• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA DALAM KAJIAN PENDIDIKAN ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA DALAM KAJIAN PENDIDIKAN ISLAM"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA DALAM

KAJIAN PENDIDIKAN ISLAM

SKRIPSI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2007

(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp. : 1 (satu) naskah

H a l : Pengajuan Naskah Skripsi 2 September 2007

Yth. Ketua STAIN

di Salatiga

Assalaamu’alaikum Wr. Wb.

Bersama ini kami kirimkan naskah skripsi mahasiswa:

Nama : M a s i k u n

NIM : 11405044

Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Judul : PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA DALAM KAJIAN

ILMU PENDIDIKAN ISLAM

Untuk diujikan dalam sidang munaqosyah skripsi.

Demikian untuk menjadikan periksa

Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.

Pembimbing,

(3)
(4)

; u * j a ! \

Artinya: “Dan janganlah kamu metidekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu

perbuatan yang keji, dan suatu jal an yang buruk.” (Q.S. A1 Isro’ : 32)*

(5)

J4^u persemdaf^an kgpada:

1. Bapat^dan I6u tercinta

2. Jldi^tersayang

3. Segenap teman-teman yang senantiasa setia

daCam su£a dan duka.

(6)

sehingga kami dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar, walaupun

banyak kendala-kendala yang penulis hadapi. Berkat kesabaran dan kegigihan serta

usaha yang tiada henti, Alhamdulillah skripsi ini dapat penulis selesaikan.

Skripsi ini penulis ajukan dalam rangka memenuhi sebagian dari syarat-syarat

untuk memperoleh gelar Saijana Pendidikan Islam pada Sekolah Tinggi Agama

Islam Negeri (STAIN) Salatiga.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

sempuma, semua itu karena keterbatasan kemampuan pengetahuan dan ilmu yang

dimiliki penulis. Oleh sebab itu saran dan kritik yang bersifat membangun senantiasa

penulis harapkan demi sempumanya skripsi in.

Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada yang terhormat:

1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M.Ag. selaku ketua Sekolah Tinggi Agama Islam

Negeri (STAIN) Salatiga.

2. Bapak Drs. H. Sa’adi, M.Ag. selaku ketua Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi

Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.

3. Bapak Suwardi, M.Pd. sebagai dosen pembimbing yang.telah sudi meluangkan

waktunya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan

skripsi ini sampai selesai.

4. Bapak dan Ibu tercinta yang tak henti-hentinya memberikan dukungan dan

do’anya kepada penulis.

(7)

skripsi ini.

Akhimya hanya kepada Allah kami berharap ridlo-Nya, semoga segala amal dan

jasa yang telah dikorbankan oleh Bapak/Ibu, teman-teman dan semua pihak yang

telah membantu dalam penyusunan skripsi ini akan mendapat balasan yang setimpal.

Amien !

September 2007

Penulis,

M A S I K U N

(8)

Negeri (STAIN) Salatiga, Pembimbing Suwardi, M.Pd.

Kata Kunci: Pendidikan Seks, Remaja, Pendidikan Islam

Manusia sebagai makhluk hidup senantiasa mengalami perkembangan, baik perkembangan yang menyangkut pada fisik maupun psikis. Pertumbuhan jasmani yang dialami oleh remaja mencakup pula pertumbuhan organ seks. Perubahan- perubahan jasmaniah dan tanda-tanda seksual skunder yang disertai dengan pengalaman-pengalaman baru, menyebabkan keinginan bagi remaja itu untuk mengetahui hal tersebut. Untuk memberi arahan dan pendidikan seks bagi remaja maka pendidikan Islam sebagai disiplin ilmu yang berdasarkan pada ajaran yang lengkap, maka sudah barang tentu ia mampu memberikan konsep tersendiri dalam hal pendidikan seksual. Dengan demikian maka kehidupan seksual dapat diketahui dengan baik dan benar sesuai dengan ajaran Islam. Adapun yang menjadi tujuan dalam peneliti ini adalah untuk mengetahui fungsi, tujuan, pendidik, anak didik, materi, metode dan alat, serta lingkungan pendidikan seks bagi remaja dalam kajian ilmu pendidikan Islam.

Untuk mendapatkan data agar sesuai dengan harapan, penulis menggunakan metode “Library Research“ atau riset kepustakaan. Metode ini digunakan untuk mencari data dengan cara membaca buku dan memahami buku-buku yang menjadi sumber dalam penyusunan skripsi ini, yang sekaligus untuk pembahasan dan penganalisaan. Adapaun dalam menganalisis data yang telah terkumpul digunakan pendekatan berfikir deduktif, yaitu cara berfikir yang berangkat dari dasar-dasar pengetahuan yang umum, dari proposisi-proposisi yang berlaku secara umum, dan meneliti persoalan-persoalan khusus dari segi dasar-dasar pengetahuan yang umum. Sedangkan analisis yang digunakan berupa analisis nonstatistik, mengingat data-data yang terkumpul adalah data-data tekstuler, maka dalam menelaah data dianalisis menurut isinya yang disebut “ Content Analysis

Pengkajian dan pembahasan masalah “Pendidikan Seks Bagi Remaja Dalam Kajian Ilmu Pendidikan Islam”, berdasarkan sumber-sumber data berikut analisisnya dapat disimpulkan bahwa pengertian pendidikan seks bagi remaja adalah segala usaha untuk membimbing para remaja agar; memahami tentang arti dan fungsi kehidupan kelaminnya, mengurangi dan mencegah penyalahgunaan seksual, melaksanakan dan menggunakan seksual ke arah yang baik dan dengan cara yang benar berdasarkan ajaran Islam.

Fungsi pendidikan seks bagi remaja adalah; Mencegah penyalahgunaan dan penyimpangan seksual serta hal-hal negatif akibat dorongan seksual. Tujuan pendidikan seks adalah; Mendidik individu (remaja) agar bergaul dengan lawan jenisnya dengan baik dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, menyiapkan remaja tentang pentingnya hubungan yang sah dalam perkawinan. Pendidik dalam pendidikan seks bagi remaja adalah individu yang memiliki

(9)

kompetensi keilmuwan. Anak didik dalam pendidikan seks bagi remaja adalah remaja, yaitu suatu periode antara anak-anak dengan dewasa, berkisar antara umur 13 - 21 tahun, dimulai dengan perkembangan seksualitas yang ditandai cirri-ciri tanda kelamin primer dan tanda kelamin sekunder sampai berakhimya pertumbuhan jasmaniah. Materi pendidikan seks meliputi: khitan, pemikahan, pelanggaran seksual, etika seksual, pertumbuhan dan perkembangan manusia, penyakit akibat pelanggaran seksual. Metode dan alat yang digunakan dalam proses pendidikan seks bagi remaja meliputi; ceramah, Tanya jawab, diskusi, resitasi, keteladanan, anjuran atau perintah, larangan, sanksi dan cerita dari sejarah atau pengalaman. Lingkungan pendidikan seks bagi remaja meliputi; Lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan masjid.

(10)

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

KATA PENGANTAR... vi

ABSTRAK... viii

DAFTAR ISI... x

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 6

E. Metode Penelitian... 7

F. Sitematika Penulisan... 7

BAB II DISKRIPSITENTANG PENDIDIKAN ISLAM... 10

A. Pengertian Pendidikan Islam ... 10

B. Tujuan Pendidikan Islam ... 12

C. Fungsi Pendidikan Islam... 16

D. Metode Pendidikan Islam...19

E. Sumber Pendidikan Islam... 20

(11)

A. Pengertian Pendidikan Seks... 25

B. Fungsi Pendidikan Seks... 26

C. Tujuan Pendidikan Seks... 30

D. Pendidik... 32

E. Anak Didik... 34

F. Materi Pendidikan Seks... 37

G. Metode Pendidikan Seks... 45

H. Lingkungan Pendidikan Seks...--- -— --- ---- — __ — ... 47

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA DALAM KAJIAN PENDIDIKAN ISLAM... 50

A. Faktor-faktor Pendidikan Islam dalam Hubungannya dengan Pendidikan Seks Bagi Remaja... 50

B. Relevansi antara Pendidikan Islam dengan Pendidikan Seks Bagi Remaja ... 61

BAB V PENUTUP... 65

A. Kesimpulan... 65

B. Saran-saran... 67

C. Penutup... 68

Daftar Pustaka

Lampiran-lampiran

(12)

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk hidup senantiasa mengalami perkembangan, baik

perkembangan yang menyangkut pada fisik maupun psikis. Pertumbuhan dan

perkembangan yang dialami oleh kehidupan manusia itu akan melalui beberapa

tahap, yang juga disebut periode.Masing-masing periode memiliki perbedaan-

perbedaan tertentu sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan fisik

maupun psikis.

Remaja merupakan suatu masa di antara masa kanak-kanak dan masa dewasa.

