• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II SITU SANGIANG SEBAGAI SITUS SEJARAH - Rizal Rahman Hakim Alfaridi BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II SITU SANGIANG SEBAGAI SITUS SEJARAH - Rizal Rahman Hakim Alfaridi BAB II"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

SITU SANGIANG SEBAGAI SITUS SEJARAH

A. Sejarah desa Banjaran

Banjaran merupakan salah satu desa di Kabupaten Majalengka yang mempunyai keterikatan sejarah dengan kerajaan Mataram dan kerajaan - kerajaan lain di kepulauan Indonesia karena berlatar belakang sejarah yang begitu erat dan berkaitan satu sama lainnya. Leluhur desa Banjaran yang kini dimakamkan di blok Banjaran Girang dikenal dengan nama Mbah Dalem Aria Saringsingan merupakan leluhur yang hingga kini makam keramatnya masih sering menjadi tempat ziarah terutama orang-orang dari Jawa Tengah, Cirebon bahkan dari daerah diluar kepulauan Jawa.

Cerita berawal pada tahun 1590 raja kelima Talaga Manggung, yaitu Pangeran Setya Pati Aria Kikis ( Sunan Wanaperih) meninggal. Beliau merupakan putra ke 2 dari enam bersaudara Ratu Sunya Larang dan digantikan oleh putra ketiganya yaitu Pangeran Apun Surawijaya untuk melanjutkan kerajaan Talaga Manggung. Kerajaan pada masa Pangeran Apun Surawijaya saat itu dititik beratkan pada bidang agama sehingga jalinan komunikasi dengan kerajaan Cirebon semakin erat dan semakin bersatu dalam kenegaraannya. Salah satu putri dari Ibunda Ratu Sunyalarang yaitu Ratu Radeya menikah dengan putra Sunan Umbu Luar yaitu Raden Ulun Parancaherang yang terkenal dengan nama Mbah Dalem Aria Saringsingan. Beliau sangat disegani oleh masyarakat karena kejujuran , keberanian dan kesaktiannya.

(2)

hikayat ringkas yang saya dapatkan bahwa, alasan sebenarnya Mbah Dalem Aria Saringsingan berangkat ke Mataram karena untuk melepaskan diri dari kewajiban-kewajiban yang harus di laksanakan seperti membayar upeti/pajak ke Mataram yang seharusnya tidak pernah terjadi hanya karena kesalahpahaman sultan Mataram yang mengira kerajaan Talaga adalah jajahan mereka. Itu terjadi kira-kira sekitar tahun 1614-1618 M, Mbah Dalem Aria Saringsingan lalu membuat huru-hara untuk memancing keributan dengan niat yang sudah dari awal direncanakan.

Melihat kesaktian dan kesabaran Mbah Dalem Aria Saringsingan kerajaan Talaga Manggung mengutus beliau untuk berangkat ke Mataram mengikuti kejuaraan tersebut hanya berbekal tekad yang kuat untuk membela kerajaan berangkatlah Mbah Dalem Aria Saringsingan menuju kerajaan Mataram. Beliau berangkat melalui Kuningan dan disanalah beliau mendapatkan bekal yaitu seekor kuda kecil yang kini lebih sering kita kenal dengan kuda Kuningan yang kecil tapi berani sesudah dari kuningan beliau memulung sebuah muncang di daerah Cilimus sampai sekarang biji muncang Cilimus terkenal kuat.

Setelah melewati beberapa hari perjalanan akhirnya tiba juga Mbah Dalem Aria Saringsingan di Kerajaan Mataram beliau mendapatkan urutan terakhir, baik dalam pertandingan balapan kuda maupun adu Muncang. Dalam balapan kuda Mbah Dalem Aria Saringsingan karena kesaktiannya berhasil menjadi juara dan dalam adu muncang Mbah Dalem Aria Saringsingan berhasil membuka kedok kecurangan dari sang raja Mataram, ternyata sang raja Mataram menggunakan muncang yang terbuat dari baja. Hal itulah yang membuat Mbah Dalem Aria Saringsingan berniat membuka kebenaran dan menegakan keadilan.

