• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pengembangan Pengelolaan Laboratorium IPA di SMA Negeri 1 Boja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pengembangan Pengelolaan Laboratorium IPA di SMA Negeri 1 Boja"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Strategi

2.1.1 Konsep Strategi

Menurut Rangkuti (2014:3) strategi adalah alat untuk mencapai tujuan. Menurut Daft (2010:249) mendefinisikan strategi (strategy) secara eksplisit, yaitu rencana tindakan yang menerangkan tentang alokasi sumber daya serta berbagai aktivitas untuk menghadapi lingkungan, memperoleh keunggulan bersaing, dan mencapai tujuan perusahaan. Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktifitas dalam kurun waktu tertentu. Di dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. Strategi dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang lingkup yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat.

(2)

12 Jadi, dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa strategi adalah gabungan dari kegiatan yang direncanakan dan diimplementasikan dalam sebuah aktivitas untuk mengantisipasi persaingan dan perkembangan yang tidak terduga.

2.1.2 Manajemen Strategis

Manajemen strategis semakin penting arti dan manfaatnya apabila diingat bahwa lingkungan organisasi mengalami perubahan yang semakin cepat dan komplek, sehingga keberhasilan manajemen strategis ditentukan oleh para menejer atau pimpinannya. Menurut Siagian (2004:15) menyatakan pengertian manajemen strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut. Menurut Rindaningsih (2009) pengertian manajemen strategis adalah proses atau rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara pelaksanaannya, yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya.

(3)

13 tiga macam elemen utama. Pertama, terdapat adanya analisis strategik dimana penyusunan strategi yang bersangkutan berupaya untuk memahami posisi strategik organisasi yang bersangkutan. Kedua, terdapat pula adanya pilihan strategik yang berhubungan dengan perumusan aneka macam arah tindakan, evaluasinya, dan pilihan antara mereka. Ketiga, terdapat pula implementasi strategi yang berhubungan dengan merencanakan bagaimana pilihan strategi dapat dilaksanakan.

2.1.3 Rencana Strategis

Menurut Edward (Umar, 2002), rencana strategis adalah rencana yang dilakukan oleh para manager paling atas dan menengah untuk mencapai tujuan organisasi yang lebih luas. Menurut Tjokroamidjojo (2000) rencana strategis adalah suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan menggunakan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif, dengan menentukan tujuan apa yang akan dicapai atau yang akan dilakukan, bagaimana, bilamana dan oleh siapa.

(4)

14 atau lembaga tidak akan bisa merencanakan peningkatan mutu.

Rencana strategis suatu lembaga pendidikan menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut: mampu memperbaiki hasil pendidikan, membawa perubahan yang lebih baik, prioritas kebutuhan, partisipasi, keterwakilan, realitas sesuai dengan hasil analisis SWOT, mendasarkan pada hasil review dan evaluasi, keterpaduan menyeluruh, transparan, dan keterkaitan serta kesepadanan secara vertikal dan horizontal dengan rencana-rencana lain (Tilaar, 2000).

Dari beberapa pendapat di atas maka rencana strategis pengelolaan laboratorium dalam penelitian ini adalah rencana yang dilakukan oleh stakeholder sekolah dengan memperhatikan prinsip perbaikan hasil pengelolaan laboratorium, membawa perubahan yang lebih baik, prioritas kebutuhan, partisipasi, keterwakilan, realitas sesuai dengan hasil analisis SWOT, mendasarkan pada hasil review dan evaluasi, keterpaduan menyeluruh, transparan, dan keterkaitan serta kesepadanan secara vertikal dan horizontal dengan rencana-rencana lain.

2.1.4 Tahap-tahap Penyusunan Rencana Strategis Tim SP4 UGM (Somantri, 2014) mengemukakan bahwa proses penyusunan rencana strategis pendidikan dapat dilakukan dalam tiga tahap yaitu : 1. Diagnosis

(5)

15 memahami kekuata-kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness) dalam pengelolaan pendidikan. Sementara kajian lingkungan eksternal bertujuan untuk mengungkap peluang-peluang (opportunities) dan tantangan-tantangan (threats) dalam penyelenggaraan pendidikan.

2. Perencanaan

Tahap perencanaan dimulai dengan menetapkan visi dan misi. Visi (vision) merupakan gambaran (wawasan) tentang keadaan yang diinginkan di masa depan. Sementara misi (mission) ditetapkan dengan jalan mempertimbangkan rumusan penugasan, yang merupakan tuntutan tugas dari luar organisasi dan keinginan dari lembaga berkaitan dengan visi masa depan dan situasi yang dihadapi saat ini. Setelah menetapkan visi, misi, tahap selanjutnya adalah tahap pengembangan dirumuskan berdasarkan misi yang diemban dan dalam rangka menghadapi isu utama (isu strategis). Urutan strategis pengembangan disusun sesuai dengan isu-isu utama. Dalam rumusan strategi pengembangan dapat dibedakan menurut kelompok strategi, dengan rincian terdiri atas tiga tingkat (strategi utama, substrategi, dan rincian strategi).