Pada masa tersebut ia sudah tidak tampak sebagai kanak-kanak, namun juga

belum tampak sebagai orang dewasa, baik pada jenis kelamin laki-laki maupun

perempuan. Masa ini merupakan transisi dari ciri-ciri kanak-kanak dan kelakuan

kekanak-kanakan kepada arah pertumbuhan yang lebih matang dan ciri-ciri

kelakuan yang terdapat pada orang dewasa.

Pada masa transisi yang dialami oleh mereka itu, secara alamiah akan

membawa pada perubahan sifat yang akan berpengaruh kepada remaja itu sendiri.

Perubahan tersebut teijadi secara berangsur-angsur dan berbeda antara individu

yang satu dengan yang lain.

Pertumbuhan jasmani yang dialami oleh remaja mencakup pula pertumbuhan

organ seks. Perubahan-perubahan jasmaniah dan tanda-tanda seksual skunder

yang disertai dengan pengalaman-pengalaman baru, menyebabkan keinginan bagi

(13)

remaja itu untuk mengetahui hal tersebut. Mereka ingin mengetahui sifat-sifat

perubahan itu serta dorongan-dorongan seksual yang mereka rasakan terhadap

lawan jenisnya.

Usia remaja merupakan suatu masa yang banyak menarik perhatian bagi para

ahli untuk diteliti, terutama yang berkaitan dengan persoalan -persoalan yang

terjadi pada masa tersebut. Banyak para ahli yang berpendapat bahwa masa

remaja merupakan suatu masa di mana terjadi proses kematangan seksual. Oleh

karena itu tidaklah mengherankan apabila banyak penelitian yang menyangkut

tentang perkembangan seksual mereka. Pengamatan dan penelitian tersebut

banyak dilakukan oleh para dokter.

Pengetahuan seksual pada anak-anak usia remaja pada umumnya diperoleh

dari pergaulan di antara mereka sendiri yang sebaya, atau dari bacaan-bacaan

yang mengungkapan masalah itu. Mereka mengetahui masalah-masalah seksual

itu dari kawan-kawannya yang sebaya melalui lelucon yang cenderung kotor dan

cabul, sehingga tidak jarang masalah tersebut menimbulkan suatu tanggapan yang

salah dan bersifat negatif.

Dorongan seksual bersifat alamiah dan dimiliki oleh setiap individu. Masalah

seksual bukan merupakan sesuatu yang tabu dan buruk. Dorongan seksual pada

individu memiliki peranan penting untuk kelangsungan hidup manusia.

Sering kali pengertian dan pemahaman remaja tentang seksual kurang

memadai. Hal ini disebabkan karena adanya ungkapan bahwa membicarakan

masalah seksual adalah tabu. Sering kali orang tua kurang membantu atau

(14)

sekolahan, sebagai lembaga pendidikan formal belum memberikan informasi

tentang seksual pada remaja secara memadai. Zakiyah Darajad dalam bukunya

“Problema Remaja di Indonesia” menyatakan:

Kalau kita analisa remaja Indonesia dalam batas keadaan sosial dimana mereka hidup, kita akan mengetahui bahwa pengertian mereka tentang kehidupan seks sangat kurang, karena orang tua kurang membantu mereka dan melarang mereka membaca buku, tidak boleh membicarakan masalah ini dengan ienis lain, sekolahpun kurang memberi informasi yang cukup bagi mereka.

Masalah seksual merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan

manusia, tanpa adanya dorongan seksual maka manusia akan sulit

mempertahankan keturunannya. Tetapi dorongan seksual tersebut harus

dikendalikan, agar tidak teijadi penyimpangan dan penyalahgunaan terhadap

dorongan seksual maka hendaknya diberi bimbingan seksual secara baik dan

benar, serta mendorongnya menaruh minat dan kecenderungan kepada lawan

jenisnya secara sehat dan wajar. Hal ini sesuai dengan pemyataan Rono Sulistiyo,

sebagai berikut;

Kebutuhan seksual harus mendapatkan penyaluran, penerangan yang lengkap tentang segi fisiologis dan psikologis mengenai seks harus diberikan, segi- segi dan tradisionil dalam lingkungan masyarakatnya harus mengerti dan dihadapi secara realistis.1 2

Remaja mempunyai perhatian yang subyektif terhadap hidup

kemasyarakatan. Mereka mempunyai cita-cita hidup yang kuat dan berusaha

melaksanakan cita-cita itu. Mereka cenderung berpikir realistis dan kongkrit.

Dengan demikian sesuai dengan yang diungkapkan di atas, pada periode remaja

1 Zakiyah Darajad, Porblema Remaja (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), him. 126.

(15)

inilah merupakan suatu masa yang baik untuk memberikan pengertian dan

pemahaman terhadap masalah seksual.

Islam sebagai agama yang bersifat universal dan berlaku umum telah

memberikan tuntunan kepada jalan yang baik. Segala persoalan yang dialami oleh

manusia, yang hidup di dunia ini, secara keseluruhan dapat dikembalikan kepada

ajaran Islam. Demikian juga terhadap masalah seksual. Ajaran Islam telah

mengatur cara mengendalikan dorongan seksual yang terjadi pada seseorang.

Islam juga memberikan suatu konsep bagaimana mengatur atau mengendalikan

dorongan seksual yang ada pada remaja yang belum mampu untuk kawin.

Pendidikan adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

manusia. Sebab pendidikan merupakan suatu proses pembentukan kepribadian

individu. Demikian juga terhadap nilai-nilai moral kemanusiaan,hanya dapat

ditransfer dari suatu generasi kepada generasi berikutnya hanya dengan

pendidikan. Dalam ruang lingkup yang lebih luas, keadaan suatu bangsa atau

negara banyak ditentukan oleh maju mundumya pendidikan suatu bangsa itu

sendiri. Persyaratan-persyaratan tersebut sesuai dengan ungkapan Sudirman N.

dkk, sebagai berikut;

Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan, sifatnya mutlak dalam kehidupan, baik dalam kehidupan seseorang, keluarga maupun bangsa atau negara.3

Pendidikan Islam merupakan bagian dari pendidikan lain pada umumnya,

yang didasarkan pada nilai-nilai Islam. Dengan demikian maka pendidikan

tersebut banyak mengacu pada sumber-sumber ajaran Islam.

(16)

Sebagai disiplin ilmu yang berdasarkan pada ajaran yang lengkap, maka

sudah barang tentu ia mampu memberikan konsep tersendiri dalam hal pendidikan

seksual. Dengan demikian maka kehidupan seksual dapat diketahui dengan baik

dan benar sesuai dengan ajaran Islam.

Dari adanya masalah tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji

masalah pendidikan seksual, dengan mengambil judul “ PENDIDIKAN SEKS

BAGI REMAJA DALAM KAJIAN PENDIDIKAN ISLAM”

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan pada skripsi ini adalah bagaimanakah

Pendidikan Seks Bagi remaja dalam Kajian Pendidikan Islam yang di dalamnya

meliputi tentang:

1. Bagaimanakah pengertian pendidikan Islam?

2. Bagaimanakah pendidikan seks bagi remaja?

3. Bagaimanakah analisis pendidikan seks bagi remaja dalam kajian pendidikan

Islam?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

pendidikan seks bagi remaja dalam kajian ilmu pendidikan Islam, yang

menyangkut tentang:

1. Fungsi pendidikan seks bagi remaja dalam kajian pendidikan Islam.

(17)

3. Pendidik dalam pendidikan seks bagi remaja dalam kajian pendidikan Islam.

4. Anak didik dalam pendidikan seks bagi remaja dalam kajian pendidikan Islam.

5. Materi pendidikan seks bagi remaja dalam kajian pendidikan Islam.

6. Metode dan alat pendidikan seks bagi remaja dalam kajian pendidikan Islam.

7. Lingkungan pendidikan seks bagi remaja dalam kajian pendidikan Islam.

D. Manfaat Penelitian

Apabila tujuan dalam penelitian ini telah tercapai maka manfaat dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Dengan adanya penelitian ini maka akan didapat suatu konsep pendidikan seks

bagi remaja yang behar sesuai dengan Pendidikan Islam.

2. Manfaat Praktis

- Bagi orang tua, yaitu menggugah kesadaran orang tua terhadap remajanya

yang tidak mendapatkan pendidikan seks secara lengkap.

- Bagi masyarakat, yaitu meluruskan persepsi masyarakat yang semula

menganggap tabu pendidikan seks bagi remaja menjadi suatu kebutuhan

penting.

- Bagi remaja, yaitu dengan adanya pendidikan seks remaja dapat

mengintropeksi dirinya sendiri dan berupaya menjadi makhluk sosial yang

(18)

E. Metode Penelitian

Untuk memperoleh data yang ilmiah yang dapat digunakan untuk

mengumpulkan data yang dimaksudkan, serta pembahasan dan penganalisaan

yang sistematis, maka digunakan metode “Library Research“ atau riset

kepustakaan. Metode ini digunakan untuk mencari data dengan cara membaca

buku dan memahami buku-buku yang menjadi sumber dalam penyusunan skripsi

ini, yang sekaligus untuk pembahasan dan penganalisaan.

