• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN PADA NY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN PADA NY"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

RASA NYAMAN PADA NY. S POST OPERASI

SECTIO CAESARIA ATAS INDIKASI

KETUBAN PECAH DINI DI

RUANG KENANGA RSUD

KARANGANYAR

DI SUSUN OLEH :

RIKA DUWI HIDAYAT

NIM.P.09095

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

(3)

i

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

RASA NYAMAN PADA NY. S POST OPERASI

SECTIO CAESARIA ATAS INDIKASI

KETUBAN PECAH DINI DI

RUANG KENANGA RSUD

KARANGANYAR

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DI SUSUN OLEH :

RIKA DUWI HIDAYAT

NIM. P.09095

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

(4)

ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : RIKA DUWI HIDAYAT NIM : P.09095

Program Studi : DIII KEPERAWATAN

Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN PADA NY. S POST OPERASI SECTIO CAESARIA ATAS INDIKASI KETUBAN PECAH DINI DI RUANG KENANGA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta,…..April 2012 Yang Membuat Pernyataan

RIKA DUWI HIDAYAT NIM. P.09095

(5)

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah diajukan oleh :

Nama : RIKA DUWI HIDAYAT NIM : P.09095

Program Studi : DIII KEPERAWATAN

Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

RASA NYAMAN PADA NY. S POST OPERASI SECTIO CAESARIA ATAS INDIKASI KETUBAN PECAH DINI DI RUANG KENANGA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi D3 Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : Hari/ Tanggal :

Pembimbing: Noor Fitriyani, S.Kep.,Ns (……..………..) NIK. 201187085

(6)

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah diajukan oleh :

Nama : RIKA DUWI HIDAYAT NIM : P.09095

Program Studi : D3 KEPERAWATAN

Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN PADA NY. S POST OPERASI SECTIO CAESARIA ATAS INDIKASI KETUBAN PECAH DINI DI RUANG KENANGA RSUD KARANGANYAR

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi D3 Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : Hari/ Tanggal :

DEWAN PENGUJI

Penguji I : Noor Fitriyani, S.Kep.,Ns (……..………..) NIK. 2011 87 085

Penguji II : Dyah Ekarini, S. Kep., Ns (……..………..) NIK. 2001 79 001

Penguji III : Anissa Cindy Nurul Afni, S. Kep., Ns (……..………..) NIK. 2011 87 086

Mengetahui,

Ketua Pr ogram Studi DIII Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta

Setiyawan, S. Ke., Ns NIK. 201084050

(7)

v

MOTTO

1. Usaha yang maximal adalah kunci menuju kesuksesan, dan doa adalah sebagai tiangnya.

2. Semua kegagalan adalah kunci dari kesuksesan.

3. Dengan ilmu kehidupan menjadi mudah dengan seni hidup menjadi indah dengan agama kehidupan menjadi terarah

4. Kebaikan tidak akan bernilai selama di ucapkan akan tetapi bernilai setelah di kerjakan.

5. Hidup yang penuh kebahagiaan tidak akan terjadi begitu saja, dibutuhkan banyak doa, kerendahan hati, pengorbanan, dan cinta.

6. Orang yang terbutakan oleh ambisi akan mengangkat dirinya sampai keposisi tertinggi - posisi yang tak memungkinkan baginya untuk naik lebih tinggi lagi, sehingga akhirnya dia jatuh dan menderita kerugian besar.

7. Kita tak punya kuasa atas datangnya suatu peristiwa, tetapi kita memiliki kuasa untuk menentukan sikap dalam merespon peristiwa.

(8)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa Karena berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN PADA NY. S POST OPERASI SECTIO CAESARIA ATAS INDIKASI KETUBAN PECAH DINI DI RUANG KENANGA RSUD KARANGANYAR”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Setiyawan, S. Kep., Ns , selaku Ketua Program studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta.

2. Erlina Windyastuti, S. Kep.,Ns , selaku Sekretaris Ketua Program Stikes Kusuma Husada Surakarta.

3. Noor Fitriyani, S. Kep., Ns , selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurna studi kasus ini.

(9)

vii

4. Dyah Ekarini, S. Kep., Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurna studi kasus ini.

5. Anissa Cindy Nurul Afni, S. Kep., Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurna studi kasus ini.

6. Semua dosen Program studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.

7. Kedua orang tuaku tercinta dan semua anggota keluarga, yang selalu menjadi inspirasi, memberikan dukungan, semangat, dan do’a untuk menyelesaikan pendidikan.

