• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKTOR PERTANIAN MERUPAKAN SEKTOR UNGGUL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SEKTOR PERTANIAN MERUPAKAN SEKTOR UNGGUL"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

AGRIEKONOMIKA

JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN

ISSN 2301-9948

e ISSN 2407-6260

VOLUME 4 NOMOR 2 OKTOBER 2015

AGRIEKONOMIKA, terbit dua kali dalam setahun yaitu pada April dan Oktober yang memuat naskah hasil pemikiran dan hasil penelitian bidang sosial, ekonomi dan kebijakan pertanian dalam arti umum.

Editor in Chief Ihsannudin, MP

Editor Board

Dr. Elys Fauziyah UTM Hadi Paramu, Ph.D Unej Dr. Andri K. Sunyigono UTM Dr. Joni Murti Mulyo Aji Unej Slamet Widodo, M.Si UTM Dr. Amzul Rifin IPB Dr. Teti Sugiarti UTM Dr. Mohammad Arief UTM

Suadi, Ph.D UGM Subejo, Ph.D UGM

Lay Out Taufik R.D.A Nugroho

Umar Khasan

Pelaksana Tata Usaha Umar Khasan Miellyza Kusuma Putri

Mitra Bestari Agnes Quartina Pudjiastuti Universitas Tribuana

Tunggadewi Malang

Gema W. Mukti Unpad

Apri Kuntariningsih Pemerhati Sosiologis Pembangunan Pedesaan

Harisuddin UNS

Watermin Univ. Muhammadiyah Purwokerto

Jauhari Lolit Sapi Grati

Ernoiz Antriandarti UNS S. Rusdiana Balitnak I Ketut Arnawa Univ. Mahasaraswati

Denpasar

Dedi Irwandi BPTP KALTENG

Alamat Redaksi

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang 02 Kamal Bangkalan Telp. (031) 3013234 Fax. (031) 3011506 Surat elektronik: agriekonomika@gmail.com Laman: http://journal.trunojoyo.ac.id/agriekonomika

AGRIEKONOMIKA diterbitkan sejak April 2012 oleh Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura.

(2)

VOLUME 4 NOMOR 2 OKTOBER 2015

DAFTAR ISI

SOCIAL QUALITY MASYARAKAT LAHAN PASIR PANTAI PADA ASPEK SOCIAL EMPOWERMENT DI KECAMATAN PANJATAN

KABUPATEN KULONPROGO ……….1-9

Kusumaningrum, Juliman Foor Z, Dalvi Mustafa

PREFERENSI KONSUMEN BERAS BERLABEL ………10-21

Syahrir, Sitti Aida Adha Taridala, Bahari

PERKEMBANGAN KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI

KABUPATEN JEMBER ………22-36

Aryo Fajar Sunartomo

CPUE DAN TINGKAT PEMANFAATAN PERIKANAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI SEKITAR TELUK PALABUHANRATU,

KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ………...37-49

Dian Budiasih dan Dian A.N. Nurmala Dewi

PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI PENGUATAN MODAL

KELEMBAGAAN PETANI DI KAWASAN AGROPOLITAN

KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG ………...50-58

Watemin, Sulistyani Budiningsih

KAJIAN PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK PADA USAHATANI

PADI SAWAH DI SERANG BANTEN ………...59-65

Resmayeti Purba

KAJIAN IDENTIFIKASI PANGAN POKOK BERBASIS KEARIFAN

LOKAL PADA RUMAH TANGGA PRA SEJAHTERA

DI JAWA TENGAH ………66-79

Erlyna Wida R, Heru Irianto dan Choirul Anam

PENINGKATAN USAHA TERNAK DOMBA MELALUI

DIVERSIFIKASI TANAMAN PANGAN: EKONOMI PENDAPATAN

PETANI ………...80-95

S. Rusdiana dan L. Praharani

STRATEGI PENINGKATAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA

PASANG SURUT DALAM MENDUKUNG PENINGKATAN

PRODUKSI BERAS DI KALIMANTAN TENGAH ………...96-105

(3)

INTENSI KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA UNIVERSITAS

TRUNOJOYO MADURA ………...106-118

Ananda Ahda Vilathuvahna dan Taufik R D A Nugroho

SUBSIDI BUNGA MODAL YANG DITERIMA RUMAH TANGGA PETERNAK SAPI BINAAN PROGRAM CSR (Corporate Social

Responsibilty) PETROCHINA JABUNG Ltd ………124-133

Ardi Novra

KOMPETENSI PENYULUH PERTANIAN DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN USAHA AGRIBISNIS PADI PADA BKP5K

KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT ………..134-155

Elih Juhdi Muslihat, Azhar, Kusmiyati, Woro Indriatmi

GAMBARAN UMUM SEKTOR UNGGULAN DAN KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TIMUR (OLAH DATA

TABEL INPUT-OUTPUT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2010)………156-169

Azizatun Nurhayati1, Any Suryantini2

KERAGAAN USAHATANI DAN PEMASARAN BUAH NAGA

ORGANIK ………...170-186

Kustiawati Ningsih1, Herman Felani1, Halimatus Sakdiyah2

PENGEMBANGAN PASAR LELANG FORWARDKOMODITAS BAHAN OLAH KARET (BOKAR) DI PROVINSI SUMATERA

SELATAN ………187-199

Heri Rahman

SISTEM DINAMIS RANTAI PASOK INDUSTRIALISASI GULA

BERKELANJUTAN DI PULAU MADURA ……….200-211

Akhmad Mahbubi

SEKTOR PERTANIAN MERUPAKAN SEKTOR UNGGULAN

TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI PROVINSI MALUKU ……...212-222

Esther Kembauw1, Aphrodite Milana Sahusilawane1, Lexy

Janzen Sinay2

KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KOPI ARABIKA DAN

PROSPEK PENGEMBANGANNYA DI KETINGGIAN SEDANG ………...223-236

Ati Kusmiati dan Devi Yulistia Nursamsiya

TARIF BEA MASUK OPTIMAL BAGI PRODUK PERTANIAN

INDONESIA ………237-246

Dian Dwi Laksani1, Rizky Eka Putri2

PENGEMBANGAN USAHATANI BAWANG MERAH VARIETAS

LEMBAH PALU ……….247-259

(4)

