• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGADILAN TINGGI MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGADILAN TINGGI MEDAN"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

Putusan Nomor :106/PDT/2016/PT.MDN Halaman 1 dari 45

P U T U S A N

Nomor:106/PDT/2016/PT.MDN

DEMI KEADILAN BERASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara perdata dalam Pengadilan tingkat banding telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara antara :

DARMANSYAH, S.H.I : laki-laki, Umur 31 tahun, tempat tanggal lahir di Medan, tanggal lahir 23 November 1983, pekerjaan swasta, Agama Islam, Kewarganegaraan Indonesia, beralamat di Jalinsum Medan Banda Aceh, Lingkungan III, Kelurahan Bukit Kubu, Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat, dalam hal ini memberi kuasa kepada 1. ARIFIN SALEH, SH.MH. 2. RAHMAD SOLIHIN PURBA, SH.Advokat berkantor di Jalan Veteran No. 1, Kota Binjai, Telp. 0811260672674, berdasarkan surat kuasa Khusus tertanggal 10 September 2014 telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Rantauprapat tanggal 19 September 2014, Nomor: 108/KC/2014/PN.RAP semula sebagai PENGGUGAT, sekarang PEMBANDING ;

L A W A N

HERMAN SIREGAR :Laki-laki, Umur 41 Tahun, pekerjaan swasta, beralamat di Komplek Raysa Minimalis No.1-A, Kelurahan Sioldengan, Kecamatan Rantau Selatan, Kabupaten Labuhanbatu, dalam hal ini memberi kuasa kepada 1. AHMAD RIVAI HASIBUAN. 2. KARTOYO, SH.MH. Advokat / Penasehat Hukum dari Lembaga Bantuan Hukum Rakyat Indonesia berkantor di Jalan Jenderal Ahmad yani Komplek Perumahan Ganda Asri II No.39, Kecamatan Rantau Selatan, Kabupaten Labuhanbatu, berdasarkan surat Kuasa Khusus tertanggal 08 Oktober 2014 telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadialn Negeri Rantauprapat tanggal 29 Oktober 2014, Nomor : 128/KC/2014/ PN.Rap, semula sebagai TERGUGAT sekarang TERBANDING;

(2)

Putusan Nomor :106/PDT/2016/PT.MDN Halaman 2 dari 45

Pengadilan Tinggi tersebut ;

Telah membaca berkas perkara dan surat-surat yang berhubungan dengan perkara ini ;

TENTANG DUDUK PERKARA

Mengutip serta memperhatikan surat gugat Penggugat tanggal 19 September 2014 yang diterima dan didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Rantau Prapat pada tanggal 19 September 2014 dalam Register Perkara Nomor:40/Pdt.G/2014/PN.Rap, telah mengajukan gugatan sebagai berikut: 1. Bahwa pada tanggal 24 Maret 2014 antara Penggugat dan Tergugat telah

setuju dan sepakat untuk melakukan jual beli sebidang tanah berikut kebun milik Penggugat seluas + 7 Ha (lebih kurang tujuh hektar) yang terletak di Desa Bangai, Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, dengan batas-batas sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatas dengan tanah Jalan Desa Teluk Rampa

 Sebelah Selatan berbatas dengan tanah Boinah

 Sebelah Timur berbatas dengan tanah Abu Naem/R. Zulfikar Hsb

 Sebelah Barat berbatas dengan tanah Wahyu (selanjutnya cukup disebut objek sengketa)

2. Bahwa objek sengketa yang dijual-belikan tersebut terdiri atas :

 Objek sengketa yang sudah ditanami tanaman pohon kelapa sawit seluas 5,4 Ha (lima koma empat hektar); dan

 Objek sengketa berupa lahan kosong atau belum ditanami seluas 1,9 Ha (satu koma sembilan hektar).

3. Bahwa atas jual beli objek sengketa dimaksud, antara Penggugat dan Tergugat sepakat menetapkan harga per hektarnya sebagai berikut :

 Untuk objek sengketa yang sudah ditanami tanaman pohon kelapa sawit harga per hektarnya ditetapkan seharga Rp.107.000.000,- (seratus tujuh juta rupiah); dan

 Untuk objek sengketa berupa lahan kosong atau belum ditanami harga per hektarnya ditetapkan seharga Rp.53.000.000,- (lima puluh tiga juta rupiah);

(3)

Putusan Nomor :106/PDT/2016/PT.MDN Halaman 3 dari 45

Sehingga total keseluruhan harga objek sengketa tersebut berjumlah (5,4 Ha x Rp.107.000.000,-) + (1,9 Ha x Rp.53.000.000,-) = Rp.678.500.000,- (enam ratus tujuh puluh delapan juta lima ratus ribu rupiah);

4. Bahwa atas kesepakatan jual beli tersebut selanjutnya antara Penggugat dan Tergugat melakukan pengikatan jual beli dengan cara Tergugat membayar sejumlah uang kepada Penggugat sebagai panjar pembelian sebesar Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) yang dibayarkan secara tunai oleh Tergugat kepada Penggugat dengan ketentuan dan syarat bahwa Tergugat diberi jangka waktu selama 2 (dua) bulan atau pada tanggal 24 Mei 2014 untuk melakukan pelunasan atas kekurangan pembayaran sebesar Rp.378.500.000,- (tiga ratus tujuh puluh delapan juta lima ratus ribu rupiah);

5. Bahwa akan tetapi sampai dengan batas waktu yang sudah diperjanjikan, ternyata Tergugat tidak memenuhi kewajibannya untuk melakukan pelunasan atas kekurangan pembayaran sebesar Rp.378.500.000,- (tiga ratus tujuh puluh delapan juta lima ratus ribu rupiah) tersebut kepada Penggugat sehingga Penggugat harus menanggung kerugian;

6. Bahwa Penggugat telah beritikad baik dan bermurah hati kepada Tergugat dengan memberikan tambahan waktu pembayaran selama 2 (dua) minggu agar Tergugat memenuhi kewajibannya melunasi kekurangan pembayaran tersebut, akan tetapi hal itu sama sekali tidak membuahkan hasil karena Tergugat tidak juga memenuhi kewajibannya melakukan pelunasan kekurangan pembayaran dimaksud;

7. Bahwa sehubungan dengan itikad baik dari Penggugat tersebut tidak ditanggapi baik oleh Tergugat, dan Penggugat sangat membutuhkan uang dari pelunasan kekurangan pembayaran atas jual beli obyek sengketa tersebut guna menjalankan dan mengembangkan usaha Penggugat, karena itu akhirnya Penggugat mengajukan gugatan terhadap Tergugat melalui Pengadilan Negeri Rantau Prapat;

8. Bahwa karena Tergugat tidak memenuhi kewajibannya melakukan pelunasan atas kekurangan pembayaran sebesar Rp.378.500.000,- (tiga ratus tujuh puluh delapan juta lima ratus ribu rupiah) tersebut, maka objek sengketa tersebut tetap dikuasai oleh Penggugat;

9. Bahwa oleh karena Tergugat dengan cara sengaja telah beritikad tidak baik untuk memenuhi kewajibannya melakukan pelunasan atas kekurangan

(4)

Putusan Nomor :106/PDT/2016/PT.MDN Halaman 4 dari 45

pembayaran kepada Penggugat, maka berdasarkan fakta tersebut di atas secara demikian cukup terang dan nyata Tergugat telah melakukan perbuatan ingkar janji (wanprestasi) kepada Penggugat;

10. Bahwa oleh karena Tergugat telah melakukan perbuatan ingkar janji

(wanprestasi) kepada Penggugat, sehingga cukup beralasan hukum apabila

Penggugat menuntut Tergugat agar memenuhi kewajibannya melunasi kekurangan pembayaran atas jual beli objek sengketa tersebut dan membayar kerugian-kerugian lain yang diderita dan ditanggung oleh Penggugat;

11. Bahwa sungguh pantas dan wajar didalam gugatan aquo apabila Penggugat merubah harga jual beli objek sengketa dengan menaikan harganya sebagaimana berikut :

 Untuk objek sengketa yang sudah ditanami tanaman pohon kelapa sawit yang semula harga per hektarnya sebesar Rp.107.000.000,- (seratus tujuh juta rupiah), Penggugat merubahnya dengan menaikkan menjadi Rp.150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah); dan

 Untuk objek sengketa berupa lahan kosong atau belum ditanami yang semula harga per hektarnya sebesar Rp.53.000.000,- (lima puluh tiga juta rupiah), Penggugat merubahnya dengan menaikkan menjadi Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah);

Sehingga total keseluruhan harga objek sengketa yang harus dibayar oleh Tergugat kepada Penggugat adalah berjumlah sebesar (5,4 Ha x Rp. 150.000.000,-) + (1,9 Ha x Rp.100.000.000,-) = Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah), yang setelah dipotong/dikurangi dengan panjar jual beli yang telah disetorkan Tergugat kepada Penggugat pada tanggal 24 Maret 2014 sebesar Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) sehingga menjadi sebesar Rp.700.000.000,- (tujuh ratus juta rupiah);

12. Bahwa selain itu sungguh pantas dan wajar pula apabila Penggugat menuntut Tergugat untuk membayar denda kepada Penggugat sebesar 5% (lima persen) per bulan atas keterlambatan Tergugat melakukan pelunasan kekurangan pembayaran kepada Penggugat terhitung sejak bulan Mei 2014 sampai dengan gugatan aquo dimajukan pada Pengadilan Negeri Rantau Prapat atau selama 5 (lima) bulan, dengan rincian sebagai berikut :

Rp.700.000.000,- x 5% = Rp.35.000.000,- x 5 bulan = Rp.175.000.000,- (seratus tujuh puluh lima juta rupiah);

(5)

Putusan Nomor :106/PDT/2016/PT.MDN Halaman 5 dari 45

Sehingga total keseluruhan kewajiban yang harus dibayar Tergugat kepada Penggugat adalah sebesar Rp.700.000.000,- + Rp.175.000.000,- =

