• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR TAHUN 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN AKHIR TAHUN 2010"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR TAHUN 2010

Diseminasi Teknologi Peternakan Berupa Gelar Teknologi Kompos,

Biogas dan Pakan Sapi di 2-3 Kabupaten Dengan Sasaran Lebih Dari 90 Kelompok Tani

Pelaksana Program SL-PTT dan PSDS

Oleh : Ruswendi Wilda Mikasari

Zul Efendi Ahyadi Jakfar Mariana Erawati

Waluyo

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU

BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2010

No. Kode :26.3.RDHP.00470.C

(2)

LAPORAN TENGAH TAHUN 2010

Diseminasi Teknologi Peternakan Berupa Gelar Teknologi Kompos,

Biogas dan Pakan Sapi di 2-3 Kabupaten Dengan Sasaran Lebih Dari 90 Kelompok Tani

Pelaksana Program SL-PTT dan PSDS

Oleh : Ruswendi Wilda Mikasari

Zul Efendi Ahyadi Jakfar Mariana Erawati

Waluyo

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU

2010

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Pengkajian : Diseminasi Teknologi Peternakan Berupa Gelar Teknologi Kompos, Biogas dan Pakan Sapi di 2-3 Kabupaten dengan Sasaran Lebih dari 90 Kelompoktani Pelaksana Program SL- PTT dan PSDS

2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu

3. Alamat Unit Kerja : Jln. Irian Km 6,5 PO.Box 1010 Bengkulu 38001

4. Penanggung Jawab Kegiatan :

a. Nama : Ir. Ruswendi, MP.

b. Pangkat / Golongan : Pembina Tk. I ( IV/b ) c. Jabatan

c.1. Struktural : -

c.2. Fungsional : Penyuluh Pertanian Madya 5. Lokasi Kegiatan : Bengkulu

6. Status Kegiatan : Lanjutan 7. Tahun Dimulai : 2009

8. Tahun ke : II. 2010

9. Biaya Kegiatan T.A. 2010 : Rp. 52.671.500,- (Lima Puluh Dua Juta Enam Ratus Tujuh Puluh Satu Ribu Lima Ratus Rupiah)

10. Sumber Dana : Satker Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu.

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, TA. 2010

Mengetahui:

Kepala BPTP Bengkulu, Penanggung Jawab Kegiatan,

Dr. Tri Sudaryono, MS. Ir. Ruswendi, MP.

NIP. 19580820 198303 1 002 NIP. 19610320 198903 1 003

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Berkat rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga laporan akhir tahun Kegiatan Diseminasi Teknologi Peternakan Berupa Gelar Teknologi Kompos, Biogas dan Pakan Sapi di 2-3 Kabupaten dengan Sasaran Lebih dari 90 Kelompoktani Pelaksana Program SL-PTT dan PSDS. Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggung jawaban terhadap hasil pelaksanaan kegiatan pengkajian dan diseminasi teknologi spesifik lokasi Bengkulu tahun 2010.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelenggaraan kegiatan dan penyusunan laporan ini, masih banyak ditemui berbagai kendala dan kekurangan. Kritik dan saran yang sifatnya membangun akan kami jadikan sumber perbaikan kedepan, mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Kepada semua pihak yang telah berpatisipasi dan membantu pelaksanaan kegiatan diseminasi gelar teknologi peternakan tahun 2010 ini, diucapkan terima kasih. Semoga kegiatan diseminasi hasil pengkajian ini dapat memberikan manfaat bagi penerapan dan percepatan adopsi inovasi teknologi peternakan dalam hal pengolahan kompos, biogas dan pakan sapi.

Bengkulu, 31 Desember 2010.

Penanggung Jawab Kegiatan,

Ir. Ruswendi, MP.

NIP. 19610320 198903 1 003

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR TABEL ... v

RINGKASAN ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. T u j u a n ... 2

1.3. L u a r a n ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

III. METODE PELAKSANAAN ... 6

3.1. Lokasi Kegiatan ... 6

3.2. Cakupan Kegiatan ... 6

3.3. Tahapan Kegiatan ... 7

3.4. Parameter ... 10

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 11

4.1. Hasil Diseminasi ... 11

4.2. Pembahasan Hasil Diseminasi ... 16

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 23

5.1. Kesimpulan ... 23

5.2. S a r a n ... 23

VI. KINERJA HASIL PENGKAJIAN ... 24

DAFTAR PUSTAKA ... 25

ILUSTRASI GELAR TEKNOLOGI ... 27

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Tekhnis pelaksanaan pemupukan tanaman padi demo kegiatan gelar

teknologi kompos ... 9 2. Formulasi perlakuan pakan gelar teknologi pakan penggemukan sapi

Bali di Kabupaten Seluma ... 9 3. Produksi GKP padi varietas Ciherang hasil demo gelar teknologi

kompos memanfaatkan limbah kotoran sapi dengan sistim tanam

legowo 4:1 di desa Rimbo Kedui Kabupaten Seluma ... 12 4. Produksi GKP padi varietas Inpari 1 hasil demo gelar teknologi

kompos memanfaatkan limbah kotoran sapi dengan sistim tanam

legowo 4:1 di desa Talang Pasak Kabupaten Bengkulu Utara ... 12 5. Pertambahan berat badan harian (PBBH) sapi Bali hasil demo gelar

teknologi pemberian pakan untuk penggemukan di desa Bukit

Peninjauan I Kabupaten Seluma ... 13

(7)

RINGKASAN

Salah satu sistem diseminasi atau penyebaran informasi teknologi yang sudah dihasilkan untuk mempercepat alih teknologi kepada petani dan pengguna adalah dengan menggunakan media peragaan dan implementasi teknologi berupa gelar teknologi dilahan petani, seperti halnya upaya percepatan adopsi teknologi melalui pengembangan diseminasi hasil gelar teknologi peternakan.

Teknologi hasil penelitian dan pengkajian tidak bermanfaat jika tidak sampai dan tidak diterima atau tidak diadopsi oleh petani. Maka dilakukan pengkajian diseminasi teknologi peternakan berupa gelar teknologi kompos, biogas dan pakan sapi di 2 kabupaten (Seluma dan Bengkulu Utara) dengan sasaran lebih dari 90 kelompoktani. Gelar teknologi peternakan ini bertujuan untuk dapat menyebarluaskan informasi teknologi hasil penelitian dan pengkajian kepada khalayak pengguna melalui peragaan gelar teknologi 1) pengolahan dan aplikasi kompos pada tanaman padi, 2) biogas dan manfaat hasil limbahnya, 3) pakan sapi potong dengan tahapan metode pelaksanaan melalui demo dan aplikasi langsung oleh petani dilapangan dan hasilnya digelarkan kepada kelompoktani secara tatap muka, diskusi dan kunjungan langsung dilapangan. Data yang dihasilan dianalisis secara With and Without yaitu membandingkan inovasi teknologi yang didiseminasikan dengan teknologi yang biasa digunakan petani (Exiting), sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan terdiseminasikannya inovasi teknologi pada pengguna. Hasil kajian diseminasi teknologi berupa demo gelar teknologi pengolahan dan aplikasi kompos pada pemupukan padi sawah telah dapat meningkatkan produksi GKP padi Ciherang di Kabupaten Seluma rata- rata 1,5 ton/ha (28,12%) dan padi Inpari 1 di Kabupaten Bengkulu Utara rata- rata 1,46 ton/ha (27,81%), kemudian masing-masing digelar teknologikan kepada lebih dari 30 kelompoktani pelaksana SL-PTT padi. Sedangkan demo gelar teknologi pengolahan kotoran sapi menjadi biogas selain menghasilkan energi, limbah buangannya telah dapat diolah menjadi pupuk organik cair. Demo gelar teknologi pakan sapi memanfaatkan solid dan ampas tahu setelah diaplikasikan langsung pada ternak sapi penggemukan melalui perlakuan pemberian 5 kg solid; 3 kg solid+2 kg ampas tahu; 2 kg solid+3 kg ampas tahu; 5 kg ampas tahu disamping pemberian hijauan 15 kg/ekor/hari dibandingkan hanya diberi hijauan 20-25 kg/hari/ekor, telah memperlihatkan peningkatan pertambahan berat badan harian (PBBH) sapi Bali berturut-turut: 0,483 kg; 0,410 kg; 0,390 kg; 0,456 kg/ekor/hari dibandingkan teknologi peternak hanya memberikan PBBH 0,275 kg/ekor/hari yang selanjutnya masing-masing digelar teknologikan pada lebih 30 kelompok peternak sapi di Kabupaten Seluma.