Adapaun dalam menganalisis data yang telah terkumpul digunakan

pendekatan berfikir deduktif yaitu cara berfikir yang berangkat dari dasar-dasar

pengetahuan yang umum, dari proposisi-proposisi yang berlaku secara umum,

dan meneliti persoalan-persoalan khusus dari segi dasar-dasar pengetahuan yang

umum.4 5

Sedangkan analisis yang digunakan berupa analisis nonstatistik, mengingat

data-data yang terkumpul adalah data-data tekstuler, maka dalam menelaah data

dianalisis menurut isinya yang disebut “ Content Analysis “s

F. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh persyaratan ilmiah, maka perlu adanya sistematika

pembahasan, untuk itu berikut penulis susun sistematika penulisan skripsi sebagai

berikut:

4 Sutrisno Hadi, Metodologi Research I (Yogyakarta: Fak. Psikologi Universitas Gadjah Mada, Cet. Ke-xx, 1987), him. 2.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan dibahas tentang latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II DISKRIPSI TENTANG PENDIDIKAN ISLAM

Dalam bab ini akan dibahas tentang pengertian pendidikan

Islam, yang meliputi tujuan, fimgsi, metode dan sumber, baik dari A1

Qur’an As Sunnah/Hadits dan pendapat para ahli atau Saijana

Pendidikan Islam.

BAB III DISKRIPSI TENTANG PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA

Dalam bab ini akan dibahas tentang pengertian pendidikan

seks, faktor-faktor pendidikan seks yang terdiri dari; fimgsi, tujuan,

pendidik, anak didik, materi, metode dan alat, serta lingkungan

pendidikan seks.

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA DALAM

KAJIAN PENDIDIKAN ISLAM

Dalam bab ini akan dibahas tentang faktor-faktor pendidikan

Islam dalam hubungannya dengan pendidikan seks bagi remaja,

meliputi; 1). fungsi, 2). tujuan, 3). pendidik, 4). anak didik, 5). materi,

6). metode dan alat, 7). lingkungan pendidikan serta relevansi antara

(20)

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP

Pada bagian akhir dalam penulisan skripsi, berisi kesimpulan,

saran dan penutup.

Daftar Kepustakaan

(21)

DISKRIPSITENTANG PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Pendidikan Islam

Pendidikan dapat diartikan sebagai pemberian bimbingan bagi yang masih

memerlukan, dengan beberapa sifat tertentu. Hal ini sejalan dengan pendapat

Abudin Nata, yang menyatakan:

Pendidikan itu bimbingan ataupun pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani si anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.1

Sedang ahli pendidikan lain Amir Daien Indrakusuma menyatakan :

Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan teratur dan sistematis, yang dilakukan orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan.1 2

Pendapat tersebut sesuai dengan pemyataan Ngalim Purwanto yang

menyatakan bahwa;

pendidikan adalah segala usaha atau upaya orang yang telah dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.3

Dengan kata lain pendidikan adalah bantuan yang diberikan secara sadar

dengan sengaja kepada anak didik, dalam pertumbuhan jasmani maupun

rohaninya untuk mencapai tingkat dewasa.

1 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung : Logos, 1987), him. 49.

2 Amir Daien Indrakusuma, Pengantar llmu Pendidikan (Malang : Fak. Ilmu Pendidikan IKIP, 2002), him. 27.

3 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan (Bandung: Remaja Karya, 1985), him. 12.

(22)

Secara umum pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam segala

aspeknya. Dalam pengertian tersebut mencakup kegiatan pendidikan, baik yang

melibatkan guru maupun yang tidak melibatkan guru. Sedangkan aspek yang

dibina dalam pengertian tersebut adalah meliputi segala aspek.

Pengertian pendidikan Islam ialah mempersiapkan anak baik dari segi

jasmani, segi akal dan segi rohaninya, sehingga ia menjadi anggota masyarakat

yang bermanfaat, baik untuk dirinya maupun bagi umatnya. Dengan demikian

jelaslah bahwa pendidikan Islam bukan hanya membimbing hal kejasmanian saja

atau kerohanian saja, tetapi kedua aspek tersebut di atas harus diberikan dalam

proses pendidikan Islam. Hal ini sesuai dengan pendapat Abdurrahman An

Nahlawi yang menyatakan:

Pendidikan Islam adalah penataan individual dan sosial yang dapat menyebabkan seseorang tunduk, taat, pada Islam dan menerapkannya secara sempuma dalam kehidupan individu dan masyarakat.4

Dari pendapat di atas sebenamya pendidikan Islam adalah upaya

mempersiapkan anak atau individu dan menumbuhkannya baik dari segi jasmani,

akal pikiran dan rohaninya dengan pertumbuhan yang terus menerus agar ia dapat

hidup dan berpenghidupan sempuma, dan ia dapat menjadi anggota masyarakat

yang berguna bagi dirinya dan umatnya.

Dengan adanya uraian di atas, maka secara implisit dapat dipahami bahwa

pendidikan Islam merupakan suatu persiapan dan suatu proses serta upaya yang

berlangsung lama, yaitu sejak lahir dan meninggal dunia. Di samping itu juga

(23)

dapat dipahami bahwa sasaran pendidikan Islam adalah segala aspek kehidupan

manusia, yaitu aspek jasmaniah, rohaniah, akal fikiran serta akhlaknya.

Adapun pengertian pendidikan Islam secara istilah dari beberapa pendapat

yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam

adalah suatu upaya dalam rangka inempersiapkan anak didik atau individu dan

menumbuhkan serta mengembangkannya baik dari segi jasmani, rohani dan akal

pikirannya, dengan pertumbuhan yang terns menerus sejak lahir sampai

meninggal dunid, agar ia dapat hidup dengan kehidupan yang sempuma serta

dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna.

B. Tujuan Pendidikan Islam

Suatu usaha yang tidak mempunyai tujuan tidak memiliki arti apa-apa. Oleh

karena itu sukarlah kita mendapatkan usaha yang tidak mempunyai tujuan. Hal ini

karena tujuan telah terlingkup dalam pengertian usaha. Dengan kata lain tidak ada

usaha yang tidak mempunyai tujuan.

Tujuan adalah batas akhir cita-cita yang diinginkan dalam suatu usaha.

Sebelum usaha itu dimulai, maka tujuan yang hendak dicapai perlu dikongkritkan

terlebih dahulu. Sebab tujuan mempunyai peran tertentu terhadap usaha yang

dilakukan.

Suatu usaha yang dilakukan oleh manusia selalu mempunyai permulaan dan

akan mengalami pula akhimya. Terkadang ada usaha yang terhenti karena

menemui kegagalan sebelum tujuan itu tercapai. Usaha semacam ini belurn bisa

dikatakan telah berakhir, sebab belum mencapai tujuan yang telah direncanakan

(24)

tersebut telah mencapai sasaran. Demikian halnya terhadap proses-proses

pendidikan sebagai usaha dan upaya pembentukan pribadi yang mulia.

Dalam penetapan tujuan pendidikan, Islam mempertimbangkan posisi

manusia sebagai ciptaan Allah dan sebagai kholifah di muka bumi. Demikian

halnya dengan Islam, yang merupakan rahmat bagi semesta alam (universal) mengandung ajaran-ajaran yang kongkrit, dapat disesuaikan dengan situasi

setempat dan dengan kebutuhan zaman.

Tujuan pendidikan Islam secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu tujuan

umum dan tujuan khusus. Kedua tujuan itu saling berkaitan bahkan tidak dapat

dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya.

1. Tujuan Umum Pendidikan Islam

Yang dimaksud dengan tujuan umum adalah perubahan yang dikehendaki

oleh pendidikan imtuk mencapainya. Banyak ahli pendidikan yang berusaha

menentukan tujuan-tujuan pendidikan sesuai dengan yang dipahami dari

keterangan-keterangan dari sejarah pemikiran dan pendidikan Islam. Diantara

tujuan umum pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli adalah sebagai

berikut:

a. Hasan Langgulung mengutip pendapat dari A1 Abrasy menyatakan tujuan

umum pendidikan Islam, yaitu:

1) Untuk mengadakan pembentukan akhlak yang mulia. Islam telah

menetapkan bahwa jiwa pendidikan Islam adalah pendidikan akhlak.

Dengan demikian maka pencapaian akhlak yang mulia adalah tujuan

(25)

2) Persiapan untuk kehidupan dunia dan akherat. Pendidikan Islam tidak

hanya berorientasi kepada kehidupan keakheratan saja, juga tidak hanya

berorientasi pada kehidupan dunia saja, tetapi berorientasi pada kedua-

duanya, yaitu dunia dan aherat. Islam memandang bahwa pada pokoknya

kehidupan manusia tidak dapat lepas dari kebutuhan jasmani dan rohani.

