PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA DALAM
KAJIAN PENDIDIKAN ISLAM
SKRIPSI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2007
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp. : 1 (satu) naskah
H a l : Pengajuan Naskah Skripsi 2 September 2007
Yth. Ketua STAIN
di Salatiga
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.
Bersama ini kami kirimkan naskah skripsi mahasiswa:
Nama : M a s i k u n
NIM : 11405044
Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Judul : PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA DALAM KAJIAN
ILMU PENDIDIKAN ISLAM
Untuk diujikan dalam sidang munaqosyah skripsi.
Demikian untuk menjadikan periksa
Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing,
; u * j a ! \
Artinya: “Dan janganlah kamu metidekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji, dan suatu jal an yang buruk.” (Q.S. A1 Isro’ : 32)*
J4^u persemdaf^an kgpada:
1. Bapat^dan I6u tercinta
2. Jldi^tersayang
3. Segenap teman-teman yang senantiasa setia
daCam su£a dan duka.
sehingga kami dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar, walaupun
banyak kendala-kendala yang penulis hadapi. Berkat kesabaran dan kegigihan serta
usaha yang tiada henti, Alhamdulillah skripsi ini dapat penulis selesaikan.
Skripsi ini penulis ajukan dalam rangka memenuhi sebagian dari syarat-syarat
untuk memperoleh gelar Saijana Pendidikan Islam pada Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) Salatiga.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempuma, semua itu karena keterbatasan kemampuan pengetahuan dan ilmu yang
dimiliki penulis. Oleh sebab itu saran dan kritik yang bersifat membangun senantiasa
penulis harapkan demi sempumanya skripsi in.
Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada yang terhormat:
1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M.Ag. selaku ketua Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri (STAIN) Salatiga.
2. Bapak Drs. H. Sa’adi, M.Ag. selaku ketua Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.
3. Bapak Suwardi, M.Pd. sebagai dosen pembimbing yang.telah sudi meluangkan
waktunya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan
skripsi ini sampai selesai.
4. Bapak dan Ibu tercinta yang tak henti-hentinya memberikan dukungan dan
do’anya kepada penulis.
skripsi ini.
Akhimya hanya kepada Allah kami berharap ridlo-Nya, semoga segala amal dan
jasa yang telah dikorbankan oleh Bapak/Ibu, teman-teman dan semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan skripsi ini akan mendapat balasan yang setimpal.
Amien !
September 2007
Penulis,
M A S I K U N
Negeri (STAIN) Salatiga, Pembimbing Suwardi, M.Pd.
Kata Kunci: Pendidikan Seks, Remaja, Pendidikan Islam
Manusia sebagai makhluk hidup senantiasa mengalami perkembangan, baik perkembangan yang menyangkut pada fisik maupun psikis. Pertumbuhan jasmani yang dialami oleh remaja mencakup pula pertumbuhan organ seks. Perubahan- perubahan jasmaniah dan tanda-tanda seksual skunder yang disertai dengan pengalaman-pengalaman baru, menyebabkan keinginan bagi remaja itu untuk mengetahui hal tersebut. Untuk memberi arahan dan pendidikan seks bagi remaja maka pendidikan Islam sebagai disiplin ilmu yang berdasarkan pada ajaran yang lengkap, maka sudah barang tentu ia mampu memberikan konsep tersendiri dalam hal pendidikan seksual. Dengan demikian maka kehidupan seksual dapat diketahui dengan baik dan benar sesuai dengan ajaran Islam. Adapun yang menjadi tujuan dalam peneliti ini adalah untuk mengetahui fungsi, tujuan, pendidik, anak didik, materi, metode dan alat, serta lingkungan pendidikan seks bagi remaja dalam kajian ilmu pendidikan Islam.
Untuk mendapatkan data agar sesuai dengan harapan, penulis menggunakan metode “Library Research“ atau riset kepustakaan. Metode ini digunakan untuk mencari data dengan cara membaca buku dan memahami buku-buku yang menjadi sumber dalam penyusunan skripsi ini, yang sekaligus untuk pembahasan dan penganalisaan. Adapaun dalam menganalisis data yang telah terkumpul digunakan pendekatan berfikir deduktif, yaitu cara berfikir yang berangkat dari dasar-dasar pengetahuan yang umum, dari proposisi-proposisi yang berlaku secara umum, dan meneliti persoalan-persoalan khusus dari segi dasar-dasar pengetahuan yang umum. Sedangkan analisis yang digunakan berupa analisis nonstatistik, mengingat data-data yang terkumpul adalah data-data tekstuler, maka dalam menelaah data dianalisis menurut isinya yang disebut “ Content Analysis
Pengkajian dan pembahasan masalah “Pendidikan Seks Bagi Remaja Dalam Kajian Ilmu Pendidikan Islam”, berdasarkan sumber-sumber data berikut analisisnya dapat disimpulkan bahwa pengertian pendidikan seks bagi remaja adalah segala usaha untuk membimbing para remaja agar; memahami tentang arti dan fungsi kehidupan kelaminnya, mengurangi dan mencegah penyalahgunaan seksual, melaksanakan dan menggunakan seksual ke arah yang baik dan dengan cara yang benar berdasarkan ajaran Islam.
Fungsi pendidikan seks bagi remaja adalah; Mencegah penyalahgunaan dan penyimpangan seksual serta hal-hal negatif akibat dorongan seksual. Tujuan pendidikan seks adalah; Mendidik individu (remaja) agar bergaul dengan lawan jenisnya dengan baik dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, menyiapkan remaja tentang pentingnya hubungan yang sah dalam perkawinan. Pendidik dalam pendidikan seks bagi remaja adalah individu yang memiliki
kompetensi keilmuwan. Anak didik dalam pendidikan seks bagi remaja adalah remaja, yaitu suatu periode antara anak-anak dengan dewasa, berkisar antara umur 13 - 21 tahun, dimulai dengan perkembangan seksualitas yang ditandai cirri-ciri tanda kelamin primer dan tanda kelamin sekunder sampai berakhimya pertumbuhan jasmaniah. Materi pendidikan seks meliputi: khitan, pemikahan, pelanggaran seksual, etika seksual, pertumbuhan dan perkembangan manusia, penyakit akibat pelanggaran seksual. Metode dan alat yang digunakan dalam proses pendidikan seks bagi remaja meliputi; ceramah, Tanya jawab, diskusi, resitasi, keteladanan, anjuran atau perintah, larangan, sanksi dan cerita dari sejarah atau pengalaman. Lingkungan pendidikan seks bagi remaja meliputi; Lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan masjid.
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN MOTTO... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN... v
KATA PENGANTAR... vi
ABSTRAK... viii
DAFTAR ISI... x
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 5
C. Tujuan Penelitian... 5
D. Manfaat Penelitian... 6
E. Metode Penelitian... 7
F. Sitematika Penulisan... 7
BAB II DISKRIPSITENTANG PENDIDIKAN ISLAM... 10
A. Pengertian Pendidikan Islam ... 10
B. Tujuan Pendidikan Islam ... 12
C. Fungsi Pendidikan Islam... 16
D. Metode Pendidikan Islam...19
E. Sumber Pendidikan Islam... 20
A. Pengertian Pendidikan Seks... 25
B. Fungsi Pendidikan Seks... 26
C. Tujuan Pendidikan Seks... 30
D. Pendidik... 32
E. Anak Didik... 34
F. Materi Pendidikan Seks... 37
G. Metode Pendidikan Seks... 45
H. Lingkungan Pendidikan Seks...--- -— --- ---- — __ — ... 47
BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA DALAM KAJIAN PENDIDIKAN ISLAM... 50
A. Faktor-faktor Pendidikan Islam dalam Hubungannya dengan Pendidikan Seks Bagi Remaja... 50
B. Relevansi antara Pendidikan Islam dengan Pendidikan Seks Bagi Remaja ... 61
BAB V PENUTUP... 65
A. Kesimpulan... 65
B. Saran-saran... 67
C. Penutup... 68
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran
A. Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai makhluk hidup senantiasa mengalami perkembangan, baik
perkembangan yang menyangkut pada fisik maupun psikis. Pertumbuhan dan
perkembangan yang dialami oleh kehidupan manusia itu akan melalui beberapa
tahap, yang juga disebut periode.Masing-masing periode memiliki perbedaan-
perbedaan tertentu sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan fisik
maupun psikis.
Remaja merupakan suatu masa di antara masa kanak-kanak dan masa dewasa.
