• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Muhamad Ridwan

4.3 Analisis Deskriptif Hasil Penelitian

4.3.1 Mind mahasiswa UNTIRTA pendengar Electronic Dance Music

(EDM)pada eventDjakarta Warehouse Project (DWP) 2015

Fenomena modernisasi melahirkan kehidupan yang telah banyak mengubah cara pandang dan pola hidup masyarakat, sehingga peradaban yang terlahir adalah terciptanya budaya masyarakat konsumtif dan hedonis dalam

lingkungan masyarakat kapitalis dan perkembangan teknologi menyebabkan industri wisata dan hiburan malam berkembang pesat di kota-kota besar. Seperti halnya event merupakan salah satu sarana atau wadah untuk memberikan suatu bentuk hiburan bagi masyarakat secara luas. Dalam hal ini eventElectronic Dance Music (EDM) menjadi hiburan malam yang banya digandrungi oleh sebagian besar kalangan anak muda Indonesia, di Ibu Kota Jakarta sendiri menyediakan sebuah wadah yang bernama Djakarta Warehouse Project (DWP) bagi para penikmat musik Electronic Dance Music (EDM).

Pertama, peneliti memberikan pertanyaan Musik apa yang anda sering dengarkan? Informan yang pertama Agi, memberikan keterangan sebagai berikut :

“Relatif kalau gue sendiri jenis musik yang sering didengarkan lebih banyak jenis musik barat dan Electronic Dance Music (EDM).”

(Wawancara dengan Agi, Tanggal 30 Oktober 2016 Pukul 21:00 WIB) Hal serupa diungkapkan oleh informan bernama Merina, ia mengatakan:

“Kalau biasanya musik-musik pop atau enggak musik jazz sama musik Electronic Dance Music (EDM) semuanya.” (Wawancara dengan Merina, Tanggal 30 Oktober 2016 Pukul 19:00 WIB)

Bisa disimpulkan proses orang yang suka mendengarkan musik terkadang relatif jenis genre apa yang disukai tergantung mood orang itu sendiri, akan tetapi ada salah satu jenis musik yang memang easy listening dan tidak membosankan serta membuat mood semangat bagi yang mendengarnya salah satunya jenis musik Electronic Dance Music (EDM).

Selanjutnya peneliti memberikan pertanyaan, Awalnya anda tahu musik Electronic Dance Music (EDM) darimana? Informan pertama bernama Agi, ia mengatakan:

“Dari pengalaman suka diajak-diajak temen Hangout, sering melihat

youtube jadi tahu musik itu.” (Wawancara dengan Agi, Tanggal 30 Oktober 2016 Pukul 21:00 WIB)

Lebih lanjut lagi dikatakan oleh informan bernama Merina mengemukakan pendapatnya bahwa:

“Tahu musik Electronic Dance Music (EDM) karena kayak sekarang musik Electronic Dance Music (EDM) sudah mulai masuk. Dulu tahu karena musiknya asik pertama easy listening juga jadinya ingin tahu sendiri dari browsing-browsing di google.” (Wawancara dengan Merina, Tanggal 30 Oktober 2016 Pukul 19:00 WIB)

Berdasarkan jawaban-jawaban tersebut dapat disimpulkan seluruh informan memiliki pendapat yang sama, bahwa mengetahui musik Electronic Dance Music (EDM) awalnya dari melihat media sosial di internet seperti youtube dan browsing-browsing google. Hal ini sesuai dengan kajian Teori Interaksi Simbolik, bahwa individu merespon suatu situasi simbolik. Mereka merespon lingkungan, termasuk objek fisik, (benda) dan objek sosial (perilaku manusia) berdasarkan makna yang dikandung komponen-komponen lingkungan tersebut bagi mereka, dalam hal ini narasumber mulai mencari tahu melalui media internet.

