• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI QUANTUM LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS VIII DI SMP WALISONGO KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 20182019 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI QUANTUM LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS VIII DI SMP WALISONGO KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 20182019 SKRIPSI"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI QUANTUM LEARNING

DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

KELAS VIII DI SMP WALISONGO KARANGMALANG

KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2018/2019

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

MERLINA FITRIA MUTHOHAROH

NIM. 11114255

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(2)
(3)

IMPLEMENTASI QUANTUM LEARNING

DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

KELAS VIII DI SMP WALISONGO KARANGMALANG

KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2018/2019

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

MERLINA FITRIA MUTHOHAROH

NIM. 11114255

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO

“ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang

baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu

Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan

Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

(8)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, karya

skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ayah dan Ibuku tersayang, Bp. Mujiyono dan Ibu Muryani yang telah

membesarkanku dengan penuh cinta dan kesabaran serta selalu menjadi

motivasi dalam setiap langkah hidupku.

2. Kakak kandungku Erliana Fitri Rohaniah, yang telah berpartisipasi membantu

dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Dosen pembimbing skripsiku, Ibu Dra. Nur Hasanah, M.Pd., yang selalu

memberikan pengarahan serta bimbingan selama proses skripsi ini.

4. Yoga Heriyanto yang selalu sabar menemani dan memberi motivasi dalam

menyelesaikan skripsi ini. Semoga sukses untuk kita.

5. Seluruh keluarga besar dan sahabat-sahabatku Rahma, Lilis, SNJ dan

teman-temanku kost Alfa-Afa, terima kasih atas segala dukungan dan motivasinya.

6. Kepada semua teman-teman PAI angkatan 2014, semoga sehat selalu dan

(9)

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil „alamin

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,

taufik, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan baik dan lancar.

Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada uswah khasanah kita

Nabi Agung Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di Yaumul Akhir.

Amin.

Dengan penuh rasa syukur penulis panjatkan, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Impementasi Quantum Learning dalam

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII di SMP Walisongo

Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2018/2019” ini dengan baik

dan lancat tanpa ada halangan suatu apapun. Skripsi ini disusun guna memenuhi

syarat untuk memperoleh gelar sarjana program studi Pendidikan Agama Islam

(PAI) pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN). Kami haturkan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

Adapun pihak-pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini

adalah:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., Rektor IAIN Salatiga.

(10)
(11)

ABSTRAK

Muthoharoh, Merlina Fitria. 2018. Implementasi Quantum Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VIII di SMP

Walisongo Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun

Pelajaran 2018/2019. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Pembimbing: Dra. Nur Hasanah, M.Pd

Kata Kunci : Quantum Learning, Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Quantum Learning yaitu model pembelajaran yang bersifat nyama dan

menyenangkan bagi peserta didik. Model Quantum Learning ini dilakukan sebagai tindak lanjut terhadap kendala-kendala pembelajaran yang sering terjadi di dalam kelas ketika digunakan metode ceramah. Selama pembelajaran Pendidikan Agama Islam berlangsung masih berpusat kepada gurunya sedangkan siswanya masih menjadi pendengar yang pasif. Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini dilaksanakan untuk menjawab rumusan masalah berikut: Bagaimana implementasi Quantum

Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa kelas VIII di

SMP Walisongo Karangmalang Kabupaten Sragen ?, Apa faktor pendukung dan faktor penghambat implementasi Quantum Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa kelas VIII di SMP Walisongo Karangmalang Kabupaten Sragen ?

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 23 Juli 2018 sampai tanggal 16 Agustus 2018 di SMP Walisongo Karangmlang. Prosedur pengumpulan datanya menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Langkah analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verivikasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Walisongo Karangmalang menggunakan model Quantum

Learning. Model Quantum Learning ini digunakan karena sangat efektif.

Langkah-langkah yang digunakan guru pendidikan agama Islam dalam menerapkan Quantum Learning yaitu dengan menggunakan rancangan pembelajaran TANDUR. Faktor pendukung implementasi Quantum Learning

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL LUAR... i

HALAMAN BERLOGO... ii

HALAMAN SAMPUL DALAM... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv

PENGESAHAN KELULUSAN... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... vi

MOTTO... vii

PERSEMBAHAN... viii

KATA PENGANTAR... x

ABSTRAK... xi

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR BAGAN DAN TABEL... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Fokus Penelitian... 7

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian... 8

E. Penegasan Istilah... 9

(13)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI... 12

1. Quantum Learning... 12

a. Pengertian Quantum Learning... 12

b. Prinsip pembelajaran Quantum Learning... 15

c. Kerangka perencanaan pembelajaran Quantum Learning... 19

d. Model Quantum Learning... 23

e. Manfaat Quantum Learning... 25

f. Kelebihan dan kelemahan Quantum Learning... 26

2. Pendidikan Agama Islam... 27

a. Pengertian pendidikan agama Islam... 27

b. Tujuan pendidikan agama Islam... 28

c. Fungsi pendidikan agama Islam... 33

d. Pembelajaran pendidikan agama Islam... 35

B. KAJIAN PUSTAKA... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 42

B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 42

C. Sumber Data... 43

D. Prosedur Pengumpulan Data... 44

E. Analisis Data... 46

(14)

BAB VI PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum SMP Walisongo Karangmalang Sragen... 50

1. Latar Belakang dan Sejarah Berdirinya SMP... 50

2. Identitas Sekolah... 53

3. VISI, MISI dan Tujuan... 54

4. Struktur Organisasi... 57

5. Sarana dan Prasarana... 58

6. Data Guru dan Siswa... 58

7. Daftar Ekstra Kurikuler... 61

B. Analisis Data... 62

1. Implementasi Quantum Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VIII di SMP Walisongo Karangmalang Sragen... 62

2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Implementasi Quantum Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Islam kelas VIII di SMP Walisongo Karangmalang Sragen... 67

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 71

B. Saran... 73

(15)

Daftar Bagan dan Tabel

Bagan 3.1 Model Analisis Data... 50

Tabel 4.1 Struktur Organisasi... 59

Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana... 60

Tabel 4.3 Data Guru Formal... 60

Tabel 4.4 Data Guru Madin... 62

Tabel 4.5 Data Siswa... 62

(16)

Daftar Lampiran

1. Daftar Riwayat Hidup

2. Surat Pengajuan Dosen Pembimbing

3. Surat Izin Penelitian

4. Surat Keterangan Penelitian

5. Lembar Konsultasi

6. Laporan SKK

7. Catatan Observasi

8. Pedoman Wawancara

9. Transkip Wawancara

10.RPP

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan

mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama

sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan

dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut

konsep pandangan hidup mereka.

Kegiatan pendidikan harus memiliki tujuan yang jelas agar bisa

mencapai target. Bagi umat muslim, kita harus mempelajari Pendidikan

agama Islam. Pendidikan Islam yaitu usaha mengembangkan fitrah

manusia dengan ajaran Islam, agar terwujud (tercapai) kehidupan manusia

yang makmur dan bahagia. Dari definisi yang cukup singkat ini nampak

memberikan penekanan mengenai adanya usaha mengembangkan fitrah

manusia, dengan ajaran agama Islam dan terwujudnya kehidupan yang

makmur dan bahagia (Abd. Rahman, 2001: 35).