Pada masa tersebut ia sudah tidak tampak sebagai kanak-kanak, namun juga
belum tampak sebagai orang dewasa, baik pada jenis kelamin laki-laki maupun
perempuan. Masa ini merupakan transisi dari ciri-ciri kanak-kanak dan kelakuan
kekanak-kanakan kepada arah pertumbuhan yang lebih matang dan ciri-ciri
kelakuan yang terdapat pada orang dewasa.
Pada masa transisi yang dialami oleh mereka itu, secara alamiah akan
membawa pada perubahan sifat yang akan berpengaruh kepada remaja itu sendiri.
Perubahan tersebut teijadi secara berangsur-angsur dan berbeda antara individu
yang satu dengan yang lain.
Pertumbuhan jasmani yang dialami oleh remaja mencakup pula pertumbuhan
organ seks. Perubahan-perubahan jasmaniah dan tanda-tanda seksual skunder
yang disertai dengan pengalaman-pengalaman baru, menyebabkan keinginan bagi
remaja itu untuk mengetahui hal tersebut. Mereka ingin mengetahui sifat-sifat
perubahan itu serta dorongan-dorongan seksual yang mereka rasakan terhadap
lawan jenisnya.
Usia remaja merupakan suatu masa yang banyak menarik perhatian bagi para
ahli untuk diteliti, terutama yang berkaitan dengan persoalan -persoalan yang
terjadi pada masa tersebut. Banyak para ahli yang berpendapat bahwa masa
remaja merupakan suatu masa di mana terjadi proses kematangan seksual. Oleh
karena itu tidaklah mengherankan apabila banyak penelitian yang menyangkut
tentang perkembangan seksual mereka. Pengamatan dan penelitian tersebut
banyak dilakukan oleh para dokter.
Pengetahuan seksual pada anak-anak usia remaja pada umumnya diperoleh
dari pergaulan di antara mereka sendiri yang sebaya, atau dari bacaan-bacaan
yang mengungkapan masalah itu. Mereka mengetahui masalah-masalah seksual
itu dari kawan-kawannya yang sebaya melalui lelucon yang cenderung kotor dan
cabul, sehingga tidak jarang masalah tersebut menimbulkan suatu tanggapan yang
salah dan bersifat negatif.
Dorongan seksual bersifat alamiah dan dimiliki oleh setiap individu. Masalah
seksual bukan merupakan sesuatu yang tabu dan buruk. Dorongan seksual pada
individu memiliki peranan penting untuk kelangsungan hidup manusia.
Sering kali pengertian dan pemahaman remaja tentang seksual kurang
memadai. Hal ini disebabkan karena adanya ungkapan bahwa membicarakan
masalah seksual adalah tabu. Sering kali orang tua kurang membantu atau
sekolahan, sebagai lembaga pendidikan formal belum memberikan informasi
tentang seksual pada remaja secara memadai. Zakiyah Darajad dalam bukunya
“Problema Remaja di Indonesia” menyatakan:
Kalau kita analisa remaja Indonesia dalam batas keadaan sosial dimana mereka hidup, kita akan mengetahui bahwa pengertian mereka tentang kehidupan seks sangat kurang, karena orang tua kurang membantu mereka dan melarang mereka membaca buku, tidak boleh membicarakan masalah ini dengan ienis lain, sekolahpun kurang memberi informasi yang cukup bagi mereka.
Masalah seksual merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, tanpa adanya dorongan seksual maka manusia akan sulit
mempertahankan keturunannya. Tetapi dorongan seksual tersebut harus
dikendalikan, agar tidak teijadi penyimpangan dan penyalahgunaan terhadap
dorongan seksual maka hendaknya diberi bimbingan seksual secara baik dan
benar, serta mendorongnya menaruh minat dan kecenderungan kepada lawan
jenisnya secara sehat dan wajar. Hal ini sesuai dengan pemyataan Rono Sulistiyo,
sebagai berikut;
Kebutuhan seksual harus mendapatkan penyaluran, penerangan yang lengkap tentang segi fisiologis dan psikologis mengenai seks harus diberikan, segi- segi dan tradisionil dalam lingkungan masyarakatnya harus mengerti dan dihadapi secara realistis.1 2
Remaja mempunyai perhatian yang subyektif terhadap hidup
kemasyarakatan. Mereka mempunyai cita-cita hidup yang kuat dan berusaha
melaksanakan cita-cita itu. Mereka cenderung berpikir realistis dan kongkrit.
Dengan demikian sesuai dengan yang diungkapkan di atas, pada periode remaja
1 Zakiyah Darajad, Porblema Remaja (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), him. 126.
inilah merupakan suatu masa yang baik untuk memberikan pengertian dan
pemahaman terhadap masalah seksual.
Islam sebagai agama yang bersifat universal dan berlaku umum telah
memberikan tuntunan kepada jalan yang baik. Segala persoalan yang dialami oleh
manusia, yang hidup di dunia ini, secara keseluruhan dapat dikembalikan kepada
ajaran Islam. Demikian juga terhadap masalah seksual. Ajaran Islam telah
mengatur cara mengendalikan dorongan seksual yang terjadi pada seseorang.
Islam juga memberikan suatu konsep bagaimana mengatur atau mengendalikan
dorongan seksual yang ada pada remaja yang belum mampu untuk kawin.
Pendidikan adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Sebab pendidikan merupakan suatu proses pembentukan kepribadian
individu. Demikian juga terhadap nilai-nilai moral kemanusiaan,hanya dapat
ditransfer dari suatu generasi kepada generasi berikutnya hanya dengan
pendidikan. Dalam ruang lingkup yang lebih luas, keadaan suatu bangsa atau
negara banyak ditentukan oleh maju mundumya pendidikan suatu bangsa itu
sendiri. Persyaratan-persyaratan tersebut sesuai dengan ungkapan Sudirman N.
dkk, sebagai berikut;
Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan, sifatnya mutlak dalam kehidupan, baik dalam kehidupan seseorang, keluarga maupun bangsa atau negara.3
Pendidikan Islam merupakan bagian dari pendidikan lain pada umumnya,
yang didasarkan pada nilai-nilai Islam. Dengan demikian maka pendidikan
tersebut banyak mengacu pada sumber-sumber ajaran Islam.
Sebagai disiplin ilmu yang berdasarkan pada ajaran yang lengkap, maka
sudah barang tentu ia mampu memberikan konsep tersendiri dalam hal pendidikan
seksual. Dengan demikian maka kehidupan seksual dapat diketahui dengan baik
dan benar sesuai dengan ajaran Islam.
Dari adanya masalah tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji
masalah pendidikan seksual, dengan mengambil judul “ PENDIDIKAN SEKS
BAGI REMAJA DALAM KAJIAN PENDIDIKAN ISLAM”
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan pada skripsi ini adalah bagaimanakah
Pendidikan Seks Bagi remaja dalam Kajian Pendidikan Islam yang di dalamnya
meliputi tentang:
1. Bagaimanakah pengertian pendidikan Islam?
2. Bagaimanakah pendidikan seks bagi remaja?
3. Bagaimanakah analisis pendidikan seks bagi remaja dalam kajian pendidikan
Islam?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
pendidikan seks bagi remaja dalam kajian ilmu pendidikan Islam, yang
menyangkut tentang:
1. Fungsi pendidikan seks bagi remaja dalam kajian pendidikan Islam.
3. Pendidik dalam pendidikan seks bagi remaja dalam kajian pendidikan Islam.
4. Anak didik dalam pendidikan seks bagi remaja dalam kajian pendidikan Islam.
5. Materi pendidikan seks bagi remaja dalam kajian pendidikan Islam.
6. Metode dan alat pendidikan seks bagi remaja dalam kajian pendidikan Islam.
7. Lingkungan pendidikan seks bagi remaja dalam kajian pendidikan Islam.
D. Manfaat Penelitian
Apabila tujuan dalam penelitian ini telah tercapai maka manfaat dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Dengan adanya penelitian ini maka akan didapat suatu konsep pendidikan seks
bagi remaja yang behar sesuai dengan Pendidikan Islam.
2. Manfaat Praktis
- Bagi orang tua, yaitu menggugah kesadaran orang tua terhadap remajanya
yang tidak mendapatkan pendidikan seks secara lengkap.
- Bagi masyarakat, yaitu meluruskan persepsi masyarakat yang semula
menganggap tabu pendidikan seks bagi remaja menjadi suatu kebutuhan
penting.
- Bagi remaja, yaitu dengan adanya pendidikan seks remaja dapat
mengintropeksi dirinya sendiri dan berupaya menjadi makhluk sosial yang
E. Metode Penelitian
Untuk memperoleh data yang ilmiah yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data yang dimaksudkan, serta pembahasan dan penganalisaan
yang sistematis, maka digunakan metode “Library Research“ atau riset
kepustakaan. Metode ini digunakan untuk mencari data dengan cara membaca
buku dan memahami buku-buku yang menjadi sumber dalam penyusunan skripsi
ini, yang sekaligus untuk pembahasan dan penganalisaan.
