• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN BELAJAR ANAK YATIM PUTRI DI PANTI ASUHAN AISYIYAH TUNTANG KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "UPAYA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN BELAJAR ANAK YATIM PUTRI DI PANTI ASUHAN AISYIYAH TUNTANG KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN BELAJAR

ANAK YATIM PUTRI DI PANTI ASUHAN AISYIYAH

TUNTANG KABUPATEN SEMARANG

SKRIPSI

Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

LUKLUUM MAKNUN NIM: 111-12-245

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp. : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan naskah skripsi

Kepada Yth.

Dekan FTIK IAIN Salatiga di Salatiga

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa.

Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk ditujukan dalam sidang munaqosyah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salatiga, 20 Februari 2017 Pembimbing,

KEMENTRIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(4)

iv SKRIPSI

UPAYA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN BELAJAR ANAK

YATIM PUTRI PANTI ASUHAN AISYIYAH TUNTANG

KABUPATEN SEMARANG

Oleh

LUKLUUM MAKNUN NIM : 11112245

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Institut Agama islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada Tanggal Maret 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Susunan Panitia Penguji:

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Salatiga

Suwardi, M.Pd.

NIP. 19670121 199903 1 002

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Lukluum Maknun

NIM : 111-12-245

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil

karya sendiri, bukan jiplakan dari hasil karya tulis orang lain. Pendapat dan

temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan

kode etik ilmiah.

(6)

vi

MOTTO

ِمْوُلُعلْا ِرِئاَس ىَلِا ِوِب ىَدَتْىِإ ِةلََلَْا ِمْلِع ىِف َرَّحَبَ ت ْنَم

“Barang siapa yang menguasai ilmu alat (Nahwu Sharaf) maka ia akan mendapatkan

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT

skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Bapak H. Aziz Muslikhin S.Pd dan Ibu Hj. Siti Karimah S.Pd.i yang senantiasa

memberikan nasehat dan yang telah mendidikku dari kecil sampai menikmati

kuliah S1 di IAIN Salatiga ini, serta tidak lelah mendoakan tanpa henti untuk

menjadi pribadi yang bermanfaat untuk sesama.

2. Adik tersayang Laily Ikrima dan Ahmad Lubab Al-Farih yang selalu

memberikan semangat untuk terus menjadi pribadi yang tangguh.

3. Keluarga Besarku yang senantiasa memberikan dukungan dan do’a.

4. Keluarga Besar RA Az-zahra yang telah membimbing dan memberikan

inspirasi kepadaku.

5. Seluruh sahabatku yang selalu memberikan semangat dan motivasinya.

6. Keluarga PAI G, Keluarga PPL MTS N Salatiga dan Kelompok KKN yang

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya

Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi

Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan

hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di

hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “UPAYA PEMBENTUKAN

KEMANDIRIAN BELAJAR ANAK YATIM PUTRI DI PANTI ASUHAN AISYIYAH TUNTANG KABUPATEN SEMARANG”

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari

bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa

tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi

ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Selaku Ketua jurusan Pendidikan Agama Islam

4. Ibu Muna Erawati S.Psi, M.Si. Selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya

membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd. selaku Pembimbing Akademik.

6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu

(9)

ix

7. Pengurus Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang yang telah memberikan ijin

serta membantu penulis dalam melakukan penelitian di tempat tersebut.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang

membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.

Salatiga, 20 Februari 2017

(10)

x

ABSTRAK

Maknun, Lukluum. 2017. “Upaya Pembentukan Kemandirian Belajar Anak Yatim Putri Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang Kab. Semarang”. Skripsi Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Pembimbing : Dr.Muna Erawati, S.Psi, M.Si.

Kata Kunci: Kemandirian Belajar, Anak Yatim Putri, Panti Asuhan

Kehidupan anak yatim putri panti asuhan Aisyiyah Tuntang Kab.Semarang sangat menarik untuk dikaji, mengingat bahwa status subjek penelitian berusia anak-anak, berjenis kelamin putri dan tidak memiliki sosok ayah menjadikan betapa rentannya terhadap persoalan sosial. Seorang individu untuk tumbuh kembang secara baik memerlukan materil, emosional, sosial dan spiritual dari kedua orang tuanya. Ketika anak yatim putri panti asuhan ini kehilangan sosok ayah, maka diprediksikan bermunculah permasalahan sosial dan psikologis, antara lain: 1). Bagaimana kondisi sosial emosional anak yatim putri Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang? 2). Bagaimana upaya panti dalam pembentukan kemandirian belajar anak yatim putri Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang? 3). Apa saja hambatan pembentukan kemandirian belajar anak yatim putri Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang? Kemandirian belajar bukan berarti belajar sendiri, sebab perwujudannya dapat berupa belajar sendiri maupun belajar kelompok. Melalui panti asuhan anak yatim putri dididik, dibina dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, maka kehadiran peneliti di lapangan sangatlah penting. Data yang terbentuk kata-kata diperoleh dari informan sedangkan data tambahan diperoleh dari dokumen. Analisis data dilakukan dengan menelaah data yang ada kemudian melakukan reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan data.

(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Kegunaan Penelitian ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 9

F. Penegasan Istilah ... 11

G. Metode Penelitian ... 16

H. Sistematika Penulisan ... 26

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 27

(12)

xii

1. Pengertian Panti Asuhan ... 27

2. Landasan Hukum Didirikannya Panti Asuhan ... 28

3. Tujuan Panti Asuhan ... 31

4. Fungsi Panti Asuhan ... 32

B. Anak Yatim ... 33

1. Pengertian Anak Yatim ... 33

2. Batasan Usia Anak Yatim ... 34

3. Pandangan Islam Terhadap Anak Yatim ... 35

C. Kemandirian Belajar ... 38

1. Pengertian Kemandirian Belajar ... 38

2. Bentuk-Bentuk Kemandirian Belajar ... 40

3. Ciri-Ciri Kemandirian Belajar ... 41

4. Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar ... 52

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN ... 58

A. Gambaran Umum Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang ... 58

1. Sejarah Berdirinya Panti Asuhan Putri Aisyiyah ... 58

2. Tujuan Berdirinya Panti Asuhan Putri Aisyiyah ... 59

3. Letak Geografis ... 60

4. Visi Dan Misi Panti Asuhan Putri Aisyiyah ... 61

5. Tata Tertib Dan Peraturan Panti Asuhan Putri Aisyiyah .. 61

6. Sarana Dan Prasarana ... 66

7. Struktur Organisasi ... 67

(13)

xiii

9. Anggota Binaan Panti Asuhan Putri Aisyiyah ... 69

10.Sumber Data ... 71

BAB IV PEMBAHASAN ... 75

A. Kondisi Sosio-Emosional Dan Kemandirian Belajar Anak Yatim Putri PA Aisyiyah ... 75

1. Anak-Anak ... 75

2. Remaja ... 80

B. Upaya Panti Asuhan Dalam Membentuk Kemandirian Belajar Anak Yatim Putri Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang ... 85

1. Pendidikan Agama (Islam) ... 86

2. Pendidikan Moral (Akhlak) ... 87

3. Keterampilan-Keterampilan ... 89

C. Hambatan Yang Diperoleh Dalam Pembentukan Kemandirian Belajar Anak Yatim Putri Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang ... 100

BAB V PENUTUP ... 102

A. Kesimpulan ... 102

B. Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA ...

RIWAYAT HIDUP PENULIS ...

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Panti Asuhan Putri Aisyiyah

Tabel 3.2 Jadwal Aktivitas Panti Asuhan Putri Aisyiyah

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar SKK

2. Nota Pembimbing Skripsi

3. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian

4. Surat Keterangan Melakukan Penelitian

5. Lembar Konsultasi

6. Pedoman Wawancara

7. Transkip Wawancara

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keluarga adalah pembimbing pertama dan utama, karena dari keluarga

anak pertama kali memperoleh dasar-dasar pendidikan untuk menanamkan

kemandirian dalam dirinya yang penting bagi perkembangan pribadi maupun

psikologis anak. Orang tua sangat berpengaruh terhadap pendidikan anak.