3) Persiapan untuk mencari rizki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan,

atau yang lebih dikenal pada masa sekarang ini dengan istilah tujuan

vokasional dan profesional. Hal ini dapat dimaklumi, sebab pendidikan

Islam tidak hanya bersifat keagamaan atau akhlak semata, tetapi

pendidikan Islam menaruh perhatian pada segi kemanfaatan pada tujUan-

tujuan, kurikulum dan aktivitasnya. Pendidik-pendidik muslim

memandang kesempumaan manusia tidak akan tercapai kecuali dengan

memadukan antara agama dengan ilmu pengetahuan.

4) Menumbuhkan semangat ilmiah pada pelajar dan memuaskan pada

keinginan tahu (curiosity) dan memungkinkan ia mengkaji ilmu demi

ilmu itu sendiri. Selain menanamkan pada anak didik agar mereka

menaruh perhatian pada kehidupan keagamaan, juga hendaknya menaruh

perhatian pada sains sastra, seni dan sejenisnya.

5) Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknikal dan pertukangan,

(26)

Dengan demikian mereka akan mampu mencari rizki dalam

kehidupannya. Di samping memelihara segi kerohanian dan keagamaan.5

b. Hasan Langgulung mengutip pendapat dari Nahlawi mengemukakan empat

tujuan umum pendidikan Islam, yaitu :

1) Pendidikan akal dan persiapan pikiran. Allah menyuruh manusia

merenungkan kejadian langit dan bumi, agar dapat beriman kepada Allah

dan ingat bahwa segala yang terjadi tidaklah dengan sendirinya, tetapi

ada yang menjadikan dan mengatumya.

2) Menumbuhkan potensi-potensi dan bakat-bakat dasar pada kanak-kanak.

3) Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda dan

mendidik mereka dengan sebaik-baiknya.

4) Berusaha untuk mengembangkan segala potensi dan bakat-bakat

manusia.6

2. Tujuan Khusus Pendidikan Islam

Dalam operasionalnya, tujuan akhir pendidikan Islam itu perlu dijabarkan

dan diuraikan dalam bentuk tujuan-tujuan yang bersifat khusus atau sementara.

Oleh karena itu maka kita kenal adanya tujuan umum dan khusus.

Yang dimaksud dengan tujuan khusus adalah perubahan-perubahan yang

dikehendaki sebagai bagian yang ada dibawah tiap-tiap tujuan umum. Sebagai

contoh, apabila tujuan umumnya adalah “menumbuhkan semangat agama dan

akhlak,” maka tujuan umum seperti itu memerlukan beberapa tujuan khusus

5 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, (Jakarta: Pustaka A1 Husna, Cet. Ke-II, 1989), him. 60-61.

(27)

diantaranya adalah memperkenalkan pada generasi muda lentang aqidah Islam,

asal usul ibadah, dan cara melaksanakannya.

Mengenai tujuan akhir dari pendidikan Islam tidak lain untuk

membimbing anak didik agar memiliki kemampuan untuk memperoleh

kebahagiaan dunia dan kebahagiaan di akhirat. Demikianlah beberapa rumusan

tujuan pendidikan Islam dalam upaya pembentukan kepribadian muslim,

perpaduan antara ilmu, iman dan amal, sejalan dengan harkat kemanusiaan

sebagai hamba Allah.

C. Fungsi Pendidikan Islam

Pendidikan secara umum berfimgsi untuk meneruskan atau mewariskan ilmu

pengetahuan serta kebudayaan. Dengan adanya pendidikan maka cita-cita, nilai-

nilai serta kaidah-kaidah kehidupan manusia sebagai warga negara ataupun

sebagai penganut salah satu agama akan tetap terpelihara. Apabila hal-hal tersebut

tidak diwariskan atau tidak diteruskan pada generasi berikutnya, maka secara

moral manusia telah melepaskan tanggung jawabnya untuk mendidik anak-anak

mereka.

Dilihat dari segi ini, maka pendidikan berfimgsi untuk meneruskan segala

aspek kehidupan manusia, baik sebagai warga negara atau sebagai penganut suatu

agama. Dengan demikian maka dalam fungsinya itu pendidikan hanya

memelihara sesuatu yang telah ditemukan atau dipelihara oleh angkatan tua, tanpa

(28)

sebagai pembaharu adalah hal-hal yang sudah dipikirkan oleh angkatan tua dan

dirasa perlu diteruskan oleh angkatan sesudahnya.

Dalam pandangan Islam, Allah telah membekali fitrah kepada manusia sejak

ia dilahirkan. Sebagian ulama menyatakan bahwa fitrah adalah kecenderungan

untuk meng-Esakan Allah dan mempunyai keyakinan terhadap-Nya. Hal ini

sesuai dengan hadits Rasulullah saw.:

ol j j ) AjLuia^aJ j\ j\ 4 jl3 j£ J ol jjis ojlaali VJ (j-nlla

Artinya: “Tidak seorang anak dilahirkan kecuali ia dilahirkan menetapi fitrah.

Maka kedua orang tuanyalah yang menyebabkan dia menjadi Yahudi, Nasrani

atau Majusi”. (HR Bukhari)7

Para sarjana pendidikan telah sepakat bahwa tiap-tiap manuisa yang

dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan fitrah. Mereka rriemiliki kecenderungan

meng-Esakan Allah dan membawa aqidah keimanan kepada Allah.

Dari keterangan-keterangan di atas, maka jelaslah bahwa manusia baik laki-

laki ataupun perempuan lahir dalam keadaan yang berbeda antara yang satu

dengan yang lainnya. Mereka memiliki fitrah untuk meng-Esakan Allah dan

beriman kepada-Nya. Dengan demikian maka manusia menurut fitrahnya tidak

ada yang tidak mengakui adanya Allah (atheis).

Fitrah itu akan tetap selamanya dan tidak akan lenyap. Hal ini sesuai dengan

firman Allah SWT;

(3 ;

V Igjk-

aid cLijlaa

(29)

Artinya: “Tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut

fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.” (Q.S. Ar Ruum: 3)8

Dari ayat tersebut di atas dapat diambil pengertian bahwa fitrah itu tidak

hilang. Namun demikian meskipun fitrah yang ada pada manusia itu tidak akan

hilang, tetapi dalam perkembangan selanjutnya dapat tertutup atau terpengaruh

oleh lingkungan pendidikan dalam kehidupan sehari-hari.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi pendidikan dan

pengajaran Islam adalah untuk menjaga, menyelamatkan dan mengembangkan

fitrah manusia agar tetap memiliki aqidah keislaman sebagaimana yang telah

dibawanya sejak lahir. Selain itu juga untuk mengkokohkannya, sehingga tidak

menyimpang dari aqidah Islamiyah atau teijerumus ke dalam faham-faham selain

ajaran Islam.

Dengan demikian, maka jelaslah betapa peritingnya pendidikan dan

pengajaran dalam fungsinya untuk menyelamatkan dan mengembangkan potensi-

potensi yang ada pada anak didik. Oleh karena itu maka mereka dapat menjadi

orang yang bermanfaat bagi dirinya maupun bagi orang lain yang ada di

sekelilingnya, sesuai dengan eksistensinya sebagai hamba Allah.

Anak-anak itu diciptakan dengan dibekali kekuatan fitrah yang bisa diarahkan

ke arah yang baik sebagaimana juga bisa dibawa kekuatan ini ke arah kejelekan.

Dan wajib bagi orang tua untuk berusaha mengarahkan kekuatan (fitrah) ini ke

arah kebaikan serta wajib mereka membiasakan atau melatih anak-anak dengan

(30)

kebiasaan-kebiasaan yang baik, sehingga anak akan tumbuh dan berkembang

menjadi baik, bermanfaat bagi dirinya serta bagi pergaulan hidup di sekelilingnya.

Pendidikan dan pengajaran mempunyai peranan yang amat penting dalam

menyelamatkan dan mengembangkan fitrah manusia. Dengan demikian maka ia

akan hidup sesuai dengan fitrahnya yang baik dengan menempati keimanan

kepada Allah SWT.

D. Metode Pendidikan Islam

Metode menurut kamus bahasa Indonesia adalah “cara yang tersusun dan

teratur untuk mencapai tujuan, khususnya dalam hal ilmu pengetahuan.”9

Metode dapat pula diartikan jalan untuk mencapai tujuan. Tujuan dapat

ditempuh dengan berbagai macam jalan, demikian halnya dengan metode. Suatu

metode mungkin tepat untuk menyampaikan bahan pelajaran tertentu dan guru

tertentu, tetapi belum tentu metode tersebut tepat atau baik untuk menyampaikan

bahan pelajaran yang lain dan guru yang lain pula. Dengan demikian maka tidak

ada metode yang terbaik untuk semua bahan pelajaran, serta semua pendidik

dengan metode yang sama.

