• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebagaimana yang telah disampaikan oleh key informan kedua, Merina. Bahwa kebiasaan dia yang sering mendengarkan musik menjadi kebiasaan yang sering terjadi dilakukannya. Hal ini dibenarkan oleh informan pendukung kedua yaitu Firman.

Dengan banyaknya waktu yang dipergunakan oleh key informan anda untuk mendengarkan jenis musik Electronic Dance Music (EDM), apakah aktivitas tersebut sesuai dengan kebiasaan yang ada di dalam masyarakat?

Sesuai karena kan masyarakat punya kebiasaannya masing-masing, kalo merina punya kebiasaan yang mendengarkan musik Electronic Dance Music (EDM) ini ya sesuai-sesuai saja (Wawancara dengan Firman, 04 Februari 2017 Pukul 10:00 WIB).

4.5 Pembahasan

Dalam hal ini, peneliti akan menguraikan hasil penelitian mengenai Konsep Diri mahasiswa UNTIRTA pendengar Electronic Dance Music (EDM) pada event Djakarta Warehouse Project (DWP) 2015 dengan mengacu pada identifikasi masalah dan fokus penelitian yang telah peneliti sampaikan sebelumnya.

Electronic Dance Music (EDM) sebagai sebuah simbol baru telah melahirkan Konsep Diri yang berkaitan dengan Mind, Self, dan Society bagi para pendengarnya.

Menurut Mead pikiran manusia mengartikan dan menafsirkan benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang dialaminya, menerangkan asal mulanya dan meramalkannya. Bagi Mead tidak ada pikiran yang lepas bebas dari situasi sosial. Berpikir adalah hasil internalisasi proses interaksi dengan orang lain. Berlainan dengan reaksi binatang yang bersifat naluriah dan langsung, perilaku manusia diawali oleh proses pengertian dan penafsiran.

Sehingga sebuah simbol baru seperti Electronic Dance Music (EDM) hanya akan menjadi sebuah simbol yang tidak memiliki makna lebih jika tidak ditafsirkan dan disampaikan secara luas oleh para pendengarnya.

Ada pesan yang berkaitan dengan norma, kebiasaan, lingkungan, gaya hidup, utilitas (kegunaan), yang biasa digunakan atau terjadi saat mendengarkan atau berada di lingkungan event Electronic Dance Music (EDM) seperti Djakarta Warehouse Project (DWP), yang ingin disampaikan secara luas oleh para pendengar Electronic Dance Music (EDM) sebagai seorang komunikator kepada masyarakat luas sebagai komunikan. Bahwa mereka yang datang ke event Djakarta Warehouse Project (DWP) merupakan bagian dari masyarakat yang up to date, keren, high class, glamour, mewah, dan berstatus sosial tinggi.

Dengan kata lain, pada hakikatnya manusia mengatur perilakunya untuk mendapatkan perspektif orang lain dengan cara datang ke event Djakarta Warehouse Project (DWP) yang harga tiketnya fantastis, ajang yang keren, dan menghadirkan Disk Jockey (DJ) Internasional. Semua itu telah diatur oleh pihak promotor atau penyelenggara agar orang lain berpikiran mereka yang datang

adalah orang-orang yang mampu, keren, up to date, gaul, high class, glamour, mewah, dan berstatus sosial tinggi.

Electronic Dance Music (EDM) umumnya mulai didengarkan oleh para pendengar di Indonesia termasuk oleh key informan sekitar tahun 2010-an. Karena sekitar tahun tersebut demam Electronic Dance Music (EDM) mulai melanda dunia musik internasional dan Indonesia dengan penduduknya yang sebagian besar aktif di internet termasuk salah satu negara yang cepat mendapatkan paparannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan key informan sebagai berikut :

a. Agi Maulana Rizky

“Dari tahun 2012 kalau tidak salah, karena pada saat itu lagi booming banget musik Electronic Dance Music (EDM) hampir setiap acara di TV selalu ada jenis musik itu, contohnya kayak acara di NET TV yang menyediakan acara The Remix.”

b. Merina Fauziyah

“Aduh berapa tahun ya, dari Electronic Dance Music (EDM) mulai booming tahun 2013-2014 sekitar 2 sampe 3 tahun.”

