IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus 1. Sejarah Perusahaan
Sejarah PTPN IX (Persero) dapat dipaparkan dalam periode ke periode seperti berikut ini :
a. Periode Penjajahan/Pemerintahan Belanda (Sebelum Tahun 1945) Pada jaman pemerintahan Belanda terdapat 3 golongan perusahaan perkebunan yaitu :
1) Perusahaan Perkebunan Milik Negara yang didirikan pada tahun 1912 dengan nama s’Land Caoutchouc Bedrijfs (LCB) dan pada tahun 1938 karena perusahaan perkebunan tersebut mengusahakan tanaman-tanaman perkebunan lain disamping karet, maka perusahaan perkebunan berubah nama menjadi Gouvernement Landbouw Bedrijven (GLB).
2) Perusahaan Perkebunan Milik Asing atau Swasta.
3) Perusahaan Perkebunan Milik Kasunanan dan Mangkunegaran.
PT Perkebunan Nusantara IX Kebun Batujamus adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berbentuk perusahaan perseroan (Persero) bergerak pada divisi tanaman tahunan. Berdasarkan sejarah PTPN IX divisi tanaman tahunan merupakan penggabungan dari 30 kebun milik eks. Pemerintah Belanda dan Perusahaan Swasta Asing.
Pada jaman Belanda, pemilik semula seorang warga negara Belanda yang bernama H.C.T.H. Crone, dengan nama Kebun Batujamus dan Polokarto yang terdiri dari 3 afdeling dan 1 cabang yaitu :
1) Afdeling Sumber/Semang 2) Afdeling Bandungan/Tengklik 3) Afdeling Kedung Sengon/Timur
4) 1 cabang yaitu Kebun Polokarto yang terletak di Kabupaten Sukoharjo.
43 commit to user
Semua kebun di atas hanya ditanami satu macam tanaman yaitu karet, sedangkan pengolahaannya menggunakan mesin restock dan turbin. Untuk hasil produksi dipasarkan ke luar negeri karena pada hakekatnya semua hasil produksi (crepe) merupakan bahan ekspor.
Setelah Republik Indonesia jatuh ke tangan Jepang (1942), Kebun Batujamus dan Polokarto tepatnya pada tahun 1942 - 1945 juga jatuh ke tangan Jepang. Pada jaman itu keadaan kebun tidak terpelihara, karena keamanannya tidak memungkinkan. Banyak tanah milik perkebunan yang hilang dan pada masa itu administratur dipegang oleh warga Jepang yang bernama Macida.
b. Periode Setelah Kemerdekaan Republik Indonesia (Tahun 1945-1960) 1) Dengan terbitnya PP RI No. 9 Tahun 1947, didirikan Perusahaan
Republik Indonesia (PPRI) yang berkedudukan di Jakarta dan Solo.
Perusahaan perkebunan yang berkedudukan di Solo menguasai perkebunan-perkebunan milik eks. Kasunanan dan Mangkunegaran.
2) Berdasarkan PP No. 47 Tahun 1960, Perusahaan Perkebunan Republik Indonesia eks. milik Kasunanan dan Mangkunegaran dibubarkan dan digabungkan dengan Pusat Perkebunan Negara (PPN) baru. PP ini dilaksanakan dengan Surat Keputusan Menteri Kementrian Pertanian Nomor 10189/SK/M tanggal 15 November 1960.
Tahun 1945-1950 Perkebunan Batujamus/Polokarto diambil alih oleh Pemerintah Indonesia dan selanjutnya dikuasi oleh pengawas perkebunan Indonesia yaitu sebagai berikut :
1) GPH. Notoprojo, menjabat tahun 1945-1948 2) R. Sudarto N. Harjono, menjabat tahun 1948-1950
Dalam kurun waktu 1945-1950 Perkebunan Batujamus dan Polokarto kembali ke pemilik semula yaitu H.C.T.H. Crone. Keputusan ini berdasarkan ketentuan dari Konferensi Meja Bundar (KMB).
Sedangkan administratur kembali dipegang oleh warga Belanda yaitu : 1) Tuan Haswengkel Muda, menjabat tahun 1950-1952 commit to user
2) Tuan Haswengkel Tua, menjabat tahun 1952-1954 3) Tuan Carichen, menjabat tahun 1954-1958.
Pada waktu dicetuskannya Trikora (1959), perkebunan diambil alih kembali oleh Pemerintah Indonesia yang kemudian menjadi Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) Unit III Jawa Tengah dan yang menjabat sebagai administratur adalah R. Soedarto N. Harjono, tepatnya pada tahun 1958-1960.
c. Periode Tahun 1960-1969
1) Berdasarkan PP RI No. 141 Tahun 1961 dibentuk Perusahaan Perkebunan Negara yang merupakan peleburan Pusat Perkebunan Negara (lama) dan Pusat Perkebunan Negara (baru).
2) Dengan terbitnya PP RI No. 162 dan 163 Tahun 1961 dibentuk Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) Kesatuan Jawa Tengah III dan IV yang berkedudukan di Semarang. Untuk Kebun Kerjogadungan, Batujamus dan Tarikngarum masuk dalam PPN Jawa Tengah III.
3) Berdasarkan PP RI No. 25 dan 27 Tahun 1963, telah didirikan PPN Karet dan PPN Aneka Tanaman, di Jawa Tengah PPN Karet XIII dan XIV serta Aneka Tanaman XI.
4) Berdasarkan PP RI No. 13 Tahun 1968 BPU PPN dibubarkan, selanjutnya berdasarkan PP RI No. 14 Tahun 1968 didirikan Perusahaan Negara Perkebunan Aneka Tanaman disebut PNP XVIII yang terdiri dari BPU Karet dan Aneka Tanaman, PPN Karet XIII, PPN Karet XIV dan PPN Aneka Tanaman XI.
d. Periode Tahun 1969-1995
1) Berdasarkan UU RI No. 9 Tahun 1969 tentang bentuk-bentuk usaha negara yang digunakan sebagai dasar perubahan dasar hukum perusahaan negara menjadi 3 bentuk badan usaha masing-masing Perusahaan Jawatan (PERJAN), Perusahaan Umum (PERUM) dan Perusahaan Perseroan (PERSERO).
commit to user
2) Berdasarkan PP RI No. 23 Tahun 1972 PNP VIII diubah bentuk menjadi Perusahaan Perseroan yaitu PT. Perkebunan XVIII (Persero) yang didirikan berdasarkan Akte Notaris GHS Loemban Tobing, SH.
di Jakarta No. 98 Tahun 1973 tanggal 31 Juli 1973 dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman RI dan Surat Keputusan No. Y.A.
5/80/23 tanggal 23 April 1974 serta dimuat dalam Lembaran Berita Negara RI No. 8 Tahun 1975.
e. Peride Tahun 1995-Sekarang
1) Berdasarkan PP RI No. 14 Tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996, bahwa PTPN XVIII (Persero) dan PTP XV-XVI (Persero) telah dilebur menjadi PT. Perkebunan IX (Persero) dengan tempat kedudukan di Surakarta.
2) Akte Pendirian PTP Nusantara IX (Persero) dibuat oleh notaris Harun Kamil, SH. No. 42 tanggal 11 Maret 1996 dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman RI dengan Surat Keputusan No. C.2-8337 HT.01.01 Tahun 1996 tanggal 8 Agustus 1996.
3) Berdasarkan Surat Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN No. S-01/M.DU 4-PBUMN/00 tanggal 17 Jamuari 2000 tentang struktur organisasi PTPN IX (Persero) telah disetujui penyesuaian struktur organisasi (Persero) yaitu pembentukan 2 Divisi yakni :
a) Divisi Tanaman Tahunan berkantor di Jl. Mugas Dalam (Atas) Semarang.
b) Divisi Tanaman Semusin berkantor di Jl. Ronggowarsito 164 Surakarta.
4) Akta Pernyataan Keputusan Rapat PTPN IX (Persero) berkedudukan di Semarang dibuat oleh notaris Ny. Tuti Wardhany, SH. No. 56 tanggal 15 Agustus 2008.
2. Visi, Misi, Tujuan dan Strategi Perusahaan
PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus dalam menjalankan kerjanya berpegang pada filosofi negara Indonesia yaitu Pancasila serta mempunyai commit to user
budaya perusahaan yang dikenal dengan 5P, yaitu terdiri dari perasaan memiliki, produktivitas, profesionalisme, peduli lingkungan dan pelayanan terbaik. PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus mempunyai visi, misi, tujuan dan strategi untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu :
a. Visi Perusahaan
Menjadikan perusahaan Agrobisnis dan Agroindustri yang berdaya saing tinggi dan tumbuh berkembang bersama mitra.
b. Misi Perusahaan
1) Memproduksi dan memasarkan produk karet, teh, kopi, kakao, gula dan tetes ke pasar domestik dan internasional secara profesional untuk menghasilkan pertumbuhan laba (profit growth).