SEKTOR PERTANIAN MERUPAKAN SEKTOR UNGGULAN

TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI PROVINSI MALUKU

Esther Kembauw1, Aphrodite Milana Sahusilawane1, Lexy Janzen Sinay2

1

Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Pattimurra Ambon Indonesia

2

Jurusan Matematika, Fakultas MIPA Universitas Pattimura Ambon Indonesia ekembauw@yahoo.co.id

ABSTRAK

Pengembangan sektor pertanian merupakan salah satu strategi kunci dalam memacu pertumbuhan ekonomi pada masa yang akan datang. Agroindustri sebagai subsistem agribisnis mempunyai potensi sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi, karena memiliki peluang pasar dan nilai tambah yang besar. Pembangunan agroindustri dapat menjadi pintu masuk proses transformasi struktur ekonomi dari pertanian ke industri. Penelitian ini menggunakan pendekatan I-O. Tujuan penelitian ini menetapkan subsektor unggulan yang potensial untuk dikembangkan Provinsi Maluku, menganalisa sektor-sektor yang bisa memberikan efek multiplier yang besar, dan mengukur tingkat kontribusi sektor pertanian dan sektor-sektor unggulan dalam pembangunan daerah dan yang bisa dilakukan oleh pemerintah daerah untuk mengembangkan daerahnya. Penentuan arah dan strategi kebijakan pembangunan wilayah yang berbasis pada kapasitas atau potensi lokal (local spesific) wilayah harus mampu mengidentifikasi dan mengembangkan sektor-sektor unggulan selain memiliki nilai tambah dan mampu memberikan efek pengganda (multiplier effect) yang memiliki keterkaitan ke depan maupun ke belakang (linkages) terhadap sektornya sendiri dan sektor-sektor lainnya. Percepatan dan pengembangan sektor-sektor unggulan menjadi dasar untuk meningkatkan PDRB.

Kata Kunci:Input Output, sektor dan subsektor, efek multiplier

AGRICULTURE SECTOR IS LEADING SECTORS OF ECONOMIC DEVELOPMENT PROVINCE MALUKU

ABSTRACT

(5)

Agriekonomika, ISSN 2301-9948

e ISSN 2407-6260

Volume 4, Nomor 2

Oktober, 2015

and other sectors. Acceleration and development of leading sectors form the basis for increasing the GDP

Keywords: Input Output, sectors and subsectors, the multiplier effect

PENDAHULUAN

Ekonomi pertanian merupakan salah satu disiplin dalam ilmu ekonomi yang menerangkan dan mempelajari masalah-masalah pembangunan pertanian, dan diharapkan dapat memberikan alternatif-alternatif baru baik untuk mengatasi permasalahan ekonomi yang timbul maupun untuk mewujudkan cita-cita bangsa, guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat petani khusunya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Peran sektor pertanian di samping sebagai sumber penghasil devisa yang besar, juga merupakan sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia, dan bila dilihat dari jumlah orang yang bekerja, maka sektor pertanian paling banyak menyerap tenaga kerja yang pada umumnya adalah tenaga kerja tidak terdidik, tidak memiliki ketrampilan dan pemerataan

pendapatan yang tidak merata. Atas kondisi ini sehingga bargaining poweryang

dimiliki oleh para petani kita sangat lemah, sehingga nilai jual dari produk juga sangat berpengaruh terhadap kondisi ini.

Agroindustri sebagai subsitem pertanian mempunyai potensi sebagai pendorong pertumbuhan kawasan ekonomi, karena memiliki peluang pasar yang

lebih luas dan nilai tambah (value added) yang besar. Di samping itu

pengembangan agroindustri dapat menjadi “pintu masuk” (entry poin) proses transformasi struktur ekonomi dari pertanian ke industri. Kegiatan pertanian menghasilkan produk-produk yang sangat strategis bagi pemenuhan kebutuhan pokok rakyat seperti pangan, pakaian dan perumahan. Pemenuhan kebutuhan seperti pangan apabila mengandalkan dari negara lain atau impor tentu akan sangat riskan, karena dapat menimbulkan masalah yang rumit dan biaya mahal dikemudian hari (Habibie, Nono dan Wardani, 1995).

Pembangunan kawasan (regional development) secara konvesional lebih

cenderung berorientasi pada pertumbuhan ekonomi, dengan asumsi dasar bahwa proses pembangunan berlangsung dalam suatu keseimbangan matrik

lokasi yang terdiri dari beberapa pusat pertumbuhan (growth poles) dan kawasan

penyangga atauhinterland (Tjokrowinoto;1995). Konsep kawasan sebagai suatu

pendekatan kebijakan baru dalam pembangunan daerah telah semakin luas digunakan di berbagai negara baik negara maju maupun negara berkembang, terutama dikaitkan dengan kesiapan suatu kawasan meningkatkan daya saingnya dalam menghadapi kawasanisasi dan globalisasi. Kawasan secara signifikan mampu untuk meningkatkan kemampuan ekonomi daerah untuk membangun kekayaan masyarakat. Kawasan juga mampu bertindak sebagai pendorong inovasi, di mana keberadaan unsur-unsur dalam kawasan diperlukan juga untuk mengubah gagasan menjadi kekayaan. (Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal, Bappenas 2004). Konsep, prinsip, dan instrument kebijakan di dalam model pada perencanaan ekonomi kawasan adalah konsep kutub pertumbuhan, yang pada awalnya dirumuskan oleh Perroux (1998) dengan pertumbuhan yang dirangsang oleh suatu kombinasi dari inter-industrial.

