• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP DIRI MAHASISWA UNTIRTA PENDENGAR ELECTRONIC DANCE MUSIC (EDM) PADA EVENT DJAKARTA WAREHOUSE PROJECT (DWP) 2015 - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KONSEP DIRI MAHASISWA UNTIRTA PENDENGAR ELECTRONIC DANCE MUSIC (EDM) PADA EVENT DJAKARTA WAREHOUSE PROJECT (DWP) 2015 - FISIP Untirta Repository"

Copied!
215
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Konsentrasi Hubungan Masyarakat Program Studi Ilmu Komunikasi

Oleh

STEPTIAN AKBAR 6662102584

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)
(3)
(4)
(5)

DALAMNYA SEBAB KETAKUTAN MENGHADAPINYA LEBIH

MENGANGGU DARIPADA SESUATU YANG KAU TAKUTI SENDIRI

(ALI BIN ABI THALIB)

KARENA SESUNGGUHNYA SESUDAH KESULITAN ITU ADA

KEMUDAHAN, SESUNGGUHNYA SESUDAH N KESULITAN ITU

ADA KEMUDAHAN

(SURAT AL-INSYIRAH 5:6)

(6)

Pendengar Electronic Dance Music (EDM) Pada Event Djakarta Warehouse Project (DWP) 2015. Pembimbing I: Dr. Rd. Nia Kania Kurniawati, S.IP., M.Si. dan Pembimbing II: Dr. Ing Rangga Galura G, M.Si.

UNTIRTA merupakan satu-satunya Universitas Negeri dibawah Kemenristekdikti yang berada di Provinsi Banten, tepatnya di Kota Serang dan Cilegon. Adanya perkembangan zaman, mempengaruhi Konsep Diri mahasiswa UNTIRTA dimana jika dilihat dari letak geografisnya UNTIRTA dekat dengan Ibu Kota Negara yaitu Jakarta yang menjadi pusat perkembangan musik Electronic Dance Music (EDM) di Indonesia dan lokasi diselenggarakannya event Djakarta Warehouse Project (DWP), sehingga disinyalir memunculkan animo sebagian kecil mahasiswa UNTIRTA pendengar musik Electronic Dance Music (EDM) untuk menghadiri event Djakarta Warehouse Project (DWP) dengan berbagai macam alasan juga motif dan simbol yang beragam. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep diri mahasiswa UNTIRTA pendengar Electronic Dance Music (EDM) pada event Djakarta Warehouse Project (DWP) 2015. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Interaksi Simbolik. Menurut teori ini, suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Perspektif Interaksi Simbolik berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan mengumpulkan data melalui wawancara dan observasi. Informan kunci dalam penelitian ini adalah dua orang mahasiswa. Berdasarkan pada hasil penelitian dengan key Informan mulai mencari tahu tentang Electronic Dance Music (EDM) sejak sekitar tahun 2010-2015 karena kebutuhan pribadi dari keduanya dalam rutinitas sehari-hari. tercipta (mind) dari key informan yang dirasa perlu untuk sejenak mendapatkan hiburan. Dalam sehari key informan bisa berjam-jam dalam mendengarkan Electronic Dance Music (EDM). Key informan memiliki keinginan (self) untuk datang ke event Djakarta Warehouse Project (DWP) yang up to date, keren, high class, glamour, mewah, dan berstatus sosial tinggi. Kedua key informan sejatinya adalah mahasiswa dan merupakan seseorang yang lahir dan tumbuh di lingkungan masyarakat (society) yang terlalu fanatik terhadap satu jenis musik tertentu misalnya Electronic Dance Music (EDM). Masyarakat (society) memang ada yang menerima ada yang mungkin tidak menerima keberadaan mereka sebagai pendengar Electronic Dance Music (EDM), namun kembali kepada orangnya selama masih dalam batas kewajaran.

(7)

And Supervisor II: Dr. Ing. Rangga Galura G, M.Si.

UNTIRTA is the only State University under Kemenristekdikti located in Banten province, specifically in the city of Serang and Cilegon. The existence of the times, affecting the Self Concept student UNTIRTA which, if viewed from its geographical position UNTIRTA close to the Capital City of Jakarta at the center of the development of music Electronic Dance Music (EDM) in Indonesia and the location of the holding of the event Djakarta Warehouse Project (DWP), so they are led to the interest of a small portion of students UNTIRTA music listeners Electronic Dance music (EDM) to attend the event Djakarta Warehouse Project (DWP) for various reasons too diverse motifs and symbols. The purpose of this study was to determine the student's self-concept UNTIRTA listener Electronic Dance Music (EDM) in the event Djakarta Warehouse Project (DWP) 2015. The theory used in this research is the theory of Symbolic Interaction. According to this theory, an activity that is characteristic of the person, that the communication or exchange of symbols given meaning. Symbolic Interaction Perspective trying to understand human behavior from the perspective of the subject. This study uses qualitative descriptive method by collecting data through interviews and observations. The key informants in this study were two students. Based on research with key informants began to find out about Electronic Dance Music (EDM) since about 2010-2015 for the personal needs of both the daily routine. created (mind) of key informants were deemed necessary for the moment to get entertainment. In a day of key informants can take hours to listen Electronic Dance Music (EDM). Key informants have the desire (self) to come to the event Djakarta Warehouse Project (DWP) are up to date, cool, high class, glamor, luxury, and high social status. Both key informant actually is a student and a person who was born and grew up in the community (society) who are fanatical about a particular type of music, for example Electronic Dance Music (EDM). Society (society) do exist are received there who might not accept their presence as a listener Electronic Dance Music (EDM), but returned to the person as long as the limits of reasonableness.

(8)

yang berjudul “KONSEP DIRI MAHASISWA UNTIRTA PENDENGAR ELECTRONIC DANCE MUSIC (EDM) PADA EVENT DJAKARTA WAREHOUSE PROJECT (DWP) 2015”. Shalawat serta salam senantiasa kita sampaikan kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Maksud dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat menempuh ujian sarjana program S1 (Strata Satu) pada program studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Hubungan Masyarakat di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Penulis telah mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis dengan kerendahan hati menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M.PD selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa atas kontribusinya sebagai pemimpin di kampus penulis.

2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Ibu Dr. Rahmi Winangsih, M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

4. Ibu Dr. Rd. Nia Kania Kurniawati, S.IP.,M.Si selaku dosen pembimbing satu skripsi, terimakasih karena telah membantu memberikan arahan serta masukan untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Ing Rangga Galura G, M.Si selaku dosen pembimbing dua skripsi yang telah membantu memberikan arahan serta masukan untuk menyelesaikan skripsi ini. 6. Bapak Iman Mukhroman, S.Sos, M.Si selaku ketua penguji sidang, terima kasih

untuk meluangkan waktunya untuk menguji saya.

(9)

Komunikasi.

9. Kedua orang tua, Agus Wibisono dan Nety Usmiyati, yang tanpa putus memberikan doa dan cinta kasih, terimakasih yang tak terkira untuk motivasi dan nasihat yang telah Papa dan Mama berikan hingga pendidikan ini selesai.

10.Adik tersayang, Junio Agusta. Terimakasih atas segala dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11.Para informan kunci Agi Maulana Rizky, Merina Fauziyah dan informan pendukung Muhamad Ridwan, M. Firmansyah yang telah menyempatkan waktunya dan memberikan banyak informasi kepada penulis, sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

12.Mondar Mandir Management Amallia Utami Putri, S.Ikom Indra Handayani, S.Ikom, Akmal Alamsyah, S.Ikom, Amriyatunnisa, S.Ikom dan Dhamar Indraloka. Terimakasih atas segala sindiran, doa dan dukungannya yang membuat penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. Kalian sahabat terbaik.

13.Agung, Yanto, M. Vicky Darmawan, Sari Puji Fitriani dan teman menunggu dosen lainnya, terimakasih atas bantuan dan dukungannya.

