IMPLEMENTASI QUANTUM LEARNING
DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KELAS VIII DI SMP WALISONGO KARANGMALANG
KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
MERLINA FITRIA MUTHOHAROH
NIM. 11114255
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
IMPLEMENTASI QUANTUM LEARNING
DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KELAS VIII DI SMP WALISONGO KARANGMALANG
KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
MERLINA FITRIA MUTHOHAROH
NIM. 11114255
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
MOTTO
“ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, karya
skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Ayah dan Ibuku tersayang, Bp. Mujiyono dan Ibu Muryani yang telah
membesarkanku dengan penuh cinta dan kesabaran serta selalu menjadi
motivasi dalam setiap langkah hidupku.
2. Kakak kandungku Erliana Fitri Rohaniah, yang telah berpartisipasi membantu
dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Dosen pembimbing skripsiku, Ibu Dra. Nur Hasanah, M.Pd., yang selalu
memberikan pengarahan serta bimbingan selama proses skripsi ini.
4. Yoga Heriyanto yang selalu sabar menemani dan memberi motivasi dalam
menyelesaikan skripsi ini. Semoga sukses untuk kita.
5. Seluruh keluarga besar dan sahabat-sahabatku Rahma, Lilis, SNJ dan
teman-temanku kost Alfa-Afa, terima kasih atas segala dukungan dan motivasinya.
6. Kepada semua teman-teman PAI angkatan 2014, semoga sehat selalu dan
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil „alamin
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
taufik, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik dan lancar.
Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada uswah khasanah kita
Nabi Agung Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di Yaumul Akhir.
Amin.
Dengan penuh rasa syukur penulis panjatkan, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Impementasi Quantum Learning dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII di SMP Walisongo
Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2018/2019” ini dengan baik
dan lancat tanpa ada halangan suatu apapun. Skripsi ini disusun guna memenuhi
syarat untuk memperoleh gelar sarjana program studi Pendidikan Agama Islam
(PAI) pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN). Kami haturkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
Adapun pihak-pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini
adalah:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., Rektor IAIN Salatiga.
ABSTRAK
Muthoharoh, Merlina Fitria. 2018. Implementasi Quantum Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VIII di SMP
Walisongo Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun
Pelajaran 2018/2019. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing: Dra. Nur Hasanah, M.Pd
Kata Kunci : Quantum Learning, Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Quantum Learning yaitu model pembelajaran yang bersifat nyama dan
menyenangkan bagi peserta didik. Model Quantum Learning ini dilakukan sebagai tindak lanjut terhadap kendala-kendala pembelajaran yang sering terjadi di dalam kelas ketika digunakan metode ceramah. Selama pembelajaran Pendidikan Agama Islam berlangsung masih berpusat kepada gurunya sedangkan siswanya masih menjadi pendengar yang pasif. Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini dilaksanakan untuk menjawab rumusan masalah berikut: Bagaimana implementasi Quantum
Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa kelas VIII di
SMP Walisongo Karangmalang Kabupaten Sragen ?, Apa faktor pendukung dan faktor penghambat implementasi Quantum Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa kelas VIII di SMP Walisongo Karangmalang Kabupaten Sragen ?
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 23 Juli 2018 sampai tanggal 16 Agustus 2018 di SMP Walisongo Karangmlang. Prosedur pengumpulan datanya menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Langkah analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verivikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Walisongo Karangmalang menggunakan model Quantum
Learning. Model Quantum Learning ini digunakan karena sangat efektif.
Langkah-langkah yang digunakan guru pendidikan agama Islam dalam menerapkan Quantum Learning yaitu dengan menggunakan rancangan pembelajaran TANDUR. Faktor pendukung implementasi Quantum Learning
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL LUAR... i
HALAMAN BERLOGO... ii
HALAMAN SAMPUL DALAM... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv
PENGESAHAN KELULUSAN... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... vi
MOTTO... vii
PERSEMBAHAN... viii
KATA PENGANTAR... x
ABSTRAK... xi
DAFTAR ISI... xii
DAFTAR BAGAN DAN TABEL... xv
DAFTAR LAMPIRAN... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Fokus Penelitian... 7
C. Tujuan Penelitian... 7
D. Manfaat Penelitian... 8
E. Penegasan Istilah... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI... 12
1. Quantum Learning... 12
a. Pengertian Quantum Learning... 12
b. Prinsip pembelajaran Quantum Learning... 15
c. Kerangka perencanaan pembelajaran Quantum Learning... 19
d. Model Quantum Learning... 23
e. Manfaat Quantum Learning... 25
f. Kelebihan dan kelemahan Quantum Learning... 26
2. Pendidikan Agama Islam... 27
a. Pengertian pendidikan agama Islam... 27
b. Tujuan pendidikan agama Islam... 28
c. Fungsi pendidikan agama Islam... 33
d. Pembelajaran pendidikan agama Islam... 35
B. KAJIAN PUSTAKA... 37
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 42
B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 42
C. Sumber Data... 43
D. Prosedur Pengumpulan Data... 44
E. Analisis Data... 46
BAB VI PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum SMP Walisongo Karangmalang Sragen... 50
1. Latar Belakang dan Sejarah Berdirinya SMP... 50
2. Identitas Sekolah... 53
3. VISI, MISI dan Tujuan... 54
4. Struktur Organisasi... 57
5. Sarana dan Prasarana... 58
6. Data Guru dan Siswa... 58
7. Daftar Ekstra Kurikuler... 61
B. Analisis Data... 62
1. Implementasi Quantum Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VIII di SMP Walisongo Karangmalang Sragen... 62
2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Implementasi Quantum Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Islam kelas VIII di SMP Walisongo Karangmalang Sragen... 67
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 71
B. Saran... 73
Daftar Bagan dan Tabel
Bagan 3.1 Model Analisis Data... 50
Tabel 4.1 Struktur Organisasi... 59
Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana... 60
Tabel 4.3 Data Guru Formal... 60
Tabel 4.4 Data Guru Madin... 62
Tabel 4.5 Data Siswa... 62
Daftar Lampiran
1. Daftar Riwayat Hidup
2. Surat Pengajuan Dosen Pembimbing
3. Surat Izin Penelitian
4. Surat Keterangan Penelitian
5. Lembar Konsultasi
6. Laporan SKK
7. Catatan Observasi
8. Pedoman Wawancara
9. Transkip Wawancara
10.RPP
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan
mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama
sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan
dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut
konsep pandangan hidup mereka.
Kegiatan pendidikan harus memiliki tujuan yang jelas agar bisa
mencapai target. Bagi umat muslim, kita harus mempelajari Pendidikan
agama Islam. Pendidikan Islam yaitu usaha mengembangkan fitrah
manusia dengan ajaran Islam, agar terwujud (tercapai) kehidupan manusia
yang makmur dan bahagia. Dari definisi yang cukup singkat ini nampak
memberikan penekanan mengenai adanya usaha mengembangkan fitrah
manusia, dengan ajaran agama Islam dan terwujudnya kehidupan yang
makmur dan bahagia (Abd. Rahman, 2001: 35).