Dampak dari kajian gelar paket teknologi aplikasi kompos, pengolahan biogas dan teknologi pakan telah dapat meningkatkan produk tambahan bagi peternak berupa pupuk organik, energi dan pemenfaatna limbah industri pertanian untuk pakan sapi serta terciptanya kondisi ramah lingkungan dan telah terdiseminasikan kepada lebih dari 120 kelompoktani dan ternak sapi di Kabupaten Seluma dan Bengkulu Utrara.

Kata kunci : Diseminasi, gelar teknologi, biogas, pakan sapi, penggemukan, peternak dan kelompok

(8)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendekatan pembangunan pertanian di Provinsi Bengkulu dilakukan melalui pengembangan agribisnis dan agroindustri. Hal ini menuntut adanya pengembangan teknologi pertanian secara terpadu guna mendapatkan nilai tambah setiap produk/komoditi pertanian. Penerapan inovasi teknologi diharapkan dapat mendorong laju pembangunan pertanian di daerah, sehingga sektor pertanian mampu berfungsi sebagai penggerak perekonomian daerah.

Rekomendasi paket teknologi yang sudah dihasilkan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) akan memberikan manfaat apabila dapat diterapkan dan dapat menjangkau pengguna maupun pihak-pihak yang membutuhkannya. Untuk itu BPTP memerlukan suatu sistem diseminasi atau penyebaran informasi dan alih teknologi yang efektif dan efisien agar khalayak pengguna dapat memperoleh informasi maupun teknologi yang dibutuhkan dengan mudah dan relatif cepat (Fawzia, 2002).

Salah satu sistem diseminasi atau penyebaran informasi teknologi yang sudah dihasilkan untuk mempercepat alih teknologi kepada petani dan pengguna adalah dengan menggunakan media peragaan teknologi berupa gelar teknologi dilahan petani.

Gelar teknologi merupakan kegiatan untuk menunjukkan atau menggelar berbagai paket teknologi yang dihasilkan oleh balai pengkajian dan dibandingkan dengan teknologi yang ada pada petani. Kegiatan ini lebih mengarah kepada promosi paket teknologi yang diyakini lebih baik dari pada teknologi yang diterapkan petani. Paket teknologi yang diimplementasikan pada hakekatnya berupa paket teknologi dengan mempertimbangkan karakteristik biofisik dan sosial ekonomi masyarakat setempat seperti disampaikan Tjiptopranoto (2000) dalam penerapan teknologi yang akan dikembangkan harus disesuaikan dengan potensi sumberdaya setempat dengan biaya murah dan mudah untuk diterapkan, akan tetapi dapat memberikan kenaikan hasil dengan cepat. Hal ini menjadi aspek penting untuk keberlanjutan penerapan teknologi dan sistem usahatani yang dianjurkan, dengan demikian diharapkan petani mampu

(9)

mengadopsi dan menerapkan teknologi dimaksud dalam usahataninya sehingga pendapatan meningkat.

Penerapan hasil penelitian dalam bentuk gelar teknologi diharapkan dapat mendorong proses adopsi teknologi dengan pendekatan learning by doing terhadap kelompok tani melalui petani kooperator. Kegiatan ini melibatkan petani secara intensif mulai dari perencanaan dan penetapan teknologi serta evaluasi kegiatan agar adopsi teknologi yang komprehensif, berorientasi agribisnis dan berkelanjutan dapat dicapai.

1.2 Tujuan

1) Mendiseminasikan paket teknologi Biogas, Pakan Sapi mendukung PSDS dan Kompos mendukung SL-PTT Padi

2) Meningkatkan pengetahuan petani dalam hal penerapan teknologi kompos, biogas dan pakan sapi.

Luaran

1) Didiseminasikannya informasi paket teknologi Biogas, Pakan Sapi mendukung PSDS dan Kompos mendukung SL-PTT Padi pada 90 kelompoktani di 2-3 Kabupaten.

2) Diketahuinya pemahaman 90 kelompoktani dalam hal penerapan teknologi kompos, biogas dan pakan sapi.

(10)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam mendukung ketahanan pangan dan agribisnis disektor pertanian, pemerintah telah menetapkan peningkatan pembangunan peternakan melalui aspek pengembangan sapi potong yang tangguh dan berdampak pada terwujudnya usaha budidaya berdaya saing dan produktif (Dirtjen Peternakan, 2006). Pengembangan komoditas peternakan kedepan perlu didukung oleh ketersediaan teknologi tepat guna dan sumberdaya manusia terampil untuk mewujudkan suatu sistem peternakan berorientasikan agribisnis berkelanjutan, tersedianya informasi teknologi tepat guna spesifik lokasi yang dapat diterapkan akan menjadikan petani lebih tangguh dalam menghadapi daya saing dan dinamika pasar yang sudah mengacu kepada globalisasi.

Sektor peternakan pada masa mendatang diharapkan mampu menjadi motor penggerak pembangunan masayarakat pedesaan dengan dukungan pengembangan agroindustri peternakan berdasarkan sumberdaya lokal yang tersedia melalui penerapan teknologi tepat guna dan memberikan kesempatan yang lebih besar kepada potensi dan kondisi wilayah maupun masyarakat.

Dimasa yang akan datang skala usaha peternakan rakyat perlu didorong mencapai tingkat yang ekonomis dan dapat mensejahterakan petani peternak serta sebagai sumber pendapatan daerah melalui retribusi dan pajak usaha (Saragih, 2001). Diharapkan pengembangan sapi potong memegang peranan penting bagi pembangunan peternakan dalam upaya peningkatan 1) populasi dan produksi ternak, 2) pendapatan dan kesejahteraan peternak, 3) peluang usaha/kerja dan 4) peluang investasi.

Terjadinya perubahan-perubahan perilaku petani demi terwujudnya perbaikan tingkat kehidupan, dapat diakomodir melalui adopsi inovasi teknologi berbagai kegiatan dan analisis pesan-pesan pembangunan peternakan. Pesan ini harus mampu mendorong atau mengakibatkan terjadinya perubahan- perubahan yang memiliki sifat pembaharuan dan disesuaikan dengan potensi sumberdaya setempat dengan biaya murah mudah untuk diterapkan, akan tetapi dapat memberikan kenaikan hasil usaha peternakan dan berpatisipasi mendorong swasebada pangan dengan cepat. Dimana setiap komponen teknologi mempunyai kontribusi masing-masing dan secara utuh akan memberikan manfaat ganda, seperti; pemanfaatan lahan lebih intensif sehingga

(11)

indek panen meningkat, produktivitas meningkat, biaya produksi dapat ditekan dan dapat meningkatkan pendapatan usahatani (Taher dan Hosen, 1999).

Manwa dan Oka (1992) menyampaikan, bahwa ada 4 faktor utama yang harus tersedia dalam menujang keberhasilan penyampaian teknologi agar dapat diadopsi petani antara lain (a) teknologi yang sudah matang sesuai dengan kondisi wilayah, (b) dukungan pemerintah daerah dalam bentuk program dan penyuluhan, (c) ketersediaan sarana produksi dan iklim pemasaran yang kondusif serta (d) partisipasi petani dalam menerima teknologi yang disampaikan. Hal ini menjadi aspek penting untuk keberlanjutan penerapan teknologi dan sistem usahatani yang dianjurkan, dengan demikian diharapkan petani mampu mengadopsi dan menerapkan teknologi dimaksud dalam usahataninya sehingga dapat mendorong peningkatan pendapatan secara keseluruhan.

Selain itu berkembang dan diadopsinya teknologi merupakan sasaran utama yang harus dilakukan untuk memperbaiki kondisi usaha menjadi lebih optimal, menurut Sritua (1999) sedikitnya ada empat faktor yang mempengaruhi pengadopsian teknologi oleh petani yaitu: 1) teknologi tersebut mampu memecahkan masalah yang dihadapi petani; 2) prasarana dan sarana produksi yang diperlukan petani untuk penerapan teknologi tersebut mudah didapat; 3) teknologi tersebut mempunyai efisiensi ekonomi yang lebih tinggi dari pada teknologi sebelumnya; dan 4) produksi yang dihasilkan dari teknologi tersebut mempunyai prospek pasar yang baik.