14.BASTARD Andi Muhammad Adzan Khomeni Baso, S.T, Achmad Reza Permana S.Kom, Bella Muhammad Anugrah, S.Pd, Eko Prasetyo, Amd.Kep, Baik Muhammad Ramadhan, S.T, Amir Syopian, Amd.ak, Budi, Pudin, Mamad, Kiki, Kuntring, Fian, Bona, Defri, Riska Dwi Apriliani, S.E, Litta Ladia Refna, S.Akun, Indah Puspita Sari, S.E, dan teman-teman Coboy Senior, Terimakasih sudah banyak membantu dan menemani dengan canda tawa kalian selama pengerjaan skripsi ini. 15.Teman-teman Ilmu Komunikasi 2010 kelas F NR Yosa, Eki, Risya, Titi, Puput,

Mbak Putri, Maya, Vita, Sarah, Widi, Windi, Bunda Sinta, Tata, Caca, Grego, Yaumu, Safiullah, Megi dan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu namanya, terimakasih atas segala kenangan yang penuh dengan warna. Terimakasih telah mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

(10)

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan baik dari segi kemampuan penyajian maupun pengetahuan yang dimiliki oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang ada, maka kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan penulis untuk memperbaiki kesalahan dan melengkapi kekurangan. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Serang, Februari 2017

(11)

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

2.1.3 Unsur-unsur Komunikasi ... 18

(12)

2.4 Tinjauan Tentang Mahasiswa ... 43

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ... 54

(13)

4.3.2 Self mahasiswa UNTIRTA pendengar Electronic Dance Music (EDM)pada

eventDjakarta Warehouse Project (DWP) 2015... 88

4.3.3 Society memaknai Konsep Diri mahasiswa UNTIRTA pendengar Electronic Dance Music (EDM) pada event Djakarta Warehouse Project (DWP) 2015 ... 96

4.4 Informan Pendukung ... 98

4.5 Pembahasan ... 102

BAB V PENUTUP ... 117

5.1 Kesimpulan ... 117

5.2 Saran ... 119

DAFTAR PUSTAKA ... 121

LAMPIRAN ... 124

(14)

GAMBAR 1 EventDjakarta Warehouse Project (DWP) ... 125

GAMBAR 2 Key Informan ... 125

GAMBAR 3 Wristbrand Djakarta Warehouse Project (DWP) ... 126

GAMBAR 4 Venue Djakarta Warehouse Project (DWP) ... 126

GAMBAR 5 Prohibited Items ... 127

GAMBAR 6 Ticket Box & Line up ... 127

GAMBAR 7 Ticket Price’s ... 128

(15)
(16)

Halaman

LAMPIRAN 1 Dokumentasi ... 125

LAMPIRAN 2 Draft Wawancara Key Informan ... 133

LAMPIRAN 3 Draft Wawancara Informan Pendukung ... 134

LAMPIRAN 4 Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Informan ... 140

LAMPIRAN 6 Transkrip Wawancara Key Informan 1 ... 141

LAMPIRAN 7 Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Informan ... 153

LAMPIRAN 8 Transkrip Wawancara Key Informan 2 ... 154

LAMPIRAN 9 Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Informan ... 165

LAMPIRAN 10 Transkrip Wawancara Informan Pendukung 1 ... 166

LAMPIRAN 11 Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Informan... 181

LAMPIRAN 12 Transkrip Wawancara Informan Pendukung 2 ... 191

LAMPIRAN 13 Catatan Lapangan ... 192

LAMPIRAN 14 Catatan Lapangan ... 193

LAMPIRAN 15 Catatan Lapangan ... 194

LAMPIRAN 16 Catatan Lapangan ... 195

(17)

1.1 Latar Belakang Masalah

Modernisasi di era globalisasi menyebabkan tergesernya budaya setempat dari lingkungannya, yang disebabkan oleh kemunculan sebuah kebudayaan baru yang konon katanya lebih atraktif, fleksibel dan mudah dipahami sebagian masyarakat, bahkan masyarakat yang memiliki status sosial yang rendah pun dapat dengan mudah menerapkannya. Fenomena ini tidaklah dianggap terlalu aneh untuk dibicarakan dan bahkan sudah menjadi bagian dari budaya baru hasil dari para importir yaitu para penguasa industri budaya yang sengaja memporakporandakan tatanan budaya yang sudah mapan selama bertahun-tahun menjadi bagian dari jati diri bangsa Indonesia itu sendiri.

Fenomena modernisasi melahirkan kehidupan yang telah banyak mengubah cara pandang dan pola hidup masyarakat, sehingga peradaban yang terlahir adalah terciptanya budaya masyarakat konsumtif dan hedonis dalam lingkungan masyarakat kapitalis (Marisaduma, 2007:30). Globalisasi dan perkembangan teknologi menyebabkan industri wisata dan hiburan malam berkembang pesat di kota-kota besar (Stevanio, 2007:01).

(18)

dengan selalu ramainya pengunjung tempat-tempat hiburan malam di perkotaan seperti Ibu kota Jakarta bahkan hingga penuh sesak saat akhir pekan tiba.

'Memasuki Fable ibarat memasuki dunia berbeda…' Club di bawah bendera grup All-In Entertainment ini terletak di lantai dua Fairground SCBD dan bisa menampung sekitar 800 club-goers. Yang membuat tempat ini selalu penuh sekitar 700 pengunjung ini akan merasakan nuasa hijau di dalam club karena tata lampu hampir di semua ornamen interior mereka berwarna hijau.1

Beberapa hal yang menyebabkan animo pengunjung selalu ramai adalah sering didatangkannya Disk Jockey (DJ) dari lokal kenamaan atau mancanengara dan diputarnya lagu bergenre Electronic Dance Music (EDM) yang cenderung up beat dan suasana menjadi meriah. Electronic Dance Music (EDM) merupakan sebuah genre musik yang banyak dimainkan di tempat-tempat hiburan malam, genre musik ini menggunakan instrumen elektronik, baik dalam pembuatan lagu maupun memainkannya. Instrumen-instrumen tersebut berupa controller, mixer, recorder, keyboard, dan sebagainya.

Electronic Dance Music (EDM) sudah tidak asing ditelinga anak muda zaman sekarang. Hadirnya aliran musik Electronic Dance Music (EDM) ini tidak lepas dari tangan-tangan kreatif para Disk Jockey (DJ). Instrumen untuk menghasilkan musik Electronic Dance Music (EDM) seperti synthesizer, turntable, mixer, bass, dan sebagainya. Electronic Dance Music (EDM) bahkan bisa diproduksi melalui berbagai aplikasi komputer. Musik-musik yang dihasilkan merupakan gabungan dari berbagai instrumen elektronik tersebut.2

1

http://lifestyle.okezone.com/read/2015/08/04/298/1190427/lima-club-malam-paling-happening-di-jakarta, diakses pada hari Sabtu 04 Februari 2016 pukul 12:30 WIB

2

(19)

Electronic Dance Music (EDM) hadir sebagai event di Indonesia sejak tahun 2012 hingga saat ini.

Event adalah suatu kegiatan yang diselenggarakan untuk memperingati hal-hal penting sepanjang hidup manusia, baik secara individu atau kelompok yang terikat secara adat, budaya, tradisi, dan agama yang diselenggarakan untuk tujuan tertentu serta melibatkan lingkungan masyarakat yang diselenggarakan pada waktu tertentu (Any Noor didalam buku Event Management, 2009:7).

Di Ibu Kota Jakarta sendiri menyediakan sebuah wadah yang bernama Djakarta Warehouse Project (DWP) bagi para penikmat musik Electronic Dance Music (EDM).

“Karena banyaknya animo penikmat musik Electronic Dance Music (EDM), banyak promotor konser di berbagai belahan dunia membuat konser atau festival musik, seperti Tommorowland,TommorowWorld, Ultra Music Festival, A State of Trance, dan lain-lain. Promotor konser di Indonesia pun tak mau kalah. Untuk memenuhi permintaan penggemar musik Electronic Dance Music (EDM) di Indonesia, berbagai konser dan festival musik Electronic Dance Music (EDM) pun diselenggarakan, seperti Dreamfields dan Djakarta Warehouse Project (DWP). Para promotor tersebut mengundang berbagai Disk Jockey (DJ) kelas dunia untuk performance pada konser atau festival musik yang mereka selenggarakan. Istilah keren bagi pesta, konser, atau festival musik Electronic Dance Music (EDM) disebut rave party.”3

Djakarta Warehouse Project (DWP) sebagai sebutan yang sudah tidak asing lagi ditelinga generasi muda yang relatif aktif di sosial media seperti instagram, twitter, facebook, dan lain sebagainya. Hal ini ditandai dengan banyaknya meme atau gambar lelucon yang mengangkat fenomena Djakarta Warehouse Project

3

Made Widya Paramartha. 2015. Melihat Sisi lain Lain Musik EDM,

(20)

(DWP) diberbagai sosial media tersebut, yang menjadikan nama baru bagi identitas yang mengikuti perkembangan zaman tersebut.

