BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laporan keuangan merupakan suatu laporan yang disusun untuk menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan
suatu perusahaan yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan oleh berbagai pihak
seperti para pemegang saham, investor dan pemerintah. Laporan keuangan juga
menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban
manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Maka informasi keuangan
yang tercantum di dalam laporan keuangan tersebut harus wajar dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Di dalam suatu perusahaan investasi aktiva tetap merupakan faktor yang cukup
dominan untuk memperoleh pendapatan. Dengan demikian ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam kaitannya dengan aktiva tetap tersebut.
Pertama, perencanaan dan pengendalian antara pengeluaran modal dan
pengeluaran pendapatan, dimana perencanaan dan pengendalian antara pengeluaran
modal dan pengeluaran pendapatan bagi suatu perusahaan sangat penting. Di dalam
suatu perusahaan hal tersebut bisa terjadi sehubungan dengan keinginan untuk
melakukan investasi atas aktiva tersebut. Dan apabila kekeliruan dalam mengambil
keputusan untuk investasi aktiva tetap sekarang, akan berpengaruh cukup berarti di
masa yang akan datang dalam arti memberi kesulitan keuangan atau kepailitan
perusahaan untuk mengambil keputusan.
Kedua, sehubungan dengan kebijaksanaan perusahaan itu sendiri baik
mengenai kebijaksanaan penyusutan maupun kebijaksanaan dalam pengkapitalisasi
antara pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan selama masa penggunaan aktiva
tersebut, karena ketepatan kebijaksanaan perusahaan akan berpengaruh terhadap
kewajaran penyajian laporan keuangan, yaitu laporan keuangan yang disajikan menjadi
tidak layak. Apabila Laporan Keuangan yang tidak layak tersebut digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan, maka akan menghasilkan keputusan yang kurang tepat,
baik dalam pengelolaan suatu perusahaan oleh manajemen maupun dalam hal yang
menyangkut kepentingan pihak luar.
dimiliki perusahaan dan semakin kompleks masalah yang dihadapi. Seperti pada
Perusahaan Taksi PT. Blue Bird Surabaya yang bergerak dalam bidang usaha jasa
transportasi dimana aktiva tetap merupakan sarana untuk memperoleh pendapatan.
Masalah yang dihadapi oleh perusahaan belum dipisahkannya antara pengeluaran
modal dan pengeluaran pendapatan atas biaya-biaya yang dikeluarkan selama masa
kegunaan aktiva. Hal ini dikarenakan pimpinan perusahaan kadang-kadang untuk
alasan kepraktisan, dilakukan penyimpangan, yaitu apabila : (a) jumlah pengeluaran itu
relatif kecil, (b) manfaat di masa yang akan datang tidak bagitu berarti, atau (c) sulit
untuk dikelompokkan dalam pengeluaran pendapatan. Sedangkan metode penyusutan
yang dipakai dengan menggunakan metode garis lurus terhadap aktiva tetap (kendaraan
taksi) maka akan kurang akurat, karena tarif yang ditetapkan bisa terlalu besar atau
terlalu kecil, sehingga pencatatan penilaian aktiva tetap dapat dicatat terlalu tinggi atau
terlalu rendah, akibatnya akan mempengaruhi kewajaran penyajian laporan keuangan.
Karena pentingnya perlakuan akuntansi atas aktiva tetap dan sangat
mempengaruhi penyajian laporan keuangan, khususnya neraca dan laba rugi maka
penulis tertarik untuk meneliti mengenai :
”PENGARUH PERLAKUAN AKUNTANSI AKTIVA TETAP TERHADAP
LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN TAKSI PT. BLUE BIRD
SURABAYA.”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
“Apakah ada pengaruh perlakuan akuntansi aktiva tetap terhadap laporan keuangan pada
perusahaan taksi PT. Blue Bird Surabaya ? ”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini dibagi menjadi dua tujuan yaitu
sebagai berikut :
1.3.1 Tujuan Umum
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya.
1.3.2 Tujuan Khusus
laporan keuangan pada perusahaan taksi PT. Blue Bird Surabaya.
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Memperluas pandangan penulis terhadap ilmu pengetahuan yang diperoleh
selama kegiatan perkuliahan khususnya mengenai perlakuan akuntansi aktiva
tetap yang efektif dalam perusahaan.
1.4.2 Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai suatu masukan dalam
pengambilan keputusan tentang penerapan perlakuan akuntansi aktiva tetap yang
dapat menunjang aktivitas perusahaan dan pengaruhnya terhadap laporan
keuangan perusahaan tersebut.
TELAAH PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Nyoman (2001:28) melakukan penelitian dengan judul “Perencanaan dan
Pengendalian biaya pemeliharaan Aktiva tetap (mesin) untuk menjaga kelancaraan
produksi pada PT. Sindopex Perotama Sidoarjo“. Hasil dari kesimpulan bahwa
pemilihan metode penyusutan aktiva tetap berpengaruh secara signifikan terhadap
laporan keuangan yang dilaporkan.