2) Menggunakan teknologi yang menghasilkan produk bernilai (deliveri value) yang dikehendaki pasar dengan proses produksi yang ramah lingkungan.
3) Meningkatkan kesejahteraan karyawan, menciptakan lingkungan kerja yang sehat serta menyelenggarakan pelatihan guna menjaga motivasi karyawan dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja.
4) Mengembangkan produk hilir, agrowisata dan usaha lainnya untuk mendukung kinerja perusahaan.
5) Membangun sinergi dan mitra usaha strategis dan masyarakat lingkungan usaha untuk mewujudkan kesejahteraan bersama.
6) Bersama petani tebu mendukung program pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan nasional.
7) Memberdayakan seluruh sumberdaya perusahaan dan potensi lingkungan guna mendukung pembangunan ekonomi nasional melalui penciptaan lapangan kerja.
8) Melaksanakan Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) sebagai wujud kepedulian dan tanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat di sekitar lokasi perusahaan.
9) Menjaga kelestarian lingkungan melalui pemeliharaan tanaman dan peningkatan kesuburan tanah. commit to user
Tri Dharma Perkebunan :
1) Meningkatkan produksi, mutu, jenis, bahan ekspor dan bahan baku industri untuk meningkatkan devisa, pemenuhan kebutuhan industri dan peningkatan pendapatan.
2) Penciptaan dan pemerataan kesempatan kerja serta usaha untuk mencapai pemerataan pendapatan.
3) Pemeliharaan dan peningkatan produktivitas dan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan.
c. Tujuan Perusahaan
Tujuan PTPN IX (Persero) adalah menumbuhkembangkan perusahaan guna memberikan nilai kepada shareholder dan stakeholder dengan menghasilkan laba yang semakin meningkat (growing profit).
Perusahaan yang keseluruhan telah memperoleh laba yang lebih besar.
Untuk mencapai bagian-bagian yang masih mengalami kerugian harus diminimalkan dan pada masa yang akan datang diharapkan tidak ada lagi bagian atau komoditas yang merugi.
d. Strategi Perusahaan 1) Tebangan tepat waktu 2) Bibit Prima
3) Pemeliharaan standart 4) Tri tertib sadap 5) SWOT analisis
6) RKAP sebagai pedoman 7) Implementasi SBU
8) POAC strategi implementasi 9) Tujuan atau sasaran perusahaan :
a) Produktivitas meningkat
b) TM lebih cepat atau tepat waktu c) Laba meningkat
d) Statigfy stake holders
commit to user
3. Profil Perusahaan
a. Nama Perusahaan : PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) b. Status Perusahaan : Badan Usaha Milik Negara
c. Alamat Kantor Direksi : Jln. Mugas Dalam (Atas) Semarang No. Telp. 024-8414635
No. Telp. 024-8415408 d. Nama Kebun : Kebun Batujamus/Kerjoarum
e. Alamat Perusahaan : Dusun Bangunsari, Desa Kuto, Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar
No. Telp. (0271) 7080384, 6493161 No. Fax. (0271) 6493161, 5890909
Email : [email protected]
Blog : ptpnixbatujamus.blogspot.com
Kode Pos : 57753
f. Jenis Usaha : Perkebunan Karet g. Tanda Daftar Perusahaan : 11.34.6.01.00041 KRA
NPWP : 01.061.137.4.528-004 KRA
h. Ijin Tetap Usaha Perkebunan : IUP (Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Tengah)
No. 525.3/5513 Tanggal 1 Juni 2006
SIUP (Dinas Industri dan Perdagangan Kanwil Jawa Tengah)
No. 031/11.01/PB/III/2003 Tanggal 24 Maret 2003 i. Klasifikasi Perkebunan Besar : Klas 1
Tahun 2012 : Predikat Baik Sekali
commit to user
4. Deskripsi Wilayah a. Letak Geografis
PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus terletak antara 7o LS - 8o LS dan antara 111o BT - 112o BT. Secara administratif masuk dalam 3 wilayah, yaitu :
1) Kabupaten Sragen
- Kecamatan Kedawung : 4 desa - Kecamatan Sambirejo : 7 desa 2) Kabupaten Karanganyar
- Kecamatan Kerjo : 9 desa - Kecamatan Mojogedang : 4 desa - Kecamatan Jenawi : 5 desa - Kecamatan Ngargoyoso : 5 desa - Kecamatan Karangpandan : 1 desa - Kecamatan Karanganyar : 1 desa 3) Kabupaten Sukoharjo
- Kecamatan Polokarto : 7 desa
PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus yang terdiri dari 3 wilayah tersebut (Kabupaten Sragen, Karanganyar dan Sukoharjo) memiliki luas areal 6.943,11 ha termasuk areal lain-lain.
Areal perkebunan karet PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus dibagi menjadi 9 afdeling. Wilayah 9 afdeling Kebun Batujamus dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Wilayah Perkebunan Karet PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus
Afdeling Desa Kecamatan
Jamus Kwadungan, Kuto,
Dukuh, Ganten, Bothok
Kerjo, Kedawung Mojogedang Pendem, Delingan,
Sewurejo, Mojogedang, Ngadirejo, Toh Kuning
Mojogedang, Karangpandan Polokarto Polokarto, Tirtosari,
Tepisari, Kayuapak, Pohbusung, Ngluwar
Polokarto, Sukoharjo commit to user
Karanggadungan Puntukrejo, Dukuh, Nglegok, Kemuning, Ngargoyoso,
Karangnongko
Karangpandan, Ngargoyoso
Gandugede Gempolan, Plosorejo, Seloromo
Jenawi, Kerjo Kedungsumber Sumberejo, Karangrejo,
Bothok, Tawangsari
Kerjo Kedawung Bendungan, Kedawung Kedawung
Kepoh Dawung, Sambi,
Jambeyan, Sukorejo, Jetis, Musuk, Sambirejo, Kadipiro
Sambirejo
Balong Sidomukti, Lempong, Balong, Seloromo
Jenawi
Sumber : Profil PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus Tahun 2012 PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus berada di Dusun Bangunsari yang merupakan salah satu desa di Kelurahan Kuto, Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar. Kantor induk Kebun Batujamus berlokasi di wilayah yang strategis dekat dengan pasar Batujamus dan terminal Batujamus. Dusun Bangunsari sebelah timur berbatasan dengan Desa Kedawung, sebelah barat berbatasan dengan Desa Kuto, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Jetis dan sebelah utara berbatasan dengan Desa Wungurejo. Kantor induk PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus terletak di wilayah Kabupaten Karanganyar (bagian utara) yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sragen.
Jarak kantor induk Kebun Batujamus (kantor yang membawahi semua afdeling) dari Kota Solo 30 km, dari Kota Sragen 12 km, dari Kota Karanganyar 17 km dan dari Kota Sukoharjo 50 km.
b. Topografi, Iklim dan Jenis Tanah
Topografi wilayah Kebun Batujamus yang masuk dalam wilayah Kabupaten Sragen sebagian besar datar sampai bergelombang (bagian utara) dan yang masuk dalam wilayah Karanganyar rata-rata berbukit (bagian selatan). Ketinggian dari permukaan laut yaitu 165-700 m (dpl).
commit to user
Dari seluruh areal Kebun Batujamus, sebagian besar memiliki topografi berombak dan berbukit.
Tabel 5. Luas Areal Berdasarkan Topografi di Kebun Batujamus Derajat
Kemiringan Topografi Luas
Ha %
0-8 Datar - -
8-15 Landai 736,20 18,52
15-25 Berombak 1.806,58 45,44
25-45 Berbukit 1.433,34 36,05
>45 Bergunung - -
3.976,12 100,01 Sumber : Profil PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus Tahun 2012
Iklim di Kebun Batujamus menurut Schmidt Fergusson termasuk dalam type C (RC. Getas) dengan curah hujan rata-rata 2.500-3.000 mm/tahun. Temperatur udaranya sekitar 20oC - 27oC.
Jenis tanah di Kebun Batujamus sangat beragam yaitu regusol, latosol, andosol, laterit, padzolik merah kuning dan grumusol, yang dominan atau yang paling banyak adalah jenis tanah latosol. pH tanah antara 6-7. Memiliki drainase yang baik dan tekstur tanahnya remah dan lempung.
5. Perkembangan Perusahaan
PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus dari tahun 1963 sampai sekarang telah mengalami beberapa perubahan dan perkembangan.
Perkembangan PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus ditunjukkan pada Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Perkembangan PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus
Tahun Perkembangan
1963 Dalam tahap pemisahan kebun penghasil aneka tanaman dengan kebun penghasil karet, maka Kebun Batujamus/Polokarto berubah menjadi Perusahaan Perkebunan Negara Karet XIV (PPN Karet XIV).
Direksi berkedudukan di Semarang dan administratur dipegang oleh R.M. Moorianto.