Untuk memajukan kehidupan mereka itulah, maka pendidikan
menjadi sarana utama yang perlu dikelola, secara sistematis dan konsisten
berdasarkan berbagai pandangan teoritikal dan praktikal sepanjang waktu
sesuai dengan lingkungan hidup manusia itu sendiri. Manusia adalah
duniawi dan ukhrawi. Namun cita-cita demikian tak mungkin dicapai jika
manusia itu sendiri tidak berusaha keras meningkatkan kemampuannya
seoptimal mungkin melalui proses kependidikan, karena proses
kependidikan adalah suatu kegiatan secara bertahap berdasarkan
perencanaan yang matang untuk mencapai tujuan atau cita-cita tersebut.
Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling penting dalam
pembangunan nasional, dijadikan andalan utama untuk berfungsi
semaksimal mungkin dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia
Indonesia, dimana iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa menjadi
sumber motivasi kehidupan segala bidang (Fuad, 2013: 2).
Proses pembelajaran di dalam dunia pendidikan memiliki andil
dalam proses “tercerabutnya” anak-anak dari akar budaya yang
melingkupinya. Kondisi ini seharusnya menjadi inspirasi bagi dunia
pendidikan untuk melakukan berbagai perubahan dalam proses
pembelajaran.
Kinerja pendidikan selalu dilihat dari prestasi siswa, artinya
semakin bagus prestasinya, semakin memadai kinerja pendidikan. Namun
demikian, prestasi siswa sangat bergantung pada profesionalisme guru,
artinya semakin profesional guru, semakin bagus pula prestasi siswa
(Fanany, 2013: 11).
Dalam inovasi pembelajaran guru memiliki peran yang amat vital
dalam proses pembelajaran di kelas. Gurulah yang memiliki tugas dan
kegiatan pembelajaran, mengevaluasi, menganalisis hasil evaluasi, dan
melakukan tindak lanjut.
Walau belajar merupakan bagian yang tidak bisa ditawar lagi
dalam kehidupan manusia, di sekolah jika seorang siswa tidak memiliki
minat terhadap sesuatu pelajaran, maka proses belajarnya tidak dapat
berjalan lancar karena mata pelajaran tersebut tidak dapat menarik
perhatiannya. Oleh karenanya diperlukan adanya respon untuk
menghadapi permasalahan tersebut.
Sesuai dengan pernyataan tersebut, pembelajaran seharusnya
dilakukan dengan menggunakan metode-metode dan strategi yang dapat
menumbuhkan semangat belajar siswa sehingga proses belajar dapat
berjalan dengan lancar serta menghasilkan hasil yang maksimal.
Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling penting dalam
pembangunan nasional, dijadikan andalan utama untuk berfungsi
semaksimal mungkin dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia
Indonesia, dimana iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa menjadi
sumber motivasi kehidupan segala bidang (Fuad, 2013: 2).
Peristiwa pendidikan ditandai dengan adanya interaksi edukatif.
Agar interaksi ini dapat berlangsung secara efektif dan efisien dalam
mencapai tujuan, maka di samping dibutuhkan pemilihan bahan/materi
pendidikan yang tepat, perlu dipilih metode yang tepat pula.
umpan balik, tetapi juga mencari tempat mereka belajar, mengakui dan
mendukung orang lain, tempat mereka mengalami kegembiraan dan
kepuasan, memberi dan menerima, belajar dan tumbuh. Menerapkan suatu
strategi yang tepat dalam pembelajaran memungkinkan tercapainya
efektivitas pembelajaran yang lebih baik. Sebaliknya, pembelajaran akan
menjadi masalah bagi siswa, jika siswa merasakan pembelajaran menjadi
suatu kegiatan yang membosankan.
Untuk meningkatkan mutu pembelajaran dalam kelas, maka
seorang guru harus dapat memilih metode pembelajaran yang menarik.
Dengan metode yang nyaman dan menyenangkan, maka siswa akan
mudah menerima materi yang diberikan oleh guru. Selain itu siswa akan
lebih aktif saat proses pembelajaran, tidak hanya mendengarkan
penjelasan dari guru saja.
Banyak model-model pembelajaran yang menawarkan strategi
pembelajaran yang efektif digunakan seperti Cooperative Learning,
Contextual Learning, Quantum Learning, dan Problem Solving. Dari
banyaknya model-model pembelajaran tersebut, peneliti tertarik pada salah
satu model pembelajaran untuk diteliti yaitu model Quantum Learning.
Quantum Learning merupakan model pembelajaran yang membiasakan
belajar menyenangkan. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk
merancang suatu strategi yang dapat membuat pembelajaran itu
untuk menciptakan suasana menyenangkan dalam pembelajaan, sehingga
pembelajaan menjadi lebih efektif ( Darmansyah, 2010:21).
Penerapan model Quantum Learning tersebut diharapkan dapat
meningkatkan minat belajar siswa sehingga pada akhirnya siswa dapat
meningkatkan hasil belajar ( Huda, 2013: 192).
Salah satu sekolah yang telah menerapkan Quantum Learning
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah SMP Walisongo
Karangmalang Kabupaten Sragen. Hal ini dilakukan sebagai tindak lanjut
terhadap kendala-kendala pembelajaran yang sering terjadi di dalam kelas
ketika digunakan metode ceramah (konvensional). Selama pembelajaran
Pendidikan Agama Islam berlangsung masih berpusat kepada gurunya
sedangkan siswanya masih menjadi pendengar yang pasif, ditambah lagi
dengan suasana di dalam kelas cenderung formal sehingga minat belajar
siswa menjadi rendah. Apabila kebiasaan ini terus dilakukan, maka akan
merugikan siswa itu sendiri. Banyak faktor yang menyebabkan siswa
melakukan hal tersebut, diantaranya yaitu siswa tidak suka dengan
gurunya, siswa tidak suka dengan mata pelajaran tertentu khususnya
pendidikan agama islam atau bisa juga siswa tidak suka dengan cara
mengajar guru tersebut, karena saat poses pelajaran guru masih dominan
menggunakan metode ceramah. Dari faktor tersebut membuat siswa
kurang termotivasi dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap hasil
Hal inilah yang menjadikan ketertarikan penulis untuk meneliti dan
mendeskripsikan sejauh mana keberhasilan Quantum Learning yang
diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP
Walisongo Karangmalang Kabupaten Sragen.
Dengan digunakannya Quantum Learning ini menjadikan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang sebelumnya cenderung
menggunakan metode ceramah diubah menjadi pembelajaran yang
menarik siswa untuk selalu mengkaji pelajaran tersebut. Walaupun tidak
dipungkiri metode ceramah masih digunakan tetapi dalam penerapannya
model ini dikombinasikan dengan metode dan strategi yang bervariasi
sehingga dapat menaikkan semangat belajar siswa. Selain itu, dengan
belajar menggunakan Quantum Learning akan didapatkan berbagai
manfaat contohnya yaitu siswa tidak akan merasa bosan, siswa akan lebih
aktif di kelas dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Banyak dari uraian latar belakang diatas, maka perlu kiranya
diadakan suatu penelitian pendidikan. Dalam hal ini peneliti ingin
mengangkat suatu topik yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi saat ini,
oleh karena itu peneliti dapat merumuskan judul “Implementasi
Quantum Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
B. Fokus Penelitian
Dari latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus penelitian ini
yaitu:
1. Bagaimana implementasi Quantum Learning dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam siswa kelas VIII di SMP Walisongo
Karangmalang Kabupaten Sragen ?
2. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat implementasi Quantum
Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa kelas
VIII di SMP Walisongo Karangmalang Kabupaten Sragen ?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Objektif
a. Untuk mengetahui proses implementasi Quantum Learning dalam
pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa kelas VIII di SMP
Walisongo Karangmalang Kabupaten Sragen.
b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat
implementasi Quantum Learning dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam siswa kelas VIII di SMP Walisongo Karangmalang
Kabupaten Sragen.
2. Tujuan Subjektif
Untuk menambah ilmu pengetahuan, pengalaman dan wawasan
bagi penulis dibidang pendidikan agama Islam dan guna memenuhi
Pendidikan Agama Islam di Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan Institut
Agama Islam Negeri Salatiga.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat berguna baik yang bersifat teoritis
maupun praktis, antara lain adalah:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
guru dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan
agama Islam, khususnya dalam memilih metode tentang sistem
pembelajaran.
2. Manfaat praktis
a. Manfaat bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan
untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
b. Manfaat bagi guru
Membantu mengatasi permasalahan pembelajaran yang
dihadapi oleh guru, memperkaya metode pembelajaran, dan
keterampilan pembelajaran yang dapat digunakan untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa.
c. Manfaat bagi siswa
Pembelajaran dengan quantum learning dapat dijadikan
suasana yang nyaman dan menyenangkan bagi siswa khususnya
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
d. Manfaat bagi penulis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam
mengembangkan kemampuan menulis.
e. Manfaat bagi peneliti yang akan datang
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan bagi
peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan Quantum Learning.
E. Penegasan Istilah
Penegasan judul ini dimaksud untuk menghindari adanya
interprestasi lain yang dapat menimbulkan kesalahpahaman dalam
memahaminya. Adapun pengertian istilah judul tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Implementasi
Implementasi adalah suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan,
atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan
dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan mauun
nilai, dan sikap (Kunandar, 2011: 233).
2. Quantum Learning
Quantum Learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar
yang terbukti efektif di sekolah dan bisnis bekerja untuk semua tipe
3. Pembelajaran
Pembelajaran adalah segala upaya atau kegiatan yang dilakukan oleh
pendidik agar terjadi proses belajar pada diri siswa. Tujuan dari
pembelajaran adalah membelajarkan siswa (Sobry, 2007: 50).
4. Pendidikan agama Islam
Pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani
berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya
kepribadian utama menurut ukuran Islam (Abd. Rahman, 2001: 34).
F. Sistematika Penulisan
Sebagai gambaran umum dalam skripsi ini, penulis akan paparkan
sekilas tentang sistematika penulisan dalam skripsi ini dengan
menggunakan system sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang: Latar Belakang Masalah,
Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
Penegasan Istilah, dan Sistematika Penulisan.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini berisi tentang: Landasan Teori ( Telaah
teoretik terhadap pokok permasalahan/ variabel penelitian)
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini berisi tentang: Jenis Penelitian, Lokasi dan
Waktu Penelitian, Sumber Data, Prosedur Pengumpulan
Data, Analisis Data, dan Pengecekan Keabsahan Data.
BAB IV : PAPARAN DAN ANALISIS
Pada bab ini berisi tentang Paparan Data dan Analisis Data.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Quantum Learning
a. Pengertian Quantum Learning
Quantum didefinisikan sebagai “interaksi-interaksi yang
mengubah energi menjadi cahaya”. Semua kehidupan adalah
energi. Rumus yang terkenal dalam fisika kuantum adalah Massa
kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi. Mungkin anda
sudah pernah melihat persamaan ini ditulis sebagai E=mc². Tubuh
kita secara fisik adalah meraih sebanyak mungkin cahaya;
interaksi, hubungan,inspirasi agar menghasilkan energi cahaya
(Bobbi DePorter, 2016: 16).
Quantum Learning merupakan salah satu cara
membelajarkan siswa yang digagas oleh Potter. Melalui Quantum
Learning siswa akan diajak belajar dalam suasana yang lebih
nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa akan lebih bebas
dalam belajarnya (Jaidun dan Keysar, 2014: 2).
Quantum Learning adalah seperangkat metode dan falsafah
belajar yang telah terbukti efektif di sekolah untuk semua tipe
orang, dan segala usia. Quantum learning berakar dari upaya Dr.
bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai
“suggestology” atau “suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa
sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan
setiap detail apa pun memberikan sugesti positif ataupun negatif.
Beberapa teknik yang digunakannya untuk memberikan sugesti
positif adalah mendudukkan murid secara nyaman, memasang
musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu,
menggunakan poster-poster untuk memberi kesan besar sambil
menonjolkan informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih
baik dalam seni pengajaran sugestif.
Istilah lain yang hampir dapat dipertukarkan dengan
suggestology adalah “pemercepatan belajar (accelerated learning).
Pemercepatan belajar didefinisikan sebagai “memungkinkan siswa
untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya
yang normal,dan dibarengi kegembiraan”. Cara ini menyatukan
unsur-unsur yang secara sekilas tampak tidak mempunyai
persamaan: huburan, permainan, warna, cara berfikir positif,
kebugaran fisik, dan kesehatan emosional. Namun semua unsur ini
bekerja sama untuk menghasilkan pengalaman bekerja yang
efektif.
Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam
hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk
menciptakan jalinan pengertian antara siswa dan guru. Para
pendidik den gan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana
menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan
tindakan-tindakan positif faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang
paling efektif. Semua ini dapat pula menunjukkan dan menciptakan
gaya belajar terbaik dari setiap orang, dan menciptakan “pegangan”
dari saat-saat keberhasilan yang meyakinkan ( Bobbi DePorter,
2016: 14).
Dalam quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik
pemercepatan belajar, dan NLP dengan teori, keyakinan, dan
metode kami sendiri. Termasuk di antaranya konsep-konsep kunci
dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain, seperti:
1) Teori otak kanan atau kiri
2) Teori otak triune (3 in 1)
3) Pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik)
4) Teori kecerdasan ganda
5) Pendidikan holistik (menyeluruh)
6) Belajar berdasarkan pengalaman
7) Belajar dengan simbol (Metaphoric learning)
8) Simulasi atau permainan
Maksud dari ke delapan kunci strategi quantum learning
dan bermain, dengan kecepatan yang mengesankan dan dibarengi
dengan kegiatan yang menggembirakan. Serta efektif digunakan
oleh semua umur ( Bobbi DePorter, 2016: 16).
Penggunaan metode pembelajaran Quantum Learning
diharapkan mengubah situasi pembelajaran yang menegangkan
menjadi lebih menyenangkan sehingga peserta didik lebih mudah
mencapai kompetensi yang diharapkan. Pembelajaran Quantum
Learning menciptakan ruang kelas yang didalamnya peserta didik
akan menjadi lebih aktif dan bukan hanya menjadi pengamat yang
pasif (Sri Wahyu dan Irfan, 2015: 3).