Adapaun dalam menganalisis data yang telah terkumpul digunakan
pendekatan berfikir deduktif yaitu cara berfikir yang berangkat dari dasar-dasar
pengetahuan yang umum, dari proposisi-proposisi yang berlaku secara umum,
dan meneliti persoalan-persoalan khusus dari segi dasar-dasar pengetahuan yang
umum.4 5
Sedangkan analisis yang digunakan berupa analisis nonstatistik, mengingat
data-data yang terkumpul adalah data-data tekstuler, maka dalam menelaah data
dianalisis menurut isinya yang disebut “ Content Analysis “s
F. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh persyaratan ilmiah, maka perlu adanya sistematika
pembahasan, untuk itu berikut penulis susun sistematika penulisan skripsi sebagai
berikut:
4 Sutrisno Hadi, Metodologi Research I (Yogyakarta: Fak. Psikologi Universitas Gadjah Mada, Cet. Ke-xx, 1987), him. 2.
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan dibahas tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II DISKRIPSI TENTANG PENDIDIKAN ISLAM
Dalam bab ini akan dibahas tentang pengertian pendidikan
Islam, yang meliputi tujuan, fimgsi, metode dan sumber, baik dari A1
Qur’an As Sunnah/Hadits dan pendapat para ahli atau Saijana
Pendidikan Islam.
BAB III DISKRIPSI TENTANG PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA
Dalam bab ini akan dibahas tentang pengertian pendidikan
seks, faktor-faktor pendidikan seks yang terdiri dari; fimgsi, tujuan,
pendidik, anak didik, materi, metode dan alat, serta lingkungan
pendidikan seks.
BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA DALAM
KAJIAN PENDIDIKAN ISLAM
Dalam bab ini akan dibahas tentang faktor-faktor pendidikan
Islam dalam hubungannya dengan pendidikan seks bagi remaja,
meliputi; 1). fungsi, 2). tujuan, 3). pendidik, 4). anak didik, 5). materi,
6). metode dan alat, 7). lingkungan pendidikan serta relevansi antara
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
Pada bagian akhir dalam penulisan skripsi, berisi kesimpulan,
saran dan penutup.
Daftar Kepustakaan
DISKRIPSITENTANG PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan dapat diartikan sebagai pemberian bimbingan bagi yang masih
memerlukan, dengan beberapa sifat tertentu. Hal ini sejalan dengan pendapat
Abudin Nata, yang menyatakan:
Pendidikan itu bimbingan ataupun pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani si anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.1
Sedang ahli pendidikan lain Amir Daien Indrakusuma menyatakan :
Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan teratur dan sistematis, yang dilakukan orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan.1 2
Pendapat tersebut sesuai dengan pemyataan Ngalim Purwanto yang
menyatakan bahwa;
pendidikan adalah segala usaha atau upaya orang yang telah dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.3
Dengan kata lain pendidikan adalah bantuan yang diberikan secara sadar
dengan sengaja kepada anak didik, dalam pertumbuhan jasmani maupun
rohaninya untuk mencapai tingkat dewasa.
1 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung : Logos, 1987), him. 49.
2 Amir Daien Indrakusuma, Pengantar llmu Pendidikan (Malang : Fak. Ilmu Pendidikan IKIP, 2002), him. 27.
3 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan (Bandung: Remaja Karya, 1985), him. 12.
Secara umum pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam segala
aspeknya. Dalam pengertian tersebut mencakup kegiatan pendidikan, baik yang
melibatkan guru maupun yang tidak melibatkan guru. Sedangkan aspek yang
dibina dalam pengertian tersebut adalah meliputi segala aspek.
Pengertian pendidikan Islam ialah mempersiapkan anak baik dari segi
jasmani, segi akal dan segi rohaninya, sehingga ia menjadi anggota masyarakat
yang bermanfaat, baik untuk dirinya maupun bagi umatnya. Dengan demikian
jelaslah bahwa pendidikan Islam bukan hanya membimbing hal kejasmanian saja
atau kerohanian saja, tetapi kedua aspek tersebut di atas harus diberikan dalam
proses pendidikan Islam. Hal ini sesuai dengan pendapat Abdurrahman An
Nahlawi yang menyatakan:
Pendidikan Islam adalah penataan individual dan sosial yang dapat menyebabkan seseorang tunduk, taat, pada Islam dan menerapkannya secara sempuma dalam kehidupan individu dan masyarakat.4
Dari pendapat di atas sebenamya pendidikan Islam adalah upaya
mempersiapkan anak atau individu dan menumbuhkannya baik dari segi jasmani,
akal pikiran dan rohaninya dengan pertumbuhan yang terus menerus agar ia dapat
hidup dan berpenghidupan sempuma, dan ia dapat menjadi anggota masyarakat
yang berguna bagi dirinya dan umatnya.
Dengan adanya uraian di atas, maka secara implisit dapat dipahami bahwa
pendidikan Islam merupakan suatu persiapan dan suatu proses serta upaya yang
berlangsung lama, yaitu sejak lahir dan meninggal dunia. Di samping itu juga
dapat dipahami bahwa sasaran pendidikan Islam adalah segala aspek kehidupan
manusia, yaitu aspek jasmaniah, rohaniah, akal fikiran serta akhlaknya.
Adapun pengertian pendidikan Islam secara istilah dari beberapa pendapat
yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam
adalah suatu upaya dalam rangka inempersiapkan anak didik atau individu dan
menumbuhkan serta mengembangkannya baik dari segi jasmani, rohani dan akal
pikirannya, dengan pertumbuhan yang terns menerus sejak lahir sampai
meninggal dunid, agar ia dapat hidup dengan kehidupan yang sempuma serta
dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna.
B. Tujuan Pendidikan Islam
Suatu usaha yang tidak mempunyai tujuan tidak memiliki arti apa-apa. Oleh
karena itu sukarlah kita mendapatkan usaha yang tidak mempunyai tujuan. Hal ini
karena tujuan telah terlingkup dalam pengertian usaha. Dengan kata lain tidak ada
usaha yang tidak mempunyai tujuan.
Tujuan adalah batas akhir cita-cita yang diinginkan dalam suatu usaha.
Sebelum usaha itu dimulai, maka tujuan yang hendak dicapai perlu dikongkritkan
terlebih dahulu. Sebab tujuan mempunyai peran tertentu terhadap usaha yang
dilakukan.
Suatu usaha yang dilakukan oleh manusia selalu mempunyai permulaan dan
akan mengalami pula akhimya. Terkadang ada usaha yang terhenti karena
menemui kegagalan sebelum tujuan itu tercapai. Usaha semacam ini belurn bisa
dikatakan telah berakhir, sebab belum mencapai tujuan yang telah direncanakan
tersebut telah mencapai sasaran. Demikian halnya terhadap proses-proses
pendidikan sebagai usaha dan upaya pembentukan pribadi yang mulia.
Dalam penetapan tujuan pendidikan, Islam mempertimbangkan posisi
manusia sebagai ciptaan Allah dan sebagai kholifah di muka bumi. Demikian
halnya dengan Islam, yang merupakan rahmat bagi semesta alam (universal) mengandung ajaran-ajaran yang kongkrit, dapat disesuaikan dengan situasi
setempat dan dengan kebutuhan zaman.
Tujuan pendidikan Islam secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus. Kedua tujuan itu saling berkaitan bahkan tidak dapat
dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya.
1. Tujuan Umum Pendidikan Islam
Yang dimaksud dengan tujuan umum adalah perubahan yang dikehendaki
oleh pendidikan imtuk mencapainya. Banyak ahli pendidikan yang berusaha
menentukan tujuan-tujuan pendidikan sesuai dengan yang dipahami dari
keterangan-keterangan dari sejarah pemikiran dan pendidikan Islam. Diantara
tujuan umum pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli adalah sebagai
berikut:
a. Hasan Langgulung mengutip pendapat dari A1 Abrasy menyatakan tujuan
umum pendidikan Islam, yaitu:
1) Untuk mengadakan pembentukan akhlak yang mulia. Islam telah
menetapkan bahwa jiwa pendidikan Islam adalah pendidikan akhlak.
Dengan demikian maka pencapaian akhlak yang mulia adalah tujuan
2) Persiapan untuk kehidupan dunia dan akherat. Pendidikan Islam tidak
hanya berorientasi kepada kehidupan keakheratan saja, juga tidak hanya
berorientasi pada kehidupan dunia saja, tetapi berorientasi pada kedua-
duanya, yaitu dunia dan aherat. Islam memandang bahwa pada pokoknya
kehidupan manusia tidak dapat lepas dari kebutuhan jasmani dan rohani.