Metode merupakan salah satu faktor yang tidak dapat diabaikan, sebab

metode ikut berperan dalam menentukan sukses atau tidaknya pendidikan. Antara

metode dengan tujuan dapat dikatakan sebagai hubungan sebab akibat. Apabila

metode pendidikan yang digunakan itu baik dan tepat, maka tujuan pendidikan

yang telah dirumuskan itu besar kemungkinan dapat tercapai dengan baik. Metode

(31)

pendidikan Islam yang digunakan harus berfimgsi secara efektif dan efesien dalam

proses pencapaian tujuan pendidikan yang hendak dicapai.

Depag RI dalam bukunya “Islam untuk Disiplin Ilmu Pendidikan”, membagi

metode-metode pendidikan Islam ke dalam empat macam, yaitu:

1. Metode diakronik, yaitu metode yang menonjolkan aspek sejarahnya. Dengan

metode ini memungkinkan bagi anak didik mengadakan studi komperatif

tentang berbagai hasil penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Metode sinkronik, yaitu suatu metode pendidikan Islam yang memberikan

kemampuan analisis teoritis yang sangat berguna bagi perkembangan

keimanan, mental-intelek.

3. Metode pemecahan masalah, yaitu suatu metode yang merupakan latihan bagi

para peserta didik yang dihadapkan pada berbagai masalah dengan altematif

penyelesaiannya.

4. Metode empiris, yaitu suatu metode penyampaian pelajaran yang

memungkinkan anak didik untuk mempelajari ilmu agama melalui proses

realisasi dan aktualisasi tentang norma-norma dan kaidah-kaidah agama

melalui suatu proses aplikasi yang menimbulkan interaksi sosial.10

E. Sumber Pendidikan Islam

Pendidikan merupakan suatu proses yang memiliki tujuan tertentu yang akan

dicapai. Dengan demikian maka pendidikan mempunyai metode-metode dan

sumber-sumber tertentu. Setiap aktivitas pendidikan baik pada pendidikan secara

(32)

umum maupun pada pendidikan Islam, tentu memiliki sumber-sumber norma. Hal

ini disebabkan karena pendidikan merupakan aktivitas yang normatif, dibatasi

oleh peraturan-peraturan tertentu yang digunakan sebagai landasan bertindak.

Pelaksanaan pendidikan sangat terkait dengan “life is education and education is life". Dalam arti pendidikan merupakan persoalan hidup dan kehidupan manusia serta seluruh proses hidup dan kehidupan manusia adalah

proses pendidikan.11

Pendidikan Islam merupakan suatu proses penataan manusia sebagai makhluk

ciptaan Allah, oleh karena itu maka pendidikan Islam adalah penataan individual

dan sosial yang dapat meyebabkan seseorang patuh dan taat terhadap Islam serta

menerapkan ajaran-ajarannya secara sempuma, baik dalam kehidupan sebagai

makhluk individu maupun sebagai makhluk yang bermasyarakat. Sebagai suatu

aktivitas pendidikan yang berdasarkan pada al iman, al islam dan al ikhsan, maka

sudah barang tentu sebagai norma pendidikan Islam adalah sumber-sumber yang

memuat ketiga dasar itu, yaitu al Qur’an dan as Sunnah sebagai sumber

pokoknya.

Namun demikian tidak semua persoalan secara lengkap terdapat pada al

Qur’an atau as Sunnah/Hadits, oleh karena itu maka diperlukan sumber-sumber

lain yang merupakan hasil karya para ilmuwan pada bidang yang bersangkutan,

dengan jalan berijtihad. Dengan demikian maka secara berurutan sumber-sumber * I,

(33)

pendidikan Islam adalah berupa; al Qur’an, al Hadits dan pendapat para

ahli/sarjana pendidikan Islam.

1. Al Qur’an

Al Qur’an diturunkan oleh Allah SWT. melalui malaikat Jibril kepada

Nabi dan Rosul-Nya (Muhammad saw.) sebagai pemberi petunjuk kepada

manusia kepada jalan yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan firman Allah

SWT; 5

(44

: cK J l)... 'JjS U

a.m'm 'j& 'JUfSjfj

Artinya: “Kami turunkan kepadamu al Qur’an, agar kamu menerangkan

kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka.. .”.12

Dalam ay at yang lain Allah menyatakan bahwa la mengajarkan kepada

manusia tentang sesuatu yang belum diketahui olehnya. Pengajaran-Nya

kepada manusia itu tentu saja tidak dengan secara langsung, tetapi melalui

perantara Rasul-rasul-Nya. Allah berfirman;

(5 : ( j U ) ... 'f ig (SC. 'JCuXp '<£. Artinya: “allah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak

diketahuinya... 13

Melihat ayat di atas jalaslah bahwa sumber pendidikan Islam yang paling

utama adalah al Qur’an, sebab al Qur’an merupakan sumber yang paling utama

dan yang pertama dalam ajaran Islam, sebagai sumber pendidikan yang

diterapkan untuk kepentingan manusia. Oleh karena itu di dalamnya

12 Departeman Agama RI, Op. Cit., him. 408.

(34)

terkandung bimbingan dan ajaran yang tidak bertentangan dengan eksistensi

manusia itu sendiri serta kemampuan yang dimilikinya.

2. As Sunnah/Al Hadits

Sumber pendidikan Islam yang kedua adalah As Sunnah/Al Hadits, yaitu

semua ucapan, perbuatan atau pemyataan/taqrir Rasulullah yang mengandung

ajaran-ajaran agama Islam. Yang dimaksud dengan taqrir adalah ketetapan atau

persetujuan Nabi secara diam-diam terhadap ucapan atau perbuatan para

sahabat. As Sunnah berfungsi sebagai penafsir atau penjelas terhadap al

Qur’an, sebab al Qur’an berisi secara global.

Menurut pendapat Abdurrahman An Nahlawi, “Sunnah berarti sekumpulan

sabda Rasulullah saw. yang berupa perbuatan peninggalan, sifat, ikrar,

larangan, apa yang disukai dan tidak disukai, bela negara, ihwal dan

kehidupannya.” 14

3. Pendapat para ahli/sarjana pendidikan Islam

Sumber pendidikan Islam yang ketiga adalah pendapat-pendapat dari

ilmuwan atau sarjana pendidikan Islam, diantaranya; al Ghazali, Muhammad

Quthb, M.Athiyah al Abrasyi, Hasan Langgulung, syamsudin, Abdurrahman

An Nahlawi dan lain-lain.

Pendapat-pendapat tersebut dijadikan dasar atau sumber pengkajian atau

pembahasan masalah pendidikan seks remaja dalam kajian ilmu pendidikan

Islam, karena beberapa alasan diantaranya ;

(35)

a. Pendapat-pendapat tersebut merupakan penjabaran lebih lanjut dari al

Qur’an atau al Hadits.

b. Pendapat-pendapat tersebut didasari oleh al Qur’an atau al Hadits.

c. Dapat diterima secara ilmiah

d. Pendapat tersebut memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi

(36)

A. Pengertian Pendidikan Seks

Pendidikan seks (sex education) dapat disebut juga sebagai pendidikan

kelamin, pendidikan seks merupakan suatu pemberian informasi di dalam hal

ihwal pergaulan antara kelamin yang berbeda termasuk di dalamnya masalah

seksual. Untuk memahaminya berikut ini disajikan beberapa pendapat tentang

pengertian pendidikan seks:

1. Menurut Ahmad Azhar Abu Miqdad mengutip pendapat dari Salim Sahli

Sex education atau pendidikan seks adalah penerangan yang bertujuan untuk membimbing dan mengasuh setiap laki-laki dan perempuan, sejak dari anak-anak sampai dewasa di dalam perihal pergaulan antara kelamin pada umumnya dan kehidupan seksual khususnya, agar mereka dapat melakukan sebagaimana mestinya, sehingga kehidupan berkelamin itu mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi umat manusia.1

Dari pendapat di atas, hal yang paling pokok adalah membimbing. Dalam

pendidikan seks membimbing tidak hanya memberi tahu tentang masalah

seksual kepada anak didik, tetapi lebih dari itu. Bimbingan tersebut diberikan

kepada anak didik, sebab pada kenyataannya tidak jarang mereka yang

menemui kesulitan dalam memahami masalah yang ada dalam kehidupannya,

demikian halnya terhadap masalah seksual.

Pendidikan seks dalam Islam adalah segala ajaran dan peraturan Islam

yang bertujuan mengatur dan memberi petunjuk kepada manusia dalam 1

1 Akhmad Azhar Abu Miqdad, Pendidikan Seks bagi Remaja, (Yogvakarta: Mitra Pustaka, Cet. Ke-III, September 2001), him. 7-8.

(37)

melaksanakan fungsi seksualnya ke arah tujuan yang sebaik-baiknya dan

dengan cara yang sebenar-benarnya. Pendidikan seks merupakan upaya-upaya

pemberian bimbingan kepada seseorang agar ia dapat mengerti benar-benar

tentang arti dan fungsi kehidupan kelaminnya, sehingga dapat

mempergunakannya dengan baik dalam kehidupanya. Sedangkan pendidikan

seks dalam Islam yang juga disebut pendidikan kelamin adalah ajaran dan

peraturan Islam itu sendiri, yaitu AL Qur’an, Hadits dan pendapat para ulama

atau sarjana Islam.

