• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PUBLIC RELATION (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PUBLIC RELATION (1)"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PUBLIC RELATIONS

Humas kependekan dari hubungan masyarakat. Hal ini seringkali disederhanakan sebagai sebuah terjemahan dari istilah Public

Relations(PR). Sebagai ilmu pengetahuan, PR masih relatif baru bagi masyarakat Indonesia. PR sendiri merupakan gabungan berbagai imu dan termasuk dalam jajaran ilmu-ilmu sosial seperti halnya ilmu

politik, ekonomi, sejarah, psikologi, sosiologi, komunikasi dan lain-lain.

Dalam kurun waktu 100 tahun terakhir ini PR mengalami

perkembangan yang sangat cepat. Namun perkembangan PR dalam setiap negara itu tak sama baik bentuk maupun kualitasnya.Proses perkembangan PR lebih banyak ditentukan oleh situasi masyarakat yang kompleks.

PR merupakan pendekatan yang sangat strategis dengan

menggunakan konsep-konsep komunikasi (Kasali, 2005:1). Di masa mendatang PR diperkiraan akan mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Pemerintah AS mempekerjakan 9000 karyawan di bidang komunikasi yang ditempatkan di United States Information Agency. Perkembangan Humas di Dunia

Dalam sejarahnya istilah Public Relations sebagai sebuah teknik menguat dengan adanya aktivitas yang dilakukan oleh pelopor Ivy Ledbetter Lee yang tahun 1906 berhasil menanggulangi kelumpuhan industri batu bara di Amerika Serikat dengan sukes. Atas upayanya ini ia diangkat menjadi The Father of Public Relations.

Perkembangan PR sebenarnya bisa dikaitkan dengan keberadaan manusia. Unsur-unsur memberi informasi kepada masyarakat, membujuk masyarakat, dan mengintegrasikan masyarakat, adalah landasan bagi masyarakat.

Tujuan, teknik, alat dan standar etika berubah-ubah sesuai dengan berlalunya waktu. Misalnya pada masa suku primitif mereka

menggunakan kekuatan, intimidasi atau persuasi ntuk memelihara pengawasan terhadap pengikutnya. Atau menggunakan hal-hal yang bersifat magis, totem (benda-benda keramat), taboo (hal-hal bersifat tabu), dan kekuatan supranatural.

(2)

meningkatkan hubungan dengan rakyat. Evaluasi mengenai pendapat atau opini publik merupakan perkembangan terakhir dalam sejarah kemanusiaan.

Dasar-dasar fungsi humas ditemukan dalam revolusi Amerika. Ketika ada gerakan yang direncanakan dan dilaksanakan. Pada dasarnya, masing-masing periode perkembangan memiliki perbedaaan dalam startegi mempengaruhi publik, menciptakan opini publik demi perkembangan organisasinya.

Berikut gambaran kronologis PR di dunia:

Abad ke-19 : PR di Amerika dan Eropa merupakan program studi yang mandiri didasarkan pada

perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi. 1865-1900 : Publik masih dianggap bodoH

1900-1918 : Publik diberi informasi dan dilayani 1918-1945 : Publik diberi pendidikan dan dihargai

1925 : Di New York, PR sebagai pendidikan tinggi resmi 1928 : Di Belanda memasuki pendidikan tinggi dan

minimal di

fakultas sebagai mata kuliah wajib. Disamping itu banyak

diadakan kursus-kursus yang bermutu

1945-1968 : Publik mulai terbuka dan banyak mengetahui 1968 : Di Belanda mengalami perkembangan pesat. Ke arah ilmiah

karena penelitian yang rutin dan kontinyu. Di Amerika

perkembangannya lebih ke arah bisnis.

(3)

hanya satu aspek saja

1979-1990 : Profesional/internasional memasuki globalisasi dalam perubahan

mental dan kualitas

1990-sekarang : a. perubahan mental, kualitas, pola pikir, pola pandang,

sikap dan pola perilaku secara nasioal/internasional

b. membangun kerjasama secara lokal, nasional, internasional

c. saling belajar di bidang politik, ekonomi, sosial budaya,

Iptek, sesuai dengan kebutuhan era global/informasi

Asal Mula Istilah Pengertian :

1. Hubungan dengan masyarakat luas baik melalui publisitas khususnya fungsi-fungsi organisasi dan sebagainya terkait dengan usaha menciptakan opini publik dan citra yang menyenangkan untuk dirinya sendiri (Webster’s New World Dictionary)

2. Fungsi manajemen yang mengevaluasi sikap publik,

mengidentifikasi kebijaksanan dan prosedur seorang individu atau organisasi berdasarkan kepentingan publik dan

menjalankan suatu program untuk mendapatkan pengertian dan penerimaan publik (Public Relations News)

3. Filsafat sosial dan manajemen yang dinyatakan dalam

kebijaksanaan beserta pelaksaannya yang melalui interpretasi yang peka mengenai peristiwa-peristiwa berdasarkan pada komunikasi dua arah dengan publiknya, berusaha memperoleh saling pengertian dan itikad baik (Moore, 2004: 6).

Public Relations yang diterjemahkan menjadi hubungan masyarakat (humas) mempunyai dua pengertian. Pertama, humas dalam artian sebagai teknik komunikasi atau technique of communication dan kedua, humas sebagai metode komunikasi atau method of

(4)

pemahaman melalui pengetahuan, dan melalui kegiatan-kegiatan tersebut akan muncul perubahan yang berdampak (lihat Jefkins, 2004: 2).

Public Relations menyangkut suatu bentuk komunikasi yang berlaku untuk semua organisasi (non profit - komersial, publik- privat,

pemerintah - swasta). Artinya Public Relations jauh lebih luas ketimbang pemasaran dan periklanan atau propaganda, dan telah lebih awal.