8. Muhammad R. Septyonugroho, yang selalu memberikan dukungan, semangat dan do’a untuk menyelesaikan studi kasus ini.

9. Teman-teman Mahasiswa Program DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Semoga laporan studi kasus ini bermafaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin

Surakarta,…..April 2012 Penulis

(10)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penulisan ... 4

C. Manfaat penulisan ... 4

BAB II LAPORAN KASUS A.Identitas Klien ... 6

B.Pengkajian ... 6

C.Perumusan Masalah Keperawatan ... 9

D.Intervensi ... 10

E.Implementasi ... 11

(11)

ix

BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan ... 15 B. Simpulan ... 23 Daftar Pustaka

Lampiran

(12)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Log Book

Lampiran 3 Format Pendelegasian Pasien

Lampiran 4 Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data Lampiran 5 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

(13)

xi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rika Duwi Hidayat Tempat, tanggal lahir : Sragen, 02 Januari 1991 Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat Rumah : Banaran, Kalijambe, Sragen Riwayat Pendidikan :

1. TK Dharma Wanita Banaran lulus tahun 1997 2. SD Negeri Banaran II lulus tahun 2003 3. MTs Negeri 1 Gondangrejo lulus tahun 2006 4. SMA Negeri Gondangrejo lulus tahun 2009 Riwayat Pekerjaan : -

Riwayat Organisasi : -

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ukuran keberhasilan suatu pelayanan kesehatan tercermin dari penurunan angka kematian ibu (Maternity Mortality Rate) sampai pada batas angka terendah yang dapat dicapai sesuai dengan kondisi dan situasi setempat serta waktu. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002 sampai 2003, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup atau setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal karena berbagai sebab. Salah satu penyebab dari AKI yaitu ibu melahirkan atas indikasi ketuban pecah dini (KPD). Insidensi KPD berkisar 4,5 % sampai 7,6 % dari seluruh kehamilan. Pada ibu post partum melahirkan bayi prematur berkisar antara 40 % - 60 % dan angka kematian perinatal bayi prematur meningkat nyata (Puspasari, Nurbaeti, dan Komariah, 2010).

Ketuban pecah dini merupakan proses pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda-tanda persalinan (Manuaba, 2008). Pada ibu hamil dengan ketuban pecah dini kemungkinan besar menimbulkan risiko tinggi infeksi dan bahaya kompresi tali pusat, maka dalam penatalaksanaan perawatannya dianjurkan untuk pemantauan ibu maupun janin dengan ketat. Penatalaksanaan perawatan klien yang mengalami ketuban pecah dini dalam meminimalkan risiko

(15)

2

terjadinya infeksi dapat dilakukan dengan cara monitor atau pemantauan tanda vital ibu dan janin, evaluasi karakteristik cairan ketuban dari tanda-tanda infeksi, minimalkan pemeriksaan dalam, serta pemeriksaan spesimen vagina untuk mengetahui ada tidaknya invasi bakteri yang dapat menyebabkan infeksi. Perawatan lain yang perlu juga dilakukan adalah menjaga kebersihan diri klien (personal hygiene) dan perawatan untuk kebersihan daerah perineal. Penatalaksanaan perawatan ketuban pecah dini bisa dilakukan melalui tindakan kolaboratif dengan tenaga medis (misalnya pembedahan) dan tindakan keperawatan untuk menghindari bahaya infeksi ketuban pecah dini (Puspasari, Nurbaeti, dan Komariah, 2010).

Proses persalinan yang lama, persalinan dengan tindakan induksi, ketuban pecah dini lebih dari 24 jam, serta air ketuban sudah keruh harus segera dilakukan tindakan pembedahan sectio caesaria karena beresiko sepsis neonatorum (Manuaba, 2008).

Sectio Caesaria adalah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan lebih dari 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh (Gulardi & Wiknjosastro, 2006). Komplikasi post sectio caesaria yang timbul adalah nyeri pada daerah insisi, potensi terjadinya trombosis, potensi terjadinya penurunan kemampuan fungsional, penurunan elastisitas otot perut dan otot dasar panggul, perdarahan, luka kandung kemih, infeksi, bengkak pada ekstremitas bawah, dan gangguan laktasi (Kurniawati, 2008).

Menurut Maslow, terbebas dari nyeri merupakan kebutuhan dasar manusia secara fisiologis. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan primer

(16)

3

dan mutlak harus terpenuhi yang menjadi syarat dasar bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara homeostasis biologis dan kelangsungan hidup. Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya dan hanya pada orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Uliyah Musrifatul, 2006).

Penyebab nyeri ada 2, yaitu fisik dan psikis. Secara fisik misalnya penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi maupun elektrik), neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi darah, dan lain-lain. Secara psikis penyebab nyeri dapat terjadi karena trauma psikologis (Asmadi, 2008).

Hasil studi kasus pada Ny. S dengan post sectio caesaria atas indikasi KPD ditemukan masalah utama nyeri. Pada trauma mekanik karena tindakan pembedahan akan menimbulkan nyeri, karena ujung-ujung saraf bebas mengalami kerusakan akibat sayatan ataupun insisi sehingga serabut saraf reseptor nyeri terganggu (Asmadi, 2008).

Berdasarkan fenomena diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat study kasus “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman pada Ny. S Post Operasi Sectio Caesaria atas Indikasi Ketuban Pecah Dini di Ruang Kenanga Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar”.

(17)

4

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Melaporkan kasus pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada Ny. S dengan post operasi sectio caesaria atas indikasi KPD di Ruang Kenanga Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada pasien post operasi sectio caesaria atas indikasi KPD. b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pemenuhan

kebutuhan rasa nyaman pada pasien post operasi sectio caesaria atas indikasi KPD.

c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada pasien post operasi sectio caesaria atas indikasi KPD.

d. Penulis mampu melakukan Implementasi pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada pasien post operasi sectio caesaria atas indikasi KPD. e. Penulis mampu melakukan Evaluasi pemenuhan kebutuhan rasa

nyaman pada pasien post operasi sectio caesaria atas indikasi KPD. f. Penulis mampu menganalisa kondisi nyeri yang terjadi pada pasien

(18)

5

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi penulis

Menambah pengetahuan dan pengalaman, khususnya dalam memeberikan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada pasien post operasi sectio caesaria atas indikasi KPD.