Kawasan unggulan merupakan kawasan yang ditetapkan sebagai

penggerak perekonomian kawasan (prime mover) yang memiliki kriteria sebagai

kawasan yang cepat tumbuh, mempunyai sektor unggulan dan memiliki

(6)

daerah menjadi kawasan unggulan karena diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan suatu daerah. Ada tiga faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu akumulasi modal, pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi (Todaro, 2000). Pengembangan kawasan komoditi unggulan tidak lepas dari pengembangan kawasan agropolitan. Suatu kawasan agropolitan yang sudah berjalan dan berkembang mempunyai ciri-ciri:

a. Sebagian besar masyarakat di kawasan tersebut memperoleh pendapatan dari kegiatan pertanian.

b. Kegiatan di kawasan tersebut sebagian besar di dominasi oleh kegiatan pertanian, termasuk didalamnya usaha industri (pengolahan) pertanian, perdagangan hasil-hasil pertanian, perdagangan pertanian hulu, agrowisata dan jasa pelayanan.

c. Hubungan antara kota dan daerah hinterland di kawasan agropolitan bersifat interdependensi yang harmonis, dan saling membutuhkan.

Aswandi dan Kuncoro (2002) mengatakan bahwa keterkaitan perekonomian kawasan unggulan dengan daerah sekitar sebagai salah satu kriteria penetapannya relevan dengan konsep spesialisasi. Adanya spesialisasi komoditi sesuai dengan sektor dan atau subsektor unggulan yang dimiliki masing-masing daerah, hal ini sejalan dengan pemikiran dari Samuelson dan Nordhaus (1996) bahwa masyarakat dapat lebih efektif dan efisien jika terdapat pembagian kerja, yang membagi keseluruhan proses produksi menjadi unit-unit khusus yang terspesialisasi. Dengan demikian dapat menganalisis kontribusi dari masing-masing komoditi unggulan terhadap perekonomian Provinsi Maluku. Dan dapat menganalisis angka pengganda yang dapat diciptakan oleh masing-masing komoditas unggulan dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian Maluku. Serta dapat menganalisis besarnya keterkaitan ke belakang (backward linkages) dan ke depan (forward linkages) dari komoditas unggulan.

METODE PENELITIAN

Analisis input ouput (analisis masukan-keluaran) adalah suatu analisis atas perekonomian wilayah secara komprehensif karena melihat keterkaitan antar sektor ekonomi di wilayah tersebut secara keseluruhan. Dengan demikian, apabila terjadi perubahan tingkat produksi atas sektor tertentu, dampaknya terhadap sektor lain. Selain itu, analisis ini juga terkait dengan tingkat kemakmuran masyarakat melalui input primer (nilai tambah). Artinya, akibat perubahan tingkat produksi sektor-sektor tersebut, dapat dilihat seberapa besar kemakmuran masyarakat bertambah atau berkurang. Setiap produk pasti membutuhkan input agar produk itu dapat dihasilkan. Hasil produk dapat langsung dikonsumsi atau sebagai input untuk menghasilkan produk lain atau input untuk produk yang sama pada putaran berikutnya, misalnya bibit. Input dapat berupa output dari sektor lain yang sering disebut dengan input antara berupa bahan baku dan input primer berupa tenaga kerja, keahlian, peralatan, dan modal. Keikutsertaan faktor-faktor produksi akan mendapat imbalan yang menjadi pendapatan masyarakat sesuai dengan peran atau keterlibatannya. Hal ini menggambarkan bahwa sektor-sektor dalam perekonomian suatu wilayah saling terkait antara satu dengan yang lainnya (Tarigan, 2006).

(7)

Agriekonomika, ISSN 2301-9948

e ISSN 2407-6260

Volume 4, Nomor 2

Oktober, 2015

sektor seperti pada penelitian ini pendapatan pada daerah/negara secara keseluruhan terhadap pendapatan masyarakat (Miller & Blair 1985). Tabel input

output terdiri dari empat kuadran: (1) Intermediate quadrant (Kuadran I)

merupakan kuadran permintaan Antara arus barang dan jasa yang digunakan

dalam proses produksi, (2) Final demand (kuadran II atau Gross Domestic

Regional Product) yaitu transaksi permintaan akhir berasal dari output sektor

produksi maupun impor dalam berbagai penggunaan, (3) Primary input quadrant

(kuadran III=nilai tambah) yaitu penggunaan input primer yang menghasilkan

product domestic regional bruto, dan (4) Primary input-final demand quadrant

(kuadran IV) yaitu transaksi langsung Antara input primer dengan permintaan akhir tanpa mekanisme transmisi (jarang digunakan).

Untuk baris :

+ = = 1, 2, 3 , (1)

Dimana Xi adalah jumlah output total sektor ke-i (baris), Xij adalah

jumlah output sektor ke-i yang dibeli sektor ke-j,Fi adalah total permintaan akhir

output sektor ke-i. Untuk kolom:

+ + = = 1, 2, 3 , (2)

Dimana Xj adalah jumlah output total sektor ke-j (kolom), Xij adalah

jumlah output sektor ke-i yang dijual ke sektor ke-j,Vjadalah jumlah nilai tambah

sektor ke-j, mj adalah impor sektor ke-j, iadalahj: 1, 2, 3, ... .. n.

Aliran antar sektor dapat ditransformasikan menjadi koefisien-koefisien dengan asumsi jumlah pembelian tetap.

= atau (3)

= (4)

Dengan memasukkan persamaan (4) ke dalam persamaan (1) didapat:

+ = = 1, 2, 3, (5)

Dalam notasi matrik persamaan (5) dapat ditulis, sebagai berikut:

AX + F = X (6)

Hubungan dasar dari tabel input output:

(I-A)-1F = X (7)

Matriks kebalikan Leontief(I-A)-1, yaitu bagaimana kenaikan produksi dari suatu sektor akan menyebabkan berkembangnya sektor-sektor lain.