Dewasa ini, Public Relations harus berhadapan dengan fakta yang sebenarnya, terlepas dari apakah fakta itu buruk, baik, atau tanpa pengaruh yang jelas. Karena itu, staf Public Relations dituntut mampu menjadikan orang-orang lain memahami suatu pesan, demi menjaga reputasi atau citra lembaga yang diwakilinya.

Bahan Bacaan :

Abdurrachman, Oemi. 1993. Dasar-dasar Public Relations. Bandung: Citra Aditya Bakti

Effendy, Onong Uchjana. 1999. Hubungan Masyarakat. Suatu Study Komunikologis. Cetakan ke lima. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Jefkins, Frank dan Daniel Yadin. 1996. Public Relations. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga

Kasali, Rhenald. 2005. Manajemen Public Relations. Jakarta: Grafiti Moore, Frazier. 2004. Humas, Membangun Citra dengan Komunikasi. Bandung: Rosda.

Sumber dari : http://rumakom.wordpress.com/2007/10/05/sejarah-dan-perkembangan-public-relations/

*******

PUBLIC RELATION, TIDAK SEMUDAH MEMBALIKKAN TANGAN

Oleh: Bob Widyahartono MA

(5)

dan LSM seringkali hambar dan “satu arah” atau masih tipisnya “pertanggungjawaban sosial “ (stakeholders responsiveness). Strategi organisasi membutuhkan dukungan PR (Public Relations – selanjutnya tidak dicetak miring- Red.) yang profesional, etis dan bertanggung jawab.

Demikian pula relasi DPR, Penegak Hukum dan pebisnis dengan publiknya. Akibatnya publik ini merasa segan dan tidak sreg untuk bertanya “apa, mengapa, bagaimana secara kritis/analitik”. Tampak sekali belum lancarnya keharmonisan dengan saling memberi

komentar, kritik dan berdialog. Mem-bangun dialog demi proses strategi organisasi yang jelas belum menjadi kebiasaan. De-mi-kian pula mendiskusikan laporan keuangan tahunan yang sudah diaudit belum menjadi kebiasaan untuk mencari masukan perbaik-an masa mendatangnya.

Interaksi dalam Public Relations yang selama ini terjadi, sifatnya insidental dan reaktif serta terlalu formal dan terstruktur. Keluwesan dan tercapainya proses komunikasi dwi arah tidak ada dan kaku dengan masing pasing reaktif kurang responsif dwi arah.

Memang selama ini kritik dianggap perlawanan yang harus ditekan atau tidak dianggap layak untuk diajak komunikasi dwi-arah/dialog yang segar, penuh senyum meskipun serius.

Praktek “Public Relations” (pakai “s”) seringkali menimbulkan salah pemahaman (mi-sunderstanding). Karena itu kita semua perlu menyimak definisi yang tepat dan sudah diakui secara internasional dari Institute of Public Relations, Inggeris :“Praktek Public Relations merupakan upaya yang sengaja, direncanakan dan berkesinambungan untuk membangun dan memelihara saling pengertian antara sebuah organisasi dengan aneka publiknya” (Public relations is the

deliberate, planned and sustained effort to establish and maintain mutual understanding between an organization and its public).

Tiga kata “sengaja, direncanakan dan berkesinambungan” adalah penting sekali. Dengan mengambil definisi yang sudah banyak diterima secara internasional, maka kita makin meyakini bahwa

definisi ini bukanlah tabu bagi setiap organisasi publik pemerintahan termasuk organisasi bisnis menengah dan besar kita. Jadi kalau dikatakan “sengaja” berarti tidak amburadul, tetapi harus memiliki suatu maksud yang tepat. Bukan reaktif sifatnya, tetapi upaya yang direncanakan dan berkesinambungan.

(6)

tidak melulu gebyar-gebyar yang bertolak belakang dengan realita citra organisasi. Melakukan penekanan dan intimidasi pada publiknya bertentangan dengan moralita/etika profesi Public Relations.

Bisa saja karena kompetensi dan kredibilitas pelakunya atau yang dikenal sebagai PRO (Public Relations Officer) yang masih di bawah standar karena hanya satu dua yang memiliki kompetensi profesional. PRO profesional berani keluar dari sarangnya dan bergaul akrab tanpa kekakuan jarak

Dengan kompetensi profesional itu “Public Relations” itu

samasekali tidak boleh bersikap/ berperilaku : tidak etis, tidak benar, hanya bisa ber-publisitas murahan, berat sebelah, menumbuhkan kekecewaan karena janji dan memberi ekspektasi yang tidak realistik”

Selama ini saya melihat bahwa pemahaman Public Relations (yang di Indone-siakan sebagai “Hubungan Masyarakat (Humas) secara kurang tepat) dan kompetensi yang dibutuhkan seorang PRO masih di bawah profesional. Pelaku Public Relations kita yang

bersikap reaktif/bohong dan menutup tutupi (cover up) pasti tidak berhasil dengan fungsinya dan menjadi bahan tertawaan publiknya (meskipun tidak secara terbuka).

Seorang pimpinan yang menunjuk seorang atau beberapa PRO yang hanya bisanya komunikasi satu arah di mana publik harus manggut-manggut takut dan dibentak-bentak, berarti pemimpin itu gagal dalam memahami fungsi Public Relations. Kalau gagal,

pemimpin harus mengulangi kembali pencarian talenta (search for talents) yang benar benar menjiwai fungsi itu.