1968 Terjadi perubahan lagi yaitu Perusahaan Perkebunan Negara Karet XIV (PPN Karet XIV) menjadi Perusahaan Perkebunan Negara XVIII (PPN XVIII) direksi berkedudukan di Semarang. commit to user
1969 Terjadi regrouping (penukaran Kebun Kerjogadungan dengan Batujamus/Polokarto). Dari Kebun Kerjogadungan ada dua afdeling yaitu afdeling Karanggadungan dan afdeling Mojogedang.
Dari Kebun Batujamus/Polokarto terdiri dua afdeling juga yaitu afdeling Karanggadungan dan afdeling Sengon/Timur. Maka setelah regrouping tersebut Kebun Batujamus/Polokarto memiliki afdeling- afdeling sebagai berikut, yaitu afdeling Bandungan/Tengklik, afdeling Mojogendang, afdeling Karanggadungan dan afdeling Polokarto.
Tanaman yang dibudidayakan yaitu karet, kopi, pala dan mete.
1971 – 1973 Berdasarkan PP No. 23 Tahun 1973 Akte No. 98/73, tanggal 31 Juli 1973, maka mulai 1 Agustus 1973 Perusahaan Perkebunan Karet XVIII (Persero) Kebun Batujamus/Polokarto berubah menjadi PT.
Perkebunan XVIII (Persero) Kebun Batujamus/Polokarto. Administratur dipegang oleh R. Soebandi sampai tahun 1979.
1979 – 1985 Administratur dipegang oleh Moch. Oeripan
1985 – 1991 Administratur dipegang oleh Ir. Karsono Mugiono, BSc.
1991 – 1993 Administratur dipegang oleh Ir. Setiyo Karto Atmojo, MBA.
1993 – 1998 Administratur dipegang oleh Ir. Edi Herawan Sobiran.
1. Atas dasar Surat Keputusan Direksi PT.
Perkebunan XVII (Persero) Nomor : XVIII.0/SK/79.A/1995 diadakan penggabungan Kebun Batujamus dan Kebun Kerjoarum menjadi Kebun Batujamus/Kerjoarum berlaku mulai tanggal 1 Maret 1995.
2. Berdasarkan PP No. 14 Tahun 1996 terjadi peleburan Perusahaan Perseroan (Persero) PT.
Perkebunan Nusantara IX yang disahkan pada tanggal 18 April 1996.
1999 – 2000 Administratur dipegang oleh Ir. H. Setiyadi Catur Atmanto, MBA.
2001 – 2004 Administratur dipegang oleh Ir. Imam Nugroho 2005 – 2006 Administratur dipegang oleh Ir. Didit Heru Setiawan 2006 – 2009 Administratur dipegang oleh Ir. H. Bambang
Sumarhadi
2009 – sekarang Administratur dipegang oleh Agus Hargianto, SP.
Sumber : Profil PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus Tahun 2012 commit to user
6. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan kerangka dasar hubungan satuan- satuan organisasi dimana di dalamnya terdapat orang-orang yang memiliki tugas dan wewenang sesuai dengan jabatannya dalam struktur organisasi tersebut sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam suatu perusahaan perkebunan harus memiliki struktur organisasi yang jelas dan masing-masing bagian bekerja sesuai tugas, tanggung jawab dan wewenangnya sehingga perusahaan tersebut dapat berjalan dengan baik. Kebun Batujamus/Kerjoarum merupakan salah satu unit dari beberapa unit kebun tanaman tahunan milik PTPN IX (Persero). Seluruh unit kebun tanaman tahunan di Jawa Tengah berada di bawah kendali Direksi PTPN IX (Persero) Divisi Tanaman Tahunan Semarang.
Kebun Batujamus/Kerjoarum dipimpin oleh seorang administratur yang membawahi dua wilayah kerja yaitu Batujamus dan Kerjoarum.
Masing-masing wilayah kerja dikepalai oleh seorang sinder kepala yang membawahi beberapa afdeling. Sinder Kepala Batujamus membawahi 4 afdeling yaitu afdeling Jamus, afdeling Mojogedang, afdeling Polokarto dan afdeling Karanggadungan. Sinder Kepala Kerjoarum membawahi 5 afdeling yaitu afdeling Gandugede, afdeling Kedungsumber, afdeling Kedawung, afdeling Kepoh dan afdeling Balong. Selain sinder afdeling, dibawah sinder kepala juga terdapat sinder teknik dan sinder kantor.
Dalam menjalankan tugasnya, sinder teknik dibantu oleh mandor besar sedangkan sinder kantor dibantu oleh asisten sinder kantor dan pakam (Batujamus/Kerjoarum). Setiap afdeling di Kebun Batujamus/Kerjoarum dikepalai oleh seorang sinder kebun yang membawahi mandor besar.
Mandor besar, asisten sinder kantor dan pakam (Batujamus/Kerjoarum) dibantu oleh karyawan pelaksana, karyawan pembantu pelaksana dan karyawan harian lepas teratur.
Pembagian kerja di PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus dapat dirinci sebagai berikut : commit to user
a. Administratur kebun bertugas memimpin dan mengelola operasional kebun untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.
b. Sinder kepala kebun bertugas mengatur kegiatan operasional tanaman untuk memenuhi target produksi.
c. Sinder kebun bertugas menjalankan fungsi-fungsi manajemen di bidang kultur teknik, eksploitasi, ketenagakerjaan dan administrasi. Sinder kantor bertugas mengatur kegiatan administrasi keuangan dan umum kebun, pennyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) serta pengendaliannya.
d. Sinder teknik bertugas mengatur kegiatan operasional teknik/teknologi dan teknis penyimpanan serta pengiriman produksi.
e. Mandor besar bertugas membawahi beberapa orang mandor dan kepala kerja.
Bagan struktur organisasi Kebun Batujamus/Kerjoarum dapat dilihat pada Lampiran 1.
7. Komoditi Utama PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus
PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus mempunyai dua jenis tanaman yang dibudidayakan yaitu karet dan kopi. Luas seluruh areal perkebunan Batujamus adalah 4.537,32 ha. Luas areal tanaman kopi hanya sekitar 297,99 ha dari luas seluruh areal perkebunan Batujamus. Jadi dapat dikatakan bahwa komoditi utama PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus adalah tanaman karet. Luas keseluruhan kebun untuk tanaman karet sekitar 4.239,33 ha terdiri dari :
a. Emplasement : 29,93 ha
b. Entress : 1,45 ha
c. Tanah cadangan penghijauan : 132,76 ha d. Jalan/jurang/hutan : 27,81 ha e. Tanaman belum menghasilkan : 990,47 ha f. Tanaman menghasilkan : 2.849,88 ha g. Tanaman tahun ini : 207,03 ha
commit to user
Kebun Batujamus yang merupakan areal kebun karet dibagi dalam 9 sub unit kebun atau disebut afdeling. Luas masing-masing afdeling di Kebun Batujamus dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Luas Afdeling Tanaman Karet di Kebun Batujamus
Afdeling Luas (Ha)
Jamus 410,20
Mojogedang 264,62
Karanggadungan 89,39
Polokarto 372,55
Gandugede 543,29
Kedungsumber 394,00
Kedawung 425,31
Kepoh 114,71
Balong 235,81
2.849,88 Sumber : RKAP PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus Tahun 2013
Klon yang digunakan Kebun Batujamus dalam budidaya karet antara lain GT 1, BPM 1, PB 260, BPM 24, RRIM 712, RRIC 100, Polykloon, PR 300, LCB 1320, PR 225, PR 228, PB 235, IRR 39, PPN 2447 dan RRIM 600. Untuk mendukung hasil produksi dari tanaman karet, PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus/Kerjoarum memiliki dua unit pabrik pengolah karet dengan spesifikasi produk yang berbeda. Pabrik Batujamus menghasilkan karet jenis Crepe dan pabrik Kerjoarum menghasilkan karet jenis Ribbed Smoked Sheet (RSS). Hasil pengolahan karet Kebun Batujamus/Kerjoarum berupa Sheet, BRCR (Brown Crepe) dan Crepe.
8. Pemasaran Karet
PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berbentuk Persero yang dipimpin oleh seorang Administratur, sedangkan kantor direksi berkedudukan di Semarang.
Semua standar kerja produksi ditetapkan oleh kantor direksi termasuk sistem pemasarannya. Produksi karet yang dihasilkan di PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus merupakan barang setengah jadi dalam bentuk crepe dan sheet dengan standar kualitas masing-masing. Kualitas dan harga sheet lebih tinggi dibandingkan dengan crepe. Mutu sheet yang commit to user
dihasilkan oleh Kebun Batujamus antara lain RSS 1, RSS 2, RSS 3, RSS 4, CUTT A dan CUTT B, mutu dari crepe antara lain Crepe 1x dan Crepe 2x serta mutu dari brown crepe yaitu BRCR 1x, BRCR 2x dan BRCR 3x.
