• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN DAN EVALUASI PROGRAM bimbingan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERENCANAAN DAN EVALUASI PROGRAM bimbingan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN DAN EVALUASI PROGRAM 1 Unit Belajar 1

Learning Objective

Prioritas Masalah Kesehatan dan Analisis Komunitas

Koordinator:

Dra. Yayi Suryo Prabandari, M.Si., Ph.D Tutor: Eviana Hapsari Dewi, S.Si, MPH

Oleh:

Nama: Tri Addya Karini NIM: 15/388242/PKU/15464

Minat Perilaku dan Promosi Kesehatan Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

(2)

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah saya, mahasiswa Minat Perilaku & Promosi Kesehatan, menyatakan dengan sesungguhnya bahwa pekerjaan tugas mata kuliah Perencanaan dan Evaluasi Program 1tersebut di atas adalah benar-benar hasil pekerjaan saya pribadi dan bukan hasil pekerjaan menyalin, atau meniru keseluruhan maupun sebagian hasil pekerjaan teman atau orang lain.

Apabila saya sengaja maupun tidak sengaja melakukan hal tersebut di atas maka saya bersedia menerima sanksi yang berupa: dianggap tidak mengerjakan tugas tersebut. Selain itu jika ada 2 naskah yang sama tidak keseluruhan atau sebagian, keduanya dianggap tidak mengumpulkan tugas.

Yang memberi pernyataan Yogyakarta, 27 Nopember 2015

(3)

Learning Objective

Prioritas Masalah Kesehatan dan Analisis Komunitas

1. Definisi Analisis Komunitas

Analisis komunitas merupakan suatucara yang digunakan untuk menganalisa kebutuhan kesehatan dari karakteristik struktural (size & density), interaksional (reciprocity, durability &fequency of dispersion) dan fungsional (affective support, instrumental suppsort, cognitive support, maintenence of social identity&social outreach). (Dignan & Carr, 1992).

2. Definisi Analisis Kebutuhan

Menurut Fertman& Allesworth, (2010) analisis kebutuhan atau need assessmentadalah pendekatan formal untuk mengumpulkan sejumlah data yang akan digunakan dalam mengidentifikasi kebutuhan sekelompok individu, dan hasil dari idenfikasi tersebut digunakan dalam perencanaan, implementasi dan evaluasi program. Sedangkan menurut Bartholomew, et al. (2006) analisis kebutuhan adalah pengumpulan informasi atau data yang digunakan untuk mengetahui atau mencari kebutuhan dari sekelompok individu. Ada 4 langkah dasar dalam melakukan analisis kebutuhan, yaitu: a. Memilih metode dan sumber data

b. Menggambarkan populasi dan konteks untuk analisis

c. Menggambarkan permasalahan-permasalahan yaitu kesehatan dan kualitas hidup dan perilaku mereka dan hal-hal yang disebabkan dari lingkungan

d. Menggambarkan kekuatan dan kapasitas dari komunitas (Bartholomew, et al., 2006) 3. Cara Menentukan Prioritas Masalah

Penyiapan suatu kegiatan atau program di tahap perencanaan awal pada kegiatan penanggulangan masalah kesehatan diperlukan untuk menentukan prioritas masalah yang menjawab pertanyaan “masalah kesehatan atau penyakit apa yang harus diprioritaskan dalam program kesehatan”. Jika telah didapatkan masalah kesehatan atau penyakit yang diprioritaskan untuk dilakukan penanggulangan, timbul pertanyaan berikutnya, bentuk intervensi apa yang dipilih agar dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Tidak ada suatu cara terbaik untuk menentukan prioritas masalah/masalah kesehatan, namun terdapat metode yang dapat digunakan (Symond, 2013). Salah satu model metode untuk menentukan prioritas masalah adalah Basic Prority Rating (BPR), yaitu model yang mengaplikasikkan masalah yang teridentifikasi atau isu menjadi kriteria yang dapat menilai ukuran dan keseriusan dari masalah, efektifitas program intervensi, dan realitas bermacama-macam uji. Hasil dari proses tersebut menghasilkan sebuah nilai yang dapat dihitung pada masing-masing masalah yang dianalisis, yang kemudian akan dijadikan dasar dalam penentuan prioritas. Rumus dari BPR, yaitu:

(4)

Dengan A sama dengan ukuran dari suatu masalah, B sama dengan keseriusan suatu masalah, C sama dengan efektifitas program intervensi, dan D sama dengan propriety (kesopanan/norma), economics (ekonomi), acceptability (dapat diterima),reachable (dapat dicapai) dan legality (legalitas), yang dikenal sebagai P.E.A.R.L. (Vilnius & Dandoy, 1990).