(3)

sembah sujud selalu diakhiri dengan senyum yang berbeda seolah menertawakan sang raja. Merasa ada yang janggal dalam setiap penghormatan utusan, masuklah raja Mataram kedalam istana dan berkaca diri. Alangkah terkejutnya raja Mataram setelah melihat mukanya sendiri yang tampak dengan jelas bahwa kumisnya ternyata hilang sebelah, Raja Mataram berpikir ini adalah ulah dari Aria Saringsingan, karena hanya dialah yang mempunyai kesaktian untuk melakukan hal itu.

Tanpa berpikir panjang Raja Mataram langsung memerintahkan prajuritnya untuk menangkap Mbah Dalem Aria Saringsingan, namun tidak segampang yang diperintahkan karena kesaktian Mbah Dalem Aria Saringsingan ternyata sulit untuk bisa menangkap. Jika oleh prajurit Mbah Dalem Aria Saringsingan tampak ada di selatan namun setelah dikepung ternyata nampak ada di utara begitujuga jika nampak di utara ternyata ada di timur karena itu pulalah digelarkan padanya “Saringsingan” yang artinya susah untuk ditemui atau ditangkap oleh prajurit mataram.

Pengejaran pasukan Mataram terhadap Mbah Dalem Aria Saringsingan dari wilayah selatan terus dilakukan sampai ke wilayah perbatasan Talaga tepatnya di mata air Citungtung, di sana prajurit mataram menghentikan pengejaran karena oleh Mbah Dalem Aria Saringsingan di mata air tersebut dijebak oleh air yang begitu bening dan tikar dengan daun pulus sehingga prajurit mataram banyak yang mati setelah meneguk air seolah tidur ditikar daun pulus tersebut makanya mata air itu diberi nama Citungtung yang artinya Panungtungan (Yang terakhir).

(4)

untuk menangkap Mbah Dalem Aria Saringsingan karena sebelum mereka datang ke padepokan Mbah Dalem Aria Saringsingan (Banjaran Girang) mereka oleh kesaktian Mbah Dalem Aria Saringsingan dialihkan jalannya ke arah barat kini tanda itu di kenal lewat sungai kecil Cisempong artinya disempongkeun (dialihkan), sehingga Mbah Dalem Aria Saringsingan tetap aman di padepokannya.

Karena peristiwa Mbah Dalem Aria Saringsingan itulah para tetua-tetua kerajaan dan rakyat berpendapat bahwa padepokan Mbah Dalem Aria Saringsingan akan banyak dikunjungi tamu atau orang yang mau berguru ilmu kesaktian maka disebutlah Babanjiran (Banjaran) Yang artinya kebanjiran oleh tamu baik yang mau berguru ilmu ataupun yang hanya sekedar berziarah.

Hal itu sampai sekarang terbukti bahwa tamu yang datang ke Makom Mbah Dalem Aria Saringsingan mayoritas dari daerah Cirebon, Jawa Timur dan Jawa Tengah bahkan ada yang sengaja datang berkunjung dari luar pulau Jawa untuk berjiarah ke makam Mbah Dalem Aria Saringsingan tersebut.

(5)

Barang-barang pusaka pada masa kerajaan Banjaran seperti Goong Renceng diperintahkan oleh Mbah Dalem Aria Saringsingan untuk diserahkan oleh Mbah Buyut Nayaga selaku bidang kebudayaan kepada Kerajaan Talaga Manggung agar tidak terjadi hal-hal yang musrik terhadap prajuritnya mengingat faham yang dianut oleh kerajaan banjaran adalah Islam. Goong Renceng adalah barang pusaka yang sekarang ada di musium Talaga manggung konon kabarnya jika Goong tersebut dinaikan keatas panggung maka akan berbunyi sendiri karena ditabuh oleh kesaktiannya Mbah Buyut Nayaga. Menurut narasumber setelah Raja Aria Saringsingan wafat para Balad Kurawa kerajaan Mbah Dalem Aria Saringsingan meninggalnya tidak dikubur melainkan dijelma menjadi pohon Wargu dan jika para prajurit atau rakyatnya yang membutuhkan pertolongan maka sudah disediakan sebuah kolam dari mata air yang letaknya tidak jauh dari makam keramatnya sekarang yang diberi nama situ hideung. Dari cerita yang turun temurun dan adat kebiasaan para leluhur hingga kini jika ada calon yang ingin jadi kepala desa Banjaran atau yang hendak menjadi calon pegawai apapun maka, kebiasaanya yaitu Ziarah ke Makam Mbah Dalem Aria Saringsingan