Untuk memajukan kehidupan mereka itulah, maka pendidikan

menjadi sarana utama yang perlu dikelola, secara sistematis dan konsisten

berdasarkan berbagai pandangan teoritikal dan praktikal sepanjang waktu

sesuai dengan lingkungan hidup manusia itu sendiri. Manusia adalah

(18)

duniawi dan ukhrawi. Namun cita-cita demikian tak mungkin dicapai jika

manusia itu sendiri tidak berusaha keras meningkatkan kemampuannya

seoptimal mungkin melalui proses kependidikan, karena proses

kependidikan adalah suatu kegiatan secara bertahap berdasarkan

perencanaan yang matang untuk mencapai tujuan atau cita-cita tersebut.

Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling penting dalam

pembangunan nasional, dijadikan andalan utama untuk berfungsi

semaksimal mungkin dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia

Indonesia, dimana iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa menjadi

sumber motivasi kehidupan segala bidang (Fuad, 2013: 2).

Proses pembelajaran di dalam dunia pendidikan memiliki andil

dalam proses “tercerabutnya” anak-anak dari akar budaya yang

melingkupinya. Kondisi ini seharusnya menjadi inspirasi bagi dunia

pendidikan untuk melakukan berbagai perubahan dalam proses

pembelajaran.

Kinerja pendidikan selalu dilihat dari prestasi siswa, artinya

semakin bagus prestasinya, semakin memadai kinerja pendidikan. Namun

demikian, prestasi siswa sangat bergantung pada profesionalisme guru,

artinya semakin profesional guru, semakin bagus pula prestasi siswa

(Fanany, 2013: 11).

Dalam inovasi pembelajaran guru memiliki peran yang amat vital

dalam proses pembelajaran di kelas. Gurulah yang memiliki tugas dan

(19)

kegiatan pembelajaran, mengevaluasi, menganalisis hasil evaluasi, dan

melakukan tindak lanjut.

Walau belajar merupakan bagian yang tidak bisa ditawar lagi

dalam kehidupan manusia, di sekolah jika seorang siswa tidak memiliki

minat terhadap sesuatu pelajaran, maka proses belajarnya tidak dapat

berjalan lancar karena mata pelajaran tersebut tidak dapat menarik

perhatiannya. Oleh karenanya diperlukan adanya respon untuk

menghadapi permasalahan tersebut.

Sesuai dengan pernyataan tersebut, pembelajaran seharusnya

dilakukan dengan menggunakan metode-metode dan strategi yang dapat

menumbuhkan semangat belajar siswa sehingga proses belajar dapat

berjalan dengan lancar serta menghasilkan hasil yang maksimal.

Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling penting dalam

pembangunan nasional, dijadikan andalan utama untuk berfungsi

semaksimal mungkin dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia

Indonesia, dimana iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa menjadi

sumber motivasi kehidupan segala bidang (Fuad, 2013: 2).

Peristiwa pendidikan ditandai dengan adanya interaksi edukatif.

Agar interaksi ini dapat berlangsung secara efektif dan efisien dalam

mencapai tujuan, maka di samping dibutuhkan pemilihan bahan/materi

pendidikan yang tepat, perlu dipilih metode yang tepat pula.

(20)

umpan balik, tetapi juga mencari tempat mereka belajar, mengakui dan

mendukung orang lain, tempat mereka mengalami kegembiraan dan

kepuasan, memberi dan menerima, belajar dan tumbuh. Menerapkan suatu

strategi yang tepat dalam pembelajaran memungkinkan tercapainya

efektivitas pembelajaran yang lebih baik. Sebaliknya, pembelajaran akan

menjadi masalah bagi siswa, jika siswa merasakan pembelajaran menjadi

suatu kegiatan yang membosankan.

Untuk meningkatkan mutu pembelajaran dalam kelas, maka

seorang guru harus dapat memilih metode pembelajaran yang menarik.

Dengan metode yang nyaman dan menyenangkan, maka siswa akan

mudah menerima materi yang diberikan oleh guru. Selain itu siswa akan

lebih aktif saat proses pembelajaran, tidak hanya mendengarkan

penjelasan dari guru saja.

Banyak model-model pembelajaran yang menawarkan strategi

pembelajaran yang efektif digunakan seperti Cooperative Learning,

Contextual Learning, Quantum Learning, dan Problem Solving. Dari

banyaknya model-model pembelajaran tersebut, peneliti tertarik pada salah

satu model pembelajaran untuk diteliti yaitu model Quantum Learning.

Quantum Learning merupakan model pembelajaran yang membiasakan

belajar menyenangkan. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk

merancang suatu strategi yang dapat membuat pembelajaran itu

(21)

untuk menciptakan suasana menyenangkan dalam pembelajaan, sehingga

pembelajaan menjadi lebih efektif ( Darmansyah, 2010:21).

Penerapan model Quantum Learning tersebut diharapkan dapat

meningkatkan minat belajar siswa sehingga pada akhirnya siswa dapat

meningkatkan hasil belajar ( Huda, 2013: 192).

Salah satu sekolah yang telah menerapkan Quantum Learning

dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah SMP Walisongo

Karangmalang Kabupaten Sragen. Hal ini dilakukan sebagai tindak lanjut

terhadap kendala-kendala pembelajaran yang sering terjadi di dalam kelas

ketika digunakan metode ceramah (konvensional). Selama pembelajaran

Pendidikan Agama Islam berlangsung masih berpusat kepada gurunya

sedangkan siswanya masih menjadi pendengar yang pasif, ditambah lagi

dengan suasana di dalam kelas cenderung formal sehingga minat belajar

siswa menjadi rendah. Apabila kebiasaan ini terus dilakukan, maka akan

merugikan siswa itu sendiri. Banyak faktor yang menyebabkan siswa

melakukan hal tersebut, diantaranya yaitu siswa tidak suka dengan

gurunya, siswa tidak suka dengan mata pelajaran tertentu khususnya

pendidikan agama islam atau bisa juga siswa tidak suka dengan cara

mengajar guru tersebut, karena saat poses pelajaran guru masih dominan

menggunakan metode ceramah. Dari faktor tersebut membuat siswa

kurang termotivasi dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap hasil

(22)

Hal inilah yang menjadikan ketertarikan penulis untuk meneliti dan

mendeskripsikan sejauh mana keberhasilan Quantum Learning yang

diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP

Walisongo Karangmalang Kabupaten Sragen.

Dengan digunakannya Quantum Learning ini menjadikan

pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang sebelumnya cenderung

menggunakan metode ceramah diubah menjadi pembelajaran yang

menarik siswa untuk selalu mengkaji pelajaran tersebut. Walaupun tidak

dipungkiri metode ceramah masih digunakan tetapi dalam penerapannya

model ini dikombinasikan dengan metode dan strategi yang bervariasi

sehingga dapat menaikkan semangat belajar siswa. Selain itu, dengan

belajar menggunakan Quantum Learning akan didapatkan berbagai

manfaat contohnya yaitu siswa tidak akan merasa bosan, siswa akan lebih

aktif di kelas dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Banyak dari uraian latar belakang diatas, maka perlu kiranya

diadakan suatu penelitian pendidikan. Dalam hal ini peneliti ingin

mengangkat suatu topik yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi saat ini,

oleh karena itu peneliti dapat merumuskan judul “Implementasi

Quantum Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

(23)

B. Fokus Penelitian

Dari latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus penelitian ini

yaitu:

1. Bagaimana implementasi Quantum Learning dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam siswa kelas VIII di SMP Walisongo

Karangmalang Kabupaten Sragen ?

2. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat implementasi Quantum

Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa kelas

VIII di SMP Walisongo Karangmalang Kabupaten Sragen ?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Objektif

a. Untuk mengetahui proses implementasi Quantum Learning dalam

pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa kelas VIII di SMP

Walisongo Karangmalang Kabupaten Sragen.

b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat

implementasi Quantum Learning dalam pembelajaran Pendidikan

Agama Islam siswa kelas VIII di SMP Walisongo Karangmalang

Kabupaten Sragen.

2. Tujuan Subjektif

Untuk menambah ilmu pengetahuan, pengalaman dan wawasan

bagi penulis dibidang pendidikan agama Islam dan guna memenuhi

(24)

Pendidikan Agama Islam di Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan Institut

Agama Islam Negeri Salatiga.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat berguna baik yang bersifat teoritis

maupun praktis, antara lain adalah:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

guru dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan

agama Islam, khususnya dalam memilih metode tentang sistem

pembelajaran.

2. Manfaat praktis

a. Manfaat bagi institusi pendidikan

Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan

untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

b. Manfaat bagi guru

Membantu mengatasi permasalahan pembelajaran yang

dihadapi oleh guru, memperkaya metode pembelajaran, dan

keterampilan pembelajaran yang dapat digunakan untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa.

c. Manfaat bagi siswa

Pembelajaran dengan quantum learning dapat dijadikan

(25)

suasana yang nyaman dan menyenangkan bagi siswa khususnya

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

d. Manfaat bagi penulis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam

mengembangkan kemampuan menulis.

e. Manfaat bagi peneliti yang akan datang

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan bagi

peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan Quantum Learning.

E. Penegasan Istilah

Penegasan judul ini dimaksud untuk menghindari adanya

interprestasi lain yang dapat menimbulkan kesalahpahaman dalam

memahaminya. Adapun pengertian istilah judul tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Implementasi

Implementasi adalah suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan,

atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan

dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan mauun

nilai, dan sikap (Kunandar, 2011: 233).

2. Quantum Learning

Quantum Learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar

yang terbukti efektif di sekolah dan bisnis bekerja untuk semua tipe

(26)

3. Pembelajaran

Pembelajaran adalah segala upaya atau kegiatan yang dilakukan oleh

pendidik agar terjadi proses belajar pada diri siswa. Tujuan dari

pembelajaran adalah membelajarkan siswa (Sobry, 2007: 50).

4. Pendidikan agama Islam

Pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani

berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya

kepribadian utama menurut ukuran Islam (Abd. Rahman, 2001: 34).

F. Sistematika Penulisan

Sebagai gambaran umum dalam skripsi ini, penulis akan paparkan

sekilas tentang sistematika penulisan dalam skripsi ini dengan

menggunakan system sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi tentang: Latar Belakang Masalah,

Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,

Penegasan Istilah, dan Sistematika Penulisan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi tentang: Landasan Teori ( Telaah

teoretik terhadap pokok permasalahan/ variabel penelitian)

(27)

BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab ini berisi tentang: Jenis Penelitian, Lokasi dan

Waktu Penelitian, Sumber Data, Prosedur Pengumpulan

Data, Analisis Data, dan Pengecekan Keabsahan Data.

BAB IV : PAPARAN DAN ANALISIS

Pada bab ini berisi tentang Paparan Data dan Analisis Data.

(28)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Quantum Learning

a. Pengertian Quantum Learning

Quantum didefinisikan sebagai “interaksi-interaksi yang

mengubah energi menjadi cahaya”. Semua kehidupan adalah

energi. Rumus yang terkenal dalam fisika kuantum adalah Massa

kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi. Mungkin anda

sudah pernah melihat persamaan ini ditulis sebagai E=mc². Tubuh

kita secara fisik adalah meraih sebanyak mungkin cahaya;

interaksi, hubungan,inspirasi agar menghasilkan energi cahaya

(Bobbi DePorter, 2016: 16).

Quantum Learning merupakan salah satu cara

membelajarkan siswa yang digagas oleh Potter. Melalui Quantum

Learning siswa akan diajak belajar dalam suasana yang lebih

nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa akan lebih bebas

dalam belajarnya (Jaidun dan Keysar, 2014: 2).

Quantum Learning adalah seperangkat metode dan falsafah

belajar yang telah terbukti efektif di sekolah untuk semua tipe

orang, dan segala usia. Quantum learning berakar dari upaya Dr.

(29)

bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai

“suggestology” atau “suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa

sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan

setiap detail apa pun memberikan sugesti positif ataupun negatif.

Beberapa teknik yang digunakannya untuk memberikan sugesti

positif adalah mendudukkan murid secara nyaman, memasang

musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu,

menggunakan poster-poster untuk memberi kesan besar sambil

menonjolkan informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih

baik dalam seni pengajaran sugestif.

Istilah lain yang hampir dapat dipertukarkan dengan

suggestology adalah “pemercepatan belajar (accelerated learning).

Pemercepatan belajar didefinisikan sebagai “memungkinkan siswa

untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya

yang normal,dan dibarengi kegembiraan”. Cara ini menyatukan

unsur-unsur yang secara sekilas tampak tidak mempunyai

persamaan: huburan, permainan, warna, cara berfikir positif,

kebugaran fisik, dan kesehatan emosional. Namun semua unsur ini

bekerja sama untuk menghasilkan pengalaman bekerja yang

efektif.

Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam

(30)

hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk

menciptakan jalinan pengertian antara siswa dan guru. Para

pendidik den gan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana

menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan

tindakan-tindakan positif faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang

paling efektif. Semua ini dapat pula menunjukkan dan menciptakan

gaya belajar terbaik dari setiap orang, dan menciptakan “pegangan”

dari saat-saat keberhasilan yang meyakinkan ( Bobbi DePorter,

2016: 14).

Dalam quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik

pemercepatan belajar, dan NLP dengan teori, keyakinan, dan

metode kami sendiri. Termasuk di antaranya konsep-konsep kunci

dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain, seperti:

1) Teori otak kanan atau kiri

2) Teori otak triune (3 in 1)

3) Pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik)

4) Teori kecerdasan ganda

5) Pendidikan holistik (menyeluruh)

6) Belajar berdasarkan pengalaman

7) Belajar dengan simbol (Metaphoric learning)

8) Simulasi atau permainan

Maksud dari ke delapan kunci strategi quantum learning

(31)

dan bermain, dengan kecepatan yang mengesankan dan dibarengi

dengan kegiatan yang menggembirakan. Serta efektif digunakan

oleh semua umur ( Bobbi DePorter, 2016: 16).

Penggunaan metode pembelajaran Quantum Learning

diharapkan mengubah situasi pembelajaran yang menegangkan

menjadi lebih menyenangkan sehingga peserta didik lebih mudah

mencapai kompetensi yang diharapkan. Pembelajaran Quantum

Learning menciptakan ruang kelas yang didalamnya peserta didik

akan menjadi lebih aktif dan bukan hanya menjadi pengamat yang

pasif (Sri Wahyu dan Irfan, 2015: 3).

Dengan menerapkan Quantum Learning, maka dalam

mengusahakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dan

meningkatkan kualitas pembelajaran dapat tercapai. Selain itu juga

dapat memperbaiki penerapan kurikulum saat ini dan

meningkatkan pemahaman serta menciptakan suasana belajar yang

kondusif (Jaidun dan Keysar, 2014: 2).

b. Prinsip Pembelajaran Quantum Learning Prinsip pembelajaran kuantum yaitu:

1) Prinsip Utama

Bawalah dunia mereka (siswa) ke dalam dunia kita (guru),

dan antarkan dunia kita (guru) ke dalam dunia mereka (siswa).