Event Djakarta Warehouse Project (DWP) mengalami perkembangan secara signifikan, hal ini terbukti dari penjualan tiket Djakarta Warehouse Project (DWP) di tahun 2012 terjual mencapai 15.000 tiket.

Disebutkan lagi nantinya tiap penampil akan menyuguhkan sekitar 1,5 jam. Antusiasme tinggi pun diperoleh oleh event ini dengan jumlah tiketyang telah terjual. "Tiketnya minggu pertama 6000 tiket, itu udah 2 bulan yang lalu. Sekarang paling udah 10.000. Nanti ada tiket box juga. Tahun ini targetnya 15 ribu," ucap Edward Kurniadi, Brand Marketing Djarum Super MLD saat media chill out, Aria Cafe, di kawasan Sudirman, Jakarta, Selasa (4/12).4

Pada tahun 2013 Djakarta Warehouse Project (DWP) mengalami peningkatan jumlah tiket yang terjual sebanyak 35.000 tiket.

Kalau 2013 lalu Djakarta Warehouse Project (DWP) sukses menjual 35 ribu tiket, maka tahun ini penyelenggara sudah menyiapkan 50 ribu, dengan harga yang beragam. Bahkan, seminggu sebelum acara, beberapa tiket untuk kelas tertentu sudah terjual habis. Menurut pihak penyelenggara (Ismaya Live).5

Djakarta Warehouse Project (DWP) tahun 2014 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya dengan jumlah tiket yang terjual sebanyak 50.000 tiket. Hal ini disebabkan karena Djakarta Warehouse Project (DWP) tahun 2014 berbeda dari tahun sebelumnya yaitu berpindahnya lokasi penyelengaraan dari Ecopark Ancol ke JIEXPO Kemayoran dan diselenggarakan selama dua hari.

4

http://musik.kapanlagi.com/berita/djakarta-warehouse-project-diserbu-penonton-mancanegara-ce1b01.html diakses pada hari Selasa, 29 September 2016 pukul 19:30 WIB

5

(21)

Tidak hanya line up yang gila namun anda juga akan merasakan pengalaman festival Electronic Dance Music (EDM) di venue yang lebih besar dan mampu menampung sekitar 50.000 pengunjung. Tampak banyak pengembangan yang dilakukan promotor untuk menyajikan Djakarta Warehouse Project (DWP) yang lebih baik. Mulai dari venue yang lebih luas di JIEXPO Kemayoran, lalu adanya fasilitas shuttle bus selama dua hari dari Gandaria City, Kota Kasablanka, dan Grand Indonesia, dan hiburan yang keren dengan adanya Life In Color yang akan membuat party-goers basah dan berwarna-warni.6

Djakarta Warehouse Project (DWP) tahun 2015 pun kembali mengalami peningkatan dengan total penjualan tiket mencapai 75.000 tiket.

Tapi di sisi lain, ada fakta mengejutkan yang bisa jadi belum kamu tahu sama sekali. Yap, selama 2 hari, pagelaran acara musik itu berhasil mendatangkan 75.000 penikmat musik Electronic Dance Music (EDM).7

Meskipun sejarah eventDjakarta Warehouse Project (DWP) masih dianggap baru dan lebih awal dikenal oleh generasi muda dan kalangan eksekutif muda (eksmud) dibandingkankalangan yang sudah berumur, Akan tetapi eventDjakarta Warehouse Project (DWP) menyuguhkan musik Electronic Dance Music (EDM) yang dapat dinikmati oleh berbagai usia termasuk mahasiswa.

Event musik Djakarta Warehouse Project (DWP) pertama kali diselenggarakan di Ibu kota Jakarta pada tahun 2012. Event ini merupakan acara yang menampilkan berbagai macam musik elektronik yang bergenrekan Electronic Dance Music (EDM). Event Djakarta Warehouse Project (DWP) merupakan

event musik tahunan yang digelar oleh Ismaya Live, event ini juga menjadi ajang musik elektronik tahunan terbesar di Asia Tenggara.”8

6

http://www.freemagz.com/event/dwp-2014-will-give-you-amazing-festival-experience-9290). diakses pada hari Selasa, 29 September 2016 pukul 19:40 WIB

7

http://musik.kapanlagi.com/berita/sukses-djakarta-warehouse-project-2015-dihadiri-75-ribu-orang-63bb9c.html). diakses pada hari Selasa, 29 September 2016 pukul 19:45 WIB

8

(22)

http://www.bintang.com/music/read/2266912/siap-siap-djakarta-warehouse-project-digelar-akhir-Gambar 1.1

Event Djakarta Warehouse Project

Sumber: www.djakartawarehouse.com

Dalam perkembangannya Djakarta Warehouse Project (DWP) memberikan konsep diri baru bagi mahasiswa yang melihatnya sebagai event musik yang mencerminkan gaya hidup yang glamour dan hedonis.

Konsep diri merupakan gambaran yang bersifat individu dan sangat pribadi, dinamis dan evaluatif yang masing-masing orang mengembangkannya di dalam transaksi - transaksinya dengan lingkungan kejiwaannya dan yang dia bawa-bawa di dalam perjalanan hidupnya. Konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan, pendapat orang mengenai diri kita dan seperti apa diri kita inginkan.

(23)

Tiga ide dasar Interaksionisme Simbolik terdiri dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self) dan hubungannya ditengah interaksi sosial, dan bertujuan akhir untuk memediasi, dan menginterpretasi makna ditengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut menetap.

Konsep tentang self atau diri merupakan inti dari teori Interaksi Simbolik. Mead menganggap Konsep Diri adalah suatu proses yang berasal dari interaksi sosial individu dengan orang lain (Mulyana, 2008:73).

Mahasiswa merupakan salah satu elemen dari masyarakat yang berperan dalam perubahan bangsa. Mahasiswa sebagai salah satu elemen dari masyarakat mempunyai gaya hidup dan perilaku yang berbeda–beda dari latar belakang yang berbeda-beda pula. Ada mahasiswa yang yang berperilaku religius berpakaian sopan dan sering terlihat di tempat ibadah dan ada juga mahasiswa yang berpakaian glamour atau berlebihan dengan aksesoris yang bermacam–macam.

(24)

Kota Serang merupakan Ibu Kota Provinsi Banten dengan jumlah penduduk 577.785 jiwa yang seluruhnya menganut agama tertentu (multi religi) menurut Badan Pusat Stastistik Nasional.9 Kota Serang memiliki slogan, semboyan, atau motto yaitu Kota Serang Madani. Dalam KBBI kata „Madani‟ berarti menjunjung tinggi nilai, norma, hukum yang ditopang oleh penguasaan iman, ilmu, dan teknologi yang berperadaban.10 Hal ini merupakan cerminan Kota Serang yang lahir dari budaya masyarakatnya yang menjunjung norma-norma yang berlaku salah satunya norma agama. Di sepanjang jalan protokol Kota Serang juga dapat ditemui berbagai ornamen atau hiasan Kota berbentuk tulisan Asmaul Husna, Masjid Agung yang bersebelahan dengan Gereja Kristus Raja, beragam tempat ibadah umat beragama, dan banyaknya acara keagamaan yang biasa diselenggarakan pada hari-hari besar keagaaman tertentu seperti pawai mulud, ziarah ke Banten lama, hari raya natal, dan upacara keagamaan lain yang mengindikasikan bahwa Kota Serang merupakan salah satu kota yang religius.