2. Menurut Sarlito Wirawan Sarwono

Pendidikan seks adalah salah satu cara untuk mengurangi atau mencegah penyalahgunaan seks, khususnya untuk mencegah dampak-dampak negatif yang tidak diharapkan, seperti kehamilan yang tidak direncanakan, penyakit menular seksual, depresi dan perasaan berdosa.2

Dari pendapat di atas, bahwa pendidikan seks merupakan salah satu cara

untuk mengurangi dan mencegah penyalahgunaan seks. Dengan demikian

maka adanya pendidikan seks diharapkan tidak terjadi kehamilan yang tidak

direncanakan, depresi dan perasaan berdosa akibat seksual.

B. Fungsi Pendidikan Seks

Pendidikan seks bagi remaja memiliki fungsi-fungsi tertentu tersebut dalam

firman Allah sebagai berikut:

(38)

1. Surat A1 Isra’ ayat 32

(32 :

*l>-yi)

^

'u^ *3)

j j

'

j

£

V j

Artinya : "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah

sesuatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk."3

2. Surat Ar Ruum ayat 21

^

i^li

jl

;>

y Ail y .j

(2 1 : r J J B)

Artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan

untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa

tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.”4

Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa manusia dilarang untuk

mendekati perbuatan zina, menjauhi sebab-sebab dan hal-hal yang dapat

mendorong malakukan perzinaan. Sedangkan menurut surat ar Ruum,

menjelaskan bahwa Allah telah menciptakan manusia dalam dua jenis, yaitu

laki-laki dan perempuan. Secara alamiah mereka saling membutuhkan satu

dengan yang lainnya. Ayat itu juga menjelaskan tujuan penciptaan manusia,

diantaranya adalah untuk saling mengasihi melalui ikatan yang sah.

Adapun menurut Hadits Nabi adalah sebagai berikut:

3 Departeman Agama RI, Al Qur'an dan Tejemahnya (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al Qur’an, Tt), 429.

(39)

j aj toj (ji :J15 jjc. paLI ujftll (JjjujjLj i.

^1 j j

°J\

(Jla

V^\

Cliia 5c*Ik-a y C itVi (iiolj <Jjaj *(ji Jla Clila

^^lui-a i_2^ •**- ,'j' al j j) ^Td-v

Artinya: Aku bertanya kepada Rasulullah saw. “Dosa apakah yang paling besar

disisi Allah?. Rosul menjawab: menyekutukan Allah, padahal Allah adalah

yang menciptakanmu. Aku bertanya lagi, kemudian dosa apa lagi?. Rosul

menjawab, membunuh anakmu karena takut kelaparan. Aku bertanya lagi,

kemudian dosa apa lagi?. Rosul menjawab, berzina dengan istri tetanggamu.”

(H.R. Bukhari Muslim)5

Hadits tersebut di atas menyatakan bahwa zina adalah termasuk perbuatan

dosa besar, setelah dosa syirik dan membunuh.

Fungsi pendidikan dan pengajaran Islam dalam hubungannya dengan anak

didik ini adalah untuk menjaga, menyelamatkan dan mengembangkan fitrah ini

agar tetap menjadi al fitratus salimah dan terhindar dari al fitratu ghairu salimah.

Secara tegas fungsi pendidikan adalah untuk mengarahkan dan

mengembangkan fitrah manusia yang dibawa sejak lahir. Fitrah manusia

memiliki kecenderungan pada kebaikan dan keburukan.

Manusia memiliki fitrah yang suci untuk menerima kebenaran dan

mengakui kekuasaan Allah. Oleh karena itu, agar kecenderungan baik dan

buruk itu tidak menimbulkan kemudharatan bagi dirinya atau masyarakat

diperlukan pendidikan.

(40)

Dengan adanya pendidikan seks bagi remaja, maka diharapkan mereka

(para remaja) dapat mengetahui, memahami dan menyadari bahwa dorongan

atau nafsu (seksual) yang tidak dikendalikan dengan baik dapat

menjerumuskan seseorang pada perbuatan terlarang.

Dengan demikian maka pendidikan seks bagi remaja berfungsi mencegah

dari perbuatan yang terlarang akibat dorongan seksual, dan juga memelihara

dari perbuatan yang terlarang akibat dari dorongan seksual.

Pendidikan seks ini,memberikan bekal pengetahuan serta pemahaman

kepada remaja tentang pergaulan antara pria dan wanita serta berbagai hal yang

bersangkutan dengan fungsi seksual mereka. Oleh karena itu diharapkan

mereka dapat menganal dan memahami pergaulan hidup pria dan wanita serta

mempersiapkan diri unuk membina rumah tangga yang sejahtera berdasarkan

ajar an Islam.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendidikan seks bagi remaja

mempunyai fungsi untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

pemahaman remaja tentang arti dan fungsi seksual dalam kehidupan sehari-

hari.

Ajaran Islam telah banyak memberikan peringatan kepada manusia untuk

tidak melanggar aturan Allah SWT. akan tetapi tidak semua orang dapat

menahan diri dari perbuatan terlarang, yang disebabkan oleh dorongan nafsu

yang tidak terkendali. Islam senantiasa menghendaki agar orang yang berdosa

(41)

Demikian halnya dengan pendidikan seks, supaya agar mereka yang terlanjur

menyalah gunakan fungsi seksual untuk sadar.

C. Tujuan Pendidikan Seks

Tujuan adalah batas akhir dari cita-cita yang diinginkan dalam suatu usaha.

Sebagai suatu proses, pendidikan mempunyai beberapa tujuan tertentu. Adapun

tujuan pendidikan seks adalah sebagi berikut:

Berdasarkan AL Qur’an surat adz Dzariyat ayat 56

(56 :

^ i j & )

' u V '

Uj

Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

menyembah-Ku.” (Q.S. adz Dzariyat: 56)6

Ayat tersebut di atas menyatakan bahwa tujuan dari penciptaan jin dan

manusia adalah untuk mengabdi kepada Sang Pencipta.

Berdasarkan AL Qur’an surat an Nuur ayat 32

an

u

(3 i

Artinya: “Dan kawinlah siapa saja di antaramu yang masih bujangan baik pria

maupun wanita, atau siapa saja di antara hamba sahayamu baik pria atau wanita

yang sudah sepatutnya dikawinkan. Jika mereka dalam kemelaratan, Allah akan

memberikan kecukupan kepada mereka dengan kemurahan-Nya.” (Q.S. an Nuur:

32).7

(42)

Ayat tersebut menganjurkan kepada para pemuda atau remaja untuk segera

menikah, apabila telah mampu. Servian itu ditujukan kepada para pemuda, karena

pemuda memiliki dorongan seksual yang kuat. Dengan menikah diharapkan agar

mereka lebih dapat berkonsentrasi untuk beribadah.

Sedang menurut Akhmad Azhar Abu Miqdad mengutip pendapat dari H. Ali

Akbar meyatakan sebagai berikut:

Tujuan dari sex education atau pendidikan seks dalam Islam adalah untuk mencapai hidup bahagia dalam membentuk rumah tangga, yang akan memberikan ketenangan (sakinah), kecintaan (mawaddah), kasih sayang (rahmah) serta keturunan muslim yang taat kepada Allah dan selalu mendo’akan orang tua.8

Menurut pendapat di atas tujuan pendidikan seks dalam Islam adalah untuk

mencapai kebahagiaan hidup dengan membentuk keluarga yang baik dan

sejahtera, berdasarkan ajaran Islam. Dan tujuan pendidikan tersebut lebih dititik

beratkan pada pembentukan keluarga yang sah dalam perkawinan untuk

membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah.

Pendidikan seks dalam pengertiannya secara umum, mendidik kedua jenis

manusia pria dan wanita dalam tata cara pergaulan dengan lainnya di dalam

lingkungan dengan pergaulan yang serasi dan harmonis, karena wanita dalam

lingkungan keluarga kecil adalah sebagai anak atau kakak atau sebagai ibu, tante

atau bibi ataupun istri yang merupakan patner dalam membina keluarga (rumah

tangga ) yang baru, sedangkan dalam keluarga besar akan teijun ke masyarakat

dalam berbagai bidang kegiatan sebagai guru, dokter, pengusaha, pedagang,

(43)

pekerja, atau anggota dalam suatu perkumpulan. Oleh karena itu maka hubungan

perkawinan adalah bagian dari pada hubungan seks (kelamin) secara umum.

Hal tersebut didasarkan atas eksistensi manusia sendiri. Dalam arti bahwa

manusia hidup di dunia ini senantiasa bergaul dengan orang-orang yang ada di

lingkungan sekitamya. Selain itu juga didasarkan pada peranan seseorang, baik

sebagai makhluk individu maupun sosial, baik di dalam keluarga maupun dalam

masyarakat.

