1 BAB I PENDAHULUAN
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan program yang melindungi pekerja dan perusahaan dari bahaya akibat kecelakaan kerja yang terjadi saat proses produksi. Risiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, luka memar, keseleo, patah tulang, gangguan penglihatan, dan kerugian material. Keselamatan kerja menyangkut suatu keadaan lingkungan kerja dari perbuatan tidak aman dan menunjukkan kondisi yang aman dan selamat dari resiko kecelakaan agar terhindar dari kecelakaan kerja atau cidera yang berkaitan dengan pekerja. Keselamatan kerja bertujuan agar para karyawan di sebuah perusahaan bebas dari segala kecelakaan akibat kerja gangguan-gangguan lain sehingga menurukan bahkan menghilangkan produktivitas kerja (Soekidjo 2009).
Keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang harus dilakukan selama bekerja.
Keselamatan kerja berlaku disemua tempat kerja baik di darat, laut dan udara, tersebar dalam berbagai bidang salah satunya adalah perusahaan otobus. Diterapkannya keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif, secara tidak langsung para pekerja akan merasa aman dan nyaman di lingkungan kerja, sehingga para karyawan dapat bekerja lebih fokus tanpa ada rasa tertekan dengan kondisi atau keadaan di sekitar lingkungan kerjanya.
Perusahaan otobus merupakan salah satu tempat kerja yang memiliki resiko kerja yang tinggi dikarenakan berhubungan dengan sistem transportasi, seperti yang diketahui bahwa sering terjadi kecelakan di jalan raya yang melibatkan kendaraan umum seperti bus antar kota, angkutan kota maupun angkutan desa. Kecelakaan tersebut menyebabkan kerugian fisik ataupun material oleh sebab itu haruslah diketahui penyebab-penyebab kecelakan tersebut.
Menurut Direktur Keselamatan Transportasi Darat Hotma Simanjuntak menjelaskan dalam paparannya bahwa paling tidak ada 5 aspek pokok dalam Sistem Manajemen Keselamatan bagi Perusahaan Angkutan Umum. Keempat aspek tersebut meliputi:
1. aspek regulasi, 2. aspek pengemudi,
2 3. aspek kendaraan,
4. aspek perbengkelan
5. aspek manajemen keselamatan
Pengetahuan tentang K3 dianggap perlu diketahui oleh setiap pekerja untuk dapat mencegah dan mengantispasi kecelakaan kerja selain itu penerapan K3 juga harus diperhatikan, jika sebuah perusahaan yang bergerak dibidang transportasi tidak menerapkan K3 dengan baik maka akan berpengaruh bagi pekerja dan pengguna jasa layanan.
Daftar kecelakaan bus
Nama Bis Kejadian Penyebab Sumber
Po. Eka
Bawen, Kabupaten Semarang
30 November 2016
Sopir yang tidak mampu
mengendalikan bus yang melaju dengan kcepatan tinggi
Tribun Jateng
Po.
Handoyo
Kabupaten Pemalang
17 Desember 2016 Rem blong Tempo.Co
Po. Trans Jaya
Dusun Plalar, Magelang
26 Desember 2016
Rem blong Solopos
Po.
Solaris Jaya
Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar 26 Februari 2017
Sopir yang tidak mampu
mengendalikan bus yang melaju dengan kcepatan tinggi
Solopos
BRT Semarang Koridor VI
Kelurahan Sekaran, Kecamatan
Gunungpati.
Semarang 7 April 2017
Tierod bis yang tidak berfungsi Tribun Jateng
3 Po.
Harapan Jaya
Jalan Lingkar Salatiga, 24 Juli 2017
Rem Blong Sindonews.com
Dari data tersebut peneliti berusaha untuk mengetahui penerapan K3 yang diterapkan pada perusahaan otobus. Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin mengambil judul penelitian mengenai “Pelaksanaan Program Keselamatan Kerja Karyawan Pada Perusahaan Otobus (Studi Kasus pada Perusahaan Otobus Pandawa 87)”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah penerapan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan pada perusahaan otobus
Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalahmenjelaskan bagaimana pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan di perusahaan otobus
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik, adapun manfaatnya adalah:
• Manfaat bagi pemilik mengetahui penerapan K3 dan resiko yang terjadi pada perusahaan.