Ani (2005:75), melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perlakuan
akuntansi terhadap aktiva tetap (peralatan) dalam penyajian laporan keuangan pada
Akademi kebidanan siti khodijah sepanjang”. Hasil penelitian diperoleh kesimpulan
bahwa biaya penyusutan yang disajikan terlalu rendah maka laporan keuangan yang
dilaporkan tidak wajar sehingga dapat menyesatkan pemakainya.
2.2. Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan
Akuntansi mempunyai fungsi untuk mencatat transaksi-transaksi yang terjadi
serta pengaruhnya terhadap aktiva, utang, modal, hasil dan biaya-biaya dalam
perusahaan. Transaksi-transaksi yang terjadi ini diklasifikasikan dan dilaporkan dalam
laporan yang dinamakan Laporan keuangan, sehingga laporan merupakan hasil akhir
dari suatu proses pencatatan transaksi-transaksi yang terjadi selama tahun buku yang
bersangkutan.
Menurut Zaki Baridwan (2004:17) “Laporan Keuangan merupakan ringkasan
dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringaksan dari transaksi-transaksi
keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.” Sedangkan menurut J.
Fred Weston dan Thomas E. Copeland (1995:24) “Laporan Keuangan merupakan kartu
angka untuk mencatat dan mengevaluasi kinerja suatu organisasi.”
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan
keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan transaksi-transaksi yang
terjadi selama tahun buku yang bersangkutan yang berisikan informasi tentang prestasi
perusahaan di masa lampau dan dapat memberikan petunjuk untuk penetapan kebijakan
di masa yang akan datang.
Unsur Laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004:16)
sebagai berikut :
Laporan Keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain
yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar karakteristik ekonominya. Unsur
yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aktiva,
kuajiban dan ekuitas. Sedangkan unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja
dalam laporan laba rugi adalah penghasilan dan beban. Laporan perubahan posisi
keuangan biasanya mencerminkan berbagai unsur laporan laba rugi dan perubahan
dalam berbagai unsur neraca. Dengan demikian, kerangka dasar ini tidak
mengidentifikasikan unsur laporan perubahan posisi keuangan secara khusus.
Jadi dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui posisi keuangan dari suatu
perusahaan dapat kita lihat pada neraca, dimana unsur yang terkait di dalamnya adalah
aktiva, kewajiban dan ekuitas.
a.
Aktiva
Adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan
diperoleh perusahaan.
b.
Kewajiban
Merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,
penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya
perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi.
c. Ekuitas
Adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.
Sedangkan untuk mengetahui bagaimana kinerja perusahaan dapat kita
lihat pada laporan laba rugi, dimana unsur yang terkait didalamnya adalah pendapatan
dan beban.
a.
Penghasilan
Adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk
pemasukan atau penambahan aktiva atau pengurangan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari konstribusi penanam
modal.
Adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalan bentuk
arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada
penanam modal.
2.2.3 Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004:11) “Laporan keuangan mempunyai
beberapa sifat dan keterbatasan sebagai berikut : (a) Tepat waktu,(b) Keseimbangan
antara biaya dan manfaat, (c) Keseimbangan diantara karakteristik kualitatif.”
Berikut penjelasan dari masing-masing sifat dan keerbatasan tersebut diatas:
a.
Tepat Waktu
Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi
yang dihasilkan akan kehilangam relevansinya. Untuk menyediakan informasi
tepat waktu, seringkali perlu melaporkan sebelum seluruh aspek transaksi atau
peristiwa lainnya diketahui, sehingga mengurangi keandalan informasi.
Sebaliknya, jika pelaporan ditunda kurang bermanfaat bagi pengambil keputusan.
Dalam usaha mencapai keseimbangan antara relevansi dan keandalan, kebutuhan
pengambilan keputusan merupakan perimbangan yang menentukan.
b.
Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat
Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya penyusunannya.
Namun demikian, evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan
yang substansial. Biaya tersebut juga tidak perlu harus dipikul oleh pemakai
informasi yang menikmati manfaat. Manfaat mungkin juga dinikmati oleh
pemakai lain disamping mereka yang menjadi tujuan informasi; misalnya,
penyediaan informasi lanjutan kepada kreditor mungkin mengurangi biaya
pinjaman yang dipakai perusahaan. Karena alasan inilah maka sulit untuk
mengaplikasikan uji biaya-biaya pada kasus tertentu.
c.
Keseimbangan diantara Karakterisrik Kualitatif
Penjelasan tentang sifat dan keterbatasan laporan keuangan dapat disimpulkan
bahwa laporan keuangan itu harus disajikan tepat waktu, sehingga laporan keuangan itu
dapat di andalkan. Disamping itu harus dipertimbangkan juga mengenai biaya dan
manfaat dari penyusunan laporan keuangan tersebut, dan karakteristik kualitatif juga
harus seimbang sehingga memenuhi kualitas laporan yang diharapkan.