Dengan menerapkan Quantum Learning, maka dalam
mengusahakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dan
meningkatkan kualitas pembelajaran dapat tercapai. Selain itu juga
dapat memperbaiki penerapan kurikulum saat ini dan
meningkatkan pemahaman serta menciptakan suasana belajar yang
kondusif (Jaidun dan Keysar, 2014: 2).
b. Prinsip Pembelajaran Quantum Learning Prinsip pembelajaran kuantum yaitu:
1) Prinsip Utama
Bawalah dunia mereka (siswa) ke dalam dunia kita (guru),
dan antarkan dunia kita (guru) ke dalam dunia mereka (siswa).
dunia mereka berarti akan memberi izin untuk memimpin,
menuntun, dan memudahkan perjalanan mereka menuju
kesadaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas.
Dengan mengaitkan apa yang diajarkan oleh guru dengan
sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang didapatkan dari
kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi atau
akademis mereka. Setelah kaitan itu terbentuk, dengan mudah
dunia siswa dibawa ke dunia guru atau pengajar (Muhammad
Fthurrohman, 2017: 180).
Guru juga dapat dapat memanfaatkan
pengalaman-pengalaman siswa sebagai titik tolaknya. Dengan cara inilah
guru akan mudah membelajarkan siswa baik dalam bentuk
memimpin, mendampingi, dan memudahkan siswa menuju
ilmu yang lebih luas (Sugiyanto, 2010: 79).
2) Prinsip Dasar
Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa
proses pembelajaran merupakan permainan orchestra simfoni.
Muhammad Fathurrohman (2017: 180) menyebutkan dalam
bukunya bahwa prinsip-prinsip quantum learning ada lima,
a) Segalanya berbicara.
Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa
tubuh, dari kertas yang dibagikan hingga rancangan
pelajaran, semuanya mengirim pesan tentang belajar.
b) Segalanya bertujuan.
Semua yang terjadi dalam pengubahan kita,
mempunyai tujuan. Oleh karena itu, Kathy Wagone
membuat istilah yang memotivasi: “Tetapkanlah sasaran
tersebut agar bisa berprestasi setiap harinya”.
c) Pengalaman sebelum pemberian nama.
Otak kita berkembang pesat dengan adanya
rangsangan kompleks, yang akan menggerakkan rasa ingin
tahu. Oleh karena itu, proses yang paling baik terjadi
ketika siswa telah mendapatkan informasi sebelum
memperoleh kesimpulan dari apa yang mereka pelajari.
d) Akui setiap usaha.
Belajar mengandung risiko. Belajar berarti keluar
dari kenyamanan. Pada saat siswa mengambil langkah ini,
mereka patut mendapatkan pengakuan atas kecakapan dan
kepercayaan diri mereka. Seperti kata Noelle C. Nelson
bahwa pujin atau penghargaan kepada seseorang atas
e) Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan.
Perayaan adalah sarapan para pelajar juara.
Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan
dan meningkatkan minat dalam belajar. Sehubungan
dengan itu, Dryden berpesan bahwa ingatlah selalu untuk
merayakan setiap keberhasilan.
3) Pembelajaran harus berdampak bagi terbentuknya keunggulan.
Ada tujuh kunci keunggulan dalam pembelajaran kuantum
(Sugiyanto, 2010: 81).
Tujuh kunci tersebut yaitu:
a) Menerapkan hidup dalam integritas
Dalam pembelajaran, bersikaplah apa adanya, tulus,
dan menyeluruh yang lahir ketika nilai-nilai dan perilaku
menyatu. Hal ini dapat meningkatkan motivasi belajar.
b) Mengakui bahwa kegagalan dapat membawa kesuksesan
Dalam pembelajaran, harus dimengerti dan diakui
bahwa kesalahan atau kegagalan dapat memberikan
informasi tentang belajar lebih lanjut sehingga dapat
mencapai keberhasilan.
c) Berbicara dengan niat baik
Dalam pembelajaran, perlu dikembangkan
keterampilan berbicara dalam arti positif dan bertanggung
baik dalam berbicara dapat meningkatkan rasa percaya diri
dan motivasi belajar siswa.
d) Menegaskan komitmen
Dalam pembelajaran, baik guru maupun siswa harus
mengikuti visi misi tanpa ragu-ragu dan tetap pada jalur
yang telah ditetapkan.
e) Menjadi pemilik
Dalam pembelajaran, harus ada tanggung jawab.
Tanpa tanggung jawab tidak mungkin terjadi pembelajaran
yang bermakna dan bermutu.
f) Fleksibel dalam pembelajaran
Siswa, lebih-lebih guru, harus pandai-pandai
membaca dan bila diperlukan mengubah lingkungan dan
suasana.
g) Pentingnya keseimbangan
Dalam pembelajaran, pertahankan jiwa, tubuh,
emosi, dan semangat dalam satu kesatuan dan kesejajaran
agar proses dan hasil belajar efektif dan optimal.
c. Kerangka Perencanaan Pembelajaran Quantum Learning Kerangka perencanaan pembelajaran kuantum dikenal dengan
singkatan “TANDUR”. Menurut Muhammad Fathurrohman (2017:
yang meliputi Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan,
Ulangi, dan Rayakan.
1) T (Tumbuhkan).
Tumbuhkan dalam hal ini mengacu pada fase
menumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaatnya
Bagiku” (AMBAK), dan manfaatnya dalam kehidupan mereka
dengan proses yang semenarik mungkin. Tumbuhkan disini
berperan sangat penting karena fase inilah siswa diajak pergi
dari dunianya menuju dunia kita sebagai pengajar, dan kita
antarkan dunia kita ke dalam dunia mereka, tanpa ada rasa
keterpaksaan. Kita sebagai pengajar pada fase ini dituntut
untuk bisa menyiapkan sebuah kejadian menarik yang dapat
mengundang minat siswa untuk membukamata mereka dan
menyerahkan segenap perhatian mereka kepada kita.
2) A (Alami).
Dimaksudkan untuk memberikan pengalaman belajar
langsung kepada siswa. Pengalaman belajar ini haruslah dapat
mencakup segenap gaya belajarr siswa. Ketika siswa diberi
pengalaman belajar secara langsung, mereka akan terus dapat
mengingatnya karena sistem belajar seperti inilah yang dapat
masuk ke dalam sistem Long Term Memori (memori jangka
Model pengajaran langung juga memberikan kesempatan siswa
belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat, dan
menirukan apa yang dimodelkan gurunya.
3) N (Namai).
Di sini dimaksudkan untuk menyediakan kata kunci,
konsep, model, rumus, dan strategi sebagai penanda. Kadang,
ketika siswa hanya diberikan penjelasan materi secara
intengible tanpa dijelaskan dan diterangkan materi apa yang
mereka dapat, mereka menjadi bungung dan merasa tidak
belajar. Bagian inilah yang digunakan untuk menghindari
kejadian tersebut. Catatan-catatan tentang cara pemilu ditulis di
papan tulis dapat digunakan untuk melaksanakan fase Namai.