Rp.875.000.000,- (delapan ratus tujuh puluh lima juta rupiah);

13. Bahwa disamping kerugian tersebut di atas, Tergugat malahan telah melakukan perbuatan dengan sengaja menimbulkan kerugian lain pada Penggugat, karena faktanya Tergugat telah melakukan pengerusakan terhadap + 33 (lebih kurang tiga puluh tiga) batang tanaman pohon sawit milik Penggugat dengan cara menebanginya sehingga musnah, padahal nyata Tergugat belum melunasi kekurangan pembayaran atas keseluruhan harga yang telah disepakati Penggugat dan Tergugat sebagaimana tersebut dalam posita pada point 3 di atas, dan antara Penggugat dan Tergugat sama sekali belum ada dilakukan peralihan hak dan atau penyerahan hak sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku;

14. Bahwa dengan demikian sungguh patut dan beralasan hukum apabila Penggugat menuntut Tergugat untuk membayar kerugian Penggugat sebanyak + 33 (tiga puluh tiga) pohon kelapa sawit yang telah dirusak oleh Tergugat tersebut yang ditaksir biaya bibit dan biaya perawatan per pokoknya sebesar Rp.4.000.000,- (empat juta rupiah), sehingga total kerugian yang harus dibayar Tergugat kepada Penggugat adalah sebesar :

Rp.4.000.000,- x 33 batang pohon kelapa sawit = Rp.132.000.000,- (seratus

tiga puluh dua juta rupiah) yang harus dibayarkan secara tunai, sekaligus

dan seketika setelah putusan dalam perkara ini mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde);

15. Bahwa oleh karena gugatan ini mengenai gugatan wanprestasi maka Penggugat menuntut uang paksa (dwangsom) terhadap Tergugat untuk membayarkannya setiap hari keterlambatan menjalankan isi putusan ini setelah berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde) sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah);

16. Bahwa oleh karena gugatan Penggugat berdasarkan bukti-bukti yang autentik, meyakinkan dan mempunyai kekuatan yang sempurna, mohon agar perkara ini diputus dengan putusan yang dapat dijalankan terlebih dahulu walaupun ada upaya perlawanan (verzet), banding maupun kasasi

(uit voorbaar bij voorraad);

Bahwa berdasarkan alasan-alasan yang telah diuraikan tersebut di atas, Penggugat mohon kepada Yth. Ketua Pengadilan Negeri Rantau Prapat c.q.

(6)

Putusan Nomor :106/PDT/2016/PT.MDN Halaman 6 dari 45

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Rantau Prapat yang memeriksa dan mengadili perkara a quo untuk menetapkan hari sidang dan memanggil pihak-pihak yang berperkara untuk itu dan selanjutnya berkenan menerima dan memeriksa gugatan ini dan menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut : 1. Menerima dan mengabulkan Gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2. Menyatakan sah dan berharga semua bukti-bukti yang diajukan Penggugat dalam perkara ini;

3. Menyatakan Tergugat telah melakukan wanprestasi;

4. Menghukum Tergugat untuk membayar kekurangan pembayaran kepada Penggugat ditambah denda keterlambatan sebesar 5% per bulan selama 5 (lima) bulan sebesar Rp.875.000.000,- (delapan ratus tujuh puluh lima juta rupiah);

5. Menghukum Tergugat membayar kerugian Penggugat sebanyak + 33 (tiga puluh tiga) pohon kelapa sawit yang telah dirusak oleh Tergugat sebesar Rp.132.000.000,- (seratus tiga puluh dua juta rupiah) secara tunai, sekaligus dan seketika setelah putusan dalam perkara ini mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde);

6. Menyatakan putusan dalam perkara ini dapat dijalankan secara serta merta walaupun ada perlawanan (verzet), banding maupun Kasasi (uit voerbaar bij

voorraad);

7. Menghukum Tergugat membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) per hari kepada Penggugat apabila Tergugat lalai dalam melaksanakan putusan ini setelah mempunyai kekuatan hukum yang tetap (inkracht van gewijsde);

8. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya yang timbul dalam perkara ini sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku;

ATAU :

Apabila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya

(ex aequo et bono);

Membaca jawaban Tergugat terhadap gugatan Penggugat tersebut yang pada pokoknya mengemukakan hal-hal sebagai berikut:

DALAM KONPENSI

DALAM POKOK PERKARA

(7)

Putusan Nomor :106/PDT/2016/PT.MDN Halaman 7 dari 45

1. Bahwa Tergugat dengan tegas membantah dan menolak dalil-dalil gugatan Penggugat, kecuali hal-hal yang secara tegas diakui Tergugat dalam jawaban ini:

2. Bahwa Tergugat dengan Penggugat ada melakukan kesepakatan jual beli terhadap sebidang tanah berikut tanaman kelapa sawit diatasnya pada tanggal 24 Maret 2014, terletak di Desa Bangai, Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan;

3. Bahwa uraian Penggugat pada hal 2 (dua) point ke-2 (dua) adalah perhitungan luas sementara, sedangkan kepastiannya adalah ketika dilakukan pengukuran secara bersama-sama;

4. Bahwa setelah hasil pengukuran bersama yang telah tejadi disepakati antara Penggugat dengan Tergugat pada tanggal 22 Mei 2014, ternyata luas tanah beserta kebun kelapa sawit yang dijual Penggugat kepada Tergugat setelah diukur bersama juru ukur SAIPUL adalah seluas 4,5244 M2, sehingga tidak benar uraian Penggugat pada hal. 2 point ke-3, setentang lahan seluas 1,9 ha berupa tanah kosong pada point tersebut, karena ketika melakukan pengukuran bersama Penggugat tidak ada meminta melakukan pengukuran terhadap tanah kosong;

5. Bahwa tidak benar uraian Penggugat pada ha 1.2 (dua) point ke-6 (enam), yang menyatakan Tergugat tidak memenuhi kewajiban pelunasan terhadap kebun kelapa sawit Penggugat, tetapi sebaliknyalah Tergugat telah berupaya menghubungi Penggugat untuk melakukan pelunasan dengan datang pada tanggal 24 Mei 2014 sesuai tanggal kesepakatan, tetapi Penggugat menyatakan tidak menerima hasil pengukuran yang dilakukan pada tanggal 22 Mei 2014 dilokasi objek sengketa. Bahwa pada saat pengukuran pada tanggal 22 Mei 2014 telah dihadiri Penggugat, DIRHAMSYAH (abang kandung Penggugat), Tergugat dan SATIAMUDA SIREGAR serta petugas ukur yang bernama SAIPUL;

6. Bahwa pengukuran terhadap objek sengketa pada tanggal 24 Mei 2014 Penggugat tidak menerima dan tetap bertahan pada ukuran yang diukur Pihak Penggugat tanpa hadirnya Tergugat, selanjutnya Penggugat meminta kembali agar dilakukan pengukuran ulang yang jadwalnya ditentukan Penggugat pada awal bulan Juni 2014 dihadapan Tergugat dan saksi-saksi, Tergugat tetap bersedia dilakukan ukur ulang;

(8)

Putusan Nomor :106/PDT/2016/PT.MDN Halaman 8 dari 45

7. Bahwa sebelum jadwal yang telah ditentukan Penggugat untuk dilakukan pengukuran ulang, kemudian Penggugat pada tanggal 25 Mei 2014 datang kelokasi objek sengketa dan melakukan pemalangan lahan/kebun kelapa sawit yang telah diusahai Tergugat, selanjutnya Penggugat menjumpai orang yang menjaga kebun kelapa sawit dan hanya bertemu dengan ibu pekerja Tergugat sambil mengatakan : "lahan tersebut jangan didodos lagi karena panjar HERMAN hangus". selanjutnya Tergugat pada tanggal 26 Mei 2014 Tergugat menjumpai Kepala Desa Bangai untuk meminta membantu menyelesaikan masalah tersebut;

8. Bahwa tidak benar Penggugat dalam surat gugatannya pada ha 1.3 point ke-9 menyatakan Tergugat telah melakukan perbuatan wanprestasi, tetapi faktanya Penggugatlah yang telah melanggar kesepakatan sebagaimana uraian diatas, sehingga sangat beralasan menurut hukum Tergugatlah yang mengalami kerugian, karena uang panjar kebun kelapa sawit sebesar Rp.300.000.000,-(tiga ratus juta rupiah) tidak dikembalikan Penggugat hingga gugatan ini berjalan;

9. Bahwa Penggugat terkesan melakukan pemaksaan kepada Tergugat, seolah-olah jika Tergugat masih menginginkan kebun kelapa sawit tersebut, haruslah membayar sesuai keinginan Penggugat sebagaimana dalam surat gugatannya, ditambah lagi perhitungan harga yang fantastis mengenai perhitungan tanah/lahan kosong berbunyi: "(1.9 Ha x Rp.100.000.000,-) = Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiahl", sebagaimana tertulis dalam uraian ha1.3 (tiga) point ke-11 (sebelas); 10. Bahwa tidak benar pada hal.3 poin ke-13 Tergugat melakukan

pengrusakan terhadap batang kelapa sawit Penggugat, karena penguasaan beralih kepada Tergugat atas dasar kesepakatan dan seizin Penggugat, sehingga Tergugat melakukan pembenahan dan perawatan karena tanaman objek sengketa tersebut;

II. DALAM GUGAT BALIK (REKONPENSI)

Bahwa Tergugat mengajukan gugat balik (Rekonpensi) yang selanjutnya mohon disebut dahulu Tergugat konpensi sekarang Penggugat rekonpensi dahulu Penggugat konpensi sekarang Tergugat rekonpensi;

Bahwa dalil-dalil yang telah dipergunakan dalam konpensi dianggap dipergunakan kembali dalam rekonpensi ini;