Jadi dapat dirangkum bahwa dalam tahap

perencanaan terlebih dahulu dilakukan penetapan visi

dan misi, selanjutnya visi dan misi tersebut

dikembangkan kedalam bentuk isu-isu strategis, dari

masing-masing isu strategis maka dibuat strategi

(6)

16 3. Menyusun dokumen rencana strategis

Tahap penyusunan dokumen rencana strategis dirumuskan secara singkat, tidak terlalu tebal supaya dipahami dan dapat dilaksanakan oleh tim manajemen secara luwes. Perumusannya dapat dilakukan sejak saat pengkajian telah menghasilkan temuan. Rumusan visi yang disepakati bersama akan dijadikan sebagai panduan dalam merumuskan misi dan tujuan organisasi pendidikan. Hasil kajian tentang kekuatan dan kelemahan organisasi pendidikan serta peluang dan tantangan eksternalnya di suatu sisi serta rumusan visi, misi dan tujuan organisasi pendidikan dapat menghailkan isu-isu utama dalam pembangunan pendidikan dalam konteks masing-masing. Di antara isu-isu yang dikaji, pemilihan terhadap strategi pengembangan kegiatan dan pembangunan pendidikan. Alternatif rencana yang terbaik adalah alternatif perencanaan yang paling memungkinkan adanya perubahan manakala dalam proses implementasinya memerlukan adanya penyesuaian keadaaan.

2.2

Pengelolaan

(7)

17 diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujuan tertentu.

Manajemen adalah kemampuan dan keterampilan khusus untuk melakukan suatu kegiatan, baik bersama orang lain maupun melalui orang lain dalam mencapai tujuan organisasi (Sudjana, 2000:17). Stoner (Handoko, 2005: 50) menyatakan bahwa manajemen merupakan proses perencanan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan, usaha-usaha para anggota organisasi dan pengguna sumber daya organisasi lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, apabila dalam sistem dan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, penganggaran, dan sistem pengawasan tidak baik, proses manajemen secara keseluruhan tidak lancar sehingga proses pencapaian tujuan akan terganggu atau mengalami kegagalan (Qalyubi, 2007: 271).

(8)

18 Proses merencanakan, mengorganising, memimpin, dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.

(9)

19 pengawasan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan.

2.3

Laboratorium IPA

2.3.1 Konsep Laboratorium IPA

Menurut Poerwodarminto (1999:75), laboratorium berarti tempat untuk mengadakan percobaan/ penyelidikan, dan sebagainya segala sesuatu yang berhubungan dengan ilmu fisika, kimia, dan sebagainya. Subiyanto (1998:79), menyatakan secara sempit laboratorium diartikan sebagai ruangan yang dibatasi oleh dinding yang di dalamnya terdapat alat-alat dan bahan-bahan beranekaragam yang dapat digunakan untuk melakukan eksperimen. Sudaryanto, dkk (1998:2) mendefinisikan laboratorium sebagai salah satu sarana pendidikan IPA, sebagai tempat peserta didik berlatih dan kontak dengan objek yang dipelajari secara langsung, baik melalui pengamatan maupun percobaan.

(10)

20 dilakukan kegiatan kerja untuk menghasilkan sesuatu. Tempat ini dapat merupakan suatu ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka, misalnya kebun dan lain-lain.

Secara lebih umum laboratorium diartikan sebagai suatu tempat dilakukannya percobaan dan penelitian (Depdikbud,1994:7). Pengertian ini bermakna lebih luas, karena tidak membatasi laboratorium sebagai suatu ruangan, artinya kebun, lapangan, ruang terbuka pun dapat menjadi laboratorium.

Berdasarkan definisi tersebut, laboratorium adalah suatu tempat yang digunakan untuk melakukan percobaan maupun pelatihan yang berhubungan dengan ilmu fisika, biologi, dan kimia atau bidang ilmu lain, yang merupakan suatu ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka seperti kebun dan lain-lain.

2.3.2 Fungsi Laboratorium

Menurut Sukarso (2005), secara garis besar laboratorium dalam proses pendidikan adalah sebagai berikut:

(11)

21 Lebih jauh dijelaskan dalam Anonim (2003), bahwa fungsi dari laboratorium adalah sebagai berikut:

1) Laboratorium sebagai sumber belajar. Tujuan pembelajaran IPA dengan banyak variasi dapat digali, diungkapkan, dan dikembangkan dari laboratorium. Laboratorium sebagai sumber untuk memecahkan masalah atau melakukan percobaan. Berbagai masalah yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran terdiri dari tiga ranah yakni: ranah pengetahuan, ranah sikap, dan ranah keterampilan/afektif; 2) Laboratorium sebagai metode pembelajaran.

