LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR MANDIBULA DIRUANG BEDAH UMUM RSUD. ULIN BANJARMASIN
DISUSUN OLEH :
Nama : Siti Khadijah Nim : 14.IK.414
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARIMULIA BANJARMASIN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2017
LEMBAR PERSETUJUAN
JUDUL KASUS : FRAKTUR MANDIBULA
TEMPAT PENGAMBILAN KASUS : RUANG BEDAH UMUM
NAMA : SITI KHADIJAH
Banjarmasin, Februari 2017
Menyetujui,
RSUD. Ulin Banjarmasin Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) STIKES Sari Mulia
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)
………... ………...
NIK. NIK.
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL KASUS : FRAKTUR MANDIBULA
TEMPAT PENGAMBILAN KASUS : RUAG BEDAH UMUM
NAMA : SITI KHADIJAH
Banjarmasin, Februari 2017
Menyetujui,
RSUD.Ulin Banjarmasin Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) STIKES Sari Mulia
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)
………... ………...
NIK. NIK.
A. Definisi
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan otot dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (Price dan Wilson, 2006).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Brunner & Suddarth, 2001).
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian. (Muttaqin, Arif. 2008)
Mandibula adalah tulang rahang bawah, tulang yang tidak teratur dan merupakan satu-satunya tulang kepala yang dapat bergerak (Watson,2002).
Fraktur mandibula adalah rusaknya kontinuitas tulang mandibula yang dapat disebabkan oleh trauma baik secara langsung atau tidak langsung.
B. Etiologi
Klasifikasi Fraktur (Chairuddin, 2003) Klasifikasi Etiologis:
1. Trauma langsung: benturan pada tulang mengakibatkan fraktur ditempat tersebut.
2. Trauma tidak langsung: tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari area benturan.
3. Fraktur patologis: fraktur yang disebabkan trauma yamg minimal atau tanpa trauma. Contohfraktur patologis: Osteoporosis, penyakit metabolik, infeksi tulang dan tumor tulang.
Klasifikasi Klinis
1. Fraktur tertutup, merupakan fraktur tidak menyebabkan robek pada kulit 2. Fraktur terbuka, merupakan dengan luka pada kulit atau robek dan ujung
tulang menonjolsampai menembus kulit
3. Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran
4. Fraktur tidak komplit, patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang
Klasifikasi Radiologis
1. Lokalisasi/letak fraktur seperti diafisis, metafisis, intra-artikular.
2. Konfigurasi/sudut patah dari fraktur : a. Fraktur transversal
b. Fraktur oblik c. Fraktur spiral d. Fraktur kominutif e. Fraktur segmental
f. Fraktur Impaksi/kompresi 3. Menurut ekstensi:
a. Fraktur total
b. Fraktur tidak total (fracture crack) c. Fraktur buckle/torus
d. Fraktur garis rambut e. Fraktur greenstick f. Fraktur avulse g. Fraktur sendi
4. hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya yaitu tidak bergeser dan Bergeser (bersampingan, angulasi, rotasi, distraksi, overiding, impaksi)
Menurut R. Gustino Fraktur Terbuka dibagi atas 3 derajat yaitu:
Derajat I:
a. Luka < 1 cm
b. Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka remuk c. Fraktur sederhana, transversal, atau kominutif ringan
d. Kontaminasi minimal Derajat II:
a. Laserasi >1 cm
b. Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/ avulsi c. Fraktur kominutif sedang
d. Kontaminasi sedang Derajat III:
a. Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot.
C. Patofisiologi
Penyebab fraktur diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa yang disebabkan oleh suatu proses, yaitu :
a. Osteoporosis Imperfekta (kelainan genetika langka pada remaja, tulang rapuh)
b. Osteoporosis (penurunan kualitas dan kepadatan massa tulang) c. Penyakit metabolik (makanan, racun, infeksi, dan sebagainya)
Trauma, yaitu benturan pada tulang. Biasanya terjatuh dengan posisi dagu langsung terbentur dengan benda yang lebih kuat/keras daripada tulang itu sendiri.