(9)

Putusan Nomor :106/PDT/2016/PT.MDN Halaman 9 dari 45

Adapun dalil gugatan Penggugat rekonpensi sebagai berikut:

1. Bahwa terhadap objek sengketa tersebut, Penggugat rekonpensi / Tergugat konpensi sebagai pembeli yang beriktikad baik setelah adanya kesepakatan, selanjutnya melakukan pembayaran panjar pembelian sebesar Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) pada tanggal 24 Maret 2014;

2. Bahwa biaya kekurangan yang harus dibayarkan Penggugat rekonpensi kepada Tergugat konpensi, akan dilakukan setelah pengukuran secara bersama untuk mengetahui kepastian jumlah keseluruhan luas kebun kelapa sawit milik Tergugat rekonpensi, hal tersebut sebagaimana dituangkan dalam kwitansi yang dituliskan dengan luas areal ± (lebih kurang) 7 ha. adapun harga kesepakatan yang telah disetujui per hektar sebagai berikut:

- Untuk objek sengketa yang telah ditanami kelapa sawit per hektar Rp.107.000.000,- (seratus tujuh rupiah);

- Untuk objek sengketa berupa lahan kosong yang belum ditanami kelapa sawit harga per hektar Rp.53.000.000,- (lima puluh tiga juta rupiah);

harga per hektar telah pula diakui oleh Tergugat rekonpensi dalam surat gugatnya;

3. Bahwa pada tanggal 24 Mei 2014 Penggugat rekonpensi mendatangi Tergugat rekonpensi, untuk melakukan pelunasan terhadap kekurangan pembayaran atau sisa dari panjar sebesar Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah), tetapi Tergugat rekonpensi tidak menerima jumlah kekurangan pembayaran yang harus dibayar Pengugat rekonpensi terhadap objek sengketa. Adapun pembayaran yang harus dibayarkan Penggugat Rekonpensi terhadap tanah beserta kebun kelapa sawit seluas 4,5244 M2 sebagai berikut:

- Harga per hektar tanah berserta tanaman kelapa sawit Rp.107.000.000,- (seratus tujuh juta rupiah);

- Panjar yang sudah dibayar pada tanggal 24 Maret 2014 sebesar Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah);

- Total yang harus dibayar Rp.107.000.000,- x 4.5244 M2 = Rp.484.110.800 (empat ratus delapan puluh empat juta seratus sepuluh ribu delapan ratus rupiah);

(10)

Putusan Nomor :106/PDT/2016/PT.MDN Halaman 10 dari 45 - Rp.484.110.800 (empat ratus delapan puluh empat juta seratus

sepuluh ribu delapan ratus rupiah) dikurangi Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) = Rp.184.110.800,- (seratus delapan puluh empat juta seratus sepuluh ribu delapan ratus rupiah);

- Maka kekurangan pembayaran yang harus dibayarkan Penggugat rekonpensi kepada Tergugat rekonpensi dan pembelian kebun kelapa sawit sebesar Rp.184.110.800,- (seratus delapan puluh empat juta seratus sepuluh ribu delapan ratus rupiah);

4. Bahwa dari hasil pengukuran areal kebun kelapa sawit milik Tergugat rekonpensi sebenarnya seluas 4.5244 HA, selanjutnya Tergugat rekonpensi telah menunjukan iktikad tidak baik, dengan mengingkari kesepakatan pengukuran dan pelunasan pembayaran dan kekurangan yang harus dibayarkan Penggugat rekonpensi. Berdasarkan uraian dalil-dalil Penggugat rekonpensi telah nyata Tergugat Rekonpensi melakukan perbuatan wanprestasi;

5. Bahwa dalam hal ini Penggugat rekonpensi merasa sangat dirugikan dengan adanya gugatan Tergugat Rekonpensi, yaitu dengan menurunnya jumlah pendapatan Penggugat Rekonpensi, dikarenakan Penggugat Rekonpensi tidak dapat berkonsentrasi dalam menjalankan usaha/dagang.

Adapun kerugian Penggugat Rekonpensi, sebagai berikut:

- Kerugian materiil:

Bahwa uang panjar tersebut adaiah bahagian dari modal usaha Penggugat rekonpensi sebagai pedagang, jika uang tersebut digunakan sebagai modal usaha, maka terhitung tanggal 25 Mei 2014 sampai perkara ini berjalan lebih kurang 9 (sembilan) bulan, jelas dapat diperhitungkan Penggugat rekonpensi akan memperoleh keuntungan dari uang sejumlah tersebut sebesar Rp.270.000.000,-(dua ratus tujuh puluh juta rupiah), dengan perincian rata-rata Penggugat rekonpesi melakukan jual bell mobil bekas, yang setiap bulannya dapat melakukan penjualan mobil minimal 3 (tiga) unit dengan keuntungan dari setiap mobil dirata-ratakan sebesar Rp.10.000.000,-, (10.000.000,-x 3 = Rp.30.000.000,-) sehingga total penghasilan setiap bulan bisa mencapai Rp.30.000.000,- dan

(11)

Putusan Nomor :106/PDT/2016/PT.MDN Halaman 11 dari 45

Rp.30.000.000,-x 9 (sembilan) bulan = Rp.270.000.000,- (dua ratus tujuh puluh juta rupiah);

Tidak dapat memanfaatkan hasil kebun kelapa sawit dari objek sengketa, karena telah adanya kesepakatan perjanjian jual beli dengan memberikan sejumlah uang berupa panjar sebesar Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) pada tanggal 24 Maret 2014. Bahwa kerugian Penggugat rekonpensi sebagai berikut:

- telah mengeluarkan biaya perawatan per hektar Rp.1.500.000,- (membabat menunas) x 4.5244 M2 = Rp.6.750.000,- (enam juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah);

- membayar petugas Juru Ukur ketika dilakukan pengukuran sebesar Rp.1.500.0000,-(satu juta lima ratus ribu rupiah)

- Immateriil;

Bahwa kerugian immateriil Penggugat rekonpensi sebesar Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah);

Sehingga total keseluruhan kerugian Penggugat rekonpensi sebesar Rp.270.000.000,- + Rp.6.750.000,- + Rp.1.500.000,- + Rp .500.000.000,- = Rp.778.250.000,- (tujuh ratus tujuh puluh delapan juta dua ratus lima puluh ribu rupiah);

6. Bahwa Penggugat rekonpensi dalam gugatan ini menuntut uang paksa (dwangsom) kepada Tergugat rekonpensi untuk membayar setiap hari keterlambatan terhitung sejak putusan ini telah berkekuatan hukum tetap (inkract van gewijsde) sebesar Rp.50.000,- (lima puluh ribu rupiah);

Bahwa terhadap uraian dalil jawaban dalam konpensi dan dalam gugat rekonpensi diatas, kiranya Majelis Hakim yang memeriksa dan memutus perkara aquo, dapat memberikan putusan sebagai berikut:

I. DALAM KONPENSI Dalam Pokok Perkara

1. Menolak gugatan Penggugat seluruhnya

2. Membebankan biaya yang timbul dalam gugatan ini kepada Penggugat. II. DALAM REKONPENSI

1. Mengabulkan gugatan Penggugat Rekonpensi seluruhnya.

2. Menyatakan sah bukti-bukti surat yang diajukan Penggugat Rekonpensi. 3. Menyatakan Tergugat Rekonpensi melakukan perbuatan wanprestasi.

(12)

Putusan Nomor :106/PDT/2016/PT.MDN Halaman 12 dari 45

4. Menyatakan Penggugat Rekonpensi hanya membayar biaya pelunasan pembayaran sebagaimana kesepakatan dengan ukuran yang telah diukur bersama seluas 4,5244 M2 sebesar Rp.484.110.800 (empat ratus delapan puluh empat juta seratus sepuluh ribu delapan ratus rupiah) dengan dikurangkan dari jumlah biaya panjar sebesar Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah), sehingga kekurangan pembayaran yang harus dibayar Penggugat Rekonpensi sebesar Rp.184.110.800,- (seratus delapan puluh empat juta seratus sepuluh ribu delapan ratus rupiah);

5. Menghukum Tergugat Rekonpensi membayar kerugian Penggugat Rekonpensi berupa kerugian Materii dan Immateriil sebesar Rp.778.250.000,- (tujuh ratus tujuh puluh delapan juta dua ratus lima puluh ribu rupiah);

6. Menghukum Tergugat Rekonpensi membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp.50.000,- (lima puluh ribu rupiah) setiap hari jika Tergugat rekonpensi lalai dalam melaksanakan putusan a quo setelah berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde)

7. Menghukum Tergugat Rekonpensi untuk membayar biaya yang timbul dalam gugatan ini

Atau :

Apabila majelis hakim berpendapat lain, motion putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).