Di dalam laboratorium terdapat dua metode dalam pembelajaran yakni metode percobaan dan metode pengamatan; dan

3) Laboratorium sebagai prasarana pendidikan atau wadah proses pembelajaran. Laboratorium terdiri dari ruang yang dilengkapi dengan berbagai perlengkapan dengan bermacam-macam kondisi yang dapat dikendalikan, khususnya peralatan untuk melakukan percobaan.

2.3.3 Peranan Laboratorium Sekolah

Menurut Emha (2002) menyatakan peranan laboratorium sekolah antara lain:

1. Laboratorium sekolah sebagai tempat timbulnya berbagai masalah sekaligus sebagai tempat untuk memecahkan masalah tersebut. 2. Laboratorium sekolah sebagai tempat untuk

melatih keterampilan serta kebiasaan menemukan suatu masalah dan sikap teliti. 3. Laboratorium sekolah sebagai tempat yang

dapat mendorong semangat peserta didik untuk memperdalam pengertian dari suatu fakta yang diselidiki atau diamatinya.

4. Laboratorium sekolah berfungsi pula sebagai tempat untuk melatih peserta didik bersikap cermat, bersikap sabar dan jujur, serta berpikir kritis dan cekatan.

(12)

22 Lebih lanjut Sudaryanto, dkk (1998:7) menyatakan peranan dan fungsi laboratorium ada tiga, yaitu sebagai (1) sumber belajar, artinya laboratorium digunakan untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor atau melakukan percobaan, (2) metode pendidikan, meliputi metode pengamatan dan metode percobaan, dan (3) sarana penelitian, tempat dilakukannya berbagai penelitian sehingga terbentuk pribadi peserta didik yang bersikap ilmiah.

2.4 Pengelolaan Laboratorium IPA

(13)

23 Manajemen laboratorium dapat diartikan sebagai kegiatan menata, mulai dari perencanaan, penataan, pengadministrasian, pengamanan, perawatan dan pengawasan. Dapat disimpulkan bahwa manajemen laboratorium adalah sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian/ evaluasi pengelolaan laboratorium dalam rangka untuk menunjang proses pembelajaran guna mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

1. Perencanaan (Planning)

Menurut Sutarno (2004:109), perencanaan diartikan sebagai perhitungan dan penentuan tentang apa yang akan dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, dimana menyangkut tempat, oleh siapa pelaku itu atau pelaksana dan bagaimana tata cara mencapai itu. Cropper (1998:1) berpendapat: Planning is the basis from which all other function are spawned. Without a congruent plan, organizations usually lack a central focus. Bahwa perencanaan adalah dasar yang akan dikembangkan menjadi seluruh fungsi berikutnya. Tanpa rencana yang tepat dan padu sebuah organisasi akan kehilangan fokus sentral berpijak bukan sekedar daftar kegiatan yang harus dilakukan.

(14)

24 Rencana formal dibuat untuk mengurangi ambiguitas dan menciptakan kesepahaman tentang apa yang harus dilakukan.

Menurut Griffin (2010), kegiatan dalam fungsi perencanaan meliputi:

1) Menetapkan tujuan dan target organisasi. 2) Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan

dan target organisasi tersebut.

3) Menentukan sumber-sumber daya yang diperlukan.

4) Menetapkan standar/indikator keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target organisasi.

Adapun aspek perencanaan meliputi:

1. Apa yang dilakukan? 2. Siapa yang melakukan? 3. Di mana akan melakukan?

4. Apa saja yang diperlukan agar tercapainya tujuan dapat dilakukan?

5. Bagaimana melakukannya?

6. Apa aja yang dilakukan agar tercapainya tujuan dapat maksimum? (Arikunto,1993: 38)

(15)

25 sudah mencapai permulaan pekerjaan yang baik dari proses pencapaian tujuan organisasi.

Berdasarkan uraian di atas, perencanaan pada hakekatnya merupakan proses pemikiran yang sistematis, analisis, dan rasional untuk menentukan apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukannya, siapa pelaksananya, dan kapan kegiatan tersebut harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Perencanaan laboratorium IPA meliputi perencanaan dan pemeliharaan alat-alat dan bahan-bahan serta sarana/prasarana, perencanaan kegiatan yang akan dilaksanakan, serta rencana pengembangan laboratorium. Beberapa hal yang perlu direncanakan dalam manajemen laboratorium adalah :

a. Pengadministrasian Alat-alat dan Bahan-bahan Laboratorium

Tujuan pengadministrasian alat-alat dan bahan-bahan lababoratorium ini adalah agar dapat dengan mudah diketahui : (1) jenis alat atau bahan yang ada, (2) jumlah masing-masing alat dan bahan, (3) jumlah pembelian atau tambahan, dan (4) jumlah yang pecah, hilang, atau habis (Depdikbud, 1979 : 41).

