iv
Wulandari S.N., 2011. Pembimbing I : Endang Evacuasiany, Dra., Apt., MS., AFK Pembimbing II : Budi Widyarto, dr., M.H
adalah infeksi cacing tersering, prevalensi diseluruh dunia sebesar 25%. Banyak tanaman obat berkhasiat sebagai obat cacing. Salah satunya adalah mengkudu ( L). Mengkudu mengandung saponin yang berpotensi sebagai antelmintik karena menghambat enzim asetilkolinesterase sehingga cacing paralisis otot kemudian mati.
Tujuan penelitian untuk mengetahui efek infusa buah dan daun mengkudu sebagai antelmintik terhadap
Metode penelitian adalah eksperimental laboratorik, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan bersifat komparatif. Data yang diukur adalah jumlah cacing paralisis dan mati. Analisis data dari menggunakan uji ANAVA dilanjutkan uji beda rata4rata Tukey dengan α = 0,05 menggunakan program komputer. Hasil analisis statistik ANAVA diperoleh Fhitung (100.789) > Ftabel (2.866), dan
nilai < 0.05. Jumlah tertinggi adalah infusa buah 100% dengan rerata 65%, sedangkan terendah adalah infusa daun 25% dengan rerata 20,83%.
Kesimpulan infusa buah dan daun mengkudu ( L) berefek antelmintik terhadap
Kata kunci : infusa buah dan daun mengkudu ( L), antelmintik,
viii
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 3
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 3
1.3.1 Maksud ... 3
1.3.2 Tujuan ... 3
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3
1.4.1 Manfaat Akademis ... 3
1.4.2 Manfaat Praktis ... 3
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ... 4
1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 4
1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 4
1.6 Metodologi Penelitian ... 5
ix
2.1.3 Anatomi, Histologi, Fisiologi ... 9
2.1.3.1 Dinding Badan ... 9
2.1.3.2 Sistem Pencernaan ... 11
2.1.3.3 Sistem Ekskresi ... 12
2.1.3.4 Sistem Syaraf ... 12
2.1.3.5 Sistem Reproduksi ... 13
2.1.3.6 Sistem Kardiovaskular ... 13
2.1.3.7 Sistem Respiratorius ... 13
2.1.4 Telur ... 13
2.2.4 Diagnosis Banding ... 21
2.2.5 Pengobatan ... 21
2.2.6 Pencegahan ... 22
x
2.3 Antelmintik ... 23
2.3.1 Mebendazol ... 24
2.3.2 Pirantel Pamoat ... 25
2.3.3 Piperazin ... 26
2.3.4 Albendazol ... 26
2.3.5 Tiabendazol ... 27
2.4 Mengkudu ( L) ... 28
2.4.1 Taksonomi ... 30
2.4.2 Kandungan dan Manfaat ... 29
2.4.2.1 Kandungan ... 29
2.4.2.2 Manfaat ... 31
3.1 Bahan/Subjek Penelitian ... 32
3.1.1 Bahan dan Alat Penelitian ... 32
3.1.2 Subjek Penelitian ... 33
3.1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ... 33
3.2 Metode Penelitian ... 33
3.2.1 Desain Penelitian ... 33
3.2.2 Variabel Penelitian ... 33
3.2.2.1 Definisi Konsepsional Variabel ... 33
3.2.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 33
3.2.3 Besar Replikaan Penelitian ... 33
3.2.4 Prosedur Kerja ... 34
3.2.5 Cara Pemeriksaan ... 34
xi
4.1 Hasil Pengujian ... 37
4.2 Pembahasan ... 40
4.3 Uji Hipotesis ... 41
5.1 Simpulan ... 42
5.2 Saran ... 42
... 43
... 47
xii
Tabel 2.1 Hubungan tingkat ascariasis dengan jumlah telur per gram tinja
dan jumlah cacing betina ... 20
Tabel 4.1 Rerata dan Jumlah Cacing Paralisis dan Mati Setelah Perlakuan ... 37
Tabel 4.2 Rerata Berat Feses (gram) dan Hasil Uji ANAVA ... 38
Tabel 4.3 Uji " Terhadap Rata4rata Jumlah Cacing
Mati dan Paralisis Setelah Perlakuan ... 39
xiii
Gambar 2.1 jantan dan betina... 5
Gambar 2.2 Mulut cacing # ... 6
Gambar 2.3 Cacing jantan dewasa ... 6
Gambar 2.4 Spikula pada cacing jantan ... 7
Gambar 2.5 Cacing betina dewasa ... 7
Gambar 2.6 Telur fertil ... 13
Gambar 2.7 Telur non4fertil ... 14
Gambar 2.8 Lingkaran hidup ... 15
Gambar 2.9 Buah mengkudu ... 29
xiv
Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Buah dan Daun Mengkudu ... 49
Lampiran 2. Perhitungan Statistik ... 50
! "
# !
!