Membaca putusan Pengadilan Negeri Rantau Prapat tanggal 22 Oktober 2015 Nomor:40/Pdt.G/2014/PN.Rap atas gugatan Penggugat yang amar selengkapnya berbunyi sebagai berikut ;

I. DALAM KONPENSI

- Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya; II. DALAM REKONPENSI

- Menolak gugatan Penggugat Rekonpensi/Tergugat dalam konvensi untuk seluruhnya;

III. UNTUK ADILNYA

- Menghukum Penggugat untuk mengembalikan uang panjar kepada Tergugat sejumlah Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah);

(13)

Putusan Nomor :106/PDT/2016/PT.MDN Halaman 13 dari 45 - Menghukum Penggugat untuk membayar uang paksa (dwangsom) kepada Tergugat sejumlah Rp.1.000.000 (satu juta rupiah) setiap bulannya terhitung sejak putusan ini berkekuatan hukum tetap;

- Menghukum Penggugat dan Tergugat untuk membayar ongkos perkara dengan besaran yang seimbang secara tanggung renteng sejumlah Rp.820.000 (delapan ratus dua puluh ribu rupiah);

Membaca akta pernyatan permohonan banding yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri Rantau Prapat yang menyatakan bahwa pada tanggal 29 Oktober 2015 Penggugat/Pembanding telah mengajukan permohonan agar Perkara yang diputus oleh Pengadilan Negeri Rantau Prapat tanggal 22 Oktober 2015 Nomor:40/Pdt.G/2014/PN.Rap untuk diperiksa dan diputus dalam pengadilan tingkat banding ;

Membaca risalah pemberitahuan pernyataan banding yang dibuat oleh Juru Sita Pengganti pada Pengadilan Negeri Rantau Prapat yang menyatakan bahwa pada tanggal 09 Nopember 2015 permohonan banding tersebut telah diberitahukan/disampaikan secara sah dan seksama kepada pihak Tergugat/Terbanding ;

Membaca surat memori banding yang diajukan oleh Penggugat/ Pembanding tanggal 27 Nopember 2015 dan surat memori banding tersebut telah diberitahukan dengan secara sah dan seksama kepada pihak Tergugat/Terbanding pada tanggal 30 Nopember 2015, yang pada pokoknya mengemukakan sebagai berikut :

I. PENGADILAN NEGERI RANTAUPRAPAT TELAH MENJATUHKAN

KEPUTUSAN ATAS PERKARA YANG TIDAK DITUNTUT, ATAU MEMBERIKAN LEBIH DARIPADA YANG DITUNTUT (ULTRA PETITUM PARTIUM);

 Bahwa Pasal 178 ayat (3) HIR dan Pasal 189 ayat (2) dan (3) RBg menegaskan Hakim dilarang menjatuhkan keputusan atas perkara yang tidak dituntut, atau memberikan lebih daripada yang dituntut. Putusan yang sifatnya ultra petita dianggap sebagai tindakan yang melampaui kewenangan lantaran hakim memutus tidak sesuai dengan apa yang dimohon (petitum). Hal ini sejalan dengan Putusan Mahkamah Agung RI Nomor : 29K/Sip/1950;

 Bahwa dalam hukum acara perdata berlaku asas hakim bersifat pasif atau hakim bersifat menunggu. Dalam persidangan hakim tidak

(14)

Putusan Nomor :106/PDT/2016/PT.MDN Halaman 14 dari 45

diperbolehkan untuk berinisiatif melakukan perubahan menambah dan atau mengurangi sekalipun beralasan demi rasa keadilan. Putusan tersebut tetap tidak dapat dibenarkan dalam koridor hukum acara perdata. Putusan hakim pada dasarnya ditentukan oleh para pihak yang berperkara sebab hakim hanya menimbang hal-hal yang diajukan para pihak dan tuntutan hukum yang didasarkan kepadanya (iudex non ultra

petita atau ultra petita non cognoscitur). Hakim hanya menentukan,

adakah hal-hal yang diajukan dan dibuktikan para pihak yang bersengketa. Hakim yang melakukan ultra petita dianggap telah melampaui wewenang atau ultra vires dan karena itu putusan tersebut harus dinyatakan cacat meskipun putusan tersebut dilandasi oleh itikad baik maupun telah sesuai kepentingan umum. Hakim yang melanggar prinsip ultra petita maka sama dengan pelanggaran terhadap prinsip rule of law;

 Bahwa dalam kaitan dengan uraian di atas, Terbanding (Tergugat/Penggugat rekonpensi) dalam gugatan rekonpensinya telah menuntut hal-hal sebagai berikut :

II. DALAM REKONPENSI

1. Mengabulkan gugatan Penggugat rekonpensi untuk seluruhnya; 2. Menyatakan sah bukti-bukti surat yang diajukan Penggugat

rekonpensi;

3. Menyatakan Tergugat rekonpensi melakukan perbuatan

wanprestasi;

4. Menyatakan Penggugat rekonpensi hanya membayar biaya pelunasan pembayaran sebagaimana kesepakatan dengan ukuran

yang telah diukur bersama seluas 4,5244 M2 sebesar

Rp.484.110.800,- (empat ratus delapan puluh empat juta seratus sepuluh ribu delapan ratus rupiah) dengan dikurangkan dari jumlah biaya panjar sebesar Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah), sehingga kekurangan pembayaran yang harus dibayar Penggugat rekonpensi sebesar Rp.184.110.800,- (seratus delapan puluh empat juta seratus sepuluh ribu delapan ratus rupiah);

5. Menghukum Tergugat rekonpensi membayar kerugian Penggugat rekonpensi berupa kerugian materiil dan immateriil sebesar

(15)

Putusan Nomor :106/PDT/2016/PT.MDN Halaman 15 dari 45 Rp.778.250.000,- (tujuh ratus tujuh puluh delapan juta dua ratus lima puluh ribu rupiah);

6. Menghukum Tergugat rekonpensi membayar uang paksa

(dwangsom) sebesar Rp.50.000,- (lima puluh ribu rupiah) setiap hari jika Tergugat rekonpensi lalai dalam melaksanakan putusan aquo setelah berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde);

7. Menghukum Tergugat rekonpensi untuk membayar biaya yang timbul dalam gugatan ini;

Atau

Apabila majelis hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono)

 Bahwa dari apa yang dituntut oleh Terbanding (Tergugat/Penggugat rekonpensi) tersebut di atas, telah terungkap fakta selama persidangan bahwa tidak ada satupun posita (fundamentum petendi) maupun petitum gugatan balik (gugatan rekopensi) yang diajukan Terbanding

yang menuntut pembatalan pengikatan jual beli lahan kelapa sawit yang telah disepakati dan disetujui oleh Pembanding selaku pihak penjual

dengan Terbanding selaku pihak pembeli tertanggal 24 Maret 2014.

Namun anehnya didalam pertimbangan hukum putusan Pengadilan Negeri Rantauprapat justru membatalkan pengikatan jual beli lahan kelapa sawit yang telah disepakati oleh Pembanding dan Terbanding, dan malahan Pembanding dihukum untuk mengembalikan uang panjar sebesar Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) tersebut secara utuh kepada pihak Terbanding;

 Bahwa jika memang perjanjian pengikatan jual beli lahan kelapa sawit tersebut dibatalkan Pengadilan Negeri Rantauprapat, tidak seharusnya resiko dari batalnya pengikatan jual beli tersebut dibebankan sepenuhnya kepada Pembanding. Oleh sebab itu pembayaran panjar atas jual beli lahan kelapa sawit tersebut sebesar Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) seharusnya hangus dan atau tidak dapat dituntut pengembaliannya baik sebagian apalagi sepenuhnya. Karena menurut kebiasaan dalam bisnis/perdagangan, Pembanding tidak mempunyai kewajiban untuk mengembalikan panjar tersebut kepada Terbanding (vide Putusan Mahkamah Agung RI Nomor : No. 2661 K/Pdt/2004 tertanggal 28 Februari 2006);

(16)

Putusan Nomor :106/PDT/2016/PT.MDN Halaman 16 dari 45  Bahwa jika pertimbangan hukum pada bagian konpensi dalam pokok perkara pada halaman 21 s.d. 26 Putusan Pengadilan Negeri Rantauprapat dalam perkara aquo, dihubungkan dengan pertimbangan hukum pada bagian rekonpensi tersebut di atas, telah menjadi suatu fakta hukum dalam persidangan bahwasanya Terbanding telah melanggar perjanjian dengan tidak memenuhi kekurangan pembayaran sebesar Rp.378.500.000,- (tiga ratus tujuh puluh delapan juta lima ratus ribu rupiah) kepada Pembanding sejak tanggal 24 Maret 2014 sampai dengan tanggal yang telah disepakati Pembanding dan Terbanding yaitu tanggal 24 Mei 2014 (Vide BUKTI T.dk/P.dr-1 berupa 1 (satu) lembar fotocopy Surat Tanda Terima Panjar Kebun Kelapa Sawit Antara Herman Siregar (Pembeli) dengan Darmansyah, S.Hi (Penjual) tertanggal 24 Maret 2014). Sehingga keadaan hal inilah membuktikan sebagai suatu fakta hukum bahwa resiko beban kerugian setelah batas waktu yang telah ditentukan tidak dipenuhi oleh Terbanding, maka menjadi tanggung jawab sepenuhnya Terbanding, bukan malah membebankan resiko kerugian tersebut kepada Pembanding. Karena dari sebab itulah, setelah lewatnya waktu tanggal 24 Mei 2014, maka secara juridis seharusnya keputusan Pengadilan Negeri Rantauprapat tidak dapat membebankan resiko kerugian kepada Pembanding;

 Bahwa secara hukum pembuktian semestinya akibat pembatalan perjanjian pengikatan jual beli atas dasar ex aequo et bono yang diputus oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Rantauprapat tersebut dan sebagai akibat ingkar janji dari Terbanding karena telah melanggar perjanjian pengikatan jual beli atas dasar panjar jual beli, maka seharusnya Terbanding tidak mempunyai hak atas pengembalian pembayaran panjar sebesar Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) dalam jual beli lahan kelapa sawit milik Pembanding tersebut;

 Bahwa berdasarkan fakta di atas membuktikan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Rantauprapat dalam memutus perkara aquo pada tingkat pertama telah menyimpang dan melebihi dari apa yang dituntut oleh Terbanding. Oleh karena itu putusan Pengadilan Negeri Rantauprapat Nomor : 40/PDt.G/2014/PN.Rap tertanggal 22 Oktober 2015 tersebut harus dibatalkan. Hal mana sejalan dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung R.I. No. 339 K/Sip/1969 tertanggal 21 Februari 1970

(17)

Putusan Nomor :106/PDT/2016/PT.MDN Halaman 17 dari 45

yang menyatakan : “Putusan yang menyimpang dari isi tuntutan, baik karena meliputi hanya sebagian dari tuntutan maupun karena meliputi lebih dari yang dituntutkan, harus dibatalkan.”;