(32)

dunia mereka berarti akan memberi izin untuk memimpin,

menuntun, dan memudahkan perjalanan mereka menuju

kesadaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas.

Dengan mengaitkan apa yang diajarkan oleh guru dengan

sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang didapatkan dari

kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi atau

akademis mereka. Setelah kaitan itu terbentuk, dengan mudah

dunia siswa dibawa ke dunia guru atau pengajar (Muhammad

Fthurrohman, 2017: 180).

Guru juga dapat dapat memanfaatkan

pengalaman-pengalaman siswa sebagai titik tolaknya. Dengan cara inilah

guru akan mudah membelajarkan siswa baik dalam bentuk

memimpin, mendampingi, dan memudahkan siswa menuju

ilmu yang lebih luas (Sugiyanto, 2010: 79).

2) Prinsip Dasar

Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa

proses pembelajaran merupakan permainan orchestra simfoni.

Muhammad Fathurrohman (2017: 180) menyebutkan dalam

bukunya bahwa prinsip-prinsip quantum learning ada lima,

(33)

a) Segalanya berbicara.

Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa

tubuh, dari kertas yang dibagikan hingga rancangan

pelajaran, semuanya mengirim pesan tentang belajar.

b) Segalanya bertujuan.

Semua yang terjadi dalam pengubahan kita,

mempunyai tujuan. Oleh karena itu, Kathy Wagone

membuat istilah yang memotivasi: “Tetapkanlah sasaran

tersebut agar bisa berprestasi setiap harinya”.

c) Pengalaman sebelum pemberian nama.

Otak kita berkembang pesat dengan adanya

rangsangan kompleks, yang akan menggerakkan rasa ingin

tahu. Oleh karena itu, proses yang paling baik terjadi

ketika siswa telah mendapatkan informasi sebelum

memperoleh kesimpulan dari apa yang mereka pelajari.

d) Akui setiap usaha.

Belajar mengandung risiko. Belajar berarti keluar

dari kenyamanan. Pada saat siswa mengambil langkah ini,

mereka patut mendapatkan pengakuan atas kecakapan dan

kepercayaan diri mereka. Seperti kata Noelle C. Nelson

bahwa pujin atau penghargaan kepada seseorang atas

(34)

e) Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan.

Perayaan adalah sarapan para pelajar juara.

Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan

dan meningkatkan minat dalam belajar. Sehubungan

dengan itu, Dryden berpesan bahwa ingatlah selalu untuk

merayakan setiap keberhasilan.

3) Pembelajaran harus berdampak bagi terbentuknya keunggulan.

Ada tujuh kunci keunggulan dalam pembelajaran kuantum

(Sugiyanto, 2010: 81).

Tujuh kunci tersebut yaitu:

a) Menerapkan hidup dalam integritas

Dalam pembelajaran, bersikaplah apa adanya, tulus,

dan menyeluruh yang lahir ketika nilai-nilai dan perilaku

menyatu. Hal ini dapat meningkatkan motivasi belajar.

b) Mengakui bahwa kegagalan dapat membawa kesuksesan

Dalam pembelajaran, harus dimengerti dan diakui

bahwa kesalahan atau kegagalan dapat memberikan

informasi tentang belajar lebih lanjut sehingga dapat

mencapai keberhasilan.

c) Berbicara dengan niat baik

Dalam pembelajaran, perlu dikembangkan

keterampilan berbicara dalam arti positif dan bertanggung

(35)

baik dalam berbicara dapat meningkatkan rasa percaya diri

dan motivasi belajar siswa.

d) Menegaskan komitmen

Dalam pembelajaran, baik guru maupun siswa harus

mengikuti visi misi tanpa ragu-ragu dan tetap pada jalur

yang telah ditetapkan.

e) Menjadi pemilik

Dalam pembelajaran, harus ada tanggung jawab.

Tanpa tanggung jawab tidak mungkin terjadi pembelajaran

yang bermakna dan bermutu.

f) Fleksibel dalam pembelajaran

Siswa, lebih-lebih guru, harus pandai-pandai

membaca dan bila diperlukan mengubah lingkungan dan

suasana.

g) Pentingnya keseimbangan

Dalam pembelajaran, pertahankan jiwa, tubuh,

emosi, dan semangat dalam satu kesatuan dan kesejajaran

agar proses dan hasil belajar efektif dan optimal.

c. Kerangka Perencanaan Pembelajaran Quantum Learning Kerangka perencanaan pembelajaran kuantum dikenal dengan

singkatan “TANDUR”. Menurut Muhammad Fathurrohman (2017:

(36)

yang meliputi Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan,

Ulangi, dan Rayakan.

1) T (Tumbuhkan).

Tumbuhkan dalam hal ini mengacu pada fase

menumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaatnya

Bagiku” (AMBAK), dan manfaatnya dalam kehidupan mereka

dengan proses yang semenarik mungkin. Tumbuhkan disini

berperan sangat penting karena fase inilah siswa diajak pergi

dari dunianya menuju dunia kita sebagai pengajar, dan kita

antarkan dunia kita ke dalam dunia mereka, tanpa ada rasa

keterpaksaan. Kita sebagai pengajar pada fase ini dituntut

untuk bisa menyiapkan sebuah kejadian menarik yang dapat

mengundang minat siswa untuk membukamata mereka dan

menyerahkan segenap perhatian mereka kepada kita.

2) A (Alami).

Dimaksudkan untuk memberikan pengalaman belajar

langsung kepada siswa. Pengalaman belajar ini haruslah dapat

mencakup segenap gaya belajarr siswa. Ketika siswa diberi

pengalaman belajar secara langsung, mereka akan terus dapat

mengingatnya karena sistem belajar seperti inilah yang dapat

masuk ke dalam sistem Long Term Memori (memori jangka

(37)

Model pengajaran langung juga memberikan kesempatan siswa

belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat, dan

menirukan apa yang dimodelkan gurunya.

3) N (Namai).

Di sini dimaksudkan untuk menyediakan kata kunci,

konsep, model, rumus, dan strategi sebagai penanda. Kadang,

ketika siswa hanya diberikan penjelasan materi secara

intengible tanpa dijelaskan dan diterangkan materi apa yang

mereka dapat, mereka menjadi bungung dan merasa tidak

belajar. Bagian inilah yang digunakan untuk menghindari

kejadian tersebut. Catatan-catatan tentang cara pemilu ditulis di

papan tulis dapat digunakan untuk melaksanakan fase Namai.

Beri mereka pengertian tentang fase-fase pemilu tadi. Beri

mereka pengertian tentang penggunaannya, beri mereka contoh

yang banyak tentang aplikasinya.

4) D (Demonstrasikan).

Adalah menyediakan kesempatan kepada siswa untuk

menunjukkan bahwa mereka tahu. Hal ini dapat dilakukan

dengan memberikan mereka kesempatan untuk mempraktikkan

apa yang telah mereka terima. Fase ini memiliki peranan yang

dominan dan penting dalam pembelajaran. Semakin banyak

(38)

siswa, semakin paham pula mereka terhadap materi yang kita

berikan.

5) U (Ulangi).