Secara profesional lima kompetensi dan kredibilitas merupakan tuntutan :

Pertama, seni berkomunikasi. Ini pasti berarti kemampuan menjadi pendengar dan ketrampilan menyampaikan pendapat/pandangannya secara tertulis dan lisan dialogis.Tidaklah mudah menjadi pendengar yang baik, karena orang biasanya lebih suka berbicara, apalagi kalau biasanya menjadi pimpinan yang otoriter. Egoisme pribadi biasanya mencuat menjadi senang sekali mendengarkan suaranya sendiri senang sekali dipuji dan mengabaikan pendengar yang sudah

berkorban waktu untuk itu. Pemanfaatan sarana media komunikasi modern (pers cetak dan elektronik) secara profesional adalah sangat penting dan bukanlah tuntutan yang dicari-cari.

(7)

dengan kritik yang tajam tetapi bersahabat. Kecermatan untuk langkah-langkah yang mendetail karena mewakili organisasi. Keteraturan mengorganisasikan pertemuan, kunjungan, dialog, sponsorship tanpa terlalu menonjolkan diri dsb. haruslah termasuk kemampuan itu.

Ketiga, kemampuan bergaul dengan orang/publik . Di sini

ketrampilan tukar pikiran dialogis dengan berbagai publik dari segala lapisan. Dasarnya menghargai publik dan tidak menjauhinya atau membentak-bentaki publik. Tidak selalu seorang PRO itu benar apalagi kalau ingin menutupi (cover up) suatu kejadian yang fatal. Taruhannya adalah citra organisasi yang diwakilinya. Di sini berlaku “propaganda ends, when friendly, fair and firm dialog starts”.

Ke-empat, integritas pribadi. Sekalipun harus mengungkapkan citra organisasinya betapa pun kurang sukses atau penuh kelemahan, harus tetap memiliki integritas. Integri-tas itu mencuat karena dapat diandalkan (reliability), dan tidak memihak dalam menyajikan

informasi (impartiality of his information), membangun respek karena profesionalismenya. Boleh saja tadinya profesional di bidang lain, tetapi kalau tidak profesional dalam Public Relations, sebaiknya “menggugat diri” apakah fungsi itu tepat baginya.

Kelima, memiliki kualifikasi seorang manusia yang kreatif, mampu memecahkan masalah, dan imajinasi untuk membuat komunikasi dwi arah dengan berbagai publik itu konstruktif dan menyenangkan publik yang kritis analitis.

Menjadi PRO profesional itu bukan dadakan hanya dengan hasil mengikuti kursus pendek 1-2 bulan dengan hanya mengejar ijazah yang dipajang di tembok kantornya. Pengetahuan dasar harus diberi muatan secara kontinu. Seorang PRO harus berani menelan pil yang pahit, tidak enak karena menerima kritik yang sulit dibantah

kebenarannya. Ketrampilan dasar menyusun press release, menjamu publik, mengadakan pertemuan dengan publik yang dipilih barulah suatu langkah pertama ketrampilan teoretik dan banyak abstraknya.

PR menjadi efektif apabila mampu membangun komunikasi dwi-arah baik melalui media maupun langsung dengan mendatangi publik publik yang dimaksud untuk memahami tekad itu. Proses pembaruan pengetahuan, sikap dan profesionalisme etis harus berkesinambungan tanpa banyak gebyar-gebyar

(8)

Pengamat Ekonomi & Dosen FE USAKTI

Sumber dimbil

dari :http://www.sinarharapan.co.id/berita/0107/18/opi02.html Rabu, 18 Juli 2001

*******

Public Relations

Bagi sebagian orang, Public Relations Officer, Public Relations Specialist--yang biasa dikenal dengan nama PR, cenderung disamakan dengan profesi Hubungan Masyarakat (Humas). Well, anggapan ini memang tidak

sepenuhnya keliru, walaupun tidak juga tepat sekali. Hal ini tergantung dari sudut pandang dan opini publik yang sudah terlanjur menancap di masyarakat, bahwa humas pada dasarnya "hanya" bertindak sebagai "tukang siar", yang jalinan kerjanya biasanya erat berkaitan dengan media massa. PR, pada kenyataannya, lingkup kerjanya tidak hanya terbatas pada menjalin hubungan dengan media massa.

Berikut kami sajikan deskripsi kerja seorang PR, mudah-mudahan dapat memperbaiki anggapan-anggapan kurang tepat mengenai profesi yang sebenarnya sangat kompleks ini. Sengaja kami bagi artikel ini dalam 2 edisi, karena sesungguhnya cukup banyak seluk-beluk dunia kerja seorang PR yang cukup pantas untuk dicermati.

"Public Relations itu sangat luas artinya," ujar sumber CyberJob, Siska Widyawati, yang pernah mengecap pengalaman 5 tahun sebagai seorang PR di sebuah agensi periklanan besar di Jakarta Pusat. Di sana (Amerika-Red), hampir di setiap perusahaan memiliki seorang PR, karena mereka sudah mengerti betul seluk beluk tugas seorang PR. Tapi di Indonesia, PR biasanya hanya dimaknai sebagai tenaga marketing, atau sebagai juru siar.

Tugas-tugas inti seorang PR

(9)

1. Reputasi, keberuntungan, bahkan eksistensi lanjutan dari sebuah perusahaan, dapat bergantung dari keberhasilan PR menafsirkan target publik untuk mendukung tujuan dan kebijakan dari perusahaan yang bersangkutan. Seorang PR specialiast menyajikan hal tersebut sebagaimana halnya seorang penasihat dalam bidang bisnis, asosiasi non-profit, universitas, rumah sakit dan organisasi lain. Selain itu, mereka juga membangun dan memelihara hubungan positif dengan publik.