Dampak Pendapatan

Untuk melihat dampak pendapatan terhadap perekonomian Maluku berdasarkan data input output:

a. Dampak terhadap pembentukan Output (Xfid)

Xfid= (1-A )-1(fid) (8)

b. Dampak terhadap Tenaga Kerja (Lik)

Lik = e (1-A )-1(fid) (9)

(8)

l = (10)

Dimana (1-A )-1 adalah matriks kebalikan leontief, e adalah matriks

koefisien tenaga kerja, V adalah matriks koefisien nilai tambah, fid adalah nilai

investasi sektor pertanian, Pxi adalah nilai upah dan gaji sektor i pada matriks

transaksi domestik, Vxiadalah nilai tambah bruto sektor i pada matriks transaksi

domestik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

Hasil indentifikasi sektor-sektor ekonomi Provinsi Maluku memperlihatkan beberapa sektor yang sangat berpengaruh dalam penentuan ekonomi wilayah. Sektor-sektor unggulan dapat berkembang serta mampu menggerakkan sistem perekonomian wilayah domestiknya maupun di luar wilayah tersebut. Dengan pemikiran di atas maka arah dan strategi kebijakan pembangunan Provinsi Maluku harus dikembangkan atas dasar kemampuan setiap wilayah atau pusat

pengembangan dalam mengembangkan sektor-sektor unggulan berbasis local

spesific.

Berkaitan dengan pemahaman tersebut pengembangan kawasan sentra produksi Provinsi Maluku harus mampu memberi makna pada pengertian pengembangan kawasan itu sendiri. Bappeda Provinsi Maluku (1999) mendefenisikan kawasan sentra produksi sebagai wilayah yang dikembangkan atas dasar potensi wilayah tersebut yang secara geografis memiliki hubungan satu dengan lainnya sehingga secara keseluruhan dapat mempercepat akselerasi atau aksesbilitas pembangunan wilayahnya. Pengembangan kawasan sentra produksi yang didasarkan pada potensi wilayah adalah bagian dari strategi kebijakan untuk menjawab berbagai tantangan seperti, letak geografis yang jauh atau relatif terpencil dan sulit di jangkau, potensi sumberdaya yang belum tergarap dan dikelola dengan baik, kualitas sumberdaya manusia yang relatif rendah, kegiatan investasi dan produksi yang rendah serta kondisi fasilitas pelayanan atau infrastruktur sosial ekonomi yang kurang memadai. Untuk itu dengan mengidentifikasi sektor-sektor unggulan berbasis potensi lokal (local spesific) akan mendorong percepatan pembangunan wilayah khususnya pada wilayah-wilayah yang karakteristik geografisnya adalah wilayah kepulauan (archipelago).

Pemanfaatan kapasitas atau potensi lokal wilayah harus mampu dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan pembangunan di Provinsi Maluku. Berdasarkan hasil analisis maka perlu adanya percepatan pengembangan sektor-sektor yang menjadi sektor unggulan wilayah. Berdasarkan studi tipologi kabupaten/kota, dikatakan bahwa sektor unggulan adalah sektor yang mampu menggambarkan posisi relatif sektor tersebut terhadap perekonomian wilayah maupun nasional dengan kemampuannya sebagai sektor ungggulan dan mampu mendorong percepatan pembangunan wilayah. Untuk itu percepatan pengembangan sektor unggulan harus mampu menggerakkan roda perekonomian dan mempercepat proses penciptaan pusat

pertumbuhan baru (new growth poles) diwilayahnya dan tidak terpusat pada satu

pusat pertumbuhan (growth pole) saja.

(9)

yang berpengaruh t proses ekonomi lain keterkaitan antara sa kolerasi antara satu kegiatan ekonomi lain antara satu variabel korelasi ini sangat ku

terhadap perekonomian wilayah. Dari kese adanya beberapa sektor yang sangat dominan vinsi Maluku. Gambar lebih lengkap mengena

nomi di Maluku dapat dilihat pada gambar 1.

Tabel 1

Menurut Sektor Ekonomi Provinsi Maluku T

raian Sektor Nilai (Rp) P

1,970,450.15

an 43,532.02

317,873.56

an Air Bersih 41,671.73

86,911.23

n, Hotel dan Restoran 1.304,029.24

an dan komunikasi 519,813.41

283,505.47 932,245.41 5,500,032.21 ut-Output Provinsi Maluku Tahun, 2007

ber: Input-Output Provinsi Maluku Tahun 2007

Gambar 1

enurut Sektor Ekonomi Provinsi Maluku Ta I-O Maluku

onomi adalah suatu hasil ekonomi yang terjad lainnya. Sebab akibat proses ini berdasar satu kegiatan ekonomi dengan ekonomi lainny

tu variabel atau kegiatan ekonomi dengan lainnya maka hal itu menunjukkan adanya sa bel dengan variabel lainnya. Dalam model kuat bahkan dapat disebutkan sebagai korela besarnya mendekati angka satu. Bila terjadi p

(10)

satu kegiatan maka dapat dipastikan bahwa kegiatan tersebut akan mempunyai dampak terhadap kegiatan ekonomi lainnya.

Barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi di Provinsi Maluku (produk domestik), selain digunakan oleh sektor produksi dalam rangka proses (memenuhi permintaan antara) juga digunakan untuk memenuhi permintaan akhir atau konsumsi akhir. Dalam model I-O, output memiliki hubungan timbal balik dengan permintaan akhir, jumlah output yang diproduksi tergantung dari jumlah permintaan akhirnya. Dengan kata lain, kenaikan permintaan akhir akan memberikan dampak terhadap penciptaan output, nilai tambah bruto, kebutuhan impor dan penciptaan tenaga kerja.

