• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan Konsep Diri penulis ingin mencoba mengetahui Konsep Diri mahasiswa UNTIRTA pendengar Electronic Dance Music (EDM) pada event Djakarta Warehouse Project (DWP) 2015. Bagaimana individu mahasiswa UNTIRTA itu sendiri dikaji melalui Konsep Diri dan Interaksi Simbolik. Kemudian gambaran kerangka berfikir ini dapat dijabarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Berpikir

Sumber, Peneliti: 2017

Dari tinjauan kepustakaan dan kerangka teori, serta masalah yang diangkat dalam penelitian yang telah dirumuskan tersebut diatas maka dikembangkan suatu kerangka konsep penelitian. Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan antar konsep atau variabel yang akan diamati (diukur) melalui suatu penelitian.

Berangkat dari pemahaman dan aspek teori tersebut yang berada pada tataran kajian komunikasi dan pendekatan-pendekatan melalui teori Interaksi Simbolik

Mahasiswa UNTIRTA Pendengar Musik Electronic Dance Music (EDM)

Konsep Diri Teori Interaksi Simbolik

1. Mind 2. Self 3. Society

dengan menggunakan paham deskriptif, sehingga menjadi sebuah informasi kebenaran yang valid dan ilmiah.

Peneliti membuat suatu kerangka berpikir untuk menjelaskan keseluruhan pembahasan secara singkat dalam bentuk kerangka deskriptif. Dalam hal ini, peneliti membahas tentang “Konsep Diri mahasiswa UNTIRTA pendengar Electronic Dance Music (EDM) pada event Djakarta Warehouse Project (DWP) 2015”.

Globalisasi dan perkembangan teknologi menyebabkan industri wisata dan hiburan malam berkembang pesat di kota-kota besar (Stevanio, 2007:01). Istilah hiburan malam mulai banyak di Indonesia seiring dengan kebutuhan para masyarakat penikmat dunia malam untuk menyeimbangkan diri dari tumpukan emosi dan rutinitas kehidupan sehari-hari mereka, hal ini ditandai dengan selalu ramainya pengunjung tempat-tempat hiburan malam di perkotaan seperti Ibu kota Jakarta bahkan hingga penuh sesak saat akhir pekan tiba.

'Memasuki Fable ibarat memasuki dunia berbeda…' Club di bawah bendera grup All-In Entertainment ini terletak di lantai dua Fairground SCBD dan bisa menampung sekitar 800 club-goers. Yang membuat tempat ini selalu penuh adalah penampilan Disk Jockey (DJ) sering didatangkan dari luar negeri. Salah satu club malam yang sering diserbu hotel di dalam hotel adalah New Stingray Club yang bersituasi di Crowne Plaza Hotel. Club ini dulunya bernama Kama Sutra dan seiring dengan perubahan tim pengelola baru, namanya pun kini menjadi New Stingray Club. Club yang bisa menampung sekitar 700 pengunjung ini akan merasakan nuasa hijau di dalam club karena tata lampu hampir di semua ornamen interior mereka berwarna hijau.1

Electronic Dance Music (EDM) merupakan sebuah genre musik yang banyak dimainkan di tempat-tempat hiburan malam, genre musik ini menggunakan instrumen elektronik, baik dalam pembuatan lagu maupun memainkannya.

1

http://lifestyle.okezone.com/read/2015/08/04/298/1190427/lima-club-malam-paling-happening-Instrumen-instrumen tersebut berupa controller, mixer, recorder, keyboard, dan sebagainya. Electronic Dance Music (EDM) hadir sebagai event di Indonesia sejak tahun 2012 hingga saat ini. Di Ibu Kota Jakarta sendiri menyediakan sebuah wadah yang bernama Djakarta Warehouse Project (DWP) bagi para penikmat musik Electronic Dance Music (EDM).

Djakarta Warehouse Project (DWP) sebagai sebutan yang sudah tidak asing lagi ditelinga generasi muda yang relatif aktif di sosial media seperti instagram, twitter, facebook, dan lain sebagainya. Hal ini ditandai dengan banyaknya meme atau gambar lelucon yang mengangkat fenomena Djakarta Warehouse Project (DWP) diberbagai sosial media tersebut, yang menjadikan nama baru bagi identitas yang mengikuti perkembangan zaman tersebut. Dalam perkembangannya Djakarta Warehouse Project (DWP) memberikan konsep diri baru bagi mahasiswa yang melihatnya sebagai event musik yang mencerminkan gaya hidup yang glamour dan hedonis.