• Manfaat bagi pembaca sekaligus penumpang bus mengetahui bagaimana penerapan keselamatan kerja pada perusahaan otobus
4 BAB II
TELAAH PUSTAKA
Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah membuat kondisi kerja yang aman dengan dilengkapi alat-alat pengaman, penerangan yang baik, menjaga lantai dan tangga bebas dari air, minyak, nyamuk dan memelihara fasilitas air yang baik (Tulus Agus, 1989). Menurut Malthis dan Jackson (2002), keselamatan kerja menunjuk pada perlindungan kesejahteraan fisik dengan dengan tujuan mencegah terjadinya kecelakaan atau cedera terkait dengan pekerjaan. Pendapat lain menyebutkan bahwa keselamatan kerja berarti proses merencanakan dan mengendalikan situasi yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja melalui persiapan prosedur operasi standar yang menjadi acuan dalam bekerja (Rika Ampuh Hadiguna, 2009).
Menurut Suma’mur (1981), tujuan keselamatan kerja adalah:
1. Para pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja dapat digunakan sebaik-baiknya.
3. Agar semua hasil produksi terpelihara keamanannya.
4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan gizi pegawai.
5. Agar dapat meningkatkan kegairahan, keserasian dan partisipasi kerja.
6. Terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
7. Agar pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
Menurut Rika Ampuh Hadiguna (2009), kecelakaan kerja merupakan kecelakaan seseorang atau kelompok dalam rangka melaksanakan kerja di lingkungan perusahaan, yang terjadi secara tiba-tiba, tidak diduga sebelumnya, tidak diharapkan terjadi, menimbulkan kerugian ringan sampai yang paling berat, dan bisa menghentikan kegiatan pabrik secara total.
Penyebab kecelakaan kerja dapat dikategorikan menjadi dua:
1. Kecelakaan yang disebabkan oleh tindakan manusia yang tidak melakukan tindakan penyelamatan. Contohnya, pakaian kerja, penggunaan peralatan pelindung diri, falsafah perusahaan, dan lain-lain.
2. Kecelakaan yang disebabkan oleh keadaan lingkungan kerja yang tidak aman.
Contohnya, penerangan, sirkulasi udara, temperatur, kebisingan, getaran, penggunaan
5
indikator warna, tanda peringatan, sistem upah, jadwal kerja, dan lain-lain (Rika Ampuh Hadiguna, 2009).
Dessler (1992) mengatakan bahwa program keselamatan dan kesehatan kerja diselenggarakan karena tiga alasan pokok, yaitu:
1. Moral. Para pengusaha menyelenggarakan upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit kerja pertama sekali semata-mata atas dasar kemanusiaan. Mereka melakukan hal itu untuk memperingan penderitaan karyawan dan keluarganya yang mengalami kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
2. Hukum. Dewasa ini, terdapat berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur ikhwal keselamatan dan kesehatan kerja, dan hukuman terhadap pihak-pihak yang melanggar ditetapkan cukup berat. Berdasarkan peraturan perundang-undangan itu, perusahaan dapat dikenakan denda, dan para supervisor dapat ditahan apabila ternyata bertanggungjawab atas kecelakaan dan penyakit fatal.
3. Ekonomi. Adanya alasan ekonomi karena biaya yang dipikul perusahaan dapat jadi cukup tinggi sekalipun kecelakaan dan penyakit yang terjadi kecil saja. Asuransi kompensasi karyawan ditujukan untuk member ganti rugi kepada pegawai yang mengalami kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Schuler dan Jackson (1999) mengatakan, apabila perusahaan dapat melaksanakan
program keselamatan kerja dengan baik, maka perusahaan akan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut:
1. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang.
2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen.
3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.
4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena menurunnya pengajuan klaim.
5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari partisipasi dan ras kepemilikan.
6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatkan citra perusahaan.
7. Perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya secara substansial.
6
Berdasarkan penelitian ini teori ini yang digunakan ialah Teori Heincrich atau lebih dikenal tentang Teori Domino. Teori H mengatakan bahwa suatu kecelakaan kerja terjadi dari suatu rangkaian kejadian. Ada 5 faktor yang terkait dalam rangkaian kejadian tersebut yaitu lingkungan, kesalahan manusia, perbuatan atau kondisi yang tidak aman, kecelakaan dan cedera atau kerugian. Dilihat dari teori kecelakaan tersebut kebanyakan penyebab kecelakaan yang melibatkan bus diakibatkan dari faktor kesalahan manusia dan juga faktor lingkungan. Dari faktor kesalahan manusia sering terjadi kecelakaan yang diakibatkan karena kelalaian driver dalam mengemudi atau juga mekanik kurang teliti dalam memeriksa keadaan bus. Sehingga imbasnya ketika bus melakukan tugas, ada beberapa bagian – bagian bus yang tidak berfungsi dengan baik. Akibat dari kelalaian mekanik tersebut driver bus yang terkena dampaknya sehingga menyebabkan kerugian material bahkan kematian.
Pertanggungjawaban pihak manajemen jika terjadi kecelakaan bus dan merugikan penumpang antara lain:
• Jika driver bus terbukti melakukan aksi ugal-ugalan akan menerima sanksi dan bisa berupa hukuman pidana
• Melakukan peremajaan bus agar layak jalan
• Memberi tunjangan apabila ada crew yang mengalami kecelakaan
• Melakukan evaluasi dari pengecekan mesin, kondisi bus apakah masih layak untuk digunakan dan pelatihan menyetir untuk driver bus
• Pihak manajemen bus siap membiayai seluruh perawatan korban kecelakaan
7 BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Menurut Sugiono (2009), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositifsime, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah.
Ruang Lingkup Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di perusahaan otobus Pandawa 87 yang terletak di kota Boyolali.
Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan wawancara, observasi dan dokumentasi.
• Wawancara: dalam melakukan wawancara, peneliti menyiapkan beberapa pertanyaan- pertanyaan yang telah disiapkan. Informan yang akan diwawancarai adalah Manajer Operasional ( lampiran hal. 20)
• Observasi: teknik observasi ini digunakan untuk mengamati secaralangsung dan tidak langsung tentang pelaksanaan program K3 pada Perusahaan Otobus. (Lampiran hal. 25 dan 26)
• Dokumentasi: metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang pelaksanaan program K3 perusahaan otobus. Dokumentasi digunakan untuk mempelajari berbagai sumber dokumentasi terutama yang berada di perusahaan itu sendiri dan didukung oleh sumber-sumber yang representatif.
8 Teknik Analisis Data
Langkah-langkah menganalisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
• Reduksi Data
Reduksi data merupakan kegiatan merangkum catatan-catatan lapangandengan memilah hal-hal yang pokok yang berhubungan dengan permasalahanpenelitian.
Rangkuman catatan-catatan lapangan itu kemudian disusun secarasistematis agar memberikan gambaran yang lebih tajam serta mempermudah pelacakan kembali apabila sewaktu-waktu data diperlukan kembali.
Informan Penerapan pada K3 pada driver
Penerapan K3 pada bus
Penerapan K3 pada mekanik
Manajer Operasional (Machrus Chumaidi
Untuk mengurangi tingkat kecelakaan yang diakibatkan oleh sopir yang kelelahan, Manajer Operasional
menerapkan 2 driver di setiap perjalanan
Setiap tiga tahun sekali kami melakukan
peremajaan bus, dengan unit bus keluaran terbaru
Selalu melakukan pengecekan bus sebelum dan sesudah bus melakukan tugas.
• Penyajian Data
Penyajian data berguna untuk melihat gambaran keseluruhan hasil penelitian,baik yang berbentuk matrik ataupun pengkodean. Dari hasil reduksi data dan penyajian data itulah selanjutnya peneliti dapat menarik kesimpulan data memverifikasikan sehingga menjadi kebermaknaan data.
• Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif.
Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat digunakan untuk mengambil tindakan.
9 BAB IV
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan bapak Machrus Chumaidi selaku Manajer Operasional di Perusahaan Otobus Pandawa 87, beliau menjelaskan bagaimana penerapan keselamatan kerja pada perusahaan otobus adalah sebagai berikut :
Penerapan K3 di driver
“jadi begini mas, untuk penerepan K3 disini selalu saya pantau dari sopir, bus, dan mekanik. Setiap hari kami selalu melakuka briefing atau rapat dan kami memiliki yel-yel khas Po. Pandawa 87. Saya mewajibkan para crew Pandawa 87 memiliki smartphone agar mempermudah komunikasi. Dengan dibentuk group chat “Pandawa 87” agar saya mudah memantau bagaimana kondisi para crew yang sedang bertugas dijalan. Tiap aktivitas apa saja yang crew lakukan harus selalu melapor di ini, contoh seperti keluar dari garasi untuk pengecekan bus.