Model analisis dampak ini sering digunakan untuk meramal output nilai tambah bruto, kebutuhan impor dan penciptaan tenaga kerja dengan catatan bahwa permintaan akhir sudah diketahui dan hasilnya sangat berguna sebagai dasar perencanaan ekonomi suatu Negara atau daerah. Untuk meningkatkan output diperlukan input, sedangkan input itu juga merupakan output dari sektor lainnya ataupun dari sektornya sendiri. Inilah hakekat dari hubungan antara sektor yang kait mengkait dalam tabel I-O. Atau dengan kata lain dapat dikatakan analisis angka pengganda (multiplier analysis) merupakan salah satu jenis analisis yang umum dilakukan untuk menilai perubahan terhadap varibel-variabel endogen tertentu apabila terjadi perubahan variabel-variabel eksogen seperti permintaan akhir dalam suatu struktur perekonomian. Perubahan variabel eksogen (permintaan akhir) suatu sektor dalam analisis angka pengganda meliputi tiga variabel yang menjadi perhatian utama antara lain: angka pengganda penciptaan output, pendapatan dan kesempatan kerja. Dalam analisis angka pengganda biasanya digunakan dua tipe pengganda seperti: pengganda tipe I (Type I) dan pengganda tipe II (Type II).

(11)

Agriekonomika, ISSN 2301-9948

Sepuluh Sektor Pengganda Pendapatan Terbesar Menurut Sektor Ekonomi Provinsi Maluku Tahun 2007

No Kode Uraian Sektor Nilai (Juta Rp)

1 43 Bangunan 2.2993

2 35

Industri barang lain dari kayu dan hasil

hutan lainnya 2.0089

3 33 Industri kayu lapis 1.8507

4 34 Industri Penggergajian Kayu 1.8345

5 25 industri penggilingan padi 1.7446

6 54 Sewa Bangunan 1.5701

7 31 Industri kain tenun 1.5691

8 28 industri roti, biskuit dan sejenisnya 1.5539

9 27 Industri minyak hewan dan nabati 1.5496

10 30 Industri makanan dan minuman lainnya 1.5344

Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Maluku Tahun 2007. Data Diolah

Sumber: Input-Output Provinsi Maluku Tahun 2007 Data Diolah

Gambar 2

Sepuluh Sektor Dengan Angka Pengganda Pendapatan Terbesar Tahun 2007

Sektor-sektor yang memberikan efek maksimal terhadap pendapatan masyarakat berdasarkan perhitungan angka pengganda pendapatan terbesar adalah: sektor bangunan (43) sebesar 2.2993 nilai ini memberi arti bahwa bila nilai pengganda pendapatan sektor bangunan sebesar 2.2993 maka sektor tersebut akan menyebabkan pembentukan pendapatan masyarakat secara keseluruhan sebesar nilai pengganda pendapatan sektor bangunan tersebut. Begitupun terhadap kesembilan sektor lainnya seperti yang terlihat pada tabel 2.

Sektor-sektor yang memiliki angka pengganda pendapatan terbesar

mengindikasikan bahwa, peningkatan pendapatan sebesar satu satuan pada orang yang bekerja di sektor tersebut akan menyebabkan pembentukkan pendapatan masyarakat secara keseluruhan sebesar nilai pengganda pendapatan di sektor tersebut.

Sesuai dengan hasil analisis yang dilakukan terhadap angka pengganda pendapatan menurut sektor ekonomi Provinsi Maluku terlihat beberapa sektor yang memiliki nilai pengganda pendapatan terbesar. Sektor-sektor ekonomi

1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2.0 2.1 2.2 2.3 2.4

Bangunan

Industri barang lain dari kayu dan hasil hutan lainnya

Industri kayu lapis

Industri Penggergajian Kayu

industri penggilingan padi

Sew a Bangunan

Industri kain tenun

industri roti, biskuit dan sejenisnya

Industri minyak hew an dan nabati

(12)

Provinsi Maluku yang memiliki nilai pengganda pendapatan terbesar menunjukkan bahwa bila terjadi peningkatan pendapatan sebesar satu satuan pada sektor-sektor tersebut akan berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat sebesar angka pengganda pendapatan pada sektor tersebut.

Hasil analisis Input-Output berdasarkan kriteria analisis struktur output, nilai tambah bruto, multiplier efek dan keterkaitan antar sektor menunjukkan bahwa pemerintah daerah Provinsi Maluku belum mampu mengidentifikasi sektor-sektor unggulan wilayahnya. Hal ini terlihat dari sektor-sektor unggulan yang diperoleh masih bersifat parsial yaitu hanya ditentukan berdasarkan pembuat atau pengambil kebijakan di daerah ini. Banyaknya sektor-sektor

berbasis potensi lokal (local spesific) wilayah kepulauan yang belum

dikembangkan dengan baik.

Sektor berbasis potensi lokal dimana sektor perikanan, angkutan air merupakan sektor terbesar dalam struktur output maupun nilai tambah bruto di Provinsi Maluku. Bila dilihat dari konektivitas berdasarkan analisis kriteria

multiplier effectdengan struktur output dan nilai tambah bruto maka sektor-sektor tersebut seperti sektor perikanan, angkutan air tidak memperlihatkan adanya perubahan pengganda dari sektor-sektor tersebut (sektor unggulan berdasarkan kriteria struktur output, nilai tambah bruto) terhadap penciptaan output, pendapatan dan kesempatan kerja.

Sektor-sektor unggulan wilayah berdasarkan kriteria multiplier effect-pun tidak memperlihatkan konektivitas yang positif terhadap sektor-sektor terbesar dari struktur output dan nilai tambah bruto. Dengan demikian sektor unggulan dari analisis struktur output, nilai tambah bruto berbeda dengan sektor unggulan berdasarkan kriteria analisis multiplier effect. Bila melihat hasil penentuan sektor unggulan yang didasarkan pada kriteria di atas maka dapat dikatakan bahwa pemerintah daerah Provinsi Maluku belum mampu menentukan arah dan strategi kebijakan pengembangan perekonomian wilayah yang berbasis pada potensi lokal wilayah. Hal ini dapat dilihat dari besarnya peran pemerintah daerah Provinsi Maluku yang lebih mengutamakan pencapaian pertumbuhan ekonomi dari sektor-sektor terbesar dalam analisis multiplier effect. Biasanya pemerintah daerah lebih menggunakan kriteria angka pengganda untuk perencanaan pembangunan wilayah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Sektor-sektor terbesar berdasarkan kriteriamultiplier effecttidak memperlihatkan sektor-sektor yang berbasis pada kapasitas atau potensi lokal (local spesific) wilayah.

Provinsi Maluku sebagai wilayah kepulauan dengan potensi lokalnya yang besar di sektor pertanian tidak memperlihatkan besarnya peran sektor-sektor ini. Umumnya sektor-sektor-sektor-sektor yang memiliki nilai pengganda terbesar adalah sektor-sektor yang bukan merupakan sektor yang berbasis potensi lokal wilayah. Dari hasil analisis multiplier effect tersebut terlihat bahwa pemerintah daerah lebih mengutamakan aspek pengganda pada output, pendapatan dan tenaga kerja sehingga diindikasikan pemerintah daerah lebih mengejar tingkat pertumbuhan ekonomi dalam menentukan perencanaan pembangunan di Provinsi Maluku.

(13)

Agriekonomika, ISSN 2301-9948

e ISSN 2407-6260

Volume 4, Nomor 2

Oktober, 2015

pendapatan. Sebagai pelaku lapangan (stakeholder) masyarakat dapat

mengalokasikan setiap satuan pendapatan yang diperoleh supaya dapat dibelanjakan kepada output sektor-sektor yang memiliki nilai pengganda pendapatan terbesar. Dengan demikian bila pengganda pendapatan mejadi sasaran atau target maka pemerintah daerah harus mengoptimalkan peningkatan pendapatan terhadap perekonomian di Provinsi Maluku.

Dampak dari permintaan akhir terhadap penciptaan pendapatan masyarakat di Maluku ternyata menunjukkan pola sama dengan penciptaan outputnya, pengaruh penciptaan pendapatan masyarakat di Maluku ternyata sebagian besar akibat pengaruh dari konsumsi rumah tangga.

PENUTUP

Penetapan sektor prioritas harus dipandang secara komprehensif, dan tidak semata-mata hanya ditentukan berdasarkan besar nilai pengganda ekonomi saja. Keberlanjutan bahan baku, besarnya investasi, peluang pasar dan kondisi sosial ekonomi masyarakat juga menjadi faktor penting yang harus dipertimbangkan oleh pembuat kebijakan. Untuk itu sektor-sektor yang memiliki angka pengganda pendapatan terbesar mengindikasikan bahwa, peningkatan pendapatan sebesar satu satuan pada orang yang bekerja di sektor tersebut akan menyebabkan pembentukkan pendapatan masyarakat secara keseluruhan sebesar nilai pengganda pendapatan di sektor tersebut. Dan berdasarkan kriteria analisis konektivitas secara keseluruhan (struktur output, nilai tambah bruto, multiplier effect dan intersectoral linkages) diketahui bahwa sektor-sektor unggulan belum menunjukkan konektivitas diantara kriteria analisis tersebut. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya sektor unggulan yang sama di semua kriteria analisis yang berbasis spasial dan potensi lokal (local spesific) wilayah. Untuk penelitian lebih lanjut dapat dikembangkan adalah dengan topik yang sama tetapi melihat pada kesenjangan.

UCAPAN TERIMAKASIH

1. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada Dikti yang

telah memberikan bantuan dana kepada kami untuk pelaksanaan Hibah Bersaing di Provinsi Maluku khususnya di Kota Ambon.

"Kegiatan Hibah Bersaing ini dibiayai dari dana DIKTI 2015. "

2. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga disampaikan kepada

Lembaga Penelitian Universitas Pattimura Ambon yang akan membantu dalam penyelenggaraan penelitian yang kami lakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Aswandi, Hairul & Kuncoro, Mudrajat., 2002. Evaluasi Penetapan Kawasan

Andalan: Studi Empiris di Kalimantan Selatan 1993-1999,Jurnal Ekonomi

& Bisnis Indonesia 11 (1).

Bappeda Provinsi Maluku. 1999. Master Plan and Action Plan Kawasan Andalan. Kerjasama Lembaga Peneliti Unpatti, Ambon.

BPS Provinsi Maluku. 2015. Tabel Input Output Provinsi Maluku Tahun 2007.

Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal, Bappenas., 2004,

(14)

Industri Rotan-Cirebon, Logam-Tegal, Batik-Pekalongan, Bappenas, Jakarta.

Habibie, Arifien, Nono R dan Anwar Wardhani., 1995, Pengembangan Tenaga

Kerja Off Farm Dalam Penyerapan Tenaga Kerja Pedesaan. Seminar

Nasional Liberalisme Ekonomi, Pemerataan dan Pengentasan Kemiskinan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Miller RE, PD Blair. 1985. Input Output Analysis: Foundation and Extensions.

Printice Hall, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey.

Muchdie. 2002. Struktur Ruang Perekonomian Indonesia: Analisis Model Input

Output Antar Daerah. Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta.

Nazara S. 1997.Analisis Input Output. LPFE-UI, Jakarta.

Perroux, F. 1988The Pole of Development’s New Place in a General Theory of

Economic Activity. In B. Higgins & D.J. Savoie (Eds), Regional Economic Development: Essay in Honour of Fransouis Perroux. Buston: Unwin Hyman.

Royat, Sujana, 1996. Pembangunan Ekonomi Regional dan Upaya Menunjang

Pertumbuhan KAPET Dalam Kaitannya Dengan Kemitraan Antara Pemerintah, Swasta dan Masyarakat, Manajemen Usahawan Indonesia, No.12 Tahun XXV, 14-17.

Samuelson, Paul A. dan Nordhaus, William D, 1996. Economic, McGraw Hill,

Inc., New York. Makroekonomi, terjemahan oleh Haris Munandar, dkk,

Erlangga, Jakarta.

Tarigan, Robinson. 2006. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. PT Bumi

Aksara. Jakarta

Tjokrowinoto, Moeljarto 1995. Pengembangan Kawasan dan Pengentasan

Kemiskinan., Makalah Seminar Nasional Liberalisasi Ekonomi, Pemerataan dan Kemiskinan, Penyelenggara Cides dan Pusat Penelitian Pembangunan Pedesaan dan Kawasan (P3KP), Universitas Gajah Mada Yogyakarta, Tiara Wacana, Yogyakarta.

Todaro, M.P. 2000.Economic Development, Seventh Edition, New York, Addition

(15)

Agriekonomika, ISSN 2301-9948

e ISSN 2407-6260

Volume 4, Nomor 2

Oktober, 2015

PEDOMAN PENULISAN

AGRIEKONOMIKA

JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN

ISSN 2301-9948

e ISSN 2407-6260

KETENTUAN UMUM:

1. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dengan format yang ditentukan.

2. Penulis mengirim naskah ke alamat email agriekonomika@gmail.com.

3. Artikel yang dikirim harus dilampiri: a) surat pernyataan yang menyatakan bahwa artikel tersebut belum pernah diterbitkan atau tidak sedang diterbitkan di jurnal lain, yang dibuktikan dengan pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh penulis. b) biodata tentang jenjang pendidikan, alamat, nomor telepon, atau e-mail penulis dengan jelas.

4. Keputusan pemuatan ataupun penolakan akan diberitahukan secara tertulis melalui email.

FORMAT PENULISAN:

1.

Artikel ditulis pada kertas A4, atas 4 cm bawah 3 cm samping kiri 4 cm samping kanan 3 cm, spasi tunggal, Arial ukuran 11 Kecuali Judul Arial Ukuran 12 dengan panjang halaman 10-15 halaman.

2.

Sistematika penulisan:

SISTEMATIKA ARTIKEL HASIL PENELITIAN: JUDUL BAHASA INDONESIA:

Ditulis dengan Bahasa Indonesia secara ringkas dan lugas huruf capital bold arial font 12, maksimal 12 kata, hindari menggunakan kata “analisis”, “pengaruh”, “studi”.

NAMA PENULIS:

ditulis tanpa gelar dan diberi nomor jika penulis lebih dari satu dan berbeda institusi

NAMA INSTITUSI: ditulis lengkap

ALAMAT SURAT ELEKTRONIK: ditulis lengkap

ABSTRAK:

Ditulis dalam bahasa Indonesia satu paragraph dengan bahasa inggris 125-150 kata dengan kata kunci 4-5 kata. Abstrak tidak memuat uraian matematis dan mencakup esensi utuh penelitian, metode dan pentingnya temuan. Format 1 spasi arial 11 italic

JUDUL BAHASA INGGRIS:

(16)

ABSTRACT:

Ditulis dalam bahasa inggris dalam satu paragraph dengan bahasa inggris 125-150 kata dengan kata kunci 4-5 kata. Abstrak tidak memuat uraian matematis dan mencakup esensi utuh penelitian, metode dan pentingnya temuan. Format 1 spasi arial 11 italic

PENDAHULUAN

Berisi latar belakang, sekilas tinjauan pustaka dan tujuan penelitian yang dimasukkan dalam paragraph-paragraf bukan dalam bentuk sub bab.

METODE PENELITIAN

Sub bab

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sub bab

PENUTUP

Berisi simpulan dan saran (jika diperlukan) yang dibentuk dalam paragraph.

UCAPAN TERIMA KASIH

Jika diperlukan ditujukan pada peyandang dana dan pihak lain yang membantu terselesaikannya penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk yang sedapat mungkin diterbitkan 10 tahun terakhir dan diutamakan jurnal ilmiah (30-40 persen)

SISTEMATIKA ARTIKEL HASIL PEMIKIRAN/ REVIEW:

JUDUL BAHASA INDONESIA:

Ditulis dengan Bahasa Indonesia secara ringkas dan lugas huruf capital bold arial font 12, maksimal 12 kata, hindari menggunakan kata “analisis”, “pengaruh”, “studi”.

NAMA PENULIS:

ditulis tanpa gelar da diberi nomor jika penulis lebih dari satu berbeda institusi

NAMA INSTITUSI: ditulis lengkap

ALAMAT SURAT ELEKTRONIK: ditulis lengkap

ABSTRAK:

(17)

Agriekonomika, ISSN 2301-9948

e ISSN 2407-6260

Volume 4, Nomor 2

Oktober, 2015

JUDUL BAHASA INGGRIS:

Judul dalam bahasa Inggris, huruf capital arial font 11 non bold.

ABSTRACT:

Ditulis dalam dalam satu paragraph dengan bahasa inggris 125-150 kata dengan kata kunci 4-5 kata. Abstrak tidak memuat uraian matematis dan mencakup esensi utuh penelitian, metode dan pentingnya temuan.

PENDAHULUAN

Berisi latar belakang, sekilas tinjauan pustaka dan tujuan penelitian yang dimasukkan dalam paragraph-paragraf bukan dalam bentuk sub bab.

METODE PENELITIAN

Sub bab

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sub bab

PENUTUP

Berisi simpulan dan saran (jika diperlukan) yang dibentuk dalam paragraph.

UCAPAN TERIMA KASIH

Jika diperlukan ditujukan pada peyandang dana dan pihak lain yang membantu terselesaikannya penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk yang sedapat mungkin diterbitkan 10 tahun terakhir dan diutamakan jurnal ilmiah (30-40 persen)

3.

Penulisan penomoran yang berupa kalimat pendek diintegrasikan dengan

paragraf, contoh: Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengetahui tingkat risiko usaha garam, (2) mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi risiko.

4.

Tabel dan gambar dapat dimasukkan dalam naskah atau pada lampiran

sesudah naskah harus diberi nomor urut.

a. Tabel atau gambar harus disertai judul. Judul tabel diletakkan di atas tabel sedangkan judul gambar diletakkan di bawah gambar.

b. Sumber acuan tabel atau gambar dicantumkan di bawah tabel atau gambar.

c. Garis tabel yang dimunculkan hanya pada bagian header dan garis

bagian paling bawah tabel sedangkan untuk garis-garis vertikal pemisah kolom tidak dimunculkan.

(18)

Contoh penyajian tabel:

Tabel 2

Deskripsi Penguasaan Lahan Pegaraman

Kategori Luas Lahan (Ha) Jumlah Persentase (%)

< 2 35 70

2,1 - 3 11 22

> 3,1 4 8

Jumlah 50 100

Rata-rata Luas lahan petani garam 2,04 Ha

Standar deviasi 0,95 Ha

Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Contoh penyajian gambar:

Sumber: Debertin, 1986

Gambar 1

Perilaku Menerima Risiko

5.

Cara penulisan rumus, Persamaan-persamaan yang digunakan disusun

pada baris terpisah dan diberi nomor secara berurutan dalam parentheses (justify) dan diletakkan pada margin kanan sejajar dengan baris tersebut. Contoh:

wt = f (yt , kt , wt-1) (1)

6.

Keterangan Rumus ditulis dalam satu paragraf tanpa menggunakan simbol

sama dengan (=), masing-masing keterangan notasi rumus dipisahkan dengan koma.

Contoh:

dimana w adalah upah nominal, yt adalah produktivitas pekerja, kt adalah

intensitas modal,wt-1adalah tingkat upah periode sebelumnya.

7.

Penulisan rumus menggunakan menu“Equation”

8.

Perujukan sumber acuan di dalam teks (body text) dengan menggunakan

nama akhir dan tahun. Kemudian bila merujuk pada halaman tertentu, penyebutan halaman setelah penyebutan tahun dengan dipisah titik dua. Untuk karya terjemahan dilakukan dengan cara menyebutkan nama pengarang aslinya.

Contoh:

• Hair (2007) berpendapat bahwa…

• Ellys dan Widodo (2008) menunjukkan adanya ….

• Ihsannudin dkk(2007) berkesimpulan bahwa….

I3

I2

I1

U3

U2

U1

Utilitas

(19)

Agriekonomika, ISSN 2301-9948

e ISSN 2407-6260

Volume 4, Nomor 2

Oktober, 2015

9.

Penulisan Daftar Pustaka:

a. Pustaka Primer (Jurnal)

Nama belakang, nama depan, inisial (kalau ada), tahun penerbitan, judul artikel, nama dan nomor jurnal (cetak miring), halaman jurnal, contoh: Happy, S. dan Munawar. 2005. The Role of Farmer in Indonesia. Jurnal

Akuntansi dan Keuangan Indonesia2(1): 159-173. b. Buku Teks

Nama belakang, nama depan, inisial (kalau ada), tahun penerbitan, judul buku (cetak miring), edisi buku, kota penerbit, dan nama penerbit. Contoh:

Wiley, J. 2006.Corporate Finance.. Mc. GrowHill Los Angeles.

c. Prosiding

Nama belakang, nama depan, tahun penerbitan, judul artikel, nama prosiding (cetak miring), penerbit (cetak miring), halaman, contoh:

Rizal, Taufik. 2012. Pengaruh Bank Syariah Terhadap Produksi Jagung di

Madura. Prosiding Seminar Nasional Kedaulatan Pangan

Bangkalan Surabaya: 119-159. d. Skripsi/Tesis/Disertasi

Nama belakang, nama depan, tahun, judul Skripsi/Thesis/Disertasi, sumber (cetak miring), nama penerbit, kota penerbit. Contoh:

Subari, Slamet. 2008. Analisis Alokasi lahan mangrove Kabupaten

Sidoarjo. Disertasi. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah

Mada. Yogyakarta. e. Internet

Nama belakang, nama depan, tahun, judul, alamat e-mail (cetak miring), tanggal akses. Contoh:

Zuhriyah, Amanatuz. 2011. Produktivitas Susu Peternak Rakyat.

http://agribisnis.trunojoyo.ac.id. Diakses tanggal 27 Januari 2012.

METODE REVIEW

Artikel yang dinyatakan lolos dari screening awal akan dikirim kepada Mitra Bestari (blind review) untuk ditelaah kelayakan terbit. Adapun hasil dari blind review adalah:

1. Artikel dapat dipublikasi tanpa revisi.

2. Artikel dapat dipublikasi dengan perbaikan format dan bahasa yang

dilakukan oleh penyunting. Perbaikan cukup dilakukan pada proses penyuntingan.

3. Artikel dapat dipublikasi, tetapi penulis harus memperbaiki terlebih dahulu sesuai dengan saran penyunting.

Gambar

Tabel 1Struktur PDRB M Menurut Sektor Ekonomi Provinsi Maluku T
Gambar 2Sepuluh Sektor Dengan Angka Pengganda Pendapatan Terbesar Tahun
Tabel 2Deskripsi Penguasaan Lahan Pegaraman

Referensi

Dokumen terkait

bahwa dalam rangka menindaklanjuti ketentuan Pasal 14 dan Pasal 15 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan yang pada intinya menyebutkan

(2) Rencana induk pembangunan kepariwisataan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup visi dan misi serta tahapan sasaran yang akan diwujudkan, kebijakan

Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan alat berat yang digunakan, memperkirakan jumlah alat berat yang digunakan secara efisien, menghitung waktu penyelesaian alat berat

Rhinosinusitis Maksila Kronis Dengan Cavum Nasi Normal. Departemen Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepa Leher Fakultas Kedokteran USU. Regar E, Keiko F, Yasmin AF.

Fungsi untuk mencari nilai rata-rata dari suatu nilai yang berisi data angka, teks dan nilai logika. adalah nilai yang akan dicari

Pada saat pengakuan awal, Perusahaan dan Anak Perusahaan mengklafifikasikan instrumen keuangan dengan katagori sebagai berikut: aset keuangan yang diukur pada nilai wajar

Akhirnya, bagi melihat perbezaan di antara kefahaman konsep cinta, pemikiran rasional dan akhlak percintaan berdasarkan latar belakang demografi, kajian ini mendapati

Berdasarkan hasil analisis hubungan kekerabatan menggunakan urutan asam amino protein gen N virus rabies menunjukkan bahwa semua isolat virus rabies asal anjing