• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS (SP2TP) DI PUSKESMAS ARAS KABU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2017 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS (SP2TP) DI PUSKESMAS ARAS KABU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2017 SKRIPSI"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH :

MARGARETTA LORENZA TAMBUNAN NIM. 131000132

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

(2)

Skripsi ini diajukan sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

MARGARETTA LORENZA TAMBUNAN NIM. 131000132

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS (SP2TP) DI PUSKESMAS ARAS KABU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2017” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakkan atau pengutipan dengan cara- cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan keapada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Juli 2017

Margaretta Lorenza Tambunan

(4)
(5)

hasil kegiatan Puskesmas dapat dicatat serta dilaporkan ke jenjang di atasnya berkala dan teratur, guna menunjang pengelolaan upaya kesehatan masyarakat.

Puskesmas Aras Kabu, telah melaksanakan kegiatan SP2TP dalam manajemen pencatatan dan pelaporannya, namun pelaksanaannya belum maksimal karena SDM (petugas SP2TP) yang sering berganti dan belum mendapatkan pelatihan, prosespelaporan maupun pengumpulan data kegiatan puskesmas yang terlambat, terjadi duplikasi pekerjaan. Tidak tersedianya buku pedoman SP2TP di Puskesmas Aras Kabu, kelengkapan data untuk setiap kegiatan belum lengkap dan data juga pernah hilang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan SP2TP di Puskesmas Aras Kabu. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian dilakukan pada bulan April 2017. Informan dalam penelitian ini berjumlah 10 orang. Data diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam dan observasi menggunakan pedoman wawancara dan cheklist observasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa SP2TP masih belum maksimal, masih ada kendala yang di temukan dalam pelaksanaannya. Unsur input: yaitu kurangnya kemauan petugas SP2TP dala melaksanakan tugasnya karena meununda pekerjaan, kebijakan sudah ada yaitu SK sebagai pendukungnya, namun kebijakan yang lain hanya bersifat lisan, teknologi yang tersedia belum membawa perubahan, data berasal dari Puskesmas Pembantu, Poskesdes, dan Puskesmas induk, buku pedoman SP2TP belum tersedia, formulir SP2TP sudah tersedia, struktur organisasi sudah sesuai dengan ketentuan pedoman SP2TP.

Manajemen SP2TP adalah sistem satu pintu. Unsur proses: pencatatan di lakukan didalam dan diluar gedung Puskesmas, pelaporan masih terlambat, pengolahan data SP2TP menjadi 10 Penyakit Terbesar, PWS imunisasi, gizi, KIA, pengolahan data masih bersifat manual. Unsur output: masih terjadinya ketidaktepatan waktu dalam mengirimkan laporan, data masih belum akurat, dan belum sepenuhnya lengkap, data dimanfaatkan sebagai bahan perencanaan dan evaluasi.

Disarankan kepada Puskesmas perlu meningkatkan motivasi kerja, pemanfaatan teknologi agar lebih ditingkatkan, meningkatkan kualitas laporan baik dari segi ketepatan waktu dengan pengawasan. Perlunya mengecek data agar keakuratan sebagai salah satu syarat kualitas informasi bisa berhasil.

Kata Kunci: Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas, Puskesmas, Analisis.

(6)

ABSTRACT

The Puskesmas System of Cohesive Recording and Reporting is a mechanism of recording and reporting data, facilities, resources and medical services at Puskesmas. The goals of SP2TP are recorded and reported to the upper level correctly, periodically and regularly to support the management of public health. Puskesmas Aras Kabu had performed SP2TP in the management, but the realization had not been in maximum caused by the SDM who were frequently alternated and had not received trainings yet, the reporting and data collecting of Puskemas activities was late and also the double shift. Guide books for SP2TP at Puskesmas Aras Kabu were not available, the data of activity were not complete and were once lost.

This research was to understand SP2TP performed at Puskesmas Aras Kabu. This research employs the qualitative approach. This research was performed in April, 2017 with the informants of 10 people. The data were derived from interviews and the observation use the interview guide and observational checklist.

The research found that SP2TP was still not at its maximum there are found obstacles in the implementation. Input: SP2TP workers are still lacking in quality, because the habit of delaying work, there is SK as the endorsement of policy, the other policies are not in the written, the available technology is not utilized, the data come from Puskesmas Pembantu, Poskesdes, and Puskesmas, the guide books for SP2PT are not available, the blank forms for SP2TP are available, the organization structure was made according to existing regulations of SP2TP. The management of SP2TP is one door system. Process: The recording was done inside and outside of Puskesmas, the reporting activities were late, the processing of SP2TP’s data became 10 Biggest Diseases, PWS immunization, nutrient, KIA.

The data processing was manual. Output: Reports of data was late, the data were not accurate and were not complete. The data were used as materials for planning and evaluation.

It was suggested that Puskesmas improve work motivation, the utilization of technology be improved, the quality of reports be improved with discipline and the data be checked for accuracy as it is the standard of proper information.

Keywords: SP2TP, Puskesmas, Analysis Puskesmas.

(7)

judul “Analisis Pelaksanaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) di Puskesmas Aras Kabu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menerima banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik itu secara langsung maupun tidak langsung.

Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. dr. Heldy B.Z., M.P.H selaku Dosen Pembimbing I Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

5. dr. Fauzi, SKM selaku Dosen Pembimbing II Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

(8)

7. dr. Rusmalawaty, M.Kes, selaku Dosen Penguji II Skripsi, terima kasih untuk saran, bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

8. Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis di FKM USU.

9. Seluruh Dosen FKM USU, Dosen Departemen AKK, dan Staf FKM USU yang telah memberikan ilmu, bimbingan serta dukungan moral kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di FKM USU.

10. Orang tua laki-laki (Bapak) penulis, St. J. Tambunan, terima kasih untuk setiap perjuangan dan kasih sayangnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Orang tua perempuan (Mamak) penulis, Alm. A. Ambarita, yang senantiasa selalu hidup di hati penulis. Terima kasih atas didikan dan kasih sayang yang diberikan sehingga penulis dapat mengerti bahwa kehilangan mengajarkan arti dari proses kebangkitan.

12. Marhara Tua Mulyadi Tambunan, S. H. Dan Josua Tambunan, S.E. (Abang Penulis), terima kasih atas dukungan dan kasih sayangnya.

13. Uak Marleni Ambarita dan Kakak Juniarta Ambarita, terima kasih telah menjaga dan mendidik penulis selama dibangku perkuliahan hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

(9)

dan partisipasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

15. Sahabat-Sahabat terdekat penulis Enni, Pasrahni, Astri, Yuni, Susi, Erni, dan Dedek, terima kasih atas kebersamaan, kasih, dan saling menyemangati demi mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

16. FKM Kelas B 2013, teman-teman di Peminatan AKK, Kelompok PBL Desa Suka Sari, UKM POMK FKM, Carlise Michelle, dan KKN Desa Turpuk Sihotang terima kasih atas kebersamaan dan dukungannya.

17. Teman-teman penulis dari fakultas dan universitas lain, khususnya Januari Siagian, Desi Manurung, Laura Siregar, Rossy Napitupulu, Cynthia Cristian, Tanty Tambunan, Yolani Aruan, Debora Tampubolon, terima kasih atas doa dan semangat yang telah diberikan.

18. Dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan dukungan demi penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Maka dari itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna memperbaiki dan menyempurnakannya.