Kami juga bekerja sama biro perjalanan untuk memantau bagaimana kondisi disana selama perjalanan”
Berdasarkan wawancara tersebut diketahui dalam agar Manajer Operasional bisa memantau seluruh kegiatan para crewnya,
1. tiap crew diwajibkan harus punya smartphone untuk mempermudah komunikasi. Dengan adanya social media yang mempermudah komunkasi, Manajer Operasional membuat sebuah group chat di Whatsapp dengan nama “Pandawa 87”.
Tujuan dibuatnya group chat ini, agar mempermudah Manajer Operasional memantau bagaimana kondisi para crew ketika bertugas, jadi tiap crew selalu melapor bagaimana
10
kondisi mereka ketika bertugas apakah semua berjalan lancer atau ada sedikit hambatan dikarenakan mesin trouble.
2. selain melalui group chat Manajer Operasional bekerja sama dengan biro perjalanan untuk memantau para crew Pandawa 87
Untuk memantau para crew Pandawa 87 apakah selama perjalanan mereka melakukan tugas nya dengan baik atau tidak,apakah sopir ketika menyetir ugal – ugalan. Jadi selain dengan menerapkan group chat dan bekerja sama dengan biro perjalanan mempermudah Manajer Operasional
“ untuk Pandawa 87 kami menerapkan system 2 sopir ditiap perjalanan, dan tiap driver ada batasan dalam menyetir, jadi misalkan sudah menyetir sampai 100 km maka driver pertama beristiraha dan gentian driver 2 yang menyetir. Tiap jam 4 sampai 5 pagi untuk para crew Pandawa yang sedang dalam tugas diwajibkan untuk beristirahat atau menunaikan ibadah shalat subuh”
Dalam beberapa kasus kecelakaan yang melibatkan bus, rata – rata kecelakaan diakibatkan sopir bus yang mengalami kelelahan akibat menyetir terlalu lama. Masih sedikit Perusahaan Otobus yang menerapkan 2 sopir dalam setiap perjalanan. Tapi untuk Po. Pandawa 87 mereka menerapkan 2 sopir tiap bertugas. Biasanya tiap driver memiliki batasan menyetir sampai jarak 100 km, setelah melewati jarak 100 km driver satu harus beristirahat bergantian kepada driver kedua untuk menyetir. Dan Manajer Operasional juga menerapkan aturan yang wajib dilakukan para crew Pandawa 87 ketika melakukan tugas, yaitu setiap jam 04.00 – 05.00 semua crew Pandawa 87 harus wajib beristirahat dan bagi yang muslim wajib menjalankan ibadah shalat subuh. Ini merupakan sebuah penerapan yang jarang – jarang Perusahaan Otobus lain lakukan.
11
“ dalam aspek pemilihan driver kami tidak asal-asalan, kami mencari driver yang khusus pariwisata dengan jam terbang tinggi. Setelah itu kami melakukan tes, ada 4 tes yang pertama menceritakan tentang diri anda, dan ada pembelajaran wawasan mengenai bagaimana system kerja di PO ini. Kedua ada tertulis, di tertulis untuk mengetahui bagaimana wawasan calon driver mengenai mesin bis dan mengenai rute jalan di Jawa sampai Bali. Kemudian untuk tes ketiga yaitu tes driver. Yang terakhir diberikan trip pendek”
Untuk urusan driver handal, manajer operasional tidak asal memilih. Meskipun ada driver bus yang memiliki jam terbang tinggi belum tentu langsung diterima. Ada 4 tahap tes pengujian :
1. Tes pertama calon driver harus menceritakan mengenai dirinya
2. Tes tertulis, tujuan tes ini untuk mengetes sejauh mana pemahaman calon sopir mengenai bus
3. Tes menyetir, tujuan untuk mengetahui kemampuan menyetirnya 4. Trip Pendek
Dilihat dari 4 tahap tes tersebut, Po. Pandawa 87 tidak asal – asalan dalam memilih sopir bus. Hal ini dilakukan untuk menghindari kecelakaan yang diakibatkan oleh sopir. Karena Po.