Ribuan jemaat mengikuti perayaan misa natal di Gereja Kristus Raja, Kota Serang Banten. Selain Gereja Kristus Raja, ratusan jemaat juga melaksanakan misa natal di Gereja HKBP, Kota Serang. Para jemaat yang terdiri dari perempuan, laki-laki, dan anak-anak itu terlihat khusuk melakukan perayaan misa natal. Arus lalu lintas di sekitar Gereja HKBP Serang pun terpantau padat. Hal itu dikarenakan para jemaat berbondong-bondong memasuki gereja yang tak jauh dari Masjid Agung At-Tsauroh, Kota Serang itu.11

9

http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=321&wid=3600000000 diakses pada hari senin, 11 Januari 2016 pukul 22:15 WIB.

10

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:http://kbbi.web.id/madani diakses pada hari senin, 11 Januari 2017 pukul 22:20 WIB

11

(25)

Sementara di sisi lain permasalahan sosial yang makin kompleks, seperti: maraknya gelandangan, pengemis, orang gila, anak jalanan, prostitusi terselubung, kenakalan remaja, peredaran narkotika, hingga tidak tertatanya pedagang kaki lima, berimplikasi pada terbentuknya citra baru yang cenderung negatif di tengah ketidakberdayaan untuk mempertahankan citra lama yang positif sebagai Kota Pendidikan, Kota Santri, dan Kota Madani yang relijius. Inilah yang mendasari kekhawatiran banyak kalangan tentang arah pembangunan dan jati diri Kota Serang di masa depan (Sumber: Bappeda) 12

UNTIRTA merupakan satu-satunya Universitas Negeri dibawah Kemenristekdikti yang berada di Provinsi Banten, tepatnya di Kota Serang dan Cilegon.13 Adanya perkembangan zaman, mempengaruhi Konsep Diri mahasiswa UNTIRTA dimana jika dilihat dari letak geografisnya UNTIRTA dekat dengan Ibu Kota Negara yaitu Jakarta yang menjadi pusat perkembangan musik Electronic Dance Music (EDM) di Indonesia dan lokasi diselenggarakannya event Djakarta Warehouse Project (DWP), sehingga disinyalir memunculkan animo sebagian kecil mahasiswa UNTIRTA pendengar musik Electronic Dance Music (EDM) untuk menghadiri event Djakarta Warehouse Project (DWP) dengan berbagai macam alasan juga motif dan simbol yang beragam.

12

http://www.serangkota.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=220:memperkua t-kearifan-lokal-kota-serang&catid=36:serang-hari-ini, diakses pada hari Sabtu, 04 Februari 2016 pukul 12:45 WIB

13

(26)

Simbol ini berupa bendera, lambang, atribut-atribut, serta segala hal yang merepresentasikan jenis musik Electronic Dance Music (EDM) di event Djakarta Warehouse Project (DWP).

Menurut pandangan George Herbert Mead mengajarkan bahwa makna muncul sebagai hasil interaksi diantara manusia baik secara verbal maupun nonverbal. Melalui aksi dan respon yang terjadi, kita memberikan makna ke dalam kata-kata atau tindakan, dan karenanya kita dapat memahami suatu peristiwa dengan cara-cara tertentu. Menurut paham ini, masyarakat muncul dari percakapan yang saling berkaitan diantara individu. (Morissan, 2013:111)

Dari berbagai penjabaran latar belakang tersebut peneliti mencoba mengelaborasi Konsep Diri seorang individu, dalam hal ini beberapa mahasiswa UNTIRTA pendengar Electronic Dance Music (EDM) dikehidupannya sehari-hari dan saat datang ke event Djakarta Warehouse Project (DWP) serta berbagai persiapannya yang melahirkan karakteristik mind, self, society individu tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti memfokuskan kepada sebuah pertanyaan mengenai penelitian ini, adalah sebagai berikut :

“Bagaimana Konsep Diri Mahasiswa UNTIRTA Pendengar Electronic Dance

Music (EDM) Pada Event Djakarta Warehouse Project (DWP) 2015”?

1.3 Identifikasi Masalah

(27)

1. Bagaimana Mind mahasiswa UNTIRTA pendengar Electronic Dance Music (EDM) pada event Djakarta Warehouse Project (DWP) 2015?

2. Bagaimana Self mahasiswa UNTIRTA pendengar Electronic Dance Music (EDM) pada event Djakarta Warehouse Project (DWP) 2015?

3. Bagaimana Society memaknai Konsep Diri mahasiswa UNTIRTA pendengar Electronic Dance Music (EDM) pada event Djakarta Warehouse Project (DWP) 2015?

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.4.1 Maksud Penelitian

(28)

1.4.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Mind mahasiswa UNTIRTA pendengar Electronic Dance Music (EDM)pada event Djakarta Warehouse Project (DWP) 2015.

2. Untuk mengetahui Self mahasiswa UNTIRTA pendengar Electronic Dance Music (EDM)pada event Djakarta Warehouse Project (DWP) 2015.

3. Untuk mengetahui Society memaknai Konsep Diri mahasiswa UNTIRTA pendengar Electronic Dance Music (EDM) pada event Djakarta Warehouse Project (DWP) 2015.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

(29)

1.5.2 Manfaat Praktis

(30)

Agar dapat lebih memahami hal-hal yang berkaitan dengan penelitian tentang Bagaimana Konsep Diri mahasiswa UNTIRTA pendengar musik Electronic Dance Music (EDM) pada event Djakarta Warehouse Project (DWP) 2015, dalam hal ini peneliti ingin memaparkan hal-hal dibawah ini terlebih dahulu.

2.1 Tinjauan Komunikasi

2.1.1 Pengertian Komunikasi

Dalam Mulyana dijelaskan, kata komunikasi atau communications dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti sama, communico, communication, atau communicare yang berarti membuat sama (to make common). Istilah pertama (communis) paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana, 2007:46).

(31)

maupun si pengirim sepaham dari suatu pesan tertentu (Effendy, 2002: 9) Banyak definisi komunikasi diungkapkan oleh para ahli dan pakar komunikasi seperti yang diungkapkan oleh Carl. I. Hovland yang dikutip oleh Onong Uchana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek , ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap (Effendy, 2001: 10).

(32)

Menurut Willbur Schramm, seorang ahli ilmu komunikasi kenamaan dalam karyanya Communication Research In The United States menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (Frame of Reference) yakni panduan pengalaman dan pengertian (collection of experience and meanings) yang pernah diperoleh komunikan. Proses komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh seseorang komunikator kepada komunikan, pesan itu bisa berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lain.

Dalam prosesnya Mitchall. N. Charmley memperkenalkan 5 (lima) komponen yang melandasi komunikasi yang dikutip dari buku Astrid P. Susanto yang berjudul Komunikasi Dalam Praktek dan Teori, yaitu sebagai berikut:

1. Sumber (source) 2. Komunikator (encoder) 3. Pertanyaan/pesan (message) 4. Komunikan (decoder) 5. Tujuan (destination)

(33)

Says What In Which Channel To Whom With What Effect? atau siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan pengaruh bagaimana? (Mulyana, 2007: 69) Pendapat para ahli tersebut memberikan gambaran bahwa komponen-komponen pendukung komunikasi termasuk efek yang ditimbulkan, antara lain adalah:

1. Komunikator (komunikator, source, sender) 2. Pesan (message)

3. Media (channel)

4. Komunikan (komunikan, receiver) 5. Efek (effect)

Dari beberapa pengertian di atas peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa komunikasi adalah proses pertukaran makna atau pesan dari seseorang kepada orang lain dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain. Unsur-unsur dari proses komunikasi diatas merupakan faktor penting dalam komunikasi, bahwa pada setiap unsur tersebut oleh para ahli ilmu komunikasi dijadikan objek ilmiah untuk ditelaah secara khusus.