2. Bagi institusi

Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan keperawatan pada ibu post partum dengan post sectio caesaria yang nantinya diharapkan dapat memberikan tambahan bagi perkembangan ilmu dan praktik keperawatan maternitas.

(19)

6

BAB II

LAPORAN KASUS

Bab ini penulis menjelaskan tentang resume “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman pada Ny.S dengan Post Sectio Caesaria atas indikasi KPD di Ruang Kenanga Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar”. Resume asuhan keperawatan pada Ny. S meliputi identitas, pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi sesuai masalah keperawatan, implementasi yang telah dilakukan dan evaluasi.

A. Identitas

Pasien bernama Ny. S, umur 38 tahun, alamat Jenggrik Ganten Kerjo Karanganyar, beragama islam, masuk rumah sakit pada tanggal 05 April 2012 dengan diagnosa medis post SC atas indikasi Ketuban Pecah Dini.

B. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 5 April 2012 dengan metode autoanamnesa dan alloanamnesa.

Pada pengkajian riwayat kehamilan sekarang, pasien mengatakan keluar cairan banyak dari jalan lahir sejak sehari kemarin, kemudian pasien dibawa ke Rumah Bersalin bidan setempat. Oleh bidan, pasien dirujuk untuk dibawa ke Rumah Sakit Umun Daerah Karanganyar. Pada tanggal 5 April 2012 jam 09.30 pasien datang di IGD (Instalasi Gawat Darurat) Rumah Sakit Umum

(20)

7

Daerah Karanganyar kiriman dari bidan dengan G1 (kehamilan pertama), hamil 37 minggu KPD. Pasien datang dengan keadaan umum pasien cukup, tekanan darah: 110/80 mmHg, nadi: 12 x/menit, suhu: 360C, pernafasan: 18 x/menit, TFU: 32 cm, posisi janin: puka, preskep, DJJ: 144 x/menit, his tidak ada. Pada jam 10.00 dilakukan tindakan operasi sectio caesaria. Jam 11.00 lahir seorang bayi berjenis kelamin laki-laki dengan berat 2900 gram, bayi lahir dengan keadaan normal, tidak ada cacat fisik. Pada jam 11.45 pasien dipindahkan ke Ruang Kenanga.

Saat dilakukan pengakajian di ruangan, keluhan utama pasien setelah dilakukan operasi sectio caesaria yaitu pasien mengatakan nyeri di perut bawah pusar bekas operasi sectio caesaria, terasa seperti teriris - iris dengan skala nyeri 5 dan nyeri dirasakan ketika miring ke kiri.

Pada pengkajian riwayat kesehatan keluarga, pasien mengatakan tidak terdapat penyakit keturunan seperti Diabetes Melitus, Hipertensi, Jantung. Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi terhadap obat dan makanan, serta sebelumnya belum pernah dioperasi.

Data pengakajian pola fungsional kesehatan menurut Gordon, yaitu pola kognitif dan persepsi sensori: pasien mengatakan nyeri di perut bawah pusar bekas operasi sectio caesaria, terasa seperti teriris-iris dengan skala nyeri 5, nyeri dirasakan ketika miring ke kiri. Pola aktivitas dan latihan: sebelum sakit pasien mengatakan dapat beraktifitas secara normal dan mandiri, selama sakit pasien mengatakan dalam memenuhi aktifitasnya seperti makan/minum, berpakaian, mobilitas tempat tidur, berpindah, ambulasi

(21)

8

dengan bantuan orang lain (skore penilaian 2), pada toileting dengan bantuan alat (skore penilaian 3). Pola istirahat dan tidur: sebelum sakit pasien mengatakan dapat tidur dengan nyenyak kurang lebih 6 jam per hari, selama sakit pasien mengatakan susah tidur dan sering terbangun saat tidur karena nyeri yang dirasakan post operasi sectio caesaria. Pola seksualitas, pasien mengatakan haid yang pertama yaitu saat umur 13 tahun, siklus haid 6 hari, pasien mengatakan belum pernah KB (Keluarga Berencana).

Data pengkajian pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil keadaan umum pasien cukup baik dengan kesadaran komposmentis, pasien terlihat miring ke kanan. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah: 110/70 mmHg, nadi: 80 x/menit, suhu: 37, 20C, pernafasan: 20 x/menit. Pada pemeriksaan head to toe, mata: simetris kanan dan kiri, bersih, konjungtiva tidak anemis. Mulut: kebersihan cukup, tidak sianosis, tidak ada stomatitis, ada karies gigi, tidak memakai gigi palsu. Telinga: bersih, tidak ada serumen, tidak menggunakan alat bantu pendengaran.

