Situasi dan kondisi Program JKN
PERMASALAHAN DI ERA JKN YANG BERDAMPAK
IMPLEMENTASI INPRES NO 8/2017 BELUM OPTIMAL
POTRET IMPLEMENTASI JKN 4 TAHUN
JKN berjalan tidak konsisten dan banyak UU dan peraturan lainnya yang tidak harmonis, dampaknya : Kekecewaan Faskes, Dokter, Pasien, provider faskes dan masyarakat (pengurangan manfaat peserta dengan terbitnya perdirjampel BPJS no 2,3 dan 5 tahun 2018, sistem rujukan online berbasis kompetensi ,dll
Distribusi peserta tidak merata di FKTP mengancam keberlangsungan hidup FKTP swasta (Klinik swasta dan dokter praktek mandiri
TARIF INA-CBG yang dibawah nilai keekonomian Dokter tidak dapat
memberikan pengobatan pasien tidak optimal dan berpotensi memberikan pelayanan substandart
Premi (iuran) tidak sesuai aktuaria defisit JKN keterlambatan pembayaran ke faskes berdampak terhadap pengadaan obat ,keterlambatan pembayaran jasa medis dan gaji tenaga kesehatan lainnya AKAN TERJADI RESIKO
POTRET IMPLEMENTASI JKN 4 TAHUN...
Peran Pemerintah daerah belum maksimal, PMK No. 50 tahun 2017 tidak dapat menjamin peran pemda dengan optimal terhadap dukungan anggaran dan meningkatkam sitem kesehatan di masing masing wilayah berbeda beda karena otonomi daerah
Dokter praktek mandiri dan FKTP Swasta sulit berdiri karena aturan permenkes yang memberatkan
Implementasi inpres no 8 th 2017 belum optimal dilaksanakan oleh pemda propinsi/kota/kabupaten
Alokasi anggaran APBD untuk anggaran dalam pelaksanaan program JKN
belum maksimal
Situasi dan kondisi saat ini JKN...
Revisi Peraturan presiden no 28 tahun 2016 tentang Jaminan
Kesehatan Nasional
sudah diterbitkan Tgl 15 September 2018
Terbitnya Peraturan Direktur jaminan pelayanan BPJS Kesehatan
Nomer 2,3 dan 5 tahun 2018 Tentang penjaminan
1.Penjaminan pada bayi baru lahir
2.Penjaminan pada operasi katarak
3.Penjaminan pada tindakan Rehabilitasi Medik
Terbitnya peraturan Direktur jaminan pelayanan Kesehatan no 4
tahun 2018 tentang Penyelenggaraan rujukan berjenjang
berdasarkan kompetensi dan Integrasi Sistem Informasi
Peraturan BPJS tentang kegawat daruratan
Distribusi peserta di FKTP swasta dan DPP masih belum
UPAYA PB IDI
Revisi Perpes no 28 tahun 2018
- Menghadiri rapat koordinasi yang diselengarakan oleh Kementrian
Kesehatan bersama stakeholder lainnya
- Membentuk Tim perumus pembahasan draf Revisi Perpres
- Membuat surat ke presiden dan usulan revisi Perpres tembusan DPRRI,
Menko PMK,Menteri kesehatan
- audiensi ke Sekertarat kabinet RI deputi bidang PMK
Perdirjampel BPJS Kesehatan no 2,3 dan 5
- Melakukan koordinasi dengan Perhimpunan spesialis
POGI,IDAI,PERDAMI,PERDOSRI dan PERSI
- Mengundang BPJS Kesehatan untuk diskusi dan klarifikasi
- Melakukan dialog dan konsultasi dengan Menkes,DJSN,Menko PMK
Perdirjampel BPJS no 2,3 dan 5 th 2018...
- Membuat surat kepada BPJS untuk mencabut kesepakatam BPJS Kesehatan dengan 4 Perhimpunan Spesialis
- Membuat surat ke Presiden,Menkes, DPRRI,DJSN,dewan pertimbangan
presiden, BPJS Kesehatan ,PERSI untuk menunda berlakunya Perdirjampel BPJS Kesehatan nomer 2, 3 dan 5 tahun 2018 dengan dasar akan berdampak
menurunnya mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
- PB IDI dan 4 perhimpunan Spesialis mengambil sikap :
1. Mengadakan Pers confrence pada tanggal 2 agustus 2018 2. Membuat surat ke ombusment
3. Sedang proses uji materi ditunda karena masih dalam tahap negosiasi dengan BPJSK
4. Membuat surat ke presiden
5. Mengawal peraturan Badan ( BPJS Kesehatan )tingkatan perdisjampel no 2,3,5 sedang proses kemenkunham
Perdirjampel BPJS Kesehatan No 2,3,5
Menghadiri acara sarasehan Kemenkes dan pembahasan perdirjampel - Pembahasan tentang rencana audit medik 3 kasus (SC ,katarak,RM) dilanjutkan kasus yang lainnya.
- Menkes membentuk Tim Audit medik dan melibatkan organisasi profesi (Yang sudah dilakukan audit medik kasus Sectio Secaria)
Audit medik akan dilakukan serempak di wialyah melibatkan tim TKMKB berkoordinasi dengan Komite medik RS
- Kesimpulan sarasehan : Menkes minta ditunda pelaksanaan perdirjampel BPJS Kesehatan no 2,3 dan 5
Perdirjampel BPJS No 2,3 dan 5
Kesimpulan rapat dengan IDI wialayah dan perhimpunan spesialis : - Semua PDSp Dan PDPP harus menyiapkan tim audit medik
- dasar UU no 29 pasal 49, dan UU no 44 tentang Rumah Sakit bahwa audit
medik dilakukan oleh profesi. Sudah ada pedoman dari IDI .