Sasaran ini dapat diaplikasikan secara sederhana dengan berbagai implementasi dan diseminasi inovasi teknologi langsung dilahan pengguna melalui rekayasa pelaksanaan gelar teknologi dengan mempertimbangkan 3 faktor penentu yaitu (1) keuntungan relatif suatu inovasi, (2) kecocokan inovasi dengan norma kebudayaan setempat, lingkungan yang ada dan (3) kondisi ekonomi petani, tersedianya penunjang inovasi serta konsekuensi jika inovasi diterima.

Adopsi teknologi bisa berlangsung lambat atau cepat tergantung antara lain kepada kompleksitas teknologi dengan kultur budaya, informasi dan tingkat resiko yang harus ditanggung oleh pelaksananya. Sejalan dengan permasalahan lambatnya penyampaian inovasi teknologi yang berakibat pada usahatani yang tidak efektif dan efisien serta sering terjadinya komunikasi belum efektif, maka

(12)

fokus kegiatan diseminasi sudah harus diarahkan bagaimana transfer teknologi dari berbagai sumber sampai pada pengguna sesuai dengan kebutuhan. Untuk mendorong terjadinya percepatan transfer teknologi dari berbagai sumber, dibutuhkan pendekatan strategi komunikasi inovasi dalam penyebaran maupun penerapan berbagai paket teknologi dalam suatu sistem pengelolaan demo dan gelar inovasi teknologi secara partisipatif oleh semua unsur pelaku agribisnis.

(13)

III. METODE PELAKSANAAN

3.1 Lokasi Kegiatan

Kegiatan Diseminasi Teknologi Peternakan Berupa Gelar Teknologi Kompos, Biogas dan Pakan Sapi di 2-3 kabupaten dengan Sasaran lebih dari 90 Kelompoktani tahun 2010 dilaksanakan pada daerah sentra pengembangan ternak sapi potong dan pengembangan SL-PTT di Kabupaten Seluma dan Kabupaten Bengkulun Utara.

3.2 Cakupan Kegiatan

Kegiatan gelar teknologi ini merupakan diseminasi hasil dan penyebarluasan informasi teknologi hasil penelitian dan pengkajian kepada khalayak pengguna, berupa kegiatan lapangan dan gelar teknologi diseminasi hasil demplot pada kelompok sapi potong dan SL-PTT padi melalui implementasi diseminasi teknologi peternakan gelar teknologi kompos, biogas dan pakan sapi yang di laksanakan di 2 (dua) kabupaten dengan sasaran lebih dari 90 kelompoktani pelaksana program SL-PTT dan penunjang PSDS. Diseminasi hasil inovasi yang dilaksanakan, terbagi dalam 3 (tiga) kegiatan; yaitu 1) Kegiatan gelar teknologi peternakan pengolahan dan aplikasi kompos sebagai pupuk organik pada tanaman padi di lokasi sentra pengembangan padi SL-PTT Kabupaten Seluma dan Bengkulu Utara mendukung program SL-PTT, 2) Kegiatan gelar teknologi pengembangan inovasi biogas dan berbagai manfaat samping lainnya pada lokasi pengembangan sapi dan biogas mendukung program PSDS di Kabupaten Seluma dan 3) Kegiatan gelar teknologi perbaikan pakan sapi potong pada lokasi pengembangan sapi bantuan LM3 di Kabupaten Seluma mendukung Program PSDS.

Metode analisis yang digunakan dalam diseminasi gelar teknologi adalah metode With and Without yaitu membandingkan inovasi teknologi yang didiseminasikan dengan teknologi yang biasa digunakan petani (Exiting). Perolehan data dihasilkan demo dan aplikasi diseminasi teknologi pengolahan kompos, biogas dan produksi pupuk organik limbah biogas serta diseminasi teknologi pakan untuk penggemukan sapi Bali ditabulasi, kemudian diinterprestasikan dan dianalsis secara deskripsi pada masing-

(14)

masing komponen kegiatan untuk mengetahui peningkatan produksi padi dan daging sapi serta tingkat adopsi petani setelah diseminasi inovasi gelar teknologi.

Selanjutnya hasil demo digelar teknologikan kepada lebih dari 90 kelompok peternak sapi dan petani padi sawah disekitar lokasi dan desa pelaksanaan kegiatan melalui pertemuan secara tatap muka, diskusi dan kunjungan langsung dilapangan. Sehingga inovasi teknologi tersebut dapat diadopsi dan diimplementasi oleh peternak sapi disekitar lokasi kegiatan, sekaligus dapat membuka peluang usaha

3.3 Tahapan Kegiatan

Diseminasi teknologi peternakan berupa aplikasi pengolahan kompos, biogas dan pakan sapi untuk penggemukan dilaksanakan pada lahan petani peternak di Kabupaten Seluma dan Bengkulu Utara, merupakan kegiatan lapangan demo dan gelar teknologi diseminasi hasil demplot pada kelompok sapi potong dan SL-PTT padi yang terbagi dalam 3 (tiga) kegiatan, yaitu :

1) Pelaksanaan demo plot teknologi peternakan berupa teknologi aplikasi kompos pada lahan sawah menerapkan penggunaan kompos dari limbah kotoran sapi menunjang SL-PTT, hasil demo gelar teknologi di desimenasikan pada lebih dari 60 kelompok SL-PTT padi dan PSDS di Kabupaten Seluma dan Bengkulu Utara dengan mendemo/gelarkan hasil sebelum dan setelah demplot penggunakan paket teknologi mengunakan kompos 2 - 3 ton ton/ha lahan padi sawah.

2) Pelaksanaan demo plot teknologi peternakan berupa teknologi pengembangan produktivitas biogas berupa pengolahan pupuk organik padat dan cair dari limbah buangan pengolahan biogas, melalui paket teknologi pengembangan operasional sarana prasarana pengolahan 3) Pelaksanaan demo plot teknologi peternakan berupa teknologi pakan

sapi dari limbah industri pertanian pengolahan minyak sawit berupa solid dan pengolahan tahu berupa ampas tahu. Hasil demo gelar teknologi didemo hasil/gelarkan pada 30 kelompok pengembangan ternak sapi dan LM3 mendukung PSDS di Kabupaten Seluma.

(15)

Penetapan lokasi diseminasi teknologi peternakan berupa gelar teknologi kompos, biogas dan pakan sapi di tetapkan secara purposive dengan pertimbangan, bahwa Kabupaten terpilih adalah untuk ; 1) jumlah LL SL-PTT terbanyak (dipilih Kabupaten Seluma dan Bengkulu Utara), 2) merupakan pelaksana pengembangan ternak sapi program LM3 dipilih Kabupaten Seluma. Berdasarkan kriteria penetapan tersebut ditetapkan 2 kabupaten sebagai lokasi diseminasi gelar teknologi peternakan tahun 2010.

Paket teknologi peternakan yang di gelar merupakan paket teknologi sudah mapan hasil pengkajian BPTP Bengkulu, Balai Penelitian Komoditas maupun BPTP daerah lain. Namun demikian untuk penetapan paket gelar teknologi di tentukan melalui pendekatan bersama petani serta observasi langsung lapangan, sehingga dalam penerapan teknologi dapat memotivasi pengguna menjadi lebih baik dan disamping itu juga dapat memberikan gambaran tentang karateristik sosial budaya masyarakat, biofisik lokasi yang dapat menunjang keberhasilan adopsi teknologi.

Komponen atau paket teknologi yang diaplikasikan adalah;

1) Pengolahan dan aplikasi kompos

Pembuatan kompos memanfaatkan kotoran ternak sapi dan limbah pertanian lainnya dengan komposisi bahan 1.000 kg kotoran sapi, 1.000 kg jerami padi, kalsit 50 kg, abu 500 kg dan aktivator EM4 sebanyak 500 ml/ 200 liter air

Aplikasi kompos pada tanaman padi dilakukan di lahan sawah dengan luasan 0,25 – 1 ha dan dosis aplikasi kompos perlakuan 2 ton; 2,5 ton;

3 ton per hektar dibandingkan tanpa kompos dengan bagan sbb;

Setelah lahan diolah demo aplikasi pemupukan organik kompos pada lahan sawah dilakukan H(-2) sebelum tanah atau saat penggaruan (Tabel 1), untuk menghitung produksi padi dilakukan melalui ubinan menggunakan ukuran 4x2 meter untuk sistim tanam jajar legowo 4:1.