2.3 Aktiva Tetap
2.3.1 Pengertian Aktiva Tetap
Aktiva dalam pengertian sehari-hari sering diartikan sebagai sesuatu yang
bermanfaat, yang akan memberikan faedah di masa yang akan datang. Aktiva tetap
dapat bersifat berwujud dan tidak berwujud. Aktiva tetap berwujud adalah kekayaan
yang dimiliki perusahaan yang fisiknya kongkrit atau nampak. Aktiva tetap yang
tidak berwujud adalah aktiva yang mencerminkan hak-hak istimewa atau posisi
menguntungkan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan. Aktiva tetap berwujud
yang berumur lebih dari satu periode akuntansi dikelompokan sebagai aktiva tetap
berwujud dengan bermacam-macam bentuk seperti : tanah, bangunan, mesin-mesin,
kendaraan.
Pengertian aktiva tetap menurut Soemarso S.R (2002:23) didefinisikan
sebagai berikut : “Aktiva tetap adalah aktiva yang : (1) jangka waktu pemakaiannya
lama; (2) digunakan dalam kegiatan perusahaan; (3) dimiliki tidak untuk dijual
kembali dalam kegiatan normal perusahaan; (4) nilainya cukup besar. Selanjutnya
menurut Al Haryono Yusuf (1993:155) adalah sebagai berikut: “Yang dimaksud
dengan aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam keadaan siap pakai
atau dengan dibangun lebih dahulu, tidak dijual dalam rangka kegiatan normal
perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.”
Sedangkan menurut Mulyadi (1992:535) dalam bukunya Pemeriksaan Akuntan
didefinisikan sebagai berikut :
Aktiva tetap adalah kelayakan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat
ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan
perusahaan, bukan untuk dijual kembali. Karena kelayakan ini mempunyai wujud,
seringkali aktiva tetap disebut dengan aktiva tetap berwujud (tanginle fixed assets).
aktiva dapat dikategorikan sebagai aktiva tetap apabila kriteria-kriteria dibawah ini
dipenuhi, kriterian tersebut adalah :
1.
Bersifat relatif permanen, artinyan tersebut digunakan untuk jangka panjang (lebih
dari satu tahun).
2.
Tidak dimaksud untuk diperjual-belikan, artinya aktiva itu memang dipergunakan
dalam operasi perusahaan bukan untuk diperjual-belikan.
3.
Digunakan dalam operasi perusahaan, artinya aktiva itu adalah benar-benar aktiva
yang digunakan dalam operasi perusahaan dan bersifat memperlancar aktivitas
perusahaan.
2.3.2 Penggolongan Aktiva Tetap
Aktiva tetap yang dimiliki oleh suatu perusahaan dapat mempunyai
macam-macam bentuk, misalnya : tanah, bangunan, mesin-mesin, kendaraan dan lain-lain. Dari
macam-macam aktiva tetap berwujud di atas untuk tujuan akuntansi menurut Zaki
Baridwan (2004 : 272) dikelompokan sebagai berikut :
a.
Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas seperti tanah untuk letak perusahaan,
pertanian dan peternakan.
b.
Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya
bisa diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya bangunan, mesin, alat – alat,
mebel, kendaraan dan lain – lain.
c. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya
tidak dapat diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya sumber – sumber alam
seperti tambang, hutan dan lain – lain.
Setiap perusahaan mempunyai salah satu dari tiga jenis aktiva tersebut, baik
yang tidak terbatas umurnya, yang terbatas umurnya tetapi bisa diganti, maupun yang
tidak dapat diganti. Untuk aktiva yang tidak terbatas umurnya yaitu aktiva yang dapat
dipakai secara terus menerus maka aktiva tersebut tidak memerlukan alokasi harga
perolehan, karena dianggap sampai kapanpun nilai aktiva tersebut tidak berkurang.
Sedangkan untuk aktiva yang umurnya terbatas yaitu aktiva yang tidak dapat dipakai
lagi karena pada suatu saat akan rusak, maka harus dialokasikan harga perolehannya.
Prinsip-prinsip dasar dari akuntansi merupakan suatu landasan dimana
prinsip dan praktek akuntansi dikembangkan. Maka dengan demikian perlu dilandasi
pula dengan suatu kerangka teori yang baik. Mengenai akuntansi aktiva tetap terdapat
prinsip dasar (basis principle) yang mempengaruhinya adalah :
1.
Cost principle
2.
Matching of Cost and Revenue Principle
3.
Consistency principle
4.
Conservatism principle
5.
Material principle
6.
Going concern principle
7.
Full disclosure
Zaki Baridwan (2004:10-12)
Berikut penjelasan dari masing-masing prinsip dasar yang mempengaruhi akunatnsi
aktiva tetap :
1.
Cost principle
Prinsip Cost ini menyatakan bahwa aktiva tetap dinilai berdasarkan harga
perolehannya (acuquistion cost), yaitu terjadinya pengeluaran-pengukuaran guna
memperoleh dan menempatkan aktiva tetap tersebut dakam keadaan siap pakai di
perusahaan. Aktiva tetap ini dicatat sebesar harga perolehannya dan disajikan
dalam neraca. Cost ini bukan hanya merupakan pengorbanan ekonomis yang
dinyatakan dengan satu harga saja dalam laporan dan neraca kecuali jika ada
penurunan harga karena kerugian atau kenaikan penilaian kembali. Cost ini diukur
dengan jumlah investasi.