 Bahwa selain itu, Pengadilan Negeri Rantauprapat sama sekali tidak mempertimbangkan tentang kerugian yang telah dialami dan diderita Pembanding terhitung semenjak Terbanding tidak melunasi kekurangan pembayaran kepada Pembanding dari tanggal 24 Maret 2014 sampai dengan gugatan aquo dimajukan pada Pengadilan Negeri Rantaurapat, dan atau selama berlangsungnya pengikatan jual beli berdasarkan panjar antara Pembanding dan Terbanding sesuai dengan BUKTI T.dk/P.dr-1, kerugian mana diderita Pembanding yang berasal dari pemanenan hasil buah kelapa sawit yang dilakukan Terbanding selama 2 (dua) bulan serta musnahnya 33 (tiga puluh tiga) batang pohon kelapa sawit yang dilakukan oleh Terbanding di atas lahan milik Pembanding sebagaimana yang telah terungkap dalam persidangan;

 Bahwa dalam kaitan dengan ex aequo et bono sebagaimana dalam pertimbangan hukum pada halaman 26 angka III. Untuk Adilnya Putusan Ini (ex aequo et bono) dihubungkan dengan kebiasaan yang terjadi secara hukum dan dari hukum pembuktian, seharusnya kelayakan dan kepatutan serta keadilan bukanlah menjadi beban dan resiko bagi Pembanding secara hukum melainkan adalah menjadi beban dan resiko serta tanggung jawab sepenuhnya Terbanding;

 Bahwa disamping itu jikapun memang Pengadilan Negeri Rantauprapat memasukkan prinsip ex aequo et bono, seharusnya ex aequo et bono yang digunakan haruslah berdasarkan kelayakan dan kepatutan serta keadilan yang masih berada dalam kerangka jiwa petitum primair dan dalil gugatan, atau dengan kata lain, masih dalam kerangka yang serasi

dengan inti gugatan primair. Hal mana sejalan dengan Yurisprudensi

Mahkamah Agung RI Nomor : 140 K/Sip/1971 tertanggal 12 Agustus 1972 yang menegaskan bahwa putusan hakim yang mengabulkan ex

aequo et bono harus masih terkait dalam kerangka petitum primair.

Namun ternyata prinsip kelayakan dan kepatutan serta keadilan tersebut sama sekali tidak berada dalam kerangka jiwa petitum primair dan dalil gugatan. Sehingga menjadi suatu kesalahan dan kekeliruan yang fatal bila amar putusan atas tuntutan subsidair melebihi hal-hal

(18)

Putusan Nomor :106/PDT/2016/PT.MDN Halaman 18 dari 45

yang tidak dituntut dalam petitum primairnya. Oleh karena itu putusan Pengadilan Negeri Rantauprapat Nomor : 40/PDt.G/2014/PN.Rap tertanggal 22 Oktober 2015 tersebut harus dibatalkan, dan selanjutnya menyatakan Menerima gugatan Penggugat/Pembanding untuk seluruhnya;

II. PERTIMBANGAN HUKUM MAJELIS HAKIM PENGADILAN NEGERI RANTAUPRAPAT TELAH MEMANIPULASI FAKTA PERSIDANGAN DAN SALAH DALAM MENERAPKAN HUKUM PEMBUKTIAN;

 Bahwa Pembanding selama persidangan tingkat pertama pada Pengadilan Negeri Rantauprapat telah mengajukan bukti-bukti surat yang diberi tanda dengan Bukti P-1 s.d. Bukti P-11 serta didukung dengan keterangan 3 (tiga) orang saksi guna membuktikan dalil-dalil gugatannya;

 Bahwa Bukti P.1 s.d. Bukti P.11 yang diajukan Pembanding tersebut telah diberi materai secukupnya dan telah dinazegelen di kantor pos,

dan telah pula dicocokkan dan sesuai dengan aslinya di muka

persidangan. Namun anehnya Majelis Hakim Pengadilan Negeri

Rantauprapat dalam pertimbangan hukum putusannya pada halaman 23 alenia 6 menyatakan sebagai berikut :

“Menimbang, bahwa bukti surat bertanda P-1, P-2, P-3, P-4, P-5, P-6, P-7, P-8, dan P-11 telah disesuaikan dengan aslinya di depan persidangan, telah diberi materai secukupnya dan telah telah pula dinazegeling di kantor pos, maka bukti surat-surat tersebut dapat diterima sebagai bukti surat tanah yang sah dalam perkara ini, sedangkan bukti bertanda P-9 dan P-10 merupakan fotocopy dari fotocopy sehingga tidak bernilai pembuktian karena kekuatan bukti surat terletak pada aktenya/suratnya yang asli, tanpa aslinya, photo copy suatu surat keberadaannya dapat dikesampingkan (vide Pasal 301 Rbg, 1888 BW)”

 Bahwa terhadap pertimbangan hukum pada halaman 23 alenia 6 tersebut di atas yang menyatakan bahwa Bukti P.9 (Copy Lampiran D.I 201 C yang berisikan Peta Bidang Tanah Nomor : PBT : 583/2014 tertanggal 21-07-2014) dan Bukti P.10 (Copy Gambar Ukur No. B.02 tertanggal 30 Oktober 2014 yang dikeluarkan oleh Kantor Pertanahan Labuhan Batu atas nama Darmansyah,S.H.I selaku Pemohon) merupakan fotocopy dari fotocopy sehingga tidak bernilai pembuktian,

(19)

Putusan Nomor :106/PDT/2016/PT.MDN Halaman 19 dari 45

Pembanding menyatakan sangat tidak setuju dan tidak sependapat dan karena itu Pembanding menolaknya dengan tegas. Sekali lagi Pembanding nyatakan, pertimbangan hukum tersebut adalah tidak benar adanya;

 Bahwa telah menjadi suatu fakta hukum yang terungkap selama persidangan, Bukti P.9 dan Bukti P.10 yang diajukan Pembanding dalam persidangan adalah bukti yang otentik karena telah disertai

dengan akte aslinya. Sehingga berdasarkan ketentuan Pasal 1866 dan

Pasal 164 HIR, bukti-bukti tersebut telah memiliki nilai kekuatan pembuktian yang sempurna (volledig), apalagi terhadap bukti tersebut telah dinazegelen dan dilegalisir secara sah menurut hukum di depan persidangan perkara aquo;

 Bahwa berdasarkan Bukti P.9 dan Bukti P.10 membuktikan bahwasanya memang benar lahan Pembanding yang sudah diukur dan akan tingkatkan haknya menjadi sertipikat adalah seluas 6 (enam) hektar.

Dan jika digabung dengan lahan milik Pembanding berdasarkan Bukti P.11 (Copy Surat Keterangan Tanah Nomor : 5933/3927/db/2014 tertanggal 02 Juli 2014 yang dikeluarkan oleh Kepala Desa Bangai, Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhanbatu Selatan), maka luas keseluruhan lahan milik Pembanding tersebut memang benar 8 (delapan) hektar;

 Bahwa kesalahan dan kekeliruan fatal yang lain dari Majelis Hakim Pengadilan Negeri Rantauprapat adalah lagi lagi sama sekali tidak mempertimbangkan Bukti P.11 (Copy Surat Keterangan Tanah Nomor : 5933/3927/db/2014 tertanggal 02 Juli 2014 yang dikeluarkan oleh Kepala Desa Bangai, Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhanbatu Selatan) yang diajukan Pembanding yang telah diberi materai secukupnya dan telah dinazegelen di kantor pos dan telah pula dicocokkan dan sesuai dengan akta aslinya di persidangan. Padahal dari Bukti P.9, Bukti P.10 dan Bukti P.11 membuktikan menurut hukum bahwasanya memang benar lahan milik Pembanding adalah seluas 8 (delapan) hektar;

 Bahwa selain itu Majelis Hakim Pengadilan Negeri Rantauprapat dalam pertimbangan hukum pada halaman 25 alenia 5 menyatakan :

(20)

Putusan Nomor :106/PDT/2016/PT.MDN Halaman 20 dari 45 “Menimbang, bahwa dalam perkara aquo telah jelas dan nyata bahwa tidak ada kesepakatan antara Penggugat sebagai penjual tanah dengan Tergugat sebagai pembeli tanah mengenai luas tanah yang akan diperjualbelikan, dengan demikian maka perjanjian antara Penggugat dengan Tergugat dalam hal ini menjadi tidak sah sehingga jual beli

tersebut harus dibatalkan”;

 Bahwa pertimbangan hukum pada halaman 25 alenia 5 di atas adalah tidak tepat, tidak berdasar dan tidak cukup alasan. Sebab dari BUKTI T.dk/P.dr-1 berupa 1 (satu) lembar fotocopy Surat Tanda Terima Panjar Kebun Kelapa Sawit Antara Herman Siregar (Pembeli) dengan

Darmansyah, S.Hi (Penjual) tertanggal 24 Maret 2014) yang diajukan

Terbanding membuktikan dengan sempurna menurut hukum bahwa Pembanding dan Terbanding telah sepakat untuk melakukan jual beli lahan kelapa sawit seluas + 7 Ha (lebih kurang tujuh hektar);

 Bahwa dalam Bukti T.dk/P.dr-1 tersebut tercantum dengan jelas

Pembanding selaku Penjual dengan Terbanding selaku Pembeli telah membubuhkan tanda tangannya - dan tanda tangan tersebut telah diakui Pembanding dan Terbanding dalam persidangan - untuk melakukan pengikatan jual beli berdasarkan panjar jual beli (dibuktikan

dengan kwitansi). Dan disamping itu lahan kelapa sawit yang

dijual-belikan telah disetujui dan disepakati oleh Pembanding dan Terbanding yakni seluas + 7 Ha (lebih kurang tujuh hektar) yang terdiri atas lahan yang sudah ditanami tanaman kelapa sawit seluas 5,4 Ha (lima koma empat hektar) dan lahan yang masih berupa lahan kosong atau belum ditanami seluas 1,9 Ha (satu koma sembilan hektar). Maka dengan demikian Bukti T.dk/P.dr-1 merupakan bukti yang sangat sempurna yang telah diakui atau tidak dibantah oleh Pembanding dan Terbanding dalam persidangan; (Vide Bukti T.dk/P.dr-1)