Kompos 2,5ton/ha + Pupuk buatan

sesuai dosis SL-PTT

Kompos 2ton/ha + Pupuk buatan

sesuai dosis SL-PTT

Tanpa kompos + Pupuk buatan

sesuai dosis SL-PTT Kompos 2ton/ha

+ Pupuk buatan

sesuai dosis SL-PTT

(16)

Tabel 1. Teknis pelaksanaan pemupukan tanaman padi demo kegiatan gelar teknologi kompos

No Pemberian Dosis Paket/ha

Dosis Pemberian Keterangan 7 hst 20 hst 40 hst

1. Kompos 2-3 ton - - - 2hr sblm tanam

2. Urea 200 kg - 75 kg 125 kg

3. Ponska 300 kg 150 kg 250 kg -

4. Darmafur 16 kg √ Sesuai kondisi

5. Decis 250 cc √

2) Biogas

Demo gelar teknologi memproduksi biogas dari limbah kotoran ternak dan pupuk cair dari limbah buangan pengolahan biogas dilakukan pada sentra pengembangan biogas yang sudah berjalan, aplikasi teknologi yang digelar diarahkan untuk meningkatkan produktivitas biogas melalui pengolohan limbah buangan biogas untuk dapat memproduksi pupuk organik cair dengan paket teknologi memperbaiki bak penampungan kotoran mau masuk kedigester dan perbaikan lobang saluran penampung limbah biogas pada Bak ke 1 ke Bak 2 yang sebelum nya pada bagian atas dipindah pada bagian bawah. Kemudian dilengkapi dengan drum pengendapan dan pemisah pupuk cair.

3) Pakan sapi untuk penggemukan

Pakan yang diberikan pada ternak sapi Bali, berupa pakan tambahan yang disusun dari bahan pakan asal limbah industri pengolahan sawit berupa solid dan pengolahan tahu berupa ampas tahu. Formulasi pakan penggemukan yang akan digelar teknologikan untuk ternak sapi Bali dengan komposisi (Tabel 2).

Tabel 2. Formulasi perlakuan pakan gelar teknologi pakan penggemukan sapi Bali di Kabupaten Seluma

Komposisi Pakan

Formulasi Pakan (kg/ekor)

Keterangan Pakan

Hijauan Pakan Tambahan

Solid Ampas Tahu Jumlah

A Sesuai

konsumsi harian

5 0 5 Obat cacing

pra prelim Vitamin

pasca prelim

B 3 2 5

C 2 3 5

D 0 5 5

Pembanding 25 - 30 - - -

(17)

Melalui kegiatan gelar teknologi diharapkan dapat memberikan dan menyebarluaskan informasi teknologi hasil inovasi spesifik lokasi yang telah dihasilkan oleh BPTP Bengkulu maupun hasil-hasil penelitian dari Balai komoditas lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, langsung kepada khalayak pengguna melalui diseminasi teknologi peternakan berupa paket teknologi biogas dan pakan sapi mendukung PSDS serta kompos mendukung SL-PTT padi yang langsung diaplikasi dilahan usaha petani dan peternak.

3.4 Parameter

1. Keberhasilan penerapan inovasi teknologi hasil kegiatan gelar teknologi 2. Penyebaran diseminasi hasil inovasi kegiatan gelar teknologi

3. Dampak diseminasi gelar teknologi bagi masyarakat

(18)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Diseminasi

Hasil pelaksanaan kegiatan diseminasi teknologi peternakan berupa gelar teknologi kompos, biogas dan pakan sapi di 2-3 kabupaten dengan sasaran lebih dari 90 kelompoktani yang direalisasikan berdasarkan rancangan tahapan kegiatan. Sebelumnya dilakukan koordinasi dengan stakholder untuk menyampaikan recana kegiatan dan penetapan lokasi sesuai dengan tujuan kegiatan dan kebutuhan program daerah setempat dalam pengembangan peternakan dan memerlukan dukungan inovasi teknologi yang dapat menunjang peningkatan pengetahuan petani dalam hal penerapan teknologi kompos, biogas dan pakan sapi. Kemudian dilanjutkan dengan identifikasi potensi ternak sapi dan kebutuhan pengembangan inovasi spesifik lokasi sesuai dengan diseminasi gelar teknologi peternakan yang dilaksanakan serta penetapan kooperator pelaksana demo lapang dan kelompok sasaran gelar teknologi di wilayah pengembangan SL-PTT padi sawah dan wilayah penyangga PSDS.

4.1.1. Penerapan inovasi teknologi dan gelar teknologi 1) Aplikasi gelar teknologi kompos

Hasil penerapan demo inovasi teknologi pengolahan kompos dan aplikasi pemupukan menggunakan pupuk organik kompos (berbahan baku kotoran ternak sapi) dan pupuk anorganik (buatan) sesuai dosis anjuran SL-PTT pada padi sawah di Kabupaten Seluma mengunakan varietas Ciherang (Tabel 3), telah memperlihatkan perbaikan hasil produksi padi untuk pemberian kompos masing-masing; 3 ton/ha; 2,5 ton/ha; 2 ton/ha rata-rata mencapai 7,250 ton/ha; 6,333 ton/ha; 7,333 ton/ha dibandingkan hasil dengan hasil tanpa pemberian kompos yang hanya 5,333 ton/ha. Untuk di Kabupaten Bengkulu Utara menggunakan Varietas Inpari 1 (Tabel 4), telah memperlihatkan perbaikan hasil produksi padi untuk pemberian kompos masing-masing; 3 ton/ha; 2,5 ton/ha; 2 ton/ha rata-rata mencapai 6,803 ton/ha; 6,767 ton/ha; 6,650 ton/ha dibandingkan dengan hasil tanpa pemberian kompos yang hanya 5,250 ton/ha.

(19)

Tabel 3. Produksi GKP padi varietas Ciherang hasil demo gelar teknologi kompos memanfaatkan limbah kotoran sapi dengan sistim tanam legowo 4:1 di desa Rimbo Kedui Kab. Seluma Perlakuan

Kompos (ton/ha)

Hasil Ubinan 4x2 m (kg) Produksi GKP (ton/ha) I II III Jumlah Rerata 100% 80 %

3,0 7,50 6,75 7,50 21,75 7,250 9,0625 7,250 2,5 7,00 6,50 5,50 19,00 6,333 7,9163 6,333 2,0 7,00 7,50 7,50 22,00 7,333 9,1662 7,333 Tanpa kompos 6,00 4,75 5,25 16,00 5,333 6,6663 5,333

Tabel 4. Produksi GKP padi varietas Inpari 1 hasil demo gelar teknologi kompos memanfaatkan limbah kotoran sapi dengan sistim tanam legowo 4:1 di desa Talang Pasak Kab. Bengkulu Utara Perlakuan

Kompos (ton/ha)

Hasil Ubinan 4x2 m (kg) Produksi GKP (ton/ha) I II III Jumlah Rerata 100% 80 %

3,0 7,35 7,00 6,30 20,650 6,883 8,600 6,883 2,5 7,35 6,30 6,65 20,300 6,767 8,459 6,767 2,0 7,35 7,35 5,25 19,950 6,650 8,313 6,650 Tanpa kompos 5,25 5,25 5,25 15,750 5,250 6,563 5,250

2) Aplikasi pengolahan biogas dan produksi pupuk cair

Hasil penerapan demo aplikasi inovasi teknologi pada instalasi reaktor biogas memanfaatkan limbah kotoran ternak sapi kelompok LM3 Pontren Mufthatul Hidayah yang sudah memanfaatkan gasnya untuk kompor gas, namun belum ramah lingkungan dan masih mengeluarkan bau disekitar kandang ternak sapinya. Berdasarkan kondisi tersebut dan lebih mengoptimalkan manfaat dari pengolahan biogas ini, kemudian dilakukan demo peningkatan produktivitas pengolahan biogas melalui penyempurnaan saluran penampungan pemasukan kotoran ke reaktor biogas dan penyempurnaan saluran pengaliran limbah buangan biogas pada bak penampungan untuk dapat diolah menjadi pupuk organik cair.

Untuk dapat memproduksi pupuk cair limbah buangan biogas, maka bak penampungan dibuat menjadi 4 bagian. Untuk memudahkan pengaliran sludge berupa cairan kental dari bak 1 pada bak 2 dibuat saluran pengalirannya pada bagian bawah, sehingga bagian padatan berserat akan naik kepermukaan dan dipindahkan untuk ditumpuk pada

(20)

bak penampungan kusus kompos padat. Saluran selanjutnya dibuat pada bagian atas untuk mengalirkan slud yang kekentalannya semakin encer secara berurutan dari bak penampungan ke 2, ke 3 dan ke 4 serta untuk memisahkan bagian padat dan cairan pada masing-masing bak diendapkan selama 2 – 3 hari sesuai urutan.