Dalam hal akan melakukan audit medik ,TKMKB menyerahkan kepada
profesi (IDI dan PDSp/PDPP. IDI akan membentik tim bersama PDSp/PDPP)
- Profesi harus membuat draf PNPK dan standart pelayanan dan semua
pedoman yang dibuat diserahkan kepada PB IDI
- Terkait perdirjampel BPJS no 2,3 dan 5 IDI akan menempuh jalur hukum
Perdirjampel BPJS Kesehatan no 4 th 2018
Terbitnya perdirjampel BPJS Kesehatan no 4 tetang rujukan
berjenjang berbasiis kompetensi
Telah dilakukan uji coba pelaksanaannya tanggal 15 desember
2018
Penyusunan peraturan tidak melibatkan organisasi profesi
Akan bedampak terhadap akses pelayanan peserta JKN
Pertemuan FGD tanggal 10 agustus di Semarang yang dihadiri
PERSI, Kemenkes,BPJS pusat : kemenkes dan PERSI minta ditunda
pelaksnaannya karena kemenkes sudah mempunysi aplikasi
Perdirjampel BPJS Kesehatan No 4 Th 2018
IDI harus mengawal pelaksanaan perdirjampel BPJS no 4 tenang rujukan berjenjang berbasis kompetensi bersama asosiasi faskes
Penentuan kriteria kasus berdasarkan kompetensi RS dan dokternya IDI harus terlibat
Dampak yang akan terjadi :
- BPJS Kesehatan akan mengatur sistem rujukan melalui aplikasi yang terintegasi Pcare(FKTP) dan HFIS( RS)
- Pasien dirujuk berjenjang melalui tipe D dst berdasarkan kompetensi RS - Rujukan berdasarkan regionalisasi kedepannya
- RS tipe A dan B lebih banyak Rujukan kasus sub spesialistik - Dr spesialis akan lebih memilih praktek di RS tipe D dan C
Hasil rapat pembahasan ttg penetapan severity level
mempersiapkan rujukan line berdasarkan kompetensi
Kemenkes mengundang perhimpunan spesialis (POGI,PAPDI,POGi,IDAI) PB IDI,ARSSI,ARSVI DAN ARSADA
Kesimpulan rapat :
- Peraturan BPJS n 4 tahun 2018 ttg Rujukan online berdasarkan kompetensi yang terintegrasi dengan SI belum waktunya dilaksanakan (ditunda)
- Akibat aturan sistem rujukan online BPJS akan terjadi stagnasi pelayanan di RS tipe D dan C
- Melengkapi PNPK dan clinical pathway
- Aturan rujukan yang akan mengatur adalah regulator bukan BPJS kesehatan
Solusi Penguatan JKN
Jangka pendek
- Menaikan batas upah iuran pekerja formal, agar
terjadi subsidi silang, sesuai prinsip asuransi sosial
- Pemerintah memberi hibah kepada BPJS untuk
menutupi kekurangan dana.
- Pemerintah mengijinkan peserta yang memilih klinik/RS
swasta dengan jadwal lebih nyaman membayar sendiri
20-30% dari tarif (Model Korea dan Jepang)
Solusi Penguatan JKN...
Jangka menengah
•
Menaikan iuran dan batas upah dinaikan
•
Menaikan cukai konsumsi barang berbahaya kesehatan:
rokok, alkohol, fastfood, BBM dan menggunakan sebagian
dana tersebut untuk hibah kpd peserta JKN
•
Alokasi biaya promotif dan preventif ke puskesmas
menggunakan dana dari APBD bukan dari biaya kapitasi .
•
Menentukan kelas standart, dan bila naik kelas diberlakukan
iur biaya
•
Perbaikan perhitungan tarif INA-CBGs dan nilai
–
kapitasi
Solusi Penguatan JKN
…....
Jangka Panjang
- Melakukan Evaluasi Tarif INA-CBGs
Bila INA-
CBGs banyak masalah sebaiknya diganti Time
Driven Activity Base Costing Integrated Care
Pathway Integrated Care Pathway
-Revisi UU SJSN Dan UU BPJS
REKOMENDASI IDI
Harmonisasi UU dan Peraturan Dibawahnya
Pelaksanaan JKN tidak boleh bertentangan UU dan peraturan dibawahnya yang dikeluarkan oleh Pemda
Penerapan JKN sesuai dengan Desain Pembuatan nya
Mengutamakan peran Puskesmas sebagai garda terdepan usaha promotif & preventif (UKM ) di era JKN ini Puskesmas yang menjadi tulang pungggung dari promotif dan
preventif di sibukkan dengan kegiatan kuratif.
Biaya promotif dan preventif ( UKM ) di Puskesmas diharapkan menggunakan anggaran APBD dan tidak menggunakan dana kapitasi sehingga dapat mengurangi defisit
anggaran JKN. Tindakan kuratif dijalankan di FKTP sesuai dengan disain di buatnya FKTP untuk klinik swasta dan dokter praktek pribadi.
Penghargaan kepada dokter dengan sistem remunerasi berkeadilan
Mengacu panduan remunerasi dari IDI sebagai acuan FASKES
Kesepakatan bersama dengan PERSI dan asosiasi klinik