Pandawa 87 merupakan bus yang lebih condong ke pariwisata, jadi keselamatan dan kenyamanan penumpang yang menggunakan jasa bus Pandawa 87 merupakan prioritas utama.
Sebagai contoh tes tahap kedua atau tes tertulis, dalam tes itu calon driver di uji pengetahuannya mengenai mesin bus yang dipakai oleh Pandawa 87. Menurut Pak Machrus belum tentu sopir bus yang biasa menggunakan mesin Hino mampu mengendalikan mesin Mercedes Benz. Kemudian ada tes ketiga, tujuan tes ini mengetahui bagaimana keahlian calon sopir dalam menyetir bus.
Dalam beberapa kasus kecelakaan yang melibatkan bus, kelalaian sopir dalam menyetir juga termasuk dalam factor penyebab kecelakaan bus. Banyak kasus sopir bus yang tidak mampu mengendalikan bus ketika melaju dengan cepat atau tidak mahir di jalan yang naik. Manajer Operasional mengatakan bahwa belum tentu seorang driver yang biasa mengendarai mesin bus selain Mercy mampu mengoperasikan bus bermesin MercedesBenz atau Scania. Jadi melalui tes
12
ini bisa mengetahui bagaimana gaya menyetir tiap calon driver dan kendali emosi mereka ketika dijalan.
Penerapan K3 pada bus
“Untuk bis kami rata - rata tiap 3 tahun sekali kami ganti dan juga hampir seluruh bis kami saat ini keluaran terbaru tahun 2016. Untuk bis kami memilih bis buatan dari karoseri Adiputro Malang Dan untuk mesin yang kami gunakan adalah mesin Scania dan Mercedez Benz. Alasan kenapa kami memilih kedua mesin tersebut, karena kedua mesin tersebut memiliki system keselamatan yang tinggi”
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa Perusahaan Otobus Pandawa 87 dalam menerapkan K3 pada bus sangat selektif sekali dalam pemilihan bus dari buatan karoseri mana yang akan digunakan, kemudian mesin apa yang akan dipakai. Dari bis rata – rata tiap 3 tahun sekali selalu di lakukan peremajaan unit. Peremajaan bus ini dilakukan untuk memperbarui armada lama yang mungkin sudah tidak layak jalan. Po. Pandawa 87 memiliki unit bus berjumlah 51 dan rata-rata semua bus merupakan keluaran terbaru 2016 yang memiliki system keselamatan yang lebih baik. Untuk mesin semua bus Po. Pandawa 87 menggunakan mesin buatan dari Eropa yaitu Mercedes Benz dan Scania.
Penerapan K3 di mekanik
“untuk masalah penerapan K3 di mekanik, pengecekan mesin selalu rutin kami lakukan apakah bus layak jalan atau tidak. Biasanya pengecekan kami lakukan sebelum bis berangkat bertugas dan setelah pulang atau kembali garasi. Sebelum bus berangkat untuk bertugas mekanik harus mengisi laporan atau ceklist yang sudah kami beri, untuk mengetahui bagaimana kondisi bus ketika berangkat dan ketika pulang bagaimana kondisinya. Dalam urusan ahli mekanik saya memilih hampir sama seperti pemilihan
13
driver sangat selektif. Ada beberapa tes yang harus dilalui untuk menjadi mekanik disini, setelah tes itu selesai calon mekanik tersebut akan saya sekolahkan di sekolah mesin di Mercedes Benz Bandung sana selama sebulan”
Mekanik dalam sebuah Perusahaan Otobus memiliki peran sangat penting.
Dalam kecelakaan yang melibatkan bus, rata – rata factor yang menyebabkan mengapa bus bisa kecelakaan karena ada beberapa bagian bus yang tidak berfungsi. Contoh seperti kecelakaan akibat rem blong atau ster bus yang tidak berfungsi dengan baik.
Untuk mekanik di Po. Pandawa 87 sendiri dalam urusan mengenai kondisi mesin selalu rutin dicek apakah bus layak jalan atau belum. Berikut ini merupakan proses kerja mekanik di Po.