Hasil pemeriksaan paru-paru didapatkan hasil inspeksi: pengembangan dada kanan kiri sama, tidak menggunakan otot bantu pernafasan; palpasi: fokal vremitus kanan kiri sama, tidak ada nyeri tekan; perkusi: sonor diseluruh lapang paru; auskultasi: bunyi nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan. Hasil pengakajian sistem kardiovaskuler didapatkan hasil inspeksi: Ictus cordis tidak tampak; palpasi: Ictus cordis teraba di SIC 5; perkusi: pekak; auskultasi: bunyi Jantung 1 dan II murni, tidak ada suara bising jantung, pasien mengatakan tidak mempunyai kelainan jantung. Pada pemeriksaan

(22)

9

payudara, ASI dan kolostrum belum keluar, papilla mamae menonjol, tidak terjadi pembengkakan pada areola mamae, hiperpigmentasi areola mamae.

Hasil pemeriksaan abdomen, saat dilakukan pemeriksaan secara Inspeksi: terdapat luka bekas operasi SC, balutan tidak rembes, ada striae, panjang balutan ± 12 cm; auskultasi: peristaltik usus 4 x/menit; palpasi: ada nyeri tekan disekitar area pembedahan (dikuadran VIII: hypogastric).

Hasil pengkajian pada ekstremitas yaitu, pada ekstremitas atas hasilnya terpasang infus di lengan kanan, tidak ada cacat atau kelainan pada ekstremitas atas, tidak ada oedem kanan atau kiri. Pada ekstremitas bawah hasilnya tidak oedem, tidak ada kelainan pada ekstremitas bawah baik kanan maupun kiri. Hasil pengkajian pada genetalia kebersihan cukup, pada perineum tidak ada bekas luka episiotomi, keluar lokhea Rubra sebanyak kurang lebih 25 cc.

Hasil pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu pemeriksaan laboratorium: Hemoglobin 11,6 g/dl (nilai normal: 11,7 - 16,2), Leukosit 7,5.103/µl (nilai normal: 5,0 – 10,0)

Terapy obat yang diberikan pada tanggal 5 April 2012 Cefotaxim (2 x 1000 mg), Gentamicin (2 x 80 mg), Alinamin F (1 x 10 ml), Ranitidin (2 x 150 mg), Ketorolax (2 x 10 mg). Tanggal 6 April 2012, Cefotaxim (2 x 1000 mg), Gentamicin (2 x 80 mg), Ketorolax (2 x 10 mg). Tanggal 7 April 2012, Cefotaxim (2 x 1000 mg), Gentamicin (2 x 80 mg).

(23)

10

C. Rumusan Masalah

Hasil pengakajian pada pasien didapatkan data fokus: data subjektif pasien mengatakan nyeri setelah operasi SC, dengan kualitas seperti teriris-iris, di perut bawah pusar, dengan skala 5, dan nyeri dirasakan ketika miring ke kiri. Data objektif berdasarkan hasil observasi pasien terlihat susah tidur dan sering terbangun karena nyeri, pasien terlihat miring ke kanan untuk menghindari nyeri. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah: 110/70 mmHg, nadi: 80 x/menit, pernafasan: 20 x/menit.

Dari data tersebut dapat dirumuskan diagnosa keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.

D. Rencana Keperawatan

Berdasarkan rumusan masalah yang didapatkan, maka penulis menyusun rencana keperawatan dengan tujuan, setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan nyeri teratasi dengan kriteria hasil: pasien mengatakan nyaman setelah nyeri berkurang skala nyeri kurang dari 2, tanda-tanda vital normal (tekanan darah: 120/80 mmHg, nadi: 60-100 x/menit, respirasi: 16 – 24 x/menit), pasien melaporkan nyeri berkurang dengan menggunakan managemen nyeri, pasien mampu mengenali nyeri, pasien mampu mengontrol nyeri dan tidak mengalami gangguan tidur. Rencana tindakan yang dilakukan yaitu, 1) monitor tanda-tanda vital dengan rasional tekanan darah dapat meningkat secara dini sehubungan dengan rangsangan simpatis kemudian turun bila curah jantung terpenuhi dan

(24)

11

takikardi juga terjadi pada respon terhadap rangsangan simpatis dan dapat berlanjut sebagai kompensasi bila curah jantung turun, 2) observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan dengan rasional untuk mengetahui respon pasien tehadap nyeri, 3) lakukan pengkajian karakteristik nyeri secara komprehensif dengan rasional membantu membedakan nyeri dini dan alat evaluasi kemungkinan kemajuan menjadi tidak stabil, 4) ajarkan tentang tehnik non farmakologi untuk mengurangi nyeri: tehnik relaksasi nafas dalam dengan rasional membantu dalam penurunan persepsi atau respon nyeri dan memberikan kontrol situasi dan meningkatkan perilaku positif, 5) berikan posisi yang nyaman dengan rasional menurunkan rangsang eksternal dimana ansietas dan regangan jantung serta keterbatasan terhadap situasi saat ini, 6) kolaborasi dengan dokter untuk memberikan analgetik dengan rasional mengontrol nyeri dan menurunkan rangsangan system saraf pusat.

E. Implementasi Keperawatan

Setelah merencanakan tindakan keperawatan maka penulis memberikan tindakan keperawatan pada pasien sesuai perencanaan.

Pada tanggal 5 April 2012 jam 12.00 melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, dengan respon subjektif pasien mengatakan nyeri setelah operasi SC, dengan kualitas seperti teriris-iris, di perut bawah pusar, dengan skala 5, dan nyeri dirasakan ketika miring ke kiri.