 Bahwa berasarkan hal tersebut di atas membuktikan dengan sempurna perjanjian pengikatan jual beli atas dasar panjar jual beli yang dibuat dibawah tangan antara Pembanding dengan Terbanding yang disaksikan oleh 2 orang saksi serta didukung dengan Bukti T.dk/P.dr-1 telah memenuhi syarat sahnya perjanjian sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata;

(21)

Putusan Nomor :106/PDT/2016/PT.MDN Halaman 21 dari 45  Bahwa selanjutnya dalam pertimbangan hukum pada halaman 25 alenia

6 menyatakan :

“Menimbang, bahwa ditinjau dari sudut pandang hukum adat bahwa mengenai jual beli tanah harus dilakukan secara terang dan tunai/kontan”

“Menimbang, bahwa istilah “Terang” dimaksudkan bahwa jual beli tanah tidak boleh dilakukan secara diam-diam (rahasia) tetapi harus dilakukan

dengan jelas dengan sepengetahuan kepala kampung/kepala

desa/lurah”

“Menimbang, bahwa istilah “Tunai/Kontah” dimaksudkan bahwa jual beli tanah tersebut telah dibayar, boleh sebagian terlebih dahulu (panjar) atau langsung dilunasi dan seketika itu juga hak sudah beralih kepada pihak pembeli”

“Menimbang, bahwa dalam perkara aquo bahwa Penggugat dan Tergugat dalam melakukan jual beli tanah perkebunan kelapa sawit tersebut tidak melibatkan atau tanpa sepengetahuan kepala desa dalam hal ini Kepala Desa Bangai sehingga syarat harus dilakukan dengan “Terang” tidak terpenuhi oleh karenanya jual beli tanah tersebut cacat hukum sehingga harus dibatalkan”

 Bahwa pertimbangan hukum pada halaman 25 alenia 6 di atas adalah tidak tepat, tidak berdasar dan tidak beralasan. Sebab, didalam Pasal 1874 KUHPerdata dan Pasal 286 RBg dikenal adanya akta dibawah

tangan. Akta di bawah tangan cara pembuatan atau terjadinya tidak

dilakukan oleh dan atau dihadapan pejabat pegawai umum, tetapi cukup oleh pihak yang berkepentingan saja, namun tetap mempunyai kekuatan hukum yaitu sesuai dengan ketentuan Pasal 1338 KUHPerdata dimana perjanjian yang dibuat dan disepakati menjadi Undang-Undang bagi yang membuatnya;

 Bahwa akta di bawah tangan dapat menjadi alat pembuktian yang sempurna terhadap orang yang menandatangani serta para ahli warisnya dan orang-orang yang mendapatkan hak darinya hanya apabila tanda tangan dalam akta di bawah tangan tersebut diakui oleh orang terhadap siapa tulisan itu hendak dipakai. (vide Pasal 1875 KUHPerdata)

(22)

Putusan Nomor :106/PDT/2016/PT.MDN Halaman 22 dari 45  Bahwa dalam kaitan dengan perjanjian pengikatan jual beli lahan kelapa sawit atas dasar panjar jual beli yang telah disepakati dan disetujui oleh Pembanding dan Terbanding tertanggal 24 Maret 2014 tersebut di atas, dihubungkan dengan pertimbangan hukum Putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Rantauprapat pada halaman 25 alenia 6, maka Pembanding akan menguraikan tentang perjanjian pengikatan jual beli dimaksud, sebagai berikut :

a) Bahwa pada prakteknya pemakaian istilah perjanjian pengikatan jual beli sudah sering dipergunakan sebagai perjanjian pendahuluan

untuk membantu dalam melakukan perjanjian jual-beli hak atas tanah, namun terhadap perjanjian pengikatan jual beli itu sendiri dalam penerapannya dengan memakai asas umum perjanjian yang diatur dalam KUHPPerdata, atau dengan kata lain, belum ada diatur secara khusus dalam peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan hak atas tanah;

b) Bahwa perjanjian jual beli adalah suatu perjanjian dimana pihak yang satu menyanggupi akan menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedangkan pihak lainnya menyanggupi akan membayar sejumlah uang sebagai harganya (R. Subekti, Hukum Perjanjian (Jakarta : PT. Intermasa, 1998), hal. 161-162). Menurut ketentuan Pasal 1457 KUHPerdata, jual beli adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan hak atas suatu barang dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan, sedangkan menurut Pasal 1320 KUHPerdata, sahnya suatu perjanjian harus memenuhi empat syarat yaitu :

a. Adanya mereka yang mengikatkan dirinya; b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; c. Suatu hal tertentu

d. Suatu sebab yang halal.

c) Bahwa dari apa yang diuraikan pada Pasal 1457 KUHPerdata tersebut, dapatlah ditarik suatu kesimpulan yaitu bahwa jual beli adalah suatu perjanjian konsensuil, artinya ia sudah dilahirkan sebagai suatu perjanjian yang sah (mengikat atau mempunyai kekuatan hukum) pada detik tercapainya sepakat penjual dan pembeli mengenai unsur-unsur yang pokok (essentiali) yaitu barang

(23)

Putusan Nomor :106/PDT/2016/PT.MDN Halaman 23 dari 45 dan harga, biarpun jual beli itu mengenai barang yang tak bergerak.

Sifat konsensuil jual beli ini ditegaskan dalam Pasal 1458 KUH-Perdata yang berbunyi : “Jual beli dianggap telah terjadi kedua belah pihak sewaktu mereka telah mencapai sepakat tentang barang dan harga meskipun barang itu belum diserahkan maupun

harganya belum dibayàr.”

d) Bahwa perjanjian pengikatan jual beli biasanya dijadikan tujuan (landasan) terjadinya permulaan jual beli yang digunakan sebagai

perjanjian pendahuluan menunggu dipenuhinya syarat untuk

perjanjian pokoknya yaitu jual beli di hadapan pejabat yang berwenang -dalam hal ini baik dihadapan kepala desa maupun Pejabat Pembuat Akta Tanah-;

e) Bahwa jika dihubungkan dengan ketentuan Pasal 1458 KUHPerdata, maka telah terjadi kesepakatan antara Pembanding selaku penjual tanah dengan Terbanding selaku pembeli pembeli pada saat Pembanding dan Terbanding telah sepakat tentang barang dan harga; (vide pada halaman belakang Bukti T.dk/P.dr-1). Sehingga dengan demikian sekalipun jual beli tanah adat tidak dibuat dihadapan atau tanpa sepengetahuan atau tidak melibatkan kepala desa -dalam hal ini Kepala Desa Bangai-, jual beli tersebut tetap sah meskipun hanya berdasarkan kwitansi. Hal itu sejalan dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor 126.K/Sip/ 1976 tanggal 4 April 1978 yang memutuskan bahwa : “Untuk sahnya jual beli tanah, tidak mutlak harus dengan akta yang dibuat oleh dan dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah. Akta Pejabat ini hanyalah

suatu alat bukti”. Alat bukti di sini menunjuk pada bukti yang dipakai

untuk proses pendaftaran hak atas tanah yang telah dialihkan guna dibalik-nama pada Kantor Pertanahan;

f) Bahwa selain itu, menurut Saleh Adiwinata dalam bukunya Bunga Rampai Hukum Perdata dan Tanah 1, Cetakan Pertama (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1984), hal. 79-80, yang mengutip pendapat Boedi Harsono bahwa jual beli yang tidak dibuat dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) selaku pejabat yang bewenang – dalam hal ini Kepala Desa Bangai- tetap sah, jadi hak miliknya berpindah dari si penjual kepada si pembeli, asal saja jual beli itu

(24)

Putusan Nomor :106/PDT/2016/PT.MDN Halaman 24 dari 45

memenuhi syarat-syarat materiil (barang dan harga). Selanjutnya seperti dijelaskan oleh MR. Tirtaamidjaja, M.H., dalam bukunya mengenai Pokok-Pokok Hukum Perniagaan, (Jakarta : Djambatan, 1970), hal. 24 yang isinya menyatakan : “bahwa disebut jual beli jika obyek yang diperjual belikan sudah dialihkan dari penjual kepada pembeli. Sedangkan perjanjian jual beli adalah jika obyek yang diperjual belikan belum dialihkan atau akan beralih pada waktu yang akan datang ketika syarat-syarat telah dipenuhi. Perjanjian jual beli ini akan menjadi jual beli jika syarat-syarat telah terpenuhi dan obyek yang diperjualbelikan telah beralih kepada pembeli.”;

 Bahwa berdasarkan uraian juridis tersebut di atas dihubungkan dengan perkara aquo, terbukti Pembanding dan Terbanding telah setuju dan sepakat untuk mengikatkan diri dalam jual beli berdasarkan Bukti T.dk/P.dr-1, bukti mana telah ditandatangani serta telah diakui atau tidak dibantah Pembanding dan Terbanding dalam persidangan, maka dengan demikian berdasarkan ketentuan Pasal 1458 KUHPerdata dihubungkan dengan ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata perjanjian pengikatan jual beli tanah adat antara Pembanding dan Terbanding adalah sah menurut hukum;

 Bahwa dari fakta hukum tersebut di atas membuktikan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Rantauprapat telah memanipulasi fakta persidangan dan salah dalam menerapkan hukum pembuktian. Oleh karena pertimbangan hukum Majelis Hakim Pengadilan Negeri Rantauprapat telah memanipulasi fakta persidangan dan salah dalam menerapkan hukum pembuktian, mohon kiranya kepada Yang Mulia Ketua Pengadilan Tinggi Medan c.q. Majelis Hakim Tinggi Pengadilan Tinggi Medan yang memeriksa dan mengadili perkara ini dalam tingkat banding, agar berkenan membatalkan putusan Pengadilan Negeri Rantauprapat dalam perkara a quo untuk selanjutnya menyatakan Menerima gugatan Penggugat/Pembanding untuk seluruhnya;

III. PUTUSAN PENGADILAN NEGERI RANTAUPRAPAT TIDAK MEMENUHI SUSUNAN PERUMUSAN PUTUSAN DALAM PASAL 184 AYAT (1) HIR ATAU PASAL 195 RBG JO. PASAL 50 AYAT (1) UNDANG-UNDANG NOMOR 48 TAHUN 2009;

 Bahwa menyangkut putusan aquo secara garis besar formulasi sebuah putusan Pengadilan diatur dalam Pasal 184 ayat (1) HIR atau Pasal 195

(25)

Putusan Nomor :106/PDT/2016/PT.MDN Halaman 25 dari 45

RBg. Selain itu juga ditegaskan didalam Pasal 23 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Kekuasaan Kehakiman yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 1999, sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004, sekarang dalam Pasal 50 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang menegaskan :

Putusan pengadilan selain harus memuat alasan dan dasar putusan,

juga memuat pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar

untuk mengadili.