Tampuk Pemerintahan Desa Banjaran

NO NAMA KEPALA DESA MASA JABATAN

1 Aris I 1837-1866

2 Aris II 1866-1880

3 Martadinata 1880-1907

4 Sawali 1907-1918

5 Oyib 1918-1920

(6)

7 Saleh 1950-1963

8 Raden D Chaeruman 1963-1967

9 H.M.I. Asyikin 1967-1998

10 H.M.O.Hopipuddin 1998-2008

11 Efen Supra’I, S.Pd. 2008-2016

12 Erick Prasetya Marta 2016

B. Sejarah Situ Sangiang

(7)

Cikijing) selama 4 tahun 4 bulan 4 hari. Raden Panglurah mohon izin kepada ayah serta ibunya untuk dapat bertapa di Gunung Bitung yang lamanya 7 tahun 7 bulan 7 hari. Setelah permintaannya dikabulkan, maka berangkatlah raden Panglurah menuju Gunung Bitung di tempat tapa ratu Ponggong Sang Romahiyang.

Ketika raden Panglurah sedang tapa di Gunung Bitung, kemudian datang seorang pemuda yang gagah perkasa keturunan Palembang (Sriwijaya) yang sedang berkelana menghadap sang raja untuk menghambakan diri pada sunan Talaga Manggung. Oleh raja Talaga Manggung diterima dan diberikan pekerjaan sebagai hamba keratin. Pada waktu itu tidak ada yang mengerti bahasanya, dan Karena dia berasal dari Palembang datang dari gunung dan terus berada di gunung maka diberi julukan Palembanggunung.

Palembanggunung dalam menghambakan dirinya memperlihatkan kepandaian serta budi tinggi, bahkan sangat setia kepada sang raja, dan sangat hormat kepada teman sekerjaan, memperlihatkan penguasaannya dalam segala bidang sehingga lama kelamaan di jadikan patih. Negara Talaga menjadi semakin maju dalam segala hal. Berhubung sang raja sangat tertarik akan tingkah laku serta tindak tanduknya Palembanggunung, akhirnya dijadikan menantu dijodohkan dengan puteri Ratu Mas Dewi Simbar Kancana. Ratu Mas Dewi Simbar Kancana termashur atas kecantikannya, sehingga banyak putera raja-raja tetangga yang terpikat dan inigin meminangnya, tapi karena patuh pada orang tua dijodohkan pada kehendak orang tua Ratu Mas Dewi Simbar Kancana pada patih Palembanggunung itu, apalagi melihat akan kebijaksanaannya dalam mengemudikan negara, maka Ratu Mas Dewi Simbar Kancana tidak menolaknya dijodohkan oleh ayah handanya itu.

(8)

membuat istana kepatihan di Walangsuji agar leluasa memerintah dan mengolah negara serta tentram berumah tangga. Juga hal ini Karena Sunan Talaga Manggung sudah merasa Lelah memerintah mengolah negara Karena ketua-annya, sedang yang berhak menjadi raja putera sulung masih tapa di Gunung Bitung masih lama untuk pulang ke negara.

(9)

Pada suatu waktu kira-kira jam lima pagi Sunan Talaga Manggung baru bangun dari tidurnya dan menuju jamban, beliau diintai oleh Centang Barang, kemudian di tempat yang gelap ditumbak pada pinggang sebelah kiri, sehingga mendapat luka yang parah. Sehubungan keris pusaka itu sangat ampuh, maka hanya dengan satu tusukan yang tepat mengenai paha kirinya Sunan Talaga Manggung sudah dapat membuatnya tidak berdaya dan bahkan sampai meninggal. Centang Barang setelah melakukan pembunuhan kemudian lari jauh dan diburu oleh penjaga, tetapi sang prabu berkata, “Biarlah si Centang Barang jangan diburu, nanti juga ia celaka mendapat balasan dari Dewa karena ia durhaka”. Setelah si Centang Barang keluar dari keraton,

ia menjadi gila, ia menggigit-gigit anggota badanya sampai ia mati. Palembanggunung Mendapat kabar tentang peristiwa itu, lalu ia berangkat menengoknya, tetapi keraton tidak ada (hilang) dengan seisinya hilang menjadi situ yang sekarang dinamakan Situ Sangiang Talaga. Setelah keadaan keraton hilang, Patih Palembang Gunung diangkat menjadi raja di Talaga.