Pemasaran karet dilakukan sepenuhnya oleh kantor direksi dimana sebagian besar produksi karet diekspor berdasarkan sistem pesan. Jadi banyak sedikitnya pesanan (permintaan) karet dari luar negeri berpengaruh terhadap produksi yang akan dijalankan (karet olahan). Bila permintaan karet banyak maka produksi karet akan ditingkatkan begitu pula sebaliknya. Negara tujuan ekspor karet yaitu Korea, Jepang dan Amerika.
Berdasarkan data perhitungan laba/rugi pengajuan RKAP 2013 Kebun Batujamus diketahui dari jumlah total produksi karet yaitu 4.852.500 kg yang diekspor sebanyak 3.396.750 kg dan untuk lokal sebanyak 1.455.750 kg. Harga jual karet yang diekspor adalah Rp 31.550,-/kg dan harga jual karet untuk lokal yaitu Rp 25.200,-/kg. Pendapatan dari produksi karet yang diekspor sebesar Rp 107.167.463,- dan pendapatan dari produksi karet yang dijual di dalam negeri sebesar Rp 36.684.900,- sehingga jumlah pendapatan total dari produksi karet adalah Rp 143.852.500,-.
B. Hasil dan Pembahasan
1. Faktor-faktor dalam Model Penelitian
Faktor-faktor yang dikaji dalam penelitian ini yaitu jumlah produksi karet di PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus sebagai variabel tak bebas, luas lahan karet, jumlah pohon karet, tenaga kerja yang digunakan selama produksi karet, jumlah pupuk urea, pupuk SP36 dan pupuk KCL yang digunakan selama produksi karet di PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus dan curah hujan sebagai variabel-variabel bebasnya. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder time series selama 15 tahun yang dimulai tahun 1998 sampai tahun 2012. Hasil penelitian terhadap faktor-faktor yang dikaji adalah sebagai berikut :
a. Luas Lahan Tanaman Karet PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus Produksi pertanian dipengaruhi oleh faktor produksi diantaranya yaitu lahan, tenaga kerja, modal dan kemampuan manajemen. Hasil commit to user
pertanian tidak dapat dipisahkan dengan sumbangan lahan berupa unsur tanah dan sifat-sifat tanah yang sangat berpengaruh dalam usahatani (Mubyarto, 1995). Lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh faktor produksi komoditas pertanian. Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin luas lahan yang ditanami maka akan semakin besar produksi yang dihasilkan dari lahan tersebut (Rahim dan Retno, 2007).
Kebun Batujamus memiliki luas lahan karet yang terdiri dari 9 afdeling. Seluruh luas lahan karet yang dikelola oleh Kebun Batujamus terbagi dalam dua tahap tanaman karet yaitu tanaman belum menghasilkan (tanaman muda) dan tanaman menghasilkan (tanaman remaja, taruna, dewasa, madya, tua dan tua renta). Luas lahan karet yang digunakan dalam penelitian ini adalah 7 afdeling dari 9 afdeling yang dikelola oleh Kebun Batujamus. 7 afdeling tersebut yaitu afdeling Jamus, Mojogedang, Polokarto, Gandugede, Kedungsumber, Kedawung dan Balong. Mengenai jumlah luas lahan dari ketujuh afdeling tersebut dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 8.
Tabel 8. Luas Lahan Karet Kebun Batujamus Tahun 1998-2012
Tahun Luas Lahan (Ha)
1998 2.184,96
1999 2.290,27
2000 2.209,00
2001 2.214,74
2002 2.356,00
2003 2.604,00
2004 2.727,00
2005 2.840,00
2006 2.901,00
2007 2.811,00
2008 2.748,00
2009 2.649,00
2010 2.720,00
2011 2.763,00
2012 2.822,53
Jumlah 36.625,76
Rata-rata 2.616,13
Sumber : PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus Tahun 1998-2012 commit to user
Luas lahan karet di Kebun Batujamus setiap tahunnya berfluktuatif dan cenderung meningkat dengan rata-rata luas lahan karet tahun 1998-2012 sebesar 2.616,13 ha. Jumlah luas lahan karet paling tinggi terjadi pada tahun 2006. Hal ini terjadi karena adanya kebijakan dari PTPN IX (Persero) untuk meningkatkan produksi karetnya karena permintaan karet yang semakin meningkat. Perkembangan luas lahan karet Kebun Batujamus dari tahun 1998-2012 dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini.
Sumber : Tabel 8
Gambar 3. Grafik Perkembangan Luas Lahan Karet Kebun Batujamus Tahun 1998-2012
Perkembangan luas lahan karet di Kebun Batujamus mengalami fluktuasi pada tiap tahunnya. Kenaikan luas lahan terjadi pada tahun 1999, tahun 2001-2006 dan tahun 2010-2012. Penambahan luas lahan karet dilakukan oleh PTPN IX (Persero) sebagai upaya untuk meningkatkan hasil produksi karet. Pada tahun 2000 dan tahun 2007- 2009 terjadi penurunan luas lahan karet. Penurunan jumlah luas lahan karet disebabkan oleh adanya peremajaan tanaman karet yang sudah tua sehingga menyebabkan luas lahan tanaman menghasilkan berkurang.
b. Jumlah Pohon Karet PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus
Salah faktor yang menentukan dalam memperoleh hasil atau output pertanian adalah pohon yang ada di lapangan atau yang digunakan dalam produksi pada tanaman (Yuniarto, 2008). Faktor commit to user
jumlah pohon memegang peranan yang sangat penting untuk menunjang keberhasilan produksi tanaman karet. Banyaknya jumlah pohon merupakan langkah awal peningkatan produksi. Jumlah pohon yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jumlah pohon karet yang telah menghasilkan getah karet (lateks). Jumlah pohon karet di Kebun Batujamus dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Jumlah Pohon Karet Kebun Batujamus Tahun 1998-2012
Tahun Jumlah Pohon (Pohon)
1998 1.869.042
1999 1.823.860
2000 978.956
2001 1.799.392
2002 1.985.308
2003 1.941.791
2004 1.959.926
2005 2.107.493
2006 3.467.675
2007 3.365.380
2008 3.333.991
2009 3.079.703
2010 3.202.247
2011 3.018.800
2012 3.581.284
Jumlah 37.514.848
Rata-rata 2.500.990
Sumber : PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus Tahun 1998-2012 Jumlah pohon karet dipengaruhi oleh luas lahan dan jarak tanam.
Jarak tanam tanaman karet yang dipakai Kebun Batujamus berdasarkan kebijakan dari direksi PTPN IX (Persero) adalah 5 x 3 m. Tabel 9 menunjukkan perubahan jumlah pohon karet di Kebun Batujamus yang selalu berfluktuasi pada setiap tahunnya dengan rata-rata jumlah pohon karet tahun 1998-2012 sebanyak 2.500.990 pohon. Kenaikan jumlah pohon karet tertinggi terjadi pada tahun 2006. Grafik perkembangan jumlah pohon karet di Kebun Batujamus dapat dilihat pada Gambar 4.
commit to user
Sumber : Tabel 9
Gambar 4. Grafik Perkembangan Jumlah Pohon Karet Kebun Batujamus Tahun 1998-2012
Gambar 4 menggambarkan perkembangan jumlah pohon karet di Kebun Batujamus yang berfluktuatif pada tiap tahunnya. Penambahan jumlah pohon tertinggi terjadi pada tahun 2006. Penambahan jumlah pohon juga terjadi pada tahun 2001, 2002, 2004, 2005 dan 2012. Hal ini terjadi karena PTPN IX (Persero) memiliki target meningkatkan produksi karet, sehingga menambah jumlah pohon karet di Kebun Batujamus ini merupakan salah satu langkah dalam meningkatkan produksi karet. Penurunan jumlah pohon karet terjadi pada beberapa tahun dan penurunan jumlah pohon karet terbanyak terjadi pada tahun 2000. Penurunan jumlah pohon karet ini terjadi karena adanya pembongkaran tanaman tua yang sudah tidak produktif dalam rangka peremajaan tanaman.
c. Tenaga Kerja Tanaman Karet PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus Kebutuhan tenaga kerja perkebunan dipengaruhi oleh luas kebun, jenis pekerjaan, topografi dan iklim, teknologi, komposisi atau umur tanaman. Pengelolaan tenaga kerja harus memperhatikan fungsi-fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengontrolan tenaga kerja yang penting untuk dilakukan dalam menjamin terlaksananya pekerjaan dengan baik (Ginting, 2005).
Pekerjaan dalam pemeliharaan cukup banyak memerlukan biaya dan commit to user
tenaga serta merupakan syarat untuk mendapatkan tanaman yang baik.
Selain itu kegiatan perkebunan berfluktuasi sepanjang tahun karena adanya pekerjaan yang berkaitan dengan musim, lahan, curah hujan, dan bulan panen puncak dan panen rendah (Lubis, 1992). Jumlah tenaga kerja tanaman karet di Kebun Batujamus dari tahun 1998-2012 dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini.