Selanjutnya peneliti memberikan pertanyaan, Apa yang melatarbelakangi anda untuk datang ke event Djakarta Warehouse Project (DWP)? Informan yang pertama Agi, memberikan keterangan sebagai berikut :

“ Ya itu gue pengen melihat performance si Zedd atau Calvin Harris secara ih gila langsung melihat secara live, ya walaupun harga tiketnya melambung setidaknya gue bisa nabung dikit-dikit.” (Wawancara dengan Agi, Tanggal 30 Oktober 2016 Pukul 21:00 WIB)

Hal serupa diungkapkan oleh informan bernama Merina, ia mengatakan:

“Kalau aku yang melatarbelakangi ingin menonton, karena ingin lihat performance Disk Jockeynya (DJ) langsung, karena suka musik Electronic Dance Music (EDM) kebetulan ada di Indonesia dan dekat lagi di Jakarta sekalian dan ini juga banyak yang bilang Djakarta Warehouse Project (DWP) lagi nge-hits nih, booming nih, jadinya apapun yang booming jadi ikutan.” (Wawancara dengan Merina, Tanggal 30 Oktober 2016 Pukul 19:00 WIB)

Bisa disimpulkan proses pendengar musik Electronic Dance Music (EDM) yang ingin menonton event Djakarta Warehouse Project (DWP) memang awalnya ingin melihat langsung performance Disk Jockey (DJ) kesukaannya walaupun harga tiketnya mahal yang penting terpuaskan melihat secara langsung. Hal ini berkaitan dengan kajian Teori Interaksi Simbolik yaitu ketika mereka (individu) menghadapi suatu situasi, respon mereka tidak bersifat mekanis, tidak pula ditentukan oleh faktor-faktor eksternal, alih-alih respon mereka bergantung pada bagaimana mereka mendefinisikan situasi yang dihadapi dalam interaksi sosial. Jadi, individulah yang dipandang aktif untuk menentukan lingkungan mereka sendiri. Dalam hal ini key informan memutuskan untuk datang atau tidaknya ke event tersebut karena ingin melihat secara langsung hal yang sedang hangat (sebagai bentuk respon).

Selanjutnya peneliti memberikan pertanyaan, Apa yang anda ketahui tentang event Djakarta Warehouse Project (DWP)? Informan pertama bernama Agi, ia mengatakan:

Kalau Djakarta Warehouse Project (DWP) tahu dan pernah gue beberapa event digelar pernah berangkat awalnya itu pernah berangkat 2011 itu pertama kali Djakarta Warehouse Project (DWP) ada itu di Istora Senayan, awalnya Ismaya Live adalah event organizernya dia yang membuat acara itu dan gue masih inget pertama kali yang booming itu Zedd, Calvin Harris dengan lagu Electronic Dance Music (EDM) nya yang lagi naik daun di Indonesia mereka pada dateng ke Indonesia dan orang Indonesia pada excited, yang lagi booming itu cepat mendapat tempat di pendengar musik Electronic Dance Music (EDM) apalagi baru pertama dateng ke Indonesia.” (Wawancara dengan Agi, Tanggal 30 Oktober 2016 Pukul 21:00 WIB)

Lebih lanjut lagi dikatakan oleh informan bernama Merina mengemukakan pendapatnya bahwa:

“Kalau event Djakarta Warehouse Project (DWP), event Disk Jockey (DJ) dari luar negeri pada dateng ke Indonesia, makanya menarik kalau ditonton konser tapi banyak Disk Jockey (DJ) dari luar yang dateng ke

Indonesia.” (Wawancara dengan Merina, Tanggal 30 Oktober 2016 Pukul

19:00 WIB)

Berdasarkan jawaban-jawaban tersebut dapat disimpulkan bahwa seluruh informan memiliki pendapat yang sama, bahwa event Djakarta Warehouse Project (DWP) itu mendatangkan Disk Jockey (DJ) dari luar negeri yang akan performance di Indonesia menariknya jarang event yang baru mulai dikenal oleh kalangan muda ini langsung mendapat tempat dihati para penggemar musik Electronic Dance Music (EDM).