Pandawa 87:
1. Mekanik melakukan pengecekan bus sebelum berangkat bertugas
2. Setelah selesai melakukan pengecekan, mekanik membuat laporan bahwa bus dalam kondisi baik untuk bertugas
3. Selesai melakukan tugas, bus kembali ke garasi. Mekanik kemudian bertanya apakah ada keluhan dari para sopir bus
4. Bus yang baru tiba di garasi kemudian di cek lagi oleh mekanik
Semua mekanik di Po. Pandawa 87 dulu di sekolah kan di sekolah mesin Mercedes Benz di Bandung. Tujuannya adalah untuk mengetahui mengenai seluk beluk mesin Mercedes Benz.
Jadi ketika ada mesin bus mengalami trouble para ahli mekanik tahu bagaimana cara mengatasinya. Tidak seperti beberapa Po. lainnya yang asal – asalan dalam memilih mekanik.
Asalkan tahu mengenai mesin langsung dijadikan mekanik Po. tersebut. Mekanik benar – benar memiliki peran yang sangat penting untuk menjaga kondisi bus tetap baik dan agar tidak terjadi kecelakaan yang melibatkan bus akibat kelalaian dalam pengecekan mesin bus.
Pengecekan bus yang kurang teliti
Part bus yang tidak berfungsi dengan baik
Bus Laka
14 BAB V PENUTUP Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa upaya evaluasi yang dilakukan oleh pihak manajemen ada 3 aspek. Upaya dari manajemen adalah faktor penting karena manajemen merupakan aktor yang terkait langsung dengan sistem transportasi. Evaluasi dari manajemen sangat diperlukan untuk mengatur dan menjamin dalam mewujudkan keselamatan tersebut berjalan dengan baik tanpa ada gangguan atau permasalahan di dalamnya
Sebagai upaya untuk mengurangi dan menekan angka kecelakaan dan dampak yang ditimbulkan. Pihak manajemen berusaha terus untuk mengevaluasi kinerja dan peraturan dari manajemen yang lebih menjamin kru bus. Dengan adanya evaluasi juga akan mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di lapangan.
1. Aspek pertama dengan memantau perilaku para drivernya dengan memanfaatkan social media. Dengan bantuan via social media mempermudah manajer operasional dalam memantau para crew Pandawa 87 yang sedang melaksanakan tugas. Selain itu manajer operasional juga bekerjasama dengan biro perjalanan yang menggunakan jasa Po.
Pandawa 87 untuk memantau crew Pandawa 87 selama perjalanan.
2. Aspek kedua yang dilakukan manajemen adalah aspek teknis dengan meremajakan armadanya. Peremajaan armada merupakan alternatif dari perusahaan untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Pengadaan bus merupakan membeli semua komponen bus dengan produk-produk baru, mulai dari mesin, chassis, dan karoserinya. Ditambah dengan fasilitas-fasilitas yang menjadi daya tarik sendiri dan juga sesuai dengan standarisasi emisi yang berlaku sekarang.
3. Aspek ketiga dari pengecekan atau perawatan mesin dan bus. Pengecekan sangat rutin dilakukan sebelum dan sesudah bus melakukan tugas. Perawatan rutin bisa
15
menghindarkan bus dari kecelakaan yang di akibat oleh part bus yang tidak berfungsi.
Mekanik Po. Pandawa 87 sebelum bekerja di garasi, mereka disekolahkan di sekolah mesin di Bandung untuk mengetahui seluk beluk mengenai mesin bus yang dipakai Po.
Pandawa 87
Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah banyak manajer operasional perusahaan otobus lain yang tidak mau memberi informasi mengenai penerapan K3 di perusahaan otobusnya.
Penelitian Yang Akan Datang
Untuk penelitian yang akan datang, penulis berharap untuk membandingkan penerapan K3 antara perusahaan otobus yang melayani antar kota dengan perusahaan otobus yang melayani pariwisata. Sebagai perbandingan apakah tiap perusahaan otobus memiliki penerapan K3 yang sama dengan Po. Pandawa 87.
16 Daftar Pustaka
Husni,Muhammad.2013.”Pengaruh Program K3 dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Wijaya Karya (Persero) TBK Pekanbaru”.