2. Seorang PR mengurus fungsi-fungsi organisasi, seperti menghadapi media, komunitas dan konsumen. Dalam hubungannya dengan pemerintah, mereka mengurus kampanye politik, representasi para interest-group, sebagai conflict-mediation, atau mengurus hubungan antara perusahaan tempat mereka bekerja dengan para investor. Seorang PR tidak hanya berfungsi untuk "mengatakan sejarah organisasi", tapi mereka juga dituntut untuk mengerti tingkah-laku dan memperhatikan konsumen, karyawan dan kelompok lain yang juga merupakan bagian dari deskripsi kerjanya. Untuk meningkatkan komunikasi, seorang PR juga membangun dan memelihara hubungan yang koperatif dengan wakil-wakil komunitas, konsumen, karyawan dan public interest group, juga dengan perwalian dari media cetak dan broadcast.

3. Seorang PR menyampaikan informasi pada publik, interest group, pemegang saham, mengenai kebijakan, aktivitas dan prestasi dari sebuah organisasi. Tugas tersebut juga berhubungan dengan mengupayakan pihak manajemen untuk supaya tetap sadar terhadap tingkah laku publik dan menaruh perhatian terhadap grup-grup dan organisasi, dengan siapa mereka biasa berhubungan.

4. Seorang PR menyiapkan pers rilis dan menghubungi orang-orang di media, yang sekiranya dapat menerbitkan atau menyiarkan material mereka. Banyak laporan khusus di radio atau televisi, berita di koran dan artikel di majalah, bermula dari meja seorang PR.

5. Seorang PR juga mengatur dan mengumpulkan program-program untuk memelihara dan mempertahankan kontak antara perwalian organisasi dan publik. Mereka

mengatur speaking engagement, pidato untuk kepentingan sebuah perusahaan, membuat film, slide, atau presentasi visual lain dalam meeting dan merencanakan konvensi. Sebagai tambahan, mereka juga bertanggung jawab menyiapkan annual reports dan menulis proposal untuk proyek-proyek yang beragam.

6. Dalam pemerintahan, seorang PR--yang kemungkinan akan disebut sebagai "sekretaris pers", "information officer", "public affair specialist" atau "communications specialist", bertugas menginformasikan pada publik mengenai aktivitas yang dilakukan agen-agen pemerintah dan pegawai-pegawai resminya.

(10)

sumber : cbn.net.id

*******

PERSPEKTIF PUBLIC RELATIONS

Pendahuluan

Dilihat dari perkembangan sejarahnya, berkomunikasi untuk

mempengaruhi cara pandang dan perilaku seseorang sudah dimulai sejak dahulu kala. Dari situs – situs yang ditemukan oleh para

arkeologis di Irak pada abad 18, tampak bahwa usaha melakukan hal ini sudah dilakukan. Pada masa Yunani dan di abad pertengahan masa kejayaan Romawi, ide mengenai "opini publik sudah muncul. Hal ini tampak pada slogan Vox Populi, Vox dei (the voice of the people is the voice of God). Public Relations sudah mulai digunakan berabad – abad lalu di Inggris. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya konsep

memerlukan pihak ketiga sebagai fasilitator komunikasi dan penyelaras anantara pemerintah dan rakyatnya.

Pada perkembangannya konsep Public Relations di Amerika dimulai sekitar tahun 1900 an yang dipelopori oleh Ivy Lee dengan " The Declaration of Principles". Ivy Lee dianggap sebagai " the father of Public Relations" karena deklarasi asasnya itu, meskipun demikian sebetulnya konsep Public Relations di Amerika sudah ada sejak tahun 1850.( Broom, 2000; 102).

(11)

menyandang nama hubungan masyarakat karena kegiatan yang dilakukan lebih banyak untuk ke luar organisasi (Onong, 1991; 12)

Pentingnya memahami sejarah perkembangan Public Relations adalah untuk mengawali pemahaman terhadap perkembangan PR di

Indonesia. Jika dilihat dari sejarahnya sebetulnya, PR di Indonesia dimulai sangat jauh dari yang sudah dilakukan oleh pemikir-pemikir di Eropa atau Amerika bahkan Australia. PR di Indonesia dimulai di tahun 1950 an dengan konsep yang berbeda dengan konsep yang dianut di negara lain. Berdasarkan pengamatan peneliti dan juga seperti yang diungkapkan oleh Elizabeth Goenawan Anantao dalam Public Relations In Asia an Anthology, Public Relations di Indonesia belum terlalu pesat perkembangannya (Ananto, 2004; 265)

Public Relations digunakan oleh pihak swasta di Indonesia pertama kali oleh PERTAMINA, sebuah perusahaan minyak. Public Relations di Indonesia memang sudah banyak digunakan baik itu di pihak

pemerintah maupun swasta di berbagai sektor. Konsep Public

Relations dipahami dan digunakan oleh pihak – pihak tersebut dengan berbagai macam pemahaman dan berbagai macam bentuk

implementasinya.

Dari hari ke hari PR di Indonesia mulai berkembang seiring dengan perkembangan PR di dunia atau Asia. Menurut Rhenald Kasali dalam bukunya Manajemen PR disebutkan bahwa Public Relations

digunakan untuk kepentingan usaha dalam bentuk seperti Olimpiade Korea Selatan, Glassnot Perestroika, Kasus Lemak Babi 1988,dll. Olimpiade yang diselenggarakan oleh tuan rumah Korea Selatan di tahun 1988 menggunakan salah satu jasa konsultan PR. Olimpiade adalah suatu event international yang waktu ini masih sangat greget dimana seluruh perhatian orang tertuju ke sana. Sebagai tuan rumah Korea Selatan ingin bangkit menunjukkan eksitensi dirinya yang memang salah satu keinginannya adalah membuka pasar di dunia untuk memasarakan produk – produknya.

(12)

Gorbachev melontarkan konsep ini untuk mengubah persepsi dunia tentang Uni Soviet dan membuka bangsanya bagi dunia luar.