3) Persiapan untuk mencari rizki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan,
atau yang lebih dikenal pada masa sekarang ini dengan istilah tujuan
vokasional dan profesional. Hal ini dapat dimaklumi, sebab pendidikan
Islam tidak hanya bersifat keagamaan atau akhlak semata, tetapi
pendidikan Islam menaruh perhatian pada segi kemanfaatan pada tujUan-
tujuan, kurikulum dan aktivitasnya. Pendidik-pendidik muslim
memandang kesempumaan manusia tidak akan tercapai kecuali dengan
memadukan antara agama dengan ilmu pengetahuan.
4) Menumbuhkan semangat ilmiah pada pelajar dan memuaskan pada
keinginan tahu (curiosity) dan memungkinkan ia mengkaji ilmu demi
ilmu itu sendiri. Selain menanamkan pada anak didik agar mereka
menaruh perhatian pada kehidupan keagamaan, juga hendaknya menaruh
perhatian pada sains sastra, seni dan sejenisnya.
5) Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknikal dan pertukangan,
Dengan demikian mereka akan mampu mencari rizki dalam
kehidupannya. Di samping memelihara segi kerohanian dan keagamaan.5
b. Hasan Langgulung mengutip pendapat dari Nahlawi mengemukakan empat
tujuan umum pendidikan Islam, yaitu :
1) Pendidikan akal dan persiapan pikiran. Allah menyuruh manusia
merenungkan kejadian langit dan bumi, agar dapat beriman kepada Allah
dan ingat bahwa segala yang terjadi tidaklah dengan sendirinya, tetapi
ada yang menjadikan dan mengatumya.
2) Menumbuhkan potensi-potensi dan bakat-bakat dasar pada kanak-kanak.
3) Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda dan
mendidik mereka dengan sebaik-baiknya.
4) Berusaha untuk mengembangkan segala potensi dan bakat-bakat
manusia.6
2. Tujuan Khusus Pendidikan Islam
Dalam operasionalnya, tujuan akhir pendidikan Islam itu perlu dijabarkan
dan diuraikan dalam bentuk tujuan-tujuan yang bersifat khusus atau sementara.
Oleh karena itu maka kita kenal adanya tujuan umum dan khusus.
Yang dimaksud dengan tujuan khusus adalah perubahan-perubahan yang
dikehendaki sebagai bagian yang ada dibawah tiap-tiap tujuan umum. Sebagai
contoh, apabila tujuan umumnya adalah “menumbuhkan semangat agama dan
akhlak,” maka tujuan umum seperti itu memerlukan beberapa tujuan khusus
5 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, (Jakarta: Pustaka A1 Husna, Cet. Ke-II, 1989), him. 60-61.
diantaranya adalah memperkenalkan pada generasi muda lentang aqidah Islam,
asal usul ibadah, dan cara melaksanakannya.
Mengenai tujuan akhir dari pendidikan Islam tidak lain untuk
membimbing anak didik agar memiliki kemampuan untuk memperoleh
kebahagiaan dunia dan kebahagiaan di akhirat. Demikianlah beberapa rumusan
tujuan pendidikan Islam dalam upaya pembentukan kepribadian muslim,
perpaduan antara ilmu, iman dan amal, sejalan dengan harkat kemanusiaan
sebagai hamba Allah.
C. Fungsi Pendidikan Islam
Pendidikan secara umum berfimgsi untuk meneruskan atau mewariskan ilmu
pengetahuan serta kebudayaan. Dengan adanya pendidikan maka cita-cita, nilai-
nilai serta kaidah-kaidah kehidupan manusia sebagai warga negara ataupun
sebagai penganut salah satu agama akan tetap terpelihara. Apabila hal-hal tersebut
tidak diwariskan atau tidak diteruskan pada generasi berikutnya, maka secara
moral manusia telah melepaskan tanggung jawabnya untuk mendidik anak-anak
mereka.
Dilihat dari segi ini, maka pendidikan berfimgsi untuk meneruskan segala
aspek kehidupan manusia, baik sebagai warga negara atau sebagai penganut suatu
agama. Dengan demikian maka dalam fungsinya itu pendidikan hanya
memelihara sesuatu yang telah ditemukan atau dipelihara oleh angkatan tua, tanpa
sebagai pembaharu adalah hal-hal yang sudah dipikirkan oleh angkatan tua dan
dirasa perlu diteruskan oleh angkatan sesudahnya.
Dalam pandangan Islam, Allah telah membekali fitrah kepada manusia sejak
ia dilahirkan. Sebagian ulama menyatakan bahwa fitrah adalah kecenderungan
untuk meng-Esakan Allah dan mempunyai keyakinan terhadap-Nya. Hal ini
sesuai dengan hadits Rasulullah saw.:
ol j j ) AjLuia^aJ j\ j\ 4 jl3 j£ J ol jjis ojlaali VJ (j-nlla
Artinya: “Tidak seorang anak dilahirkan kecuali ia dilahirkan menetapi fitrah.
Maka kedua orang tuanyalah yang menyebabkan dia menjadi Yahudi, Nasrani
atau Majusi”. (HR Bukhari)7
Para sarjana pendidikan telah sepakat bahwa tiap-tiap manuisa yang
dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan fitrah. Mereka rriemiliki kecenderungan
meng-Esakan Allah dan membawa aqidah keimanan kepada Allah.
Dari keterangan-keterangan di atas, maka jelaslah bahwa manusia baik laki-
laki ataupun perempuan lahir dalam keadaan yang berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya. Mereka memiliki fitrah untuk meng-Esakan Allah dan
beriman kepada-Nya. Dengan demikian maka manusia menurut fitrahnya tidak
ada yang tidak mengakui adanya Allah (atheis).
Fitrah itu akan tetap selamanya dan tidak akan lenyap. Hal ini sesuai dengan
firman Allah SWT;
(3 ;
V Igjk-
aid cLijlaa
Artinya: “Tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.” (Q.S. Ar Ruum: 3)8
Dari ayat tersebut di atas dapat diambil pengertian bahwa fitrah itu tidak
hilang. Namun demikian meskipun fitrah yang ada pada manusia itu tidak akan
hilang, tetapi dalam perkembangan selanjutnya dapat tertutup atau terpengaruh
oleh lingkungan pendidikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi pendidikan dan
pengajaran Islam adalah untuk menjaga, menyelamatkan dan mengembangkan
fitrah manusia agar tetap memiliki aqidah keislaman sebagaimana yang telah
dibawanya sejak lahir. Selain itu juga untuk mengkokohkannya, sehingga tidak
menyimpang dari aqidah Islamiyah atau teijerumus ke dalam faham-faham selain
ajaran Islam.
Dengan demikian, maka jelaslah betapa peritingnya pendidikan dan
pengajaran dalam fungsinya untuk menyelamatkan dan mengembangkan potensi-
potensi yang ada pada anak didik. Oleh karena itu maka mereka dapat menjadi
orang yang bermanfaat bagi dirinya maupun bagi orang lain yang ada di
sekelilingnya, sesuai dengan eksistensinya sebagai hamba Allah.
Anak-anak itu diciptakan dengan dibekali kekuatan fitrah yang bisa diarahkan
ke arah yang baik sebagaimana juga bisa dibawa kekuatan ini ke arah kejelekan.
Dan wajib bagi orang tua untuk berusaha mengarahkan kekuatan (fitrah) ini ke
arah kebaikan serta wajib mereka membiasakan atau melatih anak-anak dengan
kebiasaan-kebiasaan yang baik, sehingga anak akan tumbuh dan berkembang
menjadi baik, bermanfaat bagi dirinya serta bagi pergaulan hidup di sekelilingnya.
Pendidikan dan pengajaran mempunyai peranan yang amat penting dalam
menyelamatkan dan mengembangkan fitrah manusia. Dengan demikian maka ia
akan hidup sesuai dengan fitrahnya yang baik dengan menempati keimanan
kepada Allah SWT.
D. Metode Pendidikan Islam
Metode menurut kamus bahasa Indonesia adalah “cara yang tersusun dan
teratur untuk mencapai tujuan, khususnya dalam hal ilmu pengetahuan.”9
Metode dapat pula diartikan jalan untuk mencapai tujuan. Tujuan dapat
ditempuh dengan berbagai macam jalan, demikian halnya dengan metode. Suatu
metode mungkin tepat untuk menyampaikan bahan pelajaran tertentu dan guru
tertentu, tetapi belum tentu metode tersebut tepat atau baik untuk menyampaikan
bahan pelajaran yang lain dan guru yang lain pula. Dengan demikian maka tidak
ada metode yang terbaik untuk semua bahan pelajaran, serta semua pendidik
dengan metode yang sama.