Dilakukan dengan cara me-review secara umum terhadap

proses belajar di kelas. Tidak ada salahnya mengulang lagi

secara umum terhadap apa yang telah kita terangkan. Sebab,

bisa jadi ada bbeberapa hal yang dari materi kita yang tidak

atau masih belum dipahami oleh siswa. Setelah semua siswa

mendapatkan giliran untuk mempraktikkan materi, tiba

gilirannya bagi kita untuk menutup pelajaran. Sebelum

menutup pelajaran, yakinkanlah diri kita bahwa semua siswa

bisa dan paham terhadap materi tersebut, yaitu dengan

melakukan review materi.

6) R (Rayakan).

Adalah pengakuan terhadap hasil kerja siswa di kelas dalam

hal perolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan. Rayakan

dapat dilakukan dalam bentuk pujian, memberikan hadiah atau

tepuk tangan. Pujian sangat penting keberadaannya dalam

proses belajar mengajar. Dr. Sylvia Rimm menyebutkan bahwa

pujian merupakan komunikator nilai-nilai orang dewasa efektif

dan menjadi alat yang amat penting bagi orangtua (guru) untuk

membimbing anak-anak (siswa). Kesenangan orangtua yang

(39)

Meskipun demikian, terlalu banyak pujian juga tidak baik

bagi mereka. Sebab ketika hal ini terjadi, mereka akan belajar

untuk selalu tergantung dan mengharapkan perundingan untuk

segala kegiatan mereka. Pujian dapat pula dilakukan kepada

siswa meskipun mereka melakukan kegagalan. Pujian ini dapat

diartikan sebagai sebuah penguatan kepada siswa untuk

mempertahankan mental mereka agar tidak jatuh (down). Hal

ini harus kita ingat sebagai seorang pengajar dan pendidik

adalah bahwa kegagalan itu bukanlah suatu aib atau hal yang

memalukan (Muhammad Fathurrohman, 2017: 183).

d. Model Quantum Learning

Adapun model Quantum Learning menurut Muhammad

Fathurrohman (2017: 184) yaitu terdiri atas dua tahap. Tahap

pertama disebut konteks dan tahap kedua adalah isi.

1)Tahap Pertama (Konteks)

Tahap pertama atau konteks, yaitu tahap persiapan sebelum

terjadinya interaksi di dalam kelas. Berhubungan dengan

konteks, ada empat aspek yang harus dipersiapkan sebagai

berikut:

a) Suasana, termasuk di dalamnya keadaan kelas, bahasa yang

dipilih, cara menjalin rasa simpati dengan siswa, dan sikap

(40)

b) Landasan, yaitu kerangka kerja: tujuan, keyakinan,

kesepakatan, prosedur, dan aturan bersama yang menjadi

pedoman untuk bekerja dalam komunitas belajar.

c) Lingkungan, yaitu cara menata ruang kelas, pencahayaan,

warna, pengaturan meja kursi, tanaman, dan semua hal yang

mendukung proses belajar.

d) Rancangan, yaitu penciptaan terarah unsur-unsur penting

yang menimbulkan minat siswa, mendalami makna, dan

memperbaiki proses tukar-menukar informasi.

2)Tahap Kedua (Isi)

Tahap kedua (isi) merupakan tahap pelaksanaan interaksi belajar

yang meliputi hal-hal berikut:

a) Presentasi, yaitu penyajian pelajaran dengan berdasarkan

prinsip-prinsip Quantum Learning sehingga siswa mereka

dapat mengetahui banyak hal dari apa yang dipelajari. Tahap

ini juga diistilahkan pemberian petunjuk, yang bermodalkan

dengan penampilan, bunyi, dan rasa berbeda.

b) Fasilitas, yaitu proses untuk memadukan setiap bakat-bakat

siswa dengan kurikulum yang dipelajari. Dengan kata lain,

bagian ini menekankan bagaimana keahlian seorang pengajar

sebagai pemberi petunjuk, langkah-langkah apa yang akan

(41)

c) Keterampilan Belajar, yaitu bagian yang mengajarkan

bagaimana trik-trik dalam belajar yang tentu berdasarkan

pada prinsip-prinsip Quantum Learning sehingga para siswa

memahami banyak hal, meskipun dalam waktu yang singkat.

d) Keterampilan Hidup, bagian ini mengajarkan bagaimana

berkomunikasi dengan efektif dengan orang lain sehingga

terbina kebersamaan dalam hidup. Keterampilan hidup

diistilahkan juga keterampilan sosial.

Berdasarkan tujuan dari proses belajar mengajar, dapat

diambil sebuah kesimpulan bahwa untuk dapat mendapatkan

wawasan yang luas, pembentukan sikap, dan memberikan

keterampilan konsep Quantum Learning inilah langkah atau

strategi yang komprehensif untuk meraih.

e. Manfaat Quantum Learning

Manfaat quantum learning adalah meningkatkan peran

sebagai pelajar yang memikul tanggung jawab pada diri sendiri

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dengan belajar

sedapat mungkin dari setiap situasi dan memanfaatkannya untuk

diri sendiri dan orang-orang yang didekatnya. Menurut De Porter

dn Hernacki (2016:13) dengan belajar menggunakan quantum

learning akan didapatkan berbagai manfaat, diantaranya yaitu:

(42)

3) Keterampilan belajar seumur hidup

4) Kepercayaan diri

5) Sukses atau hasil belajar yang meningkat

f. Kelebihan dan Kelemahan Quantum Learning

Menurut Akbar dan J. A. Pramukantoro yang dikutip dari

Muhammad Isnaini dkk (2016: 19), bahwa kelebihan Quantum

Learning yaaitu:

1) Membuat siswa merasa nyaman dan gembira dalam belajar,

karena model ini menuntut setiap siswa untuk selalu aktif dalam

proses belajar.

2) Memberikan motivasi pada siswa untuk ambil bagian dalam

kegiatan belajar mengajar (KBM) yang berlangsung.

3) Dengan adanya kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan

kemampuannya, akan memudahkan guru dalam mengontrol

sejauh mana pemahaman siswa dalam belajar.

Sedangkan kelemahan dari model Quantum Learning adalah :

1) Model Quantum Learning menuntut profesionalisme yang

tinggi dari seorang guru.

2) Banyaknya media dan fasilitas yang digunakan sehingga dinilai

kurang ekonomis.

3) Kesulitan yang dihadapi dalam menggunakan model Quantum

(43)

kurang kondusif sehingga menuntut penguasaan kelas yang

baik.

Untuk mengantisipasi hal ini maka seorang guru harus

mempunyai persiapan sebelum mengajar, menggunakan media

yang ekonomis tetapi siswa mampu memahami apa yang

disampaikan misalnya menggunakan video, ppt dll. Guru harus

kreatif untuk mengendalikan kelas.

2. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana

dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,

menghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia

dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya

kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadis, melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman (Abdul,

2012:11).

Pendidikan Agama Islam menurut Ditbinpaisun yaitu suatu

usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya

setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang

terkandung di dalam Islam secara keseluruhan, menghayati makna

dan maksud serta tujuannya dan pada akhirnya dapat

(44)

dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhiratnya kelak

(zakiah, 2011:88).

Sedangkan menurut Tayar Yusuf Pendidikan Agama Islam

adalah usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman,

pengetahuan, kecakapan dan keterampilan kepada generasi muda

agar kelak menjadi manusia bertakwa kepada Allah SWT (Abdul

dan Dian, 2005:130).

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan

untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui

pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan

serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga

menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal

keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk

dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi

(Abdul, 2012:16).