(25)

12

Jam 12.10 dilakukan implementasi keperawatan mengobservasi non verbal dari ketidaknyamanan, dengan respon objektif pasien sering terbangun saat tidur, pasien terlihat miring ke kanan untuk menghindari nyeri.

Jam 12.15 dilakukan implementasi memonitor tanda-tanda vital, dengan respon subjektif pasien mengatakan bersedia dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital. Respon objektif hasil pemeriksaan didapatkan tekanan darah: 100/70 mmHg, nadi: 80 x/menit, pernafasan: 20 x/menit.

Pada jam 12.30 dilakukan implementasi keperawatan mengajarkan tehnik non farmakologi untuk mengurangi nyeri dengan tehnik relaksasi nafas dalam, dengan respon subjektif pasien mengatakan bersedia diajarkan tehnik relaksasi, dari respon objektif pasien mampu melakukan tehnik relaksasi secara mandiri.

Pada jam 14.00 dilakukan implementasi keperawatan berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik, dengan respon subjektif pasien mengatakan bersedia diinjeksi, secara objektif obat telah masuk IV sesuai program.

Pada tanggal 6 April 2012 jam 09.00 melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, dengan respon subjektif pasien mengatakan nyeri setelah operasi SC, terasa cekit-cekit, diperut bawah pusar, dengan skala 3, dan nyeri dirasakan ketika miring ke kiri.

Jam 09.15 melakukan implementasi keperawatan mengobservasi non verbal dari ketidaknyamanan, dengan respon objektif pasien berposisi miring ke kanan untuk menghindari nyeri.

(26)

13

Jam 14.00 dilakukan implementasi berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik, dengan respon subjektif pasien mengatakan bersedia diinjeksi, dari respon objektif obat telah masuk IV sesuai program.

Pada tanggal 7 April 2012 jam 10.00 melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, dengan respon subjektif pasien mengatakan sudah tidak nyeri dan sudah bisa tidur.

Jam 10.30 melakukan implementasi mengobservasi non verbal dari ketidaknyamanan, dengan respon objektif pasien terlihat rileks, tenang, dan nyaman.

Jam 14.00 dilakukan implementasi berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik, dengan respon subjektif pasien mengatakan bersedia diinjeksi, dan respon objektif obat masuk IV sesuai program.

F. Evaluasi

Evaluasi hasil dilakukan setelah penulis selesai melakukan tindakan sesuai dengan intervensi keperawatan.

Hasil evaluasi pada tanggal 5 April 2012 jam 14.00 WIB yaitu, secara subjektif pasien mengatakan nyeri setelah operasi SC dengan kualitas seperti teriris-iris di perut bawah pusar dengan skala 5 dan nyeri dirasakan ketika miring ke kiri, dari hasil observasi pasien terlihat susah tidur, pasien terlihat miring ke kanan untuk menghindari nyeri, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah: 100/70 mmHg, nadi: 80x/menit, pernafasan: 20 x/menit. Analisa masalah nyeri belum teratasi. Intervensi dilanjutkan yaitu

(27)

14

monitor tanda-tanda vital, observasi reaksi non verbal, pengkajian karakteristik nyeri secara komprehensif, kolaborasi dengan dokter untuk memberikan analgetik.

Evaluasi tanggal 6 April 2012 jam 13.30 WIB diperoleh hasil subjektif pasien mengatakan nyeri setelah operasi sectio caesaria seperti cekit-cekit di perut bawah pusar dengan skala 3 dan nyeri dirasakan ketika miring ke kiri. Secara objektif pasien terlihat agak rileks, dan obat telah diinjeksikan sesuai program. Analisa masalah nyeri belum teratasi. Pertahankan intervensi yaitu monitor tanda-tanda vital, observasi reaksi non verbal, pengkajian karakteristik nyeri secara komprehensif, kolaborasi dengan dokter untuk memberikan analgetik.

Evaluasi tanggal 7 April 2012 jam 13.30 WIB, dengan hasil subjektif pasien mengatakan sudah tidak nyeri dan sudah bisa tidur. Secara objektif pasien tampak rileks, tenang, nyaman, dan obat masuk IV sesuai program. Analisa masalah nyeri teratasi. Intervensi dihentikan.

(28)

15

BAB III

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

Bab ini penulis akan membahas tentang “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman pada Ny.S dengan Sectio Caesaria atas indikasi Ketuban Pecah Dini di Ruang Kenanga Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar”. Prinsip dari pembahasan ini penulis memfokuskan pada masalah keperawatan utama pada pasien sesuai dengan KDM (Kebutuhan Dasar Manusia). Disamping itu, penulis akan membahas tentang faktor pendukung dan kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara teori dengan kenyataan yang sesuai dengan tahapan proses keperawatan pada Ny. S.

A. Pembahasan

Ketuban pecah dini merupakan proses pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda-tanda persalinan (Manuaba, 2008). Ketuban pecah dini kemungkinan besar menimbulkan resiko tinggi infeksi dan bahaya kompresi tali pusat, maka dalam penatalaksanaan perawatannya dianjurkan untuk pemantauan ibu maupun janin dengan ketat (Puspasari, Nurbaeti, dan Komariah, 2010).