2.
Matching of Cost and Revenue Principle
Prinsip ini mengatakan bahwa biaya harus diakui pada periode yang sama
dengan revenue. Caranya ialah revenue ini diakui lebih dahulu kemudian barulah
biaya-biaya yang berhubungan diakui.
bukanlah merupakan suatu proses penurunan nilai tetapi merupakan suatu proses
pengalokasian biaya secara sistematis pada periode dimana aktiva tetap
dioperasikan.
Tujuan dari penyusutan adalah mengalokasikan biaya yang dikeluarkan
perusahaan dalam memperoleh aktiva tetap, pada periode dimana aktiva tetap, pada
periode dimana aktiva tetap itu turut menciptakan pendapatan. Prinsip ini juga
menghendaki adanya pertemuan yang layak antara biaya dan pendapatan dalam
suatu periode. Bila biaya yang lebih dari satu peiode akuntansi maka harus
dikapitalisir.
3. Consistency principle
Prinsip ini menghendaki supaya prinsip-prinsip akuntansi digunakan, dan
diterapkan secara konsisten. Dimana kejadian ekonomi harus dilaporkan sama dari
satu periode ke periode lain. Laporan keuangan akan dapat dibandingkan dan lebih
bermanfaat dengan diterapkannya prinsip ini. Prinsip ini tidak menghalangi
pertukaran prosedur akuntansi, jika terjadi demikian maka harus diungkapkan
dalam laporan keuangan, begitu juga akibat dari perubahan tersebut.
4. Conservatism principle
Prinsip ini menghendaki agar praktek akuntansi mencatat sebagai kerugian
terhadap kemungkinan penurunan nilai aktiva dan rugi yang masih diperkirakan
akan terjadi. Tetapi sebaliknya kenaikan nilai aktiva dan laba yang diharapkan
tidak boleh dicabut sebelum direalisasikan, dalam arti dijual. Sebagai contoh bila
perusahaan itu dalam mendapatkan aktiva dengan membuat sendiri maka apabila
biaya pembuatannya melebihi harga pasar bila diandingkan dibeli diluar, dengan
demikian perusahaan harus mencatat rugi apabila pembuatannya lebih besar
daripada harga pasarnya.
5. Material principle
Prinsip ini mengemukakan bahwa transaksi-transaksi akan semua
peristiwa yang mempunyai efek pada segi ekonomi bisa dilakukan menyimpang
dari prinsip akuntansi, dan tidak harus diperlakukan secara konsekuen dengan
prinsip akuntansinya. Prinsip ini kurang memberi aturan pelaksanaan mengenai
penentuan sampai tingkat mana sesuatu dianggap material atau tidak.
Prinsip dasar ini mengasumsikan bahwa suatu badan usaha atau kesatuan
ekonomi biasanya didirikan untuk waktu yang terbatas atau untuk selamanya.
Sebagai akibat dari prinsip ini, maka biaya-biaya yang dibebankan pada
kegiatan-kegiatan untuk masa yang akan datang disajikan dalam neraca berdasarkan harga
perolehannya, dan dalam laporan laba rugi suatu periode hanya dibebankan
biaya-biaya yang menjadi bagian atau beban periode itu. Maka dalam aplikasi asumsi
going concern ini menimbulkan masalah penilaian dan penyajian bahwa aktiva tetap
disajikan berdasarkan cost yang asli (original cost) dan bukan nilai ganti
(replacement cost).
7. Full disclosure
Prinsip ini mengehndaki agar semua yang cukup material dan relevan harus
dilaporkan dalam laporan keuangan. Semua ini diharapkan agar laporan keuangan
tidak menyesatkan pihak yang berkepentingan. Hal-hal yang perlu diuangkapkan
meliputi :
a. Adanya aktiva tetap dipakai sebagai jaminan hutang.
b. Adanya aktiva tetap diperoleh karena hubungan istimewa.
2.3.4 Harga Perolehan Aktiva Tetap
Harga perolehan suatu aktiva tetap meliputi semua pengeluaran yang terjadi sejak
aktiva itu dibeli hingga aktiva itu siap dipakai. Mengingat jenis dari aktiva yang
dimiliki perusahaan bermacam -macam maka masing – masing jenis mempunyai
masalah – masalah khusus. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing dari aktiva
tersebut.
1.
Tanah
Tanah yang dimiliki dan digunakan sebagai tempat berdirinya perusahaan
dibukukan dalam rekening tanah dan apabila tanah tersebut tidak digunakan
dalam operasi perusahaan, maka dibukukan dalam rekening investasi jangka
panjang.
Harga perolehan tanah menurut Zaki Baridwan (2004:274) adalah sebagai berikut:
1. Harga beli
2. Kondisi pembelian
3. Bea nama
5. Iuran-iuran (pajak-pajak) selama tanah belum dipakai
6. Biaya merobohkan bangunan lama
7. Biaya perataan tanah, pembersihan dan pembagian
8. Pajak-pajak yang jadi beban pembeli pada waktu pembelian tanah
Tanah yang termasuk dalam kategori diatas tidak disusutkan, sumber
material tambang minyak dan lain sebagainya dibukukan terpisah dengan tanah.