Muhammad Athiyah Al-Abrasyi yang dikutip Oemar

Muhammad Al-Toumy Al-Syaibani dalam bukunya Abd. Rahman

(2001:43) telah merumuskan tujuan pendidikan agama Islam

secara umum ke dalam lima tujuan yaitu:

1) Untuk membentuk akhlak mulia. Kaum muslimin dari dahulu

sepakat bahwa pendidikan akhlak yang sempurna adalah tujuan

(45)

2) Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat. Pendidikan

agama Islam bukan hanya menitikberatkan pada keagamaan

atau keduniaan saja, melainkan pada keduanya dan memandang

kesiapan keduanya sebagai tujuan yang asasi.

3) Persiapan untuk mencari rizki dan pemeligaraan segi

kemanfaatan. Pendidikan agama Islam tidak hanya segi agama,

akhlak dan spiritual semata tetapi juga menyeluruh bagi

kesempurnaan kehidupan, atau yang lebih dikenal sekarang

dengan nama tujuan-tujuan vokasional dan profesional.

4) Menunjukkan semangat ilmiah (scientific spirit) pada para

pelajar, dan memuaskan rasa ingin tahu (curiosity), serta

memungkinkan mereka mengkaji ilmu demi ilmu itu sendiri.

5) Menyiapkan pelajar dari segi profesi, teknik, dan perusahaan

supaya dapat menguasai profesi tertentu dan keterampilan

pekerjaan tertentu, agar dapat mencari rizki dalam hidup,

disamping memelihara segi kerohanian dan keagamaan.

Dengan demikian, jelas tujuan pendidikan Islam merupakan

usaha dalam membangun manusia yang utuh dalam rangka

pembentukan kepribadian, moralitas, sikap ilmiah dan keilmuan,

kemampuan berkarya, profesionalisasi sehingga mampu

menunjukkan iman dan amal saleh dengan nilai-nilai keagamaan

(46)

Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibani mengemukakan

dalam bukunya Abd. Rahman (2001:41) bahwa tujuan pendidikan

agama Islam memiliki empat ciri pokok yang paling menonjol

yaitu:

1) Sifat yang bercorak agama dan akhlak.

2) Sifat komprehensif yang mencakup segala aspek pribadi pelajar

(subjek didik), dan semua aspek perkembangan dalam

masyarakat .

3) Sifat keseimbangan, kejelasan, tidak adanya pertentangan

antara unsur-unsur dan cara pelaksanaannya.

4) Sifat realistik dan dapat dilaksanakan, penekanan dan

perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku dan pada

kehidupan, memperhitungkan peerbedaan-perbedaan

perorangan di antara individu, masyarakat dan kebudayaan di

mana-mana dan kesanggupan untuk berubah dan berkembang

bila diperlukan.

Zakiyah Daradjat (2011: 89) menyebutkan dalam bukunya

bahwa Pendidikan Agama mempunyai tujuan-tujuan yang

berintikan tiga aspek, yaitu aspek iman, ilmu dan amal, yang pada

dasarnya berisi:

1) Menumbuh suburkan dan mengembangkan serta membentuk

sikap positif dan disiplin serta cinta terhadap agama dalam

(47)

manusia yang bertakwa kepada Allah SWT taat kepada

perintah Allah SWT dan Rasul-Nya.

Memang untuk mencapai tujuan ini agak sulit dan memerlukan

banyak kesabaran, karena hasilnya tidak segera tampak

mengingat hal tersebut menyangkut masalah pendidikan

mental dan kepribadian. Dari sikap yangdemikian itulah justru

kadar keimanan dapat “diukur” dan dengan keimanan itu

pulalah nantinya anak akan menjadi manusia dewasa yang

dalam hidupnya mengindahkan dan memuliakan agama

sehingga memungkinkan dirinya terjauh dari berbagai godaan

dunia yang bertentangan dengan ajaran agamanya serta

bertanggung jawab terhadap baikburuknya suatu masyarakat

dan negara di mana ia berada.

2) Ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya merupakan

motivasi intrinsik terhadap pengembangan ilmu pengetahuan

yang harus dimiliki anak. Berkat pemahaman tentang

pentingnya agama dan ilmu pengetahuan (agama dan umum)

maka anak menyadari keharusan menjadi seorang hamba Allah

yang beriman dan berilmu pengetahuan. Karenanya, ia tidak

pernah mengenal henti untuk mengejar ilmu dan teknologi

baru dalam rangka mencari keridaan Allah SWT. dengan iman

(48)

Dengan kata lain, tujuan pada aspek ilmu ini adalah

pengembangan pengetahuan agama, yang dengan pegetahuan

itu dimungkinkan pembentukan pribadi yang berakhlak mulia,

yang bertakwa kepada Allah SWT, sesuai dengan ajaran

agama Islam dan mempunyai keyakinan yang mantap kepada

Allah SWT.

3) Menumbuhkan dan membina keterampilan beragama dalam

semua lapangan hidup dan kehidupan serta dapat memahami

dan menghayati ajaran agamaIslam secara mendalam dan

bersifat menyeluruh, sehingga dapat digunakan sebagai

pedoman hidup, baik dalam hubungan dirinya dengan Allah

SWT melalui ibadat sholat dan dalam hubungannya dengan

sesama manusia yang tercermin dalam akhlak perbuatan serta

dalam hubungan dirinya dengan alam sekitar melalui cara

pemeliharaan dan pengolahan alam serta pemanfaatan hasil

usahanya.

Oleh karena itu, berbicara tentang pendidikan agama Islam,

baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman

nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau

moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka

menuai keberhasilan hidup di dunia bagi anak didik yang

(49)

c. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Fungsi pendidikan agama Iaslam yaitu menciptakan manusia

beriman yang meyakini suatu kebenaran dan berusaha

membuktikan kebenaran tersebut melalui akal, rasa, feeling dan

kemampuan untuk melaksanakan melalui amal yang tepat dan

benar (Rahman, 2001:53).

Sedangkan pendidikan agama Islam untuk sekolah/madrasah

menurut Abdul (2012:15) berfungsi untuk:

1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT. yang telah ditanamkan dalam

lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama

kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan

oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk

menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui

bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar keimanan dan

ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai

dengan tingkat perkembangannya.

2) Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

3) Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial

(50)

4) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta

didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran

dalam kehidupan sehari-hari.

5) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari

lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat

membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya

menuju manusia Indonesia seutuhnya.

6) Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nirnyata), sistem dan fungsionalnya.

7) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang Agama Islam agar bakat

tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat

dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.

Feisal (1999) berpendapat dalam bukunya Abdul dan Dian

(2005:135) bahwa terdapat beberapa pendekatan yang digunakan

dalam memainkan fungsi agama Islam di sekolah:

1) Pendekatan nilai universal (makro) yaitu suatu program yang

dijabarkan dalam kurikulum.

2) Pendekatan Meso, artinya pendekatan program pendidikan

yang memiliki kurikulum, sehingga dapat memberikan

(51)

3) Pendekatan Ekso, artinya pendekatan program pendidikan yang

memberikan kemampuan kebijakan pada anak untuk

membudidayakan nilai agama Islam.