Kasus – kasus tersebut adalah kasus – kasus yang terjadi hampir 20 tahun yang lalu. Sementara ini masih hangat di tahun 2000 an pada saat negara – negara di Asia terjadi krisis SARS, Hongkong dan Singapura menangani khusus pemulihan citra wisata negaranya dengan menyewa seorang konsultan PR.

Dari kasus – kasus yang ada sebetulnya tampak bahwa PR adalah sebuah fungsi komunikasi yang terencana, tetapi memang

kenyataannya masih banyak salah pandang mengenai hal ini. KESALAH PENGERTIAN TENTANG PR

1.PR adalah Personal Relation

Untuk menjadi PR harus memiliki kemampuan membina hubungan secara pribadi. Hal ini tidak seluruhnya salah tetapi bukan itu saja tugas dari seorang PR

2.PR adalah propaganda

Memang awal mula akar dari PR dari perang (lihat sejarah di atas). Pada masa perang memang PR digunakan untuk mengirim pesan yang salah untuk mematahkan semangat lawan. Propaganda dilakukan sepihak dan untuk kepentingan kemenangan satu pihak.

3. PR adalah Publisitas

Hal ini tampak pada lembaga pemerintah. Lembaga pemerintah lebih banyak menggunakan PR nya untuk hal ini. PR tidak lebih digunakan sebagai "press relations" yang tugasnya hanyalah mempublikasikan kebijakan pemerintah, menyusun jadwal temu wartawan serta

membawa wartawan turut kunjungan ke daerah – daerah.

(13)

Berita yang dimuat di media dianggap sebagai iklan gratis sehingga banyak praktisi pemasaran berupaya memanfaatkan publikasi pers untuk mendapatkan keuntungan beriklan secara gratis. Padahal seperti diketahui bukan itu tujuan PR dan bukan itu pula tujuan berita.

5. PR adalah menjual senyum

Untuk menjadi PR harus cantik, pandai ha ha hi hi. Jika hanya ini yang dilakukan oleh PR maka sebuah perusahaan pasti akan kehilangan pamornya, apalagi di masa krisis. Pandangan seperti ini bahkan PR seperti yang no 1 masih banyak terjagi bahkan seperti baru – baru ini (sekitar 1 tahun yang lalu), media massa pernah mengangkat isue bahwa PR disamakan dengan hostess, dan frekuensi munculnya isu itu cukup sering. Memang media yang menayangkan hal itu bukan media terkemuka tetapi paling tidak masih ada tertancap di benak pembuat berita bahwa PR hanyalah sebatas senyum dan obral kemampuan personal.

PR sebagai Fungsi Manajemen

Lebih lanjut lagi supaya tidak terjebak dengan kesalahpengertian perlu digali definis – definisi tentang PR. Adapun definisi yang ada adalah sebagai berikut:

1. Cutlip and Center mendefinisikan Public Relations sebagai fungsi manajemen yaitu mengidentifikasi, memantapkan serta membina hubungan yang saling menguntungkan antara

organisasi dengan publiknya baik dalam keadaan sukses maupun gagal.

2. Grunig mengembangkan definisi tersebut menjadi manajemen komunikasi antara organisasi dan publiknya.

3. Lawrence W.Long dan Vincent Hazelton mengembangkan sebuah definisi baru yang lebih modern dan memadai bahwa Public Relations adalah fungsi komunikasi melalui adaptasi organisasi, mengubah atau membina hubungan dengan

(14)

kebijakan sebagai hasil tindak lanjut dari dialog dengan lingkungannya.

Definisi tersebut hanyalah sebagian kecil dari definisi yang ada tentang PR. Mengacu pada definisi – definisi di atas, memaknai terminologi "fungsi manajemen" yang ada pada Public Relations, memiliki arti yang lebih dalam. Arti tersebut memuat jawaban atas pernyataan, untuk apa fungsi manajemen atau manajemen komunikasi yang dilakukan oleh Public Relations. Jawaban ini jelas bahwa Public relations berperan sebagai Pengelola Reputasi Organisasi. bukan Pemasar/Penjual dan bukan hanya melulu memliki aktifitas

berhubungan dengan media atau seperti yang disebut di atas.

Dari definisi di atas tampak bahwa PR adalah fungsi manajemen bukan adminsitratif. Secara lebih dalam lagi pada sessi atau mata kuliah yang lain akan dibahas mengenai posisi PR sebagai koalisi dominan yang duduk di leher struktur yang bertindak sebagai fungsi manajemen sehingga kurang tepat jika PR hanya didudukkan sebagai bagian dari marketing, SDM, atau jika kita lihat di pemerintah tidak kurang PR atau Humas hanyal bagian dari seksi. Dalam hal

penempatan PR ada beberapa klasifikasi penempatan dan pemanfaatan PR pada sebuah organisasi:

1. Beberapa organisasi menempatkan Public Relations pada hirarkhi tinggi di perusahaan, memiliki garis pelaporan

langsung kepada pimpinan atau kepala administrator. Beberapa menempatkan fungsi Public Relations pada posisi yang lebih rendah, memiliki hubungan pelaporan dengan bagian

pemasaran, personalia, legal atau pengambil keputusan lain di tingkat yang lebih tinggi.

2. Beberapa organisasi menempatkan Public Relations pada unit tersendiri sementara itu ada beberapa organisasi yang

menempatkan Public Relations pada beberapa unit dalam departemen di organisasi.

3. Beberapa organisasi menggunakan konsultan dari luar

(15)

Melihat definisi PR seperti di atas maka tampak bahwa kata kunci dari PR adalah

1. Kesengajaan: Aktifitas PR adalah aktifitas yang disengaja. Dibentuk untuk mempengaruhi, meraih pemahaman bersama, menyediakan informasi, dan mendapatkan umpan balik

2. Terencana: Aktifitas Public Relation adalah terogranisir, pada kurun waktu tertentu, sistematis, menggunakan riset dan analisa.