Sedangkan menurut Fertman & Allensworth, (2010), salah satu cara dalam penentuan prioritas masalah kesehatan adalah dengan menentukanImportance (pentingnya suatu masalah)dan feasibility (kemungkinan untuk dilakukan intervensi)dari masing-masing masalah yang telah ditentukan, kemudian dijumlahkan,dan jumlah yang paling besar/banyak ditentukan sebagai prioritas masalah. Proses penentuan masalah kesehatan dapat dilihat di Tabel 1. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalamimportance adalah jumlah orang yang terpengaruh/berdampak, angka kematian, dan dampak potensial dari populasi. Sedangkan faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalamfeasibilty adalah seberapa sulit program dapat dibetulkan, ketersediaan sumber-sumber, efektifitas dari program intervensi, dan potensi penerimaan solusi di wilayah itu.

Tabel 1. Proses Penentuan Masalah Kesehatan

Feasibility

High (3) Moderate (2) Low (1)

Importance

4. Definisi Determinan Kesehatan dan Determinan Sosial

Determinan kesehatan adalah faktor-faktor di luar faktor biologi dan genetik yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Terdapat dua macam faktor, yaitu faktor yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah. Faktor-faktor yang tidak dapat diubah seperti umur, dan jenis kelamin; serta faktor-faktor yang dapat diubah seperti gaya hidup, jaringan sosial dan komunitas, sosio-ekonomi, budaya dan kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Konsep determinant of health yang paling terkenal adalah The Rainbow Policy yang ditemukan oleh Dhalgren dan Whitehead (1991).

(5)

keadaan sosial dan pekerjaan, pengangguran/tidak bekerja, air dan sanitasi, pelayanan kesehatan, dan perumahan.

Sumber: Quint-Essenz (Health Promotion Switzerland), (2011). 5. Upaya Promosi Kesehatan yang Efektif dan Efisien

Upaya promosi kesehatan yang efektif dan efisienyaitu upaya promosi kesehatan dengan strategi advokasi, pemberdayaan, kemitraan, dan dengan menggunakan media pendukung promosi kesehatan (Kemenkes, 2011). Sedangkan menurut WHO 1986 di Ottawa Charter, promosi kesehatan yang efektif dan efisien adalah promosi yang dilakukan dengan 5 kunci pelaksanaan yaitu mengembangkan kebijakan publik yang berwawasan kesehatan, menciptakan lingkungan yang mendukung untuk kesehatan, menguatkan aksi komunitas dalam kesehatan, mengembangkan kemampuan individu, dan reorientasi pelayanan kesehatan dengan tiga strategi utama promosi kesehatan yaitu advokasi, pemampuan/pemberdayaan, dan mediasi (Tones & Green, 2008).

6. Data yang Diperlukan untuk Menganalisis Kebutuhan

Dalam menganalisis kebutuhan diperlukan 2 jenis data, yaitu data primer dan data sekunder.

Tabel 1. Data Primer dan Data Sekunder

Jenis Data Data Primer Data Sekunder

(6)

Jenis Data Data Primer Data Sekunder sebelumnya

Cara

Memperoleh

Diperoleh secara langsung dari orang-orang yang ada dalam suatu wilayah

Diperoleh dari orang lain atau suatu instansi yang terkait, seperti BPS, Dinas Kependudukan, rumah sakit. Contoh Data yang diperoleh dari

wawancara, focus group, atau observasi langsung.

Hasil sensus, rekam medis.

Sumber: Fertman & Allensworth, (2010).