Kedua key informan termasuk pengguna aktif internet, hal ini ditandai dengan kepemilikan gadget yang memiliki koneksi internet langsung di genggaman mereka seperti smartphone dan tablet. Dari sini mereka aktif berselancar (browsing) di internet dengan membuka beberapa website portal hiburan termasuk musik secara online maupun offline seperti youtube, joox, apple music, spotify, dan lain sebagainya. Hal ini sesuai dengan pernyataan kedua key informan yaitu sebagai berikut :

a. Agi Maulana Rizky

“Berbicara seberapa sering pasti sering banget, karena sekarang zamannya teknologi makin canggih dan applikasi musik tersedia di setiap handphone yang kita punya, biasanya mendengarkan diapplikasi seperti Joox, Spotify dan masih banyak lagi. Kalau gua pribadi random mendengarkan musik itu.”

b. Merina Fauziyah

“Tahu musik Electronic Dance Music (EDM) karena kayak sekarang musik Electronic Dance Music (EDM) sudah mulai masuk. Dulu tahu karena musiknya asik pertama easy listening juga jadinya ingin tahu sendiri dari browsing-browsing di google.”

Kedua key informan mulai mencari tahu tentang Electronic Dance Music (EDM) karena kebutuhan pribadi dari keduanya dalam rutinitas sehari-hari yang padat akan berbagai aktivitas seperti tugas, belajar, olahraga, asmara, yang menyita banyak waktu, tenaga, dan pikiran. Sehingga tercipta Mind dari key informan yang dirasa perlu untuk sejenak mendapatkan hiburan. Hal ini dilakukan dengan intensitas yang relatif sering. Dalam sehari key informan bisa berjam-jam dalam mendengarkan Electronic Dance Music (EDM). Hal ini sesuai dengan pernyataan key informan sebagai berikut :

a. Agi Maulana Rizky

“Suka banget kalau untuk mendengarkan musik, biasanya untuk mendengarkan musik bisa 1 sampe 2 jam, Di handphone yang tadi gua bilang, dilaptop kadang, dijalan juga, ya pokoknya dimana aja kalau lagi santai gua dengerin musik.”

b. Merina Fauziyah

“Kalau overall untuk mendengarkan musik sering banget, Kalau di musik Electronic Dance Music (EDM) seringnya tidak tentu karena tiap hari pasti ngedengerin, soalnya kalau mendengarkan musik kadang suka ke playnya lagu Electronic Dance Music (EDM).”

Selain sebagai media hiburan diri sejenak, sejak awal masuk ke Indonesia hingga saat ini Electronic Dance Music (EDM) berkembang secara signifikan dan meluas dari yang awalnya biasa diperdengarkan di dunia hiburan malam seperti club dan diskotik, kemudian meluas berbentuk festival musik hingga event besar seperti Djakarta Warehouse Project (DWP).

Seperti dijelaskan di atas, Electronic Dance Music (EDM) pada awal mulanya lebih banyak diperdengarkan di club atau diskotik. Kedua key informan pun membenarkan hal tersebut karena kedua key informan juga pernah atau sering datang ke club atau diskotik. Seperti pernyataan berikut :

a. Agi Maulana Rizky

“Ya jenis musik di club kan banyak, tergantung seleranya kalau gua pribadi memang di club sekarang itu lagi naik banget musiknya yaitu Electronic Dance Music (EDM), Kalau misalkan club ya relatif ya cuman ya gua ga munafik pasti gua pernah ke club, senggang dikala weekend ataupun santai gitu loh yang kebetulan ada beberapa temen gua ada yang suka dan gua diajak mau gamau gua ikutlah.”

b. Merina Fauziyah

“Ya bener di club. Ke club pernah, pernah beberapa kali, Pertama kali sama orang tua dan kedua sama temen, diajarin maksudnya dikasih tahu kalau club itu begini karena waktu itu ada acara di Jakarta satu partai terus pulangnya orang partai pada maen ke club kata mamahku ya udah ngajak aku biar tahu sekalian club tuh begini ternyata, setelahnya aku karena diajak temen aja itupun jarang-jarang.”