Sebab orang tua merupakan guru pertama dan utama bagi anak. Orang tua

melalui pendidikan dalam keluarga merupakan lingkungan pertama yang

diterima anak, sekaligus sebagai pondasi bagi pengembangan kemandirian

anak. Pendidikan keluarga merupakan pendidikan dasar anak dalam keluarga.

Hal ini disebabkan pendidikan orang tua sangat berpengaruh terhadap

pendidikan anak selanjutnya, dan hasil pendidikan dari orang tua sangat

menentukan perkembangan anak dimasa depan.

Artinya :

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari

api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya

(17)

2

(perintah) Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka

dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q.S At-Tahrim:6)

Setiap anak pastilah menginginkan memiliki keluarga yang

sempurna, dimana dalam satu keluarga terdapat seorang kepala keluarga

yang sering disebut ayah, terdapat sosok seorang perempuan lembut dan

penuh dengan kasih sayang kepada semua anggota keluarga yang tidak

lain adalah ibu dan seorang buah hati atau anak. Tetapi dalam kenyataan

yang terjadi di masyarakat tidak semua anak memiliki keluarga yang

sempurna yang dapat membimbing, mengarahkan dan memberikan

pengawasan secara langsung dari kedua orang tuanya.

Hal ini disebabkan oleh banyak hal, diantaranya adanya salah satu

orang tuanya telah tiada, kedua orang tuanya telah meninggal dunia atau

mereka memiliki kedua orang tua, namun kedua orang tuanya memiliki

kehidupan perekonomian terbatas, sehingga mereka hidup tanpa

bimbingan orang tua. Karena itulah mereka dituntut untuk memiliki

kemandirian dalam belajar tanpa bimbingan orang tuanya.

Herman Holstein (1987: 5) berpendapat bahwa dengan

kemandirian belajar bukan berarti bahwa setiap anak belajar secara

individualistik, bahkan sebaliknya, situasinya dibina untuk belajar

kelompok dan setiap anak menjadi partner bagi temannya. Kemandirian

belajar bukan berarti belajar sendiri, sebab perwujudannya dapat berupa

(18)

3

sendiri yang mendorong pada kegiatan belajar, di situlah terjadi

kemandirian belajar. Dengan kemandirian belajar, selain memperoleh

kecakapan juga dapat mengembangkan daya kognitif yang tinggi, Ini

disebabkan karena anak terbiasa dalam menghadapi tugas serta mencari

pemecahan sendiri dengan menggali sumber-sumber belajar yang ada dan

berdiskusi dengan teman kelompoknya dalam menghadapi kesulitan

belajarnya.

Panti asuhan adalah salah satu Lembaga Kesejahteraan Sosial

Anak yang telah banyak membantu anak asuhnya dalam melaksanakan

kewajiban menuntut ilmu. Bukan hanya itu, Panti Asuhan juga

memberikan pendidikan agama, pengarahan dan pembinaan anak sebagai

pembentukan kemandirian anak agar menjadi anak yang mandiri tanpa

bergantung pada orang lain dan dapat membantu orang tuanya untuk

meningkatkan kesejahteraan keluarganya. (Muntaha, 2012 : 2)

Anak-anak yang berada di suatu lembaga sosial atau panti asuhan

diharapkan untuk bisa mandiri dalam hal apapun baik dalam aktivitas

sehari - hari maupun belajar. Dengan belajar anak mampu mengetahui

segala sesuatu, dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan memiliki

kepribadian yang tangguh.

Belajar adalah kegiatan yang disengaja dan terarah untuk menuju

suatu tujuan. Kegiatan belajar dilakukan dengan kesadaran dan dilandasi

oleh beberapa pertimbangan yang matang. Tanpa kesadaran yang baik dan

(19)

4

kemungkinan kurang atau bahkan tidak akan memberi hasil yang

memuaskan. Di samping itu kondisi lingkungan, faktor kemauan dan

ketangguhan hati dari anak tidak dapat diabaikan. Kebanyakan dari anak

sendiri masih memerlukan bimbingan, pengarahan dan pengawasan dari

orang dewasa yang berada di panti asuhan tersebut.

Dalam membina anak asuh, panti asuhan mengadakan

kegiatan-kegiatan rutin, seperti pengarahan serta bimbingan. Di panti asuhan

mereka tidak hanya mendapatkan pendidikan saja melainkan juga

mendapatkan perlindungan dan pelayanan yang baik serta fasilitas-fasilitas

yang disediakan oleh panti asuhan. Selain itu Panti Asuhan juga

memberikan perhatian dengan memberikan kasih sayang serta

nasihat-nasihat yang bermanfaat. Tidak sekedar kasih sayang dan pendidikan saja

yang diberikan namun diajarkan juga bagaimana cara berwirausaha dan

mengembangkan bakat anak asuh dalam hal kesenian.

Fungsi panti asuhan adalah sebagai lembaga sosial yang dimana

anak-anak tercukupi kebutuhan sehari-hari, dilatih dan diberikan bekal

keterampilan sesuai apa yang anak asuh miliki. Panti asuhan didirikan agar

anak-anak dapat menjadi generasi penerus bangsa dan tumbuh menjadi

anak-anak yang cerdas dan mandiri. Panti asuhan mengajarkan anak

asuhnya untuk hidup mandiri dan berdisiplin waktu.

Pada umumnya masyarakat berharap pendidikan dan pengasuhan

di lembaga panti asuhan dapat menjamin tumbuh kembang anak dengan

(20)

5

sistematis (sebagaimana pendidikan di pesantren). Sejak awal status anak

yang berada di panti asuhan diprediksikan dapat menumbuhkan sikap

kemandirian yang lebih awal dibandingkan anak yang mempunyai orang

tua, sebab mereka terbiasa tidak dapat menggantungkan atau bergantung

sepenuhnya pada orang lain.

Tetapi, dalam kehidupan sehari-hari di panti asuhan, peneliti

menjumpai adanya anak-anak yang belum cukup mandiri dalam belajar,

para penguruslah yang ekstra keras untuk mendorong dan mendisiplinkan

mereka. Diantaranya, mereka masih merasa kesulitan dalam membagi

waktu antara kegiatan sekolah dan kegiatan yang ada di panti asuhan,

sering pulang tidak tepat waktu, dan kurangnya kesadaran dalam belajar.

Berdasarkan paparan di atas penulis bermaksud mengungkapkan

bagaimana upaya pembentukan kemandirian belajar anak yatim dipanti

asuhan putri Aisyiyah Tuntang kab. Semarang. Selanjutnya penelitian ini

penulis tuangkan dalam bentuk tulisan yang berjudul “UPAYA

PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN BELAJAR ANAK YATIM DI

PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAH KECAMATAN TUNTANG

KABUPATEN SEMARANG ”.

A. Fokus Penelitian

Kehidupan anak yatim di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Kec.

Tuntang Kab. Semarang sangat menarik untuk dikaji, mengingat bahwa

anak-anak di sana memiliki kondisi atau status sebagai anak tanpa ayah,

(21)

6

Status subjek penelitian yang berusia anak-anak, berjenis kelamin

putri dan tidak memiliki sosok bapak menjadikan betapa rentannya mereka

terhadap persoalan-persoalan sosial. Seorang individu untuk bertumbuh

kembang secara baik memerlukan materiil, emosional, sosial dan spiritual

dari kedua orang tuanya. Ketika anak-anak Putri Panti Asuhan ini

kehilangan sosok ayah, maka diprediksikan bermunculah

permasalahan-permasalahan sosial dan psikologis, untuk itu penelitian ini mengungkap, “

Bagaimana kondisi sosial emosional dan kemandirian belajar anak yatim

putri di Panti Asuhan Aisyiyah Kecamatan Tuntang Kabupaten

Semarang?”