Konsep diri merupakan gambaran yang bersifat individu dan sangat pribadi, dinamis dan evaluatif yang masing-masing orang mengembangkannya di dalam transaksi - transaksinya dengan lingkungan kejiwaannya dan yang dia bawa-bawa di dalam perjalanan hidupnya. Konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan, pendapat orang mengenai diri kita dan seperti apa diri kita inginkan.

Kota Serang memiliki slogan, semboyan, atau motto yaitu Kota Serang Madani. Dalam KBBI kata „Madani‟ berarti menjunjung tinggi nilai, norma, hukum yang ditopang oleh penguasaan iman, ilmu, dan teknologi yang

berperadaban.2 Hal ini merupakan cerminan Kota Serang yang lahir dari budaya masyarakatnya yang menjunjung norma-norma yang berlaku salah satunya norma agama. Di sepanjang jalan protokol Kota Serang juga dapat ditemui berbagai ornamen atau hiasan Kota berbentuk tulisan Asmaul Husna, Masjid Agung yang bersebelahan dengan Gereja Kristus Raja, beragam tempat ibadah umat beragama, dan banyaknya acara keagamaan yang biasa diselenggarakan pada hari-hari besar keagaaman tertentu seperti pawai mulud, ziarah ke Banten lama, hari raya natal, dan upacara keagamaan lain yang mengindikasikan bahwa Kota Serang merupakan salah satu kota yang religius.

Sementara di sisi lain permasalahan sosial yang makin kompleks, seperti: maraknya gelandangan, pengemis, orang gila, anak jalanan, prostitusi terselubung, kenakalan remaja, peredaran narkotika, hingga tidak tertatanya pedagang kaki lima, berimplikasi pada terbentuknya citra baru yang cenderung negatif di tengah ketidakberdayaan untuk mempertahankan citra lama yang positif sebagai Kota Pendidikan, Kota Santri, dan Kota Madani yang relijius. Inilah yang mendasari kekhawatiran banyak kalangan tentang arah pembangunan dan jati diri Kota Serang di masa depan. (Sumber : Bappeda).

UNTIRTA merupakan satu-satunya Universitas Negeri dibawah Kemenristekdikti yang berada di Provinsi Banten, tepatnya di Kota Serang dan Cilegon. Adanya perkembangan zaman, mempengaruhi Konsep Diri mahasiswa UNTIRTA dimana jika dilihat dari letak geografisnya UNTIRTA dekat dengan Ibu Kota Negara yaitu Jakarta yang menjadi pusat perkembangan musik

2

Electronic Dance Music (EDM) di Indonesia dan lokasi diselenggarakannya event Djakarta Warehouse Project (DWP), sehingga disinyalir memunculkan animo sebagian kecil mahasiswa UNTIRTA pendengar musik Electronic Dance Music (EDM) untuk menghadiri event Djakarta Warehouse Project (DWP) dengan berbagai macam alasan juga motif dan simbol yang beragam.

Dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Kualitatif, Deddy Mulyana mengatakan bahwa inti dari teori Interaksi Simbolik adalah teori tentang diri (self) dari George Herbert Mead (Mulyana, 2008:73). Menurut George Herbert Mead, cara manusia mengartikan dunia dan dirinya sendiri berkaitan erat dengan masyarakatnya (society). Mead melihat pikiran (mind) dan dirinya (self) menjadi bagian dari perilaku manusia yaitu bagian interaksinya dengan orang lain.

Tiga ide dasar Interaksionisme Simbolik terdiri dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self) dan hubungannya ditengah interaksi sosial, dan bertujuan akhir untuk memediasi, dan menginterpretasi makna ditengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut menetap.

Dari berbagai penjabaran latar belakang tersebut peneliti mencoba mengelaborasi Konsep Diri seorang individu, dalam hal ini beberapa mahasiswa UNTIRTA pendengar Electronic Dance Music (EDM) dikehidupannya sehari-hari dan saat datang ke event Djakarta Warehouse Project (DWP) serta berbagai persiapannya yang melahirkan karakteristik Mind, Self, Society individu tersebut.