2.1.2 Proses Komunikasi

Komunikasi tidak terlepas dari sebuah proses, oleh karena itu sampai atau tidaknya pesan tergantung dari proses komunikasi yang terjadi. Seperti yang diungkapkan oleh Ruslan bahwa “Proses komunikasi dapat diartikan

sebagai “transfer informasi” atau pesan-pesan (message) dari pengirim pesan

(34)

bertujuan (feed back) untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding) antara kedua belah pihak. menurut Deddy Mulyana, Proses komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) bagian yaitu:

a. Komunikasi verbal

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan bicara yang kita sadari termasuk ke dalam kategori pesan verbal disengaja yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa dapat juga dianggap sebagai suatu sistem kode verbal

b. Komunikasi non verbal

Secara sederhana pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata Menurut Larry A. Samovar dan Richard E Porter komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. (Mulyana, 2000: 237)

2.1.3 Unsur-Unsur Komunikasi

(35)

yang telah ada tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Komponen atau unsur-unsur tersebut menurut Onong Uchana Effendy adalah sebagai berikut:

a. Komunikator : Orang yang menyampaikan pesan. b. Pesan : Pernyataan yang didukung oleh lambang. c. Komunikan : Orang yang menerima pesan.

d. Media : Sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya.

e. Efek : Dampak sebagai pengaruh dari pesan (Effendy: 2002, 6).

2.1.4 Sifat Komunikasi

Onong Uchana Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek menjelaskan bahwa komunikasi memiliki sifat-sifat. Adapun beberapa sifat komunikasi tersebut yakni:

1. Tatap muka (face-to-face)

2. Bermedia (mediated)

3. Verbal (verbal) ada lisan dan tulisan

4. Non verbal (non-verbal) ada gerakan atau isyarat ba‟daniah (gestural) dan bergambar (picturial) (Effendy, 2002:7).

(36)

pengalaman agar adanya umpan balik (feedback) dari si komunikan itu sendiri, dalam penyampaian pesan komunikator bisa secara langsung atau face-to-face tanpa menggunakan media apapun.

Komunikator juga bisa menggunakan bahasa sebagai lambang atau simbol komunikasi bermedia kepada komunikan fungsi media tersebut sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesannya. Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal dan non verbal. Verbal dibagi menjadi dua macam yaitu lisan (oral) dan tulisan (written/printed) Sementara non verbal dapat menggunakan gerakan atau isyarat ba‟daniah (gesturial) seperti melambaikan

tangan, mengedipkan mata, dan sebagainya ataupun menggunakan gambar untuk mengemukakan ide atau gagasan.

2.1.5 Tujuan Komunikasi

Setiap individu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan tujuan dari komunikasi itu sendiri, secara umum tujuan berkomunikasi adalah mengharapkan adanya umpan yang diberikan oleh lawan bicara kita serta semua pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh lawan bicara kita dan adanya efek yang terjadi setelah melakukan komunikasi tersebut. Onong Uchana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek mengemukakan beberapa tujuan berkomunikasi, yaitu:

(37)

b. Memahami orang lain, kita sebagai pejabat atau pimpinan harus mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkannya, jangan mereka inginkan arah kebarat tapi kita memberikan jalur ke timur.

c. Menggerakan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakan sesuatu itu dapat bermacam-macam mungkin berupa kegiatan yang dimaksudkan ini adalah kegiatan yang banyak mendorong, namun yang penting harus diingat adalah bagaimana cara yang terbaik melakukannya.

d. Supaya yang kita sampaikan itu dapat dimengerti. Sebagai pejabat atau komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) atau bawahan dengan sebaik baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengikuti apa yang kita maksudkan. (Effendy. 1993: 18) Jadi secara singkat dapat dikatakan tujuan komunikasi itu adalah mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan. Serta tujuan yang sama adalah agar semua pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti dan diterima oleh komunikan.

2.1.6 Fungsi Komunikasi

(38)

1. Menginformasikan (to inform)

Menginformasikan yaitu memberikan informasi kepada masyarakat, memberitahukan kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide atau pikiran dan tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain.

2. Mendidik (to educate)

Mendidik yaitu komunikasi merupakan sarana pendidikan, dengan komunikasi manusia dapat menyampaikan ide dan pikirannya kepada orang lain sehingga orang lain mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan.

3. Menghibur (to entertain)

Menghibur adalah komunikasi selain berguna, untuk menyampaikan komunikasi, pendidikan, mempengaruhi juga berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain. Event Djakarta Warehouse Project (DWP) selain sebagai identitas juga dibuat sebagai gaya hidup dalam menghibur pendengar Electronic Dance Music (EDM). Dalam hasil pengamatan penulis para penonton merasa terhibur atau terpuaskan setelah melihat eventDjakarta Warehouse Project (DWP).

4. Mempengaruhi (to influence)

(39)

berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan apa yang diharapkan.

2.2 Tinjauan Mengenai Interaksi Simbolik

2.2.1 Pengertian Teori Interaksi Simbolik

Mead dianggap sebagai bapak Interaksionisme simbolik, karena pemikirannya yang luar biasa. Dia mengatakan bahwa pikiran manusia mengartikan dan menafsirkan benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang dialaminya, menerangkan asal mulanya dan meramalkannya. Bagi Mead tidak ada pikiran yang lepas bebas dari situasi sosial. Berpikir adalah hasil internalisasi proses interaksi dengan orang lain. Berlainan dengan reaksi binatang yang bersifat naluriah dan langsung, perilaku manusia diawali oleh proses pengertian dan penafsiran.

Esensi Interaksi Simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Perspektif Interaksi Simbolik berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Perspektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra interaksi mereka.

(40)

Menurut teoritisi Interaksi Simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol. Mereka tertarik pada cara manusia menggunakan simbol-simbol yang menginterpretasikan apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya, dan juga pengaruh yang ditimbulkan penafsiran atas simbol-simbol ini terhadap perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi sosial.

Penganut Interaksionisme simbolik berpandangan, perilaku manusia pada dasarnya adalah produk dari interpretasi mereka atas dunia disekeliling mereka. Secara ringkas, Interaksi Simbolik didasarkan premis-premis berikut :

a. Pertama, individu merespon suatu situasi simbolik. Mereka merespon lingkungan, termasuk objek fisik, (benda) dan objek sosial (perilaku manusia) berdasarkan makna yang dikandung komponen-komponen lingkungan tersebut bagi mereka. Ketika mereka menghadapi suatu situasi, respon mereka tidak bersifat mekanis, tidak pula ditentukan oleh faktor-faktor eksternal, alih-alih respon mereka bergantung pada bagaimana mereka mendefinisikan situasi yang dihadapi dalam interaksi sosial. Jadi, individulah yang dipandang aktif untuk menentukan lingkungan mereka sendiri.

(41)

gagasan yang abstrak. Akan tetapi nama atau simbol yang digunakan untuk menandai objek, tindakan, peristiwa atau gagasan itu bersifat arbitrer (sembarang). Artinya, apa saja dijadikan bisa simbol dan karena itu tidak ada hubungan logis. Melalui penggunaan simbol itulah manusia dapat berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang dunia.

c. Ketiga, makna yang diinterpretasikan individu dapat berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial. Perubahan interpretasi dimungkinkan karena individu dapat melakukan proses mental, yakni berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Manusia membayangkan atau merencanakan apa yang akan mereka lakukan. Dalam proses ini, individu mengantisipasi reaksi orang lain, mencari alternatif-alternatif ucapan atau tindakan yang akan ia lakukan. Individu membayangkan bagaimana orang lain akan merespons ucapan atau tindakan mereka (Mulyana, 2008:71-73).

Konsep tentang self atau diri merupakan inti dari teori Interaksi Simbolik. Mead menganggap Konsep Diri adalah suatu proses yang berasal dari interaksi sosial individu dengan orang lain (Mulyana, 2008:73).

(42)

Pandangan Mead tentang diri terletak pada konsep pengambilan peran orang lain (taking the role of the other). Ia mengatakan bahwa segala sesuatu yang dikaitkan dengan diri menciptakan emosi lebih kuat daripada yang tidak dikaitkan dengan diri, bahwa diri dapat dikenal hanya melalui perasaan subjektif (Mulyana, 2008:73-74).

Bagi Mead dan pengikutnya, individu bersifat aktif, inovatif yang tidak saja tercipta secara sosial, namun juga menciptakan masyarakat baru yang perilakunya tidak dapat diramalkan. Salah satu tokoh perspektif Interaksi Simbolik adalah Mead. Inti Interaksi Simbolik menurut Mead adalah “Diri”. Mead memberikan definisi Interaksi Simbolik yaitu sebagai berikut:

Interaksi Simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan hubungannya di tengah interaksi sosial, dan bertujuan akhir untuk memediasi, serta menginterpretasi makna di tengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut menetap. Makna itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk membentuk makna, selain dengan membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi. Berdasarkan paparan diatas, maka Interaksi Simbolik erat kaitannya dengan Mind (pikiran), Self (diri) dan Society (masyarakat).