Kemandirian belajar bukan berarti belajar sendiri, sebab

perwujudannya dapat berupa belajar sendiri maupun belajar kelompok.

Sejauh ada motivasi dari diri sendiri yang mendorong pada kegiatan

belajar, di situlah terjadi kemandirian belajar. Dengan kemandirian belajar,

selain memperoleh kecakapan juga dapat mengembangkan daya kognitif

yang tinggi. Melalui panti suhan anak-anak panti asuhan dididik, dibina

dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan kepercayaan diri

berdasarkan pengetahuan dan berbagai aktivitas yang dilakukan secara

terus menerus sehingga psikologis anak secara tidak langsung dapat

terbentuk. untuk itu penelitian ini mengungkap “Bagaimana peran Panti

Asuhan dalam pembentukan kemandirian belajar anak yatim putri di Panti

(22)

7

Adapun kehidupan sehari-hari di panti asuhan, peneliti menjumpai

adanya anak-anak yang belum cukup mandiri dalam belajar, para

penguruslah yang ekstra keras untuk mendorong dan mendisiplinkan

mereka. Diantaranya, mereka masih merasa kesulitan dalam membagi

waktu antara kegiatan sekolah dan kegiatan yang ada di panti asuhan

misalnya, sering pulang tidak tepat waktu, dan kurangnya kesadaran dalam

belajar. Untuk itu penelitian ini mengungkap “Apa saja hambatan dalam

membentuk kemandirian belajar anak yatim putri di Panti Asuhan

Aisyiyah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang?”

B. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kondisi sosial emosional dan kemandirian belajar

anak yatim putri di Panti Asuhan Aisyiyah kecamatan Tuntang

Kabupaten Semarang.

2. Untuk mengetahui Peran Panti Asuhan dalam membentuk kemandirian

belajar anak yatim Putri di Panti Asuhan Aisyiyah Kecamatan Tuntang

Kabupaten Semarang.

3. Untuk mengetahui apa saja hambatan yang diperoleh dari tingkat

kemandirian belajar anak yatim Putri di Panti Asuhan Aisyiyah

(23)

8 C. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan

praktis.

1. Manfaat Teoretis

a. Penelitian ini diharapkan menambah khasanah ilmu pengetahuan

dalam pembentukan kemandirian belajar anak yatim di Panti

Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kab. Semarang

b. Dapat dijadikan informasi-informasi awal untuk dilakukan kajian

lebih lanjut dalam rangka penyempurnaan karya.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi awal

kepada pihak-pihak terkait seperti Dinas Sosial, Pemerintah Daerah,

Kecamatan atau Organisasi Aisyiyah sebagai penanggung jawab

keberadaan panti asuhan serta semua pihak yang terkait dengan

keberadaan panti asuhan.

D. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan hal yang penting karena akan menjadi

acuan dasar dan sebagai pembeda terhadap penelitian yang sudah pernah

dilakukan sebelumnya. Telaah pustaka ini peneliti ambil dari buku dan

penelitian-penelitian sebelumnya yang dianggap relevan dengan penelitian

yang akan dilakukan oleh peneliti. Adapun beberapa penelitian terdahulu

yang penulis jadikan telaah pustaka dalam penelitian ini adalah sebagai

(24)

9

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Muntaha dengan judul

“Pendidikan Kemandirian Anak-Anak Yatim Piatu Asuhan Darul

Hadlanah Blotongan Salatiga Tahun 2012.” Penelitian tersebut bertujuan

untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam membentuk kemandirian

anak yatim piatu di Panti Asuhan Darul Hadlanah Blotongan Salatiga

tahun 2012, Untuk mengetahui problematika yang muncul dalam

pendidikan kemandirian anak yatim piatu di Panti Asuhan Darul Hadlanah

Blotongan Salatiga tahun 2012 dan Untuk mengetahui solusi yang

ditempuh untuk mengatasi problematika yang muncul dalam pendidikan

kemandirian anak yatim piatu di Panti Asuhan Darul Hadlanah Blotongan

Salatiga tahun 2012.

Perbedaan skripsi Muntaha dengan skripsi ini adalah skripsi

Muntaha menjelaskan pendidikan kemandirian Anak-Anak Yatim Piatu

sedangkan penelitian ini menjelaskan pembentukan kemandirian belajar

anak yatim, skripsi Muntaha subjek penelitiannya adalah Anak-Anak

Yatim Piatu Putra maupun putri sedangkan dalam penelitian ini, subjek

penelitian ini hanyalah anak Putri saja. Muntaha meneliti upaya yang

dilakukan untuk melatih kemandirian, santri asuh diberi pendidikan yang

dibutuhkan di masyarakat yang sifatnya fisik, sedangkan dalam penelitian

yang akan dilakukan ini bahwa anak asuh di beri pendidikan kemandirian

eksrakurikuler berupa keterampilan.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Putri Ariani dengan judul

(25)

10

Berbah Sleman Yogyakarta Untuk Mempersiapkan Masa Depan”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep kemandirian yang

dilakukan oleh panti asuhan dalam pembinaan kemandirian anak yatim

piatu untuk mempersiapkan masa depan. Perbedaan skripsi Putri Ariani

dengan penelitian yang akan dilakukan ini adalah dalam skripsi Putri

Ariani terdapat konsep kemandirian yang diterapkan oleh pengurus panti

asuhan terhadap anak asuh. salah satu buktinya dengan pengurus panti

terbuka untuk siapa saja mengajarkan kepada anak asuhnya dalam hal apa

saja. Pengurus panti asuhan juga memberikan kesempatan untuk para

warga masyarakat dan dermawan untuk mengajarkan memasak. Pengurus

panti asuhan tidak menolak anak asuhnya tersebut diajarkan memasak oleh

warga masyarakat dan para dermawan yang berkunjung, sedangkan dalam

penelitian yang akan dilakukan ini bahwa pengurus panti hanya terbuka

kepada relawan untuk mengajarkan kepada anak asuh dalam hal apapun.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Nur Habib dengan judul

“Pembinaan Akhlak Anak Asuh di Panti Asuhan Yatim Piatu Putra Islam

An-Nur Bantulkarang Ringinharjo Bantul”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pembinaan keagamaan, shalat lima waktu, tahfidz, puasa

sunnah senin kamis dan lain-lain, dengan mengggunaan metode

pembinaan akhlak serta pendampingan belajar. Sedangkan perbedaan

dalam penelitian ini adalah anak-anak asuh dalam pembentukan

kemandirian belajar melalui bimbingan pengurus yang dilakukan secara

(26)

11

Dari sejumlah kajian pustaka yang dilakukan, penulis tidak

menemukan kajian mengenai Pembentukan Kemandirian Belajar Anak

yatim Putri di Panti Asuhan Aisyiah kecamatan Tuntang kabupaten

Semarang. Sehingga penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya

dan memiliki orisinilitas yang dapat dipertanggungjawabkan.

E. Penegasan Istilah

Dalam skripsi yang berjudul, “Pembentukan Kemandirian Anak

Dalam Belajar Di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kab. Semarang”

ini perlu penegasan guna untuk menghindari adanya kesalahpahaman

dalam mengartikan sehingga akan lebih mudah dipahami setelah

dijelaskan lebih lanjut secara terperinci.