Menurut arsip hal 21, peristiwa menghilang atau ngahiang Sunan Talaga Manggung menafsrikan lain menurutnya, setelah Abdi Dalem Centang Barang berhasil membunuh Sunan Talaga Manggung, bersamaan dengan itu di daerah pusat pemerintahan kerajaan Talaga turun hujan sangat deras mengakibatkan terjadi banjir dan tebing dekat keratin longsor sehingga bangunan keratin terkubur, di atas longsor tanah yang mengubur keraton itu menimbulkan cekungan tanah yang lama kelamaan terisi air akhirnya menjadi situ/dananu.

(10)

Pada saat palembanggunung sedang tidur nyenyak di tikamnya (digorok) oleh tusuk konde Ratu Mas Dewi Simbar Kancana, sehingga mati seketika itu juga.

Setelah Palembanggunung itu mati, kerajaan belum ada yang menjabatnya maka di angkat Raden Panglurah yang baru pulang dari petapaan (putra sulung dari sunan Talaga Manggung) sedatangnya ke Sangiang beliau merasa kaget karena keadaan keraton sudah musnah hanya nampak situ saja dan setelah beliau mendapat kabar dari orang yang bertemu ditempat itu bahwa keraton sudah di pindah tempatkan ke Walang Suji (desa Kagok).

Ketika Ratu Mas Dewi Simbar Kancana sedang kumpulan dengan ponggawa, datanglah Raden Panglurah yang menuju kepada Ratu Simbar Kencana dan kemudian oleh Ratu Mas Dewi Simbar Kancana diterangkan atas kematian ayah handanya. Kemudian Raden Panglurah meminta agar yang melanjutkan pemerintahan adalah Ratu Mas Dewi Simbar Kancana sendri, dan beliau (Raden Panglurah) akan menyusul ayah handanya dengan meminta empat pengawalnya, setelah permintaan dikabulkannya, beliau menuju Situ Sangiang dan setelah tiba di Situ Sangiang tersebut beliau beserta pengawalnya turun ke situ sangiang dan turut menghilang.

Setelah Palembanggunung meninggal dunia, Ratu Mas Dewi Simbar Kancana menikah lagi dengan Raden Kusumalaya Ajar Kutamangu, keturunan Galuh dan mempunyai putra Sunan Parung, dan setelah Ratu Mas Dewi Simbar Kancana meninggal dunia, kerajaan pun diturunkannya kepada putranya Sunan Parung. Adapun bekas keratonnya sudah diubah-ubah menjadi rumah tembok, hanya pintu-pintu dan dinding-dindingnya saja yang ada terbuat dari ukiran kuno, dimiliki oleh keturunanya.

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya, salawat dan salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW serta

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi karakteristik pasien myopia dengan ablasio retina regmatogen yang menjalani operasi , karakteristik tindakan operasi

Berdasarkan hasil uji simultan (uji F) dari ketiga tahun tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa secara simultan dan konsisten variable independent (ROA,

Tingkat jarak sosial (distance rating) berkenaan dengan parameter perbedaan umur, jenis kelamin, dan latar belakang sosiokultural, misal penggunaan bentuk pronomina kamu

Dialah yang memberikan nikmat dan anugrah yang tidak terhitung banyaknya, sehingga pada kesempatan ini penulis mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara dengan head office dan staff acounting tax CV Serasan Sekundang Mandiri yaitu

Dapat dilihat tingkat asam dan basa pada penelitian ini, mata air yang mempunyai pH normal yaitu ulu salu dan arrangang jati, kemudian sumber mata air yang mendekati

Menurut saya, brownies ini memiliki rasa tomat yang sesuai dengan selera saya 48. Saya suka dengan tekstur dari