3. Mengutamakan performance: Public Relations yang efektif didasarkan pada kebijakan aktual dan kinerja.

4. Mengutamakan kehendak masyarakat (public interest): Aktifitas atau kegiatan Public Relations hendaknya didasarkan pada tujuan yang saling menguntungkan antara organisasi dan publiknya.

5. Komunikasi dua arah: Selain menginformasikan sesuatu, Public Relations membutuhkan umpan balik dari khalayaknya sehingga model komunikasi yang digunakannya adalah dua arah.

6. Fungsi Manajemen: Public Relations menjadi efektif apabila menjadi bagian dari keseluruhan manajemen dan didukung oleh top manajemen. Public Relations berfungsi sebagai konseling dan pemecah masalah di tingkat top manajemen bukan sekedar hanya mendesiminasikan informasi setelah keputusan dibuat (Wilcox, 1998:4-8)

Secara umum PR sebagai fungsi manajemen dan sedikit tentang keberadaan PR dalam sebuah perusahaan sudah di bahas. Berikut ini secara khusus akan dibahas apa peran, fungsi, model komunikasi, aktifitas serta kompetensi yang dibutuhkan bagi seorang PR

Peran PR dalam Organisasi

Sebetulnya memformulasikan apa peran PR dalam organisai bukanlah hal yang mudah. Beberapa penulis mencoba memetakan bahwa pada dasarnya peran PR dalam sebuah organisasi adalah sebagai berikut: 1. Communication Tehnician

(16)

kesulitan. Mereka tidak dilibatkan dalam manajemen sebagai

pengambil keputusan. Peran mereka lebih ke arah penulisan tools dan mengimplementasikan program. Mereka sebagai "the last to know"

2.Expert Prescriber

Praktisi PR sebagai pendefinisi problem, pengembang program dan memeiliki tanggungjawab penuh untuk mengimplementasikannya. Mereka sebagai pihak yang pasif. Manajer yang lainnya menyerahkan tugas komunikasi sepenuhnya ke tangan si "komunikasi" ini sehingga mereka dapat mengerjakan pekerjaan mereka yang

lainnya.Tampaknya bangga karena PR semacam ini dianugerahi kepercayaan tinggi tetapi karena tidak adanya keterlibatan top

manajemen dalam peran PR maka PR seolah terisolir dari perusahaan. Ia sibuk sendiri dengan pekerjaannya. Di pihak manajemen mereka juga menjadi sangat tergantung kepada PR nya. Mereka menjadi minim komitmen kepada tugas – tugas PR, padahala seperti diketahui seharusnya tugas PR harusnya dilakukan oleh semua orang yang ada dalam sebuah perusahaan,

Dalam hal diffusi peran dan fungsi PR sehingga mereka paham spirit perlunya PR bagi perusahaan menjadi rendah dan tidak akan

tersosialisasi bahkan terburuk akan hilang kepercayaan top manajemen akan fungsi PR bagi sebuah organisasi. Hal ini akan terjadi apabila top manajemen banyak merasa dikecewakan oleh PR yang dianggap mereka sebagai pakar.

3.Communication Facilitator

PR sebagai pendengar setia dan broker informasi. Mereka sebagai penghubung, interpreter dan mediator antara organisasi dan

publiknya. Mereka mengelola two way communicationnya dengan cara membuka rintangan komunikasi yang ada/yang terjadi.

(17)

Para pelaku dengan peran ini menempatkan dirinya sebagai sumber informasi dan sebagai kontak antara organisasi dan publiknya. Sebagai wasit dari interaksi, memantapkan agenda yang akan didiskusikan antara dua belah pihak, menyimpulkan pandangan, bereaksi terhadap kasus, membantu partisipan mendiagnosa masalah, membantu menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan

komunikasi. Mereka menjadi boundary spanner antara perusahaan dan publiknya. Mereka bekerja di bawah asumsi bahwa two way communication mampu meningkatkan kualitas pengambilan

keputusan organisasi dan publik dalam hal prosedur, kebijakan, serta tindakan lain yang berhubungan dengan minat kedua belah pihak.

4.Problem Solving Facilitator

Mereka berkolaborasi dengan manajer lain untuk mendefinisikan dan memecahkan masalah. Mereka menjadi bagian dalam manajemen stratejik perusahaan. Bergabung dengan konsultan mulai dari awal direncanakan program hingga evaluasinya. Membantu manajemen menerapkan PR sebagai tahapan fungsi manajemen yang sama dengan kegiatan manajemen yang lain.

PR berfungsi sebagai bagian penting penganalisis situasi, memiliki peran yang intens dalam pengembangan prosedur, kebijakan, produk dan aksi perusahaan. Mereka juga memiliki power mengubah sesuatu yang seharusnya diubah. Mereka harus terlibat dalam segala bentuk perubahan organisasi.

Melalui peran ini mereka menjadi paham spirit setiap program baik motivasi maupun tujuan mengapa program harus dilaksanakan, mereka mensupport perubahan strategis organisasi, keputusan yang sifatnya taktis dan memiliki komitmen pada perubahan dan mampu menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam rangka

pencapaian tujuan program.

(18)

Fungsi dan Model PR

Secara turun temurun, fungsi PR dapat digambarkan sebagai

pengontrol publik, mengarahkan apa yang dipikirkan atau dilakukan oleh orang lain dalam rangka memuaskan kebutuhan organisasi, merespon publik, mereaksi pengembangan, masalah, mencapai hubungan yang saling menguntungkan antara publiknya melalui hubungan yang harmonis. Fungsi ini dekat dengan model PR yang dipaparkan oleh Grunig dan Hunt (1994) yaitu the press

agentry/publicity model; the public information model; the two way asymmetric model; the two way symmetric model. Secara detail mengenai model tersebut adalah sebagai berikut:

Pada sejarah perkembangan konsep model Public Relations tampak bahwa pada mulanya menurut Erc Goldman dalam Grunig

menyebutkan bahwa Public Relations diawali dengan the public be fooled era atau press agentry dan public be informed atau public information era.