1. Panti Asuhan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:646) Panti

Asuhan adalah rumah tempat memelihara dan merawat anak yatim

atau yatim piatu dan sebagainya. Menurut Depsos RI (2004: 4), panti

sosial asuhan anak adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial

yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan

kesejahteraan sosial pada anak terlantar dengan melaksanakan

penyantunan dan pengentasan anak terlantar, memberikan pelayanan

pengganti orang tua/wali anak dalam memenuhi kebutuhan fisik,

mental dan sosial kepada anak asuh sehingga memperoleh

kesempatan yang luas,tepat dan memadai bagi pengembangan

(27)

12

generasi penerus cita- cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut

serta aktif dalam bidang pembangunan nasional.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

panti asuhan merupakan salah satu lembaga perlindungan anak yang

berfungsi memberikan perlindungan terhadap hak anak-anak sebagai

wakil orang tua dalam memenuhi kebutuhan mental dan sosial pada

anak asuh agar mereka memiliki kesempatan untuk mengembangkan

diri sampai mencapai tingkat kedewasaan yang matang serta mampu

melaksanakan perannya sebagai individu dan warga negara di dalam

kehidupan bermasyarakat.

2. Anak Yatim

Keluarga inti adalah suatu unit sosial yang paling kecil

dalam masyarakat. Keluarga yang beranggotakan ayah, ibu dan

anak-anaknya merupakan suatu keseluruhan yang saling

mempengaruhi diantara sesamanya. Bertambah atau berkurangnya

anggota keluarga akan mempengaruhi suasana keluarga, secara

keseluruhan akan memberi dampak pada perasaan pemikiran dan

perilaku-perilaku anggotanya. Khusus mengenai kematian ayahnya,

ibu dan keduanya dengan sendirinya akan memberi pengaruh

terhadap keluarganya secara keseluruhan dan juga terhadap

anak-anak yang ditinggalkan.

Islam sangat menganjurkan untuk merawat anak-anak yang

(28)

13

menjelaskan ketidakberdayaan mereka saja, tetapi juga merinci

wasiat-wasiat ini dan menyeru pada tiga hal yang berkenaan dengan

anak yatim ini, yaitu bersikap kasih sayang terhadap mereka,

melindungi kekayaan mereka apabila mereka mempunyai harta dan

memberi nafkah mereka apabila tidak mempunyai harta yang cukup.

ِةَرِخ ْلْاَو اَيْ نُّدلا يِف

ْمُكُناَوْخِإَف ْمُىوُطِلاَخُت ْنِإَو ٌرْ يَخ ْمُهَل ٌح َلَْصِإ ْلُق ٰىَماَتَيْلا ِنَع َكَنوُلَأْسَيَو

ٌزيِزَع َوَّللا َّنِإ ْمُكَتَنْعََلَ ُوَّللا َءاَش ْوَلَو ِحِلْصُمْلا َنِم َدِسْفُمْلا ُمَلْعَ ي ُوَّللاَو

ٌميِكَح

:ةرقبلا﴿

٢٢۰

Artinya:

Tentang dunia dan akhirat dan mereka bertanya kepadamu tentang

anak yatim, katakanlah : “Mengurus urusan mereka secara patut

adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka

adalah saudaramu, dan Allah mengetahui siapa yang membuat

kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan jikalau Allah

menghendaki, niscaya dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu.

Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S

Al-Baqarah :220)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

anak yatim adalah anak yang telah kehilangan bapaknya disebabkan

(29)

14 3. Kemandirian Belajar

Kemandirian belajar merupakan perilaku yang ada pada

seseorang yang belajar karena dorongan dari dalam diri sendiri

bukan karena pengaruh luar. Dengan kemandirian seseorang mampu

menunjukkan adanya pengaruh dari dalam terhadap pengendalian

dirinya. Kemandirian merupakan perilaku yang diarahkan oleh diri

sendiri dan tidak mengharapkan bantuan dari orang lain, bahkan ia

ingin mencoba memecahkan masalahnya sendiri.

Anung Haryono (2005:75) memberikan definisi kemandirian

belajar sebagai suatu sistem belajar mandiri, merupakan sistem

pembelajaran yang didasarkan kepada kedisiplinan terhadap diri

sendiri yang dimiliki oleh siswa disesuaikan oleh keadaan

perorangan siswa, waktu yang dimiliki dan keadaan sosial

ekonominya.

Sedangkan menurut Jerold E. Kemp (1994 : 154) Metode

belajar yang sesuai dengan kecepatan sendiri juga disebut belajar

mandiri. Pengajaran sendiri atau belajar dengan mengarahkan diri

sendiri. Siswa diharapkan lebih banyak belajar mandiri atau

kelompok dengan bantuan seminimal mungkin dari orang lain.

Semua itu diperlukan kemampuan, kemauan yang kuat dan disiplin

yang tinggi dalam melaksanakan kegiatan belajar. Kemauan yang

(30)

15

kesulitan, sedangkan disiplin yang tinggi diperlukan supaya kegiatan

belajarnya sesuai dengan jadwal yang diatur sendiri.

Kemandirian belajar bukan berarti belajar sendiri, sebab

perwujudannya dapat berupa belajar sendiri, belajar kelompok dan

klasikal. Sejauh ada motivasi diri yang mendorong kegiatan belajar

disitulah terjadi kemandirian belajar.

Herman Holstein (1987: 5) berpendapat bahwa dengan

mandiri bukan berarti murid-murid belajar secara individualistik

bahkan sebaliknya situasinya dibina untuk belajar kelompok dan

setiap anak menjadi patner temannya. Dalam belajar kelompok

ditanamkan rasa kebersamaan, kesadaran untuk bekerja sama saling

membantu dan mengoreksi tanpa rasa tersinggung menghargai

pendapat temannya. Hal ini berarti mengarahkan anak untuk menjadi

anggota masyarakat yang pandai bermasyarakat serta demokratis

disamping dapat belajar tanpa memerlukan guru.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

kemandirian belajar adalah sikap yang menunjukkan pada kesadaran

belajar dari diri sendiri sehingga bertanggung jawab sepenuhnya

(31)

16 F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian yang berjudul Upaya Pembentukan Kemandirian

Belajar Anak Yatim Di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Kecamatan

Tuntang Kabupaten Semarang bertujuan untuk mengungkapkan dan

menggambarkan secara realistis dan faktual fakta-fakta yang

berkenaan dengan pelaksanaan Upaya Pembentukan Kemandirian

Belajar di Panti Asuhan Aisyiyah. Oleh karenanya pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif dengan metode deskriptif.

Menurut Sugiono (2006:15) metode penelitian kualitatif

adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

pospositivisme digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang

alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti

adalah sebagai instrument kunci. Pengambilan sample, sumber data

dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan

dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat

induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekan

makna dari generalisasi.

2. Kehadiran Peneliti

Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam

(32)

17

sampai memperoleh data-data yang diperlukan. Dalam penelitian

kualitatif ini seorang peneliti menjadi instrumen.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang,

Kab. Semarang. Selain letaknya yang strategis, alasan lain pemilihan

tempat penelitian adalah berkaitan dengan upaya meningkatkan

kepedulian masyarakat terhadap anak yatim piatu dan

anak-anak yang kurang beruntung, serta menumbuhkan kesadaran tentang

pentingnya upaya pembentukan kemandirian belajar bagi anak-anak

yang tinggal di panti asuhan. Di Panti Asuhan Aisyiyah memiliki

kegiatan yang teratur dan struktur organisasi yang terprogram dan

berjalan dengan lancar.