(16)

26 alat dan bahan yang sesuai dengan LKS, jadwal kegiatan laboratorium, dan program semester kegiatan laboratorium.

b. Pengadaan Alat/Bahan Laboratorium

Untuk melengkapi atau mengganti alat/bahan kimia yang rusak, hilang, atau habis dipakai diperlukan pengadaan. Sebelum pengusulan pengadaan alat/bahan, maka perlu dipikirkan: (1) percobaan apa yang akan dilakukan, (2) alat/bahan apa yang akan dibeli (dengan spesifikasi jelas), (3) ada tidaknya dana/anggaran, (4) prosedur pembelian (lewat agen, langganan, beli sendiri), dan (5) pelaksanaan pembelian (biasanya awal tahun pelajaran baru) (Depdikbud, 1999:32).

Prosedur pengadaan dimulai dengan penyusunan alat/bahan yang akan dibeli yang dikumpulkan dari usulan masing-masing guru IPA yang dikoordinasi oleh penanggung jawab laboratorium. Sebelum pembelian, hendaknya ditentukan terlebih dahulu di toko atau perusahaan mana alat/bahan itu akan dibeli. Sebaiknya setiap sekolah telah membuat jalinan kerja sama dengan perusahaan atau toko alat dan bahan kimia tertentu, sehingga akan memperoleh harga yang relatif murah dan sewaktu-waktu memerlukan tambahan alat/bahan kimia di luar jadwal pengadaan dapat dengan mudah dikontak dan disuplai.

c. Alokasi Dana Laboratorium

(17)

27 dapat berasal dari orang tua peserta didik maupun sumbangan masyarakat luas/dunia usaha (Depdikbud, 1999:95). Dana laboratorium diperoleh dari proyek OPF (Operasional dan Perawatan Fasilitas) yang dituangkan dalam APBS (Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah) yang disediakan untuk membiayai kegiatan yang bersifat teknis edukatif dan kegiatan penunjang proses belajar-mengajar.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Organisasi laboratorium adalah suatu sistem kerja sama dari kelompok orang, barang, atau unit tertentu tentang laboratorium untuk mencapai tujuan (Sudaryanto, 1998:5). Mengorganisasikan laboratorium berarti menyusun sekelompok orang/petugas dan sumber daya lain untuk melaksanakan suatu rencana atau program dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara yang berdaya guna terhadap laboratorium. Pengorganisasian laboratorium meliputi pengaturan dan pemeliharaan alat-alat dan bahan-bahan laboratorium, pengadaan alat-alat dan bahan-bahan, dan menjaga kedisiplinan dan keselamatan laboratorium.

(18)

28 laboratorium. Dalam menjalankan tugas ini dibantu oleh Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum yang juga bekerja sama dengan koordinator laboratorium dalam pelaksanaan kegiatan laboratorium.

Tugas koordinator laboratorium adalah mengkoordinasikan masing-masing guru mapel IPA segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan laboratorium dan mengusulkan kepada penanggung jawab laboratorium untuk pengadaan alat/bahan praktikum. Penanggung jawab teknis laboratorium bertanggung jawab atas kelengkapan administrasi laboratorium, kelancaran kegiatan laboratorium, mengusulkan kepada Kepala Sekolah tentang pengadaan alat/bahan laboratorium, dan bertanggung jawab atas kebersihan, penyimpanan, perawatan, dan perbaikan alat-alat laboratorium. Tugas laboran adalah mengerjakan administrasi laboratorium, mempersiap- kan alat/bahan yang diperlukan untuk praktikum, dan bertanggung jawab atas kebersihan alat/bahan dan ruangan laboratorium beserta perlengkapannya sebelum dan sesudah praktikum.

a. Penyimpanan Alat/Bahan Laboratorium Setelah Pemeliharaan

(19)

29 peka, mahal, dan mudah rusak, dan bahan yang beracun, radioaktif, mudah terbakar/meledak.

Penyimpanan masing-masing alat/bahan tergantung pada keadaan dan susunan laboratorium, serta fasilitas ruangan (termasuk luas sempitnya laboratorium). Alat/bahan yang sering digunakan sebaiknya diletakkan di almari yang dapat dibuka dan diambil sendiri oleh peserta didik, sehingga efisien waktu dan tenaga. Namun jika pertimbangan keamanan dan kedisiplinan peserta didik diragukan, maka jumlah yang tersedia dibatasi.

Bahan-bahan kimia yang beracun, eksplosif (mudah meledak), dan mudah terbakar sebaiknya ditempatkan terpisah dari bahan yang lain dan diusahakan diletakkan di tempat yang tidak mudah dilihat peserta didik (di ruangan khusus dan hanya laboran yang tahu). Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, jika ada peserta didik yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Demikian juga dengan alat-alat laboratorium, diletakkan sesuai jenis dan bahannya, seperti alat dari kaca, porselin, kayu, atau logam diletakkan secara terpisah. Hal ini untuk mempermudah jika akan digunakan, juga mempermudah inventarisasi ulang. Prinsip dari penyimpanan alat/bahan laboratorium adalah alat/bahan tersebut dalam keadaan aman, mudah dicari dan diambil sewaktu-waktu dibutuhkan.