Bagian yang cair dimasukan kedalam drum yang sudah disediakan dengan terlebih dahulu dilakukan pengendapan 2 - 3 hari pada drum 1, bagian cair dipisahkan dengan menyalurkan dan penyaringan menuju drum 2 dan begitu seterusnya sampai pada drum 3. Selanjutnya cairan bening yang terdapat pada drum 3 (terakhir) sudah merupakan pupuk organik cair dari hasil memanfaatkan limbah buangan pengolahan biogas dan siap digunakan pada tanaman sebagai pupuk organik berbentuk cair, bagian yang padat setelah dikering anginkan 1-2 minggu sudah dapat digunakan sebagai pupuk kompos karena sudah mengalami dekomposisi atau pengomposan didalam digester.

3) Aplikasi pakan untuk sapi penggemukan

Hasil penerapan demo aplikasi inovasi teknologi pakan untuk sapi penggemukan memanfaatkan limbah industri pertanian berupa solid dan ampas tahu, melalui perlakuan pemberian pakan tambahan pada ternak sapi Bali 5 kg solid; 3 kg solid+2 kg ampas tahu; 2 kg solid+3 kg ampas tahu; 5 kg ampas tahu disamping hijauan 15 kg/hari/ekor dibandingkan yang biasa dilakukan peternak hanya diberi hijauan 20-25 kg/hari/ekor selama 45 hari telah memperlihatkan peningkatan pertambahan berat badan harian (PBBH) sapi Bali berturut-turut: 0,483 ; 0,410 ; 0,390 ; 0,456 kg/ekor/hari dan diberi hijauan saja 0,275 kg/ekor/hari (Tabel 5).

Tabel 5. PBBH sapi Bali demo gelar teknologi pemberian pakan penggemukan di desa Bukit Peninjauan I Kabupaten Seluma Komposisi Pemberian Pakan (Kg/hari) PBBH

(kg/ekor/hari) Perlakuan Rumput Solid Ampas tahu

A 15 5 - 0,483

B 15 3 2 0,410

C 15 2 3 0,390

D 15 - 5 0,456

Pembanding 20 - 25 - - 0,275

(21)

4.1.2. Diseminasi hasil inovasi kegiatan gelar teknologi

Hasil diseminasi dari demo inovasi teknologi aplikasi kompos, biogas dan pakan sapi untuk pengemukan telah digelar teknologikan kepada lebih dari 90 kelompok peternak sapi dan petani padi sawah disekitar lokasi dan desa pelaksana kegiatan melalui pertemuan secara tatap muka, diskusi dan kunjungan langsung dilapangan untuk setiap pelaksanaan kegiatan gelar teknologi sebagai berikut;

1). Diseminasi gelar teknologi kompos

Setelah dilakukan demo dan aplikasi kompos hasil pemanfaatan kotoran sapi pada padi sawah langsung pada lahan petani di Kabupaten Seluma dan Bengkulu Utara, hasilnya kemudian di gelar teknologikan kepada kelompok tani pelaksana SL-PTT padi sawah disekitar desa dan lokasi kegiatan melalui penyampaian langsung secara tatap muka oleh kooperator pelaksana kepada perwakilan kelompok yang diundang untuk mengikuti gelar teknologi pengolahan, aplikasi kompos dan teknologi perbanyakan aktifator atau mikrobia yang digunakan untuk dekomposisi bahan organik menjadi pupuk organik.

Hasil aplikasi kompos dan gelar teknologi pada kelompoktani SL-PTT Harapan Maju di desa Rimbo Kedui, dapat meningkatkan pengetahuan petani lebih dari 30 kelompok tani di Kabupaten Seluma dan pada kelompok tani SL-PTT Rubati di desa Talang Pasak juga telah dapat meningkatkan pengetahuan petani lebih dari 30 kelompok di Kabupaten Bengkulu Utara dalam hal; a) pengolahan kompos dari kotoran ternak sapi selain dari jerami padi melalui gelar dan praktek langsung pembuatan kompos, b) aplikasi pemupukan kompos dapat memperbaiki kesuburan tanah serta meningkatkan produksi padi melalui pengamatan dan pengubinan langsung hasil panen padi dilahan sawah demo aplikasi kompos, c) bagaimana caranya memperbanyak mikrobia sebagai aktifator dalam pengolahan kompos melalui gelar dan praktek langsung teknologi pengolahan perbanyakan aktifator.

2). Diseminasi gelar teknologi produktivitas biogas

Setelah dilakukan demo aplikasi pengolahan biogas dari kotoran ternak sapi dan pemanfaatan limbah buangan pengolahan biogas untuk

(22)

memproduksi pupuk organik cair langsung di kandang kelompok ternak LM3 Mufthatul Hidayah Kecamatan Air Periukan, hasilnya kemudian di gelar teknologikan pada kelompok peternak sapi melalui penyampaian langsung dan tatap muka oleh kooperator pelaksana kepada perwakilan 30 kelompok ternak yang diundang mengikuti gelar teknologi biogas telah dapat meningkatkan pengetahuan lebih dari 30 kelompok peternak sapi di Kabupaten Seluma dalam hal; a) tekhnik pengolahan kotoran ternak sapi menjadi biogas sebagai sumber enegi memasak atau listrik, b) limbah buangan hasil pengolahan biogas dapat diolah menjadi pupuk organik cair dan c) dapat membuka peluang usaha serta peningkatan pendapatan petani maupun peternak sapi di Kabupaten Seluma

3). Diseminasi gelar teknologi pakan untuk penggemukan sapi Setelah dilakukan demo aplikasi pakan untuk penggemukan sapi memanfaatkan limbah industri pertanian langsung pada ternak sapi kelompok ternak Sejahtera Mandiri di desa Bukit Peninjauan I Kabupaten Seluma, kemudian hasilnya di gelar teknologikan pada kelompok dan peternak sapi melalui penyampaian langsung dan tatap muka oleh kooperator pelaksana kepada perwakilan kelompok yang diundang mengikuti gelar teknologi pakan sapi telah dapat meningkatkan pengetahuan lebih dari 30 kelompok peternak sapi di Kabupaten Seluma dalam hal; a) pakan sapi memanfaatkan limbah industri pertanian berupa solid dan ampas tahu untuk penggemukan dapat meningkatakan produksi daging ternak sapi Bali, b) limbah hasil pertanian yang terdapat disekitar lahan usaha ternak sapi dapat diolah menjadi pakan tambahan untuk pengemukan ternak sapi dan c) terbukanya peluang pegembangan usaha ternak sapi di Kabupaten Seluma.

Selanjutnya hasil diseminasi yang digelar teknologikan ini akan dikembangkan dan diaplikasikan kapada anggota dan petani peternak lainnya disekitar wilayah kelompok yang telah mengadosi hasil diseminasi gelar teknologi kompos, biogas dan pakan sapi.

(23)

4.1.3. Dampak diseminasi gelar teknologi bagi masyarakat Pelaksanaan diseminasi inovasi teknologi peternakan berupa gelar teknologi kompos, biogas dan pakan untuk pengemukan sapi telah tersebar dan terdiseminasikan pada lebih 90 kelompoktani dan peternak sapi di Kabupaten Seluma serta 30 kelompoktani di Kabupaten Bengkulu Utara. Hasil pelaksanaan gelar teknologi ini telah memberi dampak bagi masyarakat petani di wilayah pengembangan SL-PTT padi sawah dan para peternak sapi pada wilayah penyangga PSDS di Provinsi Bengkulu khususnya Kabupaten Seluma dan Bengkulu Utara, dalam hal; a) pengolahan kompos dari kotoran ternak sapi disamping dari jerami padi dan pemberian pupuk organik (kompos) pada lahan sawah telah dapat meningkatkan produksi padi serta memperbaiki kesuburan tanah, b) tekhnik pengubinan untuk menghitung hasil panen padi dilahan sawah dengan sistem tanam jajar legowo, c) cara pengembangbiakan mikrobia yang diperlukan sebagai aktifator dalam pengolahan kompos, d) tekhnik pengolahan kotoran ternak sapi untuk memproduksi biogas sebagai sumber enegi memasak atau listrik, e) pengolahan limbah buangan biogas menjadi pupuk organik cair, f) pemanfaatan limbah industri pertanian berupa solid dan ampas tahu untuk pakan penggemukan yang dapat meningkatakan produksi daging sapi, g) terbukanya peluang pegembangan usaha spesifik lokasi bagi petani dan peternak melalui peningkatan pemanfaatan sumberdaya disekitar lokasi usahatani.