Pathway
Trauma langsung trauma tidak langsung kondisi patologis
FRAKTUR MANDIBULA
Diskontinuitas tulang pergeseran frakmen tulang
Perub jaringan sekitar kerusakan frakmen tulang
Pergeseran frag Tlg laserasi kulit: spasme otot tek. Ssm tlg > tinggi dr kapiler
putus vena/arteri tekanan kapiler reaksi stres klien deformitas
perdarahan pelepasan histamin melepaskan katekolamin gg. fungsi
protein plasma hilang memobilisai asam lemak syok hipovolemik
edema bergab dg trombosit
penekanan pembuluh emboli darah
penurunan perfusi jar menyumbat pembuluh darah Defisit
perawatan diri makan
Kekurangan Volume Cairan Dalam Tubuh Kerusakan
integritas jaringan
Gangguan perfusi jaringan
Nyeri
D. Manifestasi Klinik
1. Tidak dapat menggunakan anggota gerak 2. Nyeri pembengkakan
3. Terdapat trauma
4. Gangguan fungsi anggota gerak 5. Deformitas
6. Kelainan gerak
E. Komplikasi
1. Malunion : tulang patah telahsembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.
2. Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
3. Non union : tulang yang tidak menyambung kembali
F. Penatalaksanaan Medik
1. Konservatif : Immobilisasi, mengistirahatkan daerah fraktur.
2. Operatif : dengan pemasangan Traksi, Pen, Screw, Plate, Wire ( tindakan Asbarg)
G. Pemeriksaan Penunjang 1. X.Ray
2. Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
3. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
4. CCT kalau banyak kerusakan otot.
H. Rencana Asuhan Keperawatan I. Pengkajian
1. Pengkajian primer:
a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk
b. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
2. Pengkajian sekunder a. Aktivitas/istirahat
1) kehilangan fungsi pada bagian yangterkena 2) Keterbatasan mobilitas
b. Sirkulasi
1) Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas) 2) Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
3) Tachikardi
4) Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera 5) Cailary refil melambat
6) Pucat pada bagian yang terkena 7) Masa hematoma pada sisi cedera c. Neurosensori
1) Kesemutan
2) Deformitas, krepitasi, pemendekan 3) kelemahan
d. Kenyamanan
1) nyeri tiba-tiba saat cidera 2) spasme/ kram otot e. Keamanan
1) laserasi kulit 2) perdarahan 3) perubahan warna 4) pembengkakan lokal
II. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d. Agen cidera fisik
2. Kerusakan Integritas Jaringan b.d. Faktor mekanik (misal:koyakan/robekan)
3. Kekurangan Volume Cairan Dalam Tubuh b.d. hilangannya volume cairan secara aktif
4. Gangguan perfusi jaringan b.d. rasa nyeri
5. Defisit perawatan diri makan b.d. gangguan muskuloskeletal
No .
Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1 Nyeri akut b/d Agen cidera fisik
(Nanda, 2013)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x20 menit nyeri berkurang atau hilang
KH:
Klien Mengatakan nyerinya
berkurang atau hilang
Skala nyeri (0-1)
1. Kaji ulang lokasi, intensitas dan tipe nyeri
2. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring
3. Berikan lingkungan yang tenang dan berikan
dorongan untuk melakukan aktivitas hiburan
4. Ganti posisi dengan bantuan bila ditoleransi 5. Dorong menggunakan
tehnik manajemen stress, contoh : relasksasi, latihan nafas dalam, imajinasi
1. Mengetahui karakteristik nyeri 2. Untuk mengurangi
nyeri
3. Untuk
menambahkan rasa nyaman
4. Untuk mengurangi nyeri
5. Untuk mengurangi sensasi nyeri