1. Mind (Pikiran)

(43)

gerik atau gesture tapi juga bisa dalam bentuk sebuah bahasa. Dan kemampuan manusia dalam menciptakan bahasa inilah yang membedakan manusia dengan hewan. Bahasa membuat manusia mampu untuk mengartikan bukan hanya simbol yang berupa gerak gerik atau gesture, melainkan juga mampu untuk mengartikan simbol yang berupa kata-kata. Kemampuan inilah yang memungkinkan manusia menjadi bisa melihat dirinya sendiri melalui perspektif orang lain dimana hal ini sangatlah penting dalam mengerti arti-arti bersama atau menciptakan respon yang sama terhadap simbol-simbol suara yang sama. Dan agar kehidupan sosial tetap bertahan, maka seorang individu harus bisa mengerti simbol-simbol dengan arti yang sama, yang berarti bahwa manusia harus mengerti bahasa yang sama.

(44)

2. Self (Diri)

Perkembangan self (diri) mengarah pada sejauhmana seseorang akan mengambil peran. Pengambilan peran ini akan merujuk pada bagaimana seseorang memahami dirinya dari perspektif orang lain. Dalam arti ini, Self bukan suatu obyek melainkan suatu proses sadar yang mempunyai kemampuan untuk berpikir, seperti:

a. Mampu memberi jawaban kepada diri sendiri seperti orang lain yang juga memberi jawaban.

b. Mampu memberi jawaban seperti aturan, norma atau hukum yang juga memberi jawaban padanya.

c. Mampu untuk mengambil bagian dalam percakapan sendiri dengan orang lain.

d. Mampu menyadari apa yang sedang dikatakan dan kemampuan untuk menggunakan kesadaran untuk menentukan apa yang harus dilakukan pada fase berikutnya

(45)

atau tahap permainan, dimana dalam tahapan ini seorang anak mengambil peran orang lain dan terlibat dalam suatu organisasi yang lebih tinggi. Sedang fase ketiga adalah generalized other, yaitu harapan-harapan, kebiasaan-kebiasaan, standar-standar umum dalam masyarakat.

Dalam fase ini anak-anak mengarahkan tingkah lakunya berdasarkan standar-standar umum serta norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Setelah melewati tahap-tahap perkembangan, maka akan terlihat bagaimana (self) seseorang. Menurut mead sebagai suatu proses sosial, diri terdiri dari dua fase, yaitu “Aku” (I) dan daku (me). “Aku” kecenderung individu yang

implusif, spontan, tidak terorganisasikan atau dengan kata lain merespresentasikan kecenderung individu yang tidak terarah. Sedangkan “daku” menunjukan individu yang bekerjasama dengan

orang lain, meliputi seperangkat sikap dan definisi berdasarkan pengertian dan harapan dari orang lain atau yang dapat diterima dalam kelompok (Kuswarno,2009:115).

3. Society (Masyarakat)

(46)

(self) muncul. Masyarakat itu sebagai pola-pola interaksi dan institusi sosial yang adalah hanya seperangkat respon yang biasa terjadi atas berlangsungnya pola-pola interaksi tersebut, karena mead berpendapat bahwa masyarakat ada sebelum individu dan proses mental atau proses berpikir muncul dalam masyarakat.

Proses sosial dilihat sebagai kehidupan kelompok yang membentuk aturan-aturan dan bukan aturan yang membentuk kelompok. Proses sosial atau realitas sosial mengacu pada perilaku individu di lingkungan sosial. Dalam realitas sosial, individu akan merepresentasikan pada habitat atau kebiasaan.

Dengan kebiasaan ini, orang bisa menginterpretasikan dan juga memberikan pandangan mengenai bagaimana kita bertindak jadi pada dasarnya Teori Interaksionisme Simbolik adalah sebuah teori yang mempunyai inti bahwa manusia bertindak berdasarkan atas makna-makna, dimana makna tersebut didapatkan dari interaksi dengan orang lain, serta makna-makna itu terus berkembang dan disempurnakan pada saat interaksi itu berlangsung.

(47)

1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia

2. Pentingnya konsep mengenai diri (Konsep Diri)

3. Hubungan antara individu dengan masyarakat.

Interaksi Simbolik tidak terlepas dari simbol-simbol ataupun lambang-lambang pada saat melakukan komunikasi atau interaksi. Melalui simbol-simbol yang bermakna inilah yang akan menggiring perilaku manusia dalam berinteraksi dilingkungannya. Manusia selalu melakukan manipulasi terhadap simbol-simbol yang mereka gunakan. Menurut Mead, pentingnya komunikasi khususnya melalui mekanisme isyarat vokal (bahasa), meskipun teorinya bersifat umum. Isyarat vokal lah yang potensial menjadi seperangkat simbol yang membentuk bahasa.

Simbol adalah suatu rangsangan yang mengandung makna dan nilai yang dipelajari bagi manusia, dan respon manusia terhadap simbol adalah dalam pengertian makna dan nilainya alih-alih dalam pengertian stimulasi fisik dari alat-alat inderanya. Makna atau simbol bukanlah ciri-ciri fisiknya, namun apa yang dapat orang lakukan mengenai simbol tersebut (Mulyana,2004:77).

(48)

lain sebagainnya. Sedangkan simbol non verbal berupa gesture, gerakan tubuh, mimik muka dan lain sebagainnya.

2.3 Tinjauan Konsep Diri

2.3.1 Pengertian Konsep Diri

Konsep Diri merupakan gambaran yang bersifat individu dan sangat pribadi, dinamis dan evaluatif yang masing-masing orang mengembangkannya di dalam transaksi- transaksinya dengan lingkungan kejiwaannya dan yang dia bawa-bawa di dalam perjalanan hidupnya. Konsep Diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan, pendapat orang mengenai diri kita dan seperti apa diri kita inginkan. Tiga ide dasar Interaksionisme Simbolik yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, terdiri dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self) dan hubungannya ditengah interaksi sosial, dan bertujuan akhir untuk memediasi, dan menginterpretasi makna ditengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut menetap.

(49)

lain dan mencoba memahami apa yang diharapkan orang itu (Mulyana, 2007:73).

Konsep Diri merupakan refleksi dari seseorang individu mengenai dirinya sendiri yang bersifat pribadi, dinamis dan evaluatif. Secara singkat, Konsep Diri merupakan pandangan dimana seorang individu mampu mengetahui apa yang dimilikinya, yaitu kelebihan dan kekurangannya. George Herbert Mead menjelaskan Konsep Diri sebagai pandangan, penilaian, dan perasaan individu mengenai dirinya yang timbul sebagai hasil dari suatu interaksi sosial, Konsep Diri sendiri berkembang oleh banyak faktor. Tapi faktor pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan merupakan faktor utama dalam membentuk Konsep Diri seseorang (Burns, 1993:80).

(50)

disusun dari persepsi-persepsi yang tampaknya bagi individu yang bersangkutan. William D. Brooks di dalam buku Jalaludin Rakhmat yang berjudul Psikologi Komunikasi mendefinisikan Konsep Diri sebagai those physical, social,and psychological perceptions of ourselve that we have

derived from experiences and our interaction with other (Rakhmat, 2007: 99). Jadi Konsep Diri adalah pandangan dan perasaan tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologi, sosial dan fisik.

Definisi Konsep Diri menurut para tokoh sangat beragam artinya Rochman Ntawidjaya (1979:102) menjelaskan bahwa “Konsep Diri adalah

persepsi individu tentang dirinya, kemampuan dan ketidakmampuannya, tabiat-tabiatnya, harga dirinya dan hubungannnya dengan orang lain”. Konsep Diri

juga merupakan “gambaran mental diri sendiri yang terdiri dari pengetahuan

tentang diri sendiri, pengharapan diri dan penilaian terhadap diri sendiri” (James F Calhoun, 1995:90). Pengertian Konsep Diri menurut Jalaludin Rakhmat (1996:125) yaitu “Konsep Diri adalah pandangan dan perasaan kita”.