Medan, Juli 2017

Margaretta Lorenza Tambunan

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR ISTILAH ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

RIWAYAT HIDUP ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1 Tujuan Umum ... 7

1.3.2 Tujuan Khusus ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas ... 9

2.1.1 Pengertian Puskesmas ... 9

2.1.2 Prinsip Penyelengaraan Puskesmas ... 9

2.1.3 Fungsi Puskesmas ... 10

2.1.4 Wewenang ... 11

2.2 Sistem ... 12

2.3 Informasi ... 14

2.3.1 Pengertian Informasi ... 14

2.3.2 Fungsi Informasi ... 14

2.3.3 Nilai dan Kualitas Informasi ... 15

2.4 Sistem Informasi ... 18

2.5 Sistem Informasi Kesehatan ... 20

2.6 Sistem Informasi Manajemen ... 24

2.7 Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ... 25

2.8 Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) ... 26

2.8.1 Pengertian ... 26

2.8.2 Ruang Lingkup SP2TP ... 27

2.8.3 Tujuan SP2TP ... 27

(11)

2.8.6.3 Mekanisme Pelaporan ... 35

2.9 Prosedur Pengisian SP2TP ... 36

2.10 Data ... 37

2.11 Analisis ... 38

2.12 Landasan Teori ... 39

2.13 Kerangka Pikir ... 42

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 43

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 43

3.2.2 Waktu Penelitian ... 43

3.3 Informan Penelitian ... 43

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 44

3.4.1 Data Primer ... 44

3.4.2 Data Sekunder ... 45

3.5 Instrumen Penelitian... 45

3.6 Validasi Data ... 46

3.7 Analisis Data ... 47

3.8 Definisi Operasional ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 50

4.2 Karateristik Informan ... 51

4.3 Pelaksanaan SP2TP di Puskesmas Aras Kabu ... 52

4.3.1 Input ... 53

4.3.1.1 Sumber Daya Manusia ... 53

4.3.1.2 Kebijakan ... 55

4.3.1.3 Teknologi ... 57

4.3.1.4 Pendanaan ... 59

4.3.1.5 Material ... 61

4.3.1.6 Organisasi dan Manajemen ... 66

4.3.2 Proses ... 68

4.3.2.1 Pencatatan ... 68

4.3.2.2 Pelaporan ... 70

4.3.2.3 Pengolahan Data ... 74

4.3.3 Output ... 77

4.3.3.1 Kualitas Informasi ... 77

4.3.3.2 Pemanfaatan Data ... 83

(12)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Masukan (Input) ... 85

5.1.1 Sumber Daya Manusia ... 85

5.1.2 Kebijakan ... 87

5.1.3 Teknologi ... 88

5.1.4 Pendanaan ... 89

5.1.5 Material ... 90

5.1.5.1 Ketersediaan Data ... 90

5.1.5.1 Buku Pedoman dan Formulir SP2TP ... 91

5.1.6 Organisasi dan Manajemen ... 93

5.2 Proses ... 95

5.2.1 Pencatatan ... 95

5.2.2 Pelaporan ... 97

5.2.3 Pengolahan Data ... 99

5.3 Keluaran (Output) ... 100

5.3.1 Kualitas Informasi ... 100

5.3.2 Pemanfaatan Data ... 103

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 104

6.2 Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 107 LAMPIRAN

(13)

Tabel 4.1 Jumlah Tenaga Kesehatan Puskesmas Aras Kabu ... 51

Tabel 4.2 Distribusi Informan Berdasarkan Karateristik ... 52

Tabel 4.3 Matriks Pernyataan Informan tentang SDM ... 53

Tabel 4.4 Matriks Pernyataan Informan tentang Kebijakan ... 55

Tabel 4.5 Matriks Pernyataan Informan tentang Teknologi ... 57

Tabel 4.6 Matriks Pernyataan Informan tentang Pendanaan ... 59

Tabel 4.7 Matriks Pernyataan Informan tentang Ketersediaan Data ... 61

Tabel 4.8 Matriks Pernyataan Informan tentang Buku Pedoman dan Formulir SP2TP ... 63

Tabel 4.9 Matriks Pernyataan Informan tentang Organisasi dan Manajemen ... 66

Tabel 4.10 Matriks Pernyataan Informan tentang Pencatatan ... 68

Tabel 4.11 Matriks Pernyataan Informan tentang Pelaporan ... 70

Tabel 4.12 Matriks Pernyataan Informan tentang Pengolahan Data... 74

Tabel 4.13 Matriks Pernyataan Informan tentang Ketepatan Waktu ... 77

Tabel 4.14 Matriks Pernyataan Informan tentang Keakuratan Data ... 79

Tabel 4.15 Matriks Pernyataan Informan tentang Kelengkapan Data ... 81

Tabel 4.16 Matriks Pernyataan Informan tentang Pemanfaatan Data... 83

(14)

Gambar 2.1 Domain dari Pengukuran Sistem Informasi Kesehatan ... 22

Gambar 2.2 Alur Laporan Kesehatan... 34

Gambar 2.3 Transformasi Data Menjadi Informasi ... 38

Gambar 2.4 Kerangka Pikir Penelitian... 42

Gambar 5.1 Alur Struktur Organisasi SP2TP di Puskesmas... 94

(15)

ATK : Alat Tulis Kantor

JPKM : Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat KIA : Kesehatan Ibu dan Anak

LB : Laporan Bulanan

LPLPO : Lembar Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat

LT : Laporan Tahunan

POA : Planning of Action

PWS : Pemantauan Wilayah Setempat

SDM : Sumber Daya Manusia

SIK : Sistem Informasi Kesehatan SIM : Sistem Informasi Manajemen

SIMPUS : Sistem Informasi Manajemen Puskesmas SIP : Sistem Informasi Puskesmas

SP2TP : Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas WHO : World Health Organization

(16)

Lampiran 3. Pedoman Wawancara Mendalam Lampiran 4. Lembar Observasi

Lampiran 5. Dokumentasi Data

Lampiran 6. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Lampiran 7. Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kab. Deli Serdang Lampiran 8. Surat Selesai Penelitian dari Puskesmas Aras Kabu

(17)

Tanggal Lahir : 18 Maret 1996

Jenis Kelamin : Perempuan

Anak ke : 3 dari 3 Bersaudara

Suku Bangsa : Batak Toba

Agama : Kristen Protestan

Nama Ayah : Jannus Tambunan

Suku Bangsa Ayah : Batak Toba

Nama Ibu : Aspita Br. Ambarita

Suku Bangsa Ibu : Batak Toba

Pendidikan Formal

1. Tahun 2001-2003 : SDS HKBP Sidorame Medan 2. Tahun 2003-2007 : SDN 101898 Lubuk Pakam 3. Tahun 2007-2010 : SMPN 3 Lubuk Pakam 4. Tahun 2010-2013 : SMAN 1 Lubuk Pakam

5. Tahun 2013-2017 : Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

6. Lama studi di FKM USU : 3 tahun 8 bulan

(18)

Tujuan pembangunan kesehatan adalah berupaya meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan manajemen dan kebijakan yang proaktif dan dinamis yang melibatkan semua sektor baik pemerintah, swasta dan masyarakat.

Sistem Informasi Manajamen (SIM) dapat dijadikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut. SIM adalah sebuah subsistem yang menghasilkan keluaran berupa sebuah informasi yang dijadikan sebagai dasar bagi pengambilan keputusan dengan memanfaatkan berbagai sumber data yang ada guna mencapai tujuan (Sutanta, 2003). SIM dalam kesehatan sering juga disebut sebagai Sistem Informasi Kesehatan (SIK).

World Health Organization (WHO, 2004) menekankan bahwa alat untuk pengambilan keputusan dan mewujudkan manajemen kesehatan yang efektif yaitu membutuhkan sebuah sistem informasi kesehatan. WHO mendefinisikan bahwa sistem informasi kesehatan adalah sebuah sistem yang mengintegrasikan pengumpulan data, pengolahan, pelaporan, dan, penggunaan informasi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan kesehatan melalui manajemen yang lebih baik pada semua jenjang kesehatan.

Sistem Informasi Kesehatan (SIK) merupakan subsistem keenam dari sistem kesehatan nasional yang berperan dalam memberikan informasi untuk pengambilan keputusan di setiap jenjang administrasi kesehatan baik ditingkat

(19)

pusat, provinsi, kabupaten/kota atau bahkan pada tingkat pelaksana teknis seperti rumah sakit, dan puskesmas. SIK disetiap tingkatan baru terlaksana bila ada dukungan SIK dibawahnya. Dengan demikian, SIK Kabupaten/Kota akan terwujud apabila SIK di Puskesmas juga telah berjalan baik.