4. Sumber Data a. Data Primer

Menurut Sugiono data primer adalah data yang dapat

diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitia dan juga

sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul

data (2010: 137). Hal ini tercermin dengan adanya kata-kata dan

tindakan yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau

mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk

mendapatkan informasi langsung tentang Upaya Pembentukan

Kemandirian Belajar Anak Yatim Putri Di Panti Asuhan Aisyiyah

(33)

18 b. Data sekunder

Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber

bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari

surat-surat pribadi, buku harian, notula rapat perkumpulan,

sampai dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi

pemerintah. Data sekunder juga dapat berupa majalah, buletin,

publikasi dari berbagai organisasi, lampiran-lampiran dari

badan-badan resmi seperti kementrian-kementrian, hasil-hasil studi,

tesis, hasil survei, studi histories, dan sebagainya. Peneliti

menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan

melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui studi

pustaka dan wawancara langsung kepada anak asuh, pengurus dan

pengasuh yang bersinggungan dengan Upaya Pembentukan

Kemandirian Belajar Anak Yatim Putri Di Panti Asuhan Aisyiyah

Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan

pada natural setting (kondisi yang alamiah) sumber daya primer, dan

teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi, berperan

serta (partisipan observation), wawancara mendalam (indepth

interview) dan dokumentasi (Sugiono, 2006:309)

Menurut Lexy J.Moleong (Moleong, 2002:125-163)

(34)

19

pengamatan, wawancara, catatan lapangan dan penggunaan

dokumen. Namun demikian penggunaanya harus disesuaikan dengan

penelitian yang sedang dilakukan sehingga ada kecocokan. Dalam

penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah:

a. Observasi

Metode Observasi adalah suatu metode penelitian yang

digunakan dengan jalan pengamatan suatu obyek dengan seluruh

indra. Jadi observasi dapat dilakukan melalui penglihatan,

pendengaran, pengecap dan peraba (Arikunto, 1998: 146).

Teknik yang pertama digunakan sebagai alat pengumpul

data yang digunakan untuk menggali dariresponen penelitian.

Aspek sosiologis maupun keagamaan dari setiap responden akan

sangat diperhitungan guna memperoleh informasi yang jelas

terutama yang berkaitan dengan Pembentukan Kemandirian

Belajar Anak yatim Putri di Panti Asuhan Aisyiah kecamatan

Tuntang kabupaten Semarang.

Metode ini digunakan penulis sebagai metode utama

dalam mengumpulkan seluruh data yang dibutuhkan dalam

penulisan skripsi ini (Arikunto, 1998: 146). Jalan yang

dilakukan penulis yaitu dengan cara pengamatan langsung

mengenai kegiatan belajar mengajar Pembentukan Kemandirian

Belajar Anak yatim Putri di Panti Asuhan Aisyiah kecamatan

(35)

20

digunakan adalah pendekatan pengamatan peserta yaitu,

pendekatan yang bercirikan suatu periode interaksi sosial

intensif antara peneliti dengan subyeknya, di dalam lingkungan

subyek tersebut.

b. Wawancara

Teknik wawancara merupakan salah satu cara

pengumpulan data dalam penelitian, karena menyangkut data

maka wawancara menjadi elemen penting dalam proses

penelitian (Bagong, 2006:70). Wawancara bisa diartikan sebagai

cara yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi (data)

dari responden dengan cara bertanya langsung secara bertatap

muka. Namun demikian tehnik wawancara ini dalam

perkembanganya tidak harus dilakukan secara berhadapan

langsung, melainkan dapat dengan memanfaatkan sarana

komunikasi lain.

Teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan cara

bertanya langsung kepada responden, untuk mendapatkan data

tersebut penulis menggunakan metode wawancara mendalam

kepada pengasuh, pengurus, dan para anak asuh, metode ini

digunakan peneliti sebagai metode bantu dalam melakukan

observasi (Moleong, 2002: 135), Yang bertujuan untuk

menggali ketarangan-ketarangan dan informasi yang terkait

(36)

21

Panti Asuhan Aisyiyah kecamatan Tuntang kabupaten

Semarang.

c. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data ini digunakan untuk menggali

informasi dari media cetak, internet maupun dokumen-dokumen

kepustakaan lainya yang mendukung erat dengan kaitanya

masalah yang diteliti. Namun dalam penelitian kualitatif ini

menggunakan pendekatan dokumen pribadi yaitu tempat orang

mengungkap dengan kata-kata sendiri, pandangan mereka

tentang seluruh kehidupan mereka atau beberapa aspek tentang

mereka sendiri (Furchan, 1992: 25).

Dokumen pribadi anak asuh di atas antara lain, buku

pelajaran di sekolah maupun buku pelajaran di panti yang

digunakan belajar, serta hasil tes evaluasi anak asuh baik berupa

lisan maupun tulisan.

6. Analisis Data

Analisa data merupakan bagian yang sangat penting dalam

suatu penelitian, sebab dari hasil analisis inilah dapat dijadikan

jawaban dalam memecahkan masalah dalam penelitian. Analisisnya

adalah dengan menggunakan analisis deskriptif. Dalam penelitian

kualitatif, proses analisis data dimulai sejak pengumpulan data

(37)

22

Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan

teknik yang dilakukan oleh Miles dan Huberman dalam (Sugiono

2006:337). Adapun dalam penerapannya adalah sebagai berikut:

a. Analisis selama pengumpulan data

Kegiatan analisis data ini dapat dimulai setelah penulis

memahami fenomena sosial yang sedang diteliti.

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1) Menetapkan fokus penelitian (rumusan masalah)

2) Menyusun temuan-temuan sementara berdasarkan data

yang telah terkumpul.

3) Pembuatan rencana-rencana pengumpulan data berikutnya

berdasarkan data yang telah terkumpul.

4) Pembuatan rencana-rencana pengumpulan data berikutnya

berdasarkan temuan-temuan pengumpulan data

sebelumnya.

5) Penerapan sasaran pengumpulan data (informan, situasi,

dokumen, dan lain-lain).

b. Reduksi data

Dalam reduksi data ini penulis memilih data-data yang

telah diperoleh selama melakukan proses penelitian. Hal ini bisa

dilakukan dengan menajamkan, mengorganisasikan data

(38)

23

c. Penyajian data

Langkah ini dapat dilakukan dengan menyajikan

sekumpulan informasi yang tersusun dan memberi kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan. Hal ini dilakukan dengan alasan

data-data yang diperoleh selama proses penelitian kualitatif

biasana berbentuk naratif, sehingga memerlukan

penyederhanaan tanpa mengurangi isinya.

d. Menarik kesimpulan (verifikasi)

Kegiatan analisis berikutnya yang penting adalah

menarik kesimpulan dan verifikasi. Mulai dari mencari pola,

tema, hubungan, permasalahan, hal-hal yang sering timbul, dan

sebagainya. Dari data tersebut diambil kesimpulan serta

memverifikasi data tersebut dengan cara menelusuri kembali

data yang telah diperoleh.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan data dilakukan agar data yang diperoleh dalam

penelitian kualitatif tidak menjadi biasa dan memenuhi kriteria

keilmiahan. Dalam penelitian ini kriteria keabsahan data beserta

teknik pemeriksaanya menggunakan sumber data dan teknik

pengambilan data.

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu sendiri untuk

(39)

24

1989:195). Sedangkan menurut Sugiono (2009 : 372) triangulasi

diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan

berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat

triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.

Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan dengan jalan

membandingkan dan mengecek informasi atau data yang diperoleh

dari wawancara dengan hasil pengamatan. Demikian pula sebaliknya

data yang diperoleh dari pengamatan dibandingkan dan dicek

melalui wawancara.

8. Tahap-tahap Penelitian a. Pra Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, penulis mengkaji

buku-buku yang berkaitan dengan pembentukan kemandirian belajar.

Selain itu, dalam tahap ini terdapat beberapa kegiatan yaitu

penentuan fokus penelitian, persiapan alat dan penelitian yang

mencakup observasi lapangan, serta permohonan ijin kepada

subjek yang diteliti.

b. Penelitian

Setelah penulis mengetahui banyak hal tentang

pembentukan kemandirian belajar, kemudian penulis melakukan

observasi ke obyek penelitian untuk melihat secara langsung

pola pembentukan kemandirian belajar di Panti Asuhan

(40)

25

c. Pelaporan

Pada tahap ini kegiatan meliputi penyusunan hasil

penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data

sampai pemberian makna data. Setelah itu melakukan konsultasi

hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan

perbaikan saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang

kemudian ditindaklanjuti hasil bimbingan tersebut untuk

disempurnakan. Langkah terakhir melakukan penyusunan

kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman secara komprehensif, maka

dalam penulisan ini perlu adanya sistematika pembahasan sebagai

berikut:

Bab I merupakan pendahuluan, meliputi latar belakang, fokus

penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah,

metode penlitian, dan sistematika penulisan penelitian.