Tabel 10. Tenaga Kerja Tanaman Karet Kebun Batujamus Tahun 1998- 2012
Tahun Tenaga Kerja (HKO)
1998 322.759
1999 302.258
2000 204.553
2001 285.505
2002 302.442
2003 305.183
2004 207.228
2005 323.094
2006 290.051
2007 319.311
2008 320.621
2009 324.196
2010 328.419
2011 330.712
2012 370.420
Jumlah 4.536.752
Rata-rata 302.450
Sumber : PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus Tahun 1998-2012 Tenaga kerja tanaman karet di Kebun Batujamus meliputi pemelihara kebun, penyadap dan pelayan lateks yang kebanyakan merupakan tenaga harian lepas. Tenaga kerja ini berasal dari masyarakat yang tinggal dekat dengan daerah perkebunan. Sistem tenaga kerja di PTPN IX (Persero) diatur dengan sistem kemandoran pada tiap afdeling. Jumlah tenaga kerja pada setiap afdeling berbeda- beda sesuai dengan luas lahan dan banyaknya jumlah pohon karet.
Tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja tanaman karet pada setiap tahunnya berfluktusi dengan rata-rata jumlah tenaga kerja dari tahun 1998-2012 sebanyak 302.450 HKO. Perkembangan jumlah commit to user
tenaga kerja tanaman karet di Kebun Batujamus dapat dilihat pada Gambar 5.
Sumber : Tabel 10
Gambar 5. Grafik Perkembangan Tenaga Kerja Tanaman Karet Kebun Batujamus Tahun 1998-2012
Perkembangan jumlah tenaga kerja pada Gambar 5 menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja tanaman karet di Kebun Batujamus berfluktuatif tiap tahunnya. Hal ini selain dipengaruhi oleh luas lahan juga dipengaruhi oleh musim. Pada musim hujan, tanaman karet lebih banyak membutuhkan pemeliharaan terhadap ganggunan organisme pengganggu tanaman (OPT) sehingga pada musim hujan dibutuhkan lebih banyak tenaga kerja.
d. Pupuk Urea Tanaman Karet PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus Pemupukan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting untuk diperhatikan pada tanaman, terutama pada tanah yang rendah tingkat kesuburannya (Hardjowigeno, 1995). Tanaman karet sangat respon terhadap pemupukan terutama N, P dan K karena akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi getah (Sudiharto, 1990). Pemupukan tanaman karet pada masa produksi dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu pada pergantian musim. Pupuk yang sering digunakan untuk tanaman karet yaitu pupuk urea, SP36 dan KCL. Jumlah pupuk urea yang diaplikasikan pada tanaman karet di Kebun Batujamus selama tahun 1998-2012 dapat dilihat pada Tabel 11. commit to user
Tabel 11. Pupuk Urea Tanaman Karet Kebun Batujamus Tahun 1998- 2012
Tahun Pupuk Urea (Kg)
1998 72.750
1999 191.860
2000 126.460
2001 129.420
2002 101.150
2003 106.680
2004 163.540
2005 206.273
2006 385.948
2007 269.920
2008 365.800
2009 280.710
2010 284.625
2011 288.490
2012 395.805
Jumlah 3.369.431
Rata-rata 244.450
Sumber : PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus Tahun 1998-2012 Tabel 11 menunjukkan jumlah pupuk urea yang diaplikasikan pada tanaman karet di Kebun Batujamus pada tiap tahunnya berubah- ubah. Rata-rata jumlah penggunaan pupuk urea dari tahun 1998-2012 yaitu sebanyak 244.450 kg. Jumlah pupuk urea tertinggi yang digunakan terjadi pada tahun 2012 dan paling rendah pada tahun 1998.
Penggunaan pupuk urea ini disesuaikan dengan luas lahan dan umur tanaman karet. Perubahan jumlah pupuk urea dapat dilihat lebih jelas pada Gambar 6.
commit to user
Sumber : Tabel 11
Gambar 6. Grafik Jumlah Pupuk Urea Tanaman Karet Kebun Batujamus Tahun 1998-2012
Pupuk Urea mengandung unsur hara N (nitrogen) 46% dalam setiap berat 100 gram. Fungsi dari pupuk urea ini adalah membuat daun karet menjadi hijau mengkilat serta meningkatkan pertumbuhan batang agar menjadi besar serta cabang pohon karet dan juga peningkatan jumlah hasil sadap tanaman karet. Dosis pupuk urea untuk tanaman karet yang telah menghasilkan berbeda-beda sesuai dengan umur tanaman. Dosis pupuk urea untuk tanaman karet yang berumur 6-15 tahun yaitu 350 gram/pohon/tahun, umur 16-25 tahun sebanyak 300 gram/pohon/tahun dan umur 25 tahun keatas sebanyak 200 gram/pohon/tahun.
e. Pupuk SP36 Tanaman Karet PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus SP36 merupakan pupuk fosfat yang berasal dari batuan fosfat yang ditambang. Kandungan unsur haranya dalam bentuk P2O5 SP36 adalah 46% yang lebih rendah dari TSP yaitu 36%. Dalam air jika ditambahkan dengan ammonium sulfat akan menaikkan serapan fosfat oleh tanaman (Hakim et al., 1986). Jumlah pupuk SP36 yang pada tanaman karet yang telah menghasilkan di Kebun Batujamus dapat dilihat pada Tabel 12.
commit to user
Tabel 12. Pupuk SP36 Tanaman Karet Kebun Batujamus Tahun 1998- 2012
Tahun Pupuk SP36 (Kg)
1998 57.625
1999 135.200
2000 60.200
2001 67.580
2002 92.800
2003 94.020
2004 100.200
2005 115.182
2006 274.865
2007 253.910
2008 250.152
2009 105.270
2010 112.000
2011 112.470
2012 311.654
Jumlah 2.143.128
Rata-rata 142.875
Sumber : PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus Tahun 1998-2012 Tabel 12 menunjukkan bahwa jumlah pupuk SP36 yang diberikan untuk tanaman karet di Kebun Batujamus selalu berbeda-beda tiap tahunnya dengan rata-rata jumlah pupuk SP36 tahun 1998-2012 sebanyak 142.875 kg. Jumlah pupuk SP36 paling banyak digunakan terjadi pada tahun 2006 yang mencapai 311.654 kg, sedangkan paling sedikit pada tahun 1998 sebanyak 57.625 kg. Jumlah pemberian pupuk SP36 ini juga disesuaikan dengan hasil analisa tanah yang sudah dilakukan sebelumnya oleh Bidang Penelitian dan Pengembangan PTPN IX (Persero). Hal ini dilakukan agar jumlah unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman karet tercukupi, tidak kekurangan maupun kelebihan. Hal ini penting karena pupuk SP36 juga dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, lamban pemasakan dan produksi tanaman rendah (Hakim et al., 1986). Grafik jumlah pupuk SP36 pada tanaman karet di Kebun Batujamus dapat dilihat pada Gambar 7.
commit to user
Sumber : Tabel 12
Gambar 7. Grafik Jumlah Pupuk SP36 Tanaman Karet Kebun Batujamus Tahun 1998-2012
Pupuk SP36 merupakan sumberdaya fosfat untuk tanaman karet serta mudah larut dalam air. Fungsi dari pupuk ini adalah mempercepat pertumbuhan akar agar pohon karet tahan terhadap kekeringan di musim kemarau, meningkatkan hasil produksi getah karet, menambah ketahanan terhadap hama penyakit tanaman karet. Pengaplikasian pupuk SP36 disesuaiakan dengan umur tanaman karet. Tanaman karet yang berumur 6-15 tahun diberi pupuk SP36 dengan dosis 260 gram/pohon/tahun, umur 16-25 tahun 190 gram/pohon/tahun dan untuk umur 25 tahun keatas tidak dianjurkan pengaplikasian pupuk SP36.
f. Pupuk KCL Tanaman Karet PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus Kandungan pupuk KCL adalah kalium klorida. Pupuk KCL ada dua macam yaitu KCL 80 yang mengandung K2O 52-53% dan KCL 90 yang mengandung K2O 55-58%. Pemakaian pupuk KCL lebih terbatas dibanding pupuk yang lain. Ini disebabkan karena KCL mengandung klorida yang dapat berpengaruh negatif pada tanaman yang tidak membutuhkan atau peka terhadap klorida (Lingga dan Marsono, 2008).