Tujuan pendidikan seks adalah untuk menghasilkan manusia-manusia dewasa

yang dapat menjalankan kehidupan yang bahagia, karena dapat menyesuaikan diri

dengan masyarakat dan lingkungannya, serta bertanggung jawab terhadap dirinya

dan terhadap orang lain. Pendidikan seks dimaksudkan untuk mencapai ketinggian

deraj at serta kebahagiaan hidup, sebab dapat berperan sesuai dengan arti dan

fungsi kehidupan sebagai makhluk individu, makhluk seksual maupun makhluk

sosial.

D. Pendidik

Pendidikan seks merupakan bagian dari pendidikan umumnya. Sebagai suatu

proses, pendidikan mempunyai beberapa komponen yang di antaranya adalah

pendidik, yaitu individu yang dianggap bertanggung jawab terhadap

keberlangsungan dan keberhasilan pendidikan yang dilaksanakan.

Pendidikan seks bagi remaja bukan hanya sekedar memberikan pengetahuan

tentang seks, tetapi juga merupakan upaya melatih dan membentuk sikap seksual

(44)

karena itu tidak setiap individu dapat berperan sebagai pendidik, tetapi

memerlukan beberapa kriteria.

Para pendidik Islam harus memilik adab yang baik, karena anak-anak didik

selalu melihat pendidiknya sebagai contoh yang harus diikutinya. Perilaku dan

sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang pendidik akan banyak mempengaruhi

perkembangan anak didiknya. Dengan demikian maka seorang pendidik atau guru

hendaknya memiliki sifat-sifat serta adab yang baik, sebab ia akan menjadi contoh

bagi anak-anak didiknya.

Beberapa sifat yang harus dimiliki seorang pendidik adalah;

1. Menurut M. Athiyah A1 Abrasyi

Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh guru dalam pendidikan Islam adalah; a. Zuhud

b. Kebersihan guru c. Ikhlas dalam pekerjaan d. Sukapemaaf

e. Seorang guru merupakan seorqng bapak sebelum ia seorang guru f. Harus mengetahui tabiat murid,

g. Harus menguasai mata pelajaran.9

Pendapat di atas memberikan isyarat bahwa untuk menjadi pendidik/ guru

tidaklah mudah. Ia perlu memiliki sifat-sifat yang baik dan mulia. Karena

seorang pendidik akan senantiasa bergaul dengan anak didiknya sikap dan

perbuatannya akan banyak ditiru oleh anak didik.

2. Menurut Abdurrahman An Nahlawi

Guru harus memiliki sifat-sifat sebagi berikut:

a. Hendaknya tujuan, tingkah laku dan pola pikir guru bersifat robbani, b. Ikhlas

c. Sabar,

(45)

d. Jujur dalam menyampaikan apa yang diserukannya e. Membekali diri dengan ilmu,

f. Mampu menggunakan metode mengajar secara bervariasi, g. Mampu mengelola siswa,

h. Hendaknya guru mempelajari kehidupan psikis para pelajar selaras dengan perkembangannya,

i. Tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang mempengaruhinya,

j. Bersikap adil.10 11

Pendapat ini hampir sama dengan pendapat di atas, hanya Abdurrahman

memberikan beberapa tambahan sifat yang lainnya, seperti keterangan di atas.

E. Anak Didik

Pada dasamya, setiap individu memerlukan pendidikan seks, untuk dapat

mengerti, memahami dan menyadari eksistensinya sebagai makhluk relegius,

makhluk individu, makhluk sosial yang berbudaya ataupun sebagai makhluk

seksual.

Dalam pembahasan pendidikan seks bagi remaja ini, yang menjadi anak didik

adalah anak pada usia remaja yang ditandai dengan beberapa ciri tertentu;

1. Menurut Zakiyah Darajad

Remaja adalah suatu tingkat umur, dimana kanak-kanak tidak lagi anak, akan tetapi belum dapat dipandang dewasa. Jadi remaja adalah umur yang menjembatani antara umur anak-anak dan umur dewasa. Pada umur ini teijadi berbagai perubahan, yang tidak mudah bagi seorang anak untuk menghadapinya tanpa bantuan dan pengertian dari pihak orang tua dan orang dewasa pada umumnya.11

Pendapat di atas dapat dipahami bahwa remaja adalah suatu periode transisi

diantara masa anak-anak dan masa dewasa. Pada masa tersebut remaja

10 Abdurrahman An Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, terj. Hery Noer Ali, (Bandung: Diponegoro, Cet. Ke-II, 1992), him. 239-246.

(46)

meninggalkan masa anak-anak tetapi belum mencapai masa dewasa. Dengan kata

lain remaja adalah individu yang berada diantara masa kanak-kanak dam masa

dewasa (transisi).

Pada remaja teijadi berbagai macam perubahan yang meliputi perubahan

jasmaniah, emosi dan sosial. Pertumbuhan jasmani berlangsung dengan cepat,

terkadang tidak serasi antara bagian satu dengan bagian yang lainnya. Ada

bagian yang tumbuh dengan cepat, ada pula yang tumbuh dengan lambat.

Pertumbuhan jasmani yang cepat ini menimbulkan kegelisahan dan kecemasan

para remaja, sehingga ia ingin mengetahui apa yang teijadi pada dirinya.

2. Menurut Akhmad Azhar Abu Miqdad

Remaja adalah anak yang berumur kira-kira 13 tahun sampai kira-kira 21 tahun, di mana anak tersebut sedang mengalami suatu masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang meliputi semua perkembangan dan perubahan baik fisik, emosional maupun intelektual yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa.12 13

Pendapat di atas memandang bahwa remaja, yaitu kurun waktu antara

umur 13 tahun sampai dengan umur 21 tahun dimana terjadi masa peralihan

dari anak-anak menuju dewasa dan mengalami perkembangan dan perubahan

baik jasmani maupun rohani sebagai persiapan menuju arah dewasa.

3. Menurut Sarlito Wirawan Sarwono

Remaja adalah suatu masa dimana;

a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual skundemya sampai saat ia mencapai kematangan seksual,

b. Individu mengalami perkembangan psikologis pada identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa,

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

l2Akhmad Azhar Abu Miqdad, Op. Cit., him. 34.

(47)

Pendapat di atas memberikan beberapa ciri remaja, berawal dari munculnya

tanda-tanda seksual sekunder sampai dengan tercapainya kematangan seksual.

Pada masa tersebut teijadi identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa yang

diikuti dengan perkembangan psikologis. Maksudnya pada masa remaja individu

tidak lagi sebagai kanak-kanak. Perasaan dan emosi seseorang remaja mudah

berubah, sehingga tidak aneh kalau melihat sikap dan sifat remaja yang sangat

bergairah dalam kerja tiba-tiba jadi lesu, kegembiraan yang tiba-tiba berubah

menjadi rasa sedih.

Selain itu pada masa remaja terjadi perubahan dari ketergantungan sosial

ekonomi yang penuh kepada yang relatif lebih mandiri. Mereka mulai

membutuhkan teman yang dapat memahami dan menolongnya serta turut

merasakan suka dukanya. Dari sinilah mulai tumbuh dorongan untuk mencari

teman hidup. Hal ini mengandung pengertian bahwa remaja merupakan periode

dimana individu berusaha mencari identits diri dan mulai menyesuaikan diri

dengan kehidupan lingkungan sosial ekonomi.

Perkembangan seksualitas pada remaja menurut Akhmad Azhar Abu Miqdad

ditandai dengan beberapa ciri atau tanda, antara lain :

1. Tanda kelamin primer

Tanda kelamin primer adalah berfungsinya organ badan yang langsung

berhubungan dengan persetubuhan dan proses reproduksi. Laki-laki ditandai

dengan keluamya air mani ketika mengalami mimpi basah. Wanita ditandai

dengan terjadinya menarche atau permulaan haid yang selanjutnya diikuti pula

(48)

2. Tanda kelamin sekunder

Tanda kelamin sekunder adalah tanda-tanda jasmaniah yang tidak

langsung berhubungan dengan persetubuhan dan proses reproduksi, namun

merupakan tanda yang khas wanita dan khas laki-laki.

Perubahan fisik yang terjadi pada laki-laki adalah :

- Suara membesar dan dalam. - Bidang bahu melebar.

- Bulu-bulu tumbuh di ketiak, daerah kelamin dan kadang-kadang di dada.

Perubahan fisik yang terjadi pada wanita adalah :

- Suara merdu, kulit bertambah bagus dan halus. - Bidang bahu mengecil, bidang panggul melebar.