Bab II menjelaskan tentang Pembentukan Kemandirian

Belajar Anak yatim Putri di Panti Asuhan Aisyiyah Kecamatan

Tuntang Kabupaten Semarang yang di dalamnya meliputi, tinjauan

(41)

26

Bab III menjelaskan tentang gambaran umum Panti Asuhan

Putri Aisyiyah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang, dan

Pembentukan Kemandirian Belajar Di Panti Asuhan Putri Aisyiyah

Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.

Bab IV merupakan analisis tentang Upaya pembentukan

kemandirian belajar Anak yatim Putri di Panti Asuhan Aisyiyah

kecamatan Tuntang kabupaten Semarang.

Bab V merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari hasil

tentang Upaya Pembentukan Kemandirian Belajar Anak Yatim Putri

Di Panti Asuhan Aisyiyah Kecamatan Tuntang Kabupaten

(42)

27

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Panti asuhan

1. Pengertian panti asuhan

Menurut kamus besar bahasa Indonsia, panti asuhan berarti

rumah atau tempat untuk memelihara dan merawat anak yatim atau

yatim piatu dan sebagainya (Tim penyusun kamus pusat bahasa,

2007:826).

Departemen Sosial Republik Indonesia (2004:4) menjelaskan

bahwa panti asuhan adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial

yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan

kesejahteraan sosial kepada anak terlantar dengan melaksanakan

penyantunan dan pengentasan anak terlantar, memberikan pelayanan

pengganti fisik, mental dan sosial pada anak asuh, sehingga

memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi

perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai

bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang

akan turut serta aktif di dalam bidang pembangunan nasional.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa panti asuhan

adalah suatu lembaga sosial yang bertanggung jawab untuk

memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar

dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar,

(43)

28

sebagai pengganti orang tua dalam keluarga sehingga mereka dapat

memperoleh kesempatan yang memadai untuk perkembangan

kepribadian anak asuh.

2. Landasan hukum didirikannya panti asuhan

Landasan hukum didirikannya panti asuhan antara lain:

a. Al- Qur’an

1) QS. Al-Ma’un ayat 1-3

ُّضُحَي لا َو)٢( َميِتَيْلا ُّعُدَي يِذَّلا َكِلَذَف)١( ِنيِّدلاِب ُبِّذَكُي يِذَّلا َتْيَأَرأ

)٣(ِنيِكْسِمْلا ِماَعَط ىَلَع

Artinya:

Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka

itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak

menganjurkan memberi makan orang miskin.” (QS. Al

-Ma’un: 1-3)

Anak yatim adalah anak yang paling membutuhkan

pertolongan dan kasih sayang, karena ia telah kehilangan

seorang ayah pada saat ia membutuhkan kehadirannya. Ia

telah kehilangan sosok yang mencari nafkah untuknya.

Karena itu, Islam mendorong umatnya untuk menyayangi

(44)

29

2) QS. An-Nisa’ ayat 58

ْنَأ ِساَّنلا َنْيَ ب ْمُتْمَكَح اَذِإَو اَهِلْىَأ ٰىَلِإ ِتاَناَمَْلَا اوُّدَؤُ ت ْنَأ ْمُكُرُمْأَي َوَّللا َّنِإ

ا ًريِصَب اًعيِمَس َناَك َوَّللا َّنِإ

ۗ

ِوِب ْمُكُظِعَي اَّمِعِن َوَّللا َّنِإ

ۗ

ِلْدَعْلاِب اوُمُكْحَت

Artinya:

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan

amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh

kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia

supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah

memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.

Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha

Melihat”. (Q.S An-Nisa’ 58)

Memberikan hak fakir miskin adalah kewajiban

mutlak dan mengikat bagi setiap orang yang diberi

kelebihan rezeki oleh Allah. Maksud kelebihan rezeki disini

adalah kelebihan rezeki setelah digunakan untuk menutupi

kebutuhan pokoknya. Setelah kebutuhan pokok terpenuhi

dan masih ada sisa harta, sisa harta itulah yang sepatutnya

dibagi-bagikan kepada yang berhak menerimanya.

Termasuk yang harus diprioritaskan adalah kaum fakir

(45)

30

b. Undang-undang Dasar 1945

1) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan

berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan

dan Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh

Negara (Pasal 34 ayat 1).

2) Undang-undang No.4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak

a) Orang tua adalah yang pertama-tama bertanggung jawab

atas terwujudnya kesejahteraan anak baik secara rohani,

jasmani maupun sosial (Pasal 9).

b) Orang tua yang terbukti melalaikan tanggung jawabnya

sebagaimana termaksud dalam pasal 9, sehingga

mengakibatkan timbulnya hambatan dalam pertumbuhan

dan perkembangan anak dapat dicabut kuasanya sebagai

orang tua terhadap anaknya. Dalam hal itu ditunjuk orang

atau badan sebagai wali (Pasal 10 ayat 1).

3) Undang-undang N0. 23 tahun 2004, pasal 4 tentang

perlindungan anak

Setiap anak berhak untuk dapat hidup tumbuh,

berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan

harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat

perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. (Departemen

(46)

31 3. Tujuan panti asuhan

Tujuan panti asuhan menurut Departemen Sosial Republik

Indonesia (1997:6) yaitu:

a. Panti asuhan memberikan pelayanan yang berdasarkan kepada

profesi pekerjaan sosial pada anak terlantar dengan cara membantu

dan membimbing mereka ke arah perkembangan pribadi yang

wajar serta mempunyai ketrampilan kerja, sehingga mereka

menjadi anggota masyarakat yang dapat hidup layak dan penuh

tanggung jawab, baik terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat.

b. Tujuan penyelengaraan pelayanan kesejahteraan sosial anak di

panti asuhan adalah terbentuknya manusia-manusia yang

berkepribadian matang dan berdedikasi, mempunyai keterampilan

kerja yang mampu menopang hidupnya dan hidup keluarganya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan panti

asuhan adalah memberikan pelayanan, bimbingan kepada anak asuh

agar memiliki kepribadian matang dan berdedikasi, dan memiliki

keterampilan kerja yang mampu menopang hidupnya dan

keluarganya.

(47)

32

Panti asuhan berfungsi sebagai sarana pembinaan dan

pengentasan anak terlantar. Menurut Departemen Sosial Republik

Indonesia (1997:7) panti asuhan mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak. Panti asuhan

berfungsi sebagai pemulihan, perlindungan, pengembangan dan

pencegah.

b. Sebagai pusat data dan informasi serta konsultasi kesejahteraan

sosial anak.

c. Sebagai pusat pengembangan keterampilan (yang merupakan

fungsi penunjang). Panti asuhan sebagai lembaga yang

melaksanakan fungsi keluarga dan masyarakat dalam

perkembangan dan kepribadian anak-anak remaja.

Menurut Achmadi (2003:15) Panti asuhan tidak hanya

menerima anak-anak yang tidak memiliki orang tua, atau salah satu

orang tuanya meninggal dunia tetapi panti asuhan juga menerima

anak-anak yang tidak terpenuhi kebutuhan fisik, psikis, dan sosialnya

diantaranya:

a. Anak yatim atau piatu atau yatim piatu.

b. Anak dari keluarga miskin.

c. Anak dari keluarga pecah (broken home).

d. Anak dari keluarga bermasalah.

e. Anak yang lahir di luar nikah atau terlantar.

(48)

33

g. Anak yang mendapatkan perlakuan salah (child abuse).

Dengan demikian, fungsi panti asuhan adalah sebagai pusat

pelayanan kesejahteraan sosial anak, sebagai pusat data, informasi dan

konsultasi kesejahteraan anak, serta sebagai pusat pengembangan

keterampilan.