Kemudian peneliti memberikan pertanyaan kepada informan Sejak tahun berapa anda mengikuti event Djakarta Warehouse Project (DWP)? pertama informan bernama Agi menjawab :

“Awalnya itu pernah berangkat 2011 itu pertama kali Djakarta Warehouse Project (DWP) ada itu di Istora Senayan.” (Wawancara dengan Agi, Tanggal 30 Oktober 2016 Pukul 21:00 WIB)

Selanjutnya informan bernama Merina, dengan sedih ia mengungkapkannya:

“Dari tahun 2015, pernah sekali aja ke Djakarta Warehouse Project

(DWP), soalnya pernah sebelumnya tahun 2014 kebentrok ada acara jadi tidak bisa datang padahal udah beli tiketnya terus dijual lagi.”

(Wawancara dengan Merina, Tanggal 30 Oktober 2016 Pukul 19:00 WIB) Selanjutnya peneliti memberikan pertanyaan Bagaimana pendapat anda tentang event Djakarta Warehouse Project (DWP) yang telah berlangsung beberapa tahun ini? Informan pertama adalah Agi, ia berkata:

“Perkembangannya signifikan banget ya bagus acaranya, Awalnya gue diajak temen dan karena waktunya kosong dan tidak mengganggu kuliah sama tugas-tugas gue ya berangkat dan gue juga nabung pertama kali dateng di event 2011 dan kesimpulan yang gue ambil di Djakarta Warehouse Project (DWP) tidak hanya jenis musik Electronic Dance Music (EDM) saja, tapi ada jenis musik yang lain seperti jenis musik trance, dubstep, RnB tapi gue lebih excited jenis musik Electronic Dance Music (EDM) kalau di Djakarta Warehouse Project (DWP).” (Wawancara dengan Agi, Tanggal 30 Oktober 2016 Pukul 21:00 WIB)

Berbeda dengan pernyataan Agi yang santai, informan bernama Merina menjawab pernyataannya dengan cara dan nada meragu menjawabnya, dia berkata:

“Event Djakarta Warehouse Project (DWP) dari pribadi aku sendiri asik, cuma begitu mungkin ada pro dan kontranya di Djakarta Warehouse Project (DWP) jadinya membuat orang-orang yang memandang anak-anak Djakarta Warehouse Project (DWP) jadi ada sesuatunya.”

(Wawancara dengan Merina, Tanggal 30 Oktober 2016 Pukul 19:00 WIB) Hal tersebut diatas sesuai dengan kajian Konsep Diri yaitu, seluruh sikap, pandangan individu terhadap dirinya akan mempengaruhi individu dalam menafsirkan pengalamannya. Sebuah kejadian akan ditafsirkan berbeda antara individu yang satu dengan individu lainnya dikarenakan masing-masing individu mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda terhadap dirinya.

Menurut teoritisi Interaksi Simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol. Mereka tertarik pada cara manusia menggunakan simbol-simbol yang menginterpretasikan apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya, dan juga pengaruh yang ditimbulkan penafsiran atas simbol-simbol ini terhadap perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi sosial (Mulyana, 2008:71-73).

Sesuai dengan kutipan teori diatas peneliti mencoba untuk mengajukan pertanyaan kepada narasumber sebagai berikut, Saat datang ke event Djakarta Warehouse Project (DWP) apakah ada aksesoris khusus yang anda persiapkan?

Pasti ada lah karena sekelas event Djakarta Warehouse Project (DWP) meriah dan antusias animonya pengen dilihat yang berbeda sama orang lain, dari cara berpakaian kadang cowo pakai lekbong glow in the dark, running shoes, topeng-topengan, gelang dan ikat kepala yang menyala, sama halnya pun cewe memakai celana pendek, lekbong karena disana kan gerah. Kalau gue pribadi simpel aja tidak mau yang ribet-ribet karena tujuannya kan ingin melihat performance Disk Jockey (DJ) dan

mendengarkan musik dan have fun.” (Wawancara dengan Agi, Tanggal 30

Oktober 2016 Pukul 21:00 WIB)

Pertanyaan selanjutnya dilontarkan ke informan selanjutnya, ia mengungkapkan:

“Apa ya kalung, wristbrandnya, lipstik biar selalu on, make up, tapi ada

temen aku dia penggemar Disk Jockey (DJ) Steve Aoki dia bawa atribut bendera-bendera Steve Aoki ketika dia performance ditunjukin deh atribut-atributnya, tapi kalau aku sih ga terlalu addict gitu ya biasa aja.”