4.2. Pembahasan Hasil Diseminasi

4.2.1. Penerapan inovasi teknologi dan gelar teknologi 1) Aplikasi gelar teknologi kompos

Demo inovasi teknologi pengolahan kompos dan aplikasi pupuk organik kompos berbahan baku kotoran ternak sapi pada padi sawah varietas Ciherang di Kabupaten Seluma, telah memperlihatkan perbaikan hasil produksi padi untuk pemberian kompos masing-masing; 3 ton/ha;

2,5 ton/ha; 2 ton/ha rata-rata mencapai 7,250 ton/ha; 6,333 ton/ha;

7,333 ton/ha dibandingkan dengan produksi padi tanpa pemberian kompos yang hanya 5,333 ton/ha. Hal ini telah membuktikan kepada petani, bahwa penggunaan kompos kotoran ternak untuk pemupukan

(24)

lahan sawah telah dapat meningkatkan produksi padi Ciherang antara 1–2 ton/ha GKP yang setara dengan 0,88 – 1,760 ton/ha GKG atau terjadi peningkatan hasil rata-rata mencapai 1,5 ton/ha GKP (28,12%) dan begitu juga untuk Kabupaten Bengkulu Utara menggunakan varietas Inpari 1 dengan input pemberian kompos pada lahan sawah, telah memperlihatkan perbaikan hasil produksi padi rata-rata mencapai 6,740 ton/ha dibandingkan dengan hasil tanpa pemberian kompos yang hanya 5,250 ton/ha atau meningkat sebesar 1,46 ton/ha GKP (27,81%). Kondisi ini sama halnya dengan hasil evaluasi 26 provinsi di Indonesia oleh Puslitbangtan (2006) menunjukan penggunaan bahan organik sebanyak 2 ton/ha melalui implementasi model pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT) pada tingkat petani mampu meningkatkan hasil padi rata-rata GKG sebesar 1 ton/ha. Pirngadi dkk., (2002) menyampaikan hasil penelitian pemberian bahan organik dilahan sawah irigasi melalui pendekatan PTT mampu meningkatkan hasil padi 14,8%.

Hasil gelar teknologi kompos dan aplikasinya pada padi sawah menggambarkan pentingnya penggunaan bahan organik disamping pupuk anorganik pada berbagai varietas padi yang ditanam, karena dengan penggunaan pupuk organik untuk varietas Ciherang dan Inpari 1 pada lokasi berbeda (Seluma dan Bengkulu Utara) telah dapat meningkatkan produksi padi sawah irigasi antara 27,81 – 28,12%. Sama halnya dengan penelitian Zaini dkk., (2004) yang menekankan bahwa pentingnya penggunaan bahan organik disamping pemberian pupuk anorganik dalam usahatani padi sawah.

2). Aplikasi pengolahan biogas dan produksi pupuk cair

Demo inovasi teknologi pengolahan biogas memanfaatkan limbah kotoran ternak sapi dan limbah buangan pengolahan biogas, telah dapat meningkatkan produktivitas hasil sampingan limbah ternak sapi untuk memproduksi pupuk organik cair. Keberhasilan mengoptimalkan manfaat dari pengolahan biogas, telah membuka wawasan peternak sapi dalam mengelola limbah kotoran ternak sapi yang selama ini sangat mengganggu lingkungan menjadi sumber energi dan sumber bahan organik cair untuk meningkatkan produksi dan kesuburan lahan tanaman

(25)

yang sekaligus dapat menciptakan kodisi lingkungan menjadi lebih ramah dari polusi bau kotoran sapi. Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan limbah keluaran dari digester biogas secara rutin mampu meningkatkan produksi padi secara berkesinambungan (Wahyuni, S. 2009). Selain itu teknologi biogas merupakan salah satu teknologi tepat guna untuk mengubah limbah peternakan menjadi energi, baik limbah padat berupa kotoran ternak dan isi rumen maupun limbah cair berupa urine dan bekas air memandikan ternak yang sekaligus diharapkan dapat membantu mengatasi masalah lingkungan disekitar lokasi usaha ternak (Simamora dkk., 2008).

Disamping itu keberhasilan memproduksi pupuk cair limbah buangan biogas yang selama ini mengalami kegagalan bagi petani peternak yang memanfaatkan kotoran ternaknya untuk biogas, sudah dapat memahami dan menerapkan teknologi pengolahan limbah buangan pengolahan biogas berupa lumpur (sludge) menjadi pupuk organik padat dan cair melalui inovasi teknologi perbaikan saluran bak penampungan serta proses pengendapan dan penyaringan untuk memisahkan bahan organik padat dan cair.

3). Aplikasi pakan untuk sapi penggemukan

Selain rumput lapangan, sumber pakan yang cukup potensial adalah hasil sisa (limbah) tanam maupun industri pertanian. Implementasi demo inovasi teknologi pakan untuk penggemukan memanfaatkan limbah industri pertanian berupa solid dan ampas tahu telah dapat membuktikan kepada peternak sapi dan kelompoknya, bahwa pemberian pakan tambahan pada ternak sapi Bali disamping pemberian hijauan mampu meningkatkan penambahan berat badan sapi Bali penggemukan yang sebelumnya diberi hijauan saja dengan PBBH hanya 0,275 kg/ekor/hari meningkat menjadi 0,390 - 0,483 kg/ekor/hari setelah diberi pakan tambahan solid dan ampas tahu memanfaatkan limbah industri pertanian yang ada disekitar lokasi usaha.

Gelar teknologi pakan untuk penggemukan sapi Bali telah dapat meningkatkan pengetahuan peternak sapi bahwa sumberdaya hasil pertanian yang terdapat disekitar lahan dan lokasi usaha, seperti halnya

(26)

solid dan ampas tahu dapat dimanfaatkan menjadi sumber pakan ternak sapi. Badan Litbang Pertanian (2005) melalui inovasi teknologi limbah dan sisa hasil ikutan agro maupun industri pertanian, dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan sapi yang potensial untuk usaha penggemukan dan pembibitan. Maryono dan Endang Romjali (2007) pengoptimalisasian penggunaan bahan pakan asal limbah pertanian, perkebunan maupun agroindustri diharapkan selain dapat menurunkan biaya ransum juga mampu menghasilkan produktivitas secara optimal.

4.2.2. Diseminasi hasil inovasi kegiatan gelar teknologi

Pelaksanaan diseminasi hasil inovasi teknologi aplikasi kompos, biogas dan pakan sapi untuk pengemukan sebagai rangkaian diseminasi teknologi peternakan, telah digelar teknologikan kepada lebih dari 90 kelompoktani di Kabupaten Seluma dan Kabupaten Bengkulu Utara melalui perwakilan kelompok peternak sapi dan petani padi sawah sekitar lokasi dan desa pelaksanaan kegiatan yang diundang untuk mengikuti gelar teknologi melalui pertemuan secara tatap muka, diskusi dan kunjungan lapangan untuk mengamati langsung hasil aplikasi inovasi teknologi yang digelar teknologi. Dimana untuk gelar teknologi kompos telah didiseminasikan kepada lebih dari 60 kelompoktani pelaksana SL- PTT padi sawah disekitar desa lokasi pelaksanaan pada 2 (dua) kabupaten (Seluma dan Bengkulu Utara). Untuk gelar teknologi biogas dan gelar teknologi pakan penggemukan untuk sapi, masing-masing telah didiseminasikan kepada lebih dari 30 kelompok peternak sapi di Kabupaten Seluma sebagai daerah sentra pengembangan ternak sapi yang diharapkan dapat mendukung program PSDS di Bengkulu. Karena Provinsi Bengkulu merupakan daerah penyangga pengembangan ternak sapi bagi pencapaian keberhasilan PSDS (BBPPTP, 2009).