Metode merupakan salah satu faktor yang tidak dapat diabaikan, sebab
metode ikut berperan dalam menentukan sukses atau tidaknya pendidikan. Antara
metode dengan tujuan dapat dikatakan sebagai hubungan sebab akibat. Apabila
metode pendidikan yang digunakan itu baik dan tepat, maka tujuan pendidikan
yang telah dirumuskan itu besar kemungkinan dapat tercapai dengan baik. Metode
pendidikan Islam yang digunakan harus berfimgsi secara efektif dan efesien dalam
proses pencapaian tujuan pendidikan yang hendak dicapai.
Depag RI dalam bukunya “Islam untuk Disiplin Ilmu Pendidikan”, membagi
metode-metode pendidikan Islam ke dalam empat macam, yaitu:
1. Metode diakronik, yaitu metode yang menonjolkan aspek sejarahnya. Dengan
metode ini memungkinkan bagi anak didik mengadakan studi komperatif
tentang berbagai hasil penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Metode sinkronik, yaitu suatu metode pendidikan Islam yang memberikan
kemampuan analisis teoritis yang sangat berguna bagi perkembangan
keimanan, mental-intelek.
3. Metode pemecahan masalah, yaitu suatu metode yang merupakan latihan bagi
para peserta didik yang dihadapkan pada berbagai masalah dengan altematif
penyelesaiannya.
4. Metode empiris, yaitu suatu metode penyampaian pelajaran yang
memungkinkan anak didik untuk mempelajari ilmu agama melalui proses
realisasi dan aktualisasi tentang norma-norma dan kaidah-kaidah agama
melalui suatu proses aplikasi yang menimbulkan interaksi sosial.10
E. Sumber Pendidikan Islam
Pendidikan merupakan suatu proses yang memiliki tujuan tertentu yang akan
dicapai. Dengan demikian maka pendidikan mempunyai metode-metode dan
sumber-sumber tertentu. Setiap aktivitas pendidikan baik pada pendidikan secara
umum maupun pada pendidikan Islam, tentu memiliki sumber-sumber norma. Hal
ini disebabkan karena pendidikan merupakan aktivitas yang normatif, dibatasi
oleh peraturan-peraturan tertentu yang digunakan sebagai landasan bertindak.
Pelaksanaan pendidikan sangat terkait dengan “life is education and education is life". Dalam arti pendidikan merupakan persoalan hidup dan kehidupan manusia serta seluruh proses hidup dan kehidupan manusia adalah
proses pendidikan.11
Pendidikan Islam merupakan suatu proses penataan manusia sebagai makhluk
ciptaan Allah, oleh karena itu maka pendidikan Islam adalah penataan individual
dan sosial yang dapat meyebabkan seseorang patuh dan taat terhadap Islam serta
menerapkan ajaran-ajarannya secara sempuma, baik dalam kehidupan sebagai
makhluk individu maupun sebagai makhluk yang bermasyarakat. Sebagai suatu
aktivitas pendidikan yang berdasarkan pada al iman, al islam dan al ikhsan, maka
sudah barang tentu sebagai norma pendidikan Islam adalah sumber-sumber yang
memuat ketiga dasar itu, yaitu al Qur’an dan as Sunnah sebagai sumber
pokoknya.
Namun demikian tidak semua persoalan secara lengkap terdapat pada al
Qur’an atau as Sunnah/Hadits, oleh karena itu maka diperlukan sumber-sumber
lain yang merupakan hasil karya para ilmuwan pada bidang yang bersangkutan,
dengan jalan berijtihad. Dengan demikian maka secara berurutan sumber-sumber * I,
pendidikan Islam adalah berupa; al Qur’an, al Hadits dan pendapat para
ahli/sarjana pendidikan Islam.
1. Al Qur’an
Al Qur’an diturunkan oleh Allah SWT. melalui malaikat Jibril kepada
Nabi dan Rosul-Nya (Muhammad saw.) sebagai pemberi petunjuk kepada
manusia kepada jalan yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan firman Allah
SWT; 5
(44
: cK J l)... 'JjS Ua.m'm 'j& 'JUfSjfj
Artinya: “Kami turunkan kepadamu al Qur’an, agar kamu menerangkan
kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka.. .”.12
Dalam ay at yang lain Allah menyatakan bahwa la mengajarkan kepada
manusia tentang sesuatu yang belum diketahui olehnya. Pengajaran-Nya
kepada manusia itu tentu saja tidak dengan secara langsung, tetapi melalui
perantara Rasul-rasul-Nya. Allah berfirman;
(5 : ( j U ) ... 'f ig (SC. 'JCuXp '<£. Artinya: “allah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya... 13
Melihat ayat di atas jalaslah bahwa sumber pendidikan Islam yang paling
utama adalah al Qur’an, sebab al Qur’an merupakan sumber yang paling utama
dan yang pertama dalam ajaran Islam, sebagai sumber pendidikan yang
diterapkan untuk kepentingan manusia. Oleh karena itu di dalamnya
12 Departeman Agama RI, Op. Cit., him. 408.
terkandung bimbingan dan ajaran yang tidak bertentangan dengan eksistensi
manusia itu sendiri serta kemampuan yang dimilikinya.
2. As Sunnah/Al Hadits
Sumber pendidikan Islam yang kedua adalah As Sunnah/Al Hadits, yaitu
semua ucapan, perbuatan atau pemyataan/taqrir Rasulullah yang mengandung
ajaran-ajaran agama Islam. Yang dimaksud dengan taqrir adalah ketetapan atau
persetujuan Nabi secara diam-diam terhadap ucapan atau perbuatan para
sahabat. As Sunnah berfungsi sebagai penafsir atau penjelas terhadap al
Qur’an, sebab al Qur’an berisi secara global.
Menurut pendapat Abdurrahman An Nahlawi, “Sunnah berarti sekumpulan
sabda Rasulullah saw. yang berupa perbuatan peninggalan, sifat, ikrar,
larangan, apa yang disukai dan tidak disukai, bela negara, ihwal dan
kehidupannya.” 14
3. Pendapat para ahli/sarjana pendidikan Islam
Sumber pendidikan Islam yang ketiga adalah pendapat-pendapat dari
ilmuwan atau sarjana pendidikan Islam, diantaranya; al Ghazali, Muhammad
Quthb, M.Athiyah al Abrasyi, Hasan Langgulung, syamsudin, Abdurrahman
An Nahlawi dan lain-lain.
Pendapat-pendapat tersebut dijadikan dasar atau sumber pengkajian atau
pembahasan masalah pendidikan seks remaja dalam kajian ilmu pendidikan
Islam, karena beberapa alasan diantaranya ;
a. Pendapat-pendapat tersebut merupakan penjabaran lebih lanjut dari al
Qur’an atau al Hadits.
b. Pendapat-pendapat tersebut didasari oleh al Qur’an atau al Hadits.
c. Dapat diterima secara ilmiah
d. Pendapat tersebut memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi
A. Pengertian Pendidikan Seks
Pendidikan seks (sex education) dapat disebut juga sebagai pendidikan
kelamin, pendidikan seks merupakan suatu pemberian informasi di dalam hal
ihwal pergaulan antara kelamin yang berbeda termasuk di dalamnya masalah
seksual. Untuk memahaminya berikut ini disajikan beberapa pendapat tentang
pengertian pendidikan seks:
1. Menurut Ahmad Azhar Abu Miqdad mengutip pendapat dari Salim Sahli
Sex education atau pendidikan seks adalah penerangan yang bertujuan untuk membimbing dan mengasuh setiap laki-laki dan perempuan, sejak dari anak-anak sampai dewasa di dalam perihal pergaulan antara kelamin pada umumnya dan kehidupan seksual khususnya, agar mereka dapat melakukan sebagaimana mestinya, sehingga kehidupan berkelamin itu mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi umat manusia.1
Dari pendapat di atas, hal yang paling pokok adalah membimbing. Dalam
pendidikan seks membimbing tidak hanya memberi tahu tentang masalah
seksual kepada anak didik, tetapi lebih dari itu. Bimbingan tersebut diberikan
kepada anak didik, sebab pada kenyataannya tidak jarang mereka yang
menemui kesulitan dalam memahami masalah yang ada dalam kehidupannya,
demikian halnya terhadap masalah seksual.