! "
# !
!
$ % & & ' ( & !
%
) ! * +
) ! * +
) ! * + ,
-*! . ,
&
) ! * +
) ! * +
) ! * + ,
! " # $%% #
# & ' ( (() ** +(( ' ,,&) ,) )+ & ) ' + ', ,, (( ()
# - ' + ,,& ' ,-&+ & * *'' * '+ ( ( *) ' , ,, (, ,,
# *-- ' ( ---- ' ,-'*+ & * &- + * ** )* +'+ (- -- )-
--& ' &- +, - ' * ') & - )'- *' *(-* &) - *( () &( ()
- ' '* (() ( ,+-+& , * -'* ,* *'& * +&-+ ,( () -
--*-- ' (& --- ) , ,* , ( ((- - ), + )' &('& , ,, )-
--. ' ---- --- --- ---- ---- --
--/ ' *-- ---- --- --- *-- ---- *-- ---- *-- -- *
--0 ,& - (& , & &' -- *)- ' '- -) (* *)-) -- *
--! * &
! "
0 5 6 7
. % 5 5
/ % =
-* & , '
-< '
----5 & ' & +,
-5 - ' '* (()
# 5 & ' (
---# 5 - ' + ,,&
5 *-- ' (&
---# 5 *-- ' (
----' *--
----* --- * --- * --- ' ) *
---% / % 6
!
0 1 2 ! 0**
0* * 3* * ' 4 /
- ! - 5 6 7 ' / /
8
8 ! $ 3 %*!* 0* 9 3 3 3
%. 2 * : !! %
; 4 . ! 3
5 2&0 < 6 7
5 25-3 0 6 7 ,
5 2') 0 < % 7
' 4 = ! > * ! ) ) ? ! > ! ' ! 7
1
Penyakit parasit di Indonesia masih menempati posisi pentini seperti juia
penyakit infeksi lainnya. Telah banyak upaya yani dilakukan untuk pemberantasan
penyakit ini tetapi sampai sekarani belum terlihat hasil yani memuaskan. Faktor
sosial ekonomi yani masih rendah baii kebanyakan masyarakat Indonesia
merupakan faktor terpentini. Salah satu penyakit parasit yani palini serini di
Indonesia adalah penyakit cacini usus, karena masih banyaknya masyarakat
Indonesia yani meniidap penyakit ini (Djaenudin N, 2009).
Salah satu penyebab infeksi cacini usus adalah atau lebih
dikenal denian cacini ielani yani penularannya denian perantara tanah (“
”) (Rasmaliah, 2007). merupakan salah
satu investasi cacini yani palini banyak ditemukan di dunia, yaitu lebih dari 600 juta
kasus (Rampenian, 2007). adalah infeksi cacini yani palini umum,
denian perkiraan prevalensi diseluruh dunia sebesar 25%. Pada tahun 1974 di
Amerika Serikat khususnya di baiian teniiara, terdapat 4 juta orani denian
(Haburchak, 2010). ditemukan pada daerah yani tinikat
kebersihan rendah, sanitasi buruk, dan daerah yani masih meniiunakan kotoran
manusia sebaiai pupuk alami. Di Indonesia, anika kejadian masih saniat
tiniii, yaitu hampir pada semua anak yani berusia 16 miniiu – 12 tahun, pada orani
dewasa diperkirakan 60% sedanikan di Jawa Barat adalah 20590% (Emiliana, 1991).
Antelmintik atau obat cacini adalah obat yani diiunakan untuk memberantas atau
meniuranii cacini dalam lumen usus atau jarinian tubuh. Febanyakan obat cacini
diberikan secara oral pada saat makan atau setelah makan. Beberapa obat cacini yani
2
Dietilkarbamazin, Pirantel, Oksantel, Levamisol, Praziquantel, Niklosamida,
Ivermectin (Syarif A dan Elysabeth, 2007).
Masyarakat Indonesia, terutama pedesaan, sampai saat ini masih banyak yani
meniobati diri sendiri denian obat tradisional yani merupakan penietahuan turun
temurun untuk meniobati anak yani kurani nafsu makan karena cacinian. Tetapi
ternyata banyak obat cacini dari alam Indonesia yani belum dibuktikan secara ilmiah
(Titik Funtari,2008). Salah satu tanaman obat yani bermanfaat untuk meniobati
cacinian adalah buah menikudu ( L ).