Pemanfaatan solid dan ampas tahu untuk pakan sapi, juga memberi dampak bagi peternak sapi untuk mengatasi keterbatasan waktu dalam mencari hijauan serta dapat mengganti sebagian dari kebutuhan hijauan pakan. Terutama Solid berpeluang dikembangkan sebagai pakan sapi potong rakyat dan belum dimanfaatkan secara optimal, karena solid dapat mengurangi penggunaan rumput hampir separoh dari kebutuhan

(27)

ternak sapi selain dapat meningkatkan pertambahan berat badan harian sapi (Ruswendi dan Gunawan, 2007). Kondisi ini secara tidak langsung juga dapat memotivasi peternak untuk dapat meningkatkan populasi sapi yang dipeliharanya, akibat penggunaan waktu untuk mencari pakan ternak sapi menjadi semakin pendek dan dapat digunakan untuk melakukan aktivitas usaha lainnya yang sekaligus tentu akan dapat memacu peningkatan pendapatan masyarakat Kabupaten Seluma dari usaha ternak sapi.

Selain itu petani dan peternak juga telah mengadopsi teknologi bagaimana memperbanyak aktifator atau mikrobia yang digunakan untuk dekomposisi bahan organik menjadi kompos, sehingga tidak lagi terjadi kendala ketergantungan aktifator kepada pihak lain sekaligus juga telah dapat memotivasi petani agar memanfaatkan kotoran ternak sapi untuk diolah menjadi pupuk organik dan mendorong peningkatan maupun keharusan penggunaan pupuk organik pada padi sawah. Hal ini sesuai dengan harapan Sadirman (2001) dimana motivasi petani merupakan gambaran respon maupun sikap dari keuletan, percaya diri, bersaing minat dan konsentrasi maupun keinginan dalam memanfaatkan informasi inovasi teknologi untuk dapat didiseminasikan dan sampai kepada pangguna.

4.2.3. Dampak diseminasi gelar teknologi bagi masyarakat

Melalui pelaksanaan diseminasi inovasi teknologi peternakan berupa gelar teknologi kompos, biogas dan pakan untuk pengemukan sapi yang telah tersebar dan terdiseminasikan kepada lebih 90 kelompoktani dan peternak sapi di Kabupaten Seluma serta 30 kelompoktani di Kabupaten Bengkulu Utara, telah memberi dampak bagi masyarakat petani di wilayah pengembangan SL-PTT padi sawah dan peternak sapi sebagai penyangga PSDS di Provinsi Bengkulu khususnya Kabupaten Seluma dan Kabupaten Bengkulu Utara dalam hal pengolahan kompos dari kotoran ternak sapi, pemberian pupuk organik pada lahan sawah, tekhnik pengubinan untuk menghitung hasil panen padi sistem tanam jajar legowo, cara mengembangbiakan mikrobia sebagai aktifator, tekhnik pengolahan biogas dan pengolahan limbah buangannya menjadi pupuk

(28)

organik cair, pemanfaatan limbah industri pertanian berupa solid dan ampas tahu untuk pakan penggemukan sapi serta terbukanya peluang pegembangan usaha spesifik lokasi bagi petani dan peternak melalui peningkatan pemanfaatan sumberdaya disekitar lokasi usahatani.

Teknologi hasil penelitian dan pengkajian tidak bermanfaat jika tidak sampai, tidak diterima atau tidak diadopsi oleh petani dan langkah- langkah dalam proses adopsi sendiri merupakan suatu yang harus diterima petani beserta keluarganya mulai dari suatu hal baru diperkenalkan sampai diterapkan. Proses ini memerlukan waktu yang relatif lama, maka diperlukan upaya terus menerus dalam proses adopsi dengan memanfaatkan wadah diseminasi (BPTP Jawa Tengah, 2008).

Sehingga diperlukan usaha penyampaian teknologi secara informatif, aplikatif dan efektif dari hasil penelitian kepada petani untuk diterapkan yang salah satunya diadopsikan melalui gelar teknologi ini.

Berdasarkan hasil koordinasi dan identifikasi potensi ternak dan pengembangan inovasi diseminasi teknologi peternakan yang dibutuhkan, pelaksanaan kegiatan diseminasi gelar teknologi peternakan ini mendapat dukungan penuh dari stakeholder karena telah dapat mendorong keberhasilan pembangunan peternakan yang sudah diprogramkan daerah.

Hal ini dapat dilihat dari dukungan program pembangunan peternakan Provinsi Bengkulu yang diarahkan dan disinergikan dengan masing- masing program peternakan Kabupaten/Kota dalam mendukung program swasembada daging sapi nasional (Dinas Peternakan Provinsi Bengkulu, 2009).

Hasil perkembangan pelaksanaan kegiatan demo lapangan gelar teknologi peternakan yang sudah dilaksanakan, memperlihatkan bahwa inovasi teknologi yang didiseminasikan sebagian besar telah sampai dan dikuasai oleh pengguna. Seperti halnya inovasi teknologi biogas, dimana peternak selama ini baru hanya dapat memanfaatkan sebatas produksi biogas dan belum menguasai inovasi teknologi produksi kompos dan pupuk cair dari hasil buangan biogas. Hal ini memperlihatkan bahwa inovasi teknologi dihasilkan dan diimplementasikan BPTP selama ini masih belum termanfaatkan sepenuhnya, menurut Fawzia (2002) bahwa Rekomendasi paket teknologi yang sudah dihasilkan Balai Pengkajian

(29)

Teknologi Pertanian (BPTP) akan memberikan manfaat apabila dapat diterapkan pengguna maupun pihak-pihak yang membutuhkannya. Oleh karena itu pengembangan informasi melalui aplikasi gelar teknologi ini dapat ditingkatkan, sehingga petani termotivasi mengadopsi dan menguasai teknologi yang sudah dihasilkan dan menjadi lebih tangguh dalam persaingan usahatani ternak yang semakin berkembang nantinya.

(30)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Pelaksanaan kegiatan diseminasi teknologi peternakan berupa gelar teknologi kompos, biogas dan pakan sapi telah tersebarkan kepada lebih 90 kelompoktani di 2 (dua) kabupaten (Seluma dan Bengkulu Utara).

2. Gelar teknologi pengolahan dan aplikasi pupuk organik kompos berbahan baku kotoran ternak sapi, telah dapat meningkatkan pengetahuan, produksi padi dan memperbaiki kesuburan lahan sawah.

3. Gelar teknologi biogas memanfaatkan limbah kotoran ternak sapi dan pengolahan limbah buangannya, telah meningkatkan pengetahuan peternak dan produktivitas limbah ternak sapi untuk menghasilkan energi dan pupuk organik cair

4. Gelar teknologi pakan untuk penggemukan sapi telah meningkatkan pengetahuan peternak, bahwa sumberdaya hasil pertanian terdapat disekitar lahan dan lokasi usaha seperti halnya solid dan ampas tahu bisa dimanfaatkan menjadi sumber pakan ternak sapi dan dapat meningkatkan PBBH ternak sapi.

5. Hasil perkembangan pelaksanaan kegiatan demo lapangan gelar teknologi peternakan yang sudah dilaksanakan, memperlihatkan bahwa inovasi teknologi yang didiseminasikan sebagian besar telah sampai dan dikuasai oleh pengguna.

6. Inovasi teknologi yang dihasilkan belum sepenuhnya dimanfaatkan pengguna, karena masih kurangnya media proses adopsi teknologi dengan pendekatan dan aplikasi langsung terhadap kelompok.

5.2. Saran

1. Dalam pelaksanaan diseminasi gelar teknologi diperlukan jalinan keseimbangan komunikasi dua arah, terutama koordinasi tingkat lapangan. Sehingga hasil pelaksanaan gelar teknologi akan menjadi optimal dan dapat diadopsi pengguna sesuai hasil yang diharapkan.

2. Petani dan kelompok yang telah mengadopsi hasil diseminasi teknologi, diharapkan mampu menerapkan dan mengimplementasikannya kepada pengguna lain sesuai kebutuhan teknologi dan kebutuhan lapangan.

(31)

VI. KINERJA HASIL PENGKAJIAN

Kegiatan kajian yang sudah dilaksanakan dalam rangkaian pengembangan inovasi teknologi bagi pengguna diseminasi teknologi peternakan berupa gelar teknologi kompos, biogas dan pakan sapi di 2-3 kabupaten dengan sasaran lebih dari 90 kelompoktani tahun 2010, telah dapat memberi masukan dalam peningkatan penguasaan inovasi teknologi yang sudah dihasilkan teradopsi oleh pengguna.