Pada kasus ketuban pecah dini lebih dari 24 jam serta air ketuban sudah keruh maka harus segera dilakukan tindakan pembedahan sectio caesaria karena beresiko sepsis neonatorum (Manuaba, 2008).

(29)

16

Hasil pengkajian riwayat kehamilan sekarang, pasien mengatakan sehari sebelum dibawa ke rumah sakit dengan rujukan bidan, sudah keluar cairan dari jalan lahir. Umur kehamilan 37 minggu, dari hasil pemeriksaan abdomen, his tidak ada. Kemudian dilakukan tindakan operasi sectio caesaria jam 11.00. Pada jam 11.45 pasien dipindahkan ke Ruang Kenanga.

Sectio caesaria adalah prosedur bedah untuk mengeluarkan janin melalui insisi yang dibuat di abdomen maternal. Indikasi untuk dilakukannya operasi sectio caesaria antara lain disproporsi sefalo pelvik, gawat janin, plasenta previa, ketuban pecah dini, pernah sectio caesaria, kelainan letak, pre-eklamsi dan hipertensi (Adelle Pilliteri, 2002).

Tindakan pembedahan akan menyebabkan ujung saraf khusus terstimulasi dan mentransmisikan informasi disepanjang lintasan saraf yang bertindak sebagai peringatan bahwa jaringan rusak sehingga timbul rasa nyeri (Billington, 2010).

Hasil studi kasus pada Ny. S dengan post operasi sectio caesaria, pasien mengeluh nyeri setelah dilakukan operasi sectio caesaria, terasa seperti teriris – iris, di perut bawah pusar bekas operasi sectio caesaria, dengan skala nyeri 5, dan nyeri dirasakan ketika miring ke kiri.

Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan dengan mengacu pada teori Gordon, antara lain: pola aktivitas dan latihan, setelah melahirkan semua aktivitas klien dibantu oleh keluarga karena nyeri menghambat aktifitas pasien. Nyeri yang dirasakan pasien setelah dilakukan tindakan pembedahan menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari, sehingga

(30)

17

pergerakan pasien sangat terbatas, dan aktivitas dibantu orang lain (Potter & Perry, 2006).

Pola istirahat tidur setelah operasi sectio caesaria, pasien mengatakan susah tidur dan tidurnya sering terbangun karena nyeri yang dirasakan. Batasan karakteristik nyeri akut salah satunya adalah adanya gangguan tidur (Heather Herdman, 2011). Siklus tidur yang kurang terjaga mempengaruhi dan mengatur fungsi fisiologis dan respon perilaku (Potter & Perry, 2006). Tidur merupakan kebutuhan, bukan suatu keadaan istirahat yang tidak bermanfaat. Tidur merupakan proses yang diperlukan manusia untuk pembentukan sel – sel tubuh yang baru, perbaikan sel – sel tubuh yang rusak, memberi waktu organ tubuh untuk istirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh (Mass, 2002).

Pada pola kognitif dan persepsi sensori setelah operasi sectio caesaria, pasien mengatakan nyeri pada seperti teriris-iris, di perut bawah pusar, dengan skala nyeri 5, dan nyeri saat miring ke kiri. Dari hasil observasi pasien terlihat miring ke kanan untuk menghindari nyeri. Faktor-faktor fisiologis dan kognitif berinteraksi dengan faktor-faktor neurofisiologis dalam mempersepsikan nyeri, terdapat tiga sistem interaksi persepsi nyeri sebagai sensori diskriminatif, motivasi afektif dan kognitif evaluatif, persepsi menyadarkan individu dan mengartikan nyeri itu sehingga individu dapat bereaksi (Potter dan Perry, 2006).

Berdasarkan pengkajian pada Ny. S ditemukan masalah keperawatan utama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.

(31)

18

Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa. Dan faktor yang menyebabkan nyeri tersebut dari agen cidera fisik seperti: biologis, zat kimia, fisik, psikologis (Heather Herdman, 2011).

Batasan karakteristik nyeri antara lain melaporkan nyeri secara verbal, gangguan tidur, perubahan posisi untuk melindungi nyeri, perilaku melindungi area nyeri, perubahan tekanan darah, nadi dan frekuensi pernafasan (Heather Herdman, 2011).

Hasil pengkajian pada tanggal 5 April 2012 didapatkan data objektif: pasien mengatakan nyeri setelah operasi SC dengan kualitas seperti teriris-iris di perut bawah pusar dengan skala 5 dan nyeri dirasakan ketika miring ke kiri. Data subjektif: pasien terlihat susah tidur, selalu memegangi perut area pembedahan, pasien terlihat miring ke kanan untuk menghindari nyeri, tekanan darah: 100/70 mmHg, nadi: 80x/menit. Disini terdapat kesesuaian antara teori dengan kasus yang ada. Penulis menemukan tanda dan gejala nyeri dalam kasus post operasi sectio caesaria pada Ny. S yang telah sesuai dengan batasan karakteristik menurut (Heather Herdman, 2011).