 Bahwa apabila putusan tersebut tidak mengikuti susunan perumusan yang digariskan dalam pasal di atas, putusan tersebut adalah tidak sah dan harus dibatalkan (vide Putusan MA No. 312 K/Sip/1974);

 Bahwa dari ketentuan di atas maka sebuah putusan pengadilan harus memuat secara ringkas dan jelas tentang pokok perkara, jawaban, pertimbangan hukum, dan amar putusan. Khusus bagian pertimbangan hukum putusan harus memuat analisis, argumentasi, pendapat atau kesimpulan hukum dari Hakim yang memeriksa perkara, yang kesemuanya harus didasarkan kepada undang-undang pembuktian

yang terdiri dari :

1. apakah alat bukti yang diajukan Penggugat dan Tergugat memenuhi syarat formil dan materil;

2. alat bukti pihak mana yang mencapai batas minimal pembuktian; 3. dalil gugat apa saja dan dalil bantahan apa saja yang terbukti; dan 4. sejauh mana nilai kekuatan pembuktian yang dimiliki para pihak ;  Bahwa ternyata dalam Putusan Pengadilan Negeri Rantauprapat dalam

perkara aquo, sekalipun didalam bagian pertimbangan hukumnya telah menjabarkan tentang adanya wanprestasi/ingkar janji harus didasarkan pada perjanjian pokok yang sah secara hukum sebagaimana pertimbangan hukum yang terdapat pada halaman 25 alenia 2 dan sampai pada kesimpulan pada halaman 25 alenia 10 yang menyatakan perjanjian pokok telah dinyatakan tidak sah dan jual beli tanah telah dibatalkan maka tidak ada lagi bentuk wanprestasi baik dari pihak Penggugat/Pembanding maupun dari pihak Tergugat/Terbanding, namun anehnya meskipun didalam pertimbangan hukumnya tersebut

(26)

Putusan Nomor :106/PDT/2016/PT.MDN Halaman 26 dari 45

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Rantauprapat berkesimpulan perjanjian jual beli telah dibatalkan, namun pembatalan jual beli tersebut tidak dibarengi atau sama sekali tidak ada dituangkan dan atau dicantumkan dalam amar putusan Pengadilan Negeri Rantauprapat berupa penegasan “Membatalkan Jual Beli Lahan Kelapa Sawit antara

Pembanding dengan Terbanding seluas + 7 Ha...dst”, dan malahan

mencantumkan amar putusan pada point 1 pada bagian III. Untuk Adilnya yang berbunyi : “Menghukum Penggugat untuk mengembalikan uang panjar kepada Tergugat sejumlah Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah)”;

 Bahwa dengan demikian membuktikan secara jelas Putusan Pengadilan Negeri Rantauprapat dalam perkara a quo tidak didasarkan pada rumusan putusan sebagaimana yang dimaksud di dalam Pasal 184 ayat (1) HIR atau Pasal 195 RBg jo Pasal 50 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman sehingga berasalan hukum untuk dibatalkan, dan selanjutnya menyatakan Menerima gugatan Penggugat/Pembanding untuk seluruhnya;

IV. PUTUSAN PENGADILAN NEGERI RANTAUPRAPAT TIDAK ADIL KARENA TIDAK MENCERMINKAN KEBENARAN DAN KEADILAN DAN CENDERUNG MEMIHAK KEPADA TERBANDING;

 Bahwa Putusan Pengadilan Negeri Rantauprapat yang menolak gugatan Pembanding, sama sekali tidak mencerminkan kebenaran dan keadilan, karena terbukti nyata Majelis Hakim Pengadilan Negeri Rantauprapat telah memperlakukan para pihak yang berperkara secara tidak setara dan tidak seimbang karena tidak fair dalam menilai dan mempertimbangkan alat bukti yang diajukan oleh Pembanding. Disamping tidak fair, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Rantauprapat juga telah bertindak tidak teliti dan tidak cermat. Padahal sudah menjadi suatu kewajiban hukum bagi semua hakim di Indonesia untuk menegakkan kebenaran dan keadilan bagi semua pihak yang berperkara dengan memperlakukan para pihak dalam kondisi yang setara dan menjatuhkan putusan yang seadil-adilnya berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa;

 Bahwa oleh karena Majelis Hakim Pengadilan Negeri Rantauprapat telah memperlakukan para pihak yang berperkara secara tidak setara

(27)

Putusan Nomor :106/PDT/2016/PT.MDN Halaman 27 dari 45

dan tidak seimbang karena tidak mempertimbangkan seluruh alat bukti yang diajukan Pembanding secara lebih fair, maka hal yang demikian jelas-jelas telah melanggar Pasal 17 Undang-Undang RI No. 39 Tahun 1999 tentang HAK ASASI MANUSIA yang menentukan bahwa “Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk memperoleh keadilan dengan mengajukan permohonan, pengaduan, dan gugatan, baik dalam perkara pidana, perdata, maupun administrasi serta diadili melalui proses peradilan yang bebas dan tidak memihak, sesuai dengan hukum acara yang menjamin pemeriksaan yang obyektif oleh hakim yang jujur dan

adil untuk memperoleh putusan yang adil dan benar“;

 Bahwa oleh karena putusan Majelis Hakim perkara a quo didasarkan pada pertimbangan hukum yang tidak fair dalam menilai alat bukti yang diajukan oleh Pembanding sehingga tidak mencerminkan kebenaran dan keadilan, maka putusan Pengadilan Negeri Rantauprapat Nomor: 08/Pdt.G/2012/PN-BJ tersebut tidak layak untuk dipertahankan dan karenanya haruslah dibatalkan, dan selanjutnya menyatakan Menerima gugatan Penggugat/Pembanding untuk seluruhnya;

Bahwa berdasarkan seluruh uraian dan fakta-fakta hukum tersebut di atas membuktikan bahwa pertimbangan hukum Putusan Pengadilan Negeri Rantauprapat adalah pertimbangan hukum yang salah dan keliru, tidak berdasar dan tidak tepat, sehingga sangat beralasan bagi Yang Mulia Ketua Pengadilan Tinggi Medan c.q. Majelis Hakim Tinggi Pengadilan Tinggi Medan yang memeriksa dan mengadili perkara aquo untuk membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Rantauprapat Nomor : 40/Pdt.G/2014/PN-Rap tertanggal 22 Oktober 2015 dan untuk selanjutnya mengabulkan gugatan Penggugat/Pembanding untuk seluruhnya;

Bahwa berdasarkan seluruh uraian di atas, Pembanding mohon agar kiranya Yang Mulia Ketua Pengadilan Tinggi Medan c.q. Majelis Hakim Tinggi Pengadilan Tinggi Medan yang memeriksa dan mengadili perkara BANDING ini berkenan untuk memberikan putusan dalam perkara ini yang amarnya sebagai berikut :

M E N G A D I L I :

---- Menerima dan mengabulkan permohonan Banding dari Pembanding;; ---- Membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Rantauprapat Nomor :

40/Pdt.G/2014/PN-Rap tertanggal 22 Oktober 2015;

(28)

Putusan Nomor :106/PDT/2016/PT.MDN Halaman 28 dari 45

---- Membebankan biaya-biaya perkara kepada Terbanding; MENGADILI KEMBALI :

DALAM KONPENSI

DALAM POKOK PERKARA

1. Menerima dan mengabulkan Gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2. Menyatakan sah dan berharga semua bukti-bukti yang diajukan Penggugat dalam perkara ini;

3. Menyatakan Tergugat telah melakukan wanprestasi;

4. Menghukum Tergugat untuk membayar kekurangan pembayaran kepada Penggugat ditambah denda keterlambatan sebesar 5% per bulan selama 5 (lima) bulan sebesar Rp.875.000.000,- (delapan ratus tujuh puluh lima juta rupiah);

5. Menghukum Tergugat membayar kerugian Penggugat sebanyak + 33 (tiga puluh tiga) pohon kelapa sawit yang telah dirusak oleh Tergugat sebesar Rp. 132.000.000,- (seratus tiga puluh dua juta rupiah) secara tunai, sekaligus dan seketika setelah putusan dalam perkara ini mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde);

6. Menyatakan putusan dalam perkara ini dapat dijalankan secara serta merta walaupun ada perlawanan (verzet), banding maupun Kasasi (uit voerbaar bij

voorraad);

7. Menghukum Tergugat membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) per hari kepada Penggugat apabila Tergugat lalai dalam melaksanakan putusan ini setelah mempunyai kekuatan hukum yang tetap (inkracht van gewijsde);

8. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya yang timbul dalam perkara ini sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku;

DALAM REKONPENSI

1. Menolak gugatan Penggugat Rekonpensi/Tergugat Konpensi untuk seluruhnya;

2. Menghukum Penggugat Rekonpensi/Tergugat Konpensi untuk membayar biaya yang timbul dalam perkara ini sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku;

ATAU :

Apabila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex

aequo et bono).