B. Anak Yatim

1. Pengertian anak yatim

Menurut Raghib Al-Isfahami dalam buku Ensiklopedi hukum

Islam karya Dahlan Abdul Azizi (1996 : 1962) seseorang ahli kamus

al-Qur’an, bahwa istilah yatim bagi manusia digunakan untuk orang

yang ditinggal mati ayahnya dalam keadaan belum dewasa.

Menurut Peter Salim dan Yenny Salim dalam kamus bahasa

Indonesia kontemporer (1991 : 1727) mengatakan bahwa tidak beribu

atau tidak berbapak, atau tidak mempunyai ibu dan bapak, tetapi

sebagian menyebutkan sebutan untuk anak yatim ialah untuk anak

yang bapaknya meninggal.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa anak

yatim adalah anak yang ditinggal wafat ayahnya, sedang ia belum

berada pada usia dewasa, atau belum mencapai usia baligh dan belum

(49)

34

islam merupakan batasan usia dari masa kanak-kanak beralih kepada

masa dewasa.

2. Batasan usia anak yatim

a. Menurut Islam

َناَك َدْهَعْلا َّنِإ

ۗ

ِدْهَعْلاِب اوُفْوَأَو

ۗ

هَّدُشَأ َغُلْ بَ ي ٰىَّتَح ُنَسْحَأ َيِى يِتَّلاِب َّلَِإ ِميِتَيْلا َلاَم اوُبَرْقَ ت َلََو

ًلَوُئْسَم

Artinya:

Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan

cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan

penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggung

jawabnya. (Q.S Al-Isra’ :34)

مَلاِتْحا َدْعَب َمْتُيَلا

“Tidak ada keyatiman setelah baligh” (Hadits Sunan Abu Dawud).

Baligh menurut Islam apabila telah mengalami mimpi basah bagi

laki-laki dan telah mengalami haid bagi perempuan.

b. Menurut Psikologi

Menurut ilmu psikologi dijelaskan bahwa siklus kehidupan

manusia khususnya pada tingkatan masa kanak-kanak menuju

masa yang dapat dikatakan dewasa itu diantaranya sudah melewati

masa kanak-kanak dan masa remaja. Adapun masa kanak-kanak

dan remaja adalah terdiri dari masa kanak-kanak awal, pertengahan

(50)

35

ini adalah batasan usia masa kanak-kanak dan masa remaja

(Gunarsa & D. Gunarsa 1989 : 88) yakni:

1) Anak-anak awal (0-3 tahun)

2) Anak-anak madya (3-7 tahun)

3) Anak-anak akhir (7-12 tahun)

4) Remaja dini (12-15 tahun)

5) Remaja madya (15-17 tahun)

6) Remaja akhir (17/18-21 tahun)

c. Menurut Undang-Undang Dasar 1945

Undang - undang no. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak pasal 1 ayat (1), “Anak adalah seseorang yang belum berusia

18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam

kandungan. Artinya batas usia dewasa menurut aturan ini adalah 18

tahun ke atas.

Dengan demikian batasan usia anak yatim menurut

penelitian ini adalah yang belum berusia delapan belas tahun (di

bawah usia delapan belas tahun).

3. Pandangan Islam terhadap anak yatim

Islam memberikan perhatian khusus terhadap diri anak yatim

karena kecilnya dan ketidakmampuannya untuk menjalankan

kemaslahatan yang menjamin kebahagiaan hidup di masa depan,

dengan perhatian ini, umat dapat menghindarkan kejahatan atau

(51)

36

memperoleh pendidikan karena kehilangan orang tua yang mengasuh,

mendidik dan memeliharanya (Mahmud Syaltut 1990 : 348).

Hadits riwayat Imam Bukhari

ْ نَع

ْ وُسَرَْلاَقْ:َْلاَقٍْد عَسِْن بٍْل هَس ْىهلَصِْ هاللَُّْل

:َْمهلَس َوِْه يَلَعُْ هاللَّ

ْ ْيِفِْميِتَي لاُْلِفاَك َوْاَنَأ

اًئ يَشْاَمُهَن يَبَْجهرَف َوْىَط س ُو لا َوِْةَباهبهسلاِبَْراَشَأ َوْ،ْاَذَكَهِْةهنَج لا

Dari Sahl bin Sa’ad r.a berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Saya

dan orang yang memelihara anak yatim itu dalam surga seperti ini.”

Beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya serta

merenggangkan keduanya” (HR al-Bukhari no. 4998 dan 5659).

Dalam ayat lain Allah menegaskan dalam surat An-Nisa’ ayat

36 sebagai berikut :

Artinya :

Janganlah kamu menyembah selain Allah dan janganlah kamu

mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah pada

ibu-bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,

(52)

37

sabil dan hamba sahaya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai

orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.

Pada ayat ini Allah mengisyaratkan kepada manusia agar

selalu berbuat baik kepada anak yatim, memperhatikan dan mengurus

anak-anak yatim itu berarti memperhatikan pembangunan umat, dan

ketidak pedulian terhadap mereka (anak yatim) berarti membuka pintu

masuknya kejahatan yang dapat menodai dan merusak citra dan

kehormatan umat tersebut.

Mendidik anak yatim pada dasarnya adalah memberikan

bimbingan dan pembinaan agar mereka dapat tumbuh dan berkembang

secara wajar dan baik. Pasalnya, banyak pemelihara anak yatim yang

meremehkan masalah ini serta menzhalimi anak yatim. Keadaan

seperti inilah justru akan menimbulkan masalah sosial dalam

masyarakat (Ummu Abdillah 2004 : 55).

Demikian pandangan Islam bahwa pendidikan anak-anak

yatim itu merupakan permasalahan yang harus mendapat perhatian

khusus dari seluruh lapisan masyarakat, mereka adalah kelompok

anak-anak yang harus dilindungi karena statusnya yang sangat rentan

terhadap perlakuan yang tidak adil.

C. Kemandirian Belajar

(53)

38

Menurut Holstein (1994 : 1), Kemandirian merupakan suatu

hal yang penting yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang

dapat berdiri sendiri dengan kaki (berdikari) tanpa harus bergantung

kepada orang lain. Seseorang dikatakan mandiri apabila orang tersebut

mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Kemandirian disebut juga

sebagai kesakaryaan (kegiatan sendiri).

Thoha (1996 : 121) berpendapat, bahwa kemandirian

merupakan perilaku yang aktivitasnya diarahkan pada diri sendiri,

tidak mengharapkan pengarahan dari orang lain dalam memecahkan

masalah yang dihadapinya .

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian

kemandirian adalah kemampuan seseorang untuk memenuhi

kebutuhannya sendiri baik fisik maupun psikis tanpa bantuan dari

orang lain.

Sedangkan Menurut Rousseau sebagaimana dikutip

Sukmadinata (2003:168) menyatakan bahwa pengertian kemandirian

belajar yaitu, anak memiliki potensi-potensi yang masih terpendam,

melalui belajar anak harus diberi kesempatan mengembangkan atau

mengaktualkan potensi-potensi tersebut. Anak mempunyai kekuatan

untuk mencari sendiri, mencoba, menemukan dan mengembangkan

dirinya sendiri.

Menurut Sukmadinata (2003:165-166), beberapa prinsip

(54)

39

1) Belajar merupakan bagian dari perkembangan.

2) Belajar berlangsung seumur hidup.

3) Belajar berlangsung disetiap tempat dan waktu.

4) Belajar dapat berlangsung baik dengan guru maupun tanpa guru.

5) Belajar karena tuntutan motivasi.

Kemandirian dalam belajar perlu diberikan kepada anak agar

mereka mampu tanggung jawab dalam mengatur dan mendisiplinkan

dirinya dan mengembangkan kemampuan belajar atas kemampuan

sendiri. Sikap tersebut perlu dimiliki anak karena hal tersebut

merupakan kedewasaan orang terpelajar.

