesuai dengan keinginan sponsor, akibatnya sarana reklame
ini sering mengganggu pengguna jalan dan dalam jangka panjang dapat menurunkan
kualitas ruang kota.
Di sisi lain terbatasnya ruang publik untuk lokasi sarana reklame mengurangi tingkat
kenyamanan masyarakat untuk memberikan atau mendapatkan informasi yang
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 6-30
masyarakat dikarenakan posisi atau lokasi sarana reklame yang tidak strategis dam
mudah terbaca oleh masyarakat. Keterbatasan ruang publik untuk lokasi sarana reklame
juga berakibat munculnya sarana reklame ilegal dan menyajikan informasi yang tidak
berkualitas. Dengan demikian diperlukan penataan sarana reklame di ruang publik kota.
Persoalan parkir juga perlu menjadi perhatian karena, biasanya menjadi keluhan bagi
pengguna jalan dan parkir itu sendiri. Sampai saat ini penempatan parkir yang berada di
kawasan perdagangan di Kota Tasi masih menggunakan ruang publik yaitu trotoar dan
badan jalan. Ini tentu saja berdampak kepada fungsi jalan sebagai sarana sirkulasi yang
tidak berjalan baik. Kecelakaan lalu lintas dan ketidak-nyamanan pejalan kaki dalam
menggunakan trotoar merupakan dampak negatif dari ketidaktertiban parkir selama ini.
Sehingga ini menuntut penyediaan kantong parkir yang kondusif yang disesuaikan
dengan tingkat kebutuhan kawasan yang ada. Kawasan perdagangan merupakan
kawasan yang sangat ramai dikunjugi oleh masyarakat sehingga tentu saja
membutuhkan kantong parkir yang memadai
Saat ini di kota Kabupaten Kaur telah berkembang banyak provider/operator telepon
seluler. Persaingan untuk memberikan pelayanan yang terbaik di antara masing-masing
operator telepon seluler salah satunya diwujudkan dengan perluasan jangkauan area
sinyal. Untuk mendukung hal ini pendirian BTS terus dikembangkan. Akibatnya
penentuan lokasi bangunan tidak terencana dengan baik karena berada pada kawasan
permukiman kota. Tentu saja hal ini memiliki dampak yang negatif pada sektor sosial,
kesehatan maupun kualitas lingkungan atau kawasan.
Terkait dengan berbagai permasalahan tersebut, diperlukan beberapa program dibidang
Penataan Bangunan dan Lingkungan, antara lain:
a. Diperlukan instrumen penataan dan pengendalian bangunan dan lingkungan di sekitar Pasar Barabai;
b. Diperlukan infrastruktur pendukung seperti; lampu jalan, pedestrian, bak sampah, saluran drainase, dll;
c. Diperlukan Ruang Terbuka Hijau Kota dan ruang publik semacam taman kota;
d. Diperlukan pembangunan dan revitalisasi kawasan wisata.
e. Perbaikan prasarana jalan yang mengalami kerusakan;
f. Pembuatan jalan permukiman;
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 6-31 6.2.4 Usulan Program dan Kegiatan
Program yang diusulkan dalam RPIJM ini didasarkan pada permasalahan dan rekomendasi
yang telah disebutkan di atas yaitu :
1. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota Bintuhan
2. Penyusunan RTBL, terutama pada kawasan-kawasan:
a. Kawasan sekitar Pasar
b. Kawasan Tumbuh Cepat, terutama pada koridor jalan Pusat Kota Bintuhan.
3. Penyusunan Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota (RTH), terutama pada kota Bintuhan
4. Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan.
Dengan adanya program dan kegiatan tersebut, pengendalian pelaksanaan pengembangunan
tata bangunan dan lingkungan dapat dilakukan, antara lain:
1. Pengendalian dan penertiban Sarana Reklame
2. Pengadaan dan penertiban bangunan dan lingkungan pada ruang publik
3. Penataan, pembinaan dan pengendalian Pedagang Kaki Lima (PKL)
4. Penataan dan Pengendalian Bangunan Telepon Seluler (BTS)
5. Revitalisasi kawasan, baik pada sekitar kawasan Pasar, koridor jalan utama dan kawasan-kawasan wisata yang potensial dikembangkan.
6. Penyediaan RTH dan Taman Kota
6.3 Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
6.3.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan
konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi
sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum. Penyelenggara pengembangan
SPAM adalah badan usaha milik negara (BUMN)/badan usaha milik daerah (BUMD),
koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan
penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum. Penyelenggaraan SPAM
dapat melibatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan SPAM berupa pemeliharaan,
perlindungan sumber air baku, penertiban sambungan liar, dan sosialisasi dalam
penyelenggaraan SPAM.
Beberapa peraturan perundangan yang menjadi dasar dalam pengembangan sistem
Pemerintah Kabupaten Kaur Tahun Anggaran 2013 6-32 i) Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Pada pasal 40 mengamanatan bahwa pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum
rumah tangga dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM).
Untuk pengembangan sistem penyediaan air minum menjadi tanggung jawab
Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
ii) Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program Jangka
Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025
Perundangan ini mengamanatkan bahwa kondisi sarana dan prasarana masih rendah
aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan.
iii) Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum
Bahwa Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun,
memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan,
manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk
melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih
baik. Peraturan tersebut juga menyebutkan asas penyelenggaraan pengembangan
SPAM, yaitu asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan
keserasian, keberlanjutan, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas.
iv) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan
dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Peraturan ini mengamanatkan bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan/
penyediaan air minum perlu dilakukan pengembangan SPAM yang bertujuan untuk
membangun, memperluas, dan/atau meningkatkan sistem fisik dan non fisik daam
kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat
menuju keadaan yang lebih baik dan sejahtera.
v) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang
Peraturan ini menjelaskan bahwa tersedianya akses air minum yang aman melalui
Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan
perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari.
Secara lebih spesifik, berbagai kebijakan dan strategi pengembangan SPAM yang sesuai