Pengertian Konsep Diri dalam istilah umum mengacu pada persepsi seseorang mengenai dirinya sendiri. Persepsi ini terbentuk melalui kesimpulan-kesimpulan yang diambil berdasarkan pengalaman-pengalaman dan persepsi-persepsi terutama dipengaruhi oleh reward dan punishment yang diberikan oleh seseorang yang berarti dalam kehidupannya.

(51)

(1995:2) berpendapat bahwa Konsep Diri merupakan salah satu faktor yang menentukan apakah seseorang akan berperilaku negatif atau tidak, sebab perilaku negatif merupakan perwujudan adanya gangguan dalam usaha pencapaian harga diri, maka ia akan merasa kecewa terhadap keadaan diri dan lingkungannya. Ia akan memandang dirinya dengan sikap negatif, sebaliknya apabila seorang remaja berhasil dalam mencapai harga dirinya, maka ia akan merasa puas dengan dirinya maupun terhadap lingkungannya, hal ini akan membuat ia bersikap positif terhadap dirinya.

Dalam psikologi sosial, komponen kognitif disebut citra diri (self image), dan komponen afektif disebut harga diri (self esteem). Keduanya, menurut Wiliam D. Brook dan Philip Emmert (1975:45), berpengaruh besar pada pola komunikasi interpersonal (Rakhmat, 2007:100).

Persepsi mengenai tindakan yang mempengaruhi cara atau pandangan hidup, sehingga suatu pemahaman mengenai Konsep Diri seseorang merupakan dasar yang sangat berguna untuk meramaikan bagaimana seseorang itu akan bertindak. Ada tiga alasan pentingnya Konsep Diri dalam menentukan perilaku seperti yang diungkapkan Clara R Pudjijogyanti (1995:5):

(52)

B. Seluruh sikap, pandangan individu terhadap dirinya akan mempengaruhi individu dalam menafsirkan pengalamannya. Sebuah kejadian akan ditafsirkan berbeda antara individu yang satu dengan individu lainnya dikarenakan masing-masing individu mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda terhadap dirinya.

C. Konsep Diri menentukan pengharapan, ini merupakan inti dari Konsep Diri. Sikap dan pandangan negatif terhadap kemampuan diri akan menyebabkan individu tidak mempunyai motivasi untuk mencapai prestasi yang gemilang.

Maka dari itu, penting seseorang memiliki dan memahami Konsep Diri khususnya bagi seorang mahasiswa, karena dengan mengenal Konsep Diri, kita bisa lebih memahami diri kita. Apa saja kekurangan atau kelebihan yang kita miliki dan apa yang dibutuhkan untuk membangun pribadi kita. Sehingga kita dapat membentuk Konsep Diri yang baik untuk diri.

2.3.2 Pembentukan Konsep Diri

(53)

anak muridnya bahwa ia kurang mampu, maka lama kelamaan anak akan mempunyai Konsep Diri semacam itu.

Pada dasarnya Konsep Diri tersusun atas tahapan-tahapan, yang paling dasar adalah Konsep Diri primer, dimana konsep ini terbentuk atas dasar pengalamannya terhadap lingkungan terdekatnya, yaitu lingkungan rumahnya sendiri. Pengalaman-pengalaman yang berbeda yang ia terima melalui anggota rumah, dari orangtua, nenek, paman maupun misalnya saudara-saudara sekandung yang lainnya. Konsep tentang bagaimana dirinya banyak bermula dari perbandingan antara dirinya dengan saudara-saudara yang lainnya.

(54)

yang sesuai dengan Konsep Diri yang sudah dipunyainya itu dan teman-teman barunya itulah yang nantinya menunjang terbentuknya Konsep Diri sekunder.

2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

William D. Brooks di dalam buku Jalaludin Rakhmat yang berjudul psikologi komunikasi menyebutkan empat faktor yang mempengaruhi perkembangan Konsep Diri, yaitu :

1. Self apprasial – viewing self as an object

Istilah ini berkaitan dengan pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri mencakup kesan-kesan yang diberikan kepada dirinya. Ia menjadikan dirinya sebagai obyek dalam komunikasi dan sekaligus memberikan penilaian terhadap dirinya.

2. Reaction and respone of others

Seseorang dalam memandang dirinya juga tidak hanya dipengaruhi oleh pandangan dirinya terhadap diri sendiri, namun juga dipengaruhi oleh reaksi dan respon dari orang lain melalui interaksi yang berkesinambungan. Penilaian dilakukan seseorang berdasarkan pandangan orang lain terhadap dirinya.

3. Roles you play – role taking

(55)

4. Reference Groups

Kelompok rujukan merupakan kelompok yang individu menjadi anggota di dalamnya. Jika kelompok ini dianggap penting, dalam arti mereka dapat menilai dan bereaksi pada individu, hal ini akan menjadi kekuatan untuk menentukan Konsep Diri seseorang.

Fitts juga mengatakan Konsep Diri berpengaruh kuat terhadap tingkah laku seseorang. Dengan mengetahui Konsep Diri seseorang, kita akan lebih muda meramalkan dan memahami tingkah laku seseorang. Pada umumnya tingkah laku individu berkaitan dengan gagasan-gagasan tentang dirinya sendiri. Konsep Diri seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

a. Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal, yang memunculkan perasaan positif dan perasaan berharga,

b. Kompetensi dalam area yang dihargai oleh individu dan orang lain, c. Aktualisasi diri, atau implementasi dan realisasi dari potensi

pribadi yang sebenarnya (Hendriati, 2004:139).

2.3.4 Pengaruh Konsep Diri

2.3.4.1 Nubuat yang Dipenuhi Sendiri

(56)

Rakhmat mengatakan hubungan Konsep Diri dengan prilaku, “you don’t think what you are, you are what you think” (Rakhmat, 2007:104).

Sukses komunikasi antarpribadi banyak bergantung pada Konsep Diri anda, positif atau negatif. Menurut William D. Brook dan Philip Emmert ada lima tanda orang berkonsep diri negatif, yaitu:

a. Peka pada kritik, bagi orang ini koreksi seringkali dipersepsi sebagai usaha menjatuhkan harga dirinya.

b. Responsif sekali terhadap pujian, meski menghindari pujian orang ini tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian.

c. Sikap hiperkritis, tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain.

d. Merasa tidak disenangi orang lain, ia tidak akan pernah mempersalahkan dirinya, tetapi akan menganggap dirinya sebagai korban dari sistem sosial yang tidak beres.

e. Bersikap pesimis, tidak bersaing dengan orang lain dan menganggap dirinya tidak berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya (Rakhmat, 2007: 105).

Sebaliknya, orang yang memiliki Konsep Diri positif ditandai dengan lima hal berikut ini:

(57)

c. Ia menerima pujian tanpa rasa malu

d. Ia menyadari bahwa setiap orang memiliki berbagai perasaan, keinginan, dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat

e. Ia mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya (Rakhmat, 2007:105).

2.3.4.2 Membuka Diri

Bila Konsep Diri sesuai dengan pengalaman kita, maka kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan-gagasan baru, lebih menghindari sikap defensif, dan lebih cermat memandang diri sendiri dan orang lain. Hubungan antara Konsep Diri dan membuka diri dapat dijelaskan melalui model Johari Window yang ditemukan oleh Josepf Luft dan Harry Ingham di tahun 1969. Dalam Johari Window diungkapakan tingkat keterbukaan dan kesadaran tentang diri kita.

2.3.4.3 Percaya Diri

(58)

pembicaraannya itu. Orang yang aprehensif dalam berkomunikasi cenderung tidak menarik perhatian orang lain, kurang kredibel, dan sangat jarang memiliki kedudukan. Meski tidak semua penyebabnya adalah kekurangan kepercayaan diri, faktor percaya diri merupakan penentu keberhasilan seseorang berkomunikasi.

Maxwell Maltz seorang tokoh psikosibernetik mengatakan,“Believe in

yourself and you’ll be succeed” (Rakhmat, 2007:109).

Maka dari itu meningkatkan kepercayaan diri menjadi penting dalam pembentukan Konsep Diri positif.