Cori,Catarina,dan Wijayanto,Andi.2012.”Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Prestasi Kerja Karyawan pada PT. PLN (Persero) APJ Semarang”.
Tsenawatme,Aleks.2015.”Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan”.
Grahaningtyas,Dewinta dan Wignjosoebroto,Sritomo.2012.“Analisa Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja”.
Rocky,Bobby.2013.“Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Pelaksanaan Proyek Konstruksi (Studi Kasus:Proyek PT Trakindo Utama)”
Alfons,Bryan.2013.“Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Proyek Pembangunan Ruko Orlens Fashion Manado”
Arfian,Bella.April 14,2015.”Pengertian dan Definisi K3”.Diakses pada tanggal 1 Februari 2017.https://arfianbella.wordpress.com/2015/04/14/pengertian-dan-definisi-k3/
Rusto,Saiman.Desember 24,2014.”Landasan Hukum Program Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3)”. Diakses pada tanggal 1 Februari
2017.https://indonesiaantikorupsi.wordpress.com/2014/12/24/pt-billy-info-2-landasan- hukum-program-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3/
17
Irsyam,Muhammad.”Bus Handoyo Terguling di Pemalang, 8 Penumpang Meninggal,”Tempo.Co,18 Desember 2016, Diakses pada tanggal 17 Februari 2017,https://m.tempo.co/read/news/2016/12/18/058828707/bus-handoyo-terguling-di- pemalang-8-penumpang-meninggal
Daniel Ari dan Catur Waskito,”Bus Eka Tabrak Truk di Bawen, Satu Tewas dan Satu Luka Berat,”Tribun Jateng,30 November 2016, Diakses pada tanggal 17 Februari 2017, http://jateng.tribunnews.com/2016/11/30/bus-eka-tabrak-truk-di-bawen-satu-tewas-dan- satu-luka-berat
Sri Sumi Handayani,” Minibus Terjun ke Jurang Tawangmangu, 6 Penumpang Tewas,”Solopos,26 Februari 2017,Diakses pada tanggal 27 Februari 2017,”
http://www.solopos.com/2017/02/26/kecelakaan-karanganyar-minibus-terjun-ke-jurang- tawangmangu-6-penumpang-tewas-796493
18 LAMPIRAN
19 Lokasi Wawancara : Perusahaan Otobus Pandawa 87
Narasumber : Manajer Operasional Pandawa 87 (Machrus Chumaidi) Waktu Wawancara : 30 Oktober 2017
Peneliti : Selamat siang pak Machrus
Narasumber : Selamat siang juga mas bisa saya bantu
Peneliti : Begini pak perkenalkan nama saya Tirta Kurniawan, saya mahasiswa UKSW Salatiga. Disini mau melakukan wawancara mengenai bagaimana perusahaan otobus bapak.
Narasumber : Oh boleh, monggo silahkan tidak apa-apa, wawancara mengenai apa ya?
Peneliti : Begini pak, kan sekarang ini bus merupakan transportasi yang paling digemari masyarakat. Saking diminatinya, kini persaingan di perusahaan otobus semakin ketat. Namun belakangan ini banyak kasus kecelakaan yang melibatkan bus. Kecelakaan itu diakibatkan karena factor sopir ugal- ugalan, alam dan juga karena ada system error pada bus. Jadi berdasarkan fenomena-fenomena tersebut, saya ingin mengetahui bagaimana penerapan pada K3 pada perusahaan otobus. Pertama saya ingin mengetahui bagaimana penerapan K3 pada driver?
Narasumber : Jadi begini mas, untuk semua mengenai penerapan K3 pada Po. Pandawa 87 selalu saya pantau. Saya memanfaatkan whatsapp group chat untuk memantau semua crew. Dari group ini saya bisa memantau semua kegiatan para crew.
Peneliti : Seluruh crew Po.Pandawa 87 harus wajib punya smartphone, untuk mempermudah dalam memantau
20
Narasumber : Benar sekali mas, jadi jika ada crew pergi untuk bertugas harus wajib lapor di group chat. Selalu melaporkan bagaimana kondisi terkini, apakah ada kendala atau tidak selama perjalanan.
Peneliti : Apakah bapak cuma mengandalkan group chat saja dalam memantau para crew Pandawa 87 yang sedang bertugas?