- Bulu-bulu tumbuh pada ketiak dan disekitar alat kelamin. - Buah dada membesar.14

F. Materi Pendidikan Seks

Islam sebagai agama yang mengatur seluruh segi kehidupan manusia,

mengatur pula syariat-syariat yang bertujuan mengatur kehidupan seksual. Materi

pendidikan seksual merupakan salah satu komponen dalam pendidikan seks

remaja. Akhmad Azhar Abu Miqdad mengutip pendapat dari Syamsuddin dalam

menetapkan materi pendidikan seks telah mengadakan langkah-langkah atau

usaha-usaha yang berwujud syariat-syariat yang khusus untuk mengadakan

pendidikan kelamin. Adapun langkah-langkah itu sebagai berikut;

- Menetapkan syariat khitan - Menetapkan syariat perkawinan

- Menetapkan syariat yang melarang dan menghukum tiap-tiap orang yang melakukan pelanggaran kesusilaan,

(49)

- Menetapkan syariat yang mengatur hubungan antara orang laki-laki dan orang perempuan.15

Pendapat tersebut menyatakan bahwa Islam telah menetapkan beberapa

syariat untuk mengatur kehidupan kelamin manusia. Syariat tersebut meliputi

masalah khitan, perkawinan, kesusilaan dan hubungan sosial serta hukum-

hukumnya.

1. Khitan

Khitan menurut Akhmad Azhar Abu Miqdad adalah memotong kulit

dzakar (praiputing) yang menutupi kepala dzakar (glas penis) pada laki-laki dan memotong sedikit pucuk clitoris pada wanita.16

Syariat khitan ini berdasarkan Hadits Rasulullah saw.:

<■ flVlj ; J ^jtuiJl (Jiufk j f ojlaall

-vjll ( j i i j

Artinya: “Fitrah (sunah nabi saw) itu ada lima macam: melakukan khitan (laki-

laki dan perempuan), menajamkan (pisau untuk menyembelih binatang),

mencabut bulu ketiak, memotong kuku, dan mencukur kumis.” (H.R.

Bukhari).17

Khitan dapat digunakan sebagai sarana pendidikan agama, dengan

memberikan pemahaman dan pengertian tentang arti dan fungsi seksual dalam

kehidupannya.

15 Ibid., him. 63. 16 Ibid., him. 64.

(50)

Dengan khitan akan memberi peringatan pada anak bahwa dalam dirinya

terdapat organ tubuh yang mempunyai arti dan fungsi yang sangat penting

untuk mempertahankan jenis dan keturunannya. Oleh karena itu hendaknya

dijaga dengan baik tidak disalah gunakan.

2. Pemikahan / Pekawinan

Pemikahan / perkawinan menurut Islam adalah melaksanakan aqad

antara pria dan wanita atas dasar kerelaan dan kesukaan dari kedua belah

pihak, oleh seorang wali dari pihak wanita, untuk menghalalkan percampuran

antara keduanya dan untuk menjadikan teman hidup antara satu dengan yang

lain.

Islam mensyariatkan perkawinan, karena perkawinan mempunyai arti

penting dalam kehidupan individu dan masyarakat. SabdaNabi asw.:

£>l j j ) XI AjII AjIx3 ^

Artinya: Hai para pemuda, barang siapa diantaramu ada kemampuan untuk

kawin, maka kawinlah, maka sesungguhnya perkawinan itu lebih memejamkan

pandangan dan lebih menjaga kehormatan. Dan barang siapa belum mampu

hendaklah ia berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu mengurangi

syahwat. (H.R. Bukhari Muslim).18

Adapun tujuan perkawinan menurut ajaran Islam adalah sebagai berikut:

a. Untuk melangsungkan keturunan, sebagaimana dijelaskan dalam al Qur’an

surat an Nahl ayat 72

(51)

(72 : J=^l) si#UI '<>

Artinya: “Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan

menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu anak-anak dan cucu-cucu, dan

memberimu rizki dari yang baik-’oaik.” (Q.S. An Nahl: 72).19

b. Untuk menentramkan jiwa dan raga, sebagaimana dijelaskan dalam surat Ar

Ruum ayat 21

>s U&. y

Ail

y.j

(21 : f j A ) A i i ’j j ’ Artinya: “dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan

untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa

tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.”20

c. Untuk mencegah kemaksiatan, seperti perzinaan, pelacuran, homo seksual

dan sebagainya.

d. Untuk menyempumakan agama (melaksanakan perintah agama).

e. Melaksanakan kewajiban kemasyarakatan, dengan melakukan mujahadah

(perjuangan hawa nafsu) serta melatih diri untuk berperan sebagai

pemimpin dan pelindung yang bertanggung jawab untuk memenuhi hak istri

dan keluarga.

Untuk melaksanakan perkawinan Islam telah mengatur

langkah-langkahnya, adapun langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:

19 Departemen Agama RI, Op. Cit., hlm.412.

(52)

d. Mengadakan walimah.

3. Pelanggaran Seksual

Pelanggaran seksual adalah segala sikap perilaku atau perbuatan yang

melanggar norma serta tata aturan yang berkaitan dengan seksual yang telah

ditetapkan oleh Islam. Diantara pelanggaran-pelanggaran seksual yang dilarang

oleh ajaran Islam adalah :

a. Perzinaan/pelacuran

Yaitu orang pria ataupun wanita yang secara tetap atau berkala mengadakan

hubungan seksual dengan lawan jenisnya di luar perkawinan yang sah,

untuk memperoleh uang, kepuasan atau yang lainnya.

b. Homo seksual/lesbian

Yaitu memuaskan hawa nafsu seksuainya dengan jenis kelamin yang sama,

laki-laki dengan laki-laki, dan perempuan dengan perempuan.

c. Onani/masturbasi

Yaitu suatu kebiasaan memuaskan nafsu seksuainya dengan cara

merangsang alat kelaminnya sendiri. Onani adalah perbuatan yang lebih

banyak mudlaratnya dari pada manfaatnya, madharatnya dari onani adalah

menimbulkan kelemahan, rasa takut, suka mar ah, lekas putus asa dan

(53)

diperbolehkan dan yang diharamkan. Hubungan yang diperbolehkan adalah

hubungan seksual yang dilandasi dengan aturan-aturan Islam, yaitu melalui

pemikahan. Sedang yang dimaksud dengan hubungan seksual yang diharamkan

adalah hubungan seksual yang tidak didasari oleh aturan-aturan Islam, yaitu tanpa

diikat oleh tali pemikahan, misalnya perzinaan atau pelacuran.

\

Pelacuran dapat menyebabkan beberapa penyakit kelamin, terutama yang

sering berganti-ganti pasangan. Pelacur atau wanita tuna susila dan kebebasan t

seksual mempakan sumber penularan penyakit hubungan seksual (PHS), misalnya

gonore, sifilis, AIDS dan sebagainya.

Gonore disebabkanoleh kuman neisseria gonorrhoea masa inkubasi sekitar 3

sampai 5 hari, terkadang sulit ditentukan, temtama pada wanita karena

berlangsung tanpa keluhan, sebab infeksi pertama paling sering terjadi pada

daerah mulut rahim.pada pria dapat ditandai dengan perasaan gatal, panas dan

nyeri pada saat buang air kecil. Penyakit ini dapat menular melalui proses

hubungan kelamin (misalnya zina), serta mengakibatkan radang pada rahim dan

pada kedua biji kemaluan dan mengakibatkan kemandulan. Bayi yang bam lahir

dapat ketularan penyakit tersebut, apabila keluar dari rahim wanita yang mengidap

penyakit gonore. Kelainan yang timbul adalah peradangan pada mata dan dapat

mengakibatkan kebutaan.

Sifilis adalah penyakit hubungan seksual yang disebabkan oleh organisme

spirochaeta. Organisme tersebut tidak dapat dilihat dengan mikroskop cahaya 21

Referensi

Dokumen terkait

Peta kontur umur air tanah daerah Bekasi dan sekitarnya dibuat untuk memperlihatkan pola kontur aliran air tanah bagian dalam (kedalaman 40 m lebih) menggunakan radioisotop alam

Berhasil hasil penelitian dapat dismpulkan sebagai berikut: (1) Pengukuran kedisiplinan pada peserta didik SMP Negeri 40 Purworejo belum menggunakan instrumen yang

Pengujian perangkat keras yang dilakukan adalah menguji sensor TGS 2201 dengan memberikan inputan berupa gas Nitrogen Oksida (NOx) dan Karbon Monoksida (CO) yang

Untuk mendapatkan performa mesin yang optimal (daya, torsi, konsumsi bahan bakar spesifik, dan emisi gas buang), dilakukan perubahan-perubahan pada pengaturan standar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) pengaruh jarak tanam berbeda nyata sampai berbeda sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 15, 30, dan 45 hari setelah

Sementara UKE pertanian meskipun ada di dalam masa PSBB ternyata memiliki kemampuan bertahan hidup yang masih baik, dengan rata-rata pengeluaran yang tetap berada

Gereja menyediakan layanan internet dalam kegiatan kesekretariatan, memiliki alamat website, email, tidak sedikit yang juga memiliki akun media sosial – Facebook,

Quraish Shihab tentang kisah nabi Mu&gt;sa&gt; dan nabi Khidir dalam surat al-Kahfi ayat 66-82, sebuah analisis yang berisi tentang persamaan kedua mufasir