Menurut Sumahamijaya (2001:78) menekankan bahwa

kemandirian adalah sikap mental berdiri sendiri tercermin dalam rasa

tanggung jawab, percaya diri, inisiatif, dan tidak mengelak dari

keharusan mengambil resiko yang sepantasnya serta tidak mengelak

keharusan bersaing. Dijelaskan pula mengenai aspek kemandirian

yaitu:

1) Tidak tergantung pada orang lain.

2) Mempunyai kemampuan yang keras untuk mencapai tujuan

hidupnya.

3) Tidak suka menunda waktu, rajin, dan tidak mudah putus asa.

4) Mempunyai ide atau gagasan dan berusaha untuk mempertahankan

(55)

40

2. Bentuk-Bentuk Kemandirian Belajar

Havighurts dalam (Desmita, 2009:185) membedakan

kemandirian atas empat bentuk kemandirian, yaitu:

1) Kemandirian emosional, yaitu kemampuan mengontrol emosi

sendiri dan tidak tergantungnya emosi pada orang lain.

2) Kemandirian ekonomi, yaitu mampu mengatur ekonomi sendiri dan

tidak tergantung kebutuhan ekonomi pada orang lain.

3) Kemandirian intelektual, yaitu kemampuan untuk mengatasi

masalah yang dihadapi.

4) Kemandirian sosial, yaitu kemampuan untuk mengadakan interaksi

dengan orang lain dan tidak tergantung pada aksi orang lain.

Sementara itu Steinberg sebagaimana yang dikutip (Desmita,

2009:186) membedakan kemandirian menjadi tiga bentuk, yaitu:

a) Kemandirian emosional, yaitu aspek kemandirian yang menyatakan

perubahan kedekatan hubungan emosional antar individu.

b) Kemandirian tingkah laku, yaitu suatu kemampuan untuk membuat

keputusan-keputusan tanpa tergantung kepada orang lain dan

melakukannya secara bertanggung jawab.

c) Kemandirian nilai, yaitu kemampuan memakai seperangkat prinsip

tentang salah dan benar, tentang apa yang penting dan apa yang

(56)

41

Dari pendapat kedua tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa

bentuk-bentuk kemandirian ada 3 yaitu kemandirian emosional,

kemandirian tingkah laku dan kemandirian nilai.

3. Ciri-Ciri Kemandirian Belajar

Orang yang mandiri akan dapat menemukan sendiri apa yang

harus dilakukan, menentukan dalam memilih

kemungkinan-kemungkinan dari hasil perbuatan dan dapat menyelesaikan sendiri

masalah-masalahnya tanpa mengharapkan bantuan orang lain. Begitu

juga dalam kemandirian anak, tentunya tidak akan terlepas dari

karakteristik yang menandainya bahwa seorang anak sudah bisa

dikatakan mandiri atau belum. Seperti yang dikemukakan Thoha

(1996 : 122) sebagai berikut:

a. Seseorang mampu mengembangkan sikap kritis terhadap

kekuasaan yang datang dari luar dirinya. Artinya, tidak segera

menerima begitu saja pegaruh orang lain tanpa dipikirkan terlebih

dahulu segala kemungkinan yang akan timbul.

b. Adanya kemampuan untuk membuat keputusan secara bebas tanpa

dipengaruhi orang lain.

Menurut pendapat Kartono (1985 : 137) keterampilan

(57)

42

jadi, kemampuan dan keterampilan memecahkan masalah banyak

penting untuk menolong orang lain tetapi juga menolong diri sendiri.

Menurut Sufyarman (2003 : 51-52) orang-orang mandiri dapat

dilihat dengan indikator antara lain:

a. Progresif dan ulet seperti tampak pada mengejar prestasi, penuh

ketekunan

b. merencanakan dan mewujudkan harapan-harapannya.

c. Berinsiatif, yang berarti mampu berfikir dan bertindak secara

original, kreatif dan penuh inisiatif.

d. Pengendalian diri dalam adanya kemampuan mengatasi masalah

yang dihadapi mampu mengendalikan tindakan serta kemampuan

mempengaruhi lingkungan atas ulahnya sendiri.

e. Kemampuan diri, mencakup dalam aspek percaya pada diri sendiri.

f. Memperoleh kepuasan atas ulahnya sendiri.

Dari pendapat ketiga tokoh tersebut yang mengemukakan

tentang ciri-ciri kemandirian, yaitu mempunyai persamaan antar lain

adanya kemampuan untuk mengatasi masalah-masalah tanpa bantuan

orang lain. Artinya, anak tersebut dapat berdiri sendiri mewujudkan

cita-citanya tanpa ketergantungan kepada orang lain.

anak yang mempunyai kemandirian belajar dapat dilihat dari kegiatan

belajarnya, dia tidak perlu disuruh bila belajar dan kegiatan belajar

(58)

43

kemandirian belajar, Sukarno (1989:6) menyebutkan ciri-ciri

kemandirian belajar sebagai berikut:

a. Siswa merencanakan dan memilih kegiatan belajar sendiri.

b. Siswa berinisiatif dan memacu diri untuk belajar secara terus

menerus.

c. Siswa dituntut bertanggung jawab dalam belajar.

d. Siswa belajar kritis, logis, dan penuh keterbukaan.

e. Siswa belajar dengan penuh percaya diri.

Menurut Sardiman sebagaimana dikutip oleh Ida Farida

Achmad (2008:45) menyebutkan bahwa ciri-ciri kemandirian belajar

yaitu meliputi:

a. Adanya kecenderungan untuk berpendapat, berperilaku dan

bertindak atas kehendaknya sendiri.

b. Memiliki keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan.

c. Membuat perencanaan dan berusaha dengan ulet dan tekun untuk

mewujudkan harapan.

d. Mampu untuk berfikir dan bertindak secara kreatif, penuh inisiatif

dan tidak sekedar meniru.

e. Memiliki kecenderungan untuk mencapai kemajuan, yaitu untuk

meningkatkan prestasi belajar.

f. Mampu menemukan sendiri tentang sesuatu yang harus dilakukan

Gambar

Tabel 3.2 Jadwal Aktivitas Panti Asuhan Putri
Tabel 3.3  Sarana dan Prasana Panti Asuhan Putri Aisyiyah  Tuntang

Referensi

Dokumen terkait

Bagi seluruh mahasiswa baru diwajibkan untuk membuat “ Name Tag ” dengan format sesuai

PENGEMBANGAN TES TERTULIS PADA MATERI PENGANTAR KIMIA MENGGUNAKAN MODELTRENDS IN INTERNATIONAL MATHEMATICS AND SCIENCE STUDY(TIMSS).. Universitas Pendidikan Indonesia |

Tujuan dari penulisan dokumen ini adalah untuk menjelaskan secara umum pilihan beasiswa jika ingin melanjut sekolah di Taiwan, dokumen apa saja yang dibutuhkan, bagaimana cara

Tabel 4.5 Data Konsentrasi Ibuprofen pada Interval Waktu Tertentu dalam mcg/ml pada Usus Halus Kelinci Tidak Terbalik yang Dikeringkan

Penelitian tentang Persepsi Mahasiswa FISIP UNDIP Terhadap Kebijakan.. Rcmunerasi ini terwujud berawal dari keprihatinan penulis akan situasi dan kondisi

Menurut Ketentuan Pasal 246 KUHD, Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian dengan mana penanggung mengingatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi

Lembaga pemasyarakatan (LP) dinyatakan sebagai suatu sistem pembinaan terhadap para pelanggar hukum dan sebagai suatu pengejawantahan keadilan yang bertujuan untuk

Oleh karena itu sugesti yang diberikan kepada penonton yaitu, kita sebagai manusia belajarlah dari sebuah pohon yang berbuah manis sehingga banyak yang menyukai kita,