Jumlah pupuk KCL yang diaplikasikan pada tanaman karet di Kebun Batujamus dapat dilihat pada Tabel 13.
commit to user
Tabel 13. Pupuk KCL Tanaman Karet Kebun Batujamus Tahun 1998- 2012
Tahun Pupuk KCL (Kg)
1998 86.960
1999 89.450
2000 59.640
2001 47.960
2002 77.600
2003 59.998
2004 89.920
2005 55.970
2006 217.500
2007 208.400
2008 197.410
2009 64.800
2010 68.980
2011 69.980
2012 318.694
Jumlah 1.713.262
Rata-rata 114.217
Sumber : PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus Tahun 1998-2012 Tabel 13 menunjukkan bahwa jumlah pemberian pupuk KCL pada tanaman karet di Kebun Batujamus selalu berbeda tiap tahunnya dengan rata-rata jumlah pupuk KCL tahun 1998-2012 sebanyak 114.217 kg. Hal ini dipengaruhi oleh luas lahan tanaman karet dan juga umur tanaman. Jumlah penggunaan pupuk KCL paling banyak terdapat pada tahun 2012 sebanyak 318.694 kg, yang terjadi pada saat luas lahan tanaman karet paling tinggi. Jumlah pupuk KCL yang berbeda pada tiap tahunnya ini dapat dilihat lebih jelas pada Gambar 8.
commit to user
Sumber : Tabel 13
Gambar 8. Grafik Jumlah Pupuk KCl Tanaman Karet Kebun Batujamus Tahun 1998-2012
Pada pupuk KCL memiliki fungsi dalam mempercepat proses unsur metabolisme unsur nitrogen dan zat-zat unsur hara lainnya pada tanaman karet serta menambah daya tahan batang karet agar tidak roboh atau tumbang. Gambar 8 menunjukkan jumlah penggunaan pupuk KCL pada tanaman karet yang berbeda-beda pada tiap tahunnya. Penggunaan pupuk KCL disesuaikan dengan umur tanaman karet. Pada umur 6-15 tahun tanaman karet diberi pupuk dengan dosis 300 gram/pohon/tahun, umur 16-25 tahun 250 gram/pohon/tahun dan umur 25 tahun dengan dosis 150 gram/pohon/tahun.
g. Curah Hujan
Curah hujan tahunan merupakan salah satu faktor produksi yang mempengaruhi produktivitas tanaman karet. Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun, dengan hari hujan berkisar antara 100-150 hh/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang.
Curah hujan yang berlebih dapat menyebabkan gangguan pada penyadapan dan meningkatkan serangan penyakit (Anwar, 2001).
Jumlah curah hujan di Kabupaten Karanganyar tahun 1998-2012 dapat dilihat pada tabel 14.
commit to user
Tabel 14. Curah Hujan Kabupaten Karanganyar Tahun 1998-2012
Tahun Curah Hujan (mm)
1998 3.610
1999 2.630
2000 2.700
2001 2.510
2002 1.875
2003 1.715
2004 2.305
2005 2.530
2006 2.020
2007 3.100
2008 2.480
2009 2.768
2010 3.010
2011 2.540
2012 2.840
Jumlah 38.633
Rata-rata 2.576
Sumber : PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus Tahun 1998-2012 Tabel 14 menunjukkan bahwa curah hujan di Kabupaten Karanganyar pada tiap tahunnya berfluktuatif. Rata-rata curah hujan di Kabupaten Karanganyar dari tahun 1998-2012 adalah 2.576 mm. Hal ini berarti bahwa wilayah Kabupaten Karanganyar sesuai untuk tanaman karet karena memiliki curah hujan yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet yaitu antara 2.500-4.000 mm/tahun. Grafik curah hujan Kabupaten Karanganyar tahun 1998-2012 yang menunjukkan curah hujan di Kabupaten Karanganyar berfluktuatif pada tiap tahunnya dapat dilihat pada Gambar 9.
commit to user
Sumber : Tabel 14
Gambar 9. Grafik Curah Hujan Kabupaten Karanganyar Tahun 1998- 2012
2. Analisis Regresi Fungsi Produksi Cobb-Douglas a. Analisis Faktor-faktor Produksi
Untuk mengetahui pengaruh faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi karet terhadap produksi karet, maka perlu dianalisis dengan menggunakan analisis regresi fungsi produksi Cobb- Douglas. Faktor produksi yang dimasukan dalam model regresi sebagai variabel bebas terdiri dari luas lahan, jumlah pohon, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk SP36, pupuk KCL dan curah hujan. Model regresi fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan regresi non linear berganda, sehingga agar dapat dianalisis harus ditransformasikan kedalam bentuk persamaan linear, yaitu dengan logaritma natural.
Model regresi fungsi produksi karet di Kebun Batujamus Kabupaten Karanganyar yang diperoleh dari hasil analisis adalah sebagai berikut :
Log Y = -3,651 + 1,785 logX1 + 0,222 logX2 + 0,536 logX3 + 0,426 logX4 - 0,610 logX5 + 0,217 logX6 - 0,147 logX7
Bila dikembalikan kedalam bentuk aslinya, persamaan di atas dapat ditulis kembali dalam bentuk persamaan linier berbentuk kepangkatan menjadi :
Y = 4.477 X11,785
X20,222
X30,536
X40,426
X5-0,610
X60,217
X7-0,147
commit to user
b. Pengujian Asumsi Klasik
Untuk menguji keterandalan koefisien regresi yang dihasilkan dari analisis maka dilakukan pengujian asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah ada tidaknya multikolinearitas, autokorelasi dan heterokedastisitas.
1) Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah adanya hubungan linear yang sempurna di antara beberapa atau semua variabel bebas dari model regresi ganda. Multikolinearitas juga berarti terjadinya korelasi linear yang tinggi di antara variabel-variabel bebas. Uji Matrik Pearson Correlation dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas. Matriks korelasi menunjukkan seberapa besar hubungan antara setiap variabel bebas yang digunakan dalam model.
Pada model regresi terdapat nilai PC sebesar 0,869 (lebih besar dari 0,8) (Lampiran 4), ini menunjukkan bahwa dalam model regresi terdapat multikolinearitas.
Hubungan antar variabel bebas (multikolinearitas) terjadi antara pupuk SP36 (X5) dengan pupuk KCL (X6). Hubungan antar variabel bebas ini menunjukkan bahwa semakin tinggi penggunaan pupuk SP36, penggunaan pupuk KCL juga semakin tinggi karena pupuk SP36 dan pupuk KCL merupakan pupuk dasar dalam budidaya tanaman karet. Multikolinearitas merupakan penyimpangan dari asumsi klasik yang harus diatasi. Menurut Ghozali (2006), salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi multikolinearitas yaitu dengan mengeluarkan salah satu atau lebih variabel bebas yang saling berkorelasi. Variabel bebas yang mempunyai nilai korelasi tinggi dan harus dikeluarkan dari model yaitu pupuk KCL (X6), sehingga diperoleh model regresi yang baru yaitu sebagai berikut :
Y = 0,002 X11,490
X20,359
X30,292
X40,284
X5-0,287
X70,027
commit to user
Pada model regresi yang baru tersebut tidak ada lagi nilai PC yang lebih dari 0,8 (Lampiran 6) sehingga dapat disimpulkan bahwa pada model regresi yang baru tidak terjadi multikolinearitas.
2) Uji Autokorelasi
Autokorelasi berarti komponen error berkorelasi berdasarkan urutan waktu (pada data berkala) atau korelasi pada dirinya sendiri.
Menurut Gujarrati (1999), uji d-Durbin Watson dilakukan untuk melihat apakah pada persamaan terdapat autokorelasi, dengan kriteria :
DW < 1,21 atau DW > 2,79 : terjadi autokorelasi 1,65 < DW < 2,35 : tidak terjadi autokorelasi
1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 : tidak dapat disimpulkan Berdasarkan hasil analisis (Lampiran 7) dapat diketahui nilai Durbin Watson yaitu sebesar 1,768 sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model yang digunakan tidak terjadi autokorelasi karena nilai tersebut terletak pada antara 1,543 < DW < 2,457.
3) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedatisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Dalam penelitian ini uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat diagram scatterplot.
Berdasarkan diagram scatterplot (Lampiran 9) dapat diketahui bahwa titik-titik yang ada dalam diagram menyebar dan tidak membentuk suatu pola tertentu, ini berarti bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.
c. Pengujian Model
1) Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana ketepatan garis regresi yang terbentuk dalam mewakili kelompok data hasil observasi. Koefisien determinasi (R2) menggambarkan bagian dari variasi total yang dapat diterangkan commit to user
oleh model. Berdasarkan hasil analisis regresi menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) yaitu sebesar 0,941 (Lampiran 7).
Nilai R2 yang mendekati 1 menunjukan bahwa persamaan regresi tersebut tepat untuk digunakan (goodness of fit). Nilai R2 sebesar 0,941 atau 94,1% ini berarti bahwa variabel bebas yang dimasukan ke dalam model regresi yaitu berupa luas lahan, jumlah pohon, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk SP36 dan curah hujan mampu menjelaskan variasi perubahan yang terjadi pada variabel tidak bebasnya yaitu produksi karet di Kebun Batujamus sebesar 94,1%, sedangkan sisanya sebesar 5,9% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukan kedalam model.