Berdasarkan rumusan masalah yang didapatkan, maka penulis menyusun rencana keperawatan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri teratasi dengan kriteria hasil menggunakan metode SMART: S (sesuai masalah), M (dapat di ukur), A (dapat di capai), R (dapat di pertimbangkan), T (time): pasien mengatakan

(32)

19

nyaman setelah nyeri berkurang, tanda-tanda vital normal, pasien melaporkan nyeri berkurang dengan menggunakan managemen nyeri, pasien mampu mngenali nyeri, pasien mampu mengontrol nyeri dan tidak mengalami gangguan tidur. Adapun alasan penulis melakukan tindakan keperawatan selama 3 kali dalam 24 jam karena keluhan utama pasien post operasi sectio caesaria adalah nyeri dengan skala 5. Diharapkan tindakan keperawatan yang diberikan selama 3 kali dalam 24 jam dapat menurunkan skala nyeri yang bertahap setiap harinya sehingga masalah keperawatan nyeri post operasi sectio caesaria dapat teratasi dalam waktu yang telah ditentukan.

Rencana tindakan yang dilakukan yaitu, monitor tanda-tanda vital, tekanan darah dapat meningkat secara dini sehubungan dengan rangsangan simpatis kemudian turun bila curah jantung terpenuhi dan takikardi juga terjadi pada respon terhadap rangsangan simpatis dan dapat berlanjut sebagai kompensasi bila curah jantung turun (Doenges, 2000); observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan, dimensi perilaku dari nyeri meliputi serangkaian perilaku yang dapat diobservasi berhubungan dengan nyeri yang dirasakan dan bertindak sebagai cara mengkomunikasikan ke lingkungan bahwa seseorang tersebut mengalami atau merasakan nyeri (Fordyce, 1978); lakukan pengkajian karakteristik nyeri secara komprehensif, intensitas nyeri adalah sejumlah nyeri yang dirasakan oleh individu dan sering kali digambarkan dengan kata-kata seperti ringan, sedang dan berat yang dapat dilaporkan dengan angka yang menggambarkan skor dari nyeri yang dirasakan. Sedangkan kualitas nyeri adalah berkaitan dengan bagaimana nyeri itu

(33)

20

sebenarnya dirasakan individu. Kualitas nyeri seringkali digambarkan dengan berdenyut, menyebar, menusuk, terbakar dan gatal. Pada kasus nyeri, pasien sering melaporkan kualitas nyerinya seperti nyeri tajam, berdenyut, pedih, menusuk, tertekan berat, atau juga bertambah (Rufaidah, 2007).

Intervensi selanjutnya yaitu: ajarkan tentang tehnik non farmakologi untuk mengurangi nyeri: tehnik relaksasi nafas dalam, metode pereda non farmakologis biasanya mempunyai resiko yang sangat rendah. Tindakan tersebut mungkin diperlukan untuk mempersingkat episode nyeri yang berlangsung hanya beberapa detik atau menit, yaitu teknik relaksasi nafas dalam, dimana relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri. Tehnik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat dan berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernafas dengan perlahan dan nyaman Beberapa terapy non farmakologis, seperti teknik relaksasi dan distraksi dapat mengurangi persepsi nyeri dan dapat digunakan dalam keadaan perawatan akut dan perawatan tersier di rumah dan pada keadaan restorasi (Brunner & Suddarth, 2002). Berikan posisi yang nyaman. Menurut Maslow, terbebas dari nyeri merupakan kebutuhan dasar manusia secara fisiologis. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan primer dan mutlak harus terpenuhi yang menjadi syarat dasar bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara homeostasis biologis dan kelangsungan hidup.

Tindakan farmakologi yang dapat diberikan yaitu kolaborasi dengan dokter untuk memberikan analgetik. Tindakan terapy ini digunakan dalam

(34)

21

kombinasi dengan tindakan farmakologis yang bertujuan untuk mengubah persepsi pasien tentang nyeri, mengubah perilaku nyeri, dan memberi pasien rasa pengendalian yang lebih besar. Tindakan farmakologis digunakan untuk penanganan dalam proses pemulihan dari prosedur dan trauma medis yang menyakitkan. Pendekatan sistematik memungkinkan tenaga kesehatan berespon cepat terhadap ketidaknyamanan yang pasien alami. Dalam hal ini, tim perawatan kesehatan berkolaborasi untuk menemukan kombinasi terapy yang paling baik bagi pasien untuk mengatasi nyeri dengan pemberian obat seperti analgetik (Potter & Perry, 2006).

Pada tanggal 5 April 2012 jam 12.00 melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif. Jam 12.10 dilakukan implementasi keperawatan mengobservasi non verbal dari ketidaknyamanan. Jam 12.15 dilakukan implementasi memonitor tanda-tanda vital. Jam 12.30 dilakukan implementasi keperawatan mengajarkan tehnik non farmakologi untuk mengurangi nyeri dengan tehnik relaksasi nafas dalam. Jam 14.00 dilakukan implementasi keperawatan berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik. Kriteria hasil belum dapat tercapai karena pasien post operasi sectio caesaria hari ke-0. Nyeri post bedah merupakan nyeri akut yang berlangsung kurang dari 6 bulan dengan serangan yang muncul mendadak dengan sebab dan daerah nyerinya yang dapat diketahui (Brunner & Suddart, 2002).