Pendidikan seks dalam Islam adalah segala ajaran dan peraturan Islam
yang bertujuan mengatur dan memberi petunjuk kepada manusia dalam 1
1 Akhmad Azhar Abu Miqdad, Pendidikan Seks bagi Remaja, (Yogvakarta: Mitra Pustaka, Cet. Ke-III, September 2001), him. 7-8.
melaksanakan fungsi seksualnya ke arah tujuan yang sebaik-baiknya dan
dengan cara yang sebenar-benarnya. Pendidikan seks merupakan upaya-upaya
pemberian bimbingan kepada seseorang agar ia dapat mengerti benar-benar
tentang arti dan fungsi kehidupan kelaminnya, sehingga dapat
mempergunakannya dengan baik dalam kehidupanya. Sedangkan pendidikan
seks dalam Islam yang juga disebut pendidikan kelamin adalah ajaran dan
peraturan Islam itu sendiri, yaitu AL Qur’an, Hadits dan pendapat para ulama
atau sarjana Islam.
2. Menurut Sarlito Wirawan Sarwono
Pendidikan seks adalah salah satu cara untuk mengurangi atau mencegah penyalahgunaan seks, khususnya untuk mencegah dampak-dampak negatif yang tidak diharapkan, seperti kehamilan yang tidak direncanakan, penyakit menular seksual, depresi dan perasaan berdosa.2
Dari pendapat di atas, bahwa pendidikan seks merupakan salah satu cara
untuk mengurangi dan mencegah penyalahgunaan seks. Dengan demikian
maka adanya pendidikan seks diharapkan tidak terjadi kehamilan yang tidak
direncanakan, depresi dan perasaan berdosa akibat seksual.
B. Fungsi Pendidikan Seks
Pendidikan seks bagi remaja memiliki fungsi-fungsi tertentu tersebut dalam
firman Allah sebagai berikut:
1. Surat A1 Isra’ ayat 32
(32 :
*l>-yi)
^
'u^ *3)
j j'
j£
V j
Artinya : "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah
sesuatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk."3
2. Surat Ar Ruum ayat 21
^
i^li
jl
;>
y Ail y .j
(2 1 : r J J B)
Artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.”4
Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa manusia dilarang untuk
mendekati perbuatan zina, menjauhi sebab-sebab dan hal-hal yang dapat
mendorong malakukan perzinaan. Sedangkan menurut surat ar Ruum,
menjelaskan bahwa Allah telah menciptakan manusia dalam dua jenis, yaitu
laki-laki dan perempuan. Secara alamiah mereka saling membutuhkan satu
dengan yang lainnya. Ayat itu juga menjelaskan tujuan penciptaan manusia,
diantaranya adalah untuk saling mengasihi melalui ikatan yang sah.
Adapun menurut Hadits Nabi adalah sebagai berikut:
3 Departeman Agama RI, Al Qur'an dan Tejemahnya (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al Qur’an, Tt), 429.
j aj toj (ji :J15 jjc. paLI ujftll (JjjujjLj i.
^1 j j
°J\
(JlaV^\
Cliia 5c*Ik-a y C itVi (iiolj <Jjaj *(ji Jla Clila^^lui-a i_2^ •**- ,'j' al j j) ^Td-v
Artinya: Aku bertanya kepada Rasulullah saw. “Dosa apakah yang paling besar
disisi Allah?. Rosul menjawab: menyekutukan Allah, padahal Allah adalah
yang menciptakanmu. Aku bertanya lagi, kemudian dosa apa lagi?. Rosul
menjawab, membunuh anakmu karena takut kelaparan. Aku bertanya lagi,
kemudian dosa apa lagi?. Rosul menjawab, berzina dengan istri tetanggamu.”
(H.R. Bukhari Muslim)5
Hadits tersebut di atas menyatakan bahwa zina adalah termasuk perbuatan
dosa besar, setelah dosa syirik dan membunuh.
Fungsi pendidikan dan pengajaran Islam dalam hubungannya dengan anak
didik ini adalah untuk menjaga, menyelamatkan dan mengembangkan fitrah ini
agar tetap menjadi al fitratus salimah dan terhindar dari al fitratu ghairu salimah.
Secara tegas fungsi pendidikan adalah untuk mengarahkan dan
mengembangkan fitrah manusia yang dibawa sejak lahir. Fitrah manusia
memiliki kecenderungan pada kebaikan dan keburukan.
Manusia memiliki fitrah yang suci untuk menerima kebenaran dan
mengakui kekuasaan Allah. Oleh karena itu, agar kecenderungan baik dan
buruk itu tidak menimbulkan kemudharatan bagi dirinya atau masyarakat
diperlukan pendidikan.
Dengan adanya pendidikan seks bagi remaja, maka diharapkan mereka
(para remaja) dapat mengetahui, memahami dan menyadari bahwa dorongan
atau nafsu (seksual) yang tidak dikendalikan dengan baik dapat
menjerumuskan seseorang pada perbuatan terlarang.
Dengan demikian maka pendidikan seks bagi remaja berfungsi mencegah
dari perbuatan yang terlarang akibat dorongan seksual, dan juga memelihara
dari perbuatan yang terlarang akibat dari dorongan seksual.
Pendidikan seks ini,memberikan bekal pengetahuan serta pemahaman
kepada remaja tentang pergaulan antara pria dan wanita serta berbagai hal yang
bersangkutan dengan fungsi seksual mereka. Oleh karena itu diharapkan
mereka dapat menganal dan memahami pergaulan hidup pria dan wanita serta
mempersiapkan diri unuk membina rumah tangga yang sejahtera berdasarkan
ajar an Islam.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendidikan seks bagi remaja
mempunyai fungsi untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas
pemahaman remaja tentang arti dan fungsi seksual dalam kehidupan sehari-
hari.
Ajaran Islam telah banyak memberikan peringatan kepada manusia untuk
tidak melanggar aturan Allah SWT. akan tetapi tidak semua orang dapat
menahan diri dari perbuatan terlarang, yang disebabkan oleh dorongan nafsu
yang tidak terkendali. Islam senantiasa menghendaki agar orang yang berdosa
Demikian halnya dengan pendidikan seks, supaya agar mereka yang terlanjur
menyalah gunakan fungsi seksual untuk sadar.
C. Tujuan Pendidikan Seks
Tujuan adalah batas akhir dari cita-cita yang diinginkan dalam suatu usaha.
Sebagai suatu proses, pendidikan mempunyai beberapa tujuan tertentu. Adapun
tujuan pendidikan seks adalah sebagi berikut:
Berdasarkan AL Qur’an surat adz Dzariyat ayat 56
(56 :
^ i j & )
' u V '
Uj
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku.” (Q.S. adz Dzariyat: 56)6
Ayat tersebut di atas menyatakan bahwa tujuan dari penciptaan jin dan
manusia adalah untuk mengabdi kepada Sang Pencipta.
Berdasarkan AL Qur’an surat an Nuur ayat 32
an
u(3 i
Artinya: “Dan kawinlah siapa saja di antaramu yang masih bujangan baik pria
maupun wanita, atau siapa saja di antara hamba sahayamu baik pria atau wanita
yang sudah sepatutnya dikawinkan. Jika mereka dalam kemelaratan, Allah akan
memberikan kecukupan kepada mereka dengan kemurahan-Nya.” (Q.S. an Nuur:
32).7
Ayat tersebut menganjurkan kepada para pemuda atau remaja untuk segera
menikah, apabila telah mampu. Servian itu ditujukan kepada para pemuda, karena
pemuda memiliki dorongan seksual yang kuat. Dengan menikah diharapkan agar
mereka lebih dapat berkonsentrasi untuk beribadah.
Sedang menurut Akhmad Azhar Abu Miqdad mengutip pendapat dari H. Ali
Akbar meyatakan sebagai berikut:
Tujuan dari sex education atau pendidikan seks dalam Islam adalah untuk mencapai hidup bahagia dalam membentuk rumah tangga, yang akan memberikan ketenangan (sakinah), kecintaan (mawaddah), kasih sayang (rahmah) serta keturunan muslim yang taat kepada Allah dan selalu mendo’akan orang tua.8
Menurut pendapat di atas tujuan pendidikan seks dalam Islam adalah untuk
mencapai kebahagiaan hidup dengan membentuk keluarga yang baik dan
sejahtera, berdasarkan ajaran Islam. Dan tujuan pendidikan tersebut lebih dititik
beratkan pada pembentukan keluarga yang sah dalam perkawinan untuk
membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah.