Fhasiat menikudu antara lain adalah pembersih darah, peluruh kemih, pelembut
kulit, meninikatkan kekuatan tulani, obat cacini, pencahar, dan antiseptik. Selain itu
menikudu juia bermanfaat untuk peniobatan hipertensi, kolesterol tiniii, sembelit,
radani amandel, lever, sariawan, keiemukan, kencini manis, batuk, asam urat tiniii,
dan ketombe (Hembini Wijayakusumah, 2008).
merupakan parasit pada babi, tetapi dapat juia meniinfeksi
manusia. Cacini ini memiliki siklus hidup seperti . Beberapa
ahli parasitoloii meniatakan bahwa tidak dapat berkembani menjadi
cacini dewasa di usus manusia. dapat dibedakan denian
dari bentuk dan ukuran iiiinya. memiliki bentuk
iiii yani tidak rata sedanikan pada mempunyai iiii yani sama besar
serta runcini. dan mempunyai bentuk
yani berbeda dan telur kedua jenis cacini ini sulit sekali dibedakan. Gejala
yani ditimbulkan oleh pada manusia umumnya sama seperti yani
disebabkan oleh . Cacini ini juia menimbulkan
seperti yani pernah dilaporkan terjadi di Jepani denian iejala radani paru
3
Berdasarkan latar belakani yani telah dipaparkan sebelumnya, maka identifikasi
masalah pada penelitian ini adalah,
Apakah infusa buah menikudu berefek antelmintik terhadap
secara
Apakah infusa daun menikudu berefek antelmintik terhadap
secara
Apakah potensi antelmentik infusa buah menikudu lebih kuat dibandinikan
denian infusa daun menikudu.
Pemanfaatan tanaman obat, yaitu buah dan daun menikudu dalam peniobatan
Untuk menietahui efek infusa buah dan daun menikudu terhadap
! " # $
! $
Penelitian ini dapat menambah penietahuan dalam bidani farmakoloii denian
meniiunakan bahan alam sebaiai bahan baku utamanya.
!
4
% " $ &'
% " $
Buah menikudu menianduni morindin, asam malat, asam sitrat, ilukosa, ium,
alkaloid dan suatu senyawa iolonian saponin. Daun menikudu menianduni snyawa
alkaloid. Saponin merupakan suatu jenis ilikosida yani mempunyai rasa pahit.
Saponin dapat berpotensi sebaiai antelmintik karena bekerja denian cara
menurunkan teianian permukaan ( ) pada dindini membran dan
menihambat enzim asetilkolinesterase sehiniia cacini akan menialami paralisis otot
dan berujuni pada kematian (Titik Funtari, 2008). Air perasan buah menikudu selain
berefek hipotensif juia berefek menurunkan frekuensi peristaltik usus halus dan
mempunyai daya anthelmintik terhadap cacini (Gunawan D, 2001). Daun
mempunyaI keiunaan yani hampir sama denian buah namun bisa juia untuk
menihentikan perdarahan, penurun panas, kejani perut, radani amandel, difteri,
masuk aniin, kencini manis, dan radani usus besar (Gunawan D, et al, 2001).
% &'
1. Infusa buah menikudu mempunyai efek antelmintik terhadap
secara
2. Infusa daun menikudu mempunyai efek antelmintik terhadap
secara
3. Infusa buah menikudu memiliki potensi lebih besar dari daun.
( ' ' '
Desain pada penelitian ini adalah eksperimental laboratorik denian Rancanian
Acak Lenikap (RAL) dan bersifat komparatif. Data yani diukur adalah jumlah
5
paralisis dan mati meniiunakan uji ANAVA dilanjutkan uji beda rata5rata Tukey
denian α = 0,05 meniiunakan proiram komputer.
) ' *
) '
Laboratorium Farmakoloii, Laboratorium Pusat Penelitian Ilmu Fedokteran
(PPIF), dan Laboratorium Parasitoloii Fakultas Fedokteran Universitas Fristen
Maranatha Banduni.
) *
4 <# - & 9 7# - # < :
5; 4 0 % 4 &7 ! 6 ? - & 8 0
+ + + + > ? #& /,* & , # #
+@ - 7 $
:- $;A 2 2 6 & 6 :A66;
4 E > = 4 E . 4 9 # & - &
& 0 % - ? #& *#&7 F '
( # 0 & /, /
A 2 ( 5 # F $ / 9
& 6$ 1>( #&7 % ! $
? H I & * & - & >
" . . & )), )
I & = +0 & ' #
' 0 . & ,