Pada awalnya Grunig mengadopsi ide ini tetapi mengelaborasinya dengan menambahkan mengenai tujuan dan arah komunikasi . Grunig mengadopsi ide Thayer mengenai synchronic dan diachronic

communicationuntuk menggambarkan dua pendekatan dalam public relations. Tujuan dari komunikasi sinkronis (synchronic

communication) adalah mensikronisasi perilaku publik terhadap organisasi sehingga organisasi dapat melakukan apa yang diinginkan tanpa campur tangan dari publiknya. Tujuan dari komunikasi

diakronik adalah untuk menegosiasikan kebutuhan antara organisasi dengan publiknya.Pada akhirnya Grunig mengganti istilah synchronic dan diakronik dengan assymetrical dan symetrical communication.

Grunig and Hunt mengidentifikasi perkembangan sejarah Public

(19)

Di era berikutnya, dengan dipengaruhi oleh pandangan Perilaku dan ilmu – ilmu sosial dikembangkanlah model two way

asymetrical yang menekankan pada propaganda dan manipulasi publik (meskipun dalam arti yang positif). Memanipulasi di sini berarti mengelola serta mengarahkan publik kepada tujuan kita melalui cara memahami motivasi mereka. Selanjutnya dikembangkanlah Two way symetrical model yang mengarah kepada "telling the truth to public" . Model komunikasi ini diterapkan kepada publik dengan

menggunakan penelitian untuk memfasilitasi apa yang diharapkan oleh publik daripada untuk mengidentifikasi pesan apa yang dapat digunakan untuk mempersuasi publik.

Grunig memaparkan Model two way symetric adalah pendekatan yang dapat dikatakan baik dalam public relations. Sejalan dengan konsep yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa sebuah departemen dapat dikatakan baik dengan segala karakteristikanya dapat membuat organisasi menjadi lebih efektif.

Grunig mengidentifikasi suatu teori normatif mengenai Public

Relations yang menganut Two Way Symetric adalah memiliki karakter 1.Adanya saling tergantung dan pembinaan hubungan;

2.Ketergantungan dan pembinaan hubungan tersebut memunculkan kurangnya konflik, perjuangan, dan saling berbagi misi;

3.Adanya keterbukaan,saling percaya dan saling memahami; 4.Konsep kunci mengenai negosiasi,colaborasi dan mediasi; 5.Perlunya dikembangkan suatu aturan bagi proses dan strategi.

Pemahaman tersebut dapat disarikan bahwa komunikasi yang harmonis antara Public Relations dengan publiknya akan berjalan baik jika didukung dengan komunikasi yang jujur untuk memperoleh kredibilitas, keterbukaan dan konsisten terhadap langkah-langkah yang diambil untuk memperoleh keyakinan orang lain,adanya

(20)

melakukan evaluasi dan riset terhadap lingkungan untuk menentukan langkah atau penyesuaian yang dibutuhkan bagi sosial yang harmonis. Pemilihan model yang tepat sangat tergantung dari struktur sebuah organisasi dan bagaimana kondisi lingkungan dimana perusahaan tersebut bertindak.

Aktifitas PR

Pekerjaan PR dapat dikerjakan sendiri atau oleh konsultan, pemilihan ini sangat tergantung dari polcy perusahaan. Kelebihan dan

kekurangan dalam penggunaan konsultan dapat dilihat lebih lanjut dalam tulisan Ida Anggraeni Ananda, Jurnal Visi Komunikasi.

Pada dasarnya aktifitas PR meliputi:

1. Komunikasi: perukaran ide, pendapat atau peasn melalui visual, lisan atau tulisan

2. Publisitas: diseminasi pesan yang terencana melalui media tertentu, tanpa bayaran, untuk meningkatkan minat terhadap perusahaan/organisasi

3. Promosi: aktifitas mengkreasi atau menstimulasi perhatian terhadap produk, orang, organisasi atau kasus.

4. Press agentry: melalui soft news stories

5. Integrated marketing: fungsi PR pendukung pemasran, tujuan beriklan sebuah organisasi

6. Manajemen Isue: identifikasi, memonitor aksi publik atau reaksi publik terhadap organisasi

7. Manajemen krisis: menghadapi krisis, bencana atau kegiatan negatif yang tidak terencana dan memaksimal ekses positif yang dapat diraih

8. Public Information offcer: sebagai penghubung antara lembaga pemerintah, dan media

9. Public Affairs/lobbyist: bekerja mewakili perusahaan untuk menghadapi politisi, perangkat pemerintah yang berperan menetukan kebijakan dan undang-undang untuk

mempertahankan statusquo atau mengubahnya.