Pendidikan seks dalam pengertiannya secara umum, mendidik kedua jenis
manusia pria dan wanita dalam tata cara pergaulan dengan lainnya di dalam
lingkungan dengan pergaulan yang serasi dan harmonis, karena wanita dalam
lingkungan keluarga kecil adalah sebagai anak atau kakak atau sebagai ibu, tante
atau bibi ataupun istri yang merupakan patner dalam membina keluarga (rumah
tangga ) yang baru, sedangkan dalam keluarga besar akan teijun ke masyarakat
dalam berbagai bidang kegiatan sebagai guru, dokter, pengusaha, pedagang,
pekerja, atau anggota dalam suatu perkumpulan. Oleh karena itu maka hubungan
perkawinan adalah bagian dari pada hubungan seks (kelamin) secara umum.
Hal tersebut didasarkan atas eksistensi manusia sendiri. Dalam arti bahwa
manusia hidup di dunia ini senantiasa bergaul dengan orang-orang yang ada di
lingkungan sekitamya. Selain itu juga didasarkan pada peranan seseorang, baik
sebagai makhluk individu maupun sosial, baik di dalam keluarga maupun dalam
masyarakat.
Tujuan pendidikan seks adalah untuk menghasilkan manusia-manusia dewasa
yang dapat menjalankan kehidupan yang bahagia, karena dapat menyesuaikan diri
dengan masyarakat dan lingkungannya, serta bertanggung jawab terhadap dirinya
dan terhadap orang lain. Pendidikan seks dimaksudkan untuk mencapai ketinggian
deraj at serta kebahagiaan hidup, sebab dapat berperan sesuai dengan arti dan
fungsi kehidupan sebagai makhluk individu, makhluk seksual maupun makhluk
sosial.
D. Pendidik
Pendidikan seks merupakan bagian dari pendidikan umumnya. Sebagai suatu
proses, pendidikan mempunyai beberapa komponen yang di antaranya adalah
pendidik, yaitu individu yang dianggap bertanggung jawab terhadap
keberlangsungan dan keberhasilan pendidikan yang dilaksanakan.
Pendidikan seks bagi remaja bukan hanya sekedar memberikan pengetahuan
tentang seks, tetapi juga merupakan upaya melatih dan membentuk sikap seksual
karena itu tidak setiap individu dapat berperan sebagai pendidik, tetapi
memerlukan beberapa kriteria.
Para pendidik Islam harus memilik adab yang baik, karena anak-anak didik
selalu melihat pendidiknya sebagai contoh yang harus diikutinya. Perilaku dan
sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang pendidik akan banyak mempengaruhi
perkembangan anak didiknya. Dengan demikian maka seorang pendidik atau guru
hendaknya memiliki sifat-sifat serta adab yang baik, sebab ia akan menjadi contoh
bagi anak-anak didiknya.
Beberapa sifat yang harus dimiliki seorang pendidik adalah;
1. Menurut M. Athiyah A1 Abrasyi
Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh guru dalam pendidikan Islam adalah; a. Zuhud
b. Kebersihan guru c. Ikhlas dalam pekerjaan d. Sukapemaaf
e. Seorang guru merupakan seorqng bapak sebelum ia seorang guru f. Harus mengetahui tabiat murid,
g. Harus menguasai mata pelajaran.9
Pendapat di atas memberikan isyarat bahwa untuk menjadi pendidik/ guru
tidaklah mudah. Ia perlu memiliki sifat-sifat yang baik dan mulia. Karena
seorang pendidik akan senantiasa bergaul dengan anak didiknya sikap dan
perbuatannya akan banyak ditiru oleh anak didik.
2. Menurut Abdurrahman An Nahlawi
Guru harus memiliki sifat-sifat sebagi berikut:
a. Hendaknya tujuan, tingkah laku dan pola pikir guru bersifat robbani, b. Ikhlas
c. Sabar,
d. Jujur dalam menyampaikan apa yang diserukannya e. Membekali diri dengan ilmu,
f. Mampu menggunakan metode mengajar secara bervariasi, g. Mampu mengelola siswa,
h. Hendaknya guru mempelajari kehidupan psikis para pelajar selaras dengan perkembangannya,
i. Tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang mempengaruhinya,
j. Bersikap adil.10 11
Pendapat ini hampir sama dengan pendapat di atas, hanya Abdurrahman
memberikan beberapa tambahan sifat yang lainnya, seperti keterangan di atas.
E. Anak Didik
Pada dasamya, setiap individu memerlukan pendidikan seks, untuk dapat
mengerti, memahami dan menyadari eksistensinya sebagai makhluk relegius,
makhluk individu, makhluk sosial yang berbudaya ataupun sebagai makhluk
seksual.
Dalam pembahasan pendidikan seks bagi remaja ini, yang menjadi anak didik
adalah anak pada usia remaja yang ditandai dengan beberapa ciri tertentu;
1. Menurut Zakiyah Darajad
Remaja adalah suatu tingkat umur, dimana kanak-kanak tidak lagi anak, akan tetapi belum dapat dipandang dewasa. Jadi remaja adalah umur yang menjembatani antara umur anak-anak dan umur dewasa. Pada umur ini teijadi berbagai perubahan, yang tidak mudah bagi seorang anak untuk menghadapinya tanpa bantuan dan pengertian dari pihak orang tua dan orang dewasa pada umumnya.11
Pendapat di atas dapat dipahami bahwa remaja adalah suatu periode transisi
diantara masa anak-anak dan masa dewasa. Pada masa tersebut remaja
10 Abdurrahman An Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, terj. Hery Noer Ali, (Bandung: Diponegoro, Cet. Ke-II, 1992), him. 239-246.
meninggalkan masa anak-anak tetapi belum mencapai masa dewasa. Dengan kata
lain remaja adalah individu yang berada diantara masa kanak-kanak dam masa
dewasa (transisi).
Pada remaja teijadi berbagai macam perubahan yang meliputi perubahan
jasmaniah, emosi dan sosial. Pertumbuhan jasmani berlangsung dengan cepat,
terkadang tidak serasi antara bagian satu dengan bagian yang lainnya. Ada
bagian yang tumbuh dengan cepat, ada pula yang tumbuh dengan lambat.
Pertumbuhan jasmani yang cepat ini menimbulkan kegelisahan dan kecemasan
para remaja, sehingga ia ingin mengetahui apa yang teijadi pada dirinya.
2. Menurut Akhmad Azhar Abu Miqdad
Remaja adalah anak yang berumur kira-kira 13 tahun sampai kira-kira 21 tahun, di mana anak tersebut sedang mengalami suatu masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang meliputi semua perkembangan dan perubahan baik fisik, emosional maupun intelektual yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa.12 13
Pendapat di atas memandang bahwa remaja, yaitu kurun waktu antara
umur 13 tahun sampai dengan umur 21 tahun dimana terjadi masa peralihan
dari anak-anak menuju dewasa dan mengalami perkembangan dan perubahan
baik jasmani maupun rohani sebagai persiapan menuju arah dewasa.
3. Menurut Sarlito Wirawan Sarwono
Remaja adalah suatu masa dimana;
a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual skundemya sampai saat ia mencapai kematangan seksual,
b. Individu mengalami perkembangan psikologis pada identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa,
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
l2Akhmad Azhar Abu Miqdad, Op. Cit., him. 34.
Pendapat di atas memberikan beberapa ciri remaja, berawal dari munculnya
tanda-tanda seksual sekunder sampai dengan tercapainya kematangan seksual.
Pada masa tersebut teijadi identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa yang
diikuti dengan perkembangan psikologis. Maksudnya pada masa remaja individu
tidak lagi sebagai kanak-kanak. Perasaan dan emosi seseorang remaja mudah
berubah, sehingga tidak aneh kalau melihat sikap dan sifat remaja yang sangat
bergairah dalam kerja tiba-tiba jadi lesu, kegembiraan yang tiba-tiba berubah
menjadi rasa sedih.
Selain itu pada masa remaja terjadi perubahan dari ketergantungan sosial
ekonomi yang penuh kepada yang relatif lebih mandiri. Mereka mulai
membutuhkan teman yang dapat memahami dan menolongnya serta turut
merasakan suka dukanya. Dari sinilah mulai tumbuh dorongan untuk mencari
teman hidup. Hal ini mengandung pengertian bahwa remaja merupakan periode
dimana individu berusaha mencari identits diri dan mulai menyesuaikan diri
dengan kehidupan lingkungan sosial ekonomi.