Seiring dengan kebutuhan data dan informasi, untuk mendukung kegiatan manajemen di tingkat Puskesmas, Kementerian Kesehatan RI telah melakukan kebijakan melalui Sistem Informasi Manjemen Puskesmas (SIMPUS). Menurut Permenkes No.75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, SIMPUS adalah suatu tatanan yang menyediakan informasi untuk membantu proses pengambilan keputusan dan melaksanakan manajemen puskesmas dalam mencapai sasaran kegiatannya.

Puskesmas merupakan ujung tombak pemerintah dalam memberikan upaya pelayanan kesehatan di masyarakat. Puskesmas merupakan salah satu penyelenggara upaya kesehatan yang berada pada jenjang tingkat pertama yang memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan, khususnya subsitem upaya kesehatan. Sesuai dengan rencana strategi kementerian kesehatan tahun 2015- 2019, puskesmas termasuk salah satu penguatan pelayanan kesehatan primer (Kemenkes RI, 2015).

Menurut Permenkes nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, puskesmas didefinisikan sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan

(20)

preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

Fungsi puskesmas sebagai pembina kesehatan wilayah diwujudkan melalui empat jenis upaya yaitu meningkatkan dan memberdayakan masyarakat, melaksanakan Upaya Kesehatan Masyarakat, melaksanakan Upaya Kesehatan Perorangan, memantau dan mendorong pembangunan berwawasan kesehatan.

Penguatan ke empat fungsi tersebut perlu dilakukan revitalisasi puskesmas, dengan fokus pada lima hal, salah satunya adalah peningkatan Sistem Informasi Puskesmas (SIP). Pengembangan sistem informasi kesehatan di puskesmas di arahkan untuk mendapatkan data dan informasi masalah kesehatan dan capaian pembangunan kesehatan yang dilakukan secara tepat waktu dan akurat (Kemenkes, 2015).

Data dan informasi sangat berperan penting didalam sebuah organisasi, berdasarkan pendapat Siagian (2000), menyebutkan data dan informasi yang telah memenuhi persyaratan akan menemukan peranan penting dalam peningkatan efisensi, efektifitas dan produktifitas suatu organisasi. Sumber utama data dan informasi SIMPUS adalah Sistem Pencatatan dan Pelaporan Tingkat Puskesmas (SP2TP). SP2TP tersebut ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.63/MenKes/SK/II/1981. SP2TP secara potensial dapat berperan banyak dalam menunjang manajemen puskesmas dan juga merupakan sumber data kesehatan bagi dinas kesehatan kabupaten/kota.

Dengan di sederhanakannya Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) mulai tahun 1996, diharapkan data dan informasi yang

(21)

dilaporkan oleh Puskesmas dapat lebih akurat, berkesinambungan dan tepat waktu.

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas adalah mekanisme kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga, dan upaya pelayanan kesehatan di puskesmas termasuk puskesmas pembantu. Tujuan SP2TP adalah agar semua data hasil kegiatan Puskesmas dapat dicatat serta dilaporkan ke jenjang di atasnya sesuai kebutuhan secara benar, berkala dan teratur, guna menunjang pengelolaan upaya kesehatan masyarakat. Pencatatan dan pelaporan adalah indikator keberhasilan suatu kegiatan, tanpa ada kegiatan pencatatan dan pelaporan, kegiatan atau program apapun yang dilaksanakan tidak akan terlihat wujudnya.

Laporan bulanan berupa formulir dikirim oleh Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota maksimal setiap tanggal 10 bulan berikutnya, berupa laporan LB 1 (Morbiditas), LB 2 (Data Obat), LB 3 (KIA, Gizi, KB, Imunisasi, Penyakit Menular), LB 4 (Kegiatan Puskesmas), dan laporan sentinel, sedangkan laporan tahunan dikirm paling lama tanggal 31 Januari di tahun berikutnya, berupa laporan LT 1 (data dasar puskesmas), LT 2 (data kepegawaian), LT 3 (data peralatan).

Berdasarkan hasil penelitian Ferri (2013), SP2TP di Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau disimpulkan banyak faktor yang menjadi penghambat dalam proses SP2TP diantaranya kebijakan yang belum efektif, tidak adanya dana khusus untuk SP2TP, Sumber Daya Manusia (SDM) yang masih kurang,

(22)

pengumpulan yang sering terlambat, dan pemanfaatan data belum dilakukan secara maksimal.

Berdasarkan hasil penelitian Suryani (2013) SP2TP di wilayah Puskesmas Kabupaten Dompu Provinsi NTB, pencatatan masih manual, pelaporan SP2TP masih belum lengkap karena tidak ada koordinasi, dari segi pelaksanaan masih bermasalah karena belum lengkap dan belum tepat waktu dalam pelaporannya.

Pengawasan walaupun sudah dianalisis tetapi tidak membantu kelengkapan laporan yang dikirim oleh puskesmas ke Dinas Kesehatan. Sehingga output yang dihasilkan berupa data dan informasi yang tidak akurat.

Menurut teori Achua (2004) kualitas informasi tergantung pada tiga hal yaitu akurat, berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak menyesatkan bagi orang yang menerima informasi tersebut, komponen akurat yaitu lengkap dan benar, kedua tepat waktu, informasi yang diterima harus tepat pada waktunya, sebab informasi yang usang (terlambat) tidak mempunyai nilai yang baik sehingga bila digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan akan dapat berakibat fatal dan yang ketiga relavan, artinya informasi harus mempunyai manfaat.

Puskemas Aras Kabu, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu Puskesmas dari 34 Puskesmas yang berada di Kabupaten Deli Serdang. Puskesmas Aras Kabu merupakan fasilitas kesehatan tingkat primer yang bermitra dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

Dalam manjemen pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Puskesmas Aras Kabu menggunakan aplikasi

(23)

komputer yang telah disediakan oleh BPJS untuk mencatat data pasien yang disebut sebagai Primary Care (PCare) yang terhubung secara online. Namun, dalam pemanfaatannya sistem PCare yang berbasis online tidak dimanfaatkan dalam manajemen Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu (SP2TP) di Puskesmas Aras Kabu. Laporan SP2TP yang dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten masih dengan sistem manual.

Pada survey awal yang dilakukan di temukan beberapa masalah yang menyangkut tentang pelaksanaan SP2TP di Puskesmas Aras Kabu yaitu dilihat dari sisi Sumber Daya Manusia SDM (petugas SP2TP) yang sering berganti dan belum mendapatkan pelatihan tentang SIMPUS sehingga Puskesmas Aras Kabu belum memakai SIMPUS dalam pelaksanaannya, bahkan petugas SP2TP tersebut tidak mengetahui tentang istilah SIMPUS, proses pelaporan maupun pengumpulan data kegiatan puskesmas ke koordinator SP2TP baik dari bidan desa, dan pemegang program yang terlambat, terjadi duplikasi pekerjaan karena disamping beban SP2TP puskesmas masih dibebani dengan penyampaian laporan lain dan kegiatan lain. Belum tersedianya pedoman SP2TP di Puskesmas Aras Kabu. Kelengkapan data untuk setiap kegiatan belum lengkap sepenuhnya dan data juga pernah hilang.

Hasil survey awal yang juga dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang berupa wawancara singkat bersama koordinator SP2TP, dikatakan bahwa memang ada beberapa puskesmas di wilayah kerja kabupaten Deli Serdang yang terlambat dalam mengirimkan laporan SP2TP ke tingkat Dati II, baik itu laporan bulanan ataupun laporan tahunan. Dalam pengumpulannya laporan SP2TP yang

(24)

dikirmkan ke dinas kesehatan Kabupaten Deli Serdang masih menggunakan sistem manual, begitu juga dengan Puskesmas Aras Kabu. Dalam pelaporan ataupun pengirimannya Puskesmas Aras Kabu selalu rutin mengirimkan tiap bulannya tetapi terkadang masih telat dalam batas waktu pengiriman laporan SP2TP yaitu yang seharusnya dikirimkan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Akibat keterlambatan laporan dari puskesmas yang dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, pelaporan untuk ke tingkat Dati I yaitu Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara juga terjadi keterlambatan.