(20)

30 kegiatan pengenalan mulai dari pengenalan alat/bahan yang akan digunakan dalam praktikum, baik fungsi dan cara penggunaannya, sampai pada mata praktikum yang akan dijalani untuk kurun waktu satu semester dengan penjelasan garis besarnya, serta bagaimana cara berpraktikum yang baik, tata tertib praktikum, dan format penyusunan laporan praktikum. Dengan demikian peserta didik memperoleh bekal yang cukup untuk bekerja di laboratorium.

Hal penting lainnya adalah penanaman kesadaran pada diri peserta didik bahwa laboratorium adalah juga bagian dari sekolah yang membantu prestasi belajar mereka, sehingga mereka harus ikut merawat dan menjaga. Sebagai contoh, setiap kali selesai praktikum, mereka membersihkan alat dan meja praktikum seperti sebelum praktikum, termasuk lantai dan bak air. Agar semua peserta didik mengerti tanggung jawab menjaga kebersihan laboratorium, maka dibuatkan jadwal piket, sehingga semua mendapat giliran.

b. Disiplin di Laboratorium

(21)

31 hanya kerusakan alat atau kelebihan pemakaian bahan mungkin masih dapat ditoleransi, namun jika yang terjadi kesalahan pemakaian alat/bahan yang menimbulkan kebakaran/ledakan atau bahaya lainnya akan sangat fatal akibatnya.

Berkaitan dengan disiplin di laboratorium, maka peserta didik sebelum beraktivitas (praktikum) di laboratorium perlu mengetahui tata tertib yang harus ditaati ketika bekerja di laboratorium. Namun demikian, disiplin yang diterapkan di laboratorium hendaknya tidak terlalu kaku dalam beberapa hal yang tidak berbahaya, misalnya larangan berbicara ketika berpraktikum. Jika memang peserta didik ingin mendiskusikan dengan temannya karena ada hasil percobaan yang tidak sesuai dengan teori, maka perlu diberi kelonggaran agar mereka menemukan penyebab kegagalannya dengan segera.

Pelanggaran terhadap tata tertib yang berlaku perlu diberikan sanksi, mulai dari peringatan secara halus, peringatan keras, sampai pada pelarangan mengikuti praktikum maupun mengikuti pelajaran di sekolah (scorsing). Selain tata tertib untuk peserta didik, juga ada peraturan semacam tata tertib untuk guru. Sebenarnya tata tertib untuk peserta didik sebagian juga berlaku untuk guru, seperti larangan makan dan minum di laboratorium, merokok. Tata tertib dan peraturan tersebut dibuat oleh koordinator laboratorium beserta guru-guru mapel IPA.

3. Pelaksanaan (Actuating)

(22)

32 pelaksanaan terhadap apa yang telah direncanakan dan diorganisasikan tidak akan pernah menjadi kenyataan.

Kegiatan laboratorium IPA diartikan sebagai kegiatan yang berkaitan dengan pengamatan atau percobaan yang menunjang kegiatan belajar-mengajar IPA. Untuk melaksanakan kegiatan laboratorium IPA perlu perencanaan secara sistematis agar dicapai tujuan pembelajaran secara optimal (Depdikbud, 1999:13).

Adapun langkah-langkah pelaksanaan kegiatan laboratorium IPA adalah :

a. Setiap guru IPA pada awal semester/tahun pelajaran baru sebaiknya menyusun program semester/tahunan sesuai kegiatan laboratorium yang ditandatangani Kepala Sekolah. Tujuan penyusunan program ini adalah mengidentifikasi kebutuhan alat/bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan praktikum selama satu semester/tahunan dan menyusun jadwal bagi penanggung jawab teknis untuk ketiga mapel (Kimia, Fisika, Biologi) agar tidak terjadi tumbukan dalam pemakaian laboratorium. Selain itu berguna untuk keperluan supervisi/ pengawasan bagi Kepala Sekolah.

(23)

33 c. Setelah kegiatan laboratorium selesai sebaiknya guru mengisi buku harian untuk mengetahui kejadian-kejadian selama kegiatan laboratorium serta untuk keperluan supervisi.

d. Alat/bahan yang telah selesai digunakan segera dibersihkan dan disimpan kembali di tempat semula.

Dalam kegiatan praktikum, penilaian terhadap hasil belajar peserta didik harus dilakukan, baik kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Untuk aspek kognitif, biasanya dilakukan melalui pre-test sebelum praktikum diadakan, bisa dilakukan secara lisan maupun tertulis, tergantung waktu yang tersedia. Pre-test terutama dilakukan untuk mengetahui sejauhmana pemahaman peserta didik terhadap konsep yang akan dipraktikumkan. Sebaiknya pre-test tidak berisi pertanyaan teoretis, tetapi lebih difokuskan pada konsep yang berkaitan dengan praktikum.