(29)

Putusan Nomor :106/PDT/2016/PT.MDN Halaman 29 dari 45

Membaca risalah pemberitahuan pemeriksaan berkas perkara (Inzage) Nomor:40/Pdt.G/2014/PN.Rap yang dibuat oleh Jurusita Pengganti pada Pengadilan Negeri Rantau Prapat telah memberi kesempatan kepada pihak Tergugat/Terbanding pada tanggal 04 Januari 2016 dan kepada Penggugat/ Pembanding pada tanggal 18 Januari 2016 untuk meneliti dan memeriksa berkas perkara di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Rantau Prapat sebelum dikirim ke Pengadilan Tinggi Medan;

TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM

Menimbang, bahwa putusan dalam perkara ini dibacakan dipersidangan tanggal 22 Oktober 2015 dengan dihadiri kedua belah pihak dan permohonan banding dari Penggugat/Pembanding telah diajukan pada tanggal 29 Oktober 2015 di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Rantau Prapat sehingga masih dalam tenggang waktu dan sesuai tata cara sehingga telah memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh Undang-undang, oleh karena itu permohonan banding tersebut secara formal dapat diterima;

Menimbang, bahwa majelis hakim tingkat banding setelah memeriksa dan meneliti serta mencermati dengan seksama berkas perkara beserta turunan resmi putusan Pengadilan Negeri Rantau Prapat tanggal 22 Oktober 2015 Nomor:40/Pdt.G/2014/PN.Rap dan telah pula membaca serta memperhatikan dengan seksama surat Memori Banding yang diajukan oleh pihak Penggugat/Pembanding tertanggal 27 Nopember 2015 berpendapat sebagai berikut ;

Menimbang, bahwa bilamana mencermati pertimbangan majelis hakim tingkat pertama dalam putusannya yang menyatakan Dalam Konvensi ”Menolak Gugatan Penggugat untuk seluruhnya” dan Dalam Rekonvensi menyatakan “Menolak gugatan Penggugat Rekonvensi/Tergugat Konvensi untuk seluruhnya” dan selanjutnya mempertimbangkan “Untuk Adilnya” – Menghukum Penggugat untuk mengembalikan uang panjar kepada Tergugat sejumlah Rp.300.000.000,-(tiga ratus juta rupiah) serta “Menghukum Penggugat untuk membayar uang paksa (dwangsom) kepada Tergugat sejumlah Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) setiap bulannya terhitung sejak putusan ini berkekuaran hukum tetap” tidak mempunyai dasar hukum karena majelis hakim tingkat pertgama telah memutus diluar apa yang ada dalam petitum gugat penggugat dalam Konpensi maupun

(30)

Putusan Nomor :106/PDT/2016/PT.MDN Halaman 30 dari 45

dalam petitum gugat dalam Rekonpensi, maka untuk itu majelis hakim tingkat banding akan mempertimbangkan sebagaimana dibawah ini:

DALAM KONPENSI

Menimbang, bahwa Penggugat/Pembanding mengemukakan didalam surat gugatnya bahwa :

 Bahwa pada tanggal 24 Maret 2014 antara Penggugat dan Tergugat telah setuju dan sepakat untuk melakukan jual beli sebidang tanah berikut kebun milik Penggugat seluas + 7 Ha (lebih kurang tujuh hektar) yang terletak di Desa Bangai, Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, dengan batas-batas sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatas dengan tanah Jalan Desa Teluk Rampa

 Sebelah Selatan berbatas dengan tanah Boinah

 Sebelah Timur berbatas dengan tanah Abu Naem/R. Zulfikar Hsb

 Sebelah Barat berbatas dengan tanah Wahyu

 Bahwa objek sengketa yang dijual-belikan tersebut terdiri atas :

 Objek sengketa yang sudah ditanami tanaman pohon kelapa sawit seluas 5,4 Ha (lima koma empat hektar); dan

 Objek sengketa berupa lahan kosong atau belum ditanami seluas 1,9 Ha (satu koma sembilan hektar).

 Bahwa atas jual beli objek sengketa dimaksud, antara Penggugat dan Tergugat sepakat menetapkan harga per hektarnya sebagai berikut :

 Untuk objek sengketa yang sudah ditanami tanaman pohon kelapa sawit harga per hektarnya ditetapkan seharga Rp.107.000.000,- (seratus tujuh juta rupiah); dan

 Untuk objek sengketa berupa lahan kosong atau belum ditanami harga per hektarnya ditetapkan seharga Rp. 53.000.000,- (lima puluh tiga juta rupiah);

Sehingga total keseluruhan harga objek sengketa tersebut berjumlah (5,4 Ha x Rp. 107.000.000,-) + (1,9 Ha x Rp. 53.000.000,-) = Rp. 678.500.000,- (enam ratus tujuh puluh delapan juta lima ratus ribu rupiah);

 Bahwa atas kesepakatan jual beli tersebut selanjutnya antara Penggugat dan Tergugat melakukan pengikatan jual beli dengan cara Tergugat membayar sejumlah uang kepada Penggugat sebagai panjar pembelian sebesar Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) yang dibayarkan secara

(31)

Putusan Nomor :106/PDT/2016/PT.MDN Halaman 31 dari 45

tunai oleh Tergugat kepada Penggugat dengan ketentuan dan syarat bahwa Tergugat diberi jangka waktu selama 2 (dua) bulan atau pada tanggal 24 Mei 2014 untuk melakukan pelunasan atas kekurangan pembayaran sebesar Rp.378.500.000,- (tiga ratus tujuh puluh delapan juta lima ratus ribu rupiah);

 Bahwa akan tetapi sampai dengan batas waktu yang sudah diperjanjikan, ternyata Tergugat tidak memenuhi kewajibannya untuk melakukan pelunasan atas kekurangan pembayaran sebesar Rp.378.500.000,- (tiga ratus tujuh puluh delapan juta lima ratus ribu rupiah) tersebut kepada Penggugat sehingga Penggugat harus menanggung kerugian;

 Bahwa Penggugat telah beritikad baik dan bermurah hati kepada Tergugat dengan memberikan tambahan waktu pembayaran selama 2 (dua) minggu agar Tergugat memenuhi kewajibannya melunasi kekurangan pembayaran tersebut, akan tetapi hal itu sama sekali tidak membuahkan hasil karena Tergugat tidak juga memenuhi kewajibannya melakukan pelunasan kekurangan pembayaran dimaksud;

 Bahwa sehubungan dengan itikad baik dari Penggugat tersebut tidak ditanggapi baik oleh Tergugat, dan Penggugat sangat membutuhkan uang dari pelunasan kekurangan pembayaran atas jual beli obyek sengketa tersebut guna menjalankan dan mengembangkan usaha Penggugat, karena itu akhirnya Penggugat mengajukan gugatan terhadap Tergugat melalui Pengadilan Negeri Rantau Prapat;

 Bahwa karena Tergugat tidak memenuhi kewajibannya melakukan pelunasan atas kekurangan pembayaran sebesar Rp. 378.500.000,- (tiga ratus tujuh puluh delapan juta lima ratus ribu rupiah) tersebut, maka objek sengketa tersebut tetap dikuasai oleh Penggugat;

 Bahwa sungguh pantas dan wajar didalam gugatan aquo apabila Penggugat merubah harga jual beli objek sengketa dengan menaikan harganya sebagaimana berikut :

 Untuk objek sengketa yang sudah ditanami tanaman pohon kelapa sawit yang semula harga per hektarnya sebesar Rp. 107.000.000,- (seratus tujuh juta rupiah), Penggugat merubahnya dengan menaikkan menjadi Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah); dan

 Untuk objek sengketa berupa lahan kosong atau belum ditanami yang semula harga per hektarnya sebesar Rp. 53.000.000,- (lima puluh tiga

Referensi

Dokumen terkait

350.000.000,- (tiga ratus lima puluh juta rupiah) kepada Penggugat sekaligus dan seketika serta menghukum Tergugat untuk membayar bunga kepada Penggugat sebesar 6% per

tanggal 11 Juli 2012 dihadiri oleh Kuasa Hukum Penggugat/Pembanding, Kuasa Hukum Tergugat/Terbanding I dan Kuasa Hukum Tergugat II Intervensi/Terbanding II;--- ---

Menimbang, bahwa Tergugat Konvensi/Penggugat Rekonvensi/ Pembanding tidak mengajukan Memori Banding dan Penggugat Konvensi/ Tergugat Rekonvensi/Terbanding tidak

Menimbang, bahwa terhadap petitum gugatan Penggugat point nomor 3 (tiga) setelah Majelis Hakim meneliti surat bukti yang diajukan oleh Tergugat I dan Tergugat II

Menimbang, bahwa Tergugat/Pembanding keberatan bahwa anak-anak ditetapkan di bawah asuhan Penggugat/Terbanding karena kelakuan Penggugat/Terbanding tidak bisa mendidik,

350.000.000,- (tiga ratus lima puluh juta rupiah) kepada Penggugat sekaligus dan seketika serta menghukum Tergugat untuk membayar bunga kepada Penggugat sebesar 6% per

Menghukum Penggugat dalam konvensi/Tergugat dalam rekonvensi untuk membayar kerugian yang telah dialami dan yang akan dialami oleh Tergugat II dalam konvensi/ Penggugat

Permohonan banding tersebut telah diberitahukan dengan sempurna kepada Kuasa Hukum Penggugat/Terbanding dan Turut Tergugat/Turut Terbanding, masing-masing tertanggal 26 dan