Jika tanah tersebut dimiliki untuk tujuan investasi maka semua biaya-biaya yang
timbul selama pemilikan dikapitalisir.
2.
Bangunan
Bangunan adalah gedung-gedung yang dimilki perusahaan dan
dipergunakan untuk kegiatan utama perusahaan, seperti : bangunan pabrik,
bangunan gedung, bangunan kantor, bangunan garasi, dan semua fasilitas
bangunan. Maka harga perolehan dari bangunan ini meliputi biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk mendapatkan bangunan itu hingga bangunan tersebut siap
dipakai sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Apabila bangunan gedung dibangun sendiri maka harga perolehannya
menurut Zaki baridwan (2004 : 274) adalah sebagai berikut :
a. Biaya-biaya pembuatan gedung
b. Biaya perencanaan gambar dan lain-lain
c. Biaya pengurusan izin bangunan
d. Pajak-pajak selama masa pembangunan gedung
e. Bunga selama masa pembuatan gedung
f. Asuransi selama masa pembangunan
Dan apabila bangunan diperoleh dari pembelian maka harga perolehannya
menurut Zaki Baridwan (2004 : 274 ) adalah sebagai berikut :
a. Harga beli
b. Biaya perbaikan sebelum gedung itu dipakai
c. Komisi pembelian
d. Bea balik nama
e. Pajak-pajak yang menjadi tanggungan pembeli pada pembelian
Mesin dan peralatan yang dimaksudkan adalah mesin-mesin besar yaitu mesin
yang ada dipabrik dan menurut fungsinya digunakan untuk produksi.
Adapun unsur harga perolehan dan alat-alat menurut Zaki Baridwan (2004 :
275) adalah sebagai berikut :
a. Harga beli
b. Pajak-pajak yang menjadi beban pembeli
c. Biaya angkut
d. Asuransi selama dalam perjalanan
e. Biaya pemasangan
f. Biaya-biaya yang dikeluarkan selama masa percobaan mesin
Apabila mesin itu dibuat sendiri maka harga perolehanya terdiri dari
semua biaya yang dikeluarkan untuk membuat mesin. Mesin yang disewa dari
pihak lain, biaya sewanya tidak di kapitalisasi tetapi dibebankan sebagai biaya
pada periode terjadinya. Zaki Baridwan (2004 : 275)
4.
Perabot dan alat – alat kantor
Pembelian atau pembuatan alat – alat ini harus di pisahkan menurut fungsinya
yakni untuk produksi, penjualan dan administrasi, sehingga deprisiasinya dapat di
bebankan pada masing – masing fungsi tersebut. Perabot yang dimiliki suatu
perusahaan dapat berupa meja, kursi, lemari sedangkan yang termasuk alat – alat
kantor adalah mesin tik, mesin hitung dan lain – lain. Harga perolehan perabot
atau alat – alat kantor adalah harga beli, biaya angkut dan pajak-pajak yang
menjadi tanggungan pembeli.
5.
Kendaraan
Seperti halnya perabot, kendaraan juga harus di pisahkan untuk setiap fungsi yang
berbeda. Yang termasuk harga perolehan kendaraan menurut Zaki Baridwan
(2004 : 276 ) adalah :
Harga faktur, bea balik nama dan biaya angkut. Pajak – pajak yang dibayar setiap
periode seperti pajak kendaraan bermotor, jasa raharja dan lain – lain di bebankan
sebagai biaya pada periode yang bersangkutan. Harga perolehan kendaraan ini
dideprisiasi selama masa kegunaanya.
Cara yang dapat digunakan untuk memperoleh aktiva tetap menurut Zaki
Baridwan (2004: 278-288) meliputi :
1.
Pembelian tunai
2.
Pembelian Angsuran
3.
Ditukar dengan surat – surat berharga
4.
Ditukar dengan aktiva tetap yang lain
5.
Aktiva yang dibangun sendiri
6.
Aktiva yang diperoleh dari hadiah / Donasi
Berikut penjelasan masing – masing cara perolehan aktiva tetap:
1.
Pembelian tunai
Aktiva tetap yang dibeli secara tunai harga perolehannya dibukukan
sebesar pengeluaran yang dilakukan perusahaan. Jumlah uang yang dikeluarkan
untuk memperoleh aktiva tetap termasuk harga faktur dan semua biaya yang
dikeluarkan agar aktiva tersebut siap untuk dipakai seperti : ongkos angkut, premi
asuransi dalam perjalanan dan biaya percobaan. Apabila dalam pembelian aktiva
tetap ada potongan tunai tersebut merupakan pengurangan terhadap harga faktur.
2.