(24)

34 Penilaian aspek psikomotor adalah yang utama dalam suatu praktikum, karena salah satu tujuan utama praktikum adalah melatih keterampilan dan mengukur penguasaan teknik peserta didik dalam menggunakan alat/bahan kimia/IPA ketika melaksanakan praktikum. Penilaian ini dapat dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh guru yang meliputi aspek-aspek penting yang harus dikuasai peserta didik dalam melaksanakan suatu mata praktikum. Dengan demikian, setiap mata praktikum akan memiliki tekanan aspek psikomotor yang berbeda.

Secara umum, dalam praktikum guru terutama menilai ketrampilan peserta didik dalam menggunakan alat/bahan, ketepatan, baik dalam hal ketepatan pemilihan alat, pengambilan data yang tepat, pengendalian variabel, perumusan hipotesis dan pengujiannya, serta penyimpulan berdasarkan data yang diperoleh, dan ketelitian yang sangat menentukan keberhasilan praktikum yang berupa pembuktian kebenaran suatu konsep (Dahar, 1986: 5.22).

4. Pengawasan (Controlling)

(25)

35 menggunakan pengukuran koreksi sehingga tindakan tersebut sesuai dengan rencana.

Pengawasan atau kontrol yang merupakan bagian terakhir dari fungsi manajemen dilaksanakan untuk mengetahui:

1. Apakah semua kegiatan telah dapat berjalan sesuai dengan rencana sebelumnya.

2. Apakah didalam pelaksanaan terjadi hambatan, kerugian, penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang, penyimpangan dan pemborosan.

3. Untuk mencegah terjadinya kegagalan, kerugian, penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang penyimpangan, dan pemborosan.

4. Untuk meningkatkan efisien dan efektifitas organisasi.

Adapun tujuan pengawasan dalam manajemen sebagai berikut:

a) Menentukan dan menghilangkan sebab-sebab yang menimbulkan kesulitan sebelum kesulitan itu terjadi.

b) Mengadakan pencegahan dan perbaikan terhadap kesalahan-kesalahan yang terjadi.

c) Mendapatkan efisiensi dan efektifitas.

(26)

36 ukuran/pedoman yang telah ditetapkan untuk mengetahui penyimpangan/perbedaan yang terjadi dan perlu tidaknya perbaikan, (4) perbaikan terhadap penyimpangan yang terjadi agar pekerjaan sesuai dengan apa yang direncanakan.

Ada beberapa prinsip dasar pengawasan yang harus diterapkan agar manajemen laboratorium menjadi baik, yaitu :

1. Pengawasan bersifat membimbing dan membantu mengatasi kesulitan dan bukan mencari kesalahan. Kepala Sekolah harus menfokuskan perhatian pada usaha mengatasi hambatan yang dihadapi guru, bukan sekedar mencari kesalahan. Kekeliruan guru harus disampaikan Kepala Sekolah sendiri dan tidak di depan orang lain.

2. Bantuan dan bimbingan diberikan secara tidak langsung, artinya diupayakan agar yang bersangkutan mampu mengatasi sendiri, sedangkan Kepala Sekolah hanya membantu. Hal ini penting untuk menumbuhkan kepercayaan diri yang pada akhirnya menumbuhkan motivasi kerja yang lebih baik.

3. Balikan atau saran perlu segera diberikan, agar yang bersangkutan dapat memahami dengan jelas keterkaitan antara balikan dan saran tersebut dengan kondisi yang dihadapi. Dalam memberikan balikan sebaiknya dalam bentuk diskusi, sehingga terjadi pembahasan terhadap masalah yang terjadi secara bersama.

(27)

37 Jika tidak ada hambatan, kehadiran Kepala Sekolah akan dapat menumbuhkan dukungan moral bagi guru yang sedang mengerjakan tugas.

Pengawasan dilaksanakan dalam suasana kemitraan, agar guru dengan mudah dan tanpa takut menyampaikan hambatan yang dihadapi, sehingga dapat segera dicari jalan keluarnya. Suasana kemitraan juga akan menumbuhkan hubungan kerja yang harmonis, sehingga tercipta tim kerja yang kompak.

2.4.1 Standar Ruang Laboratorium IPA

Dalam lampiran peraturan menteri pendidikan nasional nomor 24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana ruang laboratorium harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Ruang laboratorium IPA berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran IPA secara praktik yang memerlukan peralatan khusus.

2. Ruang laboratorium IPA hanya dapat menampung minimum satu rombongan belajar

3. Rasio minimum luas ruang laboratorium 2,4 m2 per

peserta didik. Untuk rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 20 orang, luas minimum ruang yang diperlukan adalah 48 m2 termasuk

ruang penyimpanan dan persiapan 18 m2, dengan

lebar minimim sebesar 5 m.