2) Uji F
Pengaruh faktor produksi berupa luas lahan, jumlah pohon, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk SP36 dan curah hujan secara bersama-sama terhadap produksi karet dapat diketahui dengan menggunakan uji F. Hasil analisis uji F dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Analisis Faktor Produksi Terhadap Produksi Karet di Kebun Batujamus
Model Jumlah
Kuadrat Df Rata-rata
Kuadrat Fhitung Sig Regression
Residual
0,254 6 0,042 21,116 .000***
0,016 8 0,002
Total 0,270 14
Sumber : Analisis Data Sekunder (Lampiran 7)
Keterangan : *** = Berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 99%
Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa nilai signifikansi F 0,000 lebih kecil dari α = 1% (0,01), maka H0 ditolak dan H1
diterima. Hal ini berarti bahwa variabel-variabel bebas yang dimasukkan dalam model yaitu luas lahan, jumlah pohon, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk SP36 dan curah hujan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya yaitu produksi karet di Kebun Batujamus pada tingkat kepercayaan 99%. commit to user
3) Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh dari masing- masing variabel bebas secara individu terhadap variabel tidak bebas yaitu produksi karet di Kebun Batujamus. Hasil analisis uji t dapat dilihat pada Tabel 16 dibawah ini.
Tabel 16. Analisis Pengaruh Masing-masing Variabel Bebas Terhadap Produksi Karet di Kebun Batujamus
Variabel Koefisien
Regresi thitung Sig
Luas lahan (X1) 1,490 2,737 0,026**
Jumlah pohon (X2) 0,359 1,725 0,123ns Tenaga kerja (X3) 0,292 1,067 0,317ns Pupuk urea (X4) 0,284 2,432 0,041**
Pupuk SP36(X5) -0,287 -2,849 0,022**
Curah hujan (X7) 0,027 0,167 0,872ns Sumber : Analisis Data Sekunder (Lampiran 8)
Keterangan : ** = Berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95%
ns = Tidak berpengaruh nyata
Tabel 16 di atas menunjukkan nilai signifikansi dari masing- masing variabel bebas atau faktor produksi karet. Berdasarkan Tabel 16, variabel-variabel bebas yang berpengaruh nyata secara individu terhadap produksi karet di Kebun Batujamus adalah luas lahan (X1), pupuk urea (X4) dan pupuk SP36 (X5). Luas lahan, pupuk urea dan pupuk SP36 masing-masing memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari α = 5% (0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga berarti bahwa ketiga variabel bebas ini berpengaruh nyata terhadap produksi karet di Kebun Batujamus pada tingkat kepercayaan 95%.
Sedangkan variabel bebas jumlah pohon (X2), tenaga kerja (X3) dan curah hujan (X7) mempunyai nilai signifikansi lebih besar dari α = 5% (0,05), maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel bebas jumlah pohon, tenaga kerja dan curah hujan secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap produksi karet di Kebun Batujamus.
commit to user
4) Standar Koefisien Regresi
Standar koefisien regresi (bi’) digunakan untuk mengetahui variabel bebas yang memberikan pengaruh paling besar terhadap produksi karet di Kebun Batujamus. Analisis standar koefisien regresi ini dilakukan untuk variabel-variabel yang secara individu berpengaruh nyata terhadap produksi karet di Kebun Batujamus.
Hasil analisis standar koefisien regresi dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Nilai Standar Koefisien Regresi Variabel Bebas yang Berpengaruh Terhadap Produksi Karet di Kebun Batujamus
Variabel Standar Koefisien
Regresi (bi’) Peringkat
Luas lahan (X1) 0,484 2
Pupuk urea (X4) 0,477 3
Pupuk SP36 (X5) 0,493 1
Sumber : Analisis Data Sekunder (Lampiran 8)
Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui bahwa variabel pupuk SP36 mempunyai nilai standar koefisien regresi (bi’) paling tinggi yang berarti bahwa pupuk SP36 memberikan pengaruh yang paling besar terhadap produksi karet di Kebun Batujamus. Pengaruh faktor produksi yang berupa luas lahan terhadap produksi karet di Kebun Batujamus menempati peringkat kedua. Pengaruh faktor produksi pupuk urea terhadap produksi karet menempati peringkat ketiga.
Hasil analisis regresi menunjukkan nilai standar koefisien regresi (bi’) dari variabel pupuk SP36 sebesar 0,493 yang merupakan nilai standar koefisien regresi paling tinggi. Hal ini berarti bahwa variabel pupuk SP36 merupakan faktor produksi yang paling berpengaruh terhadap produksi karet di Kebun Batujamus. Pupuk SP36 memberikan pengaruh yang paling besar terhadap produksi karet karena salah satu fungsi utama dari pupuk SP36 adalah meningkatkan hasil produksi getah karet sehingga pupuk SP36 memiliki pengaruh yang besar terhadap produksi karet.
commit to user
d. Elastisitas Produksi Karet di PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus Pengukuran elastisitas produksi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar perubahan yang terjadi pada produksi karet di PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus apabila terjadi perubahan pada variabel- variabel bebas yang mempengaruhinya. Koefisien elastisitas diperhitungkan hanya pada variabel-variabel bebas yang secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas (produksi karet). Adapun koefisien elastisitas masing-masing variabel tersebut dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Nilai Elastisitas Variabel-variabel Bebas yang Berpengaruh Terhadap Produksi Karet di Kebun Batujamus
Variabel Koefisien Elastisitas
Luas lahan (X1) 1,490
Pupuk urea (X4) 0,284
Pupuk SP36 (X5) -0,287
Sumber : Analisis Data Sekunder
Berdasarkan Tabel 18 diketahui bahwa koefisien elastisitas dari variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap produksi karet di Kebun Batujamus yaitu luas lahan (X1) sebesar 1,490, pupuk urea (X4) sebesar 0,284 dan pupuk SP36 (X5) sebesar -0,287. Koefisien elastisitas dari luas lahan (X1) sebesar 1,490 (Ep > 1) ini berarti bahwa persentase perubahan produksi karet lebih besar akibat dari persentase perubahan dari luas lahan, sehingga berada pada tahapan increasing rate.
Koefisien elastisitas pupuk urea (X4) sebesar 0,284 (0 < Ep < 1) berarti persentase perubahan produksi karet lebih kecil akibat dari persentase perubahan dari pupuk urea, sehingga berada pada tahapan decreasing rate. Koefisien elastisitas dari pupuk SP36 (X5) sebesar -0,287 (Ep < 0) berarti bahwa persentase perubahan dari produksi karet semakin berkurang sebagai akibat dari persentase dari perubahan pupuk SP36 sehingga berada pada tahapan irasional.
Luas lahan (X1) mempunyai nilai koefisien elastisitas sebesar 1,490 (memiliki korelasi positif) berarti bahwa bila terjadi peningkatan luas lahan sebesar 10% maka akan menyebabkan peningkatan produksi
commit to user
karet di Kebun Batujamus sebesar 14,90%. Koefisien elastisitas dari pupuk urea (X4) sebesar 0,284 (memiliki korelasi positif) berarti bahwa bila terjadi peningkatan 10% terhadap jumlah pupuk urea maka akan menyebabkan peningkatan produksi karet di Kebun Batujamus sebesar 2,84%. Koefisien elastisitas pupuk SP36 (X5) sebesar -0,287 (memiliki korelasi negatif) berarti bahwa bila terjadi peningkatan jumlah pupuk SP36 sebesar 10% akan menyebabkan penurunan produksi karet di Kebun Batujamus sebesar 2,87%.
3. Pembahasan a. Ketepatan Model
Model regresi fungsi produksi karet di Kebun Batujamus Kabupaten Karanganyar yang diperoleh dari hasil analisis adalah :
Y = 0,002 X11,490
X20,359
X30,292
X40,284
X5-0,287
X70,027
Nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh sebesar 0,941.
Nilai R2 menunjukkan bahwa variabel bebas yang dimasukan ke dalam model regresi yaitu berupa luas lahan, jumlah pohon, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk SP36 dan curah hujan dapat menjelaskan variasi dari produksi karet di Kebun Batujamus sebesar 94,1% sedangkan 5,9%
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukan ke dalam model misalnya jenis bibit, sistem sadap dan pestisida. Tingginya nilai R2 menunjukkan bahwa variabel bebas yang dimasukkan dalam model memiliki pengaruh yang besar terhadap variabel tak bebasnya dan menunjukkan bahwa persamaan regresi yang diperoleh tepat untuk digunakan (goodness of fit).
Nilai signifikansi F hitung sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai signifikansi α = 0,01. Berdasarkan nilai signifikansi F hitung dapat diambil kesimpulan H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti bahwa variabel bebas yang terdiri dari luas lahan, jumlah pohon, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk SP36 dan curah hujan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi karet di Kebun Batujamus pada tingkat kepercayaan 99%. commit to user
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Karet di PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus
Berdasarkan hasil dari uji t dapat diketahui bahwa faktor produksi yang berpengaruh nyata secara individu terhadap produksi karet di Kebun Batujamus meliputi luas lahan (X1), pupuk urea (X4) dan pupuk SP36 (X5). Hasil uji t juga mengatakan bahwa faktor produksi jumlah pohon (X2), tenaga kerja (X3) dan curah hujan (X7) secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap produksi karet di Kebun Batujamus.
Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Luas Lahan
Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel luas lahan (X1) sebesar 0,026. Nilai signifikansi variabel luas lahan (X1) ini lebih kecil dari nilai α = 5% (0,05) yang berarti H0 ditolak dan H1
diterima. Maka dapat diartikan bahwa luas lahan secara individu berpengaruh nyata terhadap produksi karet di Kebun Batujamus pada tingkat kepercayaan 95%.
Lahan merupakan faktor terpenting (faktor produksi primer) dalam suatu usahatani. Setiap usahatani tidak bisa terlepas dari faktor lahan (baik dari segi kesuburan maupun luasnya) dimana hasil produksi dari usahatani sangat tergantung oleh faktor lahan. Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin luas lahan yang ditanami maka akan semakin besar produksi yang dihasilkan dari lahan tersebut (Rahim dan Retno, 2007).
Data luas lahan karet yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data luas lahan tanaman karet yang telah menghasilkan.
Jadi penambahan dan penurunan luas lahan karet di Kebun Batujamus sama dengan penambahan dan penurunan jumlah tanaman karet yang menghasilkan. Penambahan luas lahan terjadi ketika tanaman karet belum menghasilkan berubah ke tahap tanaman karet telah menghasilkan yaitu tanaman karet yang telah siap untuk disadap (tanaman karet pada umur 5-6 tahun). Penurunan luas lahan commit to user
terjadi karena peremajaan terhadap tanaman yang sudah tua yang artinya mengurangi jumlah tanaman karet yang menghasilkan. Hal ini lah yang menyebabkan luas lahan berpengaruh nyata terhadap produksi karet di Kebun Batujamus.
2) Jumlah Pohon
Nilai signifikansi variabel jumlah pohon (X2) yang didapat dari hasil analisis adalah sebesar 0,123. Nilai signifikansi variabel jumlah pohon (X2) ini lebih besar dari nilai α = 5% (0,05) maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hasil ini menunjukkan bahwa jumlah pohon secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap produksi karet di Kebun Batujamus.
Jumlah pohon yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jumlah pohon karet yang telah menghasilkan, dimana tanaman karet yang telah menghasilkan tersebut memiliki umur tanaman yang berbeda-beda (tanaman karet umur 5-25 tahun). Tanaman karet dengan umur yang berbeda akan mempunyai kemampuan untuk menghasilkan getah karet berbeda. Hal ini berarti bahwa banyaknya jumlah pohon karet tidak dapat menggambarkan banyaknya jumlah produksi karet yang dihasilkan sehingga menyebabkan jumlah pohon tidak berpengaruh nyata terhadap produksi karet di Kebun Batujamus.
3) Tenaga Kerja
Variabel tenaga kerja (X3) mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,317. Nilai signifikansi ini lebih besar dari nilai α = 5%
(0,05), sehingga dapat diambil keputusan bahwa H0 diterima dan H1
ditolak. Hal ini berarti bahwa tenaga kerja secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap produksi karet di Kebun Batujamus.
Data jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data jumlah tenaga kerja tanaman karet yang selain terdiri dari penyadap dan pelayan lateks juga terdiri dari pemelihara kebun, dimana tenaga kerja pemelihara kebun ini tidak berhubungan commit to user
langsung dengan proses panen (produksi getah karet yang dihasilkan). Selain itu, jumlah tenaga kerja yang digunakan sebagai data dalam penelitian tidak memasukkan jumlah tenaga kerja di pabrik karet (tenaga kerja yang mengolah getah karet menjadi karet kering) yang mungkin justru berpengaruh terhadap produksi karet karena data produksi karet yang dipakai dalam penelitian adalah data produksi karet kering (sheet, crepe dan brown crepe). Hal ini lah yang menyebabkan tenaga kerja secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap produksi karet di Kebun Batujamus.
4) Pupuk Urea
Hasil uji t pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan nilai signifikansi dari variabel pupuk urea (X4) sebesar 0,041. Nilai signifikansi variabel pupuk urea (X4) ini kurang dari nilai α = 5%
(0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti bahwa pupuk urea berpengaruh nyata secara individu terhadap produksi karet di Kebun Batujamus pada tingkat kepercayaan 95%.
Tanaman karet sangat respon terhadap pemupukan terutama terhadap unsur hara N (nitrogen) yang akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi getah (Sudiharto, 1990). Pupuk urea merupakan pupuk dasar dalam budidaya tanaman karet yang mengandung unsur hara N (nitrogen) yang cukup tinggi sehingga kebutuhan tanaman karet akan unsur hara N dari dalam tanah dapat terpenuhi dengan pemberian pupuk urea. Fungsi dari pupuk urea adalah meningkatkan pertumbuhan batang agar menjadi besar dan juga peningkatan jumlah hasil sadap tanaman karet. Perilaku tanaman karet yang respon terhadap unsur hara N yang merupakan kandungan dari pupuk urea dan fungsi dari pupuk urea ini lah yang menjadikan variabel pupuk urea berpengaruh nyata terhadap produksi karet di Kebun Batujamus.
commit to user
5) Pupuk SP36
Nilai signifikasi variabel pupuk SP36 (X5) berdasarkan hasil uji t menunjukkan bahwa nilainya 0,022. Nilai signifikansi variabel pupuk SP36 (X5) lebih kecil dari nilai α = 5% (0,05), maka H0
ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti bahwa variabel pupuk SP36 secara individu berpengaruh nyata terhadap produksi karet di Kebun Batujamus pada tingkat kepercayaan 95%.
Pupuk SP36 sangat diperlukan oleh tanaman karet untuk mencukupi kebutuhan akan unsur hara fosfat (P). Pupuk SP36 merupakan pupuk dasar yang harus diberikan dalam budidaya tanaman karet. Fungsi dari pupuk SP36 salah satunya adalah meningkatkan hasil produksi getah karet, jadi dari fungsi pupuk SP36 ini lah yang menyebabkan pupuk SP36 berpengaruh nyata terhadap produksi karet di Kebun Batujamus.
6) Curah Hujan
Nilai signifikasi variabel curah hujan (X7) berdasarkan hasil uji t menunjukkan bahwa nilainya 0,872. Nilai signifikansi variabel pupuk curah hujan (X7) lebih besar dari nilai α = 5% (0,05), maka H0
diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel curah hujan secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap produksi karet di Kebun Batujamus.
Data curah hujan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data rata-rata jumlah curah hujan dari 7 afdeling di Kebun Batujamus (afdeling Jamus, Mojogedang, Polokarto, Gandugede, Kedungsumber, Kedawung dan Balong). Ketujuh afdeling di Kebun Batujamus ini letaknya terpencar di daerah Kabupaten Karanganyar. Letak afdeling-afdeling di Kebun Batujamus yang terpencar menunjukkan bahwa jumlah curah hujan di masing-masing afdeling relatif tidak sama. Sehingga dengan kata lain rata-rata jumlah curah hujan dari ketujuh afdeling ini tidak dapat menggambarkan curah hujan sesungguhnya dari masing-masing commit to user
afdeling. Keadaan inilah yang membuat curah hujan tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi karet di Kebun Batujamus.
c. Elastisitas Produksi
Koefisien elastisitas diperhitungkan hanya pada variabel-variabel bebas dari hasil analisis yang secara individual berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas (dalam penelitian ini adalah produksi karet di Kebun Batujamus). Adapun koefisien elastisitas masing-masing variabel tersebut antara lain :
1) Luas Lahan
Nilai koefisien regresi yang juga merupakan koefisien elastisitas dari variabel luas lahan (X1) sebesar 1,490. Nilai Ep > 1 ini berarti bahwa persentase perubahan produksi karet lebih besar akibat dari persentase perubahan dari luas lahan, sehingga berada pada tahapan increasing rate. Menurut Soekartawi (2003), Ep > 1 menandakan bahwa kegiatan produksi berada di daerah I (irasional), dimana produksi karet optimal belum tercapai.
Nilai koefisien elastisitas variabel luas lahan sebesar 1,490 dapat diartikan apabila terjadi kenaikan luas lahan sebesar 10% maka akan meningkatkan produksi karet di Kebun Batujamus sebesar 14,9% dan begitu pula sebaliknya, jika luas lahan mengalami penurunan sebesar 10% maka produksi karet di Kebun Batujamus akan menurun sebesar 14,9%. Hal ini menunjukkan bahwa faktor produksi luas lahan memiliki hubungan yang positif terhadap produksi karet. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rahim dan Retno (2007) mengenai lahan pertanian sebagai penentu dari produksi yang dihasilkan oleh komoditas pertanian. Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin luas lahan yang ditanami maka akan semakin besar produksi yang dihasilkan dari lahan tersebut.
2) Pupuk Urea
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis regresi, koefisien regresi pupuk urea (Xcommit to user 4) sebesar 0,284 (0 < Ep < 1) berarti