Perkembangan seksualitas pada remaja menurut Akhmad Azhar Abu Miqdad
ditandai dengan beberapa ciri atau tanda, antara lain :
1. Tanda kelamin primer
Tanda kelamin primer adalah berfungsinya organ badan yang langsung
berhubungan dengan persetubuhan dan proses reproduksi. Laki-laki ditandai
dengan keluamya air mani ketika mengalami mimpi basah. Wanita ditandai
dengan terjadinya menarche atau permulaan haid yang selanjutnya diikuti pula
2. Tanda kelamin sekunder
Tanda kelamin sekunder adalah tanda-tanda jasmaniah yang tidak
langsung berhubungan dengan persetubuhan dan proses reproduksi, namun
merupakan tanda yang khas wanita dan khas laki-laki.
Perubahan fisik yang terjadi pada laki-laki adalah :
- Suara membesar dan dalam. - Bidang bahu melebar.
- Bulu-bulu tumbuh di ketiak, daerah kelamin dan kadang-kadang di dada.
Perubahan fisik yang terjadi pada wanita adalah :
- Suara merdu, kulit bertambah bagus dan halus. - Bidang bahu mengecil, bidang panggul melebar.
- Bulu-bulu tumbuh pada ketiak dan disekitar alat kelamin. - Buah dada membesar.14
F. Materi Pendidikan Seks
Islam sebagai agama yang mengatur seluruh segi kehidupan manusia,
mengatur pula syariat-syariat yang bertujuan mengatur kehidupan seksual. Materi
pendidikan seksual merupakan salah satu komponen dalam pendidikan seks
remaja. Akhmad Azhar Abu Miqdad mengutip pendapat dari Syamsuddin dalam
menetapkan materi pendidikan seks telah mengadakan langkah-langkah atau
usaha-usaha yang berwujud syariat-syariat yang khusus untuk mengadakan
pendidikan kelamin. Adapun langkah-langkah itu sebagai berikut;
- Menetapkan syariat khitan - Menetapkan syariat perkawinan
- Menetapkan syariat yang melarang dan menghukum tiap-tiap orang yang melakukan pelanggaran kesusilaan,
- Menetapkan syariat yang mengatur hubungan antara orang laki-laki dan orang perempuan.15
Pendapat tersebut menyatakan bahwa Islam telah menetapkan beberapa
syariat untuk mengatur kehidupan kelamin manusia. Syariat tersebut meliputi
masalah khitan, perkawinan, kesusilaan dan hubungan sosial serta hukum-
hukumnya.
1. Khitan
Khitan menurut Akhmad Azhar Abu Miqdad adalah memotong kulit
dzakar (praiputing) yang menutupi kepala dzakar (glas penis) pada laki-laki dan memotong sedikit pucuk clitoris pada wanita.16
Syariat khitan ini berdasarkan Hadits Rasulullah saw.:
<■ flVlj ; J ^jtuiJl (Jiufk j f ojlaall
-vjll ( j i i j
Artinya: “Fitrah (sunah nabi saw) itu ada lima macam: melakukan khitan (laki-
laki dan perempuan), menajamkan (pisau untuk menyembelih binatang),
mencabut bulu ketiak, memotong kuku, dan mencukur kumis.” (H.R.
Bukhari).17
Khitan dapat digunakan sebagai sarana pendidikan agama, dengan
memberikan pemahaman dan pengertian tentang arti dan fungsi seksual dalam
kehidupannya.
15 Ibid., him. 63. 16 Ibid., him. 64.
Dengan khitan akan memberi peringatan pada anak bahwa dalam dirinya
terdapat organ tubuh yang mempunyai arti dan fungsi yang sangat penting
untuk mempertahankan jenis dan keturunannya. Oleh karena itu hendaknya
dijaga dengan baik tidak disalah gunakan.
2. Pemikahan / Pekawinan
Pemikahan / perkawinan menurut Islam adalah melaksanakan aqad
antara pria dan wanita atas dasar kerelaan dan kesukaan dari kedua belah
pihak, oleh seorang wali dari pihak wanita, untuk menghalalkan percampuran
antara keduanya dan untuk menjadikan teman hidup antara satu dengan yang
lain.
Islam mensyariatkan perkawinan, karena perkawinan mempunyai arti
penting dalam kehidupan individu dan masyarakat. SabdaNabi asw.:
£>l j j ) XI AjII AjIx3 ^
Artinya: Hai para pemuda, barang siapa diantaramu ada kemampuan untuk
kawin, maka kawinlah, maka sesungguhnya perkawinan itu lebih memejamkan
pandangan dan lebih menjaga kehormatan. Dan barang siapa belum mampu
hendaklah ia berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu mengurangi
syahwat. (H.R. Bukhari Muslim).18
Adapun tujuan perkawinan menurut ajaran Islam adalah sebagai berikut:
a. Untuk melangsungkan keturunan, sebagaimana dijelaskan dalam al Qur’an
surat an Nahl ayat 72
(72 : J=^l) si#UI '<>
Artinya: “Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu anak-anak dan cucu-cucu, dan
memberimu rizki dari yang baik-’oaik.” (Q.S. An Nahl: 72).19
b. Untuk menentramkan jiwa dan raga, sebagaimana dijelaskan dalam surat Ar
Ruum ayat 21
>s U&. y
Aily.j
(21 : f j A ) A i i ’j j ’ Artinya: “dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakanuntukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.”20
c. Untuk mencegah kemaksiatan, seperti perzinaan, pelacuran, homo seksual
dan sebagainya.
d. Untuk menyempumakan agama (melaksanakan perintah agama).
e. Melaksanakan kewajiban kemasyarakatan, dengan melakukan mujahadah
(perjuangan hawa nafsu) serta melatih diri untuk berperan sebagai
pemimpin dan pelindung yang bertanggung jawab untuk memenuhi hak istri
dan keluarga.
Untuk melaksanakan perkawinan Islam telah mengatur
langkah-langkahnya, adapun langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
19 Departemen Agama RI, Op. Cit., hlm.412.
d. Mengadakan walimah.
3. Pelanggaran Seksual
Pelanggaran seksual adalah segala sikap perilaku atau perbuatan yang
melanggar norma serta tata aturan yang berkaitan dengan seksual yang telah
ditetapkan oleh Islam. Diantara pelanggaran-pelanggaran seksual yang dilarang
oleh ajaran Islam adalah :
a. Perzinaan/pelacuran
Yaitu orang pria ataupun wanita yang secara tetap atau berkala mengadakan
hubungan seksual dengan lawan jenisnya di luar perkawinan yang sah,
untuk memperoleh uang, kepuasan atau yang lainnya.
b. Homo seksual/lesbian
Yaitu memuaskan hawa nafsu seksuainya dengan jenis kelamin yang sama,
laki-laki dengan laki-laki, dan perempuan dengan perempuan.
c. Onani/masturbasi
Yaitu suatu kebiasaan memuaskan nafsu seksuainya dengan cara
merangsang alat kelaminnya sendiri. Onani adalah perbuatan yang lebih
banyak mudlaratnya dari pada manfaatnya, madharatnya dari onani adalah
menimbulkan kelemahan, rasa takut, suka mar ah, lekas putus asa dan
diperbolehkan dan yang diharamkan. Hubungan yang diperbolehkan adalah
hubungan seksual yang dilandasi dengan aturan-aturan Islam, yaitu melalui
pemikahan. Sedang yang dimaksud dengan hubungan seksual yang diharamkan
adalah hubungan seksual yang tidak didasari oleh aturan-aturan Islam, yaitu tanpa
diikat oleh tali pemikahan, misalnya perzinaan atau pelacuran.
\
Pelacuran dapat menyebabkan beberapa penyakit kelamin, terutama yang
sering berganti-ganti pasangan. Pelacur atau wanita tuna susila dan kebebasan t
seksual mempakan sumber penularan penyakit hubungan seksual (PHS), misalnya
gonore, sifilis, AIDS dan sebagainya.
Gonore disebabkanoleh kuman neisseria gonorrhoea masa inkubasi sekitar 3
sampai 5 hari, terkadang sulit ditentukan, temtama pada wanita karena
berlangsung tanpa keluhan, sebab infeksi pertama paling sering terjadi pada
daerah mulut rahim.pada pria dapat ditandai dengan perasaan gatal, panas dan
nyeri pada saat buang air kecil. Penyakit ini dapat menular melalui proses
hubungan kelamin (misalnya zina), serta mengakibatkan radang pada rahim dan
pada kedua biji kemaluan dan mengakibatkan kemandulan. Bayi yang bam lahir
dapat ketularan penyakit tersebut, apabila keluar dari rahim wanita yang mengidap
penyakit gonore. Kelainan yang timbul adalah peradangan pada mata dan dapat
mengakibatkan kebutaan.
Sifilis adalah penyakit hubungan seksual yang disebabkan oleh organisme
spirochaeta. Organisme tersebut tidak dapat dilihat dengan mikroskop cahaya 21