4. Ruang laboratotium IPA dilengkapi dengan pencahayaan yang memadai untuk membaca buku dan mengamati obyek percobaan.

(28)

38 6. Ruang laboratorium IPA dilengkapi dengan sarana

yang tercantum dalam tabel berikut.

2.4.2 Standar tenaga laboratorium sekolah

Tenaga laboratorium sekolah merupakan salah satu tenaga kependidikan yang sangat diperlukan untuk mendukung peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah melalui kegiatan laboratorium. Sebagaimana tenaga kependidikan lainnya, tenaga laboratorium sekolah juga merupakan tenaga fungsional. Oleh karena itu diperlukan adanya kualifikasi, standar kompetensi, dan sertifikasi. Menurut Permendiknas No. 26 tahun 2008, tenaga laboratorium terdiri dari Kepala Laboratorium Sekolah (Kompetensi: kepribadian, sosial, manajerial, profesional);Teknisi Laboratorium Sekolah (Kompetensi: kepribadian, sosial, administratif, profesional); dan Laboran Laboratorium Sekolah (Kompetensi: kepribadian, sosial, administratif, profesional)

2.5

Analisa SWOT

(29)

kemungkinan-39 kemungkinan yang dapat dicapai apabila potensi-potensi yang ada di sekolah mampu dikembangkan secara optimal. Threats adalah kemungkinan yang mungkin terjadi atau pengaruh terhadap kesinambungan dan keberlanjutan kegiatan penyelenggaraan sekolah.

Hisyam (1998), mengemukakan langkah-langkah analisis SWOT adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan acaman yang dihadapi.

2. Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.

3. Menetukan bobot relatif masing-masing faktor berdasarkan tingkat kepentingannya sebagai penentu keberhasilan dalam pengembangan

4. Menentukan rating atau skor (1 sampai dengan 5) dari masing-masing faktor yang menggambarkan kondisi internal dan eksternal

5. Menghitung total skor dengan mengalikan bobot dan rating untuk masing-masing faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.

6. Menghitung total skor akhir faktor internal (kekuatan- kelemahan) dan faktor eksternal (peluang - ancaman).

7. Menentukan posisi strategis dari faktor internal dan faktor eksternal.

(30)

40 Kekuatan dan kelemahan akan dimasukkan ke dalam tabel IFAS. Sementara itu untuk faktor peluang dan ancaman akan dimasukkan ke dalam tabel EFAS, kemudian dihitung bobot dan skornya.

Tabel 2.1

Internal Factors Analysis Summary (IFAS)

NO STRENGTHS SKOR BOBOT TOTAL

External Factors Analysis Summary (EFAS)

NO OPPORTUNITY SKOR BOBOT TOTAL

1

2 Dst

Dst Total Peluang

NO THREAT SKOR BOBOT TOTAL

Sumber: Hisyam, 1998 (http:/daps.bps.go.id)

(31)

41 dijelaskan strategi dari masing-masing kuadran yang ada di diagram analisis SWOT.

Gambar 2.1 Diagram Analisis SWOT Sumber: Rangkuti, 2009

(32)

42 Kuadran I (positif, positif). Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.

Kuadran II (positif, negatif). Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Diversifikasi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenanya, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.

Kuadran III (negatif, positif). Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah turn-around (Ubah Strategi), artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.

(33)

43 dilematis. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk menggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.

Jika pihak stakeholder sekolah memahami dan terbuka dengan strategi tersebut di atas maka sekolah akan sangat tertolong dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang muncul, baik dari pihak internal ataupun dari eksternal.

2.6

Penelitian yang Relevan

(34)

44 Kota Denpasar belum memenuhi standar minimal 100% (80.56%). 2)Kompetensi pengelolaan laboratorium yang di delapan sekolah SMA Negeri Kota Denpasar 86.04% dengan kualifikasi sangat baik baik. 3) efektivitas dalam pemanfaatan laboratorium a) efektivitas dalam pemanfaatan laboratorium yang ada di delapan sekolah SMA Negeri yang ada di Kota Denpasar berada pada kisaran 94.24%, b) used factor dalam intesnitas pemanfaatan pada kegiatan pratikum biologi berda pada kisaran 28.12% dengan kualifikasi rendah.

(35)

45 Penelitian yang dilakukan Nur Riana Novianti (2011) tentang Kontribusi Pengelolaan Laboratorium dan Motivasi Siswa terhadap Efektivitas Proses Pembelajaran (Penelitian pada SMP Negeri dan Swasta di Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Pengelolaan laboratorium IPA berkriteria baik, 2) Motivasi belajar siswa berkriteria sangat baik, 3) Efektivitas proses pembelajaran IPA berkriteria sangat baik, 4) Kontribusi pengelolaan laboratorium IPA terhadap efektivitas proses pembelajaran menunjukkan tingkat kontribusi yang rendah; 5) Kontribusi motivasi belajar siswa terhadap efektivitas proses pembelajaran menunjukkan tingkat kontribusi yang kuat; 6) Kontribusi pengelolaan laboratorium IPA dan motivasi belajar siswa terhadap efektivitas proses pembelajaran menunjukkan tingkat kontribusi yang cukup kuat. Penelitian ini hampir mirip dengan yang dilakukan peneliti yaitu mengenai pengelolaan laboratorium, hanya saja peneliti kemudian mengembangkan strategi pengembangan pengelolaan laboratorium sedangkan dalam penelitian ini lebih pada menganalisis kontribusi pengelolaan laboratorium IPA dan motivasi belajar siswa terhadap efektivitas proses pembelajaran IPA.