7. Apa Tujuan dalam Menganalisa Komunitas

Analisis komunitas bertujuan untuk menolong individu-individu dalam suatu komunitas untuk mengatasi masalahnya, mengevaluasi permasalahan di komunitas, menghasilkan data untuk pertimbangan pembuatan program dengan mengidentifikasi kebutuhan, menyepakati prioritas masalah, strategi untuk pemecahan masalah dan bekerjasama untuk mengatasi masalah (Dignan & Carr, 1992).

8. Kapan Dilakukan Analisis Komunitas

Analisis komunitas dilakukan saat hendak melakukan perencanaan suatu program di masyarakat. Analisis dan diagnosa komunitas sering disebut oleh health educator sebagai analisis kebutuhan (Dignan & Carr, 1992).

Daftar Putaka

(7)

Davis, M., & Macdowall, W., 2006. Health Promotion Theory. MacGraw-Hill; Open University Press.

Dignan, M.B., & Carr, P.A., 1992.Program Planning for Health Education and Promotion. Pennsylvania, USA;Lea & Febinger.

Fertman, C.I., & Allensworth, D.D., 2010. Health Promotion Programs: from theory to practice. USA; Wiley.

Kemenkes, 2011. Promosi Kesehatan di Daerah Bermasalah

Kesehatan.http://www.depkes.go.id/resources/download/promosi-kesehatan/panduan-promkes-dbk.pdf

Quint Essenz, Health Promotion Switzerland, 2011. Social Determinant of Health. Diakses dari https://www.quint-essenz.ch/en/topics/1273/text_report.html

Stockport Metropolitant Borough Council, 2012. Sustainable Design and Construction SPD .

UK. Diakses dari

http://stockport-consult.objective.co.uk/portal/pp/zzz_adopteddocuments/spdspg/sdc/sdcspd2012? pointId=1302859550693

Symond, D., 2013. Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan dan Prioritas Jenis Intervensi Kegiatan dalam Pelayanan Kesehatan di Suatu Wilayah, Jurnal Kesehatan

Masyarakat, Vol. 7, No. 2. Diakses dari

http://download.portalgaruda.org/article.php?

article=284214&val=7056&title=PENENTUAN%20PRIORITAS%20MASALAH %20KESEHATAN%20DAN%20PRIORITAS%20JENIS%20INTERVENSI

%20KEGIATAN%20DALAM%20PELAYANAN%20KESEHATAN%20DI%20SUATU %20WILAYAH# pada tanggal 12 Nopember 2015.

Tones, K. & Green, J., 2008. Health Promotion: planning and strategies. London; SAGE. Vilnius, D., & Dandoy, S ., 1990. A Priority Rating System for Public Health Programs. Public

Gambar

Tabel 1. Data Primer dan Data Sekunder

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat diketahui bahwa kriteria khusus dalam menetapkan dan mempraktikan model pembelajaran berbasis masalah adalah materi pelajaran harus

Penentuan kriteria keberhasilan atau biasa disebut indikator keberhasilan dari suatu rencana kegiatan, perlu dilakukan agar organisasi tahu seberapa jauh program

Melalui model pembelajaran discovery learning dengan pendekatan saintifik berbasis TPACK, peserta didik diharapkan dapat menentukan tiga struktur (pengenalan isu,

Menentukan dan menetapkan prioritas yang akan dilakukan EPO, misalnya: evaluasi penggunaan Meropenem pasien ICU dengan lingkup masalah: biaya obat tinggi, pemakaian. tinggi

Pohon masalah menunjukkan masalah serta akar akibatnya, yang berarti menunjukkan keadaan sebenarnya atau situasi yang tidak diharapkan.Analisis pohon masalah

Layanan konseling kelompok merupakan salah satu layanan konseling yang membahas masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok yang

Menitik beratkan pada masalah-masalah dalam disiplin ilmu arsitektur yang berkaitan dengan executive club dan lokasi yang akan dijadikan masukan dalam penyusunan program

Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang seharusnya dilakukan secara profesional untuk meningkatkan kualitas program bimbingan dan konseling menemui berbagai kendala, salah