Dalam hal diseminasi dan aplikasi gelar teknologi peternakan yang dilaksanakan, telah mendorong keinginan petani peternak untuk segera mengoptimalkan sarana prasarana yang sudah ada tetapi belum termanfaatkan secara optimal, namun diyakini akan dapat mendorong peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pendapatan keluarga peternak maupun masyarakat di Kabupaten Seluma dan Kabupaten Bengkulu Utara khusunya serta Provinsi Bengkulu umumnya.

Pengembangan informasi melalui aplikasi gelar teknologi ini dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan pengguna, sehingga petani termotivasi mengadopsi dan menguasai teknologi yang sudah dihasilkan Badan Litbang khususnya dan menjadi lebih tangguh dalam persaingan usahatani ternak yang semakin berkembang nantinya.

Berdasarkan hasil koordinasi dan identifikasi potensi ternak dan pengembangan inovasi diseminasi teknologi peternakan yang dibutuhkan, pelaksanaan kegiatan diseminasi gelar teknologi peternakan ini mendapat dukungan penuh dari stakeholder dan memacu pemerintah daerah untuk lebih memperhatikan pengembangan sumberdaya pertanian yang ada dan belum termanfaatkan secara optimal, secara tidak langsung juga akan dapat memacu peningkatan pendapatan dan perekonomian masyarakat serta pembangunan pertanian daerah.

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang Pertanian. 2005. Rencana Aksi Ketahanan Pangan 2005-2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Jakarta.

BBPPTP Bogor. 2009. Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan Pencapaian Swasembada Daging Sapi (PSDS). Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan litbang Pertanian. Bogor.

BPTP Jawa Tengah. 2008. Penyuluhan dan Penyebaran Informasi Pertanian pada Daerah P4MI. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah.

Ungaran, Semarang.

Dinas Peternakan Provinsi Bengkulu. 2009. Laporan Tahunan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu. Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu. Bengkulu.

Dirtjen Peternakan. 2006. Pedoman Umum Program Aksi Perbibitan Ternak Tahun 2006. Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian.

Jakarta.

Fawzia, S. 2002. Revitalisasi Fungsi Informasi dan Komunikasi serta Diseminasi Luaran BPTP. Makalah di Sampaikan Pada Ekspose dan Seminar Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi, 14 – 15 Agustus 2002 di Jakarata.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

Manwa, I dan Ida Bagus Oka. 1992. Sumber Pertambahan Produksi Bagi Pengembangan Tanaman Pangan. Makalah disampaikan dalam rangka Menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Tahap II Subsektor Tanaman Pangan. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Departeman Pertanian. Jakarata.

Mariyono dan Endang Romjali. 2007. Teknologi Inovasi Pakan Murah Untuk Usaha Pembibitan Sapi Potong Lokal. Loka Penelitian Sapi Potong., Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Litbang Pertanian.

Departemen Pertanian. Pasuruan.

Pirngadi, K., O. Syahroni dan T.S. Kadir. 2002. Model Pengelolaan Tanaman Sumberdaya Terpadu (PTT) pada Lahan Sawah Irigasi. Departemen Pertanian. Jakarta.

Puslitbangtan. 2006. Sistem Produksi Padi Hemat Input. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 28 No. 2 Tahun 2006. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

Ruswendi dan Gunawan. 2007. Penggunaan Solid Untuk Dikembangkan Sebagai Pakan Ternak Sapi Potong. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Usaha Agribisnis di Pedesaan, 26-27 Noveber 2007. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian., Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bengkulu.

(33)

Samsudin, U. 1985. Pedoman Pembinaan dan Pengembangan Kelembagaan Tani Nelayan. Pusat Penyuluhan Pertanian. Departemen Pertanian.

Jakarta.

Saragih, B. 2001. Agribisnis Berbasis Peternakan; Kumpulan Pemikiran USSE. Fondation dan Pusat Pembangunan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. CV. Grafindo Jakarta.

Jakarta.

Simamora, S., Salundik, Sri wahyuni dan Surajudin. 2008. Membuat Biogas Pengganti Bahan Bakar Minyak dan Gas dari Kotoran Ternak. PT.

Agromedia Pustaka. Jakarta.

Sritua Arief. 1993. Metodologi Penelitian Ekonomi. Penerbit Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Taher, A. dan Nasrul Hosen. 1999. Aspek Faktor Biofisik dan Rancangan Teknologi Spesifik Lokasi. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian., Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Tjiptopranoto, P. 2000. Strategi Diseminasi Teknologi dan Informasi Pertanian.

Balai Pusat Pengembangan Pengkajian Teknologi Pertanian. Bogor.

(34)

ILUSTRASI GELAR TEKNOLOGI KOMPOS

Gambar 1. Gelar teknologi pencampuran dan dekomposisi pengolahan pupuk organik (kompos) berbahan baku kotoran ternak sapi

Gambar 2.

Gambar 2. Aplikasi gelar teknologi kompos organik pada lahan sawah dan pemberian pupuk kimia oleh kooperator sesuai anjuran SL-PTT

Gambar 3. Pembukaan gelar teknologi kompos oleh Kadis Pertanian Seluma dan perbanyakan aktifator mikrobia pengomposan

Gambar 4. Hasil diseminasi gelar teknologi kompos pada padi sawah

(35)

ILUSTRASI GELAR TEKNOLOGI BIOGAS

Gambar 1. Inovasi teknolgi bak pemasukan kotoran sapi dan pengaliran slud limbah buangan biogas dari Bak 1 ke Bak 2 dibuat bagian bawah

Gambar 2. Pemisahan limbah buangan biogas cair dialirkan ke Bak 2, 3 dan 4 (diendapkan) yang padat ditumpuk 1-2 mg langsung jadi kompos

Gambar 3. Diseminasi teknologi peternakan berupa gelar teknologi biogas pada kelompok peternak sapi di Kabupaten Seluma dan proses pengolahan limbah buangan biogas menjadi pupuk organik cair

Gambar 4. Produk biogas, pupuk organik cair dan kompos limbah biogas

(36)

ILUSTRASI GELAR TEKNOLOGI PAKAN SAPI

Gambar 1. Sapi Bali penggemukan dan pakan hijauan yang biasa diberikan

Gambar 2. Limbah industri pertanian berupa solid dan ampas tahu untuk pakan penggemukan gelar teknologi pakan sapi

Gambar 3. Diskusi sesama kelompok peternak sapi peserta gelar teknologi pakan penggemukan memanfaatkan solid dan ampas tahu

Gambar 4. Sapi Bali saat memakan limbah pertanian dari solid dan ampas tahu

Gambar

Tabel 2.  Formulasi  perlakuan  pakan gelar teknologi pakan penggemukan sapi  Bali di Kabupaten Seluma
Tabel 5.  PBBH  sapi  Bali  demo  gelar  teknologi  pemberian  pakan  penggemukan di desa Bukit Peninjauan I Kabupaten Seluma  Komposisi Pemberian Pakan (Kg/hari)  PBBH
ILUSTRASI GELAR TEKNOLOGI KOMPOS
Gambar 1. Inovasi teknolgi bak pemasukan kotoran sapi dan pengaliran slud  limbah buangan biogas dari Bak 1 ke Bak 2 dibuat bagian bawah
+2

Referensi

Dokumen terkait

Melalui hasil uji hipotesis ditemukan bahwa persepsi harga, produk, promosi, dan tempat secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian sepeda

Sistem formularium merupakan metode yang digunakan staf medik di rumah sakit yang bekerja melalui Komite Farmasi dan Terapi (KFT), mengevaluasi, menilai dan memilih dari berbagai

Sementara Cikini Retail dan Plaza Menteng yang terintegrasi dengan hotel budget Formule-1, pada tahun 2010 memberikan kontribusi masing-masing 6% dan 4% dari pendapatan

http://inspirasi.co/polemik_yang_melegenda/post/9/113/simposium_nasional_sastra_indonesia_mo dern_dan_sarasehan_kesenian_19841 diakses tanggal 17 Febuari 2014.. sulit untuk

Berdasarkan hal tersebut, model pembangunan yang berpusat pada rakyat merupakan suatu alternatif baru untuk meningkatkan hasil produksi pembangunan guna memenuhi

Pada tipologi pemanfaatan ruang rumah campuran akan memanfaatkan sumberdaya uang lebih sedikit dibandingkan dengan tipologi ruang rumah terpisah, pemanfaatan waktu pada

Oleh sebab itu dalam memperkenalkan sesuatu alangkah baiknya jika dibuat dalam kosep yang mampu membuat mereka tertarik untuk mengetahuinya bahkan mempelajarinya.. Hal ini

[r]