4) Pendekatan Makro, artinya pendekatan program pendidikan

yang memberikan kemampuan kecukupan keterampilan

seseorang sebagai profesional yang mampu mengemukakan

ilmu teori, informasi, yang diperoleh dalam kehidupan

sehari-hari.

d. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Seorang bayi yang baru lahir adalah makhluk Allah SWT

yang tidak berdaya dan senantiasa memerlukan pertolongan untuk

dapat melangsungkan hidupnya di dunia ini. Manusia lahir tidak

mengetahui sesuatu apapun, tetapi ia dianugerahi oleh Allah SWT

pancaindera, pikiran, dan rasa sebagai modal untuk menerima ilmu

pengetahuan, memiliki keterampilan dan mendapatkan sikap

tertentu melalui proses kematangan dan belajar terlebih dahulu.

Setiap manusia berkeinginan mempunyai anak yang

berkepribadian baik, atau setiap orang tua bercita-cita mempunyai

anak yang saleh yang senantiasa membawa harum nama orang

tuanya, karena anak yang baik merupakan kebanggaan orang tua,

baik buruknya kelakuan anak akan mempengaruhi nama baik orang

(52)

terus menerus pahalanya walaupun orang itu sudah meninggal

dunia ( Abdul dan Dian, 2005: 137).

Untuk mencapai hal yang diinginkan itu dapat diusahakan

melalui pendidikan, baik pendidikan dalam keluarga, pendidikan di

sekolah maupun pendidikan di masyarakat.

Dalam ajaran Islam, akhlak merupakan ukuran/barometer

yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai kadar iman seseorang.

Seseorang baru bisa dikatakan memiliki kesempurnaan iman

apabila dia memiliki budi pekerti/akhlak yang mulia. Oleh karena

itu, masalah akhlak /budi pekerti merupakan salah satu pokok

ajaran Islam yang harus diutamakan dalam pendidikan agama Islam

untuk ditanamkan/diajarkan kepada anak didik. Dengan melihat arti

pendidikan Islam dan ruang lingkupnya itu, jelaslah bahwa dengan

pendidikan Islam kita berusaha untuk membentuk manusia yang

berkepribadian kuat dan baik berdasarkan pada ajaran agama Islam.

Pendidikan agama Islam sangat penting sebab dengan

pendidikan Islam, orang tua atau guru berusaha secara sadar

memimpin dan mendidik anak diarahkan pada perkembangan

jasmani dan rohani sehingga mampu membentuk kepribadian yang

utama sesuai dengan ajaran agama Islam. Pendidikan agama Islam

hendaknya ditanamkan sejak kecil, sebab pendidikan pada masa

kanak-kanak merupakan dasar yang menentukan untuk pendidikan

(53)

Oleh sebab itu, seyogianyalah pendidikan agama Islam

ditanamkan dalam pribadi anak sejak lahir bahkan sejak dalam

kandungan dan kemudian hendaklah dilanjutkan pembinaan

pendidikan ini di sekolah, mulai dari Taman Kanak-kanak sampai

dengan Perguruan Tinggi.

Mengingat betapa pentingnya pendidikan agama Islam dalam

mewujudkan harapan setiap orang tua, masyarakat, dan membantu

mewujudkan tujuan pendidikan nasional, maka pendidikan agama

Islam harus diberikan dan dilaksanakan di sekolah dengan

sebaik-baiknya (Abdul, 2012:23).

B. Kajian Pustaka

Kajian pustaka berfungsi untuk menunjukkan bahwa fokus dalam

penelitian ini belum pernah dikaji oleh peneliti sebelumnya dan

menunjukkan perbedaan. Ada beberapa skripsi yang relevan dengan judul

implementasi Quantum Learning dalam pembelajaran pendidikan agama

Islam kelas VIII di SMP Walisongo Karangmalang kabupaten Sragen

tahun pelajaran 2018/2019. Diantaranya:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Daryono (2009, UIN Sunan Kalijaga)

yang berjudul “Penerapan Quantum Learning dalam pembelajaran

Nahwu di pondok pesantren Hidayatullah Yogyakarta”. Penelitian ini

menelaah tentang penerapan Quantum Learning dalam pembelajaran

(54)

a. Penerapan Quantum Learning sebagai pendekatan dan metode

pembelajaran Nahwu sudah diterapkan dengan baik walaupun

tidak semua teori dan konsep Quantum Learning diterapkan

sepenuhnya dalam artian hanya menerapkan beberapa konsep

diantaranya: Lima keyakinan yang meningkatkan emosi positif,

selain lima keyakinan tersebut juga diterapkan seperangkat metode

dan falsafah belajar yang mengintegrasikan lingkungan, fisik,

suasana, interaksi, metode, dan teknik belajar untuk mempelajari

keterampilan, yang semua aspek tersebut akan melahirkan

keyakinan dan nilai-nilai.

b. Hasil yang dicapai santri dalam belajar Nahwu dengan pendekatan

dan metode Quantum Learning sangat baik (nilai rata-rata kelas =

85).

c. Faktor pendukung dalam pembelajaran Nahwu diantaranya adalah

penerapan Quantum Learning dalam pembelajaran Nahwu yang

terbukti berhasil, adanya semangat ustadz Nahwu yang sangat

tinggi, adanya motivasi dan antusiasme santri untuk belajar nahwu,

adanya kedekatan/persahabatan antara ustadz dengan santri, serta

tersedianya sarana dan media pembelajaran. Adapun faktor

penghambatnya adalah belum adanya kesepakatan sistem untuk

menerapkan Quantum Learning sebagai metode dan pendekatan

(55)

2. Penelitian yang dilakukan oleh Novariana (2015, UIN Raden Fatah

Palembang) yang berjudul “ Pengaruh penerapan model pembelajaran

Quantum Learning terhadap motivasi dan hasil belajar Matematika

siswa SMP Negeri 37 Palembang”. Hasil dari penelitian tersebut

adalah:

a. Model Quantum Learning mempengaruhi motivasi belajar di kelas

eksperimen pada setiap indikator. Siswa terlihat lebih aktif

berpartisipasi dalam menyampaikan pendapat dan semua siswa

aktif mengikuti proses pembelajaran. Hal tersebut dibuktikan

dengan skor rata-rata motivasi belajar siswa di kelas kontrol

sebesar 58,79 dan eksperimen 70,18. Hasil uji hipotesis

menggunakan uji t‟ pada data angket dihasilkan thitung sebesar 6,89

dan thitung > ttebal, maka Ho ditolah atau Ha diterima sehingga

menunjukkan keberhasilan model Quantum Learning terhadap

motivasi belajar matematika siswa yang memenuhi indikator

motivasi belajar.

b. Penerapan model Quantum Learning ini berpengaruh terhadap

hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan skor rata-rata hasil

belajar siswa di kelas kontrol 65,23 dan eksperimen 79,91. Hasil

uji hipotesis menggunakan uji t diperoleh thitung sebesar 5,62 dan

ttebal sebesar 1,994, dengan taraf signifikan 5% dan dk=76,

(56)

Learning terhadap hasil belajar mtematika siswa SMP Negeri 37

Palembang.

3. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ulfatul Hamidah (2015,

IAIN Tulungagung) yang berjudul “Pengaruh model Quantum

Learning terhadap motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas

X materi statistika di SMK Islam 1 Durenan tahun ajaran 2014/2015”

hasilnya yaitu:

a. Terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran Quantum

Learning terhadap motivasi belajar matematika kelas X materi

statistika di SMK Islam 1 Durenan tahun ajaran 2014/2015.

b. Terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran Quantum

Learning terhadap hasil belajar matematika kelas X materi

statistika di SMK Islam 1 Durenan tahun ajaran 2014/2015.