Sebagai sarana untuk mendengarkan dan menyuguhkan Electronic Dance Music (EDM) kepada masyarakat luas secara komersil dan melihat momen serta peluang sedang maraknya alian musik ini, beberapa promotor event-event besar seperti Ismaya Live turut mengambil bagian dengan menyelenggarakan event seperti Djakarta Warehouse Project (DWP). Event Djakarta Warehouse Project (DWP) dimulai sejak sekitar tahun 2010 seiring dengan booming-nya aliran musik Electronic Dance Music (EDM). Kedua key informan yang notabene merupakan pendengar setia Electronic Dance Music (EDM) pun mengetahui hal ini bahkan memutuskan untuk datang ke event Djakarta Warehouse Project (DWP), berikut pernyataan keduanya :

a. Agi Maulana Rizky

“Awalnya itu pernah berangkat 2011 itu pertama kali Djakarta Warehouse Project (DWP) ada itu di Istora Senayan. Kalau Djakarta Warehouse Project (DWP) tahu dan pernah gua beberapa event digelar pernah berangkat awalnya itu pernah berangkat 2011 itu pertama kali Djakarta Warehouse Project (DWP) ada itu di Istora Senayan, awalnya Ismayalive adalah event organizernya dia yang membuat acara itu dan gua masih inget pertama kali yang booming itu Zedd, Calvin Harris dengan lagu Electronic Dance Music (EDM) nya yang lagi naik daun di Indonesia mereka pada dateng ke Indonesia dan orang Indonesia pada excited, yang lagi booming itu cepet mendapat tempat di pendengar musik Electronic Dance Music (EDM) apalagi baru pertama dateng ke Indonesia.”

b. Merina Fauziyah

“Dari tahun 2015, pernah sekali aja ke Djakarta Warehouse Project (DWP), soalnya pernah sebelumnya tahun 2014 kebentrok ada acara jadi tidak bisa datang padahal udah beli tiketnya terus dijual lagi. Kalau event Djakarta Warehouse Project (DWP), event Disk Jockey (DJ) dari luar negeri pada dateng ke Indonesia, makanya menarik kalau ditonton konser tapi banyak Disk Jockey (DJ) dari luar yang dateng ke Indonesia.”

Selain sebagai sarana hiburan, ternyata event Djakarta Warehouse Project (DWP) juga dijadikan sebagai sarana lain oleh beberapa orang. Kedua key informan menceritakan apa saja tujuan dan hal yang melatarbelakangi mereka berdua untuk datang ke event ini. Diantaranya sebagai berikut :

a. Agi Maulana Rizky

“Ya itu gua pengen melihat performance si Zedd atau Calvin Harris secara ih gila langsung melihat secara live, ya walaupun harga tiketnya melambung setidaknya gua bisa nabung dikit-dikit.”

b. Merina Fauziyah

“Kalau aku yang melatarbelakangi ingin menonton, karena ingin lihat performance Disk Jockey (DJ) nya langsung, karena suka musik Electronic Dance Music (EDM) kebetulan ada di Indonesia dan dekat lagi di Jakarta sekalian dan ini juga banyak yang bilang Djakarta Warehouse Project (DWP) lagi nge-hits nih, booming nih, jadinya apapun yang booming jadi ikutan.”

Sebagai event besar dan diselenggarakan setiap tahun, Djakarta Warehouse Project (DWP) terbukti berhasil menyedot animo masyarakat Indonesia secara luas. Hal ini terbukti dari jumlah penoton yang datang pada Djakarta Warehouse Project (DWP) 2015 mencapai 75.000 orang (sumber: www.musik.kapanlagi.com). Dengan jumlah penonton yang fantastis ini pihak penyelenggara tentu meraup untung yang sangat besar, baik dari hasil penjualan tiket yang selalu sold out maupun hasil penjualan lain seperti merchandise yang ditawarkan kepada pengunjung.

Harga tiket Djakarta Warehouse Project (DWP) 2015 berkisar antara Rp. 720.000,- sampai dengan Rp. 1.800.000,- (www.ismayalive.com ). Biaya tersebut tentu tidak murah, sehingga tidak semua kalangan orang bisa datang ke event ini.