Pembelian Angsuran
Pembelian angsuran yang di maksudkan adalah pembelian aktiva tetap
yang pembayaranya tidak dilakukan sekaligus, akan tetapi berangsur – amgsur
dan pelunasanya memerlukan waktu lebih dari satu periode akuntansi. Dalam
pembelian angsuran, harga beli aktiva tetap menjadi lebih mahal jika
dibandingkan dengan harga beli yang dilakukan secara tuani. Kelebihan harga
tersebut diakibatkan karena adanya beban bunga yang diperhitungkan dalam
pembelian aktiva tetap secara angsuran.
Menurut Zaki Baridwan (2004 : 284 ) dikatakan bahwa harga perolehan
aktiva tetap yang di beli dengan cara angsuran ditentukan dengan cara sebagai
berikut :
Apabila aktiva tetap diperoleh dari pembelian angsuran, maka dalam harga
perolehan aktiva tetap tidak boleh termasuk bunga. Bunga selama masa angsuran
baik jelas – jelas dinyatakan maupun tidak dinyakatakan tersendiri, harus
dikeluarkan dari harga perolehan dan di bebankan sebagai biaya bunga.
dengan cara angsuran ditentukan dengan cara sebagai berikut :
Harga angsuran aktiva tetap, yang didapat dari transaksi pembelian angsuran
diukur dengan jumlah uang (harga) yang dibayarkan apabila aktiva itu di beli
secara tunai (Cash equivalent price). Unsur bunga financing cost yang terdapat
didalamnya harus dikelurakan dan diperlakukan sebagai biaya dalam periode
dimana pembayaran itu terjadi.
Dari kedua pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa aktiva tetap
yang diperoleh dari pembelian angsuran akan di catat dalam buku perusahaan
sebesar harga yang di bayarkan apabila aktiva tersebut dibeli secara tunai.
Sedangkan unsur bunga tidak boleh di masukan sebagai bagian dari harga
perolehan aktiva tetap karena bunga bukan merupakan pengorbanan untuk
memperoleh aktiva tetap, melainkan merupakan pengorbanan untuk
menggunakan dana pihak lain.
3.
Ditukar dengan surat – surat berharga
Perusahaan dapat memperoleh aktiva tetap dengan cara menukar saham
atau obligasi perusahaan dengan aktiva tetap. Menurut Zaki Baridwan (2004 :
279-280) harga perolehan aktiva tetap yang ditukar dengan surat – surat harga
surat berharga ditentukan dengan cara sebagai berikut :
Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan saham atau obligasi
perusahaan, dicatat dalam buku sebesar harga pasar saham atau obligasi yang
digunakan sebagai penukar. Apabila harga pasar saham atau obligasi itu tidak di
ketahui, harga perolehan aktiva tetap ditentukan sebesar harga pasar aktiva
tersebut.
Dalam hal ini yang di maksud dengan harga pasar surat berharga adalah
harga yang terjadi dalam bursa sura – surat berharga atau dalam transaksi dengan
pihak lain.
4.
Ditukar dengan aktiva tetap yang lain
Aktiva tetap perusahaan dapat diperoleh dengan menukar aktiva meiliknya
dengan yang baru. Pertukaran aktiva tetap ini sering disebut dengan tukar tambah,
dimana harga aktiva lama digunakan untuk membayar harga aktiva baru, baik
seluruhnya atau sebagian dimana kekurangan dibayar tunai.
memiliki sifat dan fungsi yang sama, misalnya pertukaran antara jenis kendaraan
Truk A dengan Truk B. Sedangakan pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis
adalah pertukaran aktiva tetap yang sifat dan fungsinya tidak sama, misalnya
petukaran tanah dengan kendaraan atau kendaraan dengan mesin.
5.
Aktiva yang dibangun sendiri
Perusahaan seringkali melakukan sendiri kontruksi sebuah bangunan
gedung dan peratalatnnya. Menurut Harnanto ( 1992 : 529 ) di katakan bahwa ada
beberapa alasan yang mendorong perusahaan untuk membangun sendiri aktiva
tetap yang di perlukanya, antara lain yaitu :
a. Memanfaatkan fasilitas
b. Adanya penghematan ( cost saving ) yang di harapkan
c. Untuk memenuhi kebutuhan karena pihak lain tidak sanggup memenuhinya,
tepat pada saat diperlukan
Menurut Zaki Baridwan ( 2004 : 288 ) dikatakan bahwa harga perolehan
aktiva tetap yang dibangun sendiri meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan sehubungan dengan dengan adanya pembangunan aktiva tersebut
yakni terdiri dari : biaya bahan baku, upah tenaga kerja dan biaya overhead
pabrik.
6.