Narasumber : Nggak mas, kita juga bekerja sama dengan biro perjalanan dalam memantau bagaimana kondisi terkini, apakah selama perjalanan bus menyetir dengan tertib tidak ugal-ugalan.
Peneliti : Kemudian kecelakaan bus sering terjadi karena faktor driver yang kelelahan, bagaimana cara bapak meminimalisir agar tidak terjadi hal tersebut?
Narasumber : Kalo disini saya menerapkan 2 driver dalam tiap perjalanan. Untuk tiap driver memiliki batasan dalam menyetir. Tiap driver memiliki batasan menyetir 100 km. Jadi misal driver pertama sudah menyetir hingga jarak 100 km, driver pertama harus beristirahat digantikan oleh driver kedua.
Dan juga tiap jam 04.00 sampai 05.00, semua crew yang sedang bertugas saya wajibkan untuk beristirahat dan juga untuk menunaikan kewajiban shalat subuh.
Peneliti : Dari driver nya pak, kan sering terjadi kecelakaan bus yang terjadi akibat driver yang kurang handal. Bagaimana cara bapak menyeleksi calon driver?
Narasumber : Saya sangat selektif ya mas dalam memilih calon driver. Bukan sopir bus sembarangan. Karena rata-rata bus disini bermesin Mercedez Benz dan sudah Euro 5, belum tentu driver yang biasa menyetir menggunakan bus yang bermesin Hino mampu mengoperasikan bus yang bermesin Mercedez Benz. Driver disini memiliki jam terbang tinggi dan driver khusus menyetir bus pariwisata.
Peneliti : Berarti ada semacam tes untuk calon driver?
21
Narasumber : Tentu ada mas, ada beberapa tahap untuk menjadi driver Pandawa 87.
Tahap pertama dengan menceritakan pengelamannya selama ini dalam menyetir bus, kemudian tahap kedua yaitu tes untuk mengetes sejauh mana pemahaman dia mengenai mesin bus. Setelah itu tahap ketiga yaitu test driver untuk mengetahui kemampuan dia menyetir. Dan tahap terakhir adalah memberi trip pendek.
Peneliti : Selanjutnya pak untuk penerapan K3 pada bus, selain faktor driver kecelakaan juga terjadi karena kondisi bus, bagaimana penerapannya di Pandawa 87?
Narasumber : Kalau dari bus, Po. Pandawa 87 untuk semua unit merupakan jenis bus keluaran terbaru tahun 2016. Setiap 3 tahun sekali kami melakukan peremajaan bus, dengan mengganti model bus keluaran terbaru. Karena semakin baru model bus yang keluar, jadi untuk tingkat keamanan pada bus tersebut makin canggih.
Peneliti : Kalo begitu untuk pertanyaan terakhir, banyak kecelakaan karena diakibatkan oleh system error atau ada beberapa part bus tidak berfungsi dengan baik. Bagaimana penerapan K3 pada mekanik?
Narasumber : Untuk mekanik disini dari bus sebelum berangkat dan sesudah berangkat semua harus dipantau. Mekanik selalu saya beri lembar laporan untuk mengetahui apakah bus sebelum berangkat bertugas layak atau tidak untuk digunakan. Begitu pula setelah bus pulang melakukan tugas apakah mekanik melakukan pengecekan kembali. Menanyakan kepada crew apakah selama perjalanan ada kendala di mesin bus atau tidak.
Peneliti : Dari mekanik, apakah bapak melakukan beberapa tes sama seperti dalam driver. Untuk menentuk mekanik yang handal?
Narasumber : Tentu saja mas, mekanik disini bukan mekanik asal – asalan cuma mengerti cara memperbaiki mesin belum tentu langsung saya terima. Ada beberapa tahap tes sebelum saya terima menjadi mekanik disini. Tahap
22
pertama yaitu dengan menceritakan anda, riwayat pekerjaannya bagaimana. Setelah itu di tahap kedua dilakukan tes tertulis untuk menguji seberapa jauh pemahamannya mengenai mesin bus yang dipakai. Tahap ketiga, setelah lulus dari tes tertulis saya menanyakan apakah anda sanggup saya sekolahkan di sekolah mesin Mercedez Benz di Bandung selama sebulan. Dan setelah itu baru saya terima sebagai mekanik di Po.
Pandawa 87
23
24
25
26
27