Beri mereka pengertian tentang fase-fase pemilu tadi. Beri
mereka pengertian tentang penggunaannya, beri mereka contoh
yang banyak tentang aplikasinya.
4) D (Demonstrasikan).
Adalah menyediakan kesempatan kepada siswa untuk
menunjukkan bahwa mereka tahu. Hal ini dapat dilakukan
dengan memberikan mereka kesempatan untuk mempraktikkan
apa yang telah mereka terima. Fase ini memiliki peranan yang
dominan dan penting dalam pembelajaran. Semakin banyak
siswa, semakin paham pula mereka terhadap materi yang kita
berikan.
5) U (Ulangi).
Dilakukan dengan cara me-review secara umum terhadap
proses belajar di kelas. Tidak ada salahnya mengulang lagi
secara umum terhadap apa yang telah kita terangkan. Sebab,
bisa jadi ada bbeberapa hal yang dari materi kita yang tidak
atau masih belum dipahami oleh siswa. Setelah semua siswa
mendapatkan giliran untuk mempraktikkan materi, tiba
gilirannya bagi kita untuk menutup pelajaran. Sebelum
menutup pelajaran, yakinkanlah diri kita bahwa semua siswa
bisa dan paham terhadap materi tersebut, yaitu dengan
melakukan review materi.
6) R (Rayakan).
Adalah pengakuan terhadap hasil kerja siswa di kelas dalam
hal perolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan. Rayakan
dapat dilakukan dalam bentuk pujian, memberikan hadiah atau
tepuk tangan. Pujian sangat penting keberadaannya dalam
proses belajar mengajar. Dr. Sylvia Rimm menyebutkan bahwa
pujian merupakan komunikator nilai-nilai orang dewasa efektif
dan menjadi alat yang amat penting bagi orangtua (guru) untuk
membimbing anak-anak (siswa). Kesenangan orangtua yang
Meskipun demikian, terlalu banyak pujian juga tidak baik
bagi mereka. Sebab ketika hal ini terjadi, mereka akan belajar
untuk selalu tergantung dan mengharapkan perundingan untuk
segala kegiatan mereka. Pujian dapat pula dilakukan kepada
siswa meskipun mereka melakukan kegagalan. Pujian ini dapat
diartikan sebagai sebuah penguatan kepada siswa untuk
mempertahankan mental mereka agar tidak jatuh (down). Hal
ini harus kita ingat sebagai seorang pengajar dan pendidik
adalah bahwa kegagalan itu bukanlah suatu aib atau hal yang
memalukan (Muhammad Fathurrohman, 2017: 183).
d. Model Quantum Learning
Adapun model Quantum Learning menurut Muhammad
Fathurrohman (2017: 184) yaitu terdiri atas dua tahap. Tahap
pertama disebut konteks dan tahap kedua adalah isi.
1)Tahap Pertama (Konteks)
Tahap pertama atau konteks, yaitu tahap persiapan sebelum
terjadinya interaksi di dalam kelas. Berhubungan dengan
konteks, ada empat aspek yang harus dipersiapkan sebagai
berikut:
a) Suasana, termasuk di dalamnya keadaan kelas, bahasa yang
dipilih, cara menjalin rasa simpati dengan siswa, dan sikap
b) Landasan, yaitu kerangka kerja: tujuan, keyakinan,
kesepakatan, prosedur, dan aturan bersama yang menjadi
pedoman untuk bekerja dalam komunitas belajar.
c) Lingkungan, yaitu cara menata ruang kelas, pencahayaan,
warna, pengaturan meja kursi, tanaman, dan semua hal yang
mendukung proses belajar.
d) Rancangan, yaitu penciptaan terarah unsur-unsur penting
yang menimbulkan minat siswa, mendalami makna, dan
memperbaiki proses tukar-menukar informasi.
2)Tahap Kedua (Isi)
Tahap kedua (isi) merupakan tahap pelaksanaan interaksi belajar
yang meliputi hal-hal berikut:
a) Presentasi, yaitu penyajian pelajaran dengan berdasarkan
prinsip-prinsip Quantum Learning sehingga siswa mereka
dapat mengetahui banyak hal dari apa yang dipelajari. Tahap
ini juga diistilahkan pemberian petunjuk, yang bermodalkan
dengan penampilan, bunyi, dan rasa berbeda.
b) Fasilitas, yaitu proses untuk memadukan setiap bakat-bakat
siswa dengan kurikulum yang dipelajari. Dengan kata lain,
bagian ini menekankan bagaimana keahlian seorang pengajar
sebagai pemberi petunjuk, langkah-langkah apa yang akan
c) Keterampilan Belajar, yaitu bagian yang mengajarkan
bagaimana trik-trik dalam belajar yang tentu berdasarkan
pada prinsip-prinsip Quantum Learning sehingga para siswa
memahami banyak hal, meskipun dalam waktu yang singkat.
d) Keterampilan Hidup, bagian ini mengajarkan bagaimana
berkomunikasi dengan efektif dengan orang lain sehingga
terbina kebersamaan dalam hidup. Keterampilan hidup
diistilahkan juga keterampilan sosial.
Berdasarkan tujuan dari proses belajar mengajar, dapat
diambil sebuah kesimpulan bahwa untuk dapat mendapatkan
wawasan yang luas, pembentukan sikap, dan memberikan
keterampilan konsep Quantum Learning inilah langkah atau
strategi yang komprehensif untuk meraih.
e. Manfaat Quantum Learning
Manfaat quantum learning adalah meningkatkan peran
sebagai pelajar yang memikul tanggung jawab pada diri sendiri
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dengan belajar
sedapat mungkin dari setiap situasi dan memanfaatkannya untuk
diri sendiri dan orang-orang yang didekatnya. Menurut De Porter
dn Hernacki (2016:13) dengan belajar menggunakan quantum
learning akan didapatkan berbagai manfaat, diantaranya yaitu:
3) Keterampilan belajar seumur hidup
4) Kepercayaan diri
5) Sukses atau hasil belajar yang meningkat
f. Kelebihan dan Kelemahan Quantum Learning
Menurut Akbar dan J. A. Pramukantoro yang dikutip dari
Muhammad Isnaini dkk (2016: 19), bahwa kelebihan Quantum
Learning yaaitu:
1) Membuat siswa merasa nyaman dan gembira dalam belajar,
karena model ini menuntut setiap siswa untuk selalu aktif dalam
proses belajar.
2) Memberikan motivasi pada siswa untuk ambil bagian dalam
kegiatan belajar mengajar (KBM) yang berlangsung.
3) Dengan adanya kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan
kemampuannya, akan memudahkan guru dalam mengontrol
sejauh mana pemahaman siswa dalam belajar.
Sedangkan kelemahan dari model Quantum Learning adalah :
1) Model Quantum Learning menuntut profesionalisme yang
tinggi dari seorang guru.
2) Banyaknya media dan fasilitas yang digunakan sehingga dinilai
kurang ekonomis.
3) Kesulitan yang dihadapi dalam menggunakan model Quantum
kurang kondusif sehingga menuntut penguasaan kelas yang
baik.