Berhubungan hal tersebut, maka peneliti berminat untuk menganalisis pelaksanaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Tingkat Puskesmas (SP2TP) yang telah dilaksanakan di Puskesmas Aras Kabu, Kabupaten Deli Serdang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, adapun perumusan masalah penelitian ini yaitu: Bagaimana Pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas di Puskesmas Aras Kabu, Kabupaten Deli Serdang.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui bagaimana pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas di puskesmas Aras Kabu, Kabupaten Deli Serdang.

(25)

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menganalisa SDM, kebijakan, teknologi, pendanaan, material (data, buku pedoman dan formulir SP2TP), organisasi dan manajemen sebagai unsur sistem input atau masukan.

2. Menganalisa pencatatan, pelaporan, dan analisis sebagai unsur sistem proses.

3. Menganalisa kualitas data (tepat waktu, akurat, lengkap) dan pemanfaatan data sebagai unsur sistem output atau keluaran.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

Sebagai bahan informasi serta masukan bagi pemerintah daerah Kabupaten Deli Sedang dalm perencanaan program kesehatan dan upaya pengembangan dan pelaksanaan SP2TP kedepannya.

2. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan informasi serta masukan bagi para pengambil keputusan tingkat Puskesmas Aras Kabu Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang dalam pelaksanaan SP2TP.

3. Bagi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Dapat digunakan sebagai referensi pustaka dan dapat menambah ilmu di bidang sistem informasi kesehatan, khususnya SP2TP.

4. Bagi Peneliti

Untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman, serta dapat dijadikan sebagai dasar referensi untuk penelitian berikutnya.

(26)

2.1.1 Pengertian Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas memiliki tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat (Permenkes, 2014).

2.1.2 Prinsip Penyelenggaraan Pusekesmas

Prinsip penyelenggaran puskesmas berdasarkan Permenkes 2014 yaitu : 1. Paradigma Sehat

Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok, dan masyarkat.

2. Pertanggungjawaban wilayah

Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.

(27)

3. Kemandirian masyarakat

Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarkat.

4. Pemerataan

Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarkat di wilayah kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan.

5. Teknologi tepat guna

Puskesmas menyelenggarkan pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan, dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.

6. Keterpaduan dan kesinambungan

Puskesmas mengintegrasikan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarkat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan sistem rujukan yang didukung dengan manajemen puskesmas.

2.1.3 Fungsi Puskesmas

Menurut Permenkes 2014 dalam melaksanakan Puskesmas menyelenggarakan fungsi :

1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya.

2. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.

(28)

2.1.4. Wewenang

Dalam menyelenggarkan fungsi puskesmas sebagai penyelenggara UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya, puskesmas berwenang untuk :

1. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.

2. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.

3. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan, masyarakat dalam bidang kesehatan.

4. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain.

5. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat.

6. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia puskesmas.

7. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan.

8. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan terhdap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit.

Dalam menyelenggarkan fungsi puskesmas sebagai penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya, Puskesmas berwenang untuk :

1. Menyelenggarkan pelayanan kesehatan dasar secara komperhensif, berkesinambungan, dan bermutu.

(29)

2. Menyelenggarkan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif.

3. Menyelenggarkan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu, keluarga, kelompok, dan masyarkat.

4. Menyelenggarkan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan dan keselamatan pasien, petugas, dan pengunjung.

5. Menyelenggarkan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi.

6. Melaksanakan rekam medis.

7. Melaksanakan pencatatan, dan pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses pelayanan kesehatan.

8. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan.

9. Mengkoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya.

10. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem rujukan. (Permenkes, 2014)

2.2 Sistem

Sistem adalah sekumpulan hal atau kegiatan atau elemen atau subsistem yang saling bekerja sama atau yang dihubungkan dengan cara-cara tertentu sehingga membentuk satu kesatuan untuk melaksanakan suatu fungsi guna mencapai suatu tujuan. (Sutanta, 2003).

Ada yang mendefinisikan sistem sebagai suatu kesatuan yang utuh dan terdiri dari berbagai faktor yang berhubungan atau diperkirakan berhubungan dan

(30)

saling mempengaruhi satu sama lain, yang kesemuanya dengan sadar dipersiapkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Barsasella, 2012).

Telah disebutkan bahwa sistem terbentuk dari bagian atau elemen yang saling berhubungan dan mempengaruhi. Adapun yang dimaksud dengan bagian atau elemen tersebut adalah sesuatu yang mutlak harus ditemukan, yang jika tidak demikian halnya, maka tidak ada yang disebut dengan sistem. Bagian atau elemen tersebut banyak macamnya, yang jika disederhanakan dapat dikelompokkan dalam enam unsur saja yakni :

1. Masukan

Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut.

2. Proses

Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan.

3. Keluaran

Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem.

4. Umpan Balik

Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut.

5. Dampak

(31)

Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.

6. Lingkungan

Lingkungan (enviroment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.

(Azwar, 2010).

2.3 Informasi

2.3.1 Pengertian Informasi

Informasi merupakan hasil pengolahan data sehingga menjadi bentuk yang penting bagi penerimanya dan mempunyai kegunaan sebaagi dasar dalam pengambilan keputusan yang dapat dirasakan akibatnya secara langsung saat itu juga atau secara tidak langsung pada saat mendatang (Sutanta, 2003). Untuk memperoleh informasi, sumbernya adalah data.

Informasi juga dapat didefinisikan sebagai data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. Informasi sangatlah penting dan diibaratkan sebagai darah yang mengalir dalam tubuh organisasi.

2.3.2 Fungsi Informasi

Suatu informasi dapat mempunyai beberapa fungsi, antara lain : 1. Menambah pengetahuan

Adanya informasi akan menambah pengetahuan bagi penerimanya yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan yang mendukung proses pengambilan keputusan.

(32)

2. Mengurangi ketidakpastian

Adanya informasi akan mengurangi ketidakpastian karena apa yang akan terjadi dapat diketahui sebelumnya, sehingga menghindari keraguan pada saat pengambilan keputusan.

3. Mengurangi resiko kegagalan

Adanya informasi akan resiko kegagalan karena apa yang akan terjadi dapat diantisipasi dengan baik, sehingga kemungkinan terjadinya kegagalan akan dapat dikurangi dengan pengambilan keputusan yang tepat.

4. Mengurangi keanekaragaan atau variasi yang tidak diperlukan

Adanya informasi akan mengurangi keanekaragaman yang tidak diperlukan, karena keputusan yang diambil lebih terarah.

5. Memberi standar, aturan-aturan, ukuran-ukuran, dan keputusan-keputusan yang menentukan pencapaian sasaran dan tujuan

Adanya informasi akan memberikan standar, aturan, ukuran, dan keputusan yang lebih terarah untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan secara lebih baik berdasarkan informasi yang diperoleh (Sutanta, 2003).

2.3.3 Nilai dan Kualitas Informasi

Berdasarkan pendapat Sutanta (2003) yang mengutip pendapat Davis, nilai informasi dikatakan sempurna apabila perbedaan antara kebijakan optimal tanpa informasi yang sempurna dan kebijakan optimal menggunakan informasi yang sempurna dapat dinyatakan dengan jelas.

Nilai suatu informasi dapat ditentukan berdasarkan sifatnya. Ada sepuluh sifat yang dapat menentukan nilai informasi, yaitu sebagai berikut :

(33)

1. Kemudahan dalam memperoleh

Informasi mempunyai nilai yang lebih sempurna apabila dapat diperoleh secara mudah. Infrormasi dapat diperoleh dengan mudah jika sistem dilengkapi oleh basis data dan bagian pengolah yang mampu mengolah data dengan baik untuk memenuhi segala kebutuhan informasi secara mudah.

2. Sifat luas dan kelengkapannya

Informasi mempunyai nilai yang lebih sempurna apabila mempunyai lingkup atau cakupan yang luas dan lengkap. Sifat luas dan lengkap tersebut memerlukan dukungan basis data yang cukup lengkap dan terstruktur dengan baik.

3. Ketelitian (accuracy)

Informasi mempunyai nilai yang lebih sempurna apabila mempunyai ketelitian yang tinggi atau akurat. Informasi yang akurat dapat diperoleh jika basis data yang tersedia sebagai sumber informasi memuat data yang valid, baik tipe, bentuk, maupun format datanya.