Aktiva yang diterima sebagai hadiah / Donasi
Aktiva tetap juga bisa diperoleh sebagai hadiah, atau sumbangan,
misalnya dari pemerintah, investor, dan lembaga – lembaga laianya. Menurut
Baridwan ( 2004 : 286 – 287 ) harga perolehan aktiva yang diperoleh dari hadiah
atau sumbangan dicatat dengan cara sebagai berikut :
Aktiva tetap yang diperoleh dari hadiah / donasi, pencatatanya bisa dilakukan
menyimpang dari prinsip harga perolehan. Untuk menerima hadiah, mungkin
dikeluarkan biaya – biaya, tetapi biaya – biaya tersebut jauh lebih kecil dari nilai
aktiva yang diterima. Apabila aktiva dicatat sebesar biaya yang dikeluarkan, maka
hal ini akan menyebabkan jumlah aktiva dan modal terlalu kecil. Juga beban
depresiasi menjadi terlalu kecil. Untuk mengatasi keadaan ini, maka aktiva yang
diterima sebagai hadiah dicatat harga pasarnya.
berikut :
Apabila dalam penerimaan hadiah ini perusahaan mengeluarkan biaya – biaya
tertentu seperti ongkos angkut, biaya pemasangan dan lain – lain, biaya – baiya
ini tidak ditambahkan ke harga pasar aktiva untuk menentukan harga perolehanya
tetapi diperkurangan dari modal hadiahnya.
2.3.6. Pengeluaran Modal dan Pengeluaran Pendapatan
Selama penggunaan aktiva tetap memerlukan biaya baik yang bersifat rutin
maupun yang bersifat non rutin. Perlakuan akuntansi terhadap pengeluaran uang
atau kewajiban yang timbul dalam rangka pemilikan dan penngunaan aktiva tetap
memerlukan adanya pemisahan yang jelas antara pengeluaran modal dan
pengeluaran pendapatan yang harus dibebankan sebagai biaya periode-periode.
Pengeluaran modal dan pengeluran pendapatan menurut pendapat Zaki
Baridwan ( 2004 : 272 ) adalah sebagai berikut :
a.
Pengeluaran modal (capital expenditure), adalah pengeluaran-pengeluaran
untuk memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan lebih dari satu periode
akuntansi. Pengeluaran-pengeluaran seperti ini dicatat dalam rekening aktiva
(dikapitalisasi).
b.
Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure), adalah
pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang hanya dirasakan dalam
periode akuntansi yang bersangkutan. Oleh karena itu
pengeluaran-pengeluaran seperti ini dicatat dalam rekening biaya.
Berdasarkan definisi tersebut dapat ditarik pengertian sebagai berikut :
Pengeluaran-pengeluaran yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi
dicatat sebagai aktiva dan dilaporkan dalam neraca, serta pengeluaran-pengeluaran
yang mempunyai manfaat kurang dari satu periode akuntansi dibebankan sebagai
biaya dilaporkan dalam perhitungan laba rugi.
Pengeluaran-pengeluaran selama masa penggunaan aktiva dimaksudkan untuk
mempertahankan aktiva tetap agar dalam keadaan seperti semula.
Zaki Baridwan (2004: 289 – 291 ) menggolongkan biaya tersebut sebagai berikut :
Biaya pemeliharaan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memelihara
aktiva agar tetap berada dalam kondisi yang baik. Misalnya biaya-biaya tersebut
adalah biaya penggantian oli, pembersihan, pengecatan, dan biaya lain yang
serupa. Biaya ini biasanya besifat rutin dan tidak meningkatkan kapasitas sebagai
pengeluaran pendapatan. Sedangkan biaya reparasi merupakan biaya yang
jumlahnya kecil jika reparasinya biasa dan jumlahnya cukup besar jika
reparasinya besar. Biaya reparasi kecil seperti penggantian baut, mur, dan
lain-lain, karena biaya reparasi kecil dan pemeliharaan sering terjadi ( berulang –
ulang ), sehingga dapat disimpulkan bahwa manfaat – manfaat biaya – biaya
tersebut hanya dalam periode terjadinya sehingga dicatat sebagai biaya
(Pengeluaran pendapatan). Sedangkan reparasi besar biasanya terjadi selang
beberapa tahun, sehingga manfaat reparasi seperti ini akan dirasakan dalam
beberapa periode. Ada dua cara untuk mencatat biaya reparasi besar yaitu :
a. Menambah harga perolehan aktiva tetap,apabila biaya ini dikeluarkan
untuk menaikkan nilai kegunaan aktiva dan tidak menambah umurnya.
b. Mengurangi akumulasi dipresiasi, apabila biaya ini dikeluarkan untuk
memperpanjang umur aktiva tetap dan mungkin juga nilai residunya.
Karena jumlah akumulasi berkurang berarti nilai bukunya menjadi
bertambah besar. Perhitungan depresiasi untuk tahun – tahun berikutnya
harus direvisi sesuai dengan perubahan nilai buku aktiva dan umur
ekonomis yang baru.
2. Penggantian
Yang dimaksud dengan penggantian adalah biaya yang dikeluarkan
untuk mengganti aktiva atau suatu bagian aktiva dengan unit yang baru yang
tipenya sama yang disebabkan oleh kerusakan, misalnya penggantian dinamo
mesin. Penggantian bagian – bagian aktiva yang biayanya kecil diperlakukan
dengan cara sama seperti reparasi kecil. Apabila bagian bagian – bagian yang
diganti itu biaya cukup besar, maka harga perolehan bagian itu dihapuskan dari
rekening aktiva dan diganti dengan harga perolehan yang baru. Begitu juga
dengan akumulasi depresiasi untuk bagian yang diganti dihapuskan.