Dari ketiga penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

penelitian yang dilakukan penulis memiliki perbedaan dengan

penelitian di atas. Pada skripsi yang pertama fokus pada pembelajaran

Nahwu di pondok pesantren Hidayatullah Yogyakarta. Skripsi kedua

fokus pada pembelajaran Matematika di SMP Negeri 37 Palembang.

Skripsi ketiga fokus pada pembelajaran Matematika di SMK Islam 1

Durenan. Sedangkan dalam penelitian ini lebih fokus terhadap

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Walisongo Sragen.

Adapun spesifikasi skripsi ini pada dasarnya adalah tentang

(57)

Pendidikan Agama Islam di SMP Walisongo Karangmalang Sragen,

sehingga yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah kepala

sekolah, guru PAI, dan siswa.

Metode yang digunakan juga berbeda, peneliti sebelumnya

menggunakan metode kuantitatif. Sedangkan metode penelitian yang

sekarang adalah metode kualitatif. Dengan demikian, penelitian yang

dilakukan saat ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang telah ada

sebelumnya sehingga penelitian ini dapat diposisikan sebagai

pelengkap dari penelitian terdahulu dan memperoleh teori yang sudah

(58)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif yang dikenal di Indonesia adalah

penelitian naturalistic. Istilah “naturalistic” menunjukkan bahwa

pelaksanaan penelitian ini memang terjadi secara alamiah, apa adanya,

dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya,

menekankan pada deskripsi secara alami. Dengan sifatnya ini maka

dituntut keterlibatan peneliti secara langsug di lapangan dan tidak dapat

diwakilkan orang lain (Suharsimi, 2013: 27). Sehingga peneliti secara

langsung mengamati fenomena yang diamati, kemudian mendeskripsikan

data yang diperoleh dengan bentuk naratif deskriptif.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di SMP Walisongo

Karangmalang Kabupaten Sragen untuk mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam kelas VIII.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 23 Juli 2018 sampai

(59)

C. Sumber Data

Agar penelitiannya dapat betul-betul berkualitas, data yang

dikumpulkan harus lengkap, yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang

diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh

subyek yang dapat dipercaya, dalam hal ini adalah subyek penelitian

(informan) yang berkenan dengan variabel yang diteliti (Suharsimi,

2013: 22). Hal ini tercermin dengan adanya kata-kata dan tindakan

yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati dan mewawancarai.

Data primer peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan

informasi tentang Implementasi Quantum Learning dalam

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII di SMP Walisongo

Karangmalang Kabupaten Sragen. Adapun data primer dalam

penelitian ini adalah kepala sekolah, dewan guru dan guru Pendidikan

Agama Islam.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari

dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, SMS), foto-foto, film,

rekaman video, benda-benda dan lain-lain yang dapat memperkaya

data sekunder (Suharsimi, 2013: 22). Data sekunder ini diperoleh dari

(60)

Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat

penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui

studi pustaka dan wawancara langsung dengan siswa, yang

bersinggungan dengann implementasi quantum learning dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Walisongo

Karangmalang Kabupaten Sragen.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Ada beberapa metode pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu:

1. Observasi

Orang seringkali mengartikan observasi sebagai suatu aktiva

yang sempit, yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan

mata. Di dalam penelitian psikologik, observasi atau yang disebut pula

dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap

sesuatu objek dengan menggunakan seluruh indra. Jadi, mengobservasi

dapat dilakukan melalui penglihatn, penciuman, pendengaran, peraba,

dan pengecap (Suharsimi, 2013: 199).

Metode observasi yang digunakan adalah metode observasi

partisipasi. Observasi Partisipasi adalah observasi yang dilakukan

dengan observer terlibat langsung secara aktif dalam objek yang

diteliti ( Husaini, 2008: 57).

Jadi, cara kerja dalam metode observasi partisipasi ini adalah

(61)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah dengan mengamati

kegiatan guru dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam

dengan tujuan untuk mengetahui pelaksanaan quantum learning di

SMP Walisongo Karangmalang Kabupaten Sragen.

2. Wawancara

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh

pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Metode

ini digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya

untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua,

pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu (Suharsimi, 2013: 198).

Tujuan penggunaan wawancara dalam penelitian ini yaitu untuk

memperoleh tentang:

1) Profil SMP Walisongo Karangmalang yang menjadi lokasi

penelitian.

2) Implementasi quantum learning dalam pembelajaran pendidikan

agama Islam di SMP Walisongo Karangmalang.

3) Pemahaman siswa terhadap pembelajaran pendidikan agama Islam

dengan metode quantum learning.

4) Pelaksanaan metode quantum learning dalam pembelajaran

pendidikan agama Islam di SMP Walisongo Karangmalang.

5) Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan metode quantum

(62)

Wawancara tersebut dilakukan dengan Kepala Sekolah, guru

Pendidikan Agama Islam, dan siswa kelas VIII di SMP Walisongo

Karangmalang Kabupaten Sragen.

3. Dokumentasi

Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya

barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti

menyelidiki benda-benda terulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,

peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian (Suharsimi, 2013:

201).

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang kondisi

dan keadaan obyek peneliti serta memberikan gambaran secara umum

tentang obyek penelitian pengimplementasian Quantum Learning

dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Walisongo

Karangmalang Kabupaten Sragen. Selain itu dengan metode

dokumentasi ini diharapkan penulis bisa mendapatkan bukti tambahan

seperti: foto, dan data-data lainnya yang penulis perlukan.

E. Analisis Data

Analisis data adalah upaya menata secara sistematis, catatan hasil

wawancara, dokumentasi, dan observasi untuk meningkatkan pemahaman

peneliti mengenai kasus yang diteliti dan menyajikan sebagai temuan bagi

orang lain (Muhadjir, 2002: 142).

Teknik analisis data mempunyai prinsip yaitu untuk mengolah data

Gambar

Gambar 1. Model Analisis Data
Tabel 4.1
Tabel 4.2
 Tabel 4.3
+3

Referensi

Dokumen terkait

Analisis hasil dilakukan secara deskriptif, yaitu dengan memaparkan hasil identifikasi kualitatif dengan cara membandingkan nilai Rf dan warna kromatogram antara standar dan

Hasil uji hipotesis berdasarkan tabel (uji t) menunjukkan bahwa tingkat signifikansi variabel lingkungan kerja sebesar 0.012 lebih kecil dari 0,05 sehingga lingkungan kerja

angka tersebut akan mengambil matriks pada massa atom dan waktu paro yang.. telah dibuat pada baris sesuai

Berdasarkan pengamatan histologis (internal), oosit stadium 1 ikan patin hibrida ini ditandai dengan penampakan ooplasma berwarna merah gelap secara seragam dan

Ucapan yang menyejukkan akan meninggalkan kesan yang positif bagi orang lain. Setidaknya, ucapan sejuk yang kita kemukakan akan menjadi modal untuk memperoleh respon

hasil penelitian Irjayanti sejalan dengan penelitian Anes et al (2015) yang menunjukkan hubungan yang siginifikan antara kadar debu semen dengan gangguan fungsi paru dengan p-

Jobdiscribtion : Pemilik saham terbesar, sebagai dewan Pengawasan dan Evaluasi seluruh rumah makan PTM. Serta menjadi atasan para pimpinan RM PTM setiap cabang

Menurut Santoso dan Salim (2012), kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap perataan laba karena hubungannya dengan fungsi monitor, investor