Untuk mengantisipasi hal ini maka seorang guru harus
mempunyai persiapan sebelum mengajar, menggunakan media
yang ekonomis tetapi siswa mampu memahami apa yang
disampaikan misalnya menggunakan video, ppt dll. Guru harus
kreatif untuk mengendalikan kelas.
2. Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana
dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia
dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya
kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadis, melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman (Abdul,
2012:11).
Pendidikan Agama Islam menurut Ditbinpaisun yaitu suatu
usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya
setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang
terkandung di dalam Islam secara keseluruhan, menghayati makna
dan maksud serta tujuannya dan pada akhirnya dapat
dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhiratnya kelak
(zakiah, 2011:88).
Sedangkan menurut Tayar Yusuf Pendidikan Agama Islam
adalah usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman,
pengetahuan, kecakapan dan keterampilan kepada generasi muda
agar kelak menjadi manusia bertakwa kepada Allah SWT (Abdul
dan Dian, 2005:130).
b. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan
untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui
pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan
serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga
menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal
keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk
dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi
(Abdul, 2012:16).
Muhammad Athiyah Al-Abrasyi yang dikutip Oemar
Muhammad Al-Toumy Al-Syaibani dalam bukunya Abd. Rahman
(2001:43) telah merumuskan tujuan pendidikan agama Islam
secara umum ke dalam lima tujuan yaitu:
1) Untuk membentuk akhlak mulia. Kaum muslimin dari dahulu
sepakat bahwa pendidikan akhlak yang sempurna adalah tujuan
2) Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat. Pendidikan
agama Islam bukan hanya menitikberatkan pada keagamaan
atau keduniaan saja, melainkan pada keduanya dan memandang
kesiapan keduanya sebagai tujuan yang asasi.
3) Persiapan untuk mencari rizki dan pemeligaraan segi
kemanfaatan. Pendidikan agama Islam tidak hanya segi agama,
akhlak dan spiritual semata tetapi juga menyeluruh bagi
kesempurnaan kehidupan, atau yang lebih dikenal sekarang
dengan nama tujuan-tujuan vokasional dan profesional.
4) Menunjukkan semangat ilmiah (scientific spirit) pada para
pelajar, dan memuaskan rasa ingin tahu (curiosity), serta
memungkinkan mereka mengkaji ilmu demi ilmu itu sendiri.
5) Menyiapkan pelajar dari segi profesi, teknik, dan perusahaan
supaya dapat menguasai profesi tertentu dan keterampilan
pekerjaan tertentu, agar dapat mencari rizki dalam hidup,
disamping memelihara segi kerohanian dan keagamaan.
Dengan demikian, jelas tujuan pendidikan Islam merupakan
usaha dalam membangun manusia yang utuh dalam rangka
pembentukan kepribadian, moralitas, sikap ilmiah dan keilmuan,
kemampuan berkarya, profesionalisasi sehingga mampu
menunjukkan iman dan amal saleh dengan nilai-nilai keagamaan
Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibani mengemukakan
dalam bukunya Abd. Rahman (2001:41) bahwa tujuan pendidikan
agama Islam memiliki empat ciri pokok yang paling menonjol
yaitu:
1) Sifat yang bercorak agama dan akhlak.
2) Sifat komprehensif yang mencakup segala aspek pribadi pelajar
(subjek didik), dan semua aspek perkembangan dalam
masyarakat .
3) Sifat keseimbangan, kejelasan, tidak adanya pertentangan
antara unsur-unsur dan cara pelaksanaannya.
4) Sifat realistik dan dapat dilaksanakan, penekanan dan
perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku dan pada
kehidupan, memperhitungkan peerbedaan-perbedaan
perorangan di antara individu, masyarakat dan kebudayaan di
mana-mana dan kesanggupan untuk berubah dan berkembang
bila diperlukan.
Zakiyah Daradjat (2011: 89) menyebutkan dalam bukunya
bahwa Pendidikan Agama mempunyai tujuan-tujuan yang
berintikan tiga aspek, yaitu aspek iman, ilmu dan amal, yang pada
dasarnya berisi:
1) Menumbuh suburkan dan mengembangkan serta membentuk
sikap positif dan disiplin serta cinta terhadap agama dalam
manusia yang bertakwa kepada Allah SWT taat kepada
perintah Allah SWT dan Rasul-Nya.
Memang untuk mencapai tujuan ini agak sulit dan memerlukan
banyak kesabaran, karena hasilnya tidak segera tampak
mengingat hal tersebut menyangkut masalah pendidikan
mental dan kepribadian. Dari sikap yangdemikian itulah justru
kadar keimanan dapat “diukur” dan dengan keimanan itu
pulalah nantinya anak akan menjadi manusia dewasa yang
dalam hidupnya mengindahkan dan memuliakan agama
sehingga memungkinkan dirinya terjauh dari berbagai godaan
dunia yang bertentangan dengan ajaran agamanya serta
bertanggung jawab terhadap baikburuknya suatu masyarakat
dan negara di mana ia berada.
2) Ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya merupakan
motivasi intrinsik terhadap pengembangan ilmu pengetahuan
yang harus dimiliki anak. Berkat pemahaman tentang
pentingnya agama dan ilmu pengetahuan (agama dan umum)
maka anak menyadari keharusan menjadi seorang hamba Allah
yang beriman dan berilmu pengetahuan. Karenanya, ia tidak
pernah mengenal henti untuk mengejar ilmu dan teknologi
baru dalam rangka mencari keridaan Allah SWT. dengan iman
Dengan kata lain, tujuan pada aspek ilmu ini adalah
pengembangan pengetahuan agama, yang dengan pegetahuan
itu dimungkinkan pembentukan pribadi yang berakhlak mulia,
yang bertakwa kepada Allah SWT, sesuai dengan ajaran
agama Islam dan mempunyai keyakinan yang mantap kepada
Allah SWT.
3) Menumbuhkan dan membina keterampilan beragama dalam
semua lapangan hidup dan kehidupan serta dapat memahami
dan menghayati ajaran agamaIslam secara mendalam dan
bersifat menyeluruh, sehingga dapat digunakan sebagai
pedoman hidup, baik dalam hubungan dirinya dengan Allah
SWT melalui ibadat sholat dan dalam hubungannya dengan
sesama manusia yang tercermin dalam akhlak perbuatan serta
dalam hubungan dirinya dengan alam sekitar melalui cara
pemeliharaan dan pengolahan alam serta pemanfaatan hasil
usahanya.
Oleh karena itu, berbicara tentang pendidikan agama Islam,
baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman
nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau
moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka
menuai keberhasilan hidup di dunia bagi anak didik yang
c. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Fungsi pendidikan agama Iaslam yaitu menciptakan manusia
beriman yang meyakini suatu kebenaran dan berusaha
membuktikan kebenaran tersebut melalui akal, rasa, feeling dan
kemampuan untuk melaksanakan melalui amal yang tepat dan
benar (Rahman, 2001:53).
Sedangkan pendidikan agama Islam untuk sekolah/madrasah
menurut Abdul (2012:15) berfungsi untuk:
1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT. yang telah ditanamkan dalam
lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama
kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan
oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk
menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui
bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar keimanan dan
ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai
dengan tingkat perkembangannya.
2) Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
3) Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial
4) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta
didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran
dalam kehidupan sehari-hari.
5) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari
lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat
membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya
menuju manusia Indonesia seutuhnya.
6) Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nirnyata), sistem dan fungsionalnya.
7) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang Agama Islam agar bakat
tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat
dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.
Feisal (1999) berpendapat dalam bukunya Abdul dan Dian
(2005:135) bahwa terdapat beberapa pendekatan yang digunakan
dalam memainkan fungsi agama Islam di sekolah:
1) Pendekatan nilai universal (makro) yaitu suatu program yang
dijabarkan dalam kurikulum.
2) Pendekatan Meso, artinya pendekatan program pendidikan
yang memiliki kurikulum, sehingga dapat memberikan
3) Pendekatan Ekso, artinya pendekatan program pendidikan yang
memberikan kemampuan kebijakan pada anak untuk
membudidayakan nilai agama Islam.
4) Pendekatan Makro, artinya pendekatan program pendidikan
yang memberikan kemampuan kecukupan keterampilan
seseorang sebagai profesional yang mampu mengemukakan
ilmu teori, informasi, yang diperoleh dalam kehidupan
sehari-hari.
d. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Seorang bayi yang baru lahir adalah makhluk Allah SWT
yang tidak berdaya dan senantiasa memerlukan pertolongan untuk
dapat melangsungkan hidupnya di dunia ini. Manusia lahir tidak
mengetahui sesuatu apapun, tetapi ia dianugerahi oleh Allah SWT
pancaindera, pikiran, dan rasa sebagai modal untuk menerima ilmu
pengetahuan, memiliki keterampilan dan mendapatkan sikap
tertentu melalui proses kematangan dan belajar terlebih dahulu.
Setiap manusia berkeinginan mempunyai anak yang
berkepribadian baik, atau setiap orang tua bercita-cita mempunyai
anak yang saleh yang senantiasa membawa harum nama orang
tuanya, karena anak yang baik merupakan kebanggaan orang tua,
baik buruknya kelakuan anak akan mempengaruhi nama baik orang
terus menerus pahalanya walaupun orang itu sudah meninggal
dunia ( Abdul dan Dian, 2005: 137).
Untuk mencapai hal yang diinginkan itu dapat diusahakan
melalui pendidikan, baik pendidikan dalam keluarga, pendidikan di
sekolah maupun pendidikan di masyarakat.
Dalam ajaran Islam, akhlak merupakan ukuran/barometer
yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai kadar iman seseorang.
Seseorang baru bisa dikatakan memiliki kesempurnaan iman
apabila dia memiliki budi pekerti/akhlak yang mulia. Oleh karena
itu, masalah akhlak /budi pekerti merupakan salah satu pokok
ajaran Islam yang harus diutamakan dalam pendidikan agama Islam
untuk ditanamkan/diajarkan kepada anak didik. Dengan melihat arti
pendidikan Islam dan ruang lingkupnya itu, jelaslah bahwa dengan
pendidikan Islam kita berusaha untuk membentuk manusia yang
berkepribadian kuat dan baik berdasarkan pada ajaran agama Islam.
Pendidikan agama Islam sangat penting sebab dengan
pendidikan Islam, orang tua atau guru berusaha secara sadar
memimpin dan mendidik anak diarahkan pada perkembangan
jasmani dan rohani sehingga mampu membentuk kepribadian yang
utama sesuai dengan ajaran agama Islam. Pendidikan agama Islam
hendaknya ditanamkan sejak kecil, sebab pendidikan pada masa
kanak-kanak merupakan dasar yang menentukan untuk pendidikan
Oleh sebab itu, seyogianyalah pendidikan agama Islam
ditanamkan dalam pribadi anak sejak lahir bahkan sejak dalam
kandungan dan kemudian hendaklah dilanjutkan pembinaan
pendidikan ini di sekolah, mulai dari Taman Kanak-kanak sampai
dengan Perguruan Tinggi.
Mengingat betapa pentingnya pendidikan agama Islam dalam
mewujudkan harapan setiap orang tua, masyarakat, dan membantu
mewujudkan tujuan pendidikan nasional, maka pendidikan agama
Islam harus diberikan dan dilaksanakan di sekolah dengan
sebaik-baiknya (Abdul, 2012:23).
B. Kajian Pustaka
Kajian pustaka berfungsi untuk menunjukkan bahwa fokus dalam
penelitian ini belum pernah dikaji oleh peneliti sebelumnya dan
menunjukkan perbedaan. Ada beberapa skripsi yang relevan dengan judul
implementasi Quantum Learning dalam pembelajaran pendidikan agama
Islam kelas VIII di SMP Walisongo Karangmalang kabupaten Sragen
tahun pelajaran 2018/2019. Diantaranya:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Daryono (2009, UIN Sunan Kalijaga)
yang berjudul “Penerapan Quantum Learning dalam pembelajaran
Nahwu di pondok pesantren Hidayatullah Yogyakarta”. Penelitian ini
menelaah tentang penerapan Quantum Learning dalam pembelajaran
a. Penerapan Quantum Learning sebagai pendekatan dan metode
pembelajaran Nahwu sudah diterapkan dengan baik walaupun
tidak semua teori dan konsep Quantum Learning diterapkan
sepenuhnya dalam artian hanya menerapkan beberapa konsep
diantaranya: Lima keyakinan yang meningkatkan emosi positif,
selain lima keyakinan tersebut juga diterapkan seperangkat metode
dan falsafah belajar yang mengintegrasikan lingkungan, fisik,
suasana, interaksi, metode, dan teknik belajar untuk mempelajari
keterampilan, yang semua aspek tersebut akan melahirkan
keyakinan dan nilai-nilai.
b. Hasil yang dicapai santri dalam belajar Nahwu dengan pendekatan
dan metode Quantum Learning sangat baik (nilai rata-rata kelas =
85).
c. Faktor pendukung dalam pembelajaran Nahwu diantaranya adalah
penerapan Quantum Learning dalam pembelajaran Nahwu yang
terbukti berhasil, adanya semangat ustadz Nahwu yang sangat
tinggi, adanya motivasi dan antusiasme santri untuk belajar nahwu,
adanya kedekatan/persahabatan antara ustadz dengan santri, serta
tersedianya sarana dan media pembelajaran. Adapun faktor
penghambatnya adalah belum adanya kesepakatan sistem untuk
menerapkan Quantum Learning sebagai metode dan pendekatan
2. Penelitian yang dilakukan oleh Novariana (2015, UIN Raden Fatah
Palembang) yang berjudul “ Pengaruh penerapan model pembelajaran
Quantum Learning terhadap motivasi dan hasil belajar Matematika
siswa SMP Negeri 37 Palembang”. Hasil dari penelitian tersebut
adalah:
a. Model Quantum Learning mempengaruhi motivasi belajar di kelas
eksperimen pada setiap indikator. Siswa terlihat lebih aktif
berpartisipasi dalam menyampaikan pendapat dan semua siswa
aktif mengikuti proses pembelajaran. Hal tersebut dibuktikan
dengan skor rata-rata motivasi belajar siswa di kelas kontrol
sebesar 58,79 dan eksperimen 70,18. Hasil uji hipotesis
menggunakan uji t‟ pada data angket dihasilkan thitung sebesar 6,89
dan thitung > ttebal, maka Ho ditolah atau Ha diterima sehingga
menunjukkan keberhasilan model Quantum Learning terhadap
motivasi belajar matematika siswa yang memenuhi indikator
motivasi belajar.
b. Penerapan model Quantum Learning ini berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan skor rata-rata hasil
belajar siswa di kelas kontrol 65,23 dan eksperimen 79,91. Hasil
uji hipotesis menggunakan uji t diperoleh thitung sebesar 5,62 dan
ttebal sebesar 1,994, dengan taraf signifikan 5% dan dk=76,
Learning terhadap hasil belajar mtematika siswa SMP Negeri 37
Palembang.
3. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ulfatul Hamidah (2015,
IAIN Tulungagung) yang berjudul “Pengaruh model Quantum
Learning terhadap motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas
X materi statistika di SMK Islam 1 Durenan tahun ajaran 2014/2015”
hasilnya yaitu:
a. Terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran Quantum
Learning terhadap motivasi belajar matematika kelas X materi
statistika di SMK Islam 1 Durenan tahun ajaran 2014/2015.
b. Terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran Quantum
Learning terhadap hasil belajar matematika kelas X materi
statistika di SMK Islam 1 Durenan tahun ajaran 2014/2015.
Dari ketiga penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
penelitian yang dilakukan penulis memiliki perbedaan dengan
penelitian di atas. Pada skripsi yang pertama fokus pada pembelajaran
Nahwu di pondok pesantren Hidayatullah Yogyakarta. Skripsi kedua
fokus pada pembelajaran Matematika di SMP Negeri 37 Palembang.
Skripsi ketiga fokus pada pembelajaran Matematika di SMK Islam 1
Durenan. Sedangkan dalam penelitian ini lebih fokus terhadap
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Walisongo Sragen.
Adapun spesifikasi skripsi ini pada dasarnya adalah tentang
Pendidikan Agama Islam di SMP Walisongo Karangmalang Sragen,
sehingga yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah kepala
sekolah, guru PAI, dan siswa.
Metode yang digunakan juga berbeda, peneliti sebelumnya
menggunakan metode kuantitatif. Sedangkan metode penelitian yang
sekarang adalah metode kualitatif. Dengan demikian, penelitian yang
dilakukan saat ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang telah ada
sebelumnya sehingga penelitian ini dapat diposisikan sebagai
pelengkap dari penelitian terdahulu dan memperoleh teori yang sudah
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif yang dikenal di Indonesia adalah
penelitian naturalistic. Istilah “naturalistic” menunjukkan bahwa
pelaksanaan penelitian ini memang terjadi secara alamiah, apa adanya,
dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya,
menekankan pada deskripsi secara alami. Dengan sifatnya ini maka
dituntut keterlibatan peneliti secara langsug di lapangan dan tidak dapat
diwakilkan orang lain (Suharsimi, 2013: 27). Sehingga peneliti secara
langsung mengamati fenomena yang diamati, kemudian mendeskripsikan
data yang diperoleh dengan bentuk naratif deskriptif.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di SMP Walisongo
Karangmalang Kabupaten Sragen untuk mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam kelas VIII.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 23 Juli 2018 sampai
C. Sumber Data
Agar penelitiannya dapat betul-betul berkualitas, data yang
dikumpulkan harus lengkap, yaitu:
1. Data Primer
Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang
diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh
subyek yang dapat dipercaya, dalam hal ini adalah subyek penelitian
(informan) yang berkenan dengan variabel yang diteliti (Suharsimi,
2013: 22). Hal ini tercermin dengan adanya kata-kata dan tindakan
yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati dan mewawancarai.
Data primer peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan
informasi tentang Implementasi Quantum Learning dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII di SMP Walisongo
Karangmalang Kabupaten Sragen. Adapun data primer dalam
penelitian ini adalah kepala sekolah, dewan guru dan guru Pendidikan
Agama Islam.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari
dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, SMS), foto-foto, film,
rekaman video, benda-benda dan lain-lain yang dapat memperkaya
data sekunder (Suharsimi, 2013: 22). Data sekunder ini diperoleh dari
Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat
penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui
studi pustaka dan wawancara langsung dengan siswa, yang
bersinggungan dengann implementasi quantum learning dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Walisongo
Karangmalang Kabupaten Sragen.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Ada beberapa metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu:
1. Observasi
Orang seringkali mengartikan observasi sebagai suatu aktiva
yang sempit, yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan
mata. Di dalam penelitian psikologik, observasi atau yang disebut pula
dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap
sesuatu objek dengan menggunakan seluruh indra. Jadi, mengobservasi
dapat dilakukan melalui penglihatn, penciuman, pendengaran, peraba,
dan pengecap (Suharsimi, 2013: 199).
Metode observasi yang digunakan adalah metode observasi
partisipasi. Observasi Partisipasi adalah observasi yang dilakukan
dengan observer terlibat langsung secara aktif dalam objek yang
diteliti ( Husaini, 2008: 57).
Jadi, cara kerja dalam metode observasi partisipasi ini adalah
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah dengan mengamati
kegiatan guru dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam
dengan tujuan untuk mengetahui pelaksanaan quantum learning di
SMP Walisongo Karangmalang Kabupaten Sragen.
2. Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Metode
ini digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya
untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua,
pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu (Suharsimi, 2013: 198).
Tujuan penggunaan wawancara dalam penelitian ini yaitu untuk
memperoleh tentang:
1) Profil SMP Walisongo Karangmalang yang menjadi lokasi
penelitian.
2) Implementasi quantum learning dalam pembelajaran pendidikan
agama Islam di SMP Walisongo Karangmalang.
3) Pemahaman siswa terhadap pembelajaran pendidikan agama Islam
dengan metode quantum learning.
4) Pelaksanaan metode quantum learning dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam di SMP Walisongo Karangmalang.
5) Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan metode quantum
Wawancara tersebut dilakukan dengan Kepala Sekolah, guru
Pendidikan Agama Islam, dan siswa kelas VIII di SMP Walisongo
Karangmalang Kabupaten Sragen.
3. Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya
barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti
menyelidiki benda-benda terulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,
peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian (Suharsimi, 2013:
201).
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang kondisi
dan keadaan obyek peneliti serta memberikan gambaran secara umum
tentang obyek penelitian pengimplementasian Quantum Learning
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Walisongo
Karangmalang Kabupaten Sragen. Selain itu dengan metode
dokumentasi ini diharapkan penulis bisa mendapatkan bukti tambahan
seperti: foto, dan data-data lainnya yang penulis perlukan.
E. Analisis Data
Analisis data adalah upaya menata secara sistematis, catatan hasil
wawancara, dokumentasi, dan observasi untuk meningkatkan pemahaman
peneliti mengenai kasus yang diteliti dan menyajikan sebagai temuan bagi
orang lain (Muhadjir, 2002: 142).
Teknik analisis data mempunyai prinsip yaitu untuk mengolah data