4. Kecocokan dengan pengguna

Informasi mempunyai nilai yang lebih sempurna apabila sesuai dengan kebutuhan penggunanya.

5. Ketepatan waktu

Informasi mempunyai nilai yang lebih sempurna apabila dapat diterima oleh pengguna pada saat yang tepat. Penggunaan sistem komputer dalam sistem informasi akan memberikan dukungan yang sangat berarti untuk memperoleh

(34)

data tepat waktu, karena komputer mampu mengolah data dengan kecepatan yang sangat tinggi.

6. Kejelasan

Informasi yang jelas akan meningkatkan kesempurnaan nilai informasi.

Penggunaan sistem komputer akan membantu memenuhi kebutuhan tersebut, karena kemampuan teknologi komputer yang berkembang saat ini telah memungkinkan untuk menampilkan informasi dalam berbagai macam bentuk dan format secara mudah, termasuk tabel dan grafis.

7. Fleksibilitas atau keluwesannya

Nilai informasi semakin sempurna apabila memiliki fleksibilitas tinggi.

Fleksibilitas informasi diperlukan oleh para manajer pimpinan pada saat pengambilan keputusan. Fleksibilitas informasi berhubungan dengan bentuk dan format tampilan infomasi dan dengan mudah apabila memanfaatkan teknologi komputer.

8. Dapat dibuktikan

Nilai informasi semakin sempurna apabila informasi tersebut dapat dibuktikan kebenarannya. Kebenaran informasi bergantung pada validitas data sumber yang diolah.

9. Tidak ada prasangka

Nilai informasi semakin sempurna apabila informasi tersebut tidak menimbulkan prasangka dan keraguan adnaya kesalahan informasi.

Kesalahan tersebut dapat terjadi akibat kesalahan data atau prosedur pengolahan. Informasi dapat menimbulkan keraguan jika tidak wajar.

(35)

10. Dapat diukur

Informasi untuk pengambilan keputusan seharusnya dapat diukur agar dapat nilai yang smepurna. Pengukuran informasi umumnya dimaksudkan untuk mengukur dan melacak kembali validitas data sumber yang digunakan.

Menurut Sutabri (2005), kualitas suatu informasi tergantung dari tiga hal yaitu, informasi harus akurat, tepat waktu, dan relevan. Penjelasan tentang kualitas informasi tersebut adalah :

1. Akurat

Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau menyesatkan. Akurat uga berarti informasi harus jelas mencerminkan maksudnya.

2. Tepat Waktu

Informasi yang datang pada si penerima tidak boleh terlambat. Informasi yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi karena informasi merupakan landasan dalam pengambilan keputusan.

3. Relevan

Informasi tersebut mempunyai nilai manfaat untuk pemakainya 2.4 Sistem Informasi

Sistem Informasi adalah sebuah sistem dalam satu organisasi yang menyediakan dan mendukung informasi bersifat manajerial dan kegiatan strategik dari suatu organisasi (Sutabri, 2005).

Adapun fungsi utama dari sistem informasi adalah mengambil sebagai masukan atau merupakan data yang artinya adalah perekaman data dari suatu

(36)

peristiwa di dalam beberapa formulir seperti bukti tindakan medis dan bukti pelayanan penunjang, mengolah, mengtranformasi, dan mengkonversi data menjadi informasi, mendistribusikan informasi kepada para pemakai.

Transformasi informasi adalah komponen proses dalam pengelolaan sistem informasi yang berfungsi memproses data menjadi informasi sehingga dapat dihasilkan produk informasi yang diperlukan bagi para pemakai informasi.

Terdiri dari:

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilaksanakan sesuai dengan jenis data, objek dan sumber data serta persiapan pengumpulan data. Cara memperoleh data ialah bisa secara langsung ataupun tidak langsung.

2. Pengolahan Data

Pengolahan data dapat dilakukan secara manual ataupun dengan bantuan komputer. Hasil pengolahan data berupa keterangan-keterangan.

3. Penyajian dan penyebarluasan data dan informasi

Penyajian data dan informasi dilakukan baik secara visual maupun dalam bentuk publikasi dengan metode komunikasi langsung atau tidak langsung.

4. Penataan dokumentasi

Pendokumentasian dapat dilakukan dengan cara yang lama (file) dan cara baru (komputerisasi). Contohnya perpustakaan bertalian dengan upaya pengumpulan, pemeliharaan, penyimpanan, pengaturan dan pendayagunaan informasi.

(Sutabri, 2005).

(37)

2.5 Sistem Informasi Kesehatan (SIK)

Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah seperangkat tatanan yang meliputi data, informasi, indikator, prosedur, perangkat, teknologi, dan sumber daya manusia yang saling berkaitan dan dikelola secara terpadu untuk mengarahkan tindakan atau keputusan yang berguna dalam mendukung pembangunan kesehatan (Permenkes, 2014).

Menurut Barsasella (2012) yang mengutip pendapat Siregar, SIK adalah kumpulan komponen dan prosedur yang terorganisir dan bertujuan untuk menghasilkan informasi yang dapat memperbaiki keputusan yang berkaitan dengan manajemen pelayanan kesehatan disetiap tingkatnya.

Sistem Informasi Kesehatan merupakan salah satu bentuk pokok Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang dipergunakan sebagai dasar dan acuan dalam penyusunan berbagai kebijakan, pedoman dan arahan penyelenggaraan pembangunan kesehatan serta pembangunan berwawasan kesehatan. Sistem informasi kesehatan nasional dikembangkan dengan memadukan sistem informasi kesehatan daerah dan sistem informasi lain yang terkait (PP, 2012).

Pada tatanan Sistem Ksehatan Nasional, SIK merupakan bagian dari subsistem ke enam yaitu pada sub sistem manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan. Subsistem menajemen, informasi, dan regulasi kesehatan merupakan subsistem yang mengelola fungsi-fungsi kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, informasi kesehatan, dan hukum kesehatan yang memadai dan mampu menunjang penyelenggaraan upaya kesehatan nasional agar berhasil guna,

(38)

berdaya guna, dan mendukung penyelenggaraan ke enam subsitem lain di dalam SKN sebagai satu kesatuan yang terpadu.

Menurut Kusumadewi et al (2009), secara umum, SIK yang dikembangkan bertujuan untuk :

1. Mengurangi redundasi data

2. Menyediakan data yang berkualitas 3. Memelihara integritas data

4. Melindungi keamanan data

5. Memudahkan antarmuka dengan kemajuan teknologi 6. Memudahkan akses ke data yang terintegrasi.

Dalam pengembangan sistem informasi kesehatan diperlukan pengembangan jejaring. Inisiasi global untuk membangun networking ini dikenal dengan Health Matriks Network (HMN). Tujuan yang ingin dicapai HMN adalah untuk memperbaiki validitas, kualitas data, dan ketersediaan data kesehatan sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.

Dalam kerangka HMN, ada 6 komponen sistem informasi kesehatan yang saling berinteraksi untuk menghasilkan informasi yang lebih baik. Enam komponen sistem informasi kesehatan tersebut adalah :

1. Sumber Daya Sistem Informasi (Health Information System) (HIS) Resources (termasuk didalamnya kebijakan informasi, sumber daya finansial, sumber daya manusia, infrastruktur komunikasi, koordinasi dan kepemimpinan.

(39)

2. Indikator (Indicators) yang berhubungan dengan tiga domain utama informasi kesehatan, meliputi determinan kesehatan, sistem kesehatan dan status kesehatan.

3. Sumber Data (Data Sources) dapat dibagi ke dalam dua kategori, pendekatan berbasis populasi dan berbasis institusi.

4. Manajemen Data (Data Management) meliputi penyimpanan data, kualitas data dan proses data.

5. Produk Informasi (Information Products) berupa proses perubahan data menjadi informasi.

6. Diseminasi dan Penggunaan Informasi Kesehatan (Dissemination and Use) yaitu penyebaran dan pemanfaatan informasi yang dapat mendukung pengambilan keputusan. (WHO, 2008)

Menurut WHO (2008) dalam suatu sistem kesehatan sebagai faktor input adalah kebijakan, pendanaan, sumber daya manusia serta organisasi dan manajemen. Untuk outputnya adalah informasi dan kemampuan, dan kualitas layanan. Adapun skema dari pengukutan SIK adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Domain dari pengukuran Sistem Informasi Kesehatan

(40)

Sistem Informasi kesehatan pada hakikatnya harus dapat mengupayakan dihaslkannya informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan berbagai tingkat sistem kesehatan. Sesuai dengan pembagian wilayah di Indonesia yang berlaku saat ini, tingkat-tingkat sistem kesehatan dibagi menjadi :

1. Tingkat kecamatan, dimana terdapat puskesmas dan pelayanan kesehatan dasar.

2. Tingkat kabupaten/kotamadya, dimana terdapat dinas kesehatan kabupaten/kota, rumah sakit kabupaten/kota dan rujukan primer lain.