Namun, dengan biaya yang fantastis ini ternyata ada beberapa mahasiswa termasuk key informan yang rela menyisihkan beberapa uang ditabungannya untuk datang ke event tersebut. Ini merupakan bukti dari terciptanya Self pada diri seseorang yang memiliki keinginan yang ingin dicapai dan mengambil peran yang akan merujuk pada bagaimana seseorang memahami dirinya dan keingiannya sendiri. Seperti pernyataan kedua key informan sebagai berikut :

a. Agi Maulana Rizky

“Ya lumayan besar kisaran 4-5 jutaan. Ya walaupun gua mahasiswa paling tidak gua ngumpulin dari jauh-jauh hari, Rela kok menyisihkan uang tabungan karena ketika pengen sesuatu untuk dicapai rela walaupun mengumpulkan uang dari sisa tabungan hasil atlet itu.”

b. Merina Fauziyah

“Haduh kalau event Djakarta Warehouse Project (DWP), abis biaya hampir 3 sampe 4 jutaan lupa aku sama hotelnya juga, paling 3 jutaan belum sama jajan-jajannya, Ya dikitlah bawa uang tabungan buat jajan-jajan disananya kayak buat beli makanan kalau laper.”

Selain harga tiket yang tinggi, persiapan untuk datang ke event Djakarta Warehouse Project (DWP) pun relatif banyak dan tidak murah. Sesuai dengan teori Interaksi Simbolik dimana pengambilan peran self seseorang bukan suatu objek melainkan suatu proses sadar yang mempunyai kemampuan untuk berpikir. Hal ini diakui oleh kedua key informan sebagai berikut :

a. Agi Maulana Rizky

“Pasti ada lah karena sekelas event Djakarta Warehouse Project (DWP) meriah dan antusias animonya pengen dilihat yang berbeda sama orang lain, dari cara berpakaian kadang cowo pakai lekbong glow in the dark, parfum harus selalu wangi, running shoes, topeng-topengan, gelang dan ikat kepala yang menyala, sama halnya pun cewe memakai celana pendek, lekbong karena disana kan gerah. Kalau gua pribadi simpel aja tidak mau yang ribet-ribet, ya paling pernah beli minuman seharga 4 jutaan sampai ke Singapore. Karena tujuannya kan ingin melihat performance Disk Jockey (DJ) dan mendengarkan musik dan have fun.”

b. Merina Fauziyah

Apa ya kalung, wristbrandnya, lipstik biar selalu on, make up, tapi ada temen aku dia penggemar Disk Jockey (DJ) Steve Aoki dia bawa atribut bendera-bendera Steve Aoki ketika dia performance ditunjukin deh atribut-atributnya, tapi kalau aku sih ga terlalu addict gitu ya biasa aja.”

Selain melahirkan sisi glamour, mewah, keren, high class, gaul, have fun party, event Djakarta Warehouse Project (DWP) ternyata juga bagi sebagian orang dinilai berdampak negatif seperti banyaknya pengunjung yang mengkonsumsi minuman beralkohol dan memakai obat-obatan terlarang (drugs). Namun key informan menyikapi hal ini dengan santai. Berikut pernyataan keduanya :

a. Agi Maulana Rizky

“Kalau menurut gua kembali kepada pribadinya masing-masing ya orang mau menilai, seperti apa orang mau bertanggapan acara ini seperti apa, ya gua ambil sisi positifnya aja dari yang gua ngelatih badminton tiap hari kan penat, ya minimal ada acara ini gua bisa refreshing dan temu kangen temen-temen yang jarang ketemu jadi reunian disana, kita jadi fresh dan semangat lagi, kalau sisi negatif ya terserah orang mau beranggapan apa.”

b. Merina Fauziyah

“Kalau pendapat aku menyikapi hal negatif di Djakarta Warehouse Project (DWP) coba dateng aja dulu kali ya merasakan dulu baru bisa komentar tergantung dari kitanya juga bisa tanggepinnya negatif ya pasti negatif kalau kita tanggepinnya positif ya kaya buat kesehatan ke badan kalau goyang-goyang kan bisa lebih sehat kan apalagi malem ya.”