Yang dimaksud perbaikan disini adalah penggantian suatu aktiva
dengan aktiva baru untuk memperoleh kegunaan yang lebih besar. Perbaikan
yang biayanya kecil dapat diperlakukan seperti reparasi biasa, tetapi perbaikan
yang memakan biaya yang besar di catat sebagai aktiva yang baru. Aktiva yang
lama diganti dan akumulasi depresiasinya di hapuskan dari rekening –
rekeningnya.
4.
Penambahan
Yang dimaksud penambahan disini adalah memperbesar atau memperluas
suatu aktiva seperti penambahan ruang dalam bangunan, tempat parkir, dan lain
– lain.
5.
Penyusunan kembali aktiva tetap
Yang dimaksud sebagai penyusunan kembali aktiva tetap adalah biaya –
biaya yang dikeluarkan dalam penyusunan kembali aktiva atau perubahan route
produksi, atau untuk menggurangi biaya produksi, jika jumlahnya cukup berarti
dan manfaat penyusunan kembali itu akan dirasakan lebih dari satu periode
akuntansi maka harus dikapitalisasi
6.
Pemberhentian Aktiva
Aktiva yang bisa dihentikan pemakainya dengan cara dijual, ditukarkan,
ataupun karena rusak. Pada waktu aktiva tetap dihentikan dari pemakaian maka
semua rekening yang berhubungan dengan aktiva tersebut dihapuskan. Apabila
aktiva itu dijual maka selisih antara harga jual dengan nilai buku atau nilai
residu dicatat sebagai laba atau rugi.
2.3.7 Metode Penyusutan Aktiva Tetap
Definisi penyusutan menurut Soegeng Soetedjo (1991:57) adalah sebagai
berikut : “Penyusutan adalah merupakan program pembedaan biaya secara sistematis
atas harga perolehan aktiva tetap selama umum penggunaan.” Selanjutnya definisi
penyusutan menurut Kieso dan Weygandt (1995:2) adalah sebagai berikut :
“Penyusutan didefinisikan sebagai proses akuntansi untuk mengalokasikan harga
pokok (cost) aktiva berujud pada beban dengan cara yang sistematis dan rasional
dalam periode-periode yang mengambil manfaat dari penggunaan aktiva tersebut.”
harta tersebut.”
Dari definisi -definisi diatas dapat ditarik kesimpulam bahwa yang dimaksud
dengan penyusutan itu adalah suatu proses pengalokasian biaya (harga perolehan)
secara sistematis dan rasional dalam periode-periode yang mengambil manfaat.
Yang menjadi sebab-sebab berkurangnya nilai aktiva tetap atau penyusutan,
menurut Zaki baridwan (2004 : 306) adalah sebagai berikut :
1. Faktor – faktor fisik
Faktor faktr fisik yang mengurangi fungsi aktiva tetap adalah aus karena dipakai
(wear and tear), aus karena umur (deterioration and decay) dan kerusakan –
kerusakan.
2. Faktor – faktor fungsional
Faktor – faktor fungsional yang membatasi umur aktiva tetap antara lain,
ketidak mampuan aktiva untuk memenuhi kebutuhan produksi sehinga perlu
diganti dan krena adanya perubahan permintaan terhadap barang atau jasa yang
dihasilkan. Atau karena adanya kemajuan teknologi sehingga aktiva tersebut tidak
ekonomis lagi jika dipakai.
Disamping dua sebab penyusutan diatas , ada faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam menentukan biaya penyusutan menurut Smith - Skousen
(1990:452) yaitu : “1. nilai perolehan harta (assets cost), 2. nilai residu atau nilai
sisa (residual or salvagevalue), 3. usia manfaat (useful life), 4. pola penggunaan
(pattern of use).”
Nilai perolehan harta meliputi semua pengeluaran yang timbul untuk
memperoleh aktiva hingga aktiva tersebut siap digunakan. Nilai residu atau nilai
sisa adalah merupakan nilai jual aktiva apabila aktiva tersebut habis masa pakainya.
Usia manfaat artinya berapa lama suatu aktiva dapat dipakai secara ekonomis oleh
perusahaan. Sedangkan pola penggunaan adalah bagaimana sebenarnya aktiva
tersebut digunakan di dalam perusahaan.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung beban
depresiasi. Menurut Zaki baridwan (2004 : 308 ) adalah sebagai berikut :
1. Metode garis lurus ( Straight-line method )
2. Metode jam jasa ( Service-hours method )
a. Jumlah angka tahun ( sum of years-digits method)
b. Saldo menurun ( declining balance method )
c.
Saldo menurun ganda ( Double declining balance method)
d. Tarif menurun ( declining rate on cost method)
Penjelasan mengenai setiap metode adalah sebgai berikut :
1. Penyusutan garis lurus
Metode ini adalah metode depresiasi yang paling sederhana dan banyak
digunakan. Dalam metode ini beban depresiasi tiap periode jumlahnya sama
(kecuali kalau ada penyesuaian – penyesuaian ).
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Depresiasi : D =
HP - NS n