Tanggal 6 April 2012 jam 09.00 melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif. Jam 09.15 melakukan implementasi keperawatan mengobservasi non verbal dari ketidaknyamanan. Jam 14.00 dilakukan

(35)

22

implementasi berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik. Pada hari pertama post operasi sectio caesaria, penulis tidak mengajarkan tehnik non farmakologi: nafas dalam, karena setelah dievaluasi pasien sudah mampu melakukan tehnik non farmakologi nafas dalam secara mandiri. Penulis tidak memonitor tanda-tanda vital pasien karena pada saat akan melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, pasien baru saja tidur . Evaluasi hasil setelah dilakukan tindakan keperawatan, nyeri telah berkurang dengan menunjukkan skala nyeri awalnya 5 menjadi 3, pasien sudah terlihat lebih rileks, intervensi dilanjutkan.

Tanggal 7 April 2012 jam 10.00 melakukan implementasi mengkaji nyeri secara komprehensif. Jam 11.00 melakukan implementasi keperawatan mengobservasi non verbal dari ketidaknyamanan. Jam 14.00 dilakukan implementasi berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik. Setelah dilakukan tindakan keperawatan, masalah nyeri dapat teratasi dengan melihat kriteria hasil pasien mengatakan sudah tidak nyeri, sudah bisa tidur, dan secara objektif pasien terlihat rileks, tenang, dan nyaman.

Hasil evaluasi pada hari Kamis tanggal 5 April 2012, masalah nyeri belum dapat teratasi. Karena merupakan hari ke-0 post operasi SC. Intervensi dapat dilanjutkan. Evaluasi hari Jum’at tanggal 6 April 2012, masalah nyeri belum teratasi, tetapi skala nyeri sudah berkurang dari skala 5 menjadi 3. Intervensi dipertahankan. Evaluasi hari Sabtu tanggal 7 April 2012, masalah nyeri sudah teratasi, intervensi dihentikan.

(36)

23

Masalah keperawatan nyeri post operasi SC pada Ny. S dapat teratasi dalam waktu 3x24 jam karena tindakan farmakologi dan non farmakologi yang diberikan secara maksimal dan kopping adaptif dari pasien baik.

B. Simpulan dan saran

1. Simpulan

Hasil pengkajian pada Ny. S dengan post operasi sectio caesaria atas indikasi KPD ditemukan masalah nyeri dengan diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.

Rencana tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan tujuan nyeri dapat teratasi dengan intervensi : 1) monitor tanda-tanda vital, 2) observasi reaksi non verbal, 3) pengkajian karakteristik nyeri secara komprehensif, 4) ajarkan tehnik non farmakologi untuk mengurangi nyeri dengan tehnik relaksasi, 5) berikan posisi yang nyaman, 6) kolaborasi dengan dokter untuk memberikan analgetik.

Implementasi yang sudah dilakukan yaitu monitor tanda-tanda vital, observasi reaksi non verbal, pengkajian karakteristik nyeri secara komprehensif, ajarkan tehnik non farmakologi untuk mengurangi nyeri dengan tehnik relaksasi, berikan posisi yang nyaman, kolaborasi dengan dokter untuk memberikan analgetik. Pada hari ke-0 post operasi SC telah sesuai dengan intervensi. Pada hari pertama dan hari ke dua post operasi SC, ada beberapa implementasi yang tidak terlaksana.

(37)

24

Evaluasi hari pertama belum sesuai tujuan evaluasi hari kedua terjadi penurunan skala dari 5 menjadi 3, serta pasien lebih nyaman dari sebelumnya. Evaluasi ke tiga sesuai dengan tujuan terjadi penurunan skala kurang dari 2, pasien mengatakan nyaman.

2. Saran

Melihat hasil kesimpulan di atas, adapun saran sebagai berikut: a. Bagi Rumah Sakit

Pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan nyeri akut post operasi sectio caesaria penting dilakukaan pemberian tindakan farmakologi dan non farmakologi untuk mempercepat penyembuhan. b. Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan prasarana bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan ketrampilannya dalam melalui praktek klinik dan pembuatan laporan. c. Bagi penulis selanjutnya

Dalam pemberian tindakan non farmakologi alangkah baiknya kalau tidak hanya tehnik relaksasi nafas dalam, tetapi dengan tindakan yang lainnya seperti tehnik distraksi, relaksasi otot skeletal dan tehnik non farmakologi lainnya untuk mengurangi nyeri.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan taufiq, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Mata pelajaran... menitikberatkan kajiannya pada aspek kognitif, ... sebagai pedoman atas kemampuan siswa baik pikiran, prilaku maupun keterampilan yang

The gradient sparsity MAP deconvolution takes 9 s on the image in Figure 2, while the non-blind deconvolution Richardson-Lucy al- gorithm with the blur kernel set by the

Apakah anda menjadi lebih baik dalam menyimak setelah di terangkan tentang keterampilan

We can conclude that during this case study, compared to manual recording methods, Computer Vision Photogrammetry proved capable of significantly reducing

 Metode Pelaksanaan tidak menggambarkan penyelesaian seluruh rangkaian pekerjaan dengan baik, yaitu tidak menyajikan cara kerja bagian dari pekerjaan utama yang mendukung

The purpose of MOWER Project is to identify and study the erosional features (terraces and channels) and associated sedimentary deposits (mainly sandy contourites

Apabila nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel maka dapat disimpulkan terjadi pengaruh intervening, sebaliknya apabila t hitung lebih rendah dari nilai t