2.3.4.4 Selektivitas

Konsep Diri menyebabkan terpaan-terpaan selektif seseorang dalam bertindak.

Anita Taylor mengatakan seperti dikutip dalam buku “Psikologi komunikasi”: Konsep Diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena

Konsep Diri mempengaruhi kepada pesan apa anda bersedia membuka diri, bagaimana kita mempersepsi pesan itu, dan apa yang kita ingat (Rakhmat, 2007:109).

(59)

seseorang penggemar sepak bola mampu menyebutkan semua nama pemain Timnas Indonesia, seluruh pemain club Barcelona, tetapi dia sama sekali tidak ingat siapa nama bapak mertuanya. Sebenarnya ada satu hal lagi dalam selektivitas ini, yaitu penyandian selektif (selective encoding).

Jalaludin Rakhmat dalam buku “Psikologi Komunikasi” mengatakan, “penyandian adalah proses penyususnan lambang-lambang sebagai terjemahandari apa yang ada dalam pikiran kita” (Rakhmat, 2007:110).

Maka seseorang akan menyampaikan pesan sesuai dengan Konsep Diri yang dia pakai. Contohnya, seorang dosen dalam kelas akan menyusun pesan yang disampaikannya sesuai apa yang telah dia konsepkan. Cara berbicara, posisi duduk, ekspresi wajah, dan lain-lain.

2.4 Tinjauan tentang mahasiswa 2.4.1 Pengertian Mahasiswa

Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas (Hartaji, 2012: 5).

(60)

mahasiswa dikategorikan pada tahap perkembangan yang usianya 18 sampai 25 tahun. Tahap ini dapat digolongkan pada 18 masa remaja akhir sampai masa dewasa awal dan dilihat dari segi perkembangan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini ialah pemantapan pendirian hidup (Yusuf, 2012: 27).

Menurut pengertian Knopfemacher dalam Suwono menyebutkan bahwa

“Mahasiswa adalah insan-insan calon sarjana yang dalam keterlibatannya dengan perguruan tinggi (yang makin menyatu dengan masyarakat), di didik dan di harapkan menjadi calon-calon intelektual” (Suwono, 1978:15).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa ialah seorang peserta didik berusia 18 sampai 25 tahun yang terdaftar dan menjalani pendidikannnya di perguruan tinggi baik dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas. Sedangkan dalam penelitian ini, subyek yang digunakan ialah dua mahasiswa yang berusia 23 tahun dan masih tercatat sebagai mahasiswa aktif.

2.4.2 Karakteristik, Ciri, dan Jenis Mahasiswa

(61)

lebih senang mendengarkan musik dengan alasan untuk menyegarkan pikiran. Mahasiswa yang selalu menjadi harapan bagi masyarakat umum untuk menentukan arah perkembangan masyarakat, kini malah menjadi individu yang memisahkan diri dari persoalan masyarakat dan seolah-olah tidak mau tahu tentang persoalan yang dihadapi oleh masyarakat.

Eksistensi mahasiswa yang seharusnya sebagai agen of change dan agen of control memudar seiring sifat arogansi dan tidak mau tahu yang selalu ditunjukkan oleh mahasiswa dalam pergaulannya sehari-hari di lingkungan sosial. Padahal sadar tidak sadar mahasiswa merupakan pelopor dalam setiap perubahan di belahan dunia manapun. Namun mahasiswa akhir-akhir ini selalu menunjukan dirinya sebagai kelas borjuis dan melupakan tanggung jawabnya terhadap persoalan sosial sebagai manusia yang memiliki kecerdasan tinggi.

(62)

2.5 Kerangka Berpikir

Berdasarkan Konsep Diri penulis ingin mencoba mengetahui Konsep Diri mahasiswa UNTIRTA pendengar Electronic Dance Music (EDM) pada event Djakarta Warehouse Project (DWP) 2015. Bagaimana individu mahasiswa UNTIRTA itu sendiri dikaji melalui Konsep Diri dan Interaksi Simbolik. Kemudian gambaran kerangka berfikir ini dapat dijabarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Berpikir

Sumber, Peneliti: 2017

Dari tinjauan kepustakaan dan kerangka teori, serta masalah yang diangkat dalam penelitian yang telah dirumuskan tersebut diatas maka dikembangkan suatu kerangka konsep penelitian. Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan antar konsep atau variabel yang akan diamati (diukur) melalui suatu penelitian.

Berangkat dari pemahaman dan aspek teori tersebut yang berada pada tataran kajian komunikasi dan pendekatan-pendekatan melalui teori Interaksi Simbolik

Mahasiswa UNTIRTA Pendengar Musik Electronic Dance Music (EDM)

Konsep Diri Teori Interaksi Simbolik

(63)

dengan menggunakan paham deskriptif, sehingga menjadi sebuah informasi kebenaran yang valid dan ilmiah.

Peneliti membuat suatu kerangka berpikir untuk menjelaskan keseluruhan pembahasan secara singkat dalam bentuk kerangka deskriptif. Dalam hal ini, peneliti membahas tentang “Konsep Diri mahasiswa UNTIRTA pendengar Electronic Dance Music (EDM) pada event Djakarta Warehouse Project (DWP) 2015”.

Globalisasi dan perkembangan teknologi menyebabkan industri wisata dan hiburan malam berkembang pesat di kota-kota besar (Stevanio, 2007:01). Istilah hiburan malam mulai banyak di Indonesia seiring dengan kebutuhan para masyarakat penikmat dunia malam untuk menyeimbangkan diri dari tumpukan emosi dan rutinitas kehidupan sehari-hari mereka, hal ini ditandai dengan selalu ramainya pengunjung tempat-tempat hiburan malam di perkotaan seperti Ibu kota Jakarta bahkan hingga penuh sesak saat akhir pekan tiba.

'Memasuki Fable ibarat memasuki dunia berbeda…' Club di bawah bendera grup All-In Entertainment ini terletak di lantai dua Fairground SCBD dan bisa menampung sekitar 800 club-goers. Yang membuat tempat ini selalu penuh sekitar 700 pengunjung ini akan merasakan nuasa hijau di dalam club karena tata lampu hampir di semua ornamen interior mereka berwarna hijau.1

Electronic Dance Music (EDM) merupakan sebuah genre musik yang banyak dimainkan di tempat-tempat hiburan malam, genre musik ini menggunakan instrumen elektronik, baik dalam pembuatan lagu maupun memainkannya.

1

(64)

http://lifestyle.okezone.com/read/2015/08/04/298/1190427/lima-club-malam-paling-happening-Instrumen-instrumen tersebut berupa controller, mixer, recorder, keyboard, dan sebagainya. Electronic Dance Music (EDM) hadir sebagai event di Indonesia sejak tahun 2012 hingga saat ini. Di Ibu Kota Jakarta sendiri menyediakan sebuah wadah yang bernama Djakarta Warehouse Project (DWP) bagi para penikmat musik Electronic Dance Music (EDM).

Djakarta Warehouse Project (DWP) sebagai sebutan yang sudah tidak asing lagi ditelinga generasi muda yang relatif aktif di sosial media seperti instagram, twitter, facebook, dan lain sebagainya. Hal ini ditandai dengan banyaknya meme atau gambar lelucon yang mengangkat fenomena Djakarta Warehouse Project (DWP) diberbagai sosial media tersebut, yang menjadikan nama baru bagi identitas yang mengikuti perkembangan zaman tersebut. Dalam perkembangannya Djakarta Warehouse Project (DWP) memberikan konsep diri baru bagi mahasiswa yang melihatnya sebagai event musik yang mencerminkan gaya hidup yang glamour dan hedonis.

Konsep diri merupakan gambaran yang bersifat individu dan sangat pribadi, dinamis dan evaluatif yang masing-masing orang mengembangkannya di dalam transaksi - transaksinya dengan lingkungan kejiwaannya dan yang dia bawa-bawa di dalam perjalanan hidupnya. Konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan, pendapat orang mengenai diri kita dan seperti apa diri kita inginkan.

Gambar

Gambar 1.1 Event Djakarta Warehouse Project
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
Tabel 2.1
Tabel 3.1 Key Informan
+7

Referensi

Dokumen terkait