(36)

46 pakar laboratorium IPA. Kemampuan mahasiswa dalam merancang pengembangan laboratorium dapat ditingkatkan melalui penerapan model analisis diri laboratorium. Penelitian ini sama dengan yang dilakukan peneliti yaitu pengembangan laboratorium hanya saja peneliti dalam menganalisis potensi dan masalah laboratorium IPA di SMA Negeri 1 Boja menggunakan analisis SWOT sedangkan yang dilakukan E. Peniati dkk adalah pengembangan model analisis evaluasi diri laboratorium.

Dhirendra Sharma and Vikram Singh (2010) melakukan penelitian dengan judul ICT in Universities of the Western Himalayan Region of India II : A Comparative SWOT Analysis. Hasil dari penelitian ini adalah kegiatan ICT memiliki peran penting sebagai perngarah / kebijakan yang didiadopsi oleh perguruan tinggi untuk mencapai kualitas dan keunggulan dalam sistem pendidikan tinggi di wilayah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa, konsistensi relatif antara tiga kategori universitas, dengan penelitian sebelumnya. Penelitian yang dilakukan Dhirendra dan Vikram sama dengan yang dilakukan peneliti yaitu menggunakan analisis SWOT hanya saja peneliti menganalisis pengembangan laboratorium sedangkan Dhirendra dan Vikram menganalisis mengenai ICT.

(37)
(38)

48

2.7

Kerangka Pikir

Berikut ini adalah kerangka pikir dari alternatif Strategi Pengembangan Pengelolaan Laboratorium IPA di SMA Negeri 1 Boja.

Gambar 2.2 Kerangka pikir

Strategi pengembangan pengelolaan laboratorium IPA adalah suatu rencana yang komprehensif dengan melibatkan segala sumber kemampuan untuk meningkatkan fungsi dan peran laboratorium yang optimal. Indentifikasi visi, misi dan tujuan laboratorium IPA adalah bagian yang sangat penting untuk mewujudkan alternatif strategi pengelolaan laboratorium IPA. Selanjutnya yang harus dilakukan adalah menganalisis lingkungan internal dan eksternalnya untuk mengukur atau mengidentifikasi faktor kekuatan, kelemahan dan faktor peluang, ancaman. Dari faktor-faktor tersebut jika dianalisa

Validasi Draf Renstra Perbaikan

Draf Renstra

(39)

49 secara komprehensif maka akan menghasilkan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menyusun alternatif strategi pengembangan pengelolaan laboratorium IPA. Jika alternatif strategi tersebut dilaksanakan maka akan ada monitoring dan evaluasi yang berkelanjutan dengan tujuan untuk memperbaiki strategi dimasa yang akan datang. Namun dalam penelitian ini penulis hanya akan melakukan pembahasan sampai pada perumusan rencana strategis.

Gambar

Tabel 2.1 Internal Factors Analysis Summary (IFAS)
Gambar 2.1 Diagram Analisis SWOT
Gambar 2.2 Kerangka pikir

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu inkubasi berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap spermatozoa belum kapasitasi (pola F), kapasitasi (pola B) dan reaksi akrosom (pola

Pengembangan faktor-faktor seperti: faktor-faktor yang berperan dalam upaya penciptaan image toko dapat berupa komunikasi yang efektif, pengalaman dari konsumen, fisik dari

Dari urian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa di era informasi pengelolaan data base nilai mahasiswa dengan cara konvensional sudah tidak sesuai dengan kebutuhan

Diposkan oleh Norlina Olfah,S.ST di 22.40 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis!. Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke

3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu 2 Saya lelah untuk melakukan sesuatu 1 Saya lelah lebih dari yang biasanya 0 Saya tidak lebih lelah dari biasanya

Penyakit paru stadium akhir dalam subjek didefinisikan dalam tiga cara: (a) kematian karena penyakit paru terkait scleroderma; (B) pasien dengan paru-paru hipertensi

Kegiatan yang dilakukan oleh usia dewasa setelah lulus sekolah.. Bila sakit, apa yang dikeluhkan usia dewasa /

Saat merekam kontribusi perawat luar biasa, metode ini harus membatasi analisis peran komunitas praktisi keperawatan yang lebih luas, mencegah pemahaman komprehensif tentang