Kedua key informan yang sudah pernah bahkan hingga beberapa kali datang ke event Djakarta Warehouse Project (DWP) sejatinya adalah mahasiswa dan merupakan seseorang yang lahir dan tumbuh di lingkungan masyarakat (society) yang tidak menggandrungi satu jenis musik tertentu misalnya Electronic Dance Music (EDM). sesuai dengan pernyataan keduanya :

“Kalau jenis musik Electronic Dance Music (EDM) tidak juga kayaknya biasa aja, tidak banyak dan tidak dibesarkan dari lingkungan yang seperti itu.”

Sehingga kedua key informan tidak terlalu menunjukan konsep diri mereka sebagai pendengar musik Electronic Dance Music (EDM). Menurut peneliti hal tersebut tidak perlu dilakukan karena tidak terlalu berpengaruh untuk dilakukan, masyarakat (society) memang ada yang menerima ada yang mungkin tidak menerima keberadaan mereka sebagai pendengar Electronic Dance Music (EDM), namun kembali kepada orangnya selama masih dalam batas kewajaran. Seperti pernyataan kedua key informan sebagai berikut :

a. Agi Maulana Rizky

“Ya masyarakat menerima-nerima saja, karena kita tidak kelewat batas ada rules dan aturannya ya kita mau have fun dan temu kangen sama teman-teman lama yang jarang ketemu kita ketemu disana jadi ya membangun silahturahmi.”

b. Merina Fauziyah

“Kalau tau sesungguhnya ya ada yang menerima ada yang engga ya kalau dari aku gimana menyikapinya aja atau engga kembali sama orangnya masing-masing.”

“Aku juga datang ke Djakarta Warehouse Project (DWP) dengan teman, pasangan, atau bahkan sendiri. Sama temen-temen dari Cilegon juga, temen SMA aku jadi reunian deh sekalian di tempat event Djakarta Warehouse Project (DWP)”.

Berdasarkan hasil uraian dan penjelasan dari kedua key informan, peneliti kemudian mencoba untuk menggambarkan ulang bagaimana kehidupan kedua key informan selama menjelang event Djakarta Warehouse Project (DWP), saat event Djakarta Warehouse Project (DWP) dan setelahnya termasuk persiapannya dalam perspektif atau sudut pandang peneliti.

Dalam pengamatan langsung oleh peneliti hal pertama yang dilakukan oleh agi sebelum berangkat pertama dia melakukan observasi bahwsannya agi mencari informasi terlebih dahulu tentang event Djakarta Warehouse Project (DWP) karena sebelum dia berangkat pasti melakukan persiapan berupa informasi di media sosial, sehingga ketika dia sudah mendapatkan informasi tersebut berupa tiket dan transportasi, lalu mempersiapkan budget yang lumayan besar bisa mencapai lima juta, karena dia suka minum alkohol dia sampai rela untuk beli di Singapura karena harganya miring dibandingkan harga di Indonesia. Tujuan untuk membeli minuman di luar negeri khawatir takut kurang dan bisa minum diluar

untuk pemanasan agar rileks sebelum acara berlangsung. Karena diperaturan di event Djakarta Warehouse Project (DWP) itu tidak boleh membawa minuman dari luar. Karena agi suka ke tempat event Djakarta Warehouse Project (DWP) dia melakukan persiapan itu sangat matang sekali 6 bulan sebelum acara berlangsung dia sudah komunikasiin teman-temannya yang mau ikut ke event Djakarta Warehouse Project (DWP) dari persiapan budget tiket, transportasi, serta minuman sama temen-temen yang ada diluar kota ajak untuk bergabung. Dan kita komitmen mengumpulkan uang dari 6 bulan sebelumnya untuk patungan dan berangkat ke event event Djakarta Warehouse Project (DWP).

Pada saat menjelang hari event Djakarta Warehouse Project (DWP) berlangsung yang pengamat lihat ternyata agi mendapatkan musibah bahwa neneknya meninggal dan dilema karena tiket sudah beli akhirnya agi memutuskan mengurusi neneknya sampai kepemakaman terlebih dahulu. Karena agi yang berpengalaman di event Djakarta Warehouse Project (DWP) jadi teman-temannya dilema. Sehingga akhirnya agi kasih kabar bahwa persiapan 6 bulan yang lalu dia tidak mau mengecewakan teman-temannya dan memutuskan bahwa berangkat. Kondisi pada saat dijalan merasa seperti berkabung dan cuaca pun mendung. Sesampainya ditempat JIEXPO kemayoran kita langsung mandi atau cuci muka ditempat parkiran agar lebih fresh lagi. Setelah itu agi ke venuenya untuk menukarkan tiket yg di print out agar menjadi gelang wristbrand. Selanjutnya ketika kembali keparkiran datanglah tukang parkir menghampiri mobil yang kita gunakan dan menanyakan ternyata dia mengetahui bahwa penonton ada yang sudah membawa minuman alkohol dari luar.

Akhirnya kita bernegoisasi dan membujuk agar tidak membilang ke pihak penyelenggara. Suasana pun menjadi cair kembali dan meminum yang sudah disediakan sambil mendengarkan musik Electronic Dance Music (EDM), sambil menunggu teman-teman yang lain. Acara event Djakarta Warehouse Project (DWP) pun berlangsung suasana yang ramai dan meriah banyak pengunjung dari warga lokal dan luar negeri turut berpartisipasi memeriahkan acara disana. Berdasarkan pengamatan yang dilihat ternyata banyak temuan disana memperbolehkan minum alkohol, berserakannya kondom, ada yang memakai obat-obatan terlarang, sehingga menjadi bukan hal yang tabuh lagi bagi para pengunjung. Akhirnya waktu demi waktu berlalu acara pun sudah selesai selama dua hari. Kenangan di event Djakarta Warehouse Project (DWP) yang tidak bisa dilupakan, menjadi pengalaman baru, dan terpuaskan untuk menghilangkan penat yang selama setahun melakukan berbagai macam aktivitas bagi para pengunjung.

Dan untuk merina sendiri dari hasil pengamatan penulis untuk persiapan berangkat ke event Djakarta Warehouse Project (DWP) sekilas merina tampak glamour dengan pakaian yang casual tapi tetap menarik kemudian sedang mengikuti trend pada saat itu dan dia sangat have fun selama event berlangsung selama disana merina bertegur sapa bersama teman-temannya yang setelah dikonfirmasi tenyata teman sekolahnya yang sudah berbeda kota. Peneliti pun menghampiri merina di tempat parkir dan dia membawa mobil pribadi bersama teman-temannya.

Dari hasil pengamatan secara langsung kedua key informan membuktikan bahwa penulis mengamati secara langsung mengenai kehidupan dia sehari-hari sampai pada akhirnya mempengaruhi konsep diri key informan.

Konsep diri yang paling dini pada umumnya dibentuk oleh diri subjek itu sendiri (key informan) dalam pikirannya (mind) secara sadar berdasarkan simbol yang memiliki makna dan telah mengalami proses panjang sehingga kemampuan inilah yang memungkinkan manusia dapat melihat dirinya sendiri melalui perspektif orang lain. Dimana hal ini sangatlah penting dalam memberi atau menciptakan respon yang sama terhadap simbol-simbol tertentu yang memiliki pesan atau makna yang sama.

Pikiran (mind) yang telah mengalami proses panjang sehingga dapat mengerti arti, yang diterima oleh diri (self) akan mempengaruhi gerak dan perilaku serta berbagai bentuk komunikasi sehari-hari dan orang-orang lain disekitar lingkungannya termasuk kerabat (society).

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan terungkap bahwa mind, self, society berperan aktif dalam membangun konsep diri key informan. Seperti halnya dengan key informan pertama mengungkapkan bahwa ia sebagai pendengar Electronic Dance Music (EDM) dalam sehari memiliki intensitas waktu yang relatif lama untuk mendengarkan jenis musik ini sekitar satu hingga dua jam. Kebiasaan mendengarkan musik ini akhirnya mendorong key informan untuk lebih mencari tahu tentang perkembangan musik Electronic Dance Music (EDM). Sehingga key informan memiliki keinginan untuk datang ke event Djakarta

Warehouse Project (DWP) yang up to date, keren, high class, glamour, mewah, dan berstatus sosial tinggi. Hal serupa juga diungkapkan oleh key informan kedua bahwa dengan datang ke event Djakarta Warehouse Project (DWP) dapat menjadi ajang reuni dengan teman-teman lama yang sudah tinggal diluar kota.