10. Financial Relations: menghadapi dan mengkomunikasikan informasi kepada pemegang saham atau masyarakat pemodal 11. Community Relations: memantapkan dan meningkatkan

hubungan antara organisasi dan masyarakat

12. Internal Relations: memantapkan dan meningkatkan hubungan dengan orang – orang yang berada dan memilki hubungan di dalam organisasi

(21)

14. Minority Relations: memantapkan dan meningkatkan hubungan dengan group minoritas dan individual

15. Media Relations: memantapkan dan meningkatkan hubungan dengan media

16. Public Diplomacy: memantapkan dan meningkatkan hubungan untuk membuka jalur perdagangan, pariwisata dan kerjasama antar negara

17. Event management: menyiapkan, merencanakan, melakukan kegiatan yang bermanfaat dalam suatu waktu

18. Sponsorship: menawarkan atau menerima bantuan dana dengan imbalan public exposure

19. Cause/Relationship marketing: memantapkan dan meningkatkan hubungan dengan konsumen

20. Fund Raising: memantapkan dan meningkatkan hubungan atas nama sektor non profit untuk mendorong terkumpulnya dana serta bantuan

Kompetensi PR

Setelah melihat secara sepintas apa itu PR, peran, model, fungsi serta aktifitasnya maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi PR

bukanlah orang yang sembarangan. Banyak kriteria kompetensi yang harus dimiliki. Diantaranya adalah:

Lulusan PR hendaknya mampu:

1. Teori PR dan komunikasi untuk mendukung praktek PR 2. Kemampuan menganalisis dan merencanakan

3. Kemampuan teknis dan komunikasi

4. Pemahaman sosial, politik, etis dan hubungannya dengan program

5. Pemahaman tentang proses dan aplikasi dunia industry

Secara khusus kemampuan yang harus dimiliki:

1. Kemampuan vocational seperti riset, menulis, mendengarkan, presentasi,dll

(22)

3. Kemampuan profesional: paham mengenai perencanaan dan taat deadline

4. Memiliki perspektif etika

5. Mengerti teknologi yang dapat digunakan sebagai tools 6. Harus memiliki kemauan belajar tinggi (life long learning)

7. Being thinkers: kemampuan analisis, kritis, strategis, evaluatif, kreatif dan lateral

Pustaka

Ananda, Ida Anggraeni, Public Relations Sebuah Telaah dari Sudut Fungsi,

Peran dan Kedudukannya dalam Organisasi, Jurnal Visi

Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi Mercu Buana, Jakarta, 2002 Cutlip, Scott.M, et all, Effective Public Relations, Prentice Hall, New Jersey, 2000

Grunig,James.E, Excellence in Public Relations and

Communication Management, Lawrence Erlbaum, New Jersey, 1992

Johnston, Jane, Clara Zawawi, Public Relations Theory and Practice, Allen & Unwin, 2000

Onong, Uchyana Effendi, Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis, Remaja Rosdakarya, 1991

Diposting oleh Ida Anggraeni Ananda di Sabtu, Desember 29, 2007

sumber dari : http://idaananda.blogspot.com/2007/11/perspektif-public-relations.html

********

(23)

1 Februari, 2008

British Institute of Public Relations melihat fungsi public relations sebagai upaya yang mantap, berencana dan

berkesinambungan untuk menciptakan dan membina pengertian bersama antara organisasi dan publiknya. Secara lebih spesifik, Pedro E Teodhore menyebut tujuan komunikasi melalui public

relations adalah menciptakan iklim dan pendapat umum yang menguntungkan lembaga. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu tercipta harmoni antara lembaga dengan lingkungannya.

Pada hakikatnya dalam melakukan tugas tersebut terdapat dua hal penting yang perlu diperhatikan, pertama, ada organ yang status dan perannya melakukan penyebaran dan klarifikasi informasi mengenai kebijakan lembaga, sekaligus panduan arah kebijakan pemecahan persoalan di tengah aneka krisis. Peran kehumasan ini sebagai jubir yang tidak sekadar menyiapkan upacara, menunjuk penyelenggara berbagai acara, mengumpulkan wartawan, maupun pendamping pemimpin untuk membawakan map berisi naskah pidato. Dalam bahasa, Sullivan (2005) fungsi ini merupakan fungsi komunikasi yang bersifat jangka pendek.

Hal kedua yakni kesiapan manajemen koordinasi antar unit kerja dalam pelayanan publik sebagai sebuah antispasi terhadap terjadinya ancaman krisis komunikasi (proaktif). Bisa dilakukan dalam bentuk konsultasi publik sebagai bagian dari upaya manajeman komunikasi strategis untuk implementasi kebijakan kelembagaan ke depan. Sebuah kerja strategi komunikasi, yang memiliki media publik yang berwibawa dan terakses, diperkuat kinerja kehumasan di berbagai unit yang terampil, serta kerja pelayanan publik dari birokrasi yang terintegrasi, yang mengandung manajemen sosial dan psikologi krisis, hingga mampu melahirkan solidaritas sosial dan partisipasi publik lewat pemahaman kebijakan.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan diperolehnya informasi kemampuan me- regenerasikan tanaman hijau melalui kultur antera pa- da aksesi padi toleran aluminium ini, pada penelitian selanjutnya diharapkan

Tiga kesimpulan penting yang diperoleh dari hasil kajian itu adalah: (1) pemberian pupuk kandang atau jerami tidak nyata menaikkan hasil panen padi pada pola padi-padi atau

sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan metode STAD berbantuan media gambar tersebut dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa ketika berada di dalam

Tugas seorang tutor tuton adalah membuat rancangan materi tutorial, menulis materi inisiasi beserta pertanyaan untuk diskusi, menyusun tugas yang harus dikerjakan

Imunisasi polio bertujuan untuk mencegah penyakit poliomyelitis. Secara klinis penyakit polio adalah dibawah umur 15 tahun yang menderita lumpuh layu akut. Penyebarannya

Potentiaalisessa kategoriassa olevat metsät (jatkossa Pot) ovat yksityisten tai yritysten omistuksessa olevia, Satakunnan luonnonsuojelupiirin arvokkaina pitämiä metsiä, joita

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kota atas hak kota terhadap keamanan perempuan, sehingga memunculkan

Mengenai kewajiban mutah dijelaskan juga di dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 149 huruf (a) bahwa, bilamana perkawinan putus karena talak, maka bekas suami wajib: