27
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Dimana dalam penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih independen tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Penelitian kuantitatif, adalah penelitian yang memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan. (Sugiyono, 2013:13).
B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi yang digunakan adalah seluruh data indeks harga saham di bursa efek di Indonesia, dan data tingkat inflasi serta suku bunga yang berdasarkan data yang diperoleh di internet untuk semua variabel yang akan digunakan pada penelitian ini. Sugiyono (2013:61) mendefinisikan sampel adalah suatu bagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh populasi dan untuk bisa menggambarkan secara tepat variabel yang diteliti, maka peneliti mengambil semua populasi sebagai sampelnya.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah purposive sample yaitu sampel yang diambil berdasarkan atas
adanya tujuan dan pertimbangan tertentu. Kriteria sample yang akan
digunakan adalah Indeks Harga Saham Gabungan yang ada di BEI yang
dibatasi pada penutupan data setiap akhir bulan Januari 2013 sampai
28
Desember 2017. Data tingkat inflasi, dan suku bunga bulanan selama periode pengamatan pada tahun 2013 sampai 2017. Berdasarkan keterangan tersebut dapat diperoleh jumlah sampel (n) dari data bulanan yaitu sebanyak 60 bulan.
Alasan pemilihan periode tahun yang digunakan adalah untuk mendapatkan hasil yang akurat sesuai dengan keadaan sekarang ini.
Pemilihan data bulanan untuk menghindarkan bias yang terjadi akibat kepanikan pasar dalam mereaksi suatu informasi, sehingga penggunaan data bulanan diharapkan dapat memperoleh hasil yang lebih akurat.
C. Definisi Operasional Variabel
Variabel dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi variabel dependen (terikat) dan variabel independen (bebas), sebagai berikut:
1. Variabel terikat atau “dependent variabel” yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Indeks Harga Saham Gabungan (Z). Dalam hal ini data IHSG telah disusun dan diperhitungkan serta merupakan catatan terhadap perubahan-perubahan maupun pergerakan harga saham di BEI. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data IHSG bulanan (penutupan akhir bulan) selama 5 tahun mulai Januari 2013 sampai Desember 2017. Rumus yang digunakan untuk menghitung Indeks Harga Saham Gabungan adalah 𝐼𝐻𝑆𝐺
𝑡=
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑎𝑠𝑎𝑟
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐷𝑎𝑠𝑎𝑟
× 100
2. Variabel bebas atau “independent variabel” merupakan variabel yang dapat
mempengaruhi variabel terikat “dependent variabel”. Variabel-variabel
29
bebas “independent variabel” adalah faktor ekstern yang mempunyai pengaruh besar terhadap indeks harga saham gabungan (Z) yang terdiri dari:
a) Tingkat inflasi (X)
Tingkat Inflasi adalah kenaikan harga barang atau jasa secara terus menerus. Dalam penelitian ini menggunakan data perubahan angka inflasi yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada periode 1 Januari 2013 – 31 Desember 2017 yang dihitung tiap bulan dalam satuan %.
b) Suku bunga (Y)
Suku Bunga merupakan tingkat bunga yang ditetapkan oleh BI dan dijadikan sebagai tingkat bunga standar bagi bank pemerintah maupun bank swasta lainnya. Dalam penelitian ini satuan ukur yang digunakan adalah besarnya tingkat bunga 1 bulan dalam satuan % selama tahun 2013 sampai 2017.
D. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kuantitatif time series (runtut waktu) berupa data yang disusun menurut
waktu tertentu pada variabel tertentu. Data yang digunakan yaitu data
selama januari 2013 sampai desember 2017. Bersumber dari data sekunder,
dalam bentuk time series bulanan selama lima tahun. Data yang
dikumpulkan meliputi data bulanan dari tingkat inflasi, suku bunga dan
Indeks Harga Saham Gabungan pada periode 2013 sampai 2017.
30
E. Teknik Pengumpulan Data
Data yang akan diambil dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder yang diperoleh dari website resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia dan Yahoo Finance. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam mengumpulkan data dilakukan melalui dokumentasi, yakni teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan cara mengambil data dari catatan atau dokumen yang berhubungan dengan data yang diperlukan, dilakukan secara sitematis terhadap fenomena tertentu dari suatu objek yang diteliti.
F. Teknis Analisis Data 1. Analisis Jalur
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan alat analisis jalur dan pengolahan data menggunakan Statistic Product and Service Solution (SPSS). Penelitian ini menjelaskan hubungan tingkat inflasi (X)
sebagai variabel independen terhadap Indeks Harga Saham (Z) sebagai variabel dependen melalui suku bunga SBI (Y) sebagai variabel mediasinya atau variabel intervening. Berdasarkan kerangka berfikir, dapat digambarkan seperti berikut:
SBI (Y)
INF (X)
IHSG (Z)
b1 b3
b2
Gambar 3.1 Kerangka Berfikir
31
Pola hubungan antar variabel dapat dilihat pada gambar 3.1 dan dijelaskan bahwa Inflasi dapat berpengaruh secara langsung terhadap Indeks Harga Saham Gabungan, tetapi juga dapat berpengaruh secara tidak langsung yaitu melewati variabel suku bunga SBI. Penelitian ini menguji dengan menggunakan metode analisis jalur (path analysis) dan metode Product of Coeficient dikembangkan oleh Sobel (1982).
Analisis jalur merupakan model perluasan dari regresi yang digunakan untuk menguji keselarasan korelasi dengan dua atau lebih model hubungan sebab akibat yang dibandingkan oleh peneliti. Langkah pertama dalam analisis jalur adalah menerjemahkan hipotesis penelitian ke dalam bentuk diagram jalur (path diagram) dan bentuknya berasal dari kerangka berfikir. Secara ringkas dapat ditulis dalam bentuk persamaan, sebagai berikut:
Persamaan I : Y = b1X + e Persamaan II: Z = b2X + b3Y + e Keterangan:
X = Inflasi
Y = Suku bunga SBI
Z = Indeks Harga Saham Gabungan b1, b2, b3, = Koefisien jalur
e = error
32
2. Uji Asumsi Klasik
Pengujian terhadap asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui suatu model regresi tersebut dapat dikatakan baik atau tidak jika digunakan untuk melakukan penafsiran. Suatu model dikatakan baik apabila memenuhi asumsi klasik atau terhindar dari masalah-masalah multikolinieritas, heteroskedastisitas, autokorelasi maupun uji linearitas dan layak untuk digunakan.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji model regresi baik variabel independen atau variabel dependen memiliki distrisbusi data normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal (Ghozali, 2018:161).
Dalam penelitian ini, uji normalitas menggunakan analisis grafik.
Dasar pengambilan keputusan dalam mendeteksi normalitas adalah jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas dan jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penganggu pada
periode sekarang dengan periode sebelumnya. Model regresi yang
33
baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Jika korelasi maka dinamakan problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berrutan sepanjaang waktu berkaitan satu sama lainnya. Untuk melihat ada tidaknya autokorelasi adalah dengan menggunakan uji Durbin-Watson (Ghozali, 2018:111).
Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:
a) Jika < dL maka terdapat autokorelasi positif
b) Jika dL ≤ d ≤ dU maka tidak terdapat autokorelasi positif
c) Jika (4-dL) < d < 4 maka terdapat autokorelasi negative
d) Jika (4-dU) ≤ d ≤ (4-dL) maka tidak terdapat autokorelasi negative
e) Jika dU < d < (4-dU) maka tidak ada autokorelasi positif atau negatif
c. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dari
model regresi yang ada ditemukan korelasi antar variabel
independen (Ghozali, 2018:107). Dalam kondisi yang normal,
seharusnya tidak ada korelasi di antara variabel independen. Uji
multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai tolerance dari nilai
Variance inflation Factor (VIC). Dasar pengambilan keputusan
berdasarkan nilai tolerance apabila bernilai lebih besar dari 0,10
maka artinya tidak terjadi multikolinearitas, atau dengan melihat
34
nilai VIF jika bernilai kurang dari 10,0 maka tidak terjadi multikolinearitas.
d. Uji Heterokesdatis
Uji heterokesdatis bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi ada terjadinya ketidaksamaan variance dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya. Model regresi yang baik adalah jika variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap atau homokesdatis.
Pada penelitian ini untuk menguji terjadinya heteroskedastisitas atau tidak dengan menggunakan analisis grafis.
Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu dalam scatterplot antara variable dependen (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Dasar analisis grafik adalah jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur maka mengindikasikan terjadinya heteroskedastisitas (Ghozali, 2018:138). Pada scatterplot jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik yang menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y maka mengindikasikan tidak terjadinya heteroskedastisitas.
3. Uji Hipotesis
a. Uji t (Uji Parsial)
Uji satistik t digunakan untuk menunjukkan bagaimana
pengaruh satu variable independen terhadap variabel dependen yaitu
35
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pengambilan keputusan uji t dilihat jika nilai t hitung > t tabel atau t hitung < -t tabel maka variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen dengan melihat arah pengaruh yang ditimbulkan, positif atau negatif.
Pengujian dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari tiap-tiap variable independen (Tingkat Inflasi dan Tingkat Suku Bunga) terhadap IHSG di BEI periode 2013 sampai 2017.
b. Uji Sobel
Pengujian hipotesis mediasi dapat dilakukan dengan prosedur yang dikembangkan oleh Sobel (1982) dan dikenal dengan uji sobel (Sobel Test). Uji sobel dilakukan dengan cara menguji kekuatan pengaruh pengaruh tidak langsung X ke Y lewat M. Pengaruh tidak langsung X ke Y lewat M dihitung dengan cara mengalikan jalur X
─ M (a) dengan jalur M─Y (b) atau jalur ab. Jadi koefisien ab = ( c’
– c), dimana c adalah pengaruh X terhadap Y tanpa mengontrol M, sedangkan c’ adalah koefisien pengaruh X terhadap Y setelah mengontrol M. Standar error koefisien a dan b ditulis dengan Sa dan Sb dan besarnya standar error tidak langsung adalah Sab yang dihitung dengan rumus:
𝑆𝑎𝑏 = √𝑏
2𝑠𝑎
2+ 𝑎
2𝑠𝑏
2+ 𝑠𝑎
2𝑠𝑏
2Keterangan:
Sa = Standar eror X-Y
Sb = Standar eror Y-Z
36
a = Koefisien regresi X-Y b = Koefisien regresi Y-Z
Untuk menguji signifikan pengaruh tidak langsung, maka kita perlu menghitung nilai t dari koefisien ab dengan rumus:
𝑡 = 𝑎𝑏 𝑆𝑎𝑏