3. Tingkat provinsi, dimana terdapat dinas kesehatan provinsi, rumah sakit provinsi dan rujukan sekunder lainnya.

4. Tingkat pusat, dimana terdapat kementerian kesehatan, rumah sakit pusat dan pelayanan kesehatan rujuka tersier lainnya.

Prinsipnya sistem informasi kesehatan merupakan sistem informasi yang mendukung proses pengambilan keputusan di setiap bagian administrasi kesehatan. Selain itu beberapa aspek penting dalam informasi kesehatan adalah akurasi dan ketepatan penyajian informasi, pengelolaan informasi kesehatan yang harus memadukan pengumpulan data.

Sistem Informasi Kesehatan di puskesmas memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan- kegiatan:

1. Mencatat dan mengumpulkan data, baik kegiatan dalam gedung maupun luar gedung.

2. Mengolah data.

3. Membuat laporan berkala ke dinas kesehatan kabupaten/kota.

4. Memelihara bank data.

(41)

5. Memberikan pelayanan data dan informassi kepada masyarakat dan pihak- pihak yang berkepentingan lainnya (stakeholders) di wilayah kerjanya.

2.6 Sistem Informasi Manajemen

Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah sebagai kumpulan subsistem yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama dan membentuk satu kesatuan, saling berinteraksi dan bekerjasama anatara bagian satu dengan yang lainnya dengan cara-cara tertentu untuk melakukan fungsi pengolahan data, menerima masukan (input) berupa data-data, kemudian mengolahnya (proccesing), dan menghasilkan keluaran (ouput) berupa informasi sebagai dasar bagi pengambilan keputusan yang berguna dan mempunyai nilai nyata yang dapat dirasakan akibatnya baik pada saat itu juga maupun di masa mendatang, mendukung kegiatan operasional, manajerial, dan strategis organisasi, dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dan tersedia bagi fungsi tersebut guna mencapai tujuan (Sutanta, 2003).

Sistem Informasi Manajemen juga didefenisikan sebagai suatu sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan yang serupa (McLeod, 2001).

Agar SIM dalam suatu organisasi dapat beroperasi secara efektif, maka perlu diperhatikan tentang beberapa unsur penting berikut :

1. Data yang dibutuhkan.

2. Kapan data dibutuhkan.

3. Siapa yang membutuhkan.

4. Dimana data dibutuhkan.

(42)

5. Dalam bentuk apa data dibutuhkan.

6. Prioritas yang diberikan dari bermacam data.

7. Prosedur atau mekanisme yang digunakan untuk memproses data.

8. Bagaimana pengaturan umpan balik.

9. Mekanisme evaluasi yang digunakan.

Unsur-unsur tersebut harus diperhatikan sebagai bagian penting pada saat pengembangan SIM untuk organisasi.

2.7 Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS)

Menurut Permenkes No.75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, SIMPUS adalah suatu tatanan yang menyediakan informasi untuk membantu proses pengambilan keputusan dan melaksanakan manajemen puskesmas dalam mencapai sasaran kegiatannya.

Sistem Informasi Manajemen Puskesmas juga merupakan suatu program aplikasi yang memberikan informasi baik untuk administrasi dan pengelolaan sebuah puskesmas demi meningkatkan kinerja dan menangani keseluruhan proses manajemen di puskesmas (Barsasella, 2012). Sistem Informasi Manajemen Puskesmas dikembangkan dengan berpedoman pada mekanisme kerja pelayanan pasien di puskesmas. Menurut Barsasella (2012) yang mengutip pendapat Eryando, Program SIMPUS berupa program database (database software language/SQL) memakai peranngkat lunak Microsoft Visual Foxro untuk dapat dioperasikan dalam Windows Operating System. Dilengkapi juga dengan username dan password demi menjaga keamanan data.

(43)

Sumber data SIMPUS adalah Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP), survey lapangan, laporan lintas sektor, dan laporan sarana kesehatan swasta.

Menurut Barsasella (2012), maksud dan tujuan SIMPUS antara lain

1. Mengumpulkan data dari tiap puskesmas baik data orang sakit, bayi lahir, ibu hamil, ketersediaan obat, penyuluhan kesehatan masyarakat dan lain-lain.

2. Menghasilkan informasi up to date tentang kondisi kesehatan di suatu puskesmas dari jumlah orang sakit sampai ketersediaan obat sehingga dapat digunakan sebagai data awal dalam pengambilan kebijaksanaan bagi pimpinan.

3. Membantu kelancaran administrasi dan manajemen puskesmas dalam penyusunan laporan mengenai kondisi kesehatan puskesmas masing-masing.

4. Memudahkan pekerjaan administrasi puskesmas dalam membuat laporan harian dan bulanan.

2.8 Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) 2.8.1 Pengertian

SP2TP adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga, dan upaya pelayanan kesehatan di puskesmas. Sistem didefinisikan sebagai tatanan dimana terjadi satu kesatuan usaha dari berbagi unsur yang saling berkaitan, secara teratur menuju pencapaian dalam suatu batas lingkungan tertentu, sedangkan terpadu merupakan gabungan berbagai macam kegiatan upaya pelayanan kesehatan puskesmas, sehingga dapat dihindarkan adanya pencatatan

(44)

dan pelaporan yang tumpang tindih, yang dapat menambah beban kerja pelaksana Puskesmas.

Barasasella (2012) yang mengutip pendapat Yusran, SP2TP merupakan kegiatan pencatatan dan pelaporan puskesmas secara menyeluruh (terpadu) dengan konsep wilayah kerjanya puskesmas. Sistem pelaporan ini diharapkan mampu memberikan informasi baik bagi puskesmas maupun untuk jenajang administrasi yang lebih tinggi, guna mendukung manajemen kesehatan.

2.8.2 Ruang Lingkup SP2TP

SP2TP menganut konsep wilayah kerja Puskesmas, sehingga mencakup semua kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas (puskesmas pembantu, pukesmas keliling, termasuk bidan desa). Jenis data yang dikumpulkan dan dicatat dalam SP2TP adalah seluruh kegiatan di puskesmas yang meliputi data : 1) Umum dan demografi di wilayah kerja puskesmas, 2) Ketenagaan di Puskesmas, 3) Sarana yang dimiliki puskesmas, 4) Kegiatan pokok puskesmas yang dilakukan didalam dan diluar gedung puskesmas. (Barsasella, 2012).

2.8.3 Tujuan SP2TP

Tujuan SP2TP adalah agar semua data hasil kegiatan puskesmas dapat dicatat serta dilaporkan ke jenjang diatasnya sesuai kebutuhan secara benar, berkala, dan teratur, guna menunjang pengelolaan upaya kesehatan masyarakat (Barsasella, 2012).

(45)

1. Tujuan Umum

Meningkatkan kualitas manajemen puskesmas secara lebih berhasil guna dan berdaya guna melalui pemanfaatan secara optimal data SP2TP dan informasi lain yang menunjang.

2. Tujuan Khusus

a. Sebagai dasar penyusunan perencanaan tingkat puskesmas.

b. Sebagai dasar penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas (Lokakarya Mini).

c. Sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas.

d. Untuk mengatasi berbagai kegiatan hambatan pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas.

2.8.4 Manfaat SP2TP

Manfaat pencatatan dan pelaporan antara lain :

1. Memudahkan dalam mengelola informasi kegiatan di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.

2. Memudahkan dalam memperoleh data untuk perencanaan dalam rangka pengembangan tenaga kesehatan.

3. Memudahkan dalam melakukan pembinaan tenaga kesehatan.

4. Memudahkan dalam melakukan evaluasi hasil.

2.8.5 Pencatatan

Pencatatan kegiatan harian puskesmas dapat dilakukan di dalam gedung

(46)

(kegiatan program harian puskesmas seperti tekanan darah, laboratorium, KB, dan lain-lain) dalam hal ini loket memegang peranan penting bagi seseorang pasien yang berkunjung pertama kali atau melakukan kunjungan ulang, sedangkan kagiatan di luar gedung puskesmas (data yang dibuat berdasarkan catatan harian yang dilaksanakan di luar gedung puskesmas, seprti kegiatan posyandu, UKS dan lain-lain), puskesmas tempat tidur dan puskesmas pembantu serta bidan di desa juga harus di catat (Barsasella, 2012).

Agar pencatatan dapat ditata dengan baik maka diperlukan sebuah mekanisme yang mengaturnya dengan baik. Semua itu telah diatur dalam sebuah formulir standar yang ditetapkan SP2TP digunakan untuk memudahkan pencatatan, jenis formulir tersebut adalah :

1. Rekam Kesehatan Keluarga (RKK)

Disebut juga family folder adalah himpunan kartu individu suatu keluarga yang memperoleh pelayanan kesehatan di puskesmas.

2. Kartu rawat jalan

Merupakan alat untuk mencatat identitas dan status pasien rawat jalan.

3. Kartu indeks penyakit

Kartu indeks penyakit merupakan alat bantu mencatat identitas pasien, riwayat, dan perkembangan penyakit, khusus penderita penyakit TBC paru dan kusta.

4. Kartu ibu

Kartu ibu merupakan alat bantu untuk mengetahui identitas, status kesehatan, dan riwayat kehamilan sampai kelahiran.

(47)

5. Kartu anak

Kartu anak adalah alat bantu untuk mencatat identitas, status kesehatan, pelayanan preventif-promotif-kuratif-rehabilitatif yang diberikan kepada balita dan anak prasekolah.

6. KMS balita, anak sekolah

Alat bantu untuk mencatat identitas, pelayanan, dan pertumbuhan yang telah diperoleh balita dan anak sekolah.

7. KMS ibu hamil

Alat untuk mengetahui identitas dan mencatat perkembagan kesehatan ibu hamil dan pelayanan kesehatan yang diterima ibu hamil.

8. KMS usia lanjut

Alat untuk mencatat kesehatan usia lanjut secara pribadi baik fisik maupun psikososial, dan digunakan untuk memantau keehatan, deteksi dini penyakit, dan evaluasi kemajuan kesehatan usia lanjut.

9. Register

Merupakan formulir untuk mencatat atau merekap data kegiatan didalam dan di luar gedung puskesmas, yang telah dicatat di kartu dan catatan lainnya.

Ada beberapa jenis register sebagai berikut : a. Nomor indeks pengunjung puskesmas

b. Rawat jalan

c. Register kunjungan d. Register rawat inap e. Register KIA dan KB

(48)

f. Register kohort ibu dan balita

g. Register deteksi dini tumbh kembang dan gizi h. Register penimbangan balita

i. Register imunisasi j. Register gizi

k. Register kapsul beryodium l. Register anak sekolah

m. Sensus harian : kunjungan, kegiatan KIA, imunisasi, dan penyakit.

(Barsasella, 2012).

2.8.6 Pelaporan

2.8.6.1 Jenis Pelaporan

Pelaporan terpadu puskesmas menggunakan tahun kalender yaitu dari bulan Januari sampai dengan Desember dalam tahun yang sama. Pada tahun 1996 tentang Penyederhanaan SP2TP, formulir laporan telah disederhanakan dalam upaya untuk mengurangi beban kerja bagi petugas puskesmas, jadi diharapkan tidak adanya laporan lain dari puskesmas selain SP2TP, dan data atau variabel yang dilaporkan trsedia dalam formulir pencatatan. Dengan demikian data atau variabel yang dilaporkan diharapkan dapat dipercaya serta dapat diterima tepat waktu.

Adapun format pelaporan yang tersedia di dalam SP2TP meliputi : 1. Laporan puskesmas bulanan, meliputi jenis pelaporan sebagai berikut : a. Laporan bulanan data kesakitan (LB-1) : kasus lama dan kasus baru.

b. Laporan bulanan obat-obatan (LB-2) atau LPLPO.

(49)

c. Laporan bulanan (LB-3) : gizi, imunisasi, KIA, pengamatan penyakit menular seperti : diare, malaria, DBD, TB paru, kusta, filaria, ISPA, rabies dan lain- lain.

d. Laporan bulanan (LB-4) : Laboratorium, kunjungan puskesmas, rawat tinggal, perawatan kesehatan masyarakat, pelayanan medik dasar, kesehatan gigi, pelayanan JPKM, kesehatan sekolah, kesehatan olahraga, PKM, kesehatan lingkungan.

2. Laporan puskesmas bulanan sentinel, meliputi jenis pelaporan sebagai berikut:

a. Laporan bulanan sentinel (LB-1S) : laporan yang memuat data saluran pernafasan akut (ISPA), dan diare menurut umur dan status imunisasi.

Puskesmas yang ditunjuk yaitu satu puskesmas dari setiap Dati II dengan periode laporan bulanan serta dialaporkan ke dinas kesehatan Dati II, dinas kesehatan Dati I dan pusat.

b. Laporan bulanan sentinel (LB-2S) : laporan yang memuat data KIA, gizi, tetanus, neonatorum, dan penyakit akibat kerja. Laporan bulanan senitnel hanya diperuntukkan bagi puskesmas rawat inap. Laporan ini dilaporkan ke dinas kesehatan.

3. Laporan Puskesmas tahunan, meliputi jenis pelaporan sebagai berikut :

a. Laporan tahunan data dasar Puskesmas (LT-1) : data kependudukan, fasilitas pendidikan, kesehatan, lingkungan, lingkungan dan peran peserta.

(50)

b. Laporan tahunan data kepegawaian (LT-2) : tenaga Pegawai Negeri Sipil (PNS) di puskesmas, tenaga PTT di puskesmas, tenaga PNS di puskesmas pembantu.

c. Laporan tahunan data peralatan (LT-3) : linen, peralatan laboratorium, peralatan untuk kesehatn gigi, perlatan untuk penyuluhan peralatan untuk tindakan medis dan non medis.

Bagian yang paling penting adalah bagaimana memanfaatkan semua jenis data yang telah dibuat dalam sebuah laporan sebagai bahan masukan yang nantinya dijadikan sebagai sumber untuk menyusun rencana program-program di puskesmas atau yang sering disebut dengan Lokakarya Mini Puskesmas (LKMP).

2.8.6.2 Alur Laporan

Laporan Dati II dikirimkan ke Dinas Kesehatan Dati I dan Kantor Wilayah Dinas Kesehatan Provinsi serta Pusat dalam bentuk rekapitulasi dari laporan SP2TP. Laporan tersebut meliputi :

1. Laporan Triwulan

a. Hasil entri data atau rekapitulasi laporan LB-1 b. Hasil entri data atau rekapitulasi laporan LB-2 c. Hasil entri data atau rekapitulasi laporan LB-3 d. Hasil entri data atau rekapitulasi laporan LB-4 2. Laporan Tahunan

a. Hasil entri data atau rekapitulasi laporan LT-1 b. Hasil entri data atau rekapitulasi laporan LT-2 c. Hasil entri data atau rekapitulasi laporan LB-4

(51)

Laporan Tahunan dikirim paling lambat akhir bulan Februari di tahun berikutnya dan diberikan kepada dinas-dinas terkait.

Laporan triwulan dikirim paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya dari triwulan yang dimaksud. Laporan ini diberikan kepada dinas-dinas terkait dibawah ini :

1. Kepala Dinas Kesehatan Dati I

2. Kepala Kantor Wilayah Dinas Kesehatan Provinsi

3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Cq Direktorat Jendral Pembinaan 4. Kesehatan Masyarakat (Ditjen Binkesmas).

Berikut merupakan skema alur laporan di Kesehatan PUSAT

Bagian Informasi Binkesmas

Pusdakes

Program Terkait Tk. Pusat Program Terkait

Tk. Pusat

Program Terkait Tk. Pusat Program Terkait

Tk. Provinsi Dinkes Dati I

Bagian TU Subag. Rencana

Program Terkait Tk. Pusat Program Terkait

Tk. Dati II Dinkes Dati II

Subbag. TU

GFK KEPALA PUSK

Tata Usaha KIA P2M PKM PKL PKL

(52)

KETERANGAN Garis Laporan SP2TP Garis Umpan Balik Lampuran Tembusan Koreksi Data Hasil Olahan Rekap Garis Pembina Gambar 2.2 Alur Laporan di Kesehatan

2.8.6.3 Mekanisme Pelaporan 1. Tingkat Puskesmas

a. Laporan dari tingkat puskesmas pembantu dan bidan di desa disampaikan ke pelaksana kegiatan di puskesmas.

b. Pelaksana merakapitulasi yang dicatat baik di dalam maupun diluar gedung serta laporan yang diterima dari puskesmas pembantu dan bidan desa.

c. Hasil rekapitulasi pelaksana kegiatan dimasukkan ke formulir laporan sebanyak dua rangkap, untuk disampaikan kepada koordinator SP2TP.

d. Hasil rekapitulasi pelaksanaan kegiatan diolah dan dimanfaatkan untuk tindak lanjut yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja kegiatan.

2. Tingkat Dati II

a. Pengelolaan data SP2TP di Dati II menggunakan perangkat lunak yang ditetapkan oleh kementrian kesehatan.

b. Laporan SP2TP dari puskesmas yang diterima dinas kesehatan Dati II disampaikan kepada pelaksana SP2TP untuk direkapitulasi atau entri data.

c. Hasil rekapitulasi dikoreksi, diolah, serta dimanfaatkan sebagai bahan untuk umpan balik, bimbingan teknis ke puskesmas dan tindak lanjut untuk meningkatkan kinerja program.

(53)

d. Hasil rekapitulasi data setiap 3 bulan dibuat dalam rangkap 3 (dalam bentuk soft file) untuk dikirmkan ke dinas kesehatan Dati I, Kanwil Dinas Kesehatan Provinsi dan Kementrian Kesehatan.

3. Tingkat Dati I

a. Pengolahan dan pemanfaatan data SP2TP di Dati I mempergunakan perangkat lunak sama dengan Dati II.

b. Laporan dati dinas kesehatn Dati II, diterima oleh dinas kesehatan Dati I dan Kanwil I dalam bentuk soft file dikompilasi atau direkaptulasi.

c. Hasil rekapitulasi disampaikan ke pengelola program Dati I untuk diolah dan dimanfaatkan serta dilakukan tindak lanjut, bimbingan, dan pengendalian.

4. Tingkat Pusat

Hasil olahan yang dilaksankan Ditjen Binkesmas paling lambat 2 bulan setelah berakhirnya triwulan tersebut disampaikan kepada pengelola program terkait dan pusat data kesehatan untuk dianalisis dan dimanfaatkan sebagai umpan balik, kemudian dikirimkan ke Kanwil Dinas Kesehatan Provinsi.

(Barsasella, 2012).

2.9 Prosedur Pengisian SP2TP Prosedur pengisian SP2TP yaitu :

1. Formulir SP2TP mengacu pada fomulir cetakan 2006 baik bulanan maupun tahunan.

2. Pada formulir SP2TP diisi oleh masing-masing penanggung jawab program.

3. Penanggung jawab program bertanggung jawab penuh terhadap kebenaran data yang ada.

(54)

4. Hasil akhir pengisian data di ketahui oleh kepala puskesmas.

5. Didalam pengentrian ke komputer dapat dilakukan oleh petugas yang ditunjuk atau staf penegelola program bersangkutan.

6. Data pada formulir SP2TP agar diarsipkan sebagai bukti didalam pertanggungjawaban akhir minimal 2 tahun.

7. Semua data berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas (Barsasella, 2012).

2.10 Data

Data adalah sebagai bahan keterangan tentang keajdian-kejadian nyata atau fakta-fakta yang dirumuskan dalam sekolompok lambang tertentu yang tidak acak yang menunjukkan jumlah, tindakan, atau hal (Sutanta, 2003). Data dapat berupa catatan-catatan dalam kertas, buku atau tersimpan sebagi file dalam basis data

Data merupakan sumber dari informasi. Banyak orang yang salah mengartikan data dan infrormasi, ada yang yang menyebut data, padahal informasi, sebaliknya ada yang menyebut informasi, padahal data. Sutabri (2005) yang mengutip pendapat Davis, menjelaskan kaitannya data dengan informasi dalam bentuk definisi sebagai berikut. Informasi adalah data yang telah diproses ke dalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat itu atau keputusan mendatang.

Sedangkan, data adalah bahan mentah yang diproses untuk menyajikan informasi.

Transformasi data menjadi informasi dapat digambarkan sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 2.3, dalam gambar tersebut input adalah data yang akan diolah oleh unit pengelolah, dan output adalah informasi sebagai hasil pengolahan

(55)

data yang telah diinputkan tersebut. Suatu unit penyimpanan diperlukan sebagai alat simpanan data, pengolah, maupun informasi.

Gambar 2.3 Transformasi Data Menjadi Informasi

Data itu penting bagi kehidupan manusia itu jelas karena data merupakan proses hasil pengamatan atau observasi yang kemudian menjadi pengetahuan.

Dalam pelaksanaanya data dalam SP2TP sangat dibutuhkan sebagai bahan dasar yang objektif di dalam proses penyusunan kebijaksanaan dan keputusan oleh pimpinan organisasi. Bahwa data itu sangat penting bagi manajemen itu juga jelas sebab data digunakan untuk berbagai keperluan, yaitu pengetahuan, perkiraan, pertimbangan, dan keputusan. Hal-hal tersebut merupkan aspek-aspek penting dalama manajemen, terutama pengambilan keputusan yang banyak dilakukan oleh para manajer harus didukung oleh data yang lengkap, benar, dan seksama sehingga setiap keputusan yang diambil tepat.

2.11 Analisis

Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk

Input (Data)

(

Unit Pengolah

Output (Informasi)

Unit Penyimpanan

Gambar

Gambar 2.1 Domain dari pengukuran  Sistem Informasi Kesehatan
Gambar 2.3 Transformasi Data Menjadi Informasi
Gambar 2.4 Kerangka Pikir Penelitian Input : 1.  SDM 2.  Kebijakan 3.  Teknologi 4.  Pendanaan  5
Gambar 5.1 Alur Struktur Organisasi SP2TP di Puskesmas

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil wawancara yang di lakukan di Dinas Kesehatan Serta Puskesmas Baluase untuk keakuratan yang terjadi selama ini sudah dapat di katakana sudah akurat atau tepat, karna

Puskesmas Bandar Dolok telah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen logistik, namun masih terdapat beberapa masalah yaitu banyak alat kesehatan yang rusak, alat dan barang yang

Monitoring Pelaksanaan JKN berguna untuk memantau terlaksananya pelaksanaan program ini dengan baik sehingga puskesmas sebagai fasilitas kesehatan dapat memberikan pelayanan

Bagaimana sistem pemberian insentif atau jasa medis bagi pemberi pelayanan kesehatan dalam program JKN di Puskesmas?. Apa dasar penetapan tarif pelayanan bagi peserta program JKN

Strateginya dari sini distribusi obat kita harus melihat cross check pasien dia berapa, jadi jangan sampai kita memberikan jumlah obat yang tidak tepat, untuk pasien

Adapun judul skiripsi ini adalah “Kualitas Pelayanan Kesehatan Pada Pasien Di Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli Serdang” dan dalam

Hasil penelitian diperoleh bahwa pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan terpadu (SP2TP) di wilayah kerja Puskesmas Terjun sudah terlaksana meskipun belum

kesehatan dengan perawatan yang akan diberikan kepada pasien saat berkunjung. Keberhasilan suatu pelayanan kesehatan ditentukan oleh sumber daya