• Tidak ada hasil yang ditemukan

Observasi perkembangan dan karakteristik perkembangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Observasi perkembangan dan karakteristik perkembangan "

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

observasi perkembangan dan karakteristik remaja

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT, atas rahmat serta hidayah-NYA sehingga tugas observasi dengan judul TUGAS PERKEMBANGAN DAN

KARAKTERISTIK PADA PERIODE REMAJA dapat di selesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan atas junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan pengikutnya.

Observasi ini dilakukan untuk memenuhi tugas akhir semester satu pada mata kuliah psikologi umum dan perkembangan. Selain itu juga bertujuan untuk mengetahui lebih lanjutnya tentang masalah di periode remaja ini.

Saya menyadari bahwa dalam observasi ini tidak akan berhasil dengan baik dari semua pihak untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak atas segala partisipasinya yang telah diberikan dan telah membantu memberikan dukungan, semangat, bantuan dan doa dalam menyelesaikan dalam proses observasi ini.

.

Jakarta, 14 januari 2011

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik,psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Pada masa transisi tersebut kemungkinan dapat menimbulkan masa krisis, yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang. Pada kondisi tertentu perilaku menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang mengganggu. Melihat kondisi tersebut apabila didukung oleh lingkungan yang kurang kondusif dan sifat keperibadian yang kurang baik akan menjadi pemicu timbulnya berbagai

(2)

Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan kedalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat. mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur tersebut berarti telah menyimpang. Untuk mengetahui latar belakang perilaku menyimpang perlu membedakan adanya perilaku menyimpang yang tidak disengaja dan yang disengaja, diantaranya karena pelaku kurang memahami aturan-aturan yang ada, perilaku menyimpang yang disengaja, bukan karena pelaku tidak mengetahui aturan. Hal yang relevan untuk memahami bentuk perilaku tersebut, adalah

.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah tercapai dari tugas-tugas perkembangan dalam penelitian ini ? 2. Apakah tercapai dari karakteristik remaja dalam penelitian ini ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui tugas-tugas perkembangan masa remaja. 2. Untuk mengetahui karakteristik remaja.

3. Untuk mengetahui permasalahan remaja

D. Manfaat

1. Untuk menambahkan wawasan bagi pembaca khususnya untuk penulis

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian dan Konsep Masa Remaja

Remaja yang baru meninggalkan masa kanak-kanak dan bertumbuh, serta berkembang tampak agresif, suka memberontak, dan seolah-olah ingin terus menantang. Remaja

(adolenscent) dalam bahasa latin diperoleh dari kata kerja adolensceere yang berarti untuk tumbuh dan berkembang menjadi dewasa (steinberg, 1993;4). Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa dalam pandangan masyarakat, remaja adalah waktu untuk tumbuh dan berkembang serta bergerak dari ketidak-matangan masa kanak-kanak menuju arah kematangan pada usia dewasa. Periode remaja adalah periode masa transisi secara biologis, psikologis, sisiologis,dan ekonomi pada indiviidu.[1]

Menurut Hurlock tentang remaja yang berasal dari kata latin adolenscence (kata bendanya, adolenscentia yang berati remaja yang tumbuh). Pengertia luas yang lebih mencakup kematangan mental, emesional, sosial, dan fisik.

(3)

diberi batasan. Hal ini disebabkan sulitnya menemukan batasan usia kapan seorang anak memasuki periode remaja dan kapan periode remaja tersebut berakhir.serta kapan anak dikatakan tumbuh menjadi seorang dewasa.

Kesulitan-kesulitan ini diantaranya adalah karena remaja sesungguhnya merupakan suatu ciptaan budaya, yaitu suatu konsep yang muncul dalam masyarakat modern sebagai tanggapan atas perubahan perubahan sosial yang menyertai perkembangan industri pada abad ke-19 di eropa dan amerika.

Setidaknya hingga akhir abad ke 18 konsep remaja belum digunakan untuk menunjukan suatu periode tertentu dalam kehidupan manusia. Baru sejak abad ke-19 konsep remaja muncul sebagai suatu periode kehidupan tertentu yang berbeda dari masa kanak-kanak dan masa remaja. (zigler dan stevenson, 1993 dalam buku desmits, 2005:58)

Perlu di ingat bahwa perkembangan didefinisikan sebagai proses kehidupan yang panjang. Remaja adalah bagian dari jalan dari jalan kehidupan manusia yang tidak dapat dikatakan sebagai satu periode perkembanagan yang harus dipisahkan. Meskipun remaja mempunyai karakteristik yang unik , apa yang ada pada masa remaja sangatlah saling berhubungan dengan perkembangan dan pengalamn-pengalaman pada masa anak-anak dan usia dewasa.

B. Tugas-tugas Perkembangan

Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja pada umumnya meliputi pencapaian dan persiapan dan segala hal yangn berhubungan dengan kehidupan masa dewasa :

1. Mampu menjalin hubungan yang lebih matang dengan sebaya dan jenis kelamin lain yang sesuai dengan keyakinan dan etika moral yang berlaku di masyarakat. 2. Mampu melakukan peranan sebagai laki-laki dan wanita.

3. Menerima kondisi jasmaninya dan mampu menggunakannya dengan efektif.

4. Keinginan menerima dan mencapai tingkah laku sosial tertentu yang bertanggung jawab di mempunyai bentuk dan fungsi tubuh sesuai dengan jenis kelaminnya. Perubahan dalam bentuk fisik biasanya meliputi proporsi muka dan badan serta menampilkan sesuai dengan jenis kelaminnya atau perubahan seks sekunder.

Adapun ciri-ciri perubahan sekunder:

Wanita Pria

(4)

pinggul

Perubahan fungsi fisiologik lebih berhubungan dengan kematangan seks primer. Hal ini dikatakan seks primer, karena berhubungan langsung denganalat reproduksi.

Kriteria puberitas yang sering digunakan untuk menentukan seorang anak telah mencapai kemantangan seksual. Pada anak Laki-laki mengalami mimpi basah (noctural emission).

Sedangkan anak perempuan mendapatkan menstruasi pertama (menerche).

Bila menstruasi pertama dan nocturnal emession terjadi. Organ seks primer dan seks sekunder mulai matang, tetapi belum mencapai kematangan penuh. Menstruasi pertama ini biasanya dialami anak-anak perempuan sekitar usia 12 tahun sampai 16 tahun.

Walaupun para ahli perkembangan menentukan patokan usia, namun tidak menutupi kemungkinan perbedaan individual. Proses kematangan tubuh yang menyangkut perkembangan ukuran tubuh maupun kematangan seksual dikendalikan oleh kelenjar pituitary, yaitu sebuah kelenjar endokrin yang terletak di dasar otak. Kelenjar pituitary menghasilkan dua hormon, yaitu :

1) Hormon pertumbuhan

Hormon ini adalah hormon yang mempengaruhi ukuran tubuh individu. 2) Hormon gonadotropik

Hormon yang merangsangkelenjar gonad (kelenjar seks) menjadi lebih aktif. Aktifitas gonad ini menyebabkan oragan organ seks yang menyangkut karakteristik primer, yaitu pada wanita ovarium dan pada wanita testes, berkembang dalam ukuran dan mulai berfungsi atau mencapai kematangan. Di samping itu juga menyebabkna karakteristik seks sekunder mulai berkembang.

b) Periode remaja akhir (late adolescent)

Pada periode ini tidak tampak tidak lagi ada perubahan bentuk tubuh yang sangat meningkat pesat. Pertumbuhan fisisk remaja akhir lebih dilihat dari proporsi atau keseimbangan antara anggota tubuh yang satu dengan lainnya. Bentuk tubuh yang proporsional merupakan dambaan bagi remaja yang berada pada periode ini.

Sebab pada periode sebelumnya yaitu remaja awal, proporsi bentujk tubuh masih belum seimbang.[3]

2. Perkembangan kognitif

a) Periode remaja awal (early childhood)

Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal

(5)

berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya.

Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran

Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian masih tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari berbagai dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang tidak banyak menggunakan metode belajar-mengajar satu arah (ceramah) dan kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir anak.

penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya.

Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.

b) Periode remaja akhir

Pada periode ini operasi mental tidak lagi di batasi oleh objek konkret, tetapi dapat diterapkan pada pernyataan verbal atau logical sehingga pemikiran menjadi logis, abstrak dan hipotetikal. Pada periode ini, kemampuan-kemampuan yang baru muncul, yaitu:

1) Mampu memformulasi hipotesa tentang gejala 2) Menguji hipotesanya denganrealitas

3) Mampu membayangkan semua kemungkinan hasil atau beragam kombinasi.[4]

3. Perkembangan psikososial

a) Periode remaja awal (early childhood)

Pada periode ini tahap perkembangan psikososial remaja berada pada tahap pencaharian identitas dan lawannya adalah kebingungan identitas. Pada periode ini mereka menjadi lebih dekat dengan teman-teman sebaya. Remaja ini mengannggap bahwa hubungan dengan teman sebaya menjadi bertambah penting dan selnjutnya lebih banyak memberi pengaruh dalam berbagai aspek perkembangannya. Keinginan untuk mencari jati diri dan mendapatkan pengakuan dari keluarga serta lingkungan sedang tinggi-tingginya. Kadang untuk mendapatkan pengakuan dari lingkungannya, remaja melakukan hal-hal yang di luar etika dan aturan.

Keadaan emosional pada masa remaja masih labil dan ditandai dengan ciri-ciri yang khas, sebagai berikut:

(6)

2) Keinginan untuk diakui dan dihargai

3) Keinginan untuk bebas tanpa dikekang 4) Mencari figur idola

5) Cenderung menentang 6) Terikat dengan kelompok

Pada prinsipnya hubungan teman sebaya, sangatlah penting bagi kehidupan remaja. Adapun Kelly dan Hansen (1987) menguraikan beberapa fungsi positif dari teman sebaya, dintaranya: a. Mengontrol rangsangan-rangsangan agresif. Dengan adanya interaksi antara remaja dengan

teman sebayanya, mereka belajar bagaimanamenyelesaikan pertentangan-pertentangan dengan cara yang lain selain dengan tindakan agresi langsung.

b. Mendapatlkan dorongan emosional dan sosial serta menjadi lebih mandiri.

c. Meningkatkan keterampilan-keterampilan sosial, mengembangkan kemampuan menalar, dan belajar untuk mengekspresikan perasaan-perasaan dengan cara yang lebih mateng.

d. Mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan tingkah laku peran jenis kelamin. e. Memperkokoh penyesuaian moral dan nilai-nilai.

f. Mengkatkan harga diri (self esteem). Menjadi orang yang disenangi oleh teman-teman sebayanya, membuat remaja merasa senang terhadap dirinya dan merasa dihargai.

b) Periode remaja akhir (late adolescent)

Periode remaja akhir pada dasarnya menurut Erikson berada pada tahapan identity vs identity confusion (kebingungan identitas). Tidak berbeda jauh dengan remaja awal.

Hanya yang membedakannya adalah pada periode ini diharapkan sudah sampai pada pencapain identitas tertentu. Mereka diharapkan tidak kebingungan lagi untuk mencapai suatu bentuk identitas diri yang mereka miliki.

Dalam hal ini identitas dapat di bagi menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah identitas seks, peran, pendidikan, vocational, agama dan suku budaya.

Pencapain identitas berarti seorang remaja telah mampu mengidentifikasi diri ke dalam beberapa jenis di atas tersebut, sehingga meraka mengetahui siapa diri mereka , bagaimana memperlakukan diri, apa yang mereka inginkan dan butuhkan seta kapan mereka dapat bertidak.

[5]

4. Perkembanagan moral

Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka.

(7)

membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak.

Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya..

Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan “kenyataan” yang baru. Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap “pemberontakan” remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik. Pada masa remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai baik dalam suatu kondisi tertentu. Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik nilai bagi sang remaja. Konflik nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah masalah besar, jika remaja tidak menemukan jalan keluarnya. Kemungkinan remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtua atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat besar jika orangtua atau pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.

5. Perkembangan Jiwa Keagamaan Remaja

Agama dalam arti luas termasuk etika dan moral yang diajarkan keluarga yang merupakan satu-satunya sarana untuk menanggulangi kenakalan remaja sejak dini. Perkembangan rasa keagamaan pada remaja sejalan dengan perkembangan jasmani, intelektual, dan ruhaninya. Menurut W. Starbuck, sebagaimana dikutip Dr.Jalaluddin, perkembangan itu antara lain:

1) Pertumbuhan Pikiran

Ide dan dasar keyakinan beragama yang diterima remaja dari masa kanak-kanaknya sudah tidak begitu menarik bagi mereka. Sifat kritis terhadap ajaran agama mulai timbul. Selain masalah agama, mereka pun sudah tertarik pada masalah kebudayaan, sosial. Ekonomi dan norma-norma kehidupan lainnya. Hasil penelitian Allport, Gillesphy dan Young menunjukkan: a) 85% remaja Katolik Romawi tetap taat menganut ajaran agamanya; b) 40% remaja protestan tetap taat terhadap ajaran agamanya.

Dari hasil ini dinyatakan selanjutnya bahwa agama yang ajarannya bersifat lebih konservatif, lebih banyak berpengaruh bagi para remaja untuk tetap taat pada ajaran agamanya. Sebaliknya, agama yang ajarannya tidak konservatif –dogmatis dan agak liberal akan mudah merangsang pengembangan pikiran dan mental para remaja sehingga mereka banyak meninggalkan ajaran agamanya.Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan pikiran dan mental remaja mempengaruhi sikap mereka.

2) Emosional Intelegence

Menurut Dr. Jalaluddin, berbagai perasaan telah berkembang. Perasaan sosial, etika, seni, telah mendorong remaja untuk menghayati kehidupannya. Kehidupan yang religius dalam lingkungan keluarganya akan mendorong ia ke arah yang religius pula.

Begitu pula bagi remaja yang kurang mendapatkan siraman agama, maka akan lebih didominasi ke dorongan berbuat di luar etika dan aturan.

(8)

Masih menurut Dr. Jalaluddin, corak keagamaan para remaja juga ditandai oleh adanya pertimbangan sosial. Dalam kehidupan keagamaan mereka timbul konflik antara pertimbangan moral dan material. Hasil penelitian terhadap 1.789 remaja Amerika oleh Ernest Harms: Usia 18-19 tahun menunjukkan bahwa 70% pemikiran remaja ditujukan bagi kepentingan keuangan, kesejahteraan, kebahagiaan, kehormatan diri dan masalah kesenangan pribadi lainnya. Sedangkan masalah akhirat dan keagamaan hanya sekitar 3,6% dan masalah sosial 5,8%.

4) Perkembangan Moral

Ada beberapa kecenderungan moral yang terlihat pada usia remaja: a) Self-directive, taat beragama berdasarkan pertimbangan pribadi

b) Adaptive, mengikuti lingkungan sosial tanpa kritik

c) Submissive, merasakan adanya keraguan terhadap ajaran moral dan agama d) Unadjusted, belum meyakini akan kebenaran ajaran agama dan moral.

e) Deviant, menolak dasar dan hukum keagamaan serta tatanan moral masyarakat.

Kecenderungan-kecenderungan ini sangat dominan disebabkan oleh pengaruh pendidikan di dalam keluarga dan lingkungannya.

6. Pergaulan Remaja dalam Tuntunan Islam

Pergaulan sosial sesama manusia adalah hal penting dalam kehidupan. Manusia pada

dasarnya adalah makhluk sosial, meminjam istilah Yunani, manusia adalah homo socius, atau makhluk bermasyarakat. Dalam bermasyarakat, hubungan seseorang dengan orang lain tentu saja ditentukan dan diatur oleh tatacara yang ada dalam masyarakat. Manusia dalam kehidupannya secara alami tidak bisa bertahan hidup tanpa adanya teman atau masyarakat lain.

a) Ajaran Moral Agama

Moralitas agama adalah sejumlah kebiasaaan-kebiasaan hidup yang didasari oleh tuntunan agama sebagai suatu kebenaran yang datang dari Ilahi. Agama Samawi yang berdasarkan wahyu dari Allah SWT bertujuan untuk mengantarkan umat Islam kepada kebahagiaan hidup. Di dalamnya terdapat keteraturan, kerukunan, tanggungjawab, saling cinta-mencintai dalam kebaikan dan keluhuran budi. Moralitas agama membiasakan pemeluk-pemeluk agama mengamalkan segenap ajarannya dengan teguh dan konsekuen, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam bermasyarakat.

b) Kehidupan Sosial dan Moral Agama

Sebagai makhluk sosial kita semua tidak dapat hidup sendiri. Kebutuhan aan orang lain di sekitar kita adalah hal yang wajar. Dengan berinteraksi, hal-hal yang menjadi kebutuhan dan

kepentingan kita menjadi terpenuhi.

(9)

Yang mana ketiganya harus dimiliki dan dijalankan dengan penuh keteguhan dan keyakinan atas kuasa-Nya. Seperti dalam firman ALLAH dalam QS.Al-baqarah : 110.

Artinya:

”Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi diimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.” (Al- Baqarah: 110

BAB III

LAPORAN OBSERVASI

A. Data Subjek

Nama : MARIATUL KIFTIAH Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 24 april 1992 Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Pelajar (mahasiswi)

B. Setting

Saya melakukan observasi ini pada tanggal 14 januari 2011 di kontrakan jalan kertamukti gg hj.nippan rt 08 rw 02 kelurahan pisangan kecamatan ciputat pukul 05.00 -04.00 WIB. Kontrakan ini terletak di depan kampus UIN syarif hidayatullah jakarta tepatnya sebrang gedung fakultas dirasat islamiyah. Kontrakan ini milik janda tua yang bernama ibu munaroh. Kontrakan ini di isi oleh 4 mahasiswi UIN yang mana mereka masih semster satu. Mereka berasal dari satu almamater ketika aliyah. Kerakraban mereka sudah lama. Tetapi ada salah salah satu dari penghuni kontrakan tersebut yang perantauan jauh sekali (padang). Umumnya kontrakan ini sangatlah strategis dan tidak rawan banjir.

C. Aspek Yang Diungkapkan

(10)

mengetahui identitas mereka. Perkembangan moral dapat dilihat dari sikap dan prilaku serta sifat-sifat mereka.

D. Deskripsi Data

Berdasarkan hasil observasi yang saya lakukan dari subjek tersebut didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Tugas-tugas perkembangan.

Adapun tugas-tugas perkembangan pada subjek sebagai berikut :

a) Subjek mampu menjalin hubungan yang lebih matang dengan sebaya dan jenis kelamin lain yang sesuai dengan keyakinan dan etika moral yang berlaku di masyarakat. Contoh subjek bisa bergaul dengan teman kampusnya atau teman kostannya dengan baik. Akan tetapi dalam kehidupan itu tidak selamanya bahagia dan sedih. Di sini subjek pernah merasakan problem yang rumit dengan teman sebayanya. Karena tingkat keegoisan mereka yang masih belum stabil. b) Subjek mampu melakukan peranan sebagai wanita. Contoh memasak sendiri dan membersihkan

kamar sendiri.

c) Subjek menerima kondisi jasmaninya dan mampu menggunakannya dengan efektif. Contoh memasak

d) Subjek masih belajar menerima dan mencapai tingkah laku sosial tertentu yang bertanggung jawab di tengah-tengah masyarakatnya. Apalagi di daerah sekitar kostnnya masihlah asing baginya.

e) Subjek mencapai kemerdekaan/kebebasan dari orangtua dan orang dewasa lainnya mulai menjadi “person” (menjadi dirinya sendiri). Subjek lebih memilih hidup jauh dari orangtuanya. Terkadang subjek merasa risau dan ketidakpuasan melihat keadaan. ia merasa risau dikala ia gagal, tidak diterima masuk kedalam masyarakat dewasa.

f) Subjek sedikit demi sedikit belajar untuk mempersiapkan diri untuk mencapai karier (jabatan dan profesi) tertentu dalam bidang ekonomi. Misalnya subjek selain jadi mahasiswa subjek juga belajar berbisnis pulsa. Tanpa ada rasa gengsi demi membantu orang tua untuk memenuhi kehidupan yang tidak terduga.

g) Subjek masih jauh untuk memikirkan dunia perkawinan. Maka subjek belum mempersiapkan diri untuk memasuki dunia perkawinan (rumah tangga) dan kehidupan berkeluarga yakni sebgai ibu dan ayah.

h) Subjek memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman bertinngkah laku dan mengembangkan ideologi untuk keperluan kewarganegaraannya. Tetapi hal ini masih dalam tahap belajar. Misalnya ia mulai aktif dan peduli dengan organisasinya.

2. Perkembangan fisik.

Subjek mempunyai tinngi 138 cm. Kulitnya berwarna sawo matang. Subjek pada masa ini mengalami perubahan dalam seks sekundernya dengan normal. Dan pubertas subjek di mulai pada usia 14 tahun yang mana subjek sudah mengalami menstruasi pertama.

3. Perkembangan kognitif.

(11)

Subjek juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan.

4. Perkembangan psikososial.

Subjek sedang berkeinginan untuk mencari jati diri dan mendapatkan pengakuan dari keluarga serta lingkungan. Keadaan emosional pada subjek adalah sudah tidak mau di kengkang, lebih baik menjalani hidupnya dengan kehendaknya sendiri. Subjek lebih memilih tinggal jauh dengan orang tua untuk melatih kemandiriannya. Subjek menganggap saudara terdekatnya adalah teman sebaya khususnya teman kostnnya. Karna itu subjek lebih terbuka dengan temennya dibanding dengan orang tuanya. Subjek juga sedang proses mencari figur idolanya untuk jadi motivasinya dalam belajar.

5. Perkembangan moral.

Atas pengakuan subjek dari kecil ia sudah di bekali pendidikan moral. Orang tuanya memasukan subjek ke dalam lingkungan pesantren. Dan subjek juga dituntut untuk mematuhi beberapa standar tertentu tetapi standar tersebut berasla dari orang lain, misalnya orang tua atau hukum yang berlaku dalam masyarakat. Maka dari itu subjek sedang berusaha untuk berprilaku yang menyenangakan bagi orang lain. Di sisi lain subjek masih

6. Perkembangan kesadaran beragama.

Subjek kadang mengalami perubahan dalam kegoncangan emosi, kecemasan, dan kekhawatiran. Kepercayaan kepada tuhan kadang sangat kuat, akan tetapi kadang-kadang menjadi berkurang.

Tetapi subjek tidak meninggalkan akan kewajiban muslim kepada Allah. Dalam kehidupan beragama, subjek sudah mulai melibatkan diri kedalam kegiatan-kegiatan keagamaan, seperti mengikuti pengajian remaja di sekitar rumahnya.

BAB IV

ANALISIS DAN INTERPRETASI

Dari hasil observasi selama 24 jam di kontrakan milik janda tua. Subjek sudah memenuhi tugas-tugas perkembangan pada fase remaja. Akan tetapi subjek masih perlu bimbingan untuk mencapai yang lebih baik. Pada karakteristik subjek sudah memenuhi karakteristik pada periode remaja. Akan tetapi pada perkembangan fisik mengalami keterlambatan pada pertumbuhan tinggi badan, karena akibat penurunan dari orang tuanya. Selain itu subjek terkadang tidak lancar dalam menstruasinya. Menurut para ahli psikologi bahwa tugas-tugas perkembangan dan karakteristik pada periode remaja. Siklus menstruasi (haid) yang dianggap teratur itu adalah yang 28 hari sekali, namun tidak bisa dipungkiri kalau siklus ini bisa bervariasi untuk setiap orangnya, namun tentu saja ada kisaran normalnya, yaitu 24 - 35 hari. Kalau dari keterangan yang anda sebutkan, berarti biasanya siklus haid anda berjalan 30 - 31 hari, itu masih bagus karena masih dalam kisaran normalnya.

(12)

produksi hormon estrogen kurang, maka siklus haid bisa makin lama. Demikian pula dengan sebaliknya, jika produksi hormon ini berlebih, maka siklus jadi makin cepat.

Kondisi tubuh dan psikologis berperan penting dalam produksi dan kerja hormon estrogen, dan efeknya terhadap jadi lebih cepat atau lambatnya siklus haid bisa berbeda-beda untuk tiap individunya. Maka dari itu, tidak heran kalau siklus haid seorang wanita bisa berubah-ubah.

Dari uraian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa subjek sudah memenuhi kategori tugas-tugas perkembangan dan karakteristik pada periode remaja yang sesuia dengan ilmu psikologi dan perkembangan.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Remaja yang baru meninggalkan masa kanak-kanak dan bertumbuh, serta berkembang tampak agresif, suka memberontak, dan seolah-olah ingin terus menetang. Maka orang tua harus memberikan pengarahan dan bimbingan tetap merupakan cara yang baik, meski dalam hal-hal teretntu si anak harus di biarkan, namun tetap di perhatikan.

Remaja yang sedang dilanda kegoncangan dalam mencari jati dirinya sangat memerlukan bantuan para orng tua. Remaja sangat menantikan uluran tangan, perhatian dari orng tua dan sekitarnya.

B. Saran

Penulis meyakini masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penulisan laporan observasi ini. Oleh kerena itu penulis berharap saran yang membangun, guna menyempurnakan laporan ini baik dalam penulisan atau dalam observasinya. Selanjutnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

[1] Dra. Zahrotun, M. SI, dkk. Psikologi perkembangan. (jakarta : Lembaga Penelitian UIN jakarta, 2006) hlm.105.

[2] Drs. Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : PT. Refika Aditama, 2007), Cet. VII

[3] Dra. Zahrotun, M. SI, dkk. Psikologi perkembangan. (jakarta : Lembaga Penelitian UIN jakarta, 2006) hlm.105.

[4] E. H Tambunan. Remaja sahabat kita. (bandung: P.O.Box 85, 1981) hlm.105.

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Daerah Sulawesi Tengah (Palu: Dep.. yang mendiami daerah pedalaman dan dataran-dataran tinggi adalah keturunan ras campuran Weda Negrito dengan Proto Melayu. Kalau teori ini

Water kefir dengan konsentrasi sari mesokarp 0% memiliki total khamir paling tinggi karena kandungan gula dari HFS dan sari buah semangka kuning yang bisa lebih

Dari hasil pengukuran karakterisasi sifat-sifat optik (transmitansi) lapisan tipis ZnO:Al pada substrat gelas pada suhu 450 o C, tekanan gas = 6Ă—10 -2 torr, lama waktu deposisi

Pada buku Pedoman Beban Kerja Dosen dan Evaluasi Pelaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi (Dirjen Dikti, 2010), dijelaskan bahwa dosen adalah salah satu komponen

Hasil studi ini mengkonfirmasi penelitian oleh (Ansong & Gyensare, 2012; Krishna et al, 2010 ; Margaretha & Pambudhi, 2015) yang menyatakan bahwa kelas

The Effectiveness of Poe (Predict-Observe-Explain) Based Teaching Strategy in Improving Students’ Conceptual Understanding on Heat and Temperature in SMAN 9

Hanya ada sedikit Muslim non-Melayu, sebagian besar adalah orang India, Arab atau kelompok-kelompok dari kepulauan Indonesia yang diasimilasikan ke dalam komunitas

Penelitian ini bertujuan menentukan jenis kacang-kacangan